• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang

 

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang penting adalah bangunan-bangunan candi yang merupakan tinggalan dari Masa Klasik. Kebudayaan pengaruh masa pengaruh Hindu-Budha yang berlangsung sejak abad ke-4 hingga ke-16. Istilah candi pada umumnya digunakan untuk menyebutkan struktur atau bangunan dari batu atau bata yang digunakan sebagai tempat melakukan kebaktian menyembah dewa pada masa Hindu-Budha (Soekmono, 1977). Tinggalan berupa candi dinilai sebagai warisan budaya yang memiliki peran penting sebagai sumber ilmu pengetahuan sejarah dan kebudayaan bangsa Indonesia.

Warisan budaya berupa candi ditemukan terutama di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali. Di Provinsi Jawa Tengah, sejumlah besar tinggalan candi ditemukan tersebar di Poros Kedu - Prambanan. Candi-candi di wilayah ini pada umumnya merupakan tinggalan Kerajaan Mataram Kuno dari sekitar abad ke-6 hingga ke-10. Ketika itu, daerah Karesidenan Kedu - Prambanan menjadi pusat Kerajaan Mataram Hindu yang pengaruhnya cukup luas di Nusantara. Ketika ditemukan pada umumnya candi sudah tidak utuh lagi. Ada yang masih berada di permukaan tanah, ada pula yang tertimbun di bawah tanah. Candi-candi yang berada di bawah permukaan biasanya ditemukan secara tidak sengaja karena kegiatan pertanian, pembangunan, atau pertambangan.

Pada tahun 2008 di Dusun Liangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, ditemukan struktur batu dan artefak kuno yang diduga merupakan bagian dari suatu percandian. Temuan ini terungkap akibat aktivitas penambangan batu pasir yang dilakukan oleh masyarakat. Laporan penemuan itu lalu ditindaklanjuti dengan serangkaian penelitian arkeologis oleh Balai Arkeologi Yogyakarta (Riyanto, 2012). Memang wilayah sekitar Kecamatan Ngadirejo dan Kabupaten Temanggung termasuk kaya akan tinggalan arkeologi. Beberapa tinggalan arkeologis yang

(2)

ditemukan di Kecamatan Ngadirejo antara lain Candi Pringapus, sedangkan tidak jauh dari Kecamatan Ngadirejo juga terdapat Situs Prasasti Gondosuli dan Situs Pikatan (Degroot, 2009). Namun, penemuan situs percandian di Dusun Liangan merupakan salah satu temuan penting dalam sejarah arkeologi karena sangat jarang ditemukan kompleks percandian yang masih cukup lengkap menunjukkan unsur-unsur bangunannya, termasuk indikasi adanya unsur-unsur bangunan kayu meskipun sudah rusak karena terbakar.

Situs Liangan terletak di lereng timur laut Gunungapi Sundoro pada ketinggian 1.174 m dpal. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Situs Liangan merupakan kompleks percandian yang cukup luas dan di dalamnya terdapat sejumlah bangunan batu maupun kayu. Kompleks percandian ini berlatar belakang agama Hindu hal ini dibuktikan dengan keberadaan unsur yoni dalam kompleks situs. Saat ditemukan struktur dan bangunan di percandian tertimbun di bawah lapisan lahar setebal 4-7 m. Beberapa penelitian arkeologi yang telah dilakukan di situs tersebut berhasil menampakan adanya kompleksitas temuan yang tinggi, meliputi bangunan peribadatan, struktur talud, struktur jalan tatanan batu alam, sisa rumah berbahan kayu dengan atap ijuk yang terbakar tetapi masih menunjukkan profil atap rumahnya serta beragam temuan lepas berupa keramik asing, pedang, perhiasan, bulir-bulir padi, serta beberapa temuan lain yang belum teridentifikasi (Riyanto, 2012).

Penelitian untuk mengungkapkan Situs Liangan hingga saat ini masih terus dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Kabupaten Temanggung dan Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Penelitian hingga tahun 2013 oleh Balai Arkeologi Yogyakarta telah memetakan distribusi keruangan Situs Liangan (lihat gambar 5.1) (Riyanto, 2013). Sementara itu, hasil interpretasi pertanggalan relatif melalui profil gaya bangunan, mengidentifikasikan Situs Liangan mewakili masa gaya profil bangunan candi abad 10 Masehi. Keadaan situs Liangan yang ditemukan tertimbun endapan piroklastik seringkali dikaitkan dengan isi Prasasti Rukam yang diterbitkan pada tahun 907 M. Prasasti ini menceritakan tentang Desa

(3)

(tanah perdikan) yang dibebaskan dari pajak-pajak dan kewajiban oleh raja atau petinggi kerajaan (Nastiti dkk, 1982, dalam Riyanto, 2013).

  Penemuan Situs Liangan sesungguhnya dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat akademis dan sosial-ekonomis. Dari segi akademis, Situs Liangan dengan temuan yang cukup lengkap dapat memberikan banyak sumbangan bagi ilmu pengetahuan sejarah dan budaya bangsa Indonesia pada sekitar abad ke-10. Data di situs ini juga dapat memberikan gambaran hubungan masyarakat dengan lingkungan gunungapi di masa lampau. Selain itu, keberadaan Situs Liangan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ekonomi setempat melalui pengembangan sektor pariwisata. Situs Liangan sangat berpotensi sebagai daya tarik wisata budaya yang dapat digabungkan dengan wisata agro. Dengan pengembangan ini diharapkan kesejahteraan masyarakat di sekitar situs dapat ditingkatkan.

Namun, Situs Liangan sebenarnya terancam oleh kegiatan tambang yang terus berlangsung di lingkungan situs secara intensif. Sebagaimana telah dikemukakan Situs Liangan ditemukan karena aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di Dusun Liangan, Desa Purbosari. Pada awalnya penambangan pasir hanya dilakukan di sebelah barat anak Sungai Langit, dengan areal yang digali 80 x 50 m2. Di area ini ditemukan sejumlah tinggalan berupa talud kuno, yoni, arca dan artefak lainnya. Karena itu, area penambangan pasir dipindahkan ke arah timur anak Sungai Langit yang mencapai luasan 100 x 200 m² (2 ha). Ternyata, di area ini juga ditemukan tinggalan arkeologi yang sangat potensial yaitu gugusan candi, struktur lantai batu yang belum ditampakan, data permukiman berupa sisa rumah dari kayu dan ijuk yang terbakar dan talud. Hasil survei di sekitar area penambangan pasir mengidentifikasi luasan situs mencapai 200 x 300 m² (6 ha). Area situs diprediksikan akan terus meluas menjadi 300 x 400 m² (12 Ha), karena sebagian besar tinggalan arkeologis terdapat di area penambangan pasir (Riyanto, 2013).

Usaha penambangan pasir di Dusun Liangan merupakan usaha tambang rakyat. Dari hasil wawancara dengan aparat pemerintah Kecamatan Ngadirejo diperoleh informasi bahwa usaha penambangan pasir yang berlangsung di Dusun Liangan merupakan usaha tambang ilegal. Lokasi penambangan terletak di dekat

(4)

permukiman tentunya dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar, terlebih lagi temuan Situs Liangan di bawah lokasi penambangan pasir akan terdampak pada kerusakan data arkeologi. Upaya pelarangan aktivitas tambang pasir di Kecamatan Ngadirejo telah beberapa kali dilakukan oleh Pemerintah Daerah sejak lima tahun yang lalu, namun beberapa usaha pelarangan belum dapat mengatasi tambang-tambang tersebut (Narasumber: Setyo Wibowo, Sek.Cam. Ngadirejo, 2013 ).

Situs Liangan merupakan potensi cagar budaya yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable) dan merupakan aset kekayaan bangsa. Aturan mengenai cagar budaya telah diatur dalam UU RI. Nomor. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Pasal 1. Upaya pelestarian cagar budaya didasarkan pada anggapan bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia Indonesia. Cagar budaya memiliki arti penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Upaya perlindungan cagar budaya dapat dilakukan melalui upaya pencegahan dan penanggulangan dari kerusakan, kehancuran atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan dan pemugaran cagar budaya (Pasal 1 ayat 23 UU RI. Nomor. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya). Dalam Pasal 61 disebutkan pula tentang pengamanan cagar budaya perlu dilakukan untuk menjaga dan mencegah cagar budaya agar tidak mengalami kerusakan, hilang musnah maupun hancur.

(5)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tentang keberadaan Situs Liangan dan aktivitas penambangan yang berlangsung di situs tersebut, dapat dikemukaan beberapa hal penting yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah penelitian, sebagai berikut:

a. Ditemukanya Situs Liangan di lokasi penambangan pasir menimbulkan dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan penyelamatan situs arkeologi dan kelangsungan penambangan pasir. Hingga saat ini aktivitas penambangan pasir dinilai telah memberikan dampak buruk bagi keutuhan data arkeologi seperti hilangnya beberapa talud dan kayu-kayu terbakar di tebing-tebing yang telah ditambang.

b. Belum adanya upaya pemetaan yang sistematis terkait lokasi penemuan struktur temuan Situs Liangan dan aktivitas penambangan pasir. Upaya pemetaan tersebut tentunya diperlukan untuk mengetahui distribusi keruangan situs dan jangkauan aktivitas penambangan pasir. Data ini diperlukan untuk mengambil kebijakan terkait solusi penyelamatan situs arkeologi penting dari dampak penambangan.

c. Benturan kepentingan pemanfaatan ruang antara penambangan pasir dan kepentingan pengembangan situs menuntut perlunya kajian yang holistik dengan memperhatikan kedua kepentingan tersebut melalui penataan dan pengelolaan ruang.

d. Kajian pengembangan Situs Liangan dan pengelolaan aktivitas penambangan tentunya perlu mendapatkan perhatian baik dari pihak pemerintah, instansi penelitian bahkan masyarakat sekitar. Oleh karena itu diperlukan adanya alternatif dalam pemanfaatan ruang untuk memperkecil terjadinya benturan kepentingan penggunaan lahan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana prediksi luasan Situs Liangan?

2. Bagaimana bentuk zonasi pengelolaan kegiatan penambangan pasir di Dusun Liangan yang berwawasan kelestarian situs arkeologi?

(6)

 

1.3. Tujuan Penelitian

Dari kedua permasalahan di atas, penelitian ini sedikitnya didasari dua tujuan pokok, yaitu:  

a. Mengetahui luasan Situs Liangan yang masih berpotensi memiliki kandungan temuan arkeologis.

b. Merumuskan zonasi pengelolaan kegiatan penambangan di Dusun Liangan untuk kepentingan masyarakat dan pelestarian situs arkeologi.  

1.4. Kegunaan Penelitian

a. Penelitian ini berguna untuk pengembangan manajemen sumberdaya arkeologi yang memperhatikan aspek pembangunan wilayah tanpa mengesampingkan kelestarian sumberdaya arkeologi sebagai nonrenewable resource yang memiliki nilai penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan bangsa.

b. Dari sisi praktis, kegunaan penelitian ini adalah untuk menegaskan nilai-nilai penting Situs Liangan yang perlu dikonservasi, dalam konteks pengelolaan sumberdaya budaya (Cultural Resource Management). Mengingat bahwa lokasi penelitian ini sekaligus merupakan lokasi konsentrasi penambangan pasir.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan penting dalam menetapkan kebijakan pengembangan wilayah dan pemanfaatan lahan secara selaras antara pemanfaatan sumberdaya alam dan pelestarian warisan budaya dalam perspektif pembangunan berkelanjutan.

(7)

1.5. Keaslian Penelitian

Situs Liangan ditemukan pada awal tahun 2008. Sejak itu, penelitian arkeologi dilakukan guna pengungkapan dan menyelamatkan sumberdaya budaya tersebut. Beberapa penelitian arkeologi terkait perkembangan situs terus dilakukan. Selain itu terdapat pula beberapa penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Temanggung mengingat di wilayah kabupaten ini terdapat potensi tinggalan arkeologis penting yang perlu diteliti.

Terkait Situs Liangan, penelitian arkeologi pada tahun 2010 dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian menentukan batas wilayah situs dengan metode penelitian arkeologi yaitu menampakan komponen bangunan dan struktur yang belum tampak dengan kegiatan ekskavasi penyelamatan. Dari data yang diperoleh diharapkan mampu menjadi pertimbangan dalam penentuan batas areal situs arkeologi yang perlu dilakukan untuk pengamanan situs. Hasil yang dicapai meliputi luas lahan pengamanan 2400 m2 (50 m x 48 m) dan rekomendasi untuk pembebasan lahan (Wismabudhi, 2010).

Pada tahun yang sama penelitian arkeologi dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta. Penelitan tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk dan pola bangunan talud di sisi selatan Situs Liangan dan untuk mengetahui pertanggalan absolut situs. Metode penelitian yang dilakukan melalui survei, dan ekskavasi. Dari hasil survei diperoleh data mengenai tinggalan arkeologis di sekitar Situs Liangan sedangkan data yang diperoleh dari ekskavasi merupakan kelanjutan dari kegiatan ekskavasi sebelumnya (Istari, 2010).

Tahun 2011 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Tengah melakukan peninjauan ulang dengan melakukan ekskavasi penyelamatan. Tujuannya yaitu memperoleh data tentang keberadaan struktur dan bangunan candi. Hasil dari penelitian tersebut adalah ditemukannya struktur candi, pagar, sisa-sisa bangunan yang diduga umpak dan atap rumah panggung, beberapa struktur talud, gerabah dan keramik, Namun, secara umum penelitian ini belum mampu mengungkap gambaran keruangan Situs Liangan secara menyeluruh (Junawan, 2011).

(8)

Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 2012 mencoba melakukan integrasi data hasil ekskavasi tahap pertama dan survei lapangan yang didapatkan untuk memberikan gambaran rekonstruksi Situs Liangan yang meliputi aspek keruangan dan komponen permukiman. Hasilnya mengungkapkan bahwa gaya profil candi menunjukan arsitektur abad ke-10 Masehi. Situs Liangan juga dihubungkan dengan pertanggalan relatif dengan Prasasti Rukam (907 Masehi) yang juga ditemukan di Kabupaten Temanggung (Riyanto, 2012).

Pada tahun 2013 Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian di Situs Liangan untuk menjelaskan tentang luasan Situs Liangan, komponen permukiman dan ruang-ruang Situs Liangan dan hubungan fungsionalnya. Dalam tahap penelitian ini, dilakukan pembuatan garis imajiner berupa grid berskala 1: 30 m sebagai kerangka ruang untuk penempatan titik-titik atau lokasi sebaran data. Hasil penelitian akhir dari kegiatan ini antara lain identifikasi dan hubungan fungsional komponen ruang yang meliputi aspek religius (tempat peribadatan), area hunian (mungkin juga bangunan dharmasala), area terbuka (area pertanian), dan hunian profan. Namun, luas situs belum dapat diketahui secara pasti (Riyanto, 2013).

Penelitian oleh Yuwono (2013) mencoba mengidentifikasi pola persebaran permukiman masa klasik di lereng utara Gunungapi Sundoro dan mengetahui aspek spasio-temporal lereng utara Gunungapi Sundoro dalam hubungan kewilayahan dengan Situs Liangan. Penelitian tersebut menginventarisasi variabel fisik dan budaya di dalam konteks kewilayahan. Hasil penelitian berupa peta kewilayahan lereng utara Gunungapi Sundoro dalam suatu struktur kewilayahan masa klasik dan sekarang.

Adhe Pamungkas (2014) meneliti bentuk arsitektur dan pola pemanfaatan ruang Situs Liangan untuk skripsinya di Jurusan Arkeologi FIB berjudul Bentuk Arsitektur Bangunan dan Pemanfaatan Ruang Situs Liangan Temanggung Jawa Tengah. Penelitian tersebut memberikan gambaran kajian hubungan pemanfaatan ruang di Situs Liangan melalui temuan data arkeologi. Lingkup kajian dalam penelitian ini menggunakan lingkup kajian skala mikro dan meso terhadap pemanfaatan ruang di Sektor 01 Situs Liangan. Dalam kajian skala meso diperoleh

(9)

pembagian hubungan keruangan Sektor 01 Situs Liangan yang meliputi area peribadatan, area mobilisasi dan area permukiman (Pamungkas, 2014).

Beberapa penelitian di luar laporan perkembangan Situs Liangan namun masih dalam lingkup Kabupaten Temanggung telah dilakukan oleh Djoko Dwiyanto pada tahun 2003, terkait dengan Rencana Pengembangan Pariwisata Kawasan Wisata Sumber Air Pikatan bekerja sama dengan Pusat Studi Pancasila UGM. Dalam penelitian pengembangan aspek pariwisata di Kabupaten Temanggung tersebut diperoleh beberapa strategi pengembangan yang meliputi strategi pengembangan tata ruang, fasilitas penunjang wisata, rencana pengembangan kawasan, strategi dan rencana pengembangan pasar dan pemasaran, fisik–hidrologis dan strategi pengembangan SDM (Dwiyanto, 2003).

Hendro Murtianto tahun 2008 menulis tesis di Program Studi Geografi, Sekolah Pascasarjana UGM, dengan judul Besar Erosi dan Arahan Konservasi Lahan di Gunungapi Sundoro, Kabupaten Temanggung. Batas area penelitian yang diajukan dalam tesis tersebut meliputi wilayah lereng tengah dan lereng bawah dari Gunungapi Sundoro yaitu: sebagian Kecamatan Kledung, Bansari, Candiroto dan Ngadirejo. Dalam tesisnya dijelaskan mengenai besaran erosi tanah permukaan lahan pertanian di lereng bawah dan lereng tengah Gunungapi Sundoro pada masing-masing satuan lahan. Nilai besar erosi pada satuan lahan dihitung menggunakan metode Soil Loss Equation (USLE) atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT). Arahan konservasi lahan secara mekanik maupun vegetatif dilakukan dengan menyesuaikan tata guna lahan sesuai fungsi kawasan, meliputi fungsi kawasan lindung, penyangga dan budidaya tanaman tahunan. Aplikasi arahan konservasi didasarkan pada karakteristik lahan, partisipasi dan pemberdayaan terkait penertiban dan penerapan regulasi hukum yang berlaku (Murtianto, 2008).

Penelitian Wulan Restiyani tahun 2010 berjudul Toponim Masa Kini Berasal dari Sumber Prasasti Abad IX - X Masehi yang Ditemukan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian tersebut memberikan gambaran tentang penghunian kuno masyarakat Jawa Kuna dengan tinggalan bukti-bukti arkeologi di Kabupaten Temanggung (Restiyani, 2010).

(10)

Penelitian yang dilakukan untuk penulisan tesis ini berbeda dengan semua penelitian sebelumnya. Penelitian ini mencoba melihat Situs Liangan sebagai bagian penting dari upaya menemukan solusi perbedaan kepentingan, yaitu kompleksitas data arkeologi yang harus dijaga kelestarianya, dengan aktivitas penambangan pasir bersifat ekstraktif desktruktif yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan pemanfatan ruang. Oleh karena itu penelitian ini melihat permasalahan melalui pendekatan keruangan, aspek sosial ekonomi dan manajemen sumberdaya budaya (Lihat Tabel 1.1).

(11)

Table 1.1. Keaslian Penelitian NO. PENELITI/TAHUN

 

LOKASI TUJUAN METODE HASIL KETERANGAN 

1. 2010/ Balai  Pelestarian  Peninggalan  Purbakala Jawa  Tengah  Situs Liangan Ekskavasi penyelamatan  untuk penentuan batas  situs   Ekskavasi arkeologi a. Pemberian batas situs  dengan pengamanan  berupa pagar keliling  sementara   c. Rekomendasi luasan  area pembebasan tanah   Luas lahan  pengamanan 2400 m2  (50 m x 48 m)  2. 2010/ Balai  Arkeologi  Yogyakarta  Situs Liangan a. Mengetahui bentuk dan  pola bangunan talud   dibawah rumah  panggung, bangunan  talud di sisi selatan Situs  Liangan   b. Mengetahui pertanggalan  bangunan rumah  panggung  Survei  dan ekskavasi  arkeologi  Temuan sebaran data  arkeologi di sekitar Situs  Liangan.   Pada tahap ini telah  dilakukan sosialisasi  kepada masyarakat  tentang pentingnya  Situs Liangan.   3. 2011/ Balai  Pelestarian  Peninggalan  Purbakala Jawa  Tengah  Situs Liangan Eksplorasi data dengan  ekskavasi penyelamatan  untuk memperoleh data  tentang keterdapatan  candi  Ekskavasi arkeologi Temuan: candi, pagar,  dugaan umpak dan atap  rumah panggung, talud  pertanian, talud  penyangga rumah,  bendungan, gerabah dan  keramik.   Situs Liangan belum  terungkap secara  menyeluruh  4. 2012/ Balai  Arkeologi  Yogyakarta  Situs Liangan a. Mengintergrasikan hasil  penelitian penjajagan  dengan penelitian tahap I   b. Menyusun gambaran  rekontruktif dan  integrative temuan  c. Mengetahui kronologi  absolut Situs Liangan   a. Survei dan ekskavasi  arkeologi. Teknik  lubang uji (test pit)  dan sistem parit  b. Analisis karbon 14  Sinkronisasi dengan  sumber tertulis primer  (prasasti)  a. Gambaran rekontruktif  Situs Liangan meliputi  aspek keruangan dan  komponen permukiman  di Situs Liangan   b. Kronologi Situs (abad 9‐ 10 Masehi)  Hasil konversi Analisis  karbon 971 Masehi   Prasasti Rukam 907  Masehi 

(12)

c. Profil arsitektur candi  berdasar analisis  pecahan keramik    5.  2013/ Balai  Arkeologi  Yogyakarta  Situs Liangan Mengetahui dan  menjelaskan luasan situs  Liangan, komponen  permukiman dan ruang‐ ruang Situs Liangan dan  hubungan fungsionalnya.       Pembuatan garis  imajiner (kerangka  ruang) dan penempatan  titik‐titik atau lokasi  sebaran data.   a. Luas situs belum dapat  diketahui secara pasti,  diperkirakan 300 meter  dari candi Liangan  (sebagai sumbu).  b. Hubungan fungsional  antar komponen ruang  meliputi aspek religius      (tempat peribadatan),  area hunian  (kemungkinan juga  bangunan dharmasala),  area terbuka (area  pertanian), hunian  profan.    Komponen  permukiman :   a. tangga menuju  selasar.  b. lanjutan pagar candi  c. Batur pendopo‐ selasar  d. Ujung dan siku pagar  batu putih  e. Batur di barat daya  f. Tangga dan selasar  g. Talud boulder  h. Tatanan batu dan  gejala pemadatan  tanah.   6. 2013/ Yuwono,  Jurusan  Arkeologi, FIB,  UGM  Kecamatan  Ngadirejo,  Kabupaten  Temanggung  a. Untuk mengetahui pola  persebaran permukiman  masa klasik di lereng utara  Gunungapi Sundoro  b. Mengetahui aspek spasio‐ temporal lereng utara  Gunungapi Sundoro  dalam hubungan  kewilayahannya dengan  Situs Liangan  a. Menginventarisasi  variabel‐variabel fisik  dan budaya di dalam  konteks kewilayahan  tersebut, sebagai basis  data awal untuk  berbagai kepentingan.   b. Memetakan batas‐ batas ruang dan waktu  lereng utara  Gunungapi Sundoro  dalam hubungan  kewilayahannya  dengan Situs Liangan,  Peta kewilayahan lereng  utara Gunungapi Sundoro  dalam suatu struktur  kewilayahan masa Klasik  dan sekarang. Relasi antar  variabel diolah melalui  pengembangan basis data  kewilayahan.    Dalam proses  penelitian 

(13)

budaya, maupun  sosial.  7. 2014/ Adhe  Pamungkas  Situs Liangan,  Kabupaten  Temanggung  a. Mengetahui karakteristik  bangunan di Situs  Liangan.  b. Mendeskripikan  pemanfaatan ruang  berdasarkan konteks  keletakan data arkeologi di  Situs Liangan.   Deskripsi kualitatif.  Observasi lapangan dan  studi pustaka  a. Bentuk arsitektur  bangunan di Situs  Liangan merupakan  bangunan candi dengan  atap terbuka, tanpa  indikasi adanya dinding,  diidentifikasikan  bangunan candi gaya  Jawa Tengahan.   b. Pembagian keruangan  berdasarkan konteks  data arkeologi menjadi  bangunan peribadatan  dan permukiman.   Skripsi Jurusan  Arkeologi, Fakultas  Ilmu Budaya, UGM  8.  2003/ Djoko  Dwiyanto  Sumber mata  air Pikatan,  Desa Mudal,  Kecamatan  Temanggung,  Kabupaten  Temanggung   Rencana Pengembangan  Pariwisata Kawasan Wisata  Sumber Air Pikatan.   Analisis produk wisata,  fisik tata ruang,  investasi , sumberdaya  manusia, isu regional  dan sektoral,  pengembangan  berdasarkan aspirasi  masyarakat  a. Strategi dan rencana  pengembangan   b. Strategi dan rencana  pengembangan tata  ruang  c. Strategi dan rencana  pengembangan fasilitas  penunjang wisata  e. Rencana  Pengembangan tapak  kawasan.   f. Strategi dan rencana  pengembangan pasar  dan pemasaran  g. Strategi dan rencana  pengembangan fisik – hidrologis  Rencana  pengembangan terbagi  atas :  Tahap Pengembangan  Jangka Pendek (1‐2  tahun)  Tahap Pengembangan  Jangka Menengah (3‐5  tahun)  Tahap Pengembangan  Jangka Panjang(6‐10  tahun) 

(14)

h. Strategi dan rencana  pengembangan SDM    9.  2008/ Hendro  Murtianto  Lereng tengah  dan lereng  bawah  Gunungapi  Sundoro :  Kecamatan  Kledung,  Bansari,  Candiroto dan  Ngadirejo,  Kabupaten  Temanggung  a. Mengetahui besar erosi  tanah permukaan di  lereng Gunungapi  Sundoro  b. Mengetahui arahan  konservasi lahan yang  sesuai untuk daerah  Gunungapi Sundoro  Analisis data deskriptif   dengan metode USLE  (Universal Soil Loss  Equation)   a. Nilai besar erosi tanah  permukaan pada lahan  pertanian di lereng  tengah dan bawah G.  Sundoro.  b. Besar erosi yang  diperbolehkan di daerah  penelitian berbeda‐ bedan antar satuan  lahan,     c. Arahan konservasi lahan  alternatif secara  mekanis dan vegetatif  dilakukan sesuai dengan  tata guna lahan yang  sesuai dengan fungsi  kawasan, yang meliputi  kawasan lindung,  penyangga dan  budidaya tanaman  tahunan.   a. Erosi tanah terbesar   pada satuan lahan  V2VTUdTg sebesar  4368,8 ton/ha/th  b. Erosi tanah terkecil  pada satuan lahan  V2IITUsST sebesar  20, 1 ton/ha/th.   10 2010/ Wulan  Restiyani  Kabupaten  Temanggung  Mencari hubungan toponim  kuna berdasar sumber  prasasti dengan bukti‐bukti  arkeologi  Korelasi antara data  toponim kuna yang ada  dalam prasasti masa  jawa kuna di Kabupaten  Temanggung  Gambaran hunian  masyarakat jawa kuna di  Kabupaten Temanggung  melalui bukti toponim dan  data arkeologi  Skripsi Jurusan  Arkeologi, Fakultas  Ilmu Budaya, UGM 

(15)

11.  2014/ Anindya  Puspita Putri  Situs Liangan Kabupaten  Temanggung  a. Memetakan lokasi Situs  Liangan yang terdampak  oleh aktivitas  penambangan pasir di  Dusun Liangan.  b. Merumuskan bentuk  pengembangan situs  Liangan dan pengelolaan  kegiatan penambangan  untuk kepentingan  masyarakat dan  pelestarian situs  arkeologi.   a. Pemetaan potensi  kelurusan dan  distribusi temuan  arkeologi.  b. Pembuatan zonasi  pengelolaan Situs  Liangan    a. Peta Prediksi Luasan  Situs Liangan  (berdasarkan kondisi  eksisting temuan dan  dugaan potensi situs  melalui analisis  Archaeological  Predictive Modeling )  b. Peta Zonasi  Pengembangan Situs  Liangan dan  Pengelolaan  Penambangan Pasir  Dusun  Liangan, Desa  Purbosari, Kecamatan  Ngadirejo, Kabupaten  Temanggung.     Penulis

Gambar

Table 1.1. Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kerusakan yang terjadi pada bahan perpustakaan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu menurut Martoatmodjo (2009, hlm. 2.3) : a) Faktor Biologi, Kerusakan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR