• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN KAJIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA JALAN GAJAH MADA KABUPATEN JEMBER. Oleh : Ir. Noor Salim, M.Eng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN KAJIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA JALAN GAJAH MADA KABUPATEN JEMBER. Oleh : Ir. Noor Salim, M.Eng"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA JALAN

GAJAH MADA KABUPATEN JEMBER

Oleh :

Ir. Noor Salim, M.Eng

RINGKASAN

Jalan Gajah Mada merupakan jalan arteri skunder yang merupakan jalan penghubung utama menuju pusat kota jember. Sehingga pergerakan lalu lintas diruas jalan tersebut cukup tinggi. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, dari segi pergerakan lalu-lintas banyak dijumpai adanya masalah lalu-lalu-lintas di kota Jember.

Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan dalam beberapa bidang di sepanjang ruas jalan Gajah Mada. Hal ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan pergerakan barang dan orang, yang berarti juga meningkatnya pertumbuhan lalu lintas yang pesat pada ruas jalan Gajah Mada. Sejalan dengan laju pertumbuhan lalu lintas tersebut, bila tidak diimbangi oleh tersedianya prasarana dan sarana transportasi perkotaan yang memadai dapat menimbulkan masalah-masalah lalu lintas berupa ketidak tertiban lalu lintas, yang pada akhirnya akan menimbulkan kemacetan-kemacetan lalu lintas, kecelakaan dan gangguan lainnya terhadap kelancaran arus lalu lintas.

Hal ini sebagai akibat rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana yang ada seperti sekarang telah mulai dirasakan pada ruas jalan Gajah Mada dan merupakan jalan utama menuju ke pusat kota Jember. Sehingga perlu diadakan kajian tingkat pelayanan jalan pada jalan Gajah Mada Jember seperti yang telah dilakukan pada penelitian ini.

Dari hasil kajian dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain adalah Derajat Kejenuhan Jalan (DS) pada existing, untuk arah kekota DS = 0,209 dan arah luar kota DS = 0,207. Derajat Kejenuhan Jalan (DS) pada 5 tahun kedepan , untuk arah kekota DS = 0,267 dan arah luar kota DS = 0,265. Derajat Kejenuhan Jalan (DS) pada 510 tahun kedepan , untuk arah kekota DS = 0,341 dan arah luar kota DS = 0,338. Tingkat Pelayanan jalan pada saat ini, 5 tahun dan 10 tahun kedepan adalah sama, yaitu termasuk pada tingkat pelayanan jalan B baik arah ke kota maupun luar kota.

Untuk supaya tingkat pelayanan jalan naik atau tetap untuk masa mendatang agar dilebarkan jalannya untuk memperkecil besaran derajat kejenuhan jalannya.. Disarankan agar lebih sering mengecek fluktuasi volume kendaraan , hal ini disebabkan perubahan mendadak dari perubahan populasi yang kadang-kadang melonjak cepat

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan Gajah Mada merupakan jalan arteri skunder yang merupakan jalan penghubung utama menuju pusat kota jember. Sehingga pergerakan lalu lintas diruas jalan tersebut cukup tinggi. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, dari segi pergerakan lalu-lintas banyak dijumpai adanya masalah lalu-lalu-lintas di kota Jember.

Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan dalam beberapa bidang di sepanjang ruas jalan Gajah Mada antara lain:

 Bidang ekonomi, seperti: Perdagangan dan Perumahan.

 Bidang pendidikan, seperti: Bertambahnya Fakultas / Jurusan pada perguruan tinggi yang ada dan berkembangnya fasilitas pendidikan sekolah.

Hal ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan pergerakan barang dan orang, yang berarti juga meningkatnya pertumbuhan lalu lintas yang pesat pada ruas jalan Gajah Mada. Sejalan dengan laju pertumbuhan lalu lintas tersebut, bila tidak diimbangi oleh tersedianya prasarana dan sarana transportasi perkotaan yang memadai dapat menimbulkan masalah-masalah lalu lintas berupa ketidak tertiban lalu lintas, yang pada akhirnya akan menimbulkan kemacetan-kemacetan lalu lintas, kecelakaan dan gangguan lainnya terhadap kelancaran arus lalu lintas. Hal ini sebagai akibat rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana yang ada seperti sekarang telah mulai dirasakan pada ruas jalan Gajah Mada dan merupakan jalan utama menuju ke pusat kota Jember

Dengan mencermati hal tersebut maka perlunya mengevaluasi kembali jalan Gajah Mada Jember tersebut, sehingga diharapkan mampu lebih memperlancar arus lalu lintas 5 hinga 10 tahun kedepan. . Dan dengan memperhatikan kondisi yang ada dan rencana perbaikan di masa yang akan datang maka menjadi acuan penulis untuk mengevaluasi tingkat pelayanan Jalan pada jalan Gajah Mada tersebut. Penelitian tersebut berjudul “KAJIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PADA JALAN GAJAH MADA JEMBER.

Pada penelitian ini tidak meluas dan dapat terarah sesuai dengan rumusan tugas, maka permasalahan dibatasi yaitu

Survey volume kendaraan dengan waktu hari sibuk yang dilakukan pada pukul 06.00 hari senin – pukul

(3)

3 1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diperoleh dari latar belakang di atas yaitu

1. Bagaimana kondisi existing derajat kejenuhan jalan Gajah Mada Jember? 2. Bagaimana derajat kejenuhan jalan Gajah mada Jember kedepan?

3. Bagaimana kondisi existing Tingkat pelayanan jalan Gajah Mada Jemberr? 4. Bagaimana Tingkat pelayanan jalan Gajah Mada Jemberr kedepan?

1.3 Batasan Masalah

- Kendaraan yang di survey hanya kendaraan bermotor

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengevaluasi kondisi existing derajat kejenuhan jalan Gajah Mada Jember 2. Menganalisa derajat kejenuhan jalan Gajah Mada Jember kedepan

3. Mengevaluasi kondisi existing Tingkat pelayanan jalan Gajah Mada Jember 4. Menganalisaa Tingkat pelayanan jalan Gajah Mada Jember kedepan

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari tugas ini yaitu diantaranya:

1. Bagi akademik, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi yang mendalami bidang transportasi khususnya jalan raya,

2. Memberikan penambahan keahlian untuk melakukan perancangan terhadap bangunan sipil utamanya perencanaan jalan

3. Memberi masukan kepada pihak Pemerintah Daerah, cq Dinas Pekerjaan Umum Binamarga Jember untuk dijadikan referensi

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini yaitu hanya mengevaluasi Tingkat Pelayanan Jalan Gajah Mada Jember

(4)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jalan Raya

Jalan adalah prasarana angkutan jalan darat, lintasan sungai, danau atau laut, di bawah permukaan tanah (subway), terowongan dan di atas permukaan tanah (jalan layang). Perlengkapan jalan adalah rambu lalulintas, tanda jalan, pagar pengaman lalulintas, trotoar dan lain-lain.

2.2 Kelas Jalan

Menurut peranannya, jalan dikelompokkan atas tiga golongan dengan karakteristik masing-masing, yaitu:

1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton; 2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan

dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton;

3. Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbut terberat yang diizinkan 8 ton;

4. Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

5. Jalan kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

(5)

5 2.3 Pengelompokan Jalan

Dilihat dari yang membina jalan raya, pengelompokan jalan dibedakan atas: 1. Jalan umum

Adalah jalan yang diperuntukkan pada kepentingan lalulintas umum. Jalan yang dibina oleh pusat disebut jalan Negara. Jalan yang dibina oleh Pemda Tingkat I disebut jalan daerah atau jalan propinsi. Jalan yang dibina oleh Pemda Tingkat II disebut jalan Kabupaten. Jalan yang dibina oleh Lurah disebut jalan Desa

2. Jalan khusus

Jalan khusus adalah jalan yang untuk kepentingan tertentu, dibina oleh badan hukum atau instansi tertentu, seperti:

- Jalan pengairan - Jalan perkebunan - Jalan kehutanan - Jalan kompleks

- Jalan pelabuhan, dan lain-lain.

2.4 Volume Lalulintas

Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu pada ruas jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam atau satuan mobil penumpang (smp)/jam.

2.5 Satuan Mobil Penumpang

Satuan mobil penumpang (SMP) merupakan satuan arus lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe kendaraan telah di ubah menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan EMP (ekivalensi mobil penumpang).

Sedangkan EMP adalah faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang atau kendaraan lainnya, sehubungan dengan dampaknya pada perilaku lalulintas. Dan konversi / koefisien untuk jalan-jalan datar yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

(6)

6 Tabel 2.1. Koefisien Satuan Mobil Penumpang

Jenis kendaraan Koefisien

Kendaraan ringan (LV) 1

Sepeda Motor (MC) 0.25

Kendaraan berat (HV) 1.2

Sumber : MKJI 1997

2.6 Kapasitas Jalan

Kapasitas (menurut MKJI, 1997) didefinisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.

Kapasitas jalan dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

C = Co x F

W

x F

M

x F

CS

x F

RSU

x F

LT

x F

RT

x F

MI

Dengan:

C : kapasitas Co : kapasitas dasar

FW : faktor penyesuaian lebar masuk

FM : faktor penyesuaian median jalan utama FCS : faktor penyesuaian faktor kota

FRSU : faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor

FLT : faktor penyesuaian -% belok kiri FRT : faktor penyesuaian -% belok kanan FMI : faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

(7)

7 Tabel 2.2. Kapasitas dasar (Co)

Tipe Simpang IT Kapasitas Dasar smp/jam

322 2700 342 2900 324 atau 344 3200 422 2900 424 atau 444 3400 Sumber : MKJI 1997

Gambar 2.1. Faktor penyesuaian lebar pendekat (FW)

Tabel 2.3. Faktor penyesuaian median jalan utama (FM)

Uraian Tipe M Faktor Penyesuaian Median (FM)

Tidak ada median jalan utama Tidak ada 1,00

Ada median jalan utama, lebar < 3 m Sempit 1,05

Ada median jalan utama, lebar ≥ 3 m Lebar 1,20

(8)

8 Tabel 2.4. Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS)

Ukuran Kota CS

Penduduk Juta

Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS) Sangat Kecil < 0,1 0,82 Kecil 0,1 - 0,5 0,88 Sedang 0,5 - 1,0 0,94 Besar 1,0 - 3 1,00 Sangat Besar >3 1,05 Sumber : MKJI 1997

Tabel 2.5. Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor

Kelas tipe lingkungan jalan RE

Kelas hambatan samping SF

Rasio kendaraan tak bermotor PUM 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 ≥ 0,25 Komersial tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70 sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,70 rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71 Pemukiman tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72 sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73 rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74

Akses terbatas tinggi/sedang/rendah 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75 Sumber : MKJI 1997

(9)

9 Gambar 2.3. Faktor penyesuaian belok-kanan (FRT)

(10)

10 Tabel 2.6. Faktor penyesuaian arus jalan minor (FM)

IT FMI PMI

422 1,19 x PMI2 - 1,19 x PMI + 1,19 0,1 - 0,9

424 16,6 x PMI4 - 33,3 x PMI3 + 25,3 x PMI2 - 8,6 x PMI + 1,95 0,1 - 0,3

444 1,11 x PMI2 - 1,11 x PMI +1,11 0,3 - 0,9

322 1,19 x PMI2 - 1,19 x PMI + 1,19 0,1 - 0,5

-0,595 x PMI2 + 0,595 x PMI3 + 0,74 0,5 - 0,9

342 1,19 x PMI2 - 1,19 x PMI + 1,19 0,1 - 0,5

2,38 x PMI2 - P 2,38 x PMI + 1,49 0,5 - 0,9

324 16,6 x PMI2 -33,3 x PMI3 + 25,3 x PMI3 - 8,6 x PMI + 1,95 0,1 - 0,3

344 1,11 x PMI2 - 1,11 x PMI +1,11 0,3 - 0,5

-0,555 x PMI2 + 0,555 x PMI + 0,69 0,5 - 0,9

Sumber : MKJI 1997

2.7 Tingkat Pelayanan Jalan

a. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi:

1. arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;

2. kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan; 3. pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau dengan

sedikit tundaan.

b. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi:

1. arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas;

2. kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi kecepatan;

3. pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.

(11)

11

1. arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi;

2. kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat;

3. pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului.

d. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi:

1. arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus;

2. kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar;

3. pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat. e. Tingkat pelayanan E, dengan kondisi:

1. arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;

2. kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi; 3. pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek. f. Tingkat pelayanan F, dengan kondisi:

1. arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang;

2. kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi yang cukup lama;

3. dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.

Dan menurut Balai Pemeliharaan Jalan Jember Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa Timur, tingkat pelayanan jalan tersebut direncanakan awal pembangunannya berada pada kelas A dengan karakteristik operasi terkait seperti pada tabel di bawah:

(12)

12 Tabel 2.7 Standar Jalan Arteri Skunder

Tingkat Pelayanan Karakteristik Operasional Jalan A  Arus Bebas

 Kecepatan perjalanan rata-rata ≥ 80 km/jam

 V/C ratio ≤ 0,6

 Load factor pada sipangan = 0 B  Arus stabil

 Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d ≥ 40 km/jam

 V/C ratio ≤ 0,7

 Load factor ≤ 0,1 C  Arus stabil

 Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d ≥ 30 km/jam

 V/C ratio ≤ 0,8

 Load factor ≤ 0,3

D  Mendekati arus tidak stabil

 Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d ≥ 25 km/jam

 V/C ratio ≤ 0,9

 Load factor ≤ 0,7

E  Arus tidak stabil, terhambat, dengan tundaan yang tidak dapat ditolelir.

 Kecepatan perjalanan rata-rata sekitar 25 km/jam

 Volume dengan kapasitas

 Load factor pada simpang ≤ 1 F  Arus tertahan, macet

 Kecepatan perjalanan rata-rata ≤ 15 km/jam

 V/C ratio permintaan melebihi 1

 Simpang jenuh

Tabel 2.8. Hubungan Q/C ratio dengan tingkat pelayanan jalan perkotaan Tingkat pelayanan

(level of service) Q/C ratio

A 0,00 - 0,19 B 0,20 - 0,44 C 0,45 - 0,75 D 0,75 - 0,5 E 0,85 - 1,00 F

(13)

13 2.8 Prasarana Jalan/Bangunan Pelengkap Jalan

2.8.1 Median/Pemisah Tengah

Median ( pemisah tengah ) adalah suatu jalur bagian jalan yang terletak di tengah, tidak digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan berfungsi, antara lain:

 Memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah dan mengurangi daerah konflik bagi kendaraan belok kanan sehingga dapat meningkatkan keamanan dan kelancaran lalu lintas di jalan tersebut.

 Pada keadaan tertentu dapat digunakan untuk jalur perubahan kecepatan dan jalur tunggu untuk lalu lintas belok kanan atau perputaran ( U – Turn ).

Ketentuan median ( pemisah tengah ) yang digunakan disesuaikan dengan median jalan yang sudah ada yaitu pada jalan Gajah Mada, antara lain:

 Bukaan pemisah tengah

Bukaan pemisah tengah digunakan untuk arus lalu lintas belok kanan dan atau berputar.

Lokasi bukaan ditentukan didekat persimpangan dan tempat-tempat yang dipandang perlu.

Untuk erputaran normal diambil jarak minimum antar bukaan 3,00 m

 Lebar minimum pemisah tengah

Lebar minimum pemisah tengah ditinjau dari penggunaannya diambil 2,00 m, ini sesuai dengan lebar median yang sudah ada.

2.8.2 Marka Jalan

Marka jalan adalah suatu tanda yang berupa garis, simbol, angka, huruf atau tanda-tanda lainnya yang digambarkan.

(14)

14 Marka jalan berfungsi sebagai penuntun/pengarah pengemudi selama

perjalanan, yang ditandai dengan bentuk garis terputus ( dash line ) dan garis penuh ( solid line ), warna marka jalan umumnya putih.

 Garis terputus ( dash line )

Berfungsi sebagai garis sumbu dan pemisah dengan ketentuan untuk jalan 2 lajur dan lebar ≥ 5,50 m:

 Garis penuh ( solid line ) Berfungsi sebagai garis tepi: - Tepi perkerasan dalam - Tepi perkerasan luar

- Garis pada jalur tepian ( Marginal Strip )

 Tempat penyeberangan jalan ( zebra cross )

2.8.3 Rambu Lalu lintas

Rambu lalu lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.

Jenis dan fungsi rambu lalu lintas, dikelompokkan sebagai berikut:

 Rambu peringatan, digunaka untuk memberi peringatan kemungkinan adanya bahaya atau tempat berbahaya dibagian jalan di depannya sehingga pemakai jalan dapat mengetahui sebelum melewati tempat tersebut.

 Rambu larangan, digunakan untuk menyatakan batasan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pemakai jalan.

(15)

15

 Rambu perintah, digunakan untuk menyatakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemakai jalan.

 Rambu petunjuk, digunakan untuk memberikan informasi mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.

2.8.4 Trotoar dan Kereb

 Trotoar

Trotoar adalah jalor pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapisan permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.

Fungsi utama trotoar untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki baik dari segi keamanan dan kenyamanan, disamping itu berfungsi dapat membantu meningkatkan kelancaran lalu lintas ( kendaraan ), karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh lalu lintas pejalan kaki.

Lebar minimum trotoar diambil 1,50 m, hal ini disesuaikan dengan penggunaan lahan disekitarnya.

 Kereb

Kereb adalah bangunan pelengkap jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu lintas dengan bagian jalan lainnya, yang sangat membantu keamanan dan kenyamanan para pemakai jalan serta berfungsi juga sebagai:

- Penghalang/pencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas ( barrier curb). - Mempertegas batas jalur lalu lintas kendaran dengan jalur-jalur lainnya. - Menambah estetika

(16)

16 2.8.5 Drainase Permukaan Jalan

Drainase permukaan adalah sistem drainase yang berkaitan dengan pengendalian air permukaan.

Fungsi sistem drainase permukaan jalan pada umumnya, sebagai berikut:  Mengalirkan air hujan secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan

selanjutnya dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuang akhir.

 Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk kedaerah

perkerasan jalan.

(17)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Metode Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Penelitian Start

Data LHR

 Menghitung volume lalu lintas

saat ini

 Menentukan volume

kendaraan 5-10 tahun kedepan

 Menghitung kapasitas jalan

saat ini dan 5 – 10 th

 Tingkat pelayanan jalan s/d 10 th DS. 5 – 10 tahun Kesimpulan Selesai

(18)

18 3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada pada jalan Gajah Mada, yang merupakan jalan menuju wilayah perkotaan Kabupaten Jember Dimana seringnya terjadi masalah lalu lintas disana ketika jam sibuk.

3.3 Pengambilan Data Penelitian a. Data Skunder

Data skunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain atau diperoleh secara tidak langsung dari sumber tertulis maupun dari instansi pemerintah. Data-data yang diperoleh antara lain:

 Data volume lalu lintas jalan Gajah mada b. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung pada objek penelitian. Data yang diperoleh secara langsung adalah data volume kendaraan pada jalan Gajah madaJember

3.4 Pengolahan dan Analisa Data

Data skunder yang telah ada digunakan untuk menghitung kapasitas jalan saat ini setelah dilakukan pelebaran. Kapasitas jalan kota di Indonesia dapat dihitung menggunakan persamaan :

C = Co x FCw x FCSF x FCCS

dengan : C = Kapasitas Co = Kapasitas dasar

FCW = Faktor koreksi lebar masuk

(19)

19 FCSF = Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping dan

bahu jalan / kereb

FCCS = Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (jumlah penduduk)

Dari data kapasitas tersebut ditentukan kapasitas dan derajat kejenuhan jalan saat ini hingga 10 tahun kedepan. Juga kapasitas rencana jalan hingga 10 tahun kedepan.

.

3.5 Hasil dan Pembahasan

Setelah analisis data selesai dilakukan maka diperoleh berapa sesungguhnya kapasitas jalan hingga 10 tahun

3.6 Kesimpulan

Dari seluruh pembahasan didapat kapasitas jalan dan tingkat pelayanan jalan hingga 10 tahun kedepan.

(20)

20 BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Volume lalu lintas

Data volume lalu lintas ini menggunakan data-data yang berdasarkan hasil survey perhitungan lalu lintas, data yang digunakan berlokasi di jalan Gajah Mada. Data dicatat berdasarkan interval waktu per 1 jam untuk memudahkan mencari volume terbesar pada jam puncak. Untuk mencari nilai volume per jam didapat dengan mengalikan jumlah kendaraan dengan nilai ekivalen mobil penumpang (emp) pada masing-masing jenis kendaraan.

Tabel 4.1 Volume total 2 arah dalam satuan ( smp/jam)

Jalan Gajah Mada Arah Kota Jalan Gajah Mada Arah Luar Kota

Jam smp Jam Smp 06-07 07-08 08-09 09-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 15-16 16-17 17-18 18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06 434 570 451 450 478 524 533 477 608 469 452 398 391 501 341 345 149 99 64 51 65 94 129 326 06-07 07-08 08-09 09-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 15-16 16-17 17-18 18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06 429 566 474 434 448 514 522 466 622 460 444 392 387 515 347 345 155 96 69 55 64 98 120 320

(21)

21 Berdasarkan dari tabel data perhitungan tersebut dapat disimpilkan bahwa: 1. Jam puncak pagi terjadi pada pukul 06 – 08, hal ini dikarenakan pada jam tersebut

merupakan jam berangkat sekolah dan jam kerja.

2. Jam puncak siang terjadi pada pukul 11 – 13, hal ini dikarenakan pada jam tersebut merupakan jam pulang sekolah untuk sebagian besar sekolah.

3. Jam puncak sore terjadi pada pukul 14 – 16, hal ini dikarenakan pada jam tersebut merupakan jam berakhirnya seluruh kegiatan baik kegiatan sekolah maupun kerja.

4.2 Analisa Kapasitas dan Derajat Kejenuhan

Perhitungan kapasitas menggunakan persamaan dan langkah-langkah sesuai dengan petunjuk buku manual MKJI sebagai berikut:

Tabel 4.2 LHR rata-rata 5 s/d 10 tahun Arah JENIS emp

1999 5 tahun 10 tahun kend./ jam smp/ jam kend./ jam smp/ jam kend./ jam smp/ jam Arah ke kota MC 0,35 658 230,3 840 294 1072 375.2 LV 1 100 100 128 128 164 164 HV 1,3 16 20.8 21 27.3 27 35.1 Jumlah Total 774 351,1 989 449,3 1263 574,3 Arah ke luar kota MC 0,35 663 232.1 850 297.5 1084 379.4 LV 1 98 98 125 125 160 160 HV 1,3 14 18.2 18 23.4 23 29.9 Jumlah Total 775 348,3 993 445,9 1267 569,3

Nilai kapasitas perlajur saat ini setelah diadakan pelebaran adalah: C = Co x FCw x FCsp x FCSF x FCCS

C = 1650 x 1,00 x 1,00 x 0,94 x 1,00 = 1683 smp/jam

Data kapasitas jalan dan derajat kejenuhan per lajur dan per arah selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah:

(22)

22 Tabel 4.3 Kapasitas dan derajat kejenuhan per lajur saat ini

Arah C 2010 5 Tahun 10 Tahun

Q DS Q DS Q DS

Arah ke kota 1683 351,1 0.209 449,3 0.267 574,3 0.341 Arah ke luar

kota 1683 348,3 0.207 445,9 0.265 569,3 0.338

Dari data tabel diatas didapatka bahwa jalan Gajah Mada arah ke dalam kota didapatkan nilai DS masing-masing untuk Tahun 1999 DS = 0,209, 5 Tahun kedepan DS = 0,267, dan untuk 10 Tahun kedepan DS = 0,341. Demikian hasil untuk ke arah luar kota didapatkan masing-masing untuk Tahun 1999 DS = 0,207, 5 Tahun kedepan DS = 0,265, dan untuk 10 Tahun kedepan DS = 0,338.

4.3 Analisa Tingkat Pelayanan Jalan

Dari hasil hasil tersebut dapat disimpulkan mulai sekarang atau tahun 1999 hingga 10 tahun kedepan dengan prediksi nilai peryumbuhan lalu lintas 5%, untuk Jalan Gajah Mada baik arah ke kpota maupun luar kota masuk dalam Tingkat pelayanan B. Yang mana tingkat pelayanan B mempunyai sifat sebagai berikut:

a) arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh kondisi lalu lintas;

b) kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi kecepatan;

c) pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang digunakan.

(23)

23 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, evaluasi dan analisa pada Jalan Gajah Mada ini dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain adalah :

1. Derajat Kejenuhan Jalan (DS) pada existing, untuk arah kekota DS = 0,209 dan arah luar kota DS = 0,207

2. Derajat Kejenuhan Jalan (DS) pada 5 tahun kedepan , untuk arah kekota DS = 0,267 dan arah luar kota DS = 0,265

3. Derajat Kejenuhan Jalan (DS) pada 510 tahun kedepan , untuk arah kekota DS = 0,341 dan arah luar kota DS = 0,338

4. Tingkat Pelayanan jalan pada saat ini, 5 tahun dan 10 tahun kedepan adalah sama, yitu termasuk pada tingkat pelayanan jalan B baik arah ke kota maupun luar kota.

5. Untuk supaya tingkat pelayanan jalan naik atau tetap untuk masa mendatang agar dilebarkan jalannya untuk memperkecil besaran derajat kejenuhan jalannya..

5.2 Saran

1. Disarankan agar lebih sering mengecek fluktuasi volume kendaraan , hal ini disebabkan

perubahan mendadak dari perubahan populasi yang kadang-kadang melonjak cepat. 2. Demikian juga perlunya inventari kondisi jalan setiap bulan atau sewaktu-waktu bila

diperlukan. Hal ini untuk mengetahui kerusakan dini dari permukaan jalan, biar memberi pelayanan yang konsisten

(24)

24 DAFTAR PUSTAKA

---, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ), Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

---, 1983, Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya No : 01/PD/B/1983, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

---, 1990, Petunjuk Prencanaan Marka Jalan No: 012/S/BNKT/1990, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Jakarta.

---, 1990, Standar Spesifikasi Kereb No: 011/S/BNKT/1990, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Jakarta.

---, 1990, Petunjuk Perencanaan Trotoar No: 007/S/BNKT/1990, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Jakarta.

---, 1981, AASHTO Interimguide For Design Of Pavement Structure, American Asosiation of State Highway and Trasportation Officials, Washington D.C.

Gambar

Gambar 2.1. Faktor penyesuaian lebar pendekat (F W )
Gambar 2.2. Faktor penyesuaian belok-kiri (F LT )
Gambar 2.4. Faktor penyesuaian arus jalan minor (F MI )
Tabel 2.8. Hubungan Q/C ratio dengan tingkat pelayanan jalan perkotaan  Tingkat pelayanan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lebih jelasnya akan dibahas mengenai karakterisasi ideal prima, karakterisasi ideal maksimal, keterkaitan antara kedua ideal tersebut, dan keterkaitan antara kedua

• Bagaimana respons jemaat GKPB Pniel Blimbingsari terhadap penggunaan gamelan Bali sebagai sarana musik pengiring ibadah dalam kaitannya dengan usaha kontekstualisasi

Tabel 3 menunjukkan derajat infestasi lipas yang diukur pada setiap area pool bus, yaitu diketahui area pool bus 6 memiliki nilai derajat infestasi

Dukungan yang memadai dari para  petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang

Dari hasil observasi pada pra siklus dapat disimpulkan bahwa nilai hasil belajar belum memuaskan, sebab banyak peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM, yaitu 6 peserta

Seperti halnya pada penelitian makanan dan minuman maupun layanan halal, peneliti dapat menambahkan faktor–faktor lain yang berhubungan dengan makanan dan minuman juga

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada Akademi Kebidanan Mutiara Mahakam dengan dirancangnya sistem penunjang pendidikan

Pengalihan Unit Penyertaan baik pada Bank Kustodian yang sama maupun yang berbeda akan diproses oleh Bank Kustodian sesegera mungkin berdasarkan Nilai Aktiva