• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

JATI PURNOMO

NIM. 2013.16.01652

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM

IAI BUNGA BANGSA CIREBON

(2)

i

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII

DI SMP NEGERI 1 GUNUNGJATI KABUPATEN CIREBON Oleh: JATI PURNOMO NIM. 2013.16.01652 Menyetujui, Pembimbing I, Barnawi, M.S.I Pembimbing II,

H. Oman Fathurohman, M.A. NIDK. 8886160017

(3)

ii

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.” Oleh Jati Purnomo

NIM 2013.16.01652, telah diajukan dalam Sidang Munaqosah Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal 13 Mei 2019.

Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Cirebon, 13 Mei 2019

Sidang Munaqosah,

Ketua,

Merangkap Anggota,

H. Oman Fathurohman, M.A. NIDK. 8886160017 Sekretaris, Merangkap Anggota, Drs. Sulaiman, M.MPd. NIDN. 2118096201 Penguji I,

Drs. Agus Prayitno, M.Pd.I NIDN. 2101087001

Penguji II,

Somantri, M.Pd.I NIDN. 2106036301

(4)

iii

Kepada Yth. Dekan Tarbiyah

IAI Bunga Bangsa Cirebon di

Cirebon Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi dari Jati Purnomo Nomor Induk Mahasiswa 2013.16.01652, berjudul

“Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.” Bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan

kepada Dekan Tarbiyah untuk dimunaqosahkan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Pembimbing I,

Barnawi, M.S.I

Pembimbing II,

H. Oman Fathurohman, M.A. NIDK. 8886160017

(5)

iv

Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.” beserta isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau mengutip yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan di atas, saya siap menanggung resiko atau sanksi apapun yang dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, 10 September 2018 Yang membuat pernyataan,

JATI PURNOMO NIM. 2013.16.01652

(6)

v

Wa Ta’ala karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon”, dalam rangka menyelesaikan studi Strata1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun telah menerima banyak bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Jasa baik mereka tentu tidak dapat penyusun lupakan begitu saja, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Sadrawi -Allahumma Yarham- dan Ibu Komariyah selaku kedua orang tua penulis.

2. Drs. H. A. Basuni, Ketua Yayasan Pendidikan Bunga Bangsa Cirebon.

3. H. Oman Fathurohman, M.A., Rektor Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon sekaligus pembimbing II yang memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di IAI BBC.

4. Drs. Sulaiman, M.MPd, Dekan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

5. Dosen Barnawi, M.S.I Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan membimbing penyusun skripsi ini dengan sabar dan penuh perhatian.

6. Drs. Yusup, M.Pd., Kepala SMP Negeri 1 Gunungjati yang telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penyusun melakukan penelitian.

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan kebaikan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akhirnya penyusun berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Cirebon, 10 September 2018

(7)

vi

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 GUNUNGJATI KABUPATEN CIREBON

Skripsi ini membahas hubungan kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon. Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya suatu kompetensi yang secara khusus hanya terdapat pada dunia pendidikan yaitu kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik harus dimiliki oleh setiap guru agar mampu mengelola pembelajaran siswa di dalam kelas. Secara luas kompetensi memiliki peran dalam peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan yang baik dapat dilihat dengan adanya hasil belajar siswa yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gunungjati yang berjumlah 309 siswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data primer dalam bentuk angket/kuisioner yang dibagikan ke siswa sebagi responden untuk mendapatkan data kompetensi pedagogik guru sebagai variabel X dan data sekunder dalam bentuk dokumentasi hasil belajar siswa yang ada pada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada ulangan harian siswa bab iman kepada kitab Allah sebagai variabel Y. Data penelitian yang telag terkumpul kemudian dianalisis korelasinya menggunakan program SPSS 17.0.

Hasil perhitungan statistik koefisien korelasi menggunakan program SPSS 17.0 menunjukkan adanya korelasi yang positif antara kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai positif pada perhitungan program SPSS 17.0 sebesar 0,131 pada taraf signifikan 5% dengan interpretasi koefisien korelasi hubungan kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati sangat rendah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan positif dan motivasi bagi pihak sekolah agar memaksimalkan kompetensi pedagogik yang telah dimiliki oleh guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara umum dan secara khusus di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.

(8)

vii

COVER

PERSETUJUAN ... i

PENGESAHAN ... ii

NOTA DINAS ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

(9)

viii

a. Pengertian Kompetensi ... 12

b. Pedagogik ... 15

c. Guru ... 24

2. Hasil Belajar Siswa ... 33

a. Pengertian Hasil Belajar ... 33

b. Aspek Hasil Belajar ... 35

c. Faktor Pengaruh Hasil Belajar ... 38

d. Ciri-Ciri Perilaku Hasil Belajar ... 40

e. Siswa ... 40

3. Pendidikan Agama Islam ... 42

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 46

C. Kerangka Berpikir ... 49

D. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

C. Populasi dan Sampel ... 56

D. Teknik Pengumpulan Data ... 59

(10)

ix

Guru Pendidikan Agama Islam) ……….… 66

2. Deskripsi Variabel X (Hasil Belajar Siswa) ….. 117

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 122

1. Uji Normalitas Data X dan Y ……… 122

2. Uji Linieritas Data X dan Y ……….. 125

C. Pengujian Hipotesis ... 126

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 127

E. Keterbatasan Penelitian ... 129

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 131

B. Saran-Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

x

Tabel 2.1 Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik 17

Tabel 3.1 Unsur Metode Kuantitatif 53

Tabel 3.2 Agenda Penelitian 55

Tabel 3.3 Karakteristik Populasi 56

Tabel 3.4 Indikator Kompetensi Pedagogik Guru 60

Tabel 3.5 Penilaian Angket Skala Likert 61

Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi 65

Tabel 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Tentang Variabel X 68 yaitu Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama

Islam

Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Jawaban Responden Tentang 70 Variabel X yaitu Kompetensi Pedagogik Guru

Pendidikan Agama Islam

Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Jawaban Responden Tentang 71 Variabel X yaitu Kompetensi Pedagogik Guru

Pendidikan Agama Islam

Tabel 4.4 Gambaran Kompetensi Pedagogik Guru 75

Tabel 4.5 Penafsiran Hasil Presentasi 76

Tabel 4.6 Skala Persentase 77

Tabel 4.7 Saya Merasa Guru PAI Memahami Tingkat Kecerdasan 77 Siswa

(12)

xi

dalam Mata Pelajaran yang Diampu

Tabel 4.10 Saya Merasa Guru PAI Memahami Berbagai Teori Belajar 80 Ketika Mengajar Di Kelas

Tabel 4.11 Saya Merasa Guru PAI Memberikan Semangat yang 81 Mendidik Untuk Mempelajari Pelajaran

Tabel 4.12 Saya Merasa Guru PAI Menerangkan Materi Pelajaran 82 dengan Cara Dan Teknik Pembelajaran yang Mendidik

Secara Kreatif

Tabel 4.13 Saya Merasa Guru PAI Menjelaskan Materi Pelajaran 84 Sesuai dengan Buku Panduan Belajar

Tabel 4.14 Saya Merasa Guru PAI Memilih Tempat Belajar Sesuai 85 dengan Materi Pembelajaran

Tabel 4.15 Saya Merasa Guru PAI Menyusun Materi Pembelajaran 86 Secara Teratur

Tabel 4.16 Saya Merasa Guru PAI Menyusun Rencana Kegiatan 88 Belajar Mengajar yang Sesuai dengan Lokasi Kegiatan,

Sebagai Contoh Di Dalam Kelas, Laboratorium, Maupun Lapangan

Tabel 4.17 Saya Merasa Guru PAI Selalu Mengajar dengan Cara 89 Ceramah (Guru Menerangkan dan Siswa Mendengarkan)

(13)

xii

Internet Untuk Menyelesaikan Tugas/PR Siswa

Tabel 4.20 Saya Merasa Guru PAI Memutarkan Vidio/Film 94 Pendidikan yang Berkaitan dengan Materi Pelajaran

Tabel 4.21 Saya Merasa Guru PAI Mengambil Materi Pelajaran Dari 95 Internet Untuk Tambahan Materi Pelajaran Bagi Siswa

Tabel 4.22 Saya Merasa Guru PAI Menerangkan Pelajaran dengan 97 Penuh Ketelitian dan Bertahap Sesuai Kemampuan Siswa Tabel 4.23 Saya Merasa Guru PAI Mengadakan Pelajaran Tambahan 98

Bagi Siswa yang Kesulitan Dalam Belajar

Tabel 4.24 Guru PAI Mengulang Materi Pelajaran Lebih Rinci 99 Ketika Siswa Belum Memahami Materi Pelajaran

Tabel 4.25 Saya Merasa Guru PAI Mampu Mengendalikan Suasana 101 Kelas Agar Tetap Tenang dengan Kalimat Perintah yang

Santun

Tabel 4.26 Saya Merasa Guru PAI Tidak Membingungkan Siswa 102 dalam Mengajarkan Pelajaran

Tabel 4.27 Saya Merasa Guru PAI Berkomunikasi Dengan Kalimat 103 yang Sopan dan Santun

Tabel 4.28 Saya Merasa Guru PAI Memberikan Kisi-Kisi Soal 104 Sebelum Menghadapi Ulangan Harian

(14)

xiii Harian Siswa

Tabel 4.31 Saya Merasa Guru PAI Melakukan Evaluasi Terhadap 108 Nilai Hasil Belajar Siswa

Tabel 4.32 Saya Merasa Guru PAI Mengadakan Remedial Bagi 109 Siswa yang Mendapatkan Nilai Rendah

Tabel 4.33 Guru PAI membagikan kertas hasil ujian tengah semester 110 ataupun ujian semester kepada orang tua siswa

Tabel 4.34 Saya Merasa Guru Pai Bermusyawarah/Berdialog Bersama 111 Orang Tua Ketika Siswa Mendapatkan Nilai Rendah

Tabel 4.35 Guru PAI Mengadakan Latihan Soal Setelah Selesai 113 Menerangkan Materi Pelajaran

Tabel 4.36 Saya Merasa Guru PAI Mengamati Kondisi Siswa dalam 114 Memahami Materi Pelajaran yang Diajarkan

Tabel 4.37 Rekapitulasi Hasil Angket Variabel X 116

Tabel 4.38 Rekapitulasi Nilai Responden Tentang Variabel Y yaitu 117 Hasil Belajar Siswa

Tabel 4.39 Deskripsi Statistik Tentang Variabel Y yaitu Hasil Belajar 119 Siswa

Tabel 4.40 Deskripsi Frekuensi Hasil Belajar Siswa 120

(15)
(16)

xv

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 50

Gambar 4.1 Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Variabel X 73 Kompetensi Pedagogik Guru

Gambar 4.2 Rekapitulasi Frekuensi Variabel Y Hasil Belajar Siswa 121

Diagram 4.3 Kompetensi Pedagogik Guru 123

(17)

xvi

Lampiran 1 Daftar Nilai Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon Lampiran 2 Lembar Angket

Lampiran 3 Langkah-Langkah Pengolahan Program SPSS 17.0 Data Variabel X

Lampiran 4 Hasil Pengolahan Program SPSS 17.0 Data Variabel X (Kompetensi Pedagogik Guru)

Lampiran 5 Langkah-Langkah Pengolahan Program SPSS 17.0 Data Variabel Y

Lampiran 6 Hasil Pengolahan Program SPSS 17.0 Data Variabel Y (Hasil Belajar Siswa)

Lampiran 7 Langkah-Langkah Pengolahan Program SPSS 17.0 Uji Normalitas Data

Lampiran 8 Hasil Pengolahan Program SPSS 17.0 Uji Normalitas Data Analisis 1 Sample Kolmogorov-Smirnov

Lampiran 9 Langkah-Langkah Pengolahan Program SPSS 17.0 Uji Linieritas Data

Lampiran 10 Hasil Pengolahan Program SPSS 17.0 Uji Linieritas Data Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 12 Bukti Tatap Muka Bimbingan Skripsi Lampiran 13 Dokumentasi Kegiatan

(18)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan, dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi intelektulitas melainkan juga dari tata cara berperilaku dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerja sama secara maksimal, penuh rasa tanggung jawab dan loyalitas yang tinggi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Mutu pendidikan salah satunya dapat dilihat dari faktor kualitas sistem penilaiannya.1 Kualitas sistem penilaian atau evaluasi yang baik akan menghasilkan standar hasil belajar yang akurat. Hasil belajar merupakan produk evaluasi yaitu adanya perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukannya proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Perubahan tersebut terlihat dengan terjadinya peningkatan dan perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

1 Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2016) Cet. II, h. 2.

(19)

Suharsimi Arikunto menjelaskan hasil belajar sangat penting di dunia pendidikan.2 Hasil yang dicapai siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran dijadikan sebagai standar, acuan, tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran, sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa.3 Dengan adanya hasil belajar tersebut, maka kita mampu melihat perkembangan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Islam memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap hasil belajar. Allah Subhânahu wa Ta’âla memberi isyarat pentingnya manusia untuk belajar membaca dan menulis serta menghayati segala hal yang ada di dunia dengan diberikan potensi akal untuk berfikir. Dengan mempelajari segala sesuatu yang telah Allah Ta’âla ciptakan kemudian mendapatkan ibrah dan hasil yang baik, maka diberikanlah suatu imbalan yang tinggi oleh Allah dengan meninggikan tingkat derajat manusia tersebut. Hal ini Allah Ta’âla sampaikan dalam firman-Nya:





























“... niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Mujadilah [58]: 11)4

2 Ibid., h. 10. 3 Ibid., h. 2.

(20)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 menyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

Fungsi pendidikan nasional menurut undang-undang di atas tersirat bahwa pembelajaran memiliki peran dalam pendidikan. Keberhasilan dalam proses pembelajaran akan menciptakan hasil pendidikan yang berkualitas baik. Bukti keberhasilan pembelajaran yang baik adalah dengan ditunjukkannya hasil belajar yang baik.

Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional, Allah Subhânahu wa Ta’âla memberikan pujian atas orang-orang yang memiliki hasil belajar yang baik. Hal tersebut tercantum dalam firman-Nya:

...



























“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az Zumar [39]: 9)6

5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(21)

Ayat di atas memiliki konteks bahwa Allah Ta’âla memisahkan antara orang yang mendapatkan hasil nilai baik dengan hasil buruk. Mendapatkan nilai yang baik akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara-cara yang tepat dengan pertimbangan yang matang.

Keberhasilan proses pendidikan terintegrasi dari beberapa faktor komponen yang saling berkaitan, diantaranya adalah guru. Guru menempati posisi peran sangat penting sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas.7 Dipundaknya terdapat tanggung jawab dalam upaya mengantarkan siswa ke arah tujuan pendidikan. Mengupayakan perkembangan siswa secara kognitif, efektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga mencapai tingkat yang optimal.

Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan harus benar-benar profesional dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap guru dituntut untuk memiliki beberapa kompetensi. Kompetensi pada dasarnya merujuk pada kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu (to do work).8 Sehingga ketika siswa membutuhkan

bantuan dalam proses belajar mengajar seorang guru dapat membantunya. Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman:

...

















7 Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. II, h. 63.

(22)

“... Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (Q.S. An Nahl [16]: 43)9

Kompetensi guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran. Hal tersebut sejalan dengan Undang Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pada pasal 10 ayat 1 tentang Guru dan Dosen, bahwa setiap guru harus memiliki empat macam kompetensi, yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik, yaitu guru mempunyai kemampuan untuk mengelola pembelajaran siswa.

2. Kompetensi Kepribadian, yaitu guru mempunyai kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta dapat menjadi teladan siswa.

3. Kompetensi Profesional, yaitu guru mempunyai kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

4. Kompetensi Sosial, yaitu guru mempunyai kemampuan untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang tua/wali siswa, dan masyarakat sekitar.

Kompetensi pedagogik adalah ilmu pendidikan tentang anak atau mendidik anak.10 Dalam pendidikan kompetensi pedagogik memiliki peran yang sangat signifikan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kompetensi pedagogik seorang guru meliputi pengelolaan kelas, interaksi dan komunikasi

9Terjemah Al-Qur’an aplikasi Qur’an in Word.

10 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Cet. III, h. 1.

(23)

antara guru dan siswa. Guru dituntut memiliki kemampuan kompetensi pedagogik yang baik, karena hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran.

Dalam perspektif Islam, guru merupakan seorang teladan yang sifat dan perilakunya layak untuk diteladani oleh siswa agar dapat mengambil banyak faedah darinya. Sebagaimana Allah Subhânahu wa Ta’âla kisahkan antara Nabi Musa ‘Alaihissalâm yang berguru kepada Nabi Khidir ‘Alaihissalâm di dalam al-Qur’an sebagai berikut:

























“Musa Berkata kepada Khidhr: “Bolehkah Aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang Telah diajarkan kepadamu?” (Q.S. Al Kahfi [18]: 66)11

Aktifitas tersebut dilakukan agar siswa sebagai peserta didik diharapkan dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya sesuai dengan petunjuk dari pendidik yaitu dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.12

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi atau kemampuan seorang guru dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran siswa di dalam

11 Terjemah Al-Qur’an aplikasi Qur’an in Word.

12 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, Ter. dari Lubâbut Tafsîr Min Ibni Katsîr oleh M. ‘Abdul Ghoffar dan Abu Ihsan al-Atsari, Jilid 4 (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2009), Cet. I, h. 55.

(24)

kelas.13 Hal tersebut tidaklah sederhana, perlu kualitas dan pengalaman yang matang. Guru diharuskan untuk memahami fenomena proses belajar mengajar secara sistematis, memahami kondisi siswa, memberikan arahan tentang yang seharusnya dilaksanakan dalam pembelajaran, dan menghindari kesalahan-kesalahan dalam praktek mendidik siswa.

SMP Negeri 1 Gunungjati kabupaten Cirebon adalah salah satu sekolah yang berada di kecamatan Gunungjati kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat. Sekolah yang telah berdiri dan beroperasi sejak tahun 1980.14 Tentu hal ini menjadikan sekolah tersebut memiliki pengalaman yang banyak dalam bidang pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kini SMP Negeri 1 Gunungjati kabupaten Cirebon menjadi sekolah favorit bagi masyarakat sekitar karena memiliki guru-guru yang berpengalaman.

Hasil belajar yang didapatkan dari proses pembelajaran salahsatunya adalah nilai. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII , secara umum siswa mendapatkan nilai yang sangat baik yang penulis sampaikan pada lampiran 1. Nilai tersebut tentu menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam proses belajar yang kemudian dapat menambah motivasi semangat untuk selalu memperbaiki nilai yang didapatkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyadari pentingnya kompetensi pedagogik guru dan hasil belajar di dalam pendidikan yang ada di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon, oleh karenanya penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kompetensi

13 Undang-Undang Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. 14 SMP Negeri 1 Gunungjati, 2019 (www.dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id)

(25)

Pedagogik Guru dengan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kualifikasi dan kompetensi harus dimiliki guru Pendidikan Agama Islam dalam menjalankan tugasnya.

2. Kompleksitas kompetensi pedagogik yang belum banyak dipahami dan diimplementasikan oleh guru.

3. Persepsi siswa terhadap kemampuan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam.

4. Proses pembelajaran terhadap perkembangan psikologi siswa di kelas. 5. Perhatian yang intensif pada permasalahan hasil belajar siswa dalam

proses pembelajaran di kelas.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian agar pembahasannya fokus. Penelitian ini dibatasi hanya pada ruang lingkup observasi dan mendeskripsikan tentang persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru mata pelajaran

(26)

Pendidikan Agama Islam dan aspek kognitif siswa. Benjamin S. Bloom menjelaskan bahwa aspek kognitif adalah ranah pendidikan yang menekankan pada sisi intelektualitas siswa berupa penguasaan pengetahuan.15 Hal tersebut ditandai dengan adanya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pembatasan masalah yang terdapat di atas, maka pertanyaan penelitian yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: 1. Seberapa baik kompetensi pedagogik guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon?

2. Seberapa baik hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon? 3. Seberapa kuat hubungan kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang terdapat di atas, maka penulis menyimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

1. Mengetahui seberapa baik kompetensi pedagogik guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.

2. Mengetahui seberapa baik hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.

3. Mengetahui seberapa kuat hubungan kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 1 Gunungjati Kabupaten Cirebon.

F. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut yang relevan terkait dengan hubungan kompetensi pedagogik guru dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Kegunaan Praktis

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian tentang hubungan kompetensi pedagogik guru dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah sebagai berikut:

(28)

1) Guru dapat memahami tingkat kemampuan siswa dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif siswa. 2) Guru mampu menyusun rancangan strategi pembelajaran dan

melaksanakannya sesuai dengan kompetensi, karakteristik dan kebutuhan siswa dalam belajar.

3) Guru dapat memahami prinsip perkembangan kepribadian siswa dan merefleksikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

b. Bagi Siswa

Jika guru sebagai pendidik dapat memahami siswa dengan memanfaatkan prinsip perkembangan kognitif, maka:

1) Siswa dapat terpenuhi rasa ingin tahunya.

2) Siswa memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat dan kemampuan menyelesaikan masalah.

3) Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Jika guru dapat menyusun rancangan serta melaksanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi, karakteristik dan kebutuhan siswa dalam belajarnya, maka:

1) Siswa dapat mengembangkan potensi belajar.

2) Siswa dapat terpenuhi kebutuhan dalam proses belajar mengajar. 3) Siswa dapat belajar sesuai dengan tahapan yang teratur.

Jika guru dapat memahami dan memanfaatkan prinsip perkembangan kepribadian siswa, maka:

(29)

1) Siswa memiliki kepribadian yang mantap dan memiliki rasa percaya diri.

2) Siswa memiliki sikap sopan santun dan taat pada peraturan. 3) Siswa mengalami perubahan jiwa kepemimpinan dalam dirinya

(30)

12

A. Deskripsi Teoretik

1. Kompetensi Pedagogik Guru

Guru memiliki pengaruh luas dalam dunia pendidikan. Di sekolah ia adalah pelaksana administrasi pendidikan yaitu bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, guru harus memiliki kompetensi dalam mengajar. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru di semua jenjang pendidikan. Kompetensi-kompetensi yang lainnya adalah kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan beberapa kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.1

a. Pengertian Kompetensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kompetensi memiliki arti; 1) kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu), 2) kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah.”2

1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. 2 Kompetensi, 2017, (www.kbbi.kemdikbud.go.id).

(31)

Dalam bahasa Inggris, kompetensi memiliki persamaan kata dengan competence. Kosakata tersebut memiliki makna “the quality of being adequately or well qualified physically and intellectually” kualitas yang memadai atau juga memenuhi syarat secara fisik dan intelektual; “The state of being competent; fitness; ability; adequacy; power” keadaan yang kompeten; kebugaran; kemampuan; kecukupan; kekuasaan.3

Menurut Parulian Hutape dan Nuriana Thoha dalam Didi Supriadie dkk,4 kompetensi dibagi menjadi:

1) Unconcious incompetence

Yaitu apabila seseorang tidak menyadari bahwa dia tidak mampu melakukan sesuatu.

2) Concious incompetence

Yaitu apabila seseorang menyadari bahwa dia tidak mampu melaksanakan suatu pekerjaan.

3) Concious competence

Yaitu apabila seseorang yang mapu mengerjakan sesuatu (pekerjaan) dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.

4) Unconcious competence

Yaitu seseorang yang dapat melakukan pekerjaan dengan mahir, sehingga dia dapat melakukan pekerjaannya tanpa kendala.

3 Competence, 2016, (www.artikata.com).

4 Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. II, h. 58.

(32)

Kompetensi pada hakikatnya merupakan ciri yang sangat mendasar serta bersifat permanen dan mengindikasikan cara berfikir, bersikap, merespon dan berperilaku pada berbagai kondisi dan situasi. Kompetensi didefinisikan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Kompetensi didefinisikan sebagai gambaran tentang apa yang harus diketahui atau dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.5 Jenis kompetensi ini dikenal dengan nama “Kompetensi Teknis” atau “Kompetensi Fungsional” atau disebut sebagai hard skill.

2) Kompetensi yang menggambarkan bagaimana seseorang diharapkan mampu berperilaku agar seseorang dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.6 Jenis kompetensi ini dikenal dengan nama “Kompetensi Perilaku” atau disebut sebagai soft skill.

Kompetensi menurut penjelasan Hornby dalam Didi Supriadie dkk menyatakan bahwa kompetensi pada dasarnya merujuk pada kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu (to do work).7 Pendapat ini berdasarkan pada dua hal penting yang terkandung dalam kompetensi, yaitu; kompetensi sebagai sifat dan kompetensi sebagai performan.

5 Ibid., h. 59. 6 Ibid. 7 Ibid., h. 60.

(33)

1) Sebagai Sifat

Kompetensi sebagai sifat menunjukkan seseorang yang berkompeten, memiliki kemampuan, ahli, terampil, mahir, berpengetahuan dan memiliki otoritas.

2) Sebagai Performan

Kompetensi sebagai performan menunjukkan bahwa seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan.

b. Pedagogik

1) Makna Pedagogik

Pedagogik secara etimologi berasal dari gabungan dua kata bahasa Yunani, yaitu “paedos” artinya anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Secara harfiah pedagogik berarti pembantu anak laki-laki yang bekerja mengantarkan anak majikannya ke sekolah.8

Waini Rasyidin menjelaskan pedagogik berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari beberapa kata, yaitu: “pedagogue” artinya pembimbing membawa anak; “paes” artinya anak; “paedos” artinya anak laki-laki; “agos” artinya saya membawa.9

Pada jaman Yunani kuno hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana para majikan mempekerjakan seseorang untuk

8 Uyoh Sadulloh, Pedagogik, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet I, h. 2

9 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Cet. III, h. 5.

(34)

mengantarkan anak laki-lakinya ke sekolah, dan dalam pengertian yang lebih luas memiliki arti seseorang yang membimbing ke arah tertentu.

Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld, pedagogik adalah ilmu yang mempelajari membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.10

Menurut Langeveld pedagogik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau esensi objek itu (secara deskriptif) melainkan mempelajari pula bagaimana seharusnya orang bertindak (secara normatif).11

Subjek dari pedagogik adalah seseorang yang memiliki tugas untuk membimbing. Kemudian dalam proses membimbing tersebut terdapat aktifitas edukatif, memberikan suatu pengajaran yang dapat membentuk karakter seorang anak sebagai objek pedagogik menjadi lebih baik menuju kedewasaannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pedagogik adalah ilmu pengetahuan tentang pendidikan yang dimiliki seseorang untuk mengantarkan atau membimbing seorang anak secara edukatif ke arah tujuan hidup tertentu yang lebih baik dan dewasa secara bertanggungjawab.

10 Sadulloh, loc. cit., 11 Sadulloh, loc. cit.,

(35)

2) Aspek dan Indikator Pedagogik

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, terdapat 10 hal yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru terkait dengan kompetensi pedagogik. Hal tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik

No. ASPEK INDIKATOR

1. Menguasai karak-teristik peserta di-dik dari aspek fisik, moral, spiritual, so-sial, kultural, emo-sional, dan intelek-tual.

1.1 Memahami karakteristik peser-ta didik yang berkaipeser-tan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya. 1.2 Mengidentifikasi potensi

peser-ta didik dalam mapeser-ta pelajaran yang diampu.

1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

1.4 Mengidentifikasi kesulitan be-lajar peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajar-an ypembelajar-ang mendidik.

2.1 Memahami berbagai teori be-lajar dan prinsip-prinsip pembe-lajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

2.2 Menerapkan berbagai pendekat-an, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu.

(36)

No. ASPEK INDIKATOR

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang di-ampu.

3.1 Memahami prinsip-prinsip pe-ngembangan kurikulum.

3.2 Menentukan tujuan pembelajar-an ypembelajar-ang diampu.

3.3 Menentukan pengalaman bela-jar yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di- ampu.

3.4 Memilih materi pembelajaran yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan belajar. 3.5 Menata materi pembelajaran

se-cara benar sesuai dengan pende-katan yang dipilih dan karakter-istik peserta didik.

3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

4.1 Memahami prinsip-prinsip pe-rancangan pembelajaran yang mendidik.

4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembela-jaran.

4.3 Menyusun rancangan pembela-jaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, labora-torium, maupun lapangan. 4.4 Melaksanakan pembelajaran

yang mendidik di kelas, di labo-ratorium, dan di lapangan deng- an memperhatikan standar ke-amanan yang disyaratkan. 4.5 Menggunakan media

pembela-jaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

(37)

No. ASPEK INDIKATOR

4.6 Mengambil keputusan transak-sional dalam pelajaran yang diampu sesuai dengan situasi yang berkembang. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

5.1 Memanfaatkan teknologi infor-masi dan komunikasi dalam pembelajaran yang diampu.

6. Memfasilitasi pengembangan po-tensi peserta didik untuk mengaktua-lisasikan berbagai potensi yang di-miliki.

6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal.

6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengak-tualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. 7. Berkomunikasi

secara efektif, em-patik, dan santun dengan peserta di-dik.

7.1 Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun, secara lisan, tulisan, dan/atau bentuk lain.

7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang men-didik yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kon-disi psikologis peserta didik un- tuk ambil bagian dalam per- mainan melalui bujukan dan contoh, (b) ajakan kepada pe-serta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik terha-

(38)

No. ASPEK INDIKATOR

dap ajakan guru, dan (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.

8. Menyelenggarakan penilaian dan eva-luasi proses dan hasil belajar.

8.1 Memahami prinsip-prinsip pe-nilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.

8.2 Menentukan aspek-aspek pro-ses dan hasil belajar yang pen-ting untuk dinilai dan dievalu-asi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.3 Menentukan prosedur penilaian

dan evaluasi proses dan hasil belajar.

8.4 Mengembangkan instrumen pe-nilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

8.5 Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instru-men.

8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.

8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk ke-pentingan pembela-jaran.

9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar. 9.2 Menggunakan informasi hasil

penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

9.3 Mengkomunikasikan hasil peni-laian dan evaluasi kepada pe-mangku kepentingan.

(39)

No. ASPEK INDIKATOR

9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembela-jaran untuk meningkatkan kua-litas pembelajaran.

10. Melakukan tindak-an reflektif untuk peningkatan kuali-tas pembelajaran

10.1 Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilak-sanakan.

10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikkan dan pe-ngembangan pembelajaran dalam mata pelajaran yang di-ampu.

10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.

3) Bentuk Pedagogik

Menurut disiplin keilmuan, pedagogik dibagi menjadi beberapa bagian,12 yaitu:

a) Pedagogik sebagai ilmu praktis

Pedagogik tidak hanya bersifat sebagai ilmu teoritis seperti ilmu murni. Pedagogik membutuhkan kombinasi antara teori dan teknis dalam memahaminya. Dalam sebuah kondisi tertentu, pedagogik dipraktikkan menyeimbangkan diantara lingkungan yang ada. Atas dasar inilah pedagogik dikatakan sebagai ilmu praktis.

12 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), Cet. III, h. 43.

(40)

b) Pedagogik sebagai ilmu empirik

Pedagogik sebagai ilmu empirik karena sebagaimana objek dari pedagogik adalah manusia, maka keberadaan pedagogik sebagai kajian ilmu pendidikan yang berdasarkan pengalaman manusia dalam dunia pendidikan. Sifat empirik tersebut ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, pendidikan merupakan hasil daya dan upaya manusia. Dunia pendidikan tidaklah terjadi dengan begitu saja, melainkan dengan daya dan upaya manusia yaitu dengan pengalamannya mendidik manusia.

Kedua, pendidikan menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Praktik pendidikan manusia terdapat sebuah rangkaian proses interaksi sesama manusia dalam waktu tertentu yang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa sifat-sifat bawaan manusia yang berada dalam dirinya atas karunia Allah Subhânahu wa Ta’âla. Faktor ekternal yaitu hal yang mempengaruhi kondisi seseorang yang berasal dari luar sifat bawaan sebagai contoh kondisi sosial budaya, lingkungan dan pertemanan.

Ketiga, perkembangan anak usia dini dan masa muda menjadi manusia yang berkepribadian. Proses perkembangan manusia adalah dari anak usia dini menjadi anak muda kemudian menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung

(41)

jawab. Proses pertumbuhan manusia selain secara fisik juga dalam hal mental spiritualnya. Orang dewasa memiliki kemampuan untuk membedakan tugas dan tanggung jawabnya secara agama dan norma-norma masyarakat.

Keempat, perbedaan antara pendidikan dalam arti luas dengan hakikat pendidikan. Pendidikan bukan sekedar meningkatkan potensi anak namun terdapat unsur yang mempengaruhi dari seorang pendidik kepada anak tersebut. Artinya pendidik memiliki potensi untuk dapat ditiru dan dijadikan teladan oleh seorang anak.

Kelima, pendidikan dan mendidik bersemi diantara pergaulan anak yang sudah dewasa dan belum dewasa. Pergaulan anak-anak dapat mengandung sebuah pendidikan apabila terjadi sebuah interaksi antara orang dewasa yang terdidik mempengaruhi seorang anak yang belum terdidik. Proses pergaulan itu berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Secara tidak langsung, proses pendidikan tersebut juga berpengaruh kepada orang yang sudah dewasa, yaitu pendidikan untuk dirinya sendiri berupa pengerahan kemampuan daya pikir komunikasi terhadap orang lain. c) Pedagogik sebagai ilmu normatif

Pedagogik menghargai manusia dan anak manusia yang mempunyai keinginan dan cita-cita. Pedagogik tidak hanya

(42)

memperhatikan individu seorang anak sebagai objek pedagogik namun juga memperhatikan situasi pendidikan yang terjadi pada lingkungan anak tersebut menurut konteks sosio-budaya. Sehingga hak asasi dan hak sipil dari seorang anak menuju kedewasaannya atas pendidikan terlaksanakan. d) Pedagogik sebagai ilmu kerohanian

Pedagogik sebagai ilmu kerohanian karena manusia dihargai sebagai manusia yang beremosi dan bertujuan. Dengan kata lain, kerohanian disini adalah kemanusiaan (Human Science).

c. Guru

1) Pengertian Guru

Peran guru dalam proses kemajuan pendidikan sangatlah penting. Guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi intelektulitas saja melainkan juga dari tata cara berperilaku dalam masyarakat. Oleh karena itu tugas yang diemban guru tidaklah mudah. Guru yang baik harus mengerti dan paham tentang hakekat sejati seorang guru, hakekat guru dapat kita pelajari dari definisi atau pengertian dari istilah guru itu sendiri.

Dalam falsafah Jawa guru diartikan sebagai sosok teladan yang harus digugu lan ditiru. Dalam konteks falsafah jawa

(43)

ini guru dianggap sebagai pribadi yang tidak hanya bertugas mendidik dan mentransformasi pengetahuan di dalam kelas saja, melainkan lebih dari itu guru dianggap sebagai sumber informasi bagi perkembangan kemajuan masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan demikian tugas dan fungsi guru tidak hanya terbatas di dalam kelas saja melainkan jauh lebih kompleks dan dalam makna yang lebih luas. Oleh karena itu dalam masyarakat jawa seorang guru dituntut pandai dan mampu menjadi ujung tombak dalam setiap aspek perkembangan masyarakat (multitalent).

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar.13 Sebagai peran pembimbing dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan

(44)

menengah. Pengertian guru diperluas menjadi pendidik, yaitu tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.

Guru adalah orang dewasa yang membimbing anak agar menuju ke arah kedewasaan.14 Bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri.

2) Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Nana Sudajana mengutip Peters (Introduction To Teaching) menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab pokok seorang guru ada tiga,15 yaitu:

a) Sebagai Pengajar

Peran guru sebagai pengajar bertugas dan bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran. Dalam hal ini, guru hendaknya memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan mengajar serta menguasai bahan ajar sehingga pembelajaran dapat berjalan secara aktif dan kreatif.

14 Uyoh Sadulloh, Pedagogik, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet I, h. 124.

15 Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. II, h. 62.

(45)

b) Sebagai Pembimbing

Peran guru sebagai pembimbing adalah memberikan bantuan mengenalkan dan memahami dirinya serta memberikan layanan kepada siswa untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

c) Sebagai Administrator Kelas

Peran guru sebagai administrator kelas menunjukkan hubungan kemampuan seorang guru untuk dapat mengelola, melaksanakan tata laksana pengajaran dengan tata laksana yang ada di sekolah.

Dalam perspektif pendidikan Islam keberadaan peran dan fungsi guru merupakan keharusan yang tak dapat diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa kehadiran guru. Guru merupakan penentu arah dan sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum, sarana, bentuk pola sampai bagaimana usaha anak didik seharusnya belajar yang baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup.

Dalam Al-Quran juga dijelaskan tentang tugas seorang guru. Al-Quran telah mengisyaratkan peran para nabi dan pengikutnya dalam pendidikan dan fungsi fundamental mereka pengkajian ilmu-ilmu Ilahi serta pengamalannya. Isyarat tersebut, salah satunya terdapat dalam firman-Nya berikut ini :

(46)



























































“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Q.S. Al Imran [3]: 79)16

Di dalam pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang bisa dilaksanakan yaitu tugas profesional, tugas kemasyarakatan dan tugas manusiawi. Tugas profesional adalah tugas yang berhubungan dengan profesinya. Tugas profesional ini meliputi tugas untuk mendidik, untuk mengajar dan tugas untuk melatih. Mendidik mempunyai arti untuk meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar mempunyai arti untuk meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta

(47)

teknologi, dan tugas melatih mempunyai arti untuk mengembangkan keterampilan.

Tugas manusiawi merupakan tugas sebagai seorang manusia. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi siswa. Guru harus bisa menarik simpatik sehingga dia menjadi idola bagi siswa. Selain itu transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat harus dibiasakan agar setiap lapisan masyarakat bisa mengerti jika menghadapi guru.

Tugas kemasyarakatan adalah tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Keberadaan guru bahkan menjadi faktor penentu yang tidak mungkin bisa digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu apalagi pada masa kini.

Jadi guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional intelektual, fisik maupun aspek lainnya.

3)

Pengertian Guru dalam Pendidikan Agama Islam

Pendidikan dalam pandangan Islam menurut Ahmad Tafsir adalah orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap

(48)

perkembangan anak didik.17 Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan adalah orang tua anak didik. Tanggung jawab tersebut berdasarkan bahwa kewajiban dasar bagi orang tua untuk mendidik anaknya, dan kedua orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya.

Hal di atas berdasarkan firman Allah Subhânahu wa Ta’âla seperti yang tersebut dalam al-Quran Surat At-Tahrim Ayat 6.















































“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At Tahrim [66]: 6)18

17 Abuddin Nata, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1997), Cet II, h. 84.

(49)

Guru dalam pendidikan Islam memiliki banyak persamaan kata diantaranya disebut dengan ustadz, muallim, murabbiy, mursyid, mudarris dan muaddib.

a) Ustadz lebih identik untuk profesor, mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya.

b) Muallim adalah mengetahui dan menangkap hakekat sesuatu mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk mampu menjelaskan hakekat ilmu pengetahuan yang diajarkannya serta menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya dan berusaha membangkitkan siswa untuk mengamalkanya.

c) Murabbiy artinya menciptakan, mengatur dan memelihara, mengandung makna bahwa guru adalah mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

d) Mursyid sebutan bagi guru karena berusaha menularkan penghayatan akhlak atau kepribadiannyan kepada peserta didiknya baik yang berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya maupun dedikasinya Lillâhi Ta’âla.

(50)

e) Mudarris mengandung maksud bahwasanya guru harus berusaha mencerdaskan peserta didik, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan.

f) Muaddib adalah orang yang beradab, memiliki moral, etika sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.

Al-Qur’an sebagai petunjuk manusia memiliki banyak petunjuk, diantaranya adalah pengetahuan tentang guru atau pendidik. Pendidik secara garis besar ada empat, yaitu Allah Subhânahu wa Ta’âla, Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam, orang tua, dan orang lain yang mendidik.19

a) Allah Subhânahu wa Ta’âla

Allah Subhânahu wa Ta’âla sebagai Tuhan semesta alam adalah maha mendidik. Allah Ta’âla menginginkan hamba-Nya, yaitu manusia, menjadi umat yang baik dan bahagia dunia dan akhirat. Allah Ta’âla mengutus para Nabi untuk menyampaikan risalah pentujuk mengenai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b) Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam

19 Abuddin Nata, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1997), Cet II, h. 86.

(51)

Nabi Muhammad Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam adalah Nabi mulia yang Allah Subhânahu wa Ta’âla utus untuk berdakwah membina masyarakat. Bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an yang berisi peringatan, perintah, dan larangan.

c) Orang tua

Orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga. Perannya sangat penting dalam pembentukkan karaktek seorang anak. Sebagaimana kisah dalam al-Qur’an tentang Luqman kepada anaknya yang mengajarkan tentang larangan menyekutukan Allah, bersyukur kepada Allah, menghormati kedua orang tua dan melaksanakan sholat serta berbuat baik kepada sesama.

d) Orang lain yang mendidik

Orang lain yang dimaksud dalam mendidik seseorang adalah guru.20 Guru merupakan pendidik di lingkungan

pendidikan secara formal yaitu sekolah. Mengajarkan pelajaran-pelajaran tertentu, mendidik akhlak siswa, dan membimbing siswa ke arah yang lebih baik.

2. Hasil Belajar Siswa

a. Pengertian Hasil Belajar

20 Ahmad Abdul Khozin, Hadits Tarbawi, (Cirebon: STAI Bunga Bangsa Cirebon, 2014), Cet. II, h. 19.

(52)

Pembahasan tentang pengertian hasil belajar tidaklah terlepas dari kata “belajar”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki dua pengertian. Pertama, berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Kedua, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.”21

Para ahli pendidikan telah banyak mendefinisikan pengertian belajar. Nana Sudjana menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada diri seseorang.22 Sugiyono dan Hariyanto

menjelaskan belajar sebagai sebuah aktifitas untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan, menambah keterampilan, memperbaiki perilaku dan mengkokohkan kepribadian seseorang.23 Menurut Robert M. Gagne, mendefinisikan “learning is a change in human disposition or capacity, which persist over period time, and which is not simply ascribable to process of growth.”24 Yaitu, belajar adalah perubahan kemampuan yang terjadi pada diri manusia akibat melakukan kegiatan secara terus menerus dan bukan hanya dipengaruhi oleh proses pertumbuhan.

Uraian pengertian belajar di atas disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,

21 Belajar, 2017, (www.kbbi.kemdikbud.go.id).

22 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi

dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), Cet. I, h. 117.

23 Ibid., h. 117.

24 Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. II, h. 29.

(53)

perubahan sikap, dan meningkatnya keterampilan yang dilakukan secara terus menerus dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kesimpulan pengertian belajar, maka akan dapat dipahami adanya keterkaitan dengan pengertian hasil belajar. Hasil belajar adalah komponen pembelajaran berupa pencapaian atau taraf kemampuan seorang siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah melalui proses belajar mengajar dalam bentuk angka ataupun pernyataan. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sejalan dengan pengertian di atas, Sri Rumini dkk dalam Didi Supriadie dkk mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung sebagai dampak interaksi antar individu dengan lingkungannya.25 Perubahan tersebut terjadi

sebagai konsekuensi siswa setelah melalui proses pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Aspek Hasil Belajar

Hasil belajar siswa di sekolah mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Ketiga aspek tersebut digunakan secara seimbang agar mendapatkan taraf hasil belajar siswa

(54)

yang proporsional. Benjamin S. Bloom menjelaskan ketiga aspek hasil belajar sebagai berikut.

Pertama, aspek kognitif yang berkaitan dengan sisi-sisi intelektualitas, kecerdasan seseorang dalam memahami pengetahuan. Aspek ini terbagi menjadi enam jenjang kemampuan, yaitu:26

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari oleh siswa dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang mencakup kemampuan memahami atau mengerti tentang materi yang telah dipelajari.

3) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan mencakup kemampuan menerapkan suatu metode, prinsip, dan teori untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapi.

4) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang mencakup kemampuan menguraikan suatu situasi atau keadaan ke dalam bagian-bagian struktur secara keseluruhan dan dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru dengan menggabungkan berbagai faktor.

26 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. VI, h. 21.

(55)

6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang mencakup kemampuan menilai suatu keadaan atau teori berdasarkan kriteria tertentu.

Kedua, aspek afektif yang berkaitan dengan sikap yang mengarah pada pertumbuhan batiniah. Aspek ini terbagi menjadi empat jenjang kemampuan, yaitu:27

1) Penerimaan (receiving/attending), yaitu jenjang kemampuan yang mencakup kesediaan untuk peka terhadap adanya fenomena di lingkungannya.

2) Tanggapi (responding), yaitu jenjang kemampuan mencakup kesediaan memberikan tanggapan, jawaban, dan respon terhadap fenomena di lingkungannya.

3) Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang mencakup kesediaan menilai suatu objek secara konsisten.

4) Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang dapat menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik dan membentuk suatu sistem nilai.

Ketiga, aspek psikomotorik yang berkaitan dengan beberapa gerakan tubuh, otot, dan fisik. Aspek ini terbagi menjadi tujuh jenjang kemampuan, yaitu:28

1) Persepsi (perception), yaitu adanya perhatian alat indera untuk melakukan suatu gerakan.

27 Ibid., h. 22.

28 Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2016) Cet. II, h. 59.

(56)

2) Kesiapan (set), yaitu kesiapan fisik dan mental untuk melakukan gerakan.

3) Respon terpimpin (guided response), yaitu meniru gerakan secara terbimbing sebagai tahap awal mempelajari keterampilan yang kompleks.

4) Mekanisme (mechanism), yaitu membiasakan gerakan yang telah dipelajari untuk melakukan serangkaian gerakan dengan lancar. 5) Respon tampak yang kompleks (complex overt response), yaitu

gerakan motorik yang terampil dalam melakukan gerakan-gerakan yang kompleks.

6) Penyesuaian (adaptation), yaitu kemampuan untuk mengadakan perubahan sesuai dengan pola gerak-gerik.

7) Organisasi (organization), yaitu kemampuan membuat pola atau gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi tertentu.

c. Faktor Pengaruh Hasil Belajar

Proses pembelajaran di kelas tidak terlepas dari adanya hasil belajar. Pencapaian hasil belajar siswa merupakan tolak ukur tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi.

Muhibbin Syah menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi siswa dalam pencapaian hasil belajar, antara lain 1) faktor internal, 2)

(57)

faktor eksternal, dan 3) faktor pendekatan belajar.29 Sugihartono menjelaskan bahwasanya ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu segala sesuatu yang tedapat dalam diri siswa sendiri dan segala sesuatu yang berasal dari luar individu siswa tersebut.30

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa sendiri. Faktor internal tebagi menjadi dua bagian yaitu fisik dan psikologi. Fisik berkaitan dengan panca indra, anggota badan manusia. Psikologi berkaitan dengan intelegensia, perhatian dan minat terhadap materi yang disampaikan.

2) Faktor Ekternal

Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi karena adanya pengaruh dari luar kondisi siswa. Faktor eksternal terbagi menjadi dua bagian yaitu sosial dan nonsosial. Sosial berkaitan dengan manusia secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Nonsosial berkaitan dengan segala sesuatu di luar faktor sosial, yaitu yang menyertai keberadaan seseorang sebagai contoh suhu, cuaca, dan tempat belajar.

3) Faktor Pendekatan Belajar

29 Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi

dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), Cet. I, h. 126.

Gambar

Tabel 3.2  Agenda Penelitian
Tabel 3.3  Karakteristik Populasi
Tabel 4.6 3 Skala Persentase  No  Persentase  Penafsiran  1.  86% – 100%  Sangat baik  2
Diagram 4.4  Hasil Belajar Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mengungkapkan / operasi pasar yang dilakukan disesuaikan dengan hari pasaran / sehingga masyarakat dapat langsung membeli beras dari bulog tersebut // Dari data bulog menurut Murino

Kisi-kisi penelitian yang dilihat dari aspek ini adalah sejauhmana kondisi penurunan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja berdasarkan persepsi pelaku wisata di Tana Toraja

[r]

Sesuai dengan amanat Rapat Komite Konsultatif pada pertengahan tahun 2015 dan High Level Meeting pada bulan April 2016, pada tahun 2016 ini KSAP memfokuskan penyusunan

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan Belas bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas, sesuai dengan jadwal yang termuat pada website http://lpse.kemendag.go.id, Pokja

The tendency of big cities in South East Asia, who experienced population growth so fast, make the citizen mobility increases, and if the public transportation

Penilaian pada dasarnya adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru untuk dapat menentukan capaian hasil belajar yang telah dilalui oleh peserta didik selama mengikuti