• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI BEDA PROPORSI BERBAGAI FAKTOR PADA FENOMENA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA WANITA PEKERJA DI DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI BEDA PROPORSI BERBAGAI FAKTOR PADA FENOMENA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA WANITA PEKERJA DI DPR RI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UJI BEDA PROPORSI BERBAGAI FAKTOR PADA FENOMENA PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA WANITA PEKERJA DI DPR RI

Erny Elviany Sabaruddin, Ashar Nuzulul Putra

Progra m Studi S1 keseha ta n Ma syarakat STIKes Mitra RIA Husa da , Ja karta Timur Ema il : info@mrh.a c.id

ABSTRAK

Keputiha n (fluor albus, leukorea, vaginal discharge) a dalah istila h kelua rnya ca ira n dari genita lia seora ng wa nita yang buka n da ra h. Penelitia n ini ingin meliha t a pa kah a da perbedaan proporsi pa da fa ktor ya ng mempenga ruhi perila ku pencega ha n keputihan. Penelitia n ini bersifa t observa siona l terha da p 200 wa n ita pekerja di DPR RI, denga n desain penelitia n crossectiona l. Ana lisis da la m penelitia n ini a da la h uji beda proporsi.Ha sil penelitia n menunjukan bahwa terda pa t perbeda an proporsi pengeta hua n, keterpa paran informa si, da n sika p pa da perila ku pencega ha n kepu tiha n (p < 0,05). Seca ra sta tistic ha l tersebut berhubunga n. Da n a da bebera pa ha l ya ng ha rus diperha tika n ba hwa Progra m pencega ha n keputiha n perlu menca kup pemberia n informa si, Pendidika n keseha ta n terma suk ba ga imana bersikap da la m pencega ha n keputihan, da n ya ng pa ling uta ma a danya dukungan tena ga keseha tan da la m mendampingi ha l tersebut.

Ka ta kunci : keputiha n, perila ku, pencega ha n

ABSTRACT

Flour albous is the term discharge from the genitalia of a woman that is not a blood. This study wanted to see whet her there was a difference in the proportion of factors that influenced the behavior of preventing vaginal discharge. This study is an observational study of 200 female workers in the DPR RI, with a cross-sectional study design. The analysis in this study was a test of different proportions. The results showed that there were differences in the proportion of knowledge, information exposure, and attitudes on flour albous prevention behavior (p <0.05). Statistically it is related and there are several things that must be considered that the flour albous prevention program needs to include the provision of information, health education including how to behave in preventing vaginal discharge, and most importantly the support of health workers in accompanying thi s matter.

Keywords : flour albous, Behviour, Prevention

PENDAHULUAN

Keputihan (fluor albus, leukorea, vaginal discharge) adalah istilah keluarnya cairan dari genitalia seorang wanita yang bukan darah1. Setiap wanita secara berkala memiliki beberapa keputihan normal, yang bertujuan menjaga keseimbangan kimia dan fleksibilitas otot vagina, berfungsi sebagai sistem pertahanan normal untuk vagina. Jika kondisi seperti itu melebihi kadar normal dan menjadi cairan putih atau kuning tebal dengan bau busuk, itu disebut "Keputihan" yang mungkin merupakan tanda infeksi, kanker atau mungkin karena beberapa alasan lain2. Keputihan bisa menyebabkan beberapa penyakit bila tidak ditangani dengan serius3.

(3)

Keputihan adalah kondisi medis di mana wanita mengalami keputihan tebal atau kekuningan warna dari vagina yang terutama dialami selama masa pubertas, ketika organ seksual berkembang pada seorang wanita2. Wanita Indonesia yang pernah mengalami keputihan sangat besar 75% Wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja. Wanita Indonesia banyak yang mengalami keputihan karena hawa di Tanah Air lembab, sehingga mudah terinfeksi jamur candida albican, penyebab keputihan4.

Keputihan dipengaruhi berbagai faktor seperti, Infeksi dari bakteri, jamur atau cedera pada vagina, rahim atau leher Rahim, Infeksi melalui jamur, terkadang juga penyakit menular seksual menyebabkan keputihan seperti,salah satunya adalah Trichomoniasis yang membuat cairan berwarna hijau atau kuning. Toilet yang kotor juga menyebabkan keputihan. Penggunaan umum alat-alat yang berkaitan dengan toilet dan khususnya toilet umum menginfeksi organ seksual perempuan dan akhirnya menyebabkan Leucorrhoea. Penyakit ini terlihat pada wanita yang terlalu banyak menggunakan obat untuk organ seksual, kemudian stres atau depresi, pada tingkat tertentu ada faktor psikologis yang menyebabkan penyakit. Wanita yang terlalu banyak tertekan atau tertekan dapat menderita penyakit ini2. Pada uji pendahuluan yang dilakukan peneliti pada wanita pekerja DPR RI terdapat jumlah kasus keputihan pada tahun 2016 dan 2017 yaitu 11,7% dan pada tahun 2018 sebanyak 13%. Terdapat kenaikan angka kejadian keputihan pada wanita pekerja dari 76 kasus pada tahun 2016 hingga 106 kasus pada tahun 2018 dan belum adanya informasi terkait pencegahan yang terfokus pada masalah keputihan tersebut di DPR RI.

Banyak sekali cara pencegahan mengenai keputihan seperti merawat Kebersihan organ reproduksi sangat penting. Cuci alat kelamin dengan hati-hati selama setiap mandi dan jangan biarkan kelembaban tetap di daerah alat kelamin setelah mandi. Biarkan air mengalir di anus dan vulva dalam jumlah banyak untuk mencuci mereka bersih. Juga cuci vagina hingga bersih setelah buang air kecil, dll2.

METODE

Penelitian ini bersifat observasional dengan desain penelitian crossectional. Penelitian ini dilakukan di unit pelayanan kesehatan (YANKES) DPR RI. Periode September 2019 sampai dengan September 2020. Populasi dan sampel Subjek penelitian ini adalah wanita pekerja di

(4)

YANKES DPR RI tahun 2019 sebanyak 200 responden. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, Wawancara wanita pekerja kelas dilakukan untuk mencari informasi mengenai pengetahuan, sikap, terpapar informasi, dan dukungan tenaga kesehatan terkait pencegahan keputihan. Data diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat secara uji chi-square .

HASIL PEMBAHASAN Univariat

Pada proses pengambilan data, peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang berjumlah 200 orang. Setelah dilakukan pengambilan data, kemudian data diolah sehingga dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Table 1 Distribusi frekuensi Berbagai faktor Fenomena Pencegahan Keputihan pada Wanita Pekerja di DPR RI

Variabel Jumlah Persentase

Pencega ha n Keputiha n Ba ik Kura ng 92 108 46,0 54,0 Keterpa pa ra n Informasi Ba ik Kura ng 60 140 30,0 70,0 Pengeta hua n Ba ik Kura ng 91 109 45,5 54,5 Sika p Positif Nega tif 61 139 30,5 60,5 Dukunga n tena ga keseha tan

Mendukung Kura ng 92 108 46,0 54,0

Berdasarkan data yang didapat pada Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar pekerja di DPR RI memiliki perilaku kurang terhadap pencegahan keputihan yaitu sebanyak 108 orang (54,0%). Sebagian besar kurang terpapar informasi sebanyak 140 orang (70%), pengetahuan yang kurang sebanyak 109 orang (54,5), dan kurangnya dukungan tenaga kesehatan sebanyak 108 orang (54,0%). Serta sebanyak 139 pekerja (60,5%) yang memiliki sikap negatif dalam mencegah terjadinya keputihan.

(5)

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat bed a proporsi antara variabel independen antara lain yaitu Keterpaparan Informasi, Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan tenaga kesehatan dengan variabel dependen yaitu pencegahan keputihan. Analisis ini menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan atau p value < 0,05(CI 95%). Jika P value < 0,05 disimpulkan bahwa terd apat perbedaan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen.

Uji beda Proporsi keterpaparan informasi pada pencegahan keputihan

Table 2 Uji beda proporsi Keterpaparan Informasi Terhadap Pencegahan Keputihan pada Wanita Pekerja di DPR RI Keterpa pa ra n Informa si Pencega ha n Keputiha n Jumla h p-value OR CI (95%) Upper – Lower Kura ng Ba ik f % f % f % Kura ng 87 62,1 53 37,9 140 (100,0) 0,001 3,04 (1,62-5,72) Ba ik 21 35,0 39 65,0 60 (100,0)

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan hasil analisa bivariat antara keterpaparan informasi terhadap pencegahan keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang kurang dalam melakukan pencegahan keputihan memiliki keterpaparan informasi yang kurang pula sebanyak 87 respoden (62,1%) dibandingkan pekerja yang baik dalam melakukan pencegahan keputihan sebanyak 53 orang (37,9%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square diperoleh nilai P

value sebesar 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yanng

bermakna antara keterpaparan informasi terhadap pencegahan keputihan. Nilai OR sebesar 3,04, CI (1,62-5,72). Hal ini berarti kecenderungan pekerja dengan kurang terpapar informasi memiliki peluang 3,04 kali lipat mengalami pencegahan keputihan yang kurang. Setidaknya dengan keterpaparan informasi yang kurang berisiko sebesar 1,62 sampai 5,72 kali lipat dapat mengalami perilaku pencegahan keputihan kurang dibandingkan dengan pekerja dengan keterpaparan informasi yang baik.

(6)

Table 2 Uji beda proporsi Pengetahuan terhadap Pencegahan Keputihan pada Wanita Pekerja di DPR RI Pengeta hua n Pencega ha n Keputiha n Jumla h p-value OR CI (95%) Upper – Lower Kura ng Ba ik f % f % f % Kura ng 81 74,3 28 25,7 109 (100,0) 0,000 6,85 (3,68-12,73) Ba ik 27 29,7 64 70,3 91 (100,0)

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan hasil analisa bivariat antara pengetahuan terhadap pencegahan keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang kurang dalam melakukan pencegahan keputihan memiliki pengetahuan yang kurang pula sebanyak 81 respoden (74,3%) dibandingkan pekerja yang berpengetahuan baik dalam melakukan pencegahan keputihan sebanyak 28 responden (25,7%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square diperoleh nilai P value sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yanng bermakna antara pengetahuan terhadap pencegahan keputihan. Nilai OR sebesar 6,85, CI (3,68-12,73). Hal ini berarti kecenderungan pekerja dengan pengetahuan kurang memiliki peluang 6,85 kali lipat mengalami pencegahan keputihan kurang. Setidaknya dengan pengetahuan yang kurang berisiko sebesar 3,68 sampai 12,73 kali lipat dapat mengalami perilaku kurang pencegahan keputihan dibandingkan dengan pekerja dengan pengetahuan yang baik.

Uji Beda Proporsi Sikap pada pencegahan keputihan

Table Error! No text of specified style in document. Uji beda proporsi Sikap terhadap Pencegahan Keputihan pada Wanita Pekerja di DPR RI Sika p Pencega ha n Keputiha n Jumla h p-value OR CI (95%) Upper – Lower Kura ng Ba ik f % f % f % Nega tif 94 67,6 45 32,4 139 (100,0) 0,00 7.01 (3,50-14,04) Positif 14 23,0 47 77,0 61 (100,0)

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan hasil analisa bivariat antara sikap terhadap pencegahan keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang kurang dalam melakukan pencegahan keputihan memiliki sikap yang negative pula sebanyak 94 respoden (67,6%) dibandingkan pekerja yang bersikap positif dalam melakukan pencegahan keputihan sebanyak 14 responden (23,0%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square diperoleh nilai P value sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yanng bermakna

(7)

antara sikap terhadap pencegahan keputihan. Nilai OR sebesar 7,01, CI (3,50-14,04). Hal ini berarti kecenderungan pekerja dengan sikap negatif memiliki peluang 7,01 kali lipat mengalami perilaku kurang dalam pencegahan keputihan.

Uji Beda Proporsi Dukungan Tenaga Kesehatan pada pencegahan keputihan

Table 5 Uji beda proporsi Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pencegahan Keputihan pada Wanita Pekerja di DPR RI Dukunga n

Tena ga Keseha ta n

Pencega ha n Keputiha n

Jumla h

p-value OR Upper – Lower CI (95%)

Kura ng Ba ik

f % f % f %

Tida k 62 57,4 46 42,6 108 (100,0) 0,36 1,34 (0,77-2,35)

Ya 46 50,0 46 50,0 92 (100,0)

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan hasil analisa bivariat antara dukungan tenaga kesehatan terhadap pencegahan keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang kurang dalam melakukan pencegahan keputihan memiliki dukungan tenaga kesehatan sebanyak 62 respoden (57,4%) dibandingkan pekerja yang memiliki sikap baik dalam melakukan pencegahan keputihan sebanyak 46 responden (42,6%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square diperoleh nilai P value sebesar 0,36 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yanng tidak bermakna antara sikap terhadap pencegahan keputihan. Nilai OR sebesar 1,34, CI (0,77-2,35). Hal ini berarti kecenderungan pekerja dengan tidak mendapat dukungan tenaga kesehatan memiliki peluang 1,34 kali lipat mengalami perilaku pencegahan keputihan yang kurang. Setidaknya dengan tidak mendapat dukungan tenaga kesehatan berisiko sebesar 0,77 sampai 2,35 kali lipat dapat mengalami tingkat kurang dalam pencegahan keputihan dibandingkan dengan pekerja yang mendapat dukungan tenaga kesehatan.

KESIMPULAN

Terdapat perbedaan proporsi keterpaparan informasi, pengetahuan, sikap dan dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku pencegahan keputihan. Secara statistic hal tersebut berhubungan.

SARAN

Program pencegahan keputihan perlu mencakup pemberian informasi, Pendidikan kesehatan termasuk bagaimana bersikap dalam pencegahan keputihan, dan yang paling utama adanya dukungan tenaga kesehatan dalam mendampingi hal tersebut.

(8)

REFERENSI

1. Sa’adatun. U, Widyasih. H. Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus Patologis pada Santriwati PP AL-Munawwir , Yogyakarta Santriwati of PP Al-Munawwir ,

Yogyakarta. J Kebidanan [Internet]. 2018;36–43. Available from:

file:///C:/Users/User/Downloads/Jurnal/3714 -8514-2-PB (1).pdf

2. Khan MA. Sailan-ur- Rahem (Leucorrhoea) | National Health Portal of India [Internet]. 2017 [cited 2019 Sep 3]. Available from: https://www.nhp.gov.in/sailan-ur-rahem-leucorrhoea_mtl

3. Editorial Team. Leucorrhoea -- causes, symptoms, diagnosis, treatment and prevention |

TheHealthSite.com [Internet]. [cited 2019 Sep 3]. Available from:

https://www.thehealthsite.com/diseases-conditions/leucorrhoea-causes-symptoms-diagnosis-treatment-and-prevention-238988/

4. Detiknews. 75% Wanita RI Alami Keputihan [Internet]. [cited 2019 Sep 3]. Available from: https://news.detik.com/berita/d-716997/75-wanita-ri-alami-keputihan

5. Manuaba IBS. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.

6. Wening RCS. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta; 2012.

7. Potter PA. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik (Fundamentals of Nursing : Concepts, Provess, and Practice ). VII. Jakarta: Potter & Perry; 2009.

8. Notoadmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Edisi Revi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

9. Susiany. Tingkat Pengetahuan Mengenai Kesehatan Reproduksi Pada Remaja ‘Gaul’ Blok M Jakarta Selatan Tahun 2000. Depok; 2000.

10. Puspitaningrum E. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 1 Gambiran Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang. Semarang. Semarang; 2012.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut dapat dike- tahui bahwa sifat antibakteri pada ekstrak secang dan manggis juga sangat dipengaruhi oleh senyawa lain se- lain senyawa fenol, hal ini terbukti pada

Dalam penelitian ini akan dikembangkan sistem informasi lahan dan erosi (SILKER) menggunakan free open sources FOSS-GIS ILWIS dengan mengambil DAS Sampean Baru

• Learn to recognize the things that don’t really have much impact in your life. and allow yourself to let

Dari definisi-definisi yang sudah dijelaskan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa deindividuasi adalah suatu proses dimana terjadi peleburan identitas individu menjadi

use) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat penggunaan M- Commerce. Pengguna harus memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dalam menggunakan atau

Hasil jadi tie dye kombinasi pewarnaan dengan airbrush pada kain sifon sutra dan satin sutra, ditinjau dari aspek daya serap warna pencelupan kain sifon sutra memperoleh nilai

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan model problem based learning dan cooperative learning metode jigsaw terhadap

➤ To always deliver quality work ➤ To simplify code at every turn ➤ To attack code the team fears most ➤ To make architectural corrections.. ➤ To throw away unneeded code and