• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESS STATEMENT MENLU RI BALI DEMOCRACY FORUM KE-13 BALI, 10 DESEMBER Saya baru saja membuka pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) ke-13.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRESS STATEMENT MENLU RI BALI DEMOCRACY FORUM KE-13 BALI, 10 DESEMBER Saya baru saja membuka pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) ke-13."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BALI, 10 DESEMBER 2020

Bismillahirramanirrahim

Assalamu’alaikum warramatullahi wabarakatuh, Om Swastiastu, Namu Budaya, Salam Kebajikan, Selamat pagi,

Rekan-rekan media yang saya hormati,

Saya baru saja membuka pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) ke-13.

Pelaksanaan BDF kali ini sebagaimana teman-teman lihat dilakukan secara berbeda, disesuaikan situasi pandemi saat ini.

Jadi kita selenggarakan BDF secara hybrid dan kita melihat antusiasme yang tinggi dari negara-negara di berbagai kawasan.

Dapat saya sampaikan kepada teman-teman, saya barusan di-update oleh tim saya bahwa BDF ke-13 ini dihadiri secara virtual oleh lebih dari 500 orang peserta dari 69 negara dan 4 organisasi internasional.

Kehadiran fisik memang kita batasi, yaitu 44 orang dari 26 negara dan 3 organisasi internasional, dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat.

Jadi semua pihak yang berada di dalam kegiatan ini, baik delegasi maupun panitia, semuanya tanpa terkecuali telah melakukan PCR Test dan hasilnya negatif.

Diterapkannya protokol kesehatan yang ketat merupakan sebuah syarat yang pasti dan akan kita lakukan dalam seluruh tahap dari pelaksanaan kegiatan.

BDF ke-13 adalah pertemuan internasional yang pertama yang kita lakukan secara hybrid sejak pandemi COVID-19.

Teman-teman media yang saya hormati,

Bali Democracy Forum tahun ini mengambil sebuah tema yang sangat pas "Democracy and COVID-19 Pandemic".

Tema ini sangat relevan dimana kita semua menyaksikan bagaimana dampak Pandemi COVID-19 bukan hanya terhadap aspek kesehatan dan ekonomi, tetapi juga terhadap demokrasi.

(2)

Dalam sambutan pembukaan tadi, saya menyampaikan bahwa BDF merupakan kesempatan yang baik bagi seluruh peserta untuk mendiskusikan berbagai hal penting mengenai keterkaitan antara demokrasi dan pandemi.

Jadi, apa dampak Covid-19 terhadap demokrasi?

Bagaimana demokrasi bisa membantu menangani pandemi global? dan

Bagaimana kita dapat melestarikan demokrasi bahkan sampai pasca pandemi? Jadi ke depannya bagaimana kita dapat terus melestarikan demokrasi.

Ketiga pertanyaan ini sangat penting untuk dibahas agar demokrasi dan pandemi bukan merupakan sesuatu yang dipertentangkan. Jadi ini sesi 1 sedang berlangsung, 7 menteri luar negeri sudah mengirimkan pesan, plus tentunya tadi Dirjen WHO dan Sekjen PBB, dan sekarang sedang didiskusikan baik secara virtual dari para Duta Besar di Jakarta maupun yang hadir di sini.

Dalam pembukaan tadi satu hal yang saya tekankan, Pandemi tidak boleh melunturkan nilai demokrasi dan di saat yang sama; Demokrasi tidak boleh menjadi penghalang kita untuk mengalahkan pandemi. Justru kita yakin bahwa demokrasi merupakan tools yang paling tepat bagi setiap negara untuk melawan pandemi.

Saya sampaikan bahwa menurut Laporan Freedom House tahun 2019, demokrasi di seluruh dunia mengalami kemunduran selama 14 tahun terakhir ini.

Pandemi Covid-19 telah menciptakan tantangan tambahan bagi demokrasi.

Beberapa pihak mungkin berpandangan bahwa restriksi yang dijalankan selama pandemi, termasuk larangan berkumpul, kewajiban memakai masker, diartikan sebagai bertabrakan dengan kebebasan individu. Ini ada beberapa pihak yang mengartikan seperti itu.

Padahal sebenarnya bukan itu yang terjadi

Pembatasan-pembatasan terbatas yang sifatnya sementara itu memang diperlukan dan harus dilakukan, namun tetap harus dipantau pelaksanaannya agar dapat mencegah kemungkinan munculnya resiko terkurangkannya kebebasan dasar yang memang harus terus dihormati dan diimplementasikan.

Di dalam pidato saya tadi, saya menyampaikan bahwa tantangan lain yang muncul adalah bagaimana ruang demokrasi atau ruang demokrasi ini dapat digunakan oleh beberapa pihak untuk menyebarkan misinformasi dan disinformasi yang memiliki potensi justru mengganggu upaya penanganan pandemi itu.

Di sesi pertama, beberapa Menteri Luar Negeri juga menghighlight itu, bahwa ruang demokrasi juga at the same time dijadikan ruang untuk menyebarkan misinformasi,

(3)

disinformasi, yang tentunya bukan merupakan sesuatu yang dapat membantu upaya kita semua dalam memerangi pandemi ini.

Teman-teman yang saya hormati,

Tantangan lain yang muncul, tadi sudah saya sampaikan mengenai misinformasi dan disinformasi, tapi sekali lagi terlepas dari semua tantangan ini, demokrasi telah melahirkan harapan dan optimisme bagi kita untuk segera keluar dari pandemi ini. Democratic Perception Index Survey 2020 menunjukkan bahwa 78% orang di dunia ini masih percaya pentingnya demokrasi bagi negara mereka.

Oleh karena itu, demokrasi pandemi ini tidak boleh menghilangkan komitmen kita terhadap demokrasi, sama halnya, sama pentingnya bahwa demokrasi tidak boleh menghalangi upaya kita untuk secara efektif menangani pandemi.

Tugas kita ke depan tidak mudah, kita harus pastikan bahwa demokrasi dapat mendukung upaya kita di era post-pandemi.

Dalam konteks inilah dalam pertemuan tadi, saya menyampaikan 3 pandangan Indonesia bagaimana demokrasi dapat terus ditegakkan di masa pandemi dan bahkan diyakini dapat berkontribusi besar untuk mengatasi pandemi.

Yang pertama adalah mengenai pentingnya kita terus memulihkan kepercayaan terhadap demokrasi.

Kita harus pastikan bahwa Democracy delivers. Demokrasi dinilai akan dapat memberikan ruang bagi dialog mengenai pengambilan kebijakan kesehatan publik selama pandemi.

Dan saya tadi, antara lain, menyampaikan satu contoh yang dilakukan Indonesia yaitu pembentukan Komite untuk mitigasi Covid-19 dan pemulihan ekonomi, yang setiap hari memberikan update mengenai pengelolaan pandemi di Indonesia.

Dan Indonesia, sangat beruntung memiliki masyarakat madani yang kuat, yang juga telah melakukan paran dalam pemantauan upaya pemerintah dalam pengelolaan pandemi ini, melalui Inisiatif Kawal Covid-19.

Hal kedua yang saya sampaikan adalah mengenai pentingnya menjaga nilai dan norma demokrasi pada pasca-pandemi.

Sekali lagi, saya menyampaikan bahwa tantangan untuk menjalankan praktek demokrasi di masa pandemi sangatlah besar.

Beberapa pelaksanaan kebebasan, tadi saya juga sampaikan, harus kita sesuaikan dengan situasi darurat kesehatan.

(4)

Pelaksanaan demokrasi mengalami adaptasi tanpa harus, sekali lagi, tanpa harus mengurangi ruh dasar demokrasi itu sendiri.

Di sini terbukti bahwa demokrasi juga memberi ruang bagi adaptasi.

Contoh adalah pelaksanaan Pilkada di Indonesia, kampanye misalnya dilakukan secara virtual.

Dan saya juga, tadi di dalam pidato, memberikan contoh, kemarin saya menggunakan hak pilih saya di Depok. Dan saya lihat bagaimana pengaturan demokrasi dilaksanakan dengan pengaturan protokol kesehatan yang ketat.

Yang ketiga yang saya sampaikan adalah pentingnya memupuk solidaritas demokrasi dalam melawan pandemi. Indonesia percaya bahwa hak individu dapat dijalankan beriringan dengan kepentingan kolektif masyarakat, tanpa harus mengorbankan salah satunya.

Di Indonesia, hak individu dan kemaslahatan masyarakat bukan sesuatu yang harus dipilih.

Dua-duanya harus dijalankan dengan baik.

Dan disini lah diperlukan sebuah perspektif, yaitu perspektif solidaritas. Pelaksanaan demokrasi harus dilakukan dengan bertanggungjawab.

Dan perspektif solidaritas inilah, yang juga menjadi komponen esensial bagi respons terhadap pandemi, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia.

Dan para pembicara tadi juga menggarisbawahi mengenai pentingnya solidaritas dunia dalam melawan pandemi.

Solidaritas ini sangat diperlukan di dalam penanganan pandemi sampai pada tingkat dunia.

Pandemi ini tidak mengenal batas, dan penanganannya pun memerlukan kerjasama lintas batas.

Seperti yang selalu saya sampaikan, no one is safe until everyone is.

Hanya dengan solidaritas kita akan dapat mampu melampaui pandemi ini bersama. Dan hanya dengan spirit solidaritas, maka demokrasi dapat menjadi kekuatan untuk mempersatukan dan bukan untuk memecah.

(5)

Rekan-rekan media yang saya hormati,

Tadi kira mendengarkan sambutan dari Sekjen PBB, Antonio Guterres, yang menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia atas penyelenggaraan BDF di tengah pandemi ini.

Sekjen PBB menekankan tantangan global pandemi COVID-19, tidak boleh merusak nilai-nilai demokrasi, mengancam hak asasi manusia, atau digunakan untuk membatasi ruang sipil. Masyarakat sipil, media, dan sains harus menjadi bagian dari solusi.

Jadi inclusiveness itu juga ditekankan para pembicara berikutnya di sesi pertama ini. BDF menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai kebebasan, inklusi menurut sekjen PBB, dan rasa hormat satu sama lain. Solidaritas internasional, ini juga disampaikan Sekjen PBB, dan kepemimpinan politik sangatlah penting untuk perdamaian, pembangunan berkelanjutan, dan hak asasi manusia untuk semua.

Sementara itu, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Demokrasi, Good Governance, dan Supremasi Hukum adalah 3 aspek terpenting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan dan kesetaraan.

Beliau sampaikan apresiasi kepada Indonesia yang telah bergabung dalam solidarity trial dan skema vaksin COVAX Facility, ini beberapa kali sudah saya sampaikan kepada media, dan menekankan pentingnya vaksin dan obat-obatan menjadi public goods dan dapat diakses secara setara oleh semua orang.

Jadi equitable akses terhadap vaksin dan obat-obatan ini juga merupakan salah satu prinsip yang terus di sampaikan Indonesia dari sejak awal pandemi ini.

Dirjen WHO juga juga mengatakan bahwa pandemi COVID-19 ini merupakan peringatan bagi kita semua bahwa sistem kesehatan, ekonomi dan politik saling berkaitan erat. Kesehatan adalah sebuah investasi penting bagi terciptanya stabilitas, kemakmuran dan ketahanan.

Pada sesi berikutnya, dengan tema “messages from the world”, yang saat ini berlangsung, 11 Menteri Luar Negeri dan Sekjen ASEAN berpartisipasi dan menyampaikan pandangannya secara virtual, dan akan kita bagi menjadi dua: yang pertama tadi 7 pembicara kemudian yang kedua nanti 7 pembicara. Setelah mereka bicara kemudian kita diskusikan dan siang nanti panel diskusi akan dilanjutkan.

Dari apa yang tadi saya ikuti, pesan para Menteri Luar Negeri menekankan pentingnya terus menegakkan nilai demokrasi di masa pandemi. Dan selain itu, menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama global dalam penanganan pandemi.

(6)

Sebelum pertemuan BDF ke-13 hari ini, tiga pilar BDF lainnya telah diselenggarakan dalam rangkaian yang terpisah, yang kita sebut sebagai “Road to BDF”. Kegiatan tiga pilar tersebut juga telah diselenggarakan secara hybrid di Bali pada Oktober-November lalu, yaitu:

1. Bali Civil Society and media forum, yang dihadiri 300 peserta dari 18 negara; kemudian

2. Bali Democracy Students Conference/ BDSC, dihadiri 250 pemuda dari 25 negara; dan

3. Business Community Forum, yang diikuti oleh 500 peserta dari 25 negara.

Di akhir acara nanti, sebagai outcome document, pertemuan akan menghasilkan Key Messages dari masing-masing pilar yang akan disampaikan oleh setiap perwakilan, dan juga laporan dari rapporteur Panel dari pihak Pemerintah.

Rekomendasi yang akan dihasilkan berupa berbagai usulan atau pandangan agar demokrasi dapat terus ditegakan di masa pandemi dan di saat yang sama demokrasi dapat menjadi positive force dalam mengatasi pandemi saat ini.

Teman-teman media yang saya hormati,

Di tengah-tengah tantangan akibat Pandemi, BDF hadir menjadi platform yang kokoh untuk mendiskusikan masa depan demokrasi.

Dan demokrasi, sekali lagi, membuka ruang seluas-luasnya bagi dialog, dan ini akan dapat lebih membantu kita dalam menangani berbagai tantangan, termasuk yang ditimbulkan oleh pandemi itu.

Oleh karena itu pesan yang disampaikan melalui forum ini adalah: tetap optimis, terus bekerja bersama untuk pemajuan demokrasi dan kesejahteraan masyarakat.

Demikian teman-teman yang dapat saya sampaikan Stay strong, Stay healthy, and Stay united.

Referensi

Dokumen terkait

Jika ke dalam system dua fasa cair yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang tidak dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji kualitas audit pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI) Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan menggunakan

Adapun aspek citra yang ditimbulkan dalam game Call of Duty 4 : Modern Warfare tersusun dengan sangat tepat melalui perpaduan tampilan visual dan narasi yang kuat..

Hasil uji statistik ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan hubungan bermakna antara skor SOFA dan kategori sepsis pada pasien yang dirawat di ICU

Pada ayat di atas Allah menjelaskan bahwa syetan membisikkan kepada Adam. Setelah itu dijelaskan isi dari bisikan tersebut.. Kalimat yang menjadi

Salah satu cara untuk  mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis – garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 -

Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer

Pada penelitiaan ini diharapkan dapat memberi wawasan dan informasi bagi pihak sekolah mengenai hubungan tingkat stres dengan konsumsi makan dan status gizi pada