• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga Surakarta dalam Menjalani Kehidupan Sehari - hari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga Surakarta dalam Menjalani Kehidupan Sehari - hari"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga

Surakarta dalam Menjalani Kehidupan Sehari - hari

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Peneliti : Kendy Cipta Santosa

NIM: 692012003

Program Studi Desain Komunikasi Visual Konsentrasi Multimedia

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga Agustus 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

6 1. Pendahuluan

Kebudayaan merupakan salah satu hal penting bagi suatu daerah. Karena kebudayaan dapat mencerminkan atau melambangkan bagaimana suatu daerah dapat terkenal. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan pada setiap daerahnya. Salah satu yang mempengaruhi keragaman budaya ini adalah karena banyaknya suku yang ada di Indonesia, dari suku asli Indonesia sampai suku yang datang dan menetap di Indonesia [1].

Keanekaragaman budaya ini terjadi di setiap daerah di Indonesia, bahkan dalam satu kotapun dapat memiliki lebih dari satu kebudayaan contohnya di kota Surakarta. Seiring berjalannya jaman, kebudayaan di suatu daerah dapat berubah dan bertambah, hal ini disebabkan oleh masuknya kebudayaan luar ke daerah tersebut. Kota Surakarta yang saat ini telah berkembang tentunya memiliki beberapa kebudayaan di dalamnya.

Kota Surakarta memiliki beragam kebudayaan di dalamnya, seperti kesenian batik, tradisi dari Keraton, dan lain - lain. Kota Surakarta memiliki pemahaman untuk mengapresiasi kebudayaan lain yang ada dan masuk ke kota Surakarta. Pemahaman ini sudah lama ada dan sampai sekarang masih dipakai dalam menghadapi keberagaman budaya yang ada. Meskipun begitu bukan berarti kebudayaan yang sudah ada di kota Surakarta ditinggalkan, kebudayaan asli akan tetap ada dan selalu ada. Bahkan kebudayaan asli kota Surakarta ini menjadi salah satu daya tarik kota ini.

Sampai saat ini kebudayaan asli kota Surakarta masih kurang disadari oleh orang lain karena hal ini tidak bersifat langsung. Dengan dirancangnya video visualisasi mengenai kebudayaan kota Surakarta ini diharapkan tidak hanya dapat menjelaskan kehidupan warga kota Surakarta namun juga dapat menanamkan nilai kepada masyarakat luar bagaimana kehidupan warga kota Surakarta yang hidup dengan adanya keanekaragaman budaya dan bagaimana mengatasinya.

2. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitan terdahulu berjudul “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Pengenalan Pariwisata Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah”, bertujuan untuk membuat media promosi yang efektif dan menarik agar dapat mengenalkan kepada masyarakat luas keindahan Kabupaten Wonogiri dan menjaga serta melestarikan objek wisatanya. Dalam penelitian ini menghasilkan media promosi berupa media lini atas dan media lini bawah. Secara keseluruhan media diterapkan dalam bentuk Koran iklan, website, spanduk, peta saku, kalender, poster, gantungan kunci, pin, mug, stiker, koas, x-banner, kipas tangan, paper bag dan kotak dispenser. Hasil dari penelitian ini adalah mengenalkan objek – objek wisata Kabupaten Wonogiri [2].

Dalam penelitian terdahulu berjudul “Pembuatan Iklan Wisata Di Surakarta”, bertujuan untuk mempromosikan potensi wisata di wilayah Surakarta. Video ini dapat menjadi media efektif dalam menyampaikan informasi secara audiovisual, dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat [3].

Dalam penelitian terdahulu yang berjudul “ Potensi Dan Promosi Desa Tumang Sebagai Desa Wisata Melalui Video Profile”, bertujuan untuk

(8)

7

Mengetahui gambaran umum pariwisata Kabupaten Boyolali dan pengembangan desa wisata dan juga berbagai potensi yang ada di Desa Tumang, yang memungkinkan dikembangkannya desa Tumang menjadi desa wisata. Hasil dari perancangan ini adalah video yang dapat memberikan informasi secara langsung dan lebih cepat dengan isi promosi yang mudah diterima oleh pasar [4].

Dalam penelitian terdahulu yang berjudul “ Visualisasi Masjid Agung Rangkasbitung Berbasis 3D Dengan Menggunakan Google Sketchup & After Effect”, bertujuan untuk menciptakan sebuah media informasi baru berbasis animasi 3D untuk desain konstruksi bangunan Masjid Agung Al-a’raaf Rangkasbitung-Lebak. Hasil dari perancangan ini adalah animasi 3D yang memvisualisasikan konstruksi bangunan Masjid Agung Al-a’raaf Rangkasbitung sebagai media informasi. [5]

Dari penelitian terdahulu tersebut, dijelaskan bagaimana visualisasi dapat menginformasikan kelebihan atau daya tarik suatu daerah dan visualisasi berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi yang menarik secara langsung dan efektif. Dengan video visualisasi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang maksimal dengan cara yang menarik.

Kebudayaan secara umum berarti hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hokum adat serta setiap kecapakan dan kebiasaan. Bisa juga diartikan sebagai segala hal yang kompleks, yang di dalamnya berisikan kesenian, kepercayaan, pengetahuan, hokum moral, adat isitiadat serja keahlian ataupun ciri khas lain yang diperoleh individu sebagai anggota dalam suatu masyarakat. [1].

Surakarta adalah kota yang dibangun Paku Buwono II. Riwayat kota ini tidak bisa lepas dari sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang merupakan penerus Kerajaan Mataram Islam. Surakarta dikenal sebagai salah satu pusat dan inti kebudayaan Jawa karena secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Masyarakat Surakarta pandai memelihara budaya lokalnya, seperti tarian daerah Bedhaya dan Srimpimasih, juga ada kesenian batik. Warga Kota Surakarta memiliki berbagai macam budaya dalam menjalani kehidupan sehari – harinya, seperti keramahan warga untuk saling menyapa dengan sedikit menundukan kepala, merawat warisan budaya dari leluhur seperti kesenian batik yang terus menerus ada dan menjadi ciri khas kota Surakarta, juga toleransi warga untuk memahami perbedaan yang ada di kota Surakarta. [6]

Budaya secara umum memiliki arti sebagai suatu cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia, yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Ada juga yang mengartikan budaya sebagai suatu pola hidup yang tumbuh dan berkembang pada sekelompok manusia yang mengatur agar setiap individu mengerti apa yang harus dilakukan, dan mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. [1].

(9)

8

Visualisasi adalah rekayasa dalam pembuatan gambar, diagram atau animasi untuk penampilan suatu informasi. Visualisasi dalam bentuk gambar baik yang bersifat abstrak maupun nyata telah dikenal sejak awal dari peradaban manusia. Contoh ; lukisan di dinding-dinding gua dari manusia purba. Sekarang visualisasi telah berkembang dan banyak dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, rekayasa, visualisasi desain produk, pendidikan multimedia interaktif, kedokteran, dan lain-lain. [7].

Video adalah teknologi untuk merekam, memproses, dan menata ulang gambar bergerak. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Video juga dapat digunakan dalam aplikasi tehnik, keilmuan, produksi, dan keamanan. [8].

Video Visualisasi merupakan salah satu media untuk mengkomunikasikan gagasan atau konsep yang dibuat melalui proses merekam gambar dan suara, menata urutan dan menyambung atau memotong gambar dan menyatukannya menjadi kesatuan yang utuh. Fungsi dari video visualisasi ini sebagai sarana untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan melalui penyajian dalam bentuk video. [7].

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam perancangan video visualisasi ini adalah metode kualitatif yang merupakan metode studi menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. [9].

Jenis metode yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Strategi yang digunakan adalah strategi linier yakni menetapkan urutan atau tahapan perancangan yang akan dimulai dari tahap awal dan dilanjutkan ke tahap berikutnya setelah tahap sebelumnya selesai .[10]. Adapun tahapannya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Strategi Linier

Langkah pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data untuk mengidentifikasi gambaran budaya kota Surakarta, dan kehidupan yang terjadi pada aspek kehidupan warga. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data mengenai kebudayaan warga kota Surakarta dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara bersama Bapak Mufti selaku karyawan pada Dinas Kebudayaan Surakarta. Hasil yang didapat dari wawancara yaitu, warga kota Surakarta memiliki beragam budaya dalam menjalani kehidupan sehari – harinya. Seperti toleransi antar suku dan agama, juga kehidupan yang saling berdampingan. Tidak hanya itu warga kota Surakarta dikenal dengan keramahannya dalam saling menyapa satu dengan yang lain. Warga kota Surakarta juga merawat budaya tradisional seperti kesenian batik, sekaten, kirab pusaka, dan lain – lain, tidak hanya itu warga juga merawat

Tahap 1 Pengumpulan Data Tahap 2 Perancangan Video Tahap 3 Pengujian Tahap 4 Hasil

(10)

9

bangunan – bangunan bersejarah seperti Keraton, museum, dan tempat – tempat yang memiliki sejarah lainnya.

Budaya masyarakat dalam menjalani kesehariannya ini kurang disadari atau dirasakan oleh masyarat luar kota Surakarta karena masyarakat luar lebih tertarik dengan wisata yang ada di kota Surakarta namun tidak menyadari bagaimana keseharian warga di kota Surakarta.

Selanjutnya di tahap kedua perancangan video dimulai dengan membuat konsep. Konsep perancangan video adalah menjelaskan kebudayaan masyarakat kota Surakarta dalam menjalani kehidupan sehari – hari dengan dikemas secara natural dan mudah dipahami. Target utama dari video ini adalah masyarakat yang berusia 15-25 tahun. Setelah konsep terbentuk dilanjutkan dengan pembuatan storyline dan storyboard. Storyline adalah rangkaian kajian atau alur cerita untuk menggambarkan isi video. [11].

Storyline dari video visualisasi ini diawali dengan menampilkan jalan Slamet Riyadi sebagai jalan utama di kota Surakarta. Selanjutnya memperlihatkan kereta api yang berjalan di pinggir jalan raya, karena kereta api ini menjadi daya tarik tersendiri untuk kota Surakarta. Kemudian menampilkan tampak depan gedung Keraton Surakarta, sebagai bentuk pelestarian cagar budaya yang dilakukan oleh warga untuk selalu menjaga dan merawat warisan leluhur dari masa ke masa. Dilanjutkan dengan menampilkan proses membatik berupa menorehkan lilin pada kain hingga membentuk pola yang indah, karena batik adalah salah satu ciri khas kota Surakarta dalam bidang kesenian. Tidak hanya batik, kota Surakarta memiliki acara tahunan yang dinamakan Solo Batik Carnival sebagai bentuk apresiasi warga kota Surakarta untuk kesenian daerah dan budayanya. Selain itu kota Surakarta juga memiliki toleransi antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat dilihat dengan adanya bangunan gereja yang bersebelahan dengan bangunan masjid. Setelah itu memperlihatkan proses perdagangan yang dilakukan secara tradisional di salah satu pasar di kota Surakarta. Hal ini membuat para penarik becak masih optimis untuk menjalani pekerjaan mereka sehingga Pasar Gede menjadi salah satu tempat mereka untuk mencari nafkah. Dipilihnya bangunan Pasar Gede ini karena bangunan ini merupakan salah satu bangunan ikonis di Surakarta yang terus dijaga keaslian bentuknya meskipun sudah melalui tahap renovasi.Storyboard adalah setiap scene yang menggambarkan objek serta perilakunya. Storyboard berguna sebagai acuan dalam pembuatan video pada setiap adegannya.[11].

Berikut Storyboard yang menjadi acuan dari video visualisasi ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Storyboard

NO Scene Durasi Shoot Keterangan

1 00.00 – 00.05 Normal angle Full shoot Still Jalan raya dengan banyak kendaraan 2 00.05 – 00.09 Normal angle Medium shoot Still Kereta api sedang jalan sampai melewati kamera

(11)

10 3 00.09 – 00.22 Normal angle Full shoot Panning Zoom out Memperlihatkan gedung Keraton 4 00.22 – 00.40 Normal angle High angle Close up Still Memperlihatkan proses membatik 5 00.40 – 00.49 Normal angle Medium shoot Still Panning Fokus pada pemeran kostum 6 00.49 – 01.02 Low angle Medium shoot Panning Perlihatkan gereja dan masjid bersebelahan 7 01.02 – 01.22 Normal angle Low angle Medium shoot Still Panning Still keadaan pasar Panning proses jual beli 8 01.22 – 01.30 Normal angle Medium shoot Still Perlihatkan penarik becak sedang mencari penumpang 9 01.30 – 01.36 Normal angle Full shoot Still Still bangunan pasar , fade out to black

Tahap berikutnya adalah tahap perekaman video. Pada tahap ini dilakukan pengambilan gambar sesuai dengan storyboard yang telah disusun. Serta dilakukan proses perekaman suara, untuk narasi yang akan di tambahkan pada video. Setelah pengambilan gambar selesai, dilanjutkan pada tahap editing.

Pada tahap editing ini, dilakukan pemilihan hasil terbaik dari pengambilan gambar dan dilanjutkan dengan menyusun hasil tersebut sesuai dengan storyline dan storyboard. Proses editing dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Editing

Setelah tahap editing selesai selanjutnya adalah proses compositing. Proses compositing dilakukan untuk menambahkan informasi berupa teks, narasi dan penambahan berbagai effect juga background music dalam video. Proses compositing dapat dilihat pada Gambar 3.

(12)

11

Gambar 3. Compositing

Penggunaan teks pada video ini berguna sebagai pembukaan video yang menunjukan bahwa kota di dalam video adalah kota Surakarta. Tipografi yang dipakai dalam video adalah Vivaldi Font, yang memiliki ciri-ciri berupa huruf sambung menyerupai huruf latin. Font ini dipilih dikarenakan memiliki kesan artistik dan masih dapat dibaca dengan jelas. Font Vivaldi dapat dilihat pada Gambar 4.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890-+.,!? Gambar 4. Vivaldi Font

Narasi yang digunakan dalam video ini berguna sebagai penjelasan tentang kehidupan warga kota Surakarta. Narasi yang digunakan sebagai berikut :

“Surakarta, kota yang melekat dalam budaya. Masyarakat yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang teranut dalam diri, terwujud hingga kini dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Menjaga warisan leluhur yang menjadi identitas, berkarya dalam kesenian yang penuh dengan makna dan estetika. Kehidupan yang ramah dan berdampingan, saling berpangku dan menopang. Menjalani perkembangan tanpa menghilangkan identitas. Menghidupkan budaya dalam era baru sepenuh hati. Melekatkan kembali identitas dalam setiap pribadi.”

Musik yang digunakan dalam video ini adalah alunan irama alat musik gamelan. Musik ini dipilih karena menimbulkan rasa tenang dan santai, dan juga tidak mengganggu narasi yang ada dalam video.

Setelah tahap compositing selesai dilanjutkan pada tahap rendering. Tahap rendering ini dilakukan untuk menyimpan hasil editing menjadi satu kesatuan video.

Format rendering pada video ini menggunakan format H.264. Format H.264 ini menghasilkan kualitas video yang bagus dengan kapasitas penyimpanan yang relatif kecil dibandingkan dengan format video yang lain. Dengan format H.264 ini juga dapat diputar dengan bermacam – macam mesin pemutar video jadi akan lebih memudahkan untuk pemutaran video.

(13)

12 4. Hasil dan Pembahasan

Scene pertama yang ada pada video ini adalah jalan raya Slamet Riyadi yang ada di kota Surakarta. Dipilihnya jalan Slamet Riyadi ini karena jalan ini adalah jalan utama di kota Surakarta dan hampir semua orang yang datang ke kota Surakarta akan melawati jalan ini. Pada scene pertama ini, menggambarkan kondisi jalan raya kota Surakarta yang dilalui kendaraan, kemudian muncul tulisan “Surakarta” sebagai judul video. Scene pertama dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Scene Pertama

Scene kedua yang ada pada video ini menampilkan kereta api yang berjalan di pinggir jalan raya. Pada scene kedua ini memperlihatkan kereta api yang berjalan di pinggir jalan raya, kereta api ini menjadi daya tarik tersendiri untuk kota Surakarta karena kereta api ini berjalan di pingir jalan raya utama kota Surakarta dan tidak ada palang kereta api di jalan tersebut. Kereta ini juga menjadi salah satu wisata yang ada di kota Surakarta. Scene kedua dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Scene Kedua

Scene ketiga yang ada pada video ini menampilkan gedung Keraton Surakarta. Pada scene ketiga ini menampilkan destinasi wisata kota Surakarta yaitu Keraton Surakarta. Pada scene ketiga ini akan menampilkan tampak depan gedung Keraton Surakarta sebagai simbol pelestarian budaya yang dilakukan oleh warga untuk selalu menjaga dan merawat warisan leluhur dari masa ke masa. Pada scene ketiga ini narasi mulai diputar. Narasi yang diputar pada scene ketiga adalah “Surakarta, kota yang melekat dalam budaya. Masyarakat yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang teranut dalam diri”. Scene ketiga dapat dilihat pada Gambar 7.

(14)

13

Gambar 7. Scene ketiga

Scene keempat yang ada pada video ini menampilkan proses membatik. Pada scene keempat ini menampilkan proses membatik berupa menorehkan lilin pada kain hingga membentuk pola yang indah. Batik adalah salah satu ciri khas dari kota Surakarta dalam bidang kesenian. Kota Surakarta juga dikenal dengan batiknya. Kesenian batik ini terus dijaga dan dikembangkan oleh warga kota Surakarta sebagai bukti bahwa kesenian tradisional tidak akan pudar oleh waktu. Pada scene keempat ini diputar narasi, narasi yang digunakan pada scene keempat ini adalah ”Terwujud hingga kini dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Menjaga warisan leluhur yang menjadi identitas, berkarya dalam kesenian yang penuh dengan makna dan estetika”. Scene keempat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Scene keempat

Scene kelima yang ada pada video ini menampilkan SBC (Solo Batik Carnival). Pada scene kelima ini menampilan sebagian dari proses karnaval tahunan di Surakarta yang banyak menampilkan karnaval kostum. Solo Batik Carnival adalah acara tahunan kota Surakarta sebagai bentuk apresiasi warga kota Surakarta untuk kesenian daerah dan budayanya. Acara ini biasanya berisi orang – orang yang menggunakan kostum suatu daerah atau kostum yang dibuat dengan memasukan ciri khas dari daerah tertentu dengan batik sebagai bahan utama . Pada scene kelima ini tidak menggunakan narasi. Scene kelima dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Scene kelima

Scene keenam yang ada pada video ini menampilkan sebuah bangunan gereja yang bersebelahan dengan bangunan masjid. Pada scene keenam ini

(15)

14

menampilkan bangunan gereja yang bersebelahan dengan bangunan masjid untuk menggambarkan kehidupan yang saling berdampingan dan toleransi antara satu dengan yang lain. Pada scene keenam ini diputar narasi “Kehidupan yang ramah dan berdampingan, saling berpangku dan menopang”. Scene keenam dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Scene keenam

Scene ketujuh yang ada pada video ini menampilkan proses jual beli di pasar. Pada scene ketujuh ini menampilkan proses perdagangan yang dilakukan secara tradisional di salah satu pasar di kota Surakarta. Pada scene ini menunjukkan bahwa meskipun budaya modern sudah berkembang tapi pasar tradisional masih menjadi pilihan warga untuk berbelanja. Bukan hanya itu pasar juga menjadi salah satu tempat bercampurnya budaya modern dan tradisional. Pada scene ketujuh ini diputar narasi, narasi yang digunakan adalah” Menjalani perkembangan tanpa menghilangkan identitas. Menghidupkan budaya dalam era baru sepenuh hati”. Scene ketujuh dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Scene ketujuh

Scene kedelapan yang ada pada video ini menampilkan seorang penarik becak. Pada scene kedelapan ini menampilkan seorang penarik becak yang sedang bekerja mencari penumpang. Pada scene ini menunjukkan bahwa warga masih bekerja dengan optimis dan semangat apapun itu pekerjaannya. Juga menunjukkan warga masih mau menggunakan transportasi sederhana seperti becak. Pada scene kedelapan ini menggunakan narasi yang diputar hingga masuk pada awal scene kesembilan. Narasi yang digunakan adalah “Melekatkan kembali identitas dalam setiap pribadi”. Scene kedelapan dapat dilihat pada Gambar 12.

(16)

15

Gambar 12. Scene kedelapan

Scene kesembilan yang ada pada video ini menampilkan bangunan Pasar Gede. Pasar Gede adalah salah satu pasar tradisional yang cukup terkenal di kota Surakarta. Dipilihnya bangunan Pasar Gede ini karena bangunan ini merupakan salah satu bangunan ikonis di Surakarta yang terus dijaga keaslian bentuknya meskipun sudah melalui tahap renovasi. Pada scene kesembilan ini menampilkan bangunan Pasar Gede sebagai penutup video visualisasi. Scene kesembilan dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Scene kesembilan

Video visualisasi ini akan diaplikasikan melalui media sosial seperti youtube, instagram, dan media sosial lain yang bisa memutar video. Dan tidak menutup kemungkinan untuk diputar langsung melalui pameran kebudayaan, pameran videografi atau acara serupa.

Pengujian video visualisasi ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya video visualisasi ini, pengujian dilakukan dengan pengujian kualitatif. Video Visualisasi Budaya Kehidupan Warga Surakarta Dalam Menjalani Kehidupan Sehari – hari telah diujikan kepada Dinas Kebudayaan Kota Surakarta dan Ahli Videografi. Setelah melihat video visualisasi tersebut, dalam hal ini diambil kesimpulan sebagai berikut :

 Dinas Kebudayaan Kota Surakarta

Menurut pendapat Ibu Sri Utami, S.E selaku Kepala Subhag Umum dan Kepegawaian Dinas Kebudayaan Kota Surakarta video visualisasi sudah mewakili sebagian dari budaya yang ada di kota Surakarta, teknik pengambilan gambar sudah bagus dan narasi dalam video sudah bagus.  Ahli Videografi

Menurut pendapat Benedictus Ridho Junaedi, salah satu ahli videografi di Kota Salatiga setelah melihat video tersebut, berpendapat bahwa video masih kurang memvisualisasikan budaya kota Surakarta. Pengambilan video terlihat biasa saja, karena belum adanya unsur unsur cinematic.

(17)

16

Dari hasil pengujian kualitatif dapat disimpulkan bahwa video visualisasi ini sudah dapat menggambarkan sebagian dari budaya kota Surakarta namun teknik yang digunakan masih kurang membuat video ini menarik.

5. Simpulan

Video visualisasi yang telah dihasilkan dalam penelitian ini telah mampu menyampaikan informasi yang diinginkan. Video visualisasi juga dapat membantu Dinas Kebudayaan Kota Surakarta dalam menampilkan kota Surakarta yang dapat dipahami oleh masyarakat kota Surakarta atau luar Kota Surakarta. Untuk kedepannya video visualisasi budaya kehidupan warga kota Surakarta ini dapat dikembangkan dalam media lain seperti game, buku cerita bergambar dan lain lain.

(18)

17 Daftar Pustaka

[1] Koentjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropolgi. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Kintokosari, Tulus. 2010. Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Pengenalan Pariwisata Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah. Diambil dari http://eprints.uns.ac.id/8559/1/179351511201109521.pdf. ( 3 Maret 2019)

[3] Yulianto, Tofik Sri. 2014. Pembuatan Iklan Wisata Di Surakarta. Diambil dari https://epub.tiunsa.org/index.php/Multimedia/article/view/26/26. (3 Maret 2019) [4] Prihanikasari. 2008. Potensi Dan Promosi Desa Tumang Sebagai Desa Wisata Melalui Video Profile. Diambil dari

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/7924/potensi-dan-promosi-Desa-Tumang-sebagai-desa-wisata-melalui-video-profile. (3 Maret 2019)

[5] Wahyudin, dkk. 2015. Visualisasi Masjid Agung Rangkasbitung Berbasis 3D Dengan Menggunakan Google Sketchup & After Effect. Diambil dari http://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/PROSISKO/article/view/110. (3 Maret 2019) [6] Mashendri (2012, 27 Agustus). Sejarah Singkat Kota Surakarta. Dikutip 29 Mei 2019 dari Tentang Solo: http://tentangsolo.web.id/sejarah-singkat-kota-solo.html

[7] McCormick, B.H. et al. (ed), Visualization in Scientific Computing, Computer Graphics 21,6 (November 1987), ACM SIGGRAPH: New York, p xx-yy. / McCormick, B.H. (1987). Visualization in Scientific Computing.ACM SIGGRAPH: New York.

[8] Brata, Vincent Tapa. Videografi dan Sinematografi Praktis. 2007. Jakarta [9] Sugiyono. 2009. Metode Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. [10] Sarwono, Jonathan & Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta : Andi.

Gambar

Gambar 1. Strategi Linier
Tabel 1. Storyboard
Gambar 2. Editing
Gambar 3. Compositing
+5

Referensi

Dokumen terkait

Antara reaksi utama Hydration baik direct ataupun indirect yang menghasilkan Isopropil Alkohol (IPA) dan reaksi samping Dehydration atau Etherification yang menghasilkan

Beberapa tanaman galur 4D dan 5D padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 pada pengujian salinitas 25 mM NaCl menunjukkan respon pertumbuhan yang lebih baik

Hambatan yang dihadapi klub Persema dalam pelaksanaan pemenuhan hak pemain sepak bola dalam kontrak antara pemain dengan klub yaitu karena tidak adanya dana konsorsium yang

Terdapat suatu proses siklus manajemen kinerja yang baku dan dipatuhi untuk dikerjakan bersama, yaitu (1) perencanaan kinerja berupa penetapan indikator kinerja,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan interpersonal dengan stres

Penelitian ini dilakukan pada Museum Jawa Tengah Ranggawarsita yang bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh kualitas pelayanan dan amenitas terhadap

23 HELDA Batagor Pedas Terbuat dari ikan tenggiri pilihan yang diberikan rasa pedas serta bumbu-bumbu pilihan tanpa bahan pengawet.. 24 HELDA Balado Stick Terbuat dari

Kegiatan pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan di Desa Empat Balai Kecematan Kuok, antusias para guru yang mengikuti pelatihan atletik dasar bagi guru