• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIGESTER MODEL TANDON SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF (Digester Tank Models As An Alternative Energy Source)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIGESTER MODEL TANDON SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF (Digester Tank Models As An Alternative Energy Source)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DIGESTER MODEL TANDON SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF (Digester Tank Models As An Alternative Energy Source)

Thohir Zubaidi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Jalan Raya Karangploso Km 4 Malang

zubaidith@yahoo.com HP. 081385710434 ABSTRAK

Dengan berkembangnya usaha peternakan disuatu daerah disamping mampu meningkatkan perekonomian masyarakat juga akan diikuti dengan munculnya permasalahan yaitu melimpahnya limbah kotoran hewan. Limbah kotoran selain menimbulkan bau yang tidak sedap, juga dapat menimbulkan polusi yang dipicu oleh menguapnya gas methan yang terkandung dalam kotoran dan hal ini akan memicu munculnya efek rumah kaca. Walaupun limbah kotoran telah dimanfaatkan untuk pupuk kandang, namun penguapan gas methan tak mampu diatasi. Sebagai bentuk pencegahan agar efek rumah kaca tidak terus meningkat, telah banyak upaya dilakukan dimana salah satunya adalah dengan pembuatan reactor – biogas. Dengan proses ini selain mampu menghasilkan gas yang diperlu dalam aktifitas rumah tangga, limbah biogas inipun menjadi pupuk cair maupun padat siap pakai. Pembuatan biogas sangat mendukung program pemerintah dalam penghematan bahan bakar minyak. Dalam kegiatan ini dilakukan percobaan pembuatan biogas dengan model digester berbahan tandon air. Digester dibuat 2 model yaitu model tidur dan model berdiri. Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan reactor – biogas terdiri dari : (1) tandon air dari bahan plastic volume 1200 liter, (2) penampung gas dari bahan plastic volume 1500 liter, (3) Kompor biogas, (4) Drum pengaduk kotoran (5) Pengaman gas, (6) pipa pralon dan selang plastic untuk saluran gas, (7) pipa pralon untuk saluran masuk dan keluarnya kotoran, (8) bahan baku berupa kotoran ternak. Dari hasil percobaan tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaan waktu mulai terbentuk gas, dimana model tidur lebih cepat dibandingkan model berdiri. Untuk model tidur gas mulai terbentuk pada hari ke 16 sedangkan model berdiri mulai terbentuk pada hari ke 27. Dalam satu hari reactor menghasilkan gas hingga memenuhi penampung gas yang tersedia yaitu sebesar 1,5 m3 atau setara dengan1liter minyak tanah. Volume tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan memasak bagi sebuah keluarga.

Kata kunci : reaktor - biogas, digester, tandon

PENDAHULUAN

Besarnya jumlah populasi sapi di Jawa Timur menjadi andalan produksi daging nasional, sehingga Jatim pun siap menyukseskan program pemerintah pusat yaitu swasembada daging sapi pada tahun 2014. Hingga 2011 lalu, berdasarkan hasil pendataan BPS diketahui bahwa 31,89 persen populasi sapi potong nasional berada di Jawa timur yaitu sebanyak 4.727.298 ekor. Sedangkan untuk sapi perah sebanyak 49,62 persen atau 296.350 ekor (Anonim 2012).

Limbah adalah sesuatu yang tidak mungkin terpisahkan usaha peternakan dan limbah merupakan momok yang selalu menghantui. Limbah khususnya kotoran hewan

(2)

ternak dapat menyebabkan kerusakan ekosistem yang cukup hebat. Limbah kotoran ternak merupakan penyumbang terbesar dalam proses terjadinya “Global-Warning” yang menimbulkan efek gas rumah kaca. Menurut hasil penelitian FAO pemanasan global dibumi ini penyumbang terbesar adalah dari sector peternakan, yaitu mencapai 51 % yang dihasilkan oleh kotoran hewan ternak (Anonim, 2009), dimana limbah yang dihasilkan dari kotoran sapi kadarnya lebih tinggi dibandingkan kotoran hewan ternak lainnya (Jazilatul M., 2010).

Jawa Timur dengan populasi ternak sapi mencapai 5 juta ekor dimana setiap ekor akan menghasilkan kotoran 12 – 30 kg, sehingga setiap hari limbah yang diproduksi mencapai 105.000 ton. Dari limbah kotoran satu ekor sapi setiap harinya akan mampu menghasilkan gas metana sebanyak 0,5 sampai 0,9 m3, atau jika digunakan untuk memasak selama 2 sampai 3 jam tiap hari (Arinal, 2008; Ambar, 2009). Dengan demikian di Jawa Timur setiap harinya akan tersedia energy gas metana sebesar 3.500.000 m3. Berdasarkan penelitian Teguh (2006) dan Nurhasanah dkk. (2007) pemanfaatan limbah kotoran ternak untuk energy masih sangat kecil yaitu masih kurang dari 1 %, sehingga Jawa Timur setiap harinya ikut memasok 3.465.000 m3 gas metana ke atmosfir bumi.

Itulah sebabnya berbagai upaya dilakukan untuk meredam efek dari limbah tersebut. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut antara lain seperti pemanfatan kotoran ternak untuk pembuatan pupuk organik ataupun untuk bahan baku pembuatan bioenergi. Namun sebagaimana yang kita lihat penerapan dimasyarakat masih belum sebagaimana yang diharapkan. Hingga sekarang peternak masih cenderung membiarkan atau menumpuk limbah yang ada dan bahkan ada sebagian yang langsung membuang ke sungai. Akibatnya sangat luar biasa, pencemaran air sungai maupun air tanah sangat tinggi dan diikuti dengan bau yang kurang sedap tersebar kemana-mana. Kondisi tersebut akan mengakibatkan lingkungan tidak memenuhi kelayakan kesehatan, sehingga penyakit akan terjangkit dimana-mana dan pada akhirnya masyarakat juga yang menderita kerugian.

Sebagaimana kita ketahui masyarakat tani sangat membutuhkan sarana produksi berupa pupuk untuk mendukung usaha taninya, dan dalam kehidupan rumah tangga sangat membutuhkan energy untuk memasak setiap harinya. Eronisnya, disekitar mereka tersedia sumber energy yang melimpah dan kurang dimanfaatkan. Ada beberapa hal yang memang perlu mendapatkan perhatian dan harus menjadi focus dalam menangani permasakah limbah ini. Sosialisasi pemanfaatan kotoran ternak untuk pembuatan pupuk organik harus selalu menjadi program penyuluhan dan inivasi teknologi pemanfaatan kotoran ternak untuk bioenergi harus selalu diupayakan sehingga diperoleh teknologi yang sederhana, murah dan mudah dalam operasionalnya, dan layak dengan kondisi masyarakat pedesaan (Anonim, 2007; Anonim, 2006)).

Kedepan diharapkan masyarakat pedesaan yang memiliki hewan ternak mampu mengoperasikan alat bio-digester sehingga kebutuhan energy untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga terpenuhi. Selain memiliki potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan bio-digester memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek

(3)

menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik. Disamping itu, prinsip zero waste merupakan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dalam pengkajian ini dilakukan percobaan bio-digester skala pedesaan dengan memanfaatkan tandon air dari bahan plastik sebagi tabung reakor. Kegiatan ini dilakukan di daerah Trenggalek dan Kebun Percobaan BPTP Jawa Timur di Malang pada tahun 2009 -2010.

METODE Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode praktek langsung pembuatan biogas (diskriptif) yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dan operasional kegiatan di lapangan yang didukung dengan pengamatan langsung terhadap kinerja biogas hingga berfungsi. Tahapan penelitian meliputi perencanaan, perakitan dan pemasangan, pengujian hasil, pengamatan dan pengolahan data. Data untuk analisis adalah data primer yang meliputi data biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan 1 (satu unit digester biogas), waktu yang dibutuhkan untuk memasang, waktu yang dibutuhkan hingga digester menghasilkan gas dan digester siap dipakai, kemampuan pakai digester dalam satu hari.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di daerah Bendungan kabupaten trenggalek dan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur yang berada di daerah Malang. Penelitian dilakukan pada tahun 2009 untuk lokasi daerah Bendungan dan tahun 2010 untuk lokasi Malang. Untuk daerah Trenggalek biodigester yang digunakan tipe tabung reaktor berdiri, sedangkan di KP Malang digunakan tipe tabung reaktor tidur.

Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan biodigester ini adalah sebagai berikut:

 Bak Reaktor terbuat dari tandon air dari bahan plastik dengan volume 1.200 liter.

 Bak penampung gas terbuat dari bahan platik PE warna kebiruan dengan lebar 150 cm.

 Pipa masuk dan buang dibuat dari bahan pipa PVC 3 inchi

 Kompor gas satu kepala yang banyak tersedia dipasaran.

 Bak pengumpan terbuat dari ember plastic volume 20 liter

 Pengamanan gas hasil rekayasa berbahan pipa PVC dan tabung plastic

(4)

Prosedur Penelitian

Pengkajian tentang digester biogas model tandon air ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

 Pengumpulan referensi meliputi lokasi percobaan dan model biodigester yang akan di pergunakan.

 Persiapan sarana dan prasarana untuk pembuatan biodigester model tandon.

 Pelaksanaan pembuatan biodigester model tandon

 Pengamatan dan pengumpulan data selama percobaan berlangsung Pengujian alat

Setelah alat di rakit, maka dilakukan pengujian dengan memasukan kotoran sapi yang telah dicampur dengan air (1 : 1) ke dalam drum/tabung reaktor sampai batas yang telah ditentukan (volume ± 1 meter kubik. Seluruh saluran ditutup agar proses anaerop dapat berlangsung. Proses pembentukan gas dapat dilihat dengan terisinya tabung penampung gas dan akan menggelembung karena tekanan gas. Setelah penampung gas terisi penuh dilakukan pengujian fungsi yaitu digunakan untuk menyalakan komor gas yang telah dipersiapkan. Kriteria gas yang dihasilkan baik adalah warna api biru, tidak bau, dan tidak menghasilkan jelaga.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keragaan Instalasi Biogas

Sebagaimana kita ketahui bahwa desain dan type instalasi biogas sangat beragam dan ini sejalan dengan upaya masyarakat dalam mendapatkan unit instalasi biogas yang murah dan mudah untuk membuatnya. Dalam percobaan ini digunakan digester biogas model tandon air yang sederhana dan murah sehingga diharapkan nantinya masyarakat mudah untuk mengadopsinya. Adapun bagian utama dari instalasi digester biogas model tandon ini secara rinci adalah sebagai berikut:

Unit Bak Pengumpan

Bak pengumpan berfungsi untuk mencampur kotoran ternak dengan air agar pada saat masuk kedalam bak reactor material betul-betul homogen, sehingga akan mempercepat proses terjadinya biogas. Dalam percobaan ini bak pengumpan didesaian secara terpisah dan dibuat dari ember plastik ataupun kaleng cat ukuran besar yang banyak tersedia dipasaran. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pencampuran dan pemasukan material (campuran kotoran dan air) kedalam bak reactor. Agar material betu-betul halus dan tidak keikutan rumput dari sisa makanan, maka sebelum dituangkan kedalam saluran pemasukan terlebih dahulu dilakukan penyaringan. Karena sisa-sisa makanan ternak yang ikut masuk kedalam bak reactor akan mempengaruhi proses pencernakan yang dilakukan oleh bakteri anaerop dan apabila terkumpul dalam jumlah banyak akan menutupi atau menyumbat lobang saluran pengeluaran limbah biogas. Karena desain bak pengumpan ini terpisah maka sifatnya sangat mobile dan sangat praktis. Untuk efisiensi maka ukuran embar atau bak yang

(5)

digunakan disesuaikan dengan batas kemampuan orang yang akan mengisi atau mengoperasikan alat ini secara rutin.

Unit Saluran Masuk dan Buang

Unit ini berfungsi sebagai saluran untuk memasukan kotoran ternak kedalam unit bak reactor dan mengeluaran limbah yang telah habis terurai gas metannya. Material yang digunakan terbuat dari bahan pipa prolon ukuran 3 inchi. Desain dibuat sedemikian rupa dimana untuk saluran pemasukan ujung pralon yang masuk kedalam bak reactor dipasang pada posisi tepat dibagian tengah dari tinggi bak reactor. Sedangkan untuk saluran pembuangan didesain seperti bentuk hurup “U” dimana ketinggian ujung yang ada dibagian dalam disamakan dengan batas ketinggian material yang diinginkan ada dalam bak reactor. Kondisi demikian dimaksudkan agar proses pemasukan material dapat lancar, sedangkan pengeluaran limbah terjadi pada lapisan material paling atas dan dalam bak reaktorpun berada pada kondisi anaerop. Untuk material yang telah habis terurai kandungan gas metannya akan memiliki masa jenis lebih ringan sehingga akan menempati posisi lapaisan paling atas, sedangkan material baru berada pada posisi lapisan paling bawah.

Unit Bak Reactor

Bak reactor atau disebut juga dengan tabung pencerna merupakan bagian dari biodigester dimana proses reaksi kimia dan mikrobiologi secara anaerop berlangsung. Fungsi kerja utama dari struktur ini adalah untuk memperoleh kondisi anaerop didalamnya sehingga bak harus kedap air maupun udara. Bak reaktor dapat dibuat dari bahan susunan batu bata yang disemen, kantong plastik atau drum air. Kontruksi dan desain bak reactor sangat tergantung dari material yang digunakan. Dalam percobaan ini bak reactor terbuat dari tandon air bahan plastik dengan volume 1.200 liter. Posisi bak dibuat dua macam yaitu posisi berdiri dan tidur. Bak ditanam dalam tanah hingga ¾ bagian dengan tujuan selain untuk memudahkan dalam pengoperasiannya, juga utnuk menjaga keamanan dan menghindari perubahan temperature yang ekstrim dalam ruangan bak reactor. Dibagian atas bak reaktor diusahakan diberi penutup sehingga terlindung dari sinar panas matahari yang mana akan mempengaruhi temperature didalamnya.

Unit Penampung Gas

Fungsi dari unit ini adalah untuk menampung gas metana (CH4) yang dihasilkan dari proses kimia dan mikrobiologi didalam unit bak reactor. Ada dua macam model unit penampung gas yang berkembang yaitu menjadi satu dengan bak reactor dan terpisah dengan bak reactor. Untuk desain yang menjadi satu ukuran bak reactor dibuat lebih besar dibandingkan desain yang terpisah, karena selain untuk menampung material juga untuk menampung gas yang diproduksi. Model ini biasanya bagian dindingnya dibuat dari bahan tembok atau material yang dibuat permanen. Sedangkan untuk model terpisah umumnya digunakan dari bahan plastik dengan maksud agar elastis sehingga mudah untuk mengontrol ada tidaknya gas dalam unit penampung.

Dalam percobaan ini bahan yang digunakan untuk bak penampung adalah plastik PE dengan lebar bentang 150 cm, sehingga apabila membentuk tubular,

(6)

diameternya sekitar 95cm. Sedangkan desian dibuat sedemikian rupa yaitu dengan memberi pemberat (sabuk) dengan tujuan agar tekanan didalam tetap atau stabil.

Unit System pengaman /control gas

Unit ini mempunyai fungsi sebagai pengontrol tekanan gas yang ada dalam penampung gas sekaligus sebagai pengaman apabila tekanan gas berlebihan. Unit ini bekerja secara otomatis dengan memanfaatkan system katup air. Bahan yang digunakan adalah pipa PVC dan tabung plastic yang dirangkai sedemikian rupa dan diisi dengan air sebagai pengontrol tekanan gas dalam tabung atau saluran gas.

Unit System Saluran Gas

Unit ini berfungsi untuk menyalurkan gas metana dari bak reactor ke penampung gas dan dari penampung ke kompor gas. Bahan yang digunakan adalah pipa pralon dan selang plastik berukuran ± ½ inchi. Untuk saluran yang tidak membutuhkan elastisitas tinggi digunakan pipa PVC, sedangkan yang kondisi medannya membutuhkan elastisitas tingi digunakan selang plastik. Untuk mencegah terjadinya kebocoran gas maka setiap sambungan diikat mengunakan karet dari ban dalam.

2. Mengoperasikan Biodigester

Dalam pengkajian ini jenis digester yang digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari. Setelah pengerjaan biodigester selesai maka mulai dilakukan proses pengoperasian biodigester dengan langkah langkah sebagai berikut:

 Mencampur kotoran sapi dengan air dengan perbandingan 1 : 1 sampai betul-betul halus hingga berbentuk lumpur agar mudah dalam memasukkan kedalam bak reaktor. Proses ini dilakukan pada bak pengumpan yang terbuat dari ember plastik.

 Mengalirkan atau memasukkan kotoran sapi yang telah berbentuk seperti lumpur tadi kedalam bak reaktor melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai bak reaktor penuh sesuai batas yang dikehendaki.

 Melakukan penambahan starter berupa pupuk urea sebanyak ½ kg dengan tujuan untuk mempercepat proses pembentukan gas. Setelah bak reaktor penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

 Setelah bak penampung gas penuh untuk hasil yang pertama kali, dilakukan pengeluaran/pembuangan gas hingga habis karena yang terbentuk adalah gas CO2. Setelah itu diharapkan yang terbentuk adalah gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.

 Setelah bak penampung gas penuh kembali baru unit biodigester dapat dioperasikan untuk kebutuhan menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Sejak hari tersebut pengisian lumpur dari kotoran sapi dilakukan setiap hari dengan volume 20-25 kg kotoran sapi murni agar sumber energi biogas yang selalu terbarukan. Selain gas metana dari bak reaktor juga mengeluarkan limbah yaitu lumpur kotoran sapi yang telah habis kandungan gas metannya. Limbah ini dapat ditampung pada tempat yang didesain sedemikian rupa sehinga limbah padat dan limbah cairnya dapat terpisah. Limbah ini dapat langsung digunakan sebagai pupuk tanaman yaitu pupuk padat dan pupuk cair.

(7)

3. Keragaan Hasil Unit Biodigester

Dari hasil pengamatan selama pengkajian berlangsung diketahui bahwa untuk type bak reaktor berdiri gas mulai terbentuk pada hari ke 27, sedangkan pada tipe tidur gas mulai terbentuk pada hari ke 16. Selain itu ada perbedaan yang cukup mencolok dari kemampuan pengisian kembali bak penampung gas, dimana pada tipe tidur setelah gas habis terpakai akan terisi dan dapat dipakai kembali setelah 7–10 jam. Sedangkan type berdiri pemakaian dapat digunakan kembali pada esuk harinya.

Dalam satu hari gas yang dihasilkan oleh biodigester type berdiri dengan volume bak reaktor 1.200 liter ini dalam satu hari hanya mampu memenuhi bak penampung gas kapasitas 1,5 m3 sekali, sedangkan untuk type tidur mampu menghasilkan dua kali dari volume penampung gas yang tersedia. Untuk type tidur penggunaan kompor gas dapat dilakukan pada pagi haroi dan sore hari, sedangkan untuk type berdiri hanya mampu digunakan pagi atau sore hari saja dan setelah tampungan gas habis baru bisa digunakan esok harinya lagi. Nilai ini akan setara dengan 1 liter minyak tanah dan kalau dijumlahkan perbulannya akan setara dengan 30 liter minyak tanah. Sedangkan infestasi yang diperlukan untuk pembuatan seperangkat biodigester sekitar 1,5 juta rupiah sudah terhitung ongkos tenaga kerja untuk pemasangan. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan digester hasil penelitian sebelumnya (Arinal, 2008; Rahman, 2005; Junus, 1995).

Dengan investasi yang cukup murah diharapkan masyarakat akan tertarik untuk menggunakan biogas. Dengan penggunaan biogas selain mampu menghemat biaya untuk BBM, juga akan memperkecil pencemaran lingkungan dan mampu menghasilkan pupuk organik setiap saat. Namun demikian hal tersebut kurang direspon oleh masyarakat, karena penggunaan biogas dianggap kurang praktis dibandingkan dengan bahan fosil yang murah dan mudah didapatkan. Ada beberapa keunggulan dari konstruksi digester dari bahan plastik adalah sebagai berikut :

- Konstruksi sederhana dan tinggal dipasang dalam waktu singkat ( tidak sampai 1 hari)

- Biaya untuk membuat biodigester cukup murah dan sarana prasarana yang diperlukan mudah untuk didapatkan.

- Pengawasan dan perawatan relatip lebih mudah

Sedangkan beberapa kelemahan konstruksi biodigester dari bahan plastik adalah sebagai berikut :

- Digester tidak boleh terkena langsung sinar matahari.

- Letak tempat penampung gas (gasholder) di perlukan tempat khusus seperti di atas langit-langit dengan tujuan menghindari terjadinya gesekan dengan bahan keras atau benda tajam

- Umur ekonomi biodigester agak singkat karena mudah sobek walaupun dapat ditambal (2 - 4 tahun)

KESIMPULAN

 Dari hasil percobaan diketahui terdapat perbedaan waktu yang cukup mencolok dilihat dari mulai terbentuk gas, dimana model tidur lebih cepat dibandingkan model berdiri, yaitu hari ke 16 untuk tipe tidur dan hari ke 27 untuk tipe berdiri.

(8)

 Dalam satu hari reactor mampu menghasilkan gas hingga memenuhi penampung gas yang tersedia yaitu sebesar 1,5 s/d 3 m3 atau setara dengan1liter minyak tanah.

 Untuk pengisian kembali gas pada bak penampung tipe tidur dibutuhkan waktu antara 7 – 10 jam, sedangkan tipe berdiri baru keesok harinya penuh kembali

 Infestasi yang diperlukan untuk pembuatan seperangkat biodigester sekitar 1,5 juta rupiah sudah terhitung ongkos tenaga kerja untuk pemasangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wariyanto, 2012. Potensi Gas Bio. Kumpulan Artikel Energi Bio Gas, SIP-80 Sumber:suaramerdeka. Diunduh pada tangal 17 Juni 2012

Ana Nurhasanah, Teguh W. W., Ahmad A., dan Elita Rahmarestia, 2006. PERKEMBANGAN DIGESTER BIOGAS DI INDONESIA (Studi Kasus di Jawa Barat dan Jawa Tengah). Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Anonimous, 2012. Jatim Siap Sukseskan Swasembada Daging Sapi. Dinas Komunikasi

dan informatika Prov Jatim. www://Jatimprov.go.id

Anonimous, 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran Ternak menjadi Energi Biogas. Seri Bioenergi Perdesaan. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2009Departemen Pertanian

Anonimous, 2007. Infrastruktur Pembangkit Biogas – PART 1. Article taken from Manglayang.blogsome.com. diunduh pada tanggal 16 Mei 2012

Anonimous, 2006, Biogas Skala Rumah Tangga melalui Program Bio Energi Perdesaan (BEP), Ditjen PPHP-DEPTAN, 2006Jakarta.

Ambar Pertiwiningrum, 2009. Penelitian Biogas. Laporan Perkembangan Penelitian Biogas.

Arinal Hamni, 2008. Rancang Bangun dan Analisa Tekno Ekonomi Alat Biogas dari Kotoran Ternak Skala Rumah Tanga. Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Negeri Lampung8

Jazilatul Munawaroh, 2010. Perancangan dan Pembuatan Miniatur Penghasil Biogas. (sebagai Media Pembelajaran). Skripsi Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Muhammad, Junus, 1995. “Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio” Universitas Brawijaya

Rahman, B, 2005. “Biogas sumber energi alternative”. Kompas 8 Agustus. http://www.fao.org/WAICENT/FAOINFO/AGRCULT/AGA/FRG/Recycle/biod ig/manual.htm

Teguh W.W., Ana N., A.Asari, dan Astu Unadi, 2006. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.

Referensi

Dokumen terkait

Selain faktor tersebut, peneliti memperkirakan penurunan tingkat insomnia disebabkan oleh kondusifnya lingkungan ketika melakukan latihan senam yoga dan sering

Mengingat pentingnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, dalam penelitian ini akan diuji Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem

Menurut Ramayulis (2010: 385) terdapat beberapa kebaikan model pembelajaran simulasi sebagai berikut. 1) Aktivitas simulasi menyenangkan peserta didik sehingga peserta

Namun, ada beberapa data set yang tidak memiliki jumlah string yang cukup banyak pada n-gram order tinggi yang mengakibatkan cakupan yang tidak luas karena sedikitnya jumlah

1) Dapat mengekspresikan ide matematis secara tertulis serta menggambarkannya secara visual. Siswa dikatakan dapat mengekspresikan ide matematis secara tertulis dan

Jawaban: tujuan customer relationship management yang kita terapkan ya lebih kepada melayani buyer itu sendiri dengan sebaik mungkin, sekarang kan pesaing kita makin

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modul bimbingan dan konseling untuk pencegahan perilaku seksual pranikah yang dihasilkan dinyatakan layak dan dapat dimanfaatkan

• Pemberitaan firman Allah, termasuk Injil, adalah perintah Allah yang harus dilaksanakan oleh siapa pun yang mengaku pengikut setia Yesus Kristus (Kristen), bukan hanya oleh para