• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Potensi bahaya banyak ditemukan di setiap tempat dimana kita melakukan aktivitas pekerjaan baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengurus perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan. Sedangkan tenaga kerja mempunyai kewajiban untuk mematuhi setiap syarat keselamatan dan kesehatan yang ditetapkan baginya (Tarwaka, 2008).

Perusahaan pertambangan adalah orang atau badan usaha yang diberi wewenang untuk melaksanakan usaha pertambangan berdasarkan Kuasa Pertambangan atau Perjanjian Karya. Tambang adalah suatu tempat kegiatan penambangannya yang dilakukan untuk mendapatkan bahan galian. Tambang Permukaan adalah suatu system penambangan untuk mendapatkan bahan galian yang kegiatannya di atas permukaan air (Kepmentamben 555/1995). 1. Tempat Kerja

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber atau sumber- sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air dan di udara (Tarwaka, 2008).

(2)

Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Setiap tempat kerja memiliki sumber bahaya maka pemerintah melalui peraturannya mengatur keselamatan dan kesehatan kerja baik di darat, di dalam tanah (underground), di permukaan air, di dalam air, dan di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dimana : a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,

perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar

(3)

perairan; dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara.

f. Dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang.

g. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.

h. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.

i. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah.

j. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.

k. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;

l. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran. m. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

n. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televise atau telepon.

o. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis.

(4)

disalurkan listrik, gas, minyak atau air.

q. Diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

2. Pengertian Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Secara umum gejala kelelahan dapat dapat dimulai dari yang ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan ini menunjukan kondisi yang berbeda dari setiap individu tetapi semuanya akan berpengaruh pada hilangnya efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).

3. Tanda-tanda kelelahan

Kelelahan dapat ditandai dengan kondisi yang cenderung mengantuk. Gejala-gejala kelelahan adalah rasa letih, lesu, lemah, mengantuk, motivasi kerja menurun dan rasa pesimis. Menurut suma’mur (1987), tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ diluar kesadaran serta proses pemulihan. Tanda-tanda orang yang telah mengalami kelelahan adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan yang monoton,

b. Intensita dan lamanya kerja fisik, c. Keadaan lingkungan,

(5)

e. Status kesehatan dan, f. Keadaan gizi

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melibihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 1996).

4. Jenis kelelahan

Kelelahan kerja dibedakan berdasarkan proses dalam otot, waktu terjadinya serta penyebabnya.

a. Proses dalam otot

1) Kelelahan otot, menurunya kinerja sesudah mengalami stres tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan kelambanan gerak.

2) Kelelahan umum, suatu perasaan yang menyebar disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas.

b. Waktu terjadinya

1) Kelelahan akut, disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

2) Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan, bahkan kadang-kadang terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

(6)

c. Penyebabnya

1) Kelelahan fisiologis, disebabkan kerja fisik yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan kelelahan yang ada kaitannya dengan penyakit.

2) Kelelahan psikologis, yaitu konflik yang mengakibatkan stress emosional yang berkepanjangan yang ditandai dengan menurunya prestasi kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

d. Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda :

1) Lelah otot, dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan ketika otot harus menerima beban yang berlebihan. 2) Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus-menerus pada suatu obyek, seperti yang dialami oleh operator komputer.

3) Lelah mental, dalam kasus ini kelelahan datangnya bukan diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja mental seperti proses berpikir. Lelah mental ini seringkali disebut lelah otak.

4) Lelah monotonis, yaitu jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjenuhkan. Pekerjaan yang tidak memberikan

(7)

“tantangan” dan tidak memerlukan skill akan menyebabkan motivasi pekerja rendah.

5. Mekanisme kelelahan

Konsep kelelahan merupakan reaksi dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan system penggera/aktivasi). Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat (Tarwaka. Dkk, 2004 : 107).

a. Teori kimia

Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.

b. Teori syaraf pusat

Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensorik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsanagan aferen ini menghambat pusat-pusat otak didalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Kondisi dinamis

(8)

dari pekerjaan akan mengakibatkan sirkulasi darah yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat.

Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat sistem akativasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada kondisi yang memberikan stabilitas pada tubuh (suma’mur PK, 1999).

6. Sebab-sebab kelelahan

Menurut suma’mur (1996), terdapat lima kelompok sebab kelelahan yaitu :

a. Monotoni,

b. Beban dan lama pekerjaan baik fisik maupun mental,

c. Keadaan lingkungan (cuaca kerja, penerangan dan kebisingan), d. Keadaan kejiwaan (tanggung jawab, khawatir atau konflik), e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi.

Sedangkan, menurut Tarwaka (2004) faktor-faktor penyebab kelelahan akibat kerja sangat bervariasi diantaranya adalah sebagai berikut :

(9)

b. Aktivitas kerja mental

c. Stasiun kerja yang tidak ergonomis d. Sikap paksa

e. Kerja statis

f. Kerja bersifat monotoni g. Lingkungan kerja ekstrim h. Psikologis

i. Kebutuhan kalori kurang

j. Waktu kerja dan istirahat tidak tepat

Beban kerja juga dapat berpengaruh terhadap kelelahan kerja, hal ini dikarenakan semakin besar beban kerja, semakin besar pula yang dirasakan. Menurut Tarwaka 2010 beban kerja eksternal dan internal dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja eksternal adalah : a. Tugas-tugas (task) yang dilakukan, baik bersifat fisik seperti,

stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk display dan control, alur kerja dan lain-lain. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti; kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat kesulutai pekerjaan.

b. Organisasi kerja yang mempengaruhi beban kerja seperti : lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem

(10)

pengupahan, sistem kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang.

c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan pekerjaan adalah :

1) Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat (suhu udara ambient, kelembapan udara, cepat rambat udara, suhu radiasi), intensitas penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis, dan tekanan udara.

2) Lingkungan kerja kimiawi, seperti : debu, gas-gas, pencemaran udara, uap logam fume dalam udara.

3) Lingkungan kerja biologis, seperti : bakteri, virus, parasit, jamur dan serangga.

4) Lingkungan kerja psikologis, seperti : pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antar pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga dan pekerjaan dengan lingkungan sosial yang berdampak pada performansi kerja di tempat kerja.

7. Metode pengukuran kelelahan

Pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan memgukur indikator kelelahan kerja, seperti waktu reaksi dan perasaan lelah. a. Waktu reaksi

Waktu reaksi adalah waktu yang terjadi antara pemberian rangsangan sampai timbulnya respons terhadap rangsangan

(11)

tersebut. Waktu reaksi ini merupakan reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi yang memerlukan koordinasi (Suma’mur, 1984). Parameter waktu reaksi ini sering dipergunakan untuk pengukuran kelelahan kerja, namun dikemukaan bahwa waktu reaksi ini dipengaruhi oleh faktor rangsangannya sendiri baik macam, intensitas maupun komplektisitas rangsangannya, dan juga dapat dipengaruhi oleh motivasi kerja, jenis kelamin, usia, kesempatan serta anggota tubuh yang dipergunakan (Philips dan Hornak, 1979). Sutarman (1972), Burke (1980), dan Bailey (1982) mengutarakan bahwa pada keadaan kelelahan terjadi perubahan waktu reaksi, waktu reaksi lebih lama/memanjang.

b. Perasaan lelah

Lelah diukur dengan menggunakan kuisioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2) yang terdiri dari pertanyaan tentang keluhan kerja subjektif yang dapat diderita oleh tenaga kerja yang mengalami kelelahan kerja. Suatu daftar gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan adalah :

1) Perasaan berat kepala 2) Lelah di seluruh badan 3) Kaki merasa berat 4) Menguap

(12)

6) Mengantuk

7) Merasakan beban pada mata 8) Kaku dan canggung dalam gerakan 9) Tidak seimbang dalam berdiri 10) Ingin berbaring

11) Merasa susah berfikir 12) Lelah berbicara 13) Merasa gugup

14) Tidak dapat berkonsenterasi

15) Tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu 16) Cemderung untuk lupa

17) Kurang kepercayaan 18) Cemas terhadap sesuatu 19) Tidak dapat mengontrol sikap 20) Tidak tekun dalam pekerjaan 21) Sakit kepala

22) Kekakuan dibahu

23) Merasa nyeri di punggung 24) Merasa pernafasan tertekan 25) Merasa haus

26) Suara serak 27) Merasa pusing

(13)

29) Tremor pada anggota badan 30) Merasa kurang sehat

Pertanyaan 1-10 menunjukan pelemahan kegiatan, 11-20 menunjukan pelemahan motivasi dan 21-30 gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum (suma’mur, 1992).

Tabel 2.1. Tingkat kelelahan kerja

Tingkat kelelahan total skor individu Klasifikasi kelelahan Tindakan perbaikan

1 30-52 Rendah Belum perlu adanya tindakan perbaikan

2 53-75 Sedang Mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari

3 76-98 Tinggi Diperlukan tindakan segera

4 99-120 Sangat tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh segera

Sumber: Tarwaka (2004)

8. Pengendalian kelelahan

Menurut tarwaka (2004), upaya mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja adalah sebagai berikut :

(14)

b. Redesain stasiun kerja yang ergonomis c. Bekerja dengan sikap kerja yang alamiah d. Kerja lebih dinamis

e. Kerja lebih variasi

f. Redesain lingkungan kerja g. Reorganisasi kerja

h. Kebutuhan kalori seimbang

i. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan.

Menurut suma’mur (1996) kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana tempat istirahat, memberi waktu libur dan rekreasi, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman, penggunaan warna dan dekorasi pada lingkungan kerja dan pengadaan musik ditempat kerja. Pemeriksaan kesehatan bagi pekerja dengan sistem bergilir sebaiknya dilakukan tiap enam bulan sekali.

9. Manajemen Kelelahan Kerja

Agar dapat dilakukan pengendalian kelelahan kerja maka manajemen kelelahan kerja harus terintegrasi dengan manajemen K3 perusahaan. Guna memberikan kejelasan dalam manajemen kelelahan kerja diutarakan terlebih dahulu manajemen K3 di perusahaan. (Lientje Setyawati KM, 2011)

Manajemen kelelahan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan mengingat kelelahan kerja

(15)

dewasa ini masih tetap merupakan suatu misteri kehidupan pekerja yang belum jelas dan memberikan dampak negatif bagi pekerja, perusahaan dan masyarakat disekitarnya. Inti manajemen kelelahan kerja adalah :

a. Pembentukan organisasi “Kendali Fatigue” yang diikuti dengan administrasi yang tertib, teratur dan berkesinambungan.

b. Prosedur dan peraturan yang terkait dengan K3 yang selalu di update.

c. Pengadaan pendidikan dan pelatihan K3 bagi manajemen dan seluruh pekerja.

d. Pengontrolan lingkungan kerja secara berkala dan berkesinambungan. (Lientje Setyawati KM, 2011)

10. Program Penanggulangan Kelelahan Kerja a. Promosi kesehatan kerja

1) Promosi intrakurikuler adalah memasukkan materi Hiperkes kedalam kurikulum Ilmu Kesehatan secara periodik, dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan memasukkan Ilmu Hiperkes kepada kehidupan para calon pekerja maupun pekerja. 2) Promosi ekstrakurikuler adalah memasukkan materi Hiperkes

ke dalam acara-acara atau peristiwa tertentu.

3) Promosi melalui perusahaan masing-masing. Pekerja memperoleh penerangan tentang bekerja secara sehat, dengan produktivitas yang setinggi mungkin melalui pendekatan ilmu

(16)

ergonomi, memonitor lingkungan kerja yang sehat dan pemberian gizi yang adekuat.

4) Promosi melalui media masa. b. Pencegahan kelelahan kerja

Pencegahan kelelahan kerja ini terutama ditujukan kepada upaya menekan faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada kelelahan kerja dan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh secara positif. (Lientje Setyawati KM, 2011)

c. Pengobatan kelelahan kerja

Mengingat keadaan kelelahan kerja merupakan keadaan yang dapat menganggu pekerja, perusahaan dan pihak masyarakat maka pekerja dengan kelelahan perlu mendapat pengobatan sesuai dengan penyebabnya disamping penanganan kehadiran faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Pengobatan kelelahan kerja ini berbentuk obat-obat, terapi kognitif dan perilaku pekerja bersangkutan, penyuluhan mental dan bimbingan mental, perbaikan lingkungan kerja, sikap kerja dan alat kerja diupayakan berciri ergonomis, serta pemberian gizi kerja yang memadai. (Lientje Setyawati KM, 2011)

d. Rehabilitasi kelelahan kerja

Rehabilitasi kelelahan kerja adalah melanjutkan tindakan dan program pengobatan kelelahan kerja saat mempersiapkan pekerja tersebut bekerja secara lebih baik dan bersemangat.

(17)

e. Evaluasi program pengendalian kelelahan kerja

Merupakan salah satu bagian program perusahaan yang antara lain bersifat pemantauan terhadap jalannya program terkait yang bersifat terus menerus, yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. (Lientje Setyawati KM, 2011)

(18)

B. Kerangka Pemikiran

Manajemen Kelelahan Kerja

Keuntungan (Profit) 1. Promosi Kesehatan Kerja 2. Pencegahan Kelelahan Kerja 3. Pengobatan Kelelahan Kerja 4. Rehabilitasi Kelelahan Kerja 5. Evaluasi Program Pengendalian Kelelahan Kerja Kerugian (loss) Diterapkan secara sempurna Management Review Diterapkan kurang sempurna Insiden akibat kelelahan terjadi Kelelahan terkendali Kelelahan tidak terkendali

Insiden akibat kelelahan tidak terjadi Pengukuran Kelelahan Operator Perusahaan pertambangan Tempat Kerja Aktivitas Kerja Kelelahan

Gambar

Tabel 2.1. Tingkat kelelahan kerja Tingkat kelelahan totalskor individu Klasifikasikelelahan Tindakan perbaikan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut klasifikasi Binder deformitas wajah pasien kedua termasuk dalam deformitas tipe 4 yaitu kombinasi hipoplasia malar dan defisiensi jaringan lunak malar sehingga dilakukan

Penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam dalam pendidikan inklusi di SD Negeri Sumberari III adalah bagaimana sesuatu atau hal-hal yang telah diajarakan oleh guru agama

Saya sebagai Mahasiswa Teknik FIsika Institut Teknologi Bandung yang dalam program studi ini terdapat kelompok keahlian fisika bangunan (lebih spesifikl lagi akustik)

Setelah mengidentifikasi saran dari masalah yang ada, siswa dapat mengemukakan saran penyelesaian masalah (sederhana) berkaitan dengan kewajiban dan hak dalam keluarga

Hasil penelitian tentang pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa tanah pertanian berdasarkan hukum adat di Desa Mudal Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali di dasarkan

sebuah usaha sesuai permasalahn dari tayangan video yang dekat dengan lingkungan sekolah, untuk proses pengumpulan data dan informasi yang diperlukan mengenai Langkah -

terimmobilisasi sebagai adsorben sebanyak 100 gram dan diperoleh data sebagai berikut : Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa dalam percobaan proses batch dengan

‘Laki-laki harus bekerja, apa yang didapat diberikan kepada istrinya. Yang perempuan melaksanakan dan menjaga kebutuhan sehari-hari, dengan uang yang dihasilkan oleh suami