• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI PENGELOLAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PANTAI GUA CEMARA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI PENGELOLAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PANTAI GUA CEMARA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANTUL"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PENGELOLAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PANTAI GUA CEMARA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

DI KABUPATEN BANTUL

Diajukan Oleh:

Burhanuddin Akhmad Sofuwan 20090610030

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017

(2)

1

Burhanuddin Akhmad Sofuwan. Pengelolaan Pemungutan Retribusi Pantai Gua Cemara Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Bantul

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara oleh pemerintah Kabupaten Bantul (2) Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris kualitatif deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bahan hukum sebagai bahan penelitian diambil dari bahan kepustakaan yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier dan bahan non hukum. Subjek penelitian ini adalah pengelola retribusi di dins Pariwisata Kabupaten Bantul dan pengelola TPR. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan. Analisis data dilakukan melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi serta penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengelolaan retribusi wisata Pantai Gua Cemara dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Adapun total pendapatan yang diterima, dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan. Kegiatan pemungutan retribusi di Pantai Gua Cemara sudah sesuai dengan prosedur/peraturan yang ada. Tarif sudah sesuai dengan yang tertera pada tiket masuk dan juga petugas dalam melakukan pemungutan sudah memakai atribut yang lengkap. (2) Faktor pendukung pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul adalah kesadaran dari pejabat dan pelaksana yang bertanggung jawab, disiplin dan memberikan pelayanan harus sesuai dengan prosedur serta tersedianya sarana dan prasarana sesuai dengan jenis dan bentuk tugas pelayanannya. Adapun faktor penghambat adalah SOP yang multitafsir. Salah satunya adalah terkait dengan penarikan retribusi khusus rombongan pengunjung objek wisata yang tak sesuai dengan jumlah orang dalam rombongan. Kata kunci: Pengelolaan, Retribusi, Pendapatan Asli Daerah

(3)

2

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan proses perubahan berencana yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan segala kemampuan baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) atatu Sumber Daya Alam (SDA), hal ini dilakukan dalam rangka mensejahterakan dan memanusiakan masyarakat.1 Pembangunan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat serta mewujudkan masyarakat sejahtera adil dan makmur, merata baik spiritual maupun material. Untuk mencapai hakekat dan arah dari pembangunan tersebut, maka pembangunan harus didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber, kelembangaan, dan sumber daya fisik yang ada. Dalam konteks otonomi daerah eksistensi Pemerintah Daerah mutlak diperlukan. Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah / kota lebih dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya. Oleh sebab itu, pemerintah daerah beserta partisispasi masyarakat harus mampu menaksir potensi sumber daya yang paling diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Tujuan Pembangunan Nasional di era otonomi daerah dilakukan dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah masing-masing sebagai pengganti Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999. Menurut Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008, kedua Undang Undang tersebut dirasa sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan Otonomi Daerah dengan harapan Undang Undang ini dapat mengatasi segala perbedaan persepsi yang banyak muncul di daerah-daerah dan perkembangan keadaan yang muncul dalam upaya penerapan Otonomi Daerah.

Hakikat dari otonomi daerah sendiri adalah daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri, baik, jumlah, macam, maupun bentuk pelayanan masyarakat yang sesuai kebutuhan daerah masing-masing. Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, baik kewenangan mengatur maupun mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Realisasi pelaksanaan otonomi daerah dapat dilihat dari sumber pembiayaan pemerintah daerah yang tergantung pada peran Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

1

Sunyoto Usman, 2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 5.

(4)

3

disebutkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat mengupayakan pengelolaan sumber-sumber penerimaan PAD secara optimal.

Pemasukan Daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadi tumpuan yang utama dan dimaksimalkan oleh daerah, sehingga upaya-upaya dalam pemanfaatan kekayaan yang dimiliki oleh daerah dapat terus tergali. Dalam kegiatan meningkatkan potensi daerah tersebut pemerintah daerah diperkenankan untuk melakukan pungutan yang berupa retribusi yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi. Diantaranya yang menjadi bagian dari jenis retribusi daerah adalah retribusi tempat rekreasi dan retribusi pemakaian kekayaan daerah (PKD).

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Oleh karena itu, usaha memperbesar pendapatan asli daerah melalui program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata.

Bantul merupakan kabupaten yang memiliki kawasan pantai yang digunakan sebagai tempat wisata. Hal ini merupakan modal untuk mengembangkan industri pariwisata dengan memanfaatkan potensi alam dan pantai yang besar. Pantai Gua Cemara merupakan salah satu tempat wisata pantai di Kabupaten yang mempunyai prospek yang bagus. Kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan hiburan membuat Pantai Gua Cemara menjadi salah satu tujuan rekreasi.

Pantai Gua Cemara terletak di Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tepatnya 27 km dari kota Bantul dan 30 km dari kota Yogyakarta. Pantai Gua Cemara diapit dua pantai, yakni Pantai Pandansari dan Pantai Kwaru. Pemandangan pantai ini didominasi oleh rimbunnya pohon cemara udang. Awalnya pohon cemara di pantai seluas 500 meter persegi ini ditanam sebagai pendamping pohon akasia yang berfungsi sebagai pencegah abrasi. Selain itu lebatnya pohon cemara ini dimanfaatkan sebagai penahan angin laut yang membawa rasa asam dan dapat merusak tanaman petani. Namun akhirnya masyarakat memutuskan untuk membudidayakan pohon cemara udang sebagai ciri khas dari pantai ini. Nama Gua Cemara dipilih bukan karena ada gua di sekitar pantai, tapi berdasarkan keadaan pepohonannya. Awalnya para penduduk sekitar pantai sering melewati pohon cemara dan membabat sebagian batang dan rantingnya

(5)

4

sebagai jalan lewat. Bekas babatan mereka menghasilkan lubang yang jika diperhatikan menyerupai gua. Maka semenjak itu Pantai Gua Cemara disematkan sebagai nama resminya tahun 2010.

Hal ini menjadi potensi tersendiri bagi pemerintah Kabupaten Bantul untuk meraih keuntungan melalui retribusi Pantai Gua Cemara. Sehingga diharapkan dengan retribusi tersebut dapat memberikan kontribusi PAD Kabupaten Bantul. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat permasalahan yang membuat kurang optimalnya pendapatan yang diperoleh. Oleh karena itu penelitian ini mengangkat judul "Pengelolaan Pemungutan Retribusi Pantai Gua Cemara sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bantul".

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara oleh pemerintah Kabupaten Bantul

2. Mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pemungutan retribusi Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris kualitatif deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Bahan hukum sebagai bahan penelitian diambil dari bahan kepustakaan yang berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier dan bahan non hukum. Subjek penelitian ini adalah pengelola retribusi di dins Pariwisata Kabupaten Bantul dan pengelola TPR. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan. Analisis data dilakukan melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi serta penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.

D. Hasil Penelitian

1. Pengelolaan Retribusi Pantai Gua Cemara oleh Pemerintah Kabupaten Bantul

Pengelolaan adalah suatu proses atau rangkaian kerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditentukan, agar berjalan efektif dan efisien. Agar pelaksanaan pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara dapat berjalan secara efektif dan efisien maka dilakukan dalam beberapa tahap, yakni perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. a. Pengelolaan Retribusi Pantai Gua Cemara pada Tahap Perencanaan

Perencanaan merupakan pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa”. Pada prinsipnya perencanaan merupakan suatu proses yang tidak mengenal akhirnya dan untuk mencapai hasil yang

(6)

5

memuaskan maka harus mempertimbangkan kondisi diwaktu yang akan datang dan kondisi diwaktu sekarang.

Penyusunan rencana kerja dalam pelaksanaan pengelolaan retribusi wisata meliputi perencanaan penentuan target dan penentuan fasilitas. Langkah-langkah penentuan target adalah sebagai berikut: 1) Mengevaluasi jumlah pengunjung pada tahun sebelumnya.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 07 Tahun 2011 pasal (43) Ayat (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi rekreasi dan olah raga didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. (2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. 2) Besaran usulan tersebut kita serahkan ke tim anggaran kabupaten

Bantul untuk di musyawarahkan.

3) Kemudian dari hasil tersebut oleh tim anggaran diserahkan ke DPRD

4) Setelah mencapai kesepakatan barulah target yang telah disetujui untuk dimasukkan dalam APBD dan dapat direalisasikan.

Adapun data target pada tahun 2012-2016 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 3. Grafik Target Pendapatan Retribusi Pantai Gua Cemara Tahun 2012-2016

Secara umum, dalam perencanaan penentuan target anggaran retribusi terkadang memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut yaitu apabila sasaran atau target anggaran retribusi yang diusulkan hanya dihitung/berpijak pada hasil tahun sebelumnya dan tidak mempertimbangkan potensi lokal yang ada, maka akan mengakibatkan sasaran target anggaran yang diusulkan kemungkinan ditetapkan jauh dibawah potensi retribusi yang ada. Sebaliknya,

(7)

6

apabila target dinaikan sebesar besarnya maka akan mengakibatkan target yang ditetapkan terlalu tinggi.

Berdasarkan grafik di atas terlihat pada tahun 2015 target dinaikkan dengan cukup drastis dari Rp230.015.500 pada tahun 2014 menjadi Rp400.004.000 pada tahun 2015 mengingat jumlah pengunjung tahun sebelum-sebelumnya yang semakin bertambah. Namun demikian target Rp400.004.000 tidak terpenuhi. Pada tahun 2015 jumlah realisasi pendapatan Rp285.265.000 sehingga tahun 2016 jumlah target diturunkan kembali menjadi Rp273.625.000.

Oleh karena itu adanya pertimbangan mengenai potensi objek retribusi sangatlah penting didalam menentukan target anggaran setiap tahunnya. Apabila hanya mengacu pada realisasi anggaran sebelumnya dan tidak mempertimbangkan potensi retribusi yang ada maka penentuan target anggaran menjadi kurang optimal karena tidak sesuai potensi objek retribusi yang ada di lapangan. Oleh karena itu, didalam menentukan target anggaran harus mengacu pada potensi objek retribusi yang ada sehingga nantinya diharapkan penentuan target anggaran dapat lebih tergali secara optimal.

Adapun perencanaan pengadaan/penyediaan fasilitas tempat wisata meliputi tempat ibadah, kamar mandi, tempat parkir, pendopo, tempat sampah dll dimaksudkan untuk menjaga ketertiban, kenyamanan, kebersihan, dan kelestarian lingkungan. Setiap pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olah raga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah dipungut retribusi dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olah raga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Gambar 4. TPR Pantai Gua Cemara

Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan/di lokasi TPR, penyediaan fasilitas seperti rambu jalan, pagar pengaman jalan, tanda pembayaran retribusi (karcis), tempat kendaraan, kursi dan meja, serta pos penjagaan (loket) sudah cukup lengkap. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penyediaan fasilitas TPR di

(8)

7

Pantai Gua Cemara dapat dikatakan sudah cukup lengkap walaupun tergolong baru.

b. Pengelolaan Retribusi Pantai Gua Cemara pada Tahap Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah penentuan sumber daya manusia dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan suatu aspek administrasi yang mendukung pelaksanaan rencana, karena tujuanorganisasi adalah mengelompokan, mengatur serta membagi tugas pekerjaan sesuai bidangnya masing-masing sehingga mencapai sasaran secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

Pelaksanaan fungsi pengorganisasian tercapai dengan pengorganisasian petugas/juru TPR. Sedangkan untuk pengorganisasian target pendapatan, tarif dan karcis hampir sama seperti yang dilakukan pada tahap perencanaan.

Pengesahan Raperda menjadi Perda ini merupakan amanah dari Peraturan Pemerintah (PP) nomor 18 tahun 2016 pengganti PP nomor 41 tahun 2007 tentang perubahan Perda Pembentukan Organisasi Dinas. PP ini disahkan pada tanggal 19 Juli. Adapun untuk menciptakan kelancaran dalam pemungutan retribusi dan menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang serta tertib administrasi keluar masuknya dana hasil pemungutan retribusi Pantai Gua Cemara, maka diperlukan adanya pembagian kerja yang jelas dan transparan.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti di lapangan, pengorganisasian meliputi:

a. Aparat dinas pariwisata memberikan pembinaan kepada petugas retribusi mengenai tata cara pemungutan retribusi seperti atribut /tanda yang harus selalu digunakan disaat menjalankan tugas, penggunaan tarif retribusi yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan serta masalah lain yang berhubungan dengan pengelolaan retribusi atribut/tanda yang dimaksud berupa karcis masuk obyek wisata, pakaian petugas dan peluit. Pembinaan terhadap petugas bertujuan agar pengelolaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ada dan tidak menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan.

b. Aparat dinas Pariwisata melakukan pengawasan terhadap petugas retribusi secara langsung ke lapangan. Tujuan pengawasan secara langsung adalah untuk menghindari pelanggaran yang dilakukan oleh petugas disaat melakukan pemungutan retribusi.

c. Hasil pungutan retribusi dibukukan dalam sebuah catatan /tulisan tangan yang dilakukan oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan selanjutnya disetorkan ke kas daerah Kabupaten Bantul.

Pelaksanaan, pemberdayaan, dan pengawasan pemungutan retribusi ditugaskan kepada SKPD sebagai berikut Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul untuk retribusi tempat rekreasi yang terdiri dari: 1.

(9)

8

kawasan Pantai Parangtritis dan Pantai Depok; 2. kawasan Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, Pantai Patehan, Pantai Kwaru, Pantai Pandansimo dan Pantai Pandansimo Baru; 3. kawasan Goa Selarong; 4. kawasan Goa Cermai; 5. fasilitas tempat rekreasi berupa Pendopo Joglo Parangtritis; 6. fasilitas tempat rekreasi berupa Pendopo Joglo Parangkusumo; 7. fasilitas tempat rekreasi berupa Pendopo Joglo Pantai Pandansimo; dan 8. fasilitas tempat rekreasi berupa tempat peristirahatan di Goa Cerme;

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bantul yang melakukan pemungutan retribusi. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab aparat telah memiliki dasar hukum yang jelas yaitu Peraturan Bupati Bantul Nomor 27 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 08 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha.

c. Pengelolaan Retribusi Pantai Gua Cemara pada Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pemungutan retribusi masuk obyek wisata khususnya Pantai Gua Cemara merupakan hal utama karena merupakan salah satu sumber pendapatan bagi kas daerah yang digunakan untuk membiayaan pembangunan dan pembiayaan lainnya yang ada di daerah khusus di daerah Kabupaten Bantul. Dikarenakan retribusi wisata merupakan sumber pemasukan keuangan daerah, maka pemungutannya pun perlu diatur agar dapat dikelola secara intensif.

Tata cara pemungutan retribusi dijelaskan pada Peraturan Bupati Bantul Nomor 27 Tahun 2016 Pasal 2 sebagai berikut:

1) Retribusi yang terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon atau kartu langganan, atau sejenisnya.

3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Berdasarkan wawancara dengan bapak KN pemungutan retribusi sudah sesuai dengan peraturan. Pengelolaan dan pemungutan yang intensif diharapkan memberikan hasil yang maksimal sehingga dapat mengisi kas daerah yang sudah ditargetkan dalam anggaran. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2011 Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan event wisata pada tempat rekreasi baik dikelola sendiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga. Pada saat penyelenggaraan event wisata, retribusi tempat rekreasi dan olah raga dapat ditambah paling tinggi sebesar 300% (tiga ratus per seratus) dari tarif retribusi tempat rekreasi dan olah raga pada tempat rekreasi yang bersangkutan. Penetapan besarnya tambahan

(10)

9

retribusi dan penggunaannya diatur oleh Bupati berdasarkan usulan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan, dan diberitahukan kepada DPRD.

Adapun struktur dan besaran tarif retribusi tempat rekreasi dan olah raga dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. struktur dan besaran tarif retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul

No Obyek Retribusi Besarnya Tarif Retribusi Hari Biasa Hari Libur 1. Kawasan Pantai

Parangtritis dan Pantai Depok

Rp3.750,00 (tiga ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

Rp4.750,00 (empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) 2. Kawasan Pantai Samas,

Pantai Goa Cemara, Pantai Patehan, Pantai Kwaru, Pantai Pandansimo dan Pantai Pandansimo Baru

Rp.2.750,00 (dua ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

Rp3.750,00 (tiga ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

3. Kawasan Goa Selarong Rp.2.750,00 (dua ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

Rp3.750,00 (tiga ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

4. Kawasan Goa Cermai Rp.2.750,00 (dua ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

Rp3.750,00 (tiga ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

5. Kebun Buah Mangunan Rp.4.750,00 (empat ribu tujuh ratus lima puluh rupiah)

Rp5.750,00 (lima ribu tujuh ratus lima puluh

rupiah) Rp.9.750,00 (sembilan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) Rp.9.750,00 (sembilan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No 08 Tahun 2015

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan, jumlah orang, dan/atau lamanya menggunakan/menikmati tempat rekreasi, pariwisata, dan olah raga. Adapun sistematika karcis masuk Pantai Gua Cemara sesuai dengan perda nomor 08 Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

(11)

10

Gambar 5. Karcis Tanda Masuk Tempat Rekreasi

Payung hukum yang digunakan adalah Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha dan Peraturan Bupati Bantul Nomor 27 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 08 Tahun 2015.

Gambar 6. Karcis Pantai Gua Cemara

Retribusi yang terutang dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon atau kartu langganan, atau sejenisnya. Retribusi daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah, sebagai pungutan atas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha, Pemerintah Daerah telah menetapkan beberapa jenis retribusi jasa usaha yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat, beberapa pelayanan jasa usaha perlu ditingkatkan serta dilaksanakan pelayanan jasa usaha yang sebelumnya belum dipungut retribusi jasa usaha. Beberapa pelayanan tersebut antara lain: 1) Perluasan obyek retribusi pemakaian kekayaan daerah;

2) Perluasan obyek retribusi tempat rekreasi dan olah raga;

3) Perluasan obyek retribusi penjualan produksi usaha daerah; dan 4) Penambahan obyek retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/vill

(12)

11

Dengan adanya perluasan beberapa obyek retribusi jasa usaha dimaksud, maka Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2011 tentang retribusi jasa usaha, perlu dilakukan penyempurnaan, agar pelaksanaannya dapat berjalan secara akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan bagi secara administrasi maupun kepada masyarakat. Disamping itu penyempurnaan Peraturan Daerah dimaksud, dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, melalui partisipasi masyarakat dalam bentuk pembayaran retribusi jasa usaha. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha, perlu dilakukan penyempurnaan melalui perubahan Peraturan Daerah. Adapun pendapatan yang didapatkan dari retribusi Pantai Gua Cemara pada tahun 2012 sampai 2016 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 7. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Retribusi Pantai Gua Cemara Tahun 2012 sampai Tahun 2016

Berdasarkan grafik di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa di dalam tahap perencanaan penentuan target anggaran retribusi masih terdapat realisasi anggaran yang belum mencapai target yaitu pada tahun 2015. Berdasarkan grafik di atas terlihat pada tahun 2015 target dinaikkan dengan cukup drastis dari Rp230.015.500 pada tahun 2014 menjadi Rp400.004.000 pada tahun 2015 mengingat jumlah pengunjung tahun sebelum-sebelumnya yang semakin bertambah. Namun demikian target Rp400.004.000 tidak terpenuhi. Pada tahun 2015 jumlah realisasi pendapatan Rp285.265.000 sehingga tahun 2016 jumlah target diturunkan kembali menjadi Rp273.625.000.

Berdasarkan analisis peneliti, mengenai realisasi anggaran pada tahun 2015 yang tidak mencapai target, hal ini disebabkan karena target memang dinaikkan dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu juga sering terlihat oleh peneliti bahwa banyak wisatawan yang masuk

(13)

12

melalui jalan pintas. Meskipun tidak memenuhi target pada tahun 2015, namun jika dilihat dari total pendapatan yang diterima, dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan. Hal ini karena jumlah pengunjung yang semakin banyak. Adanya event event budaya seperti jathilan/reog, kesenian, dangdut dan penambahan fasilitas wisata menjadi pendorong minat warga untuk mengunjungi Pantai Gua Cemara. Selain itu berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapat bahwa kegiatan pemungutan retribusi di Pantai Gua Cemara sudah sesuai dengan prosedur/peraturan yang ada. Tarif sudah sesuai dengan yang tertera pada tiket masuk dan juga petugas dalam melakukan pemungutan sudah memakai atribut yang lengkap. Namun demikian yang perlu tetap diperhatikan agar penentuan target anggaran dapat meningkatkan realisasi penerimaan retribusi maka harus diupayakan untuk menurunkan personil/petugas ke lokasi agar lebih ditingkatkan atau lebih aktif di TPR, dan selalu diadakan monitoring secara berkala agar tidak terjadi penyimpangan.

Adapun pembayaran menurut pasal 3 Peraturan Bupati Nonor 27 Tahun 2016 dilakukan oleh wajib retribusi melakukan pembayaran melalui Bendahara Penerimaan masing-masing SKPD. Untuk pembayaran retribusi tempat penginapan berupa pemanfaatan tempat penginapan pada Gedung Milik Pemerintah Daerah di Jakarta dapat dilakukan melalui petugas yang ditunjuk dan petugas yang ditunjuk kemudian menyetorkan ke kas daerah Pemerintah Kabupaten Bantul melalui bendahara penerimaan atau melalui transfer. Wajib retribusi yang melakukan pembayaran melalui Bendahara Penerimaan maupun petugas yang ditunjuk dapat diberikan SSRD. Retribusi yang diterima oleh Bendahara Penerimaan harus disetorkan ke kas Daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya. Bentuk dan isi SSRD sebagaimana dimaksud adalah seperti gambar di bawah ini.

(14)

13

Adapun pemanfaatan penerimaan retribusi diatur dalam pasal 6 Peraturan Bupati Bantul Nomor 27 Tahun 2016 diutamakan untuk mendanai kegiatan pengembangan pelayanan retribusi yang bersangkutan. Kegiatan pengembangan pelayanan retribusi berupa:

1) pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan retribusi yang bersangkutan;

2) mendukung penyelenggaraan kegiatan di tempat pemungutan 3) meningkatkan kapasitas aparatur pelayanan dan pemungut

retribusi.

d. Pengelolaan Retribusi Pantai Gua Cemara pada Tahap Pengawasan Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah serta menemukan tersangkanya.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dalam manajemen retribusi obyek wisata pantai dilakukan monitoring dadakan ke lokasi TPR, kemudian dilakukan pengecekan jumlah karcis dadakan (stock opname) jumlah pendapatan retribusi yang diterima sesuai atau tidak dengan jumlah karcis yang diambil. Selanjutnya bentuk pengawasan yang lain adalah pemasangan papan tarif di beberapa lokasi obyek wisata pantai.

Pengawasan yang dilakukan oleh petugas retribusi sangatlah diperlukan agar target setoran yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu menghindari terjadinya penyimpangan di dalam setiap pemungutan yang dilakukan oleh petugas. Aparat yang melakukan pengawasan terdiri dari Kepala Bidang Sarana dan Prasarana bersama seksi dan staf. Pengawasan dilakukan secara rutin dengan pendekatan langsung yakni sistem berkeliling TPR. Jika nanti dalam pengawasan ditemukan kecurangan maka akan diberlakukan tindakan sesuai prosedur, mulai dari teguran sampai pemberian sanksi. Namun bagi petugas pemungut juga diberikan insentif. Insentif pemungutan diatur dalam pasal 21 Peraturan Bupati Bantul Nomor 27 Tahun 2016.

1) Tujuan pemberian insentif untuk peningkatan: a. semangat kerja bagi pejabat dan pegawai; b. pendapatan asli daerah; c. pelayanan kepada masyarakat.

2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan setiap triwulan sesuai dengan pencapaian kinerja yang telah ditentukan.

(15)

14

3) Besarnya insentif ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun berjalan dari rencana penerimaan retribusi. 2. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Retribusi

Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul

a. Faktor Pendukung Pengelolaan Retribusi Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul

Pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara dapat dilakukan secara efektif jika didukung oleh beberapa hal. Kesadaran dari pejabat dan pelaksana yang bertanggung jawab dan disiplin akan membuat suatu pelayanan terlaksana dengan baik pula. Selain itu juga adanya mekanisme sistem yang baik, artinya dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan prosedur yang tidak memberatkan orang yang diberi layanan. Faktor pendorong yang lain adalah tersedianya sarana dan prasarana sesuai dengan jenis dan bentuk tugas pelayanannya. Berdasarkan penjelasan di atas maka penyelenggaraan pelayanan publik di TPR telah sesuai dengan teori yang antara lain sikap ramah para petugas saat memungut retribusi maupun memberikan pelayanan administrasi. Hal ini menunjukkan bahwa petugas mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya itu. Petugas sudah disiplin di dalam mematuhi prosedur/peraturan yang berlaku pada saat melakukan pemungutan retribusi yaitu mengenai atribut dan tariff.

Adapun faktor pendorong yang dapat meningkatkan jumlah pengunjung dan retribusi wisata Pantai Gua Cemara adalah pengembangan obyek wisata pantai yang memungkinkan untuk outbond, senam, kesenian, pohon yang masih asri, sebisa mungkin dimanfaatkan untuk menarik minat wisatawan. Hal ini juga harus didukung oleh sarana dan prasarana yang menuju obyek wisata, tempat parkir, MCK/ Kamar mandi, mushola, pendopodan rumah makan, kios cinderamata, dan ketersediaan air bersih. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung, wisatawan akan enggan untuk datang karena merasa kurang nyaman. Selain itu budaya masyarakat setempat seperti helaran dan seni tradisional dan upacara hajat laut harus tetap dilestarikan untuk menambah daya tarik wisatawan. Pihak pengelola juga harus memperhatikan faktor eksternal yaitu: Adanya daya saing yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kabupaten Bantul. Hal ini menimbulkan daya saing yang semakin ketat, apabila sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengelola kurang maka akan mengakibatkan berkurangnya pengunjung ke obyek wisata. Selain itu adanya pengaruh luar yang mempengaruhi sehingga menyebabkan melemahnya budaya daerah, padahal dengan adanya

(16)

15

b. Faktor Penghambat Pengelolaan Retribusi Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul

Faktor penghambat Pengelolaan Pantai Gua Cemara adalah SOP yang multitafsir terkait dengan penarikan retribusi khusus rombongan pengunjung objek wisata yang tak sesuai dengan jumlah orang dalam rombongan tersebut. Selain itu di satu sisi, petugas TPR diharuskan menyetorkan uang hasil pungutan sesuai dengan bonggol karcis yang tersisa. Sobekan karcis itu pun mutlak harus diberikan kepada pengunjung. Sementara di poin yang lain, tertulis, petugas diperbolehkan menyobek sendiri karcis yang masih utuh jika ada selisih lebih uang setoran. Dalam SOP itu, hal ini dihalalkan agar jumlah uang setoran bisa sesuai dengan sisa bonggol karcis. Kasus seperti ini memang harus disertai dengan berita acara, tetapi tetap multi tafsir. Salah satu solusinya memang adalah dengan melakukan peninjauan ulang secara komprehensif terhadap seluruh aspek yang mempengaruhi keberlangsungan kecurangan itu. Terkait dengan hal itu, beberapa aspek yang harus ditinjau secara bersama-sama antara lain faktor sumber daya manusia (SDM) dan perencanaan di tingkat pembuat kebijakan.

Selain itu masalah di atas terkadang petugas TPR sendiri juga bingung dalam membedakan apakah pengunjung benar masyarakat daerah itu yang hanya akan pergi ke sawah (tidak ingin ke pantai) dengan pengunjung yang pura-pura menjadi warga disitu agar tidak membayar. Oleh karena itu, profesionalisme petugas pengelola wisata, baik bagian administrasi maupun operasional harus terus ditingkatkan. Pada bagian administrasi diperlukan petugas yang cekatan, jujur, bertanggung jawab dan ahli dibidangnya, begitu pula tenaga interpreter dan pemandu wisata minat khusus harus menguasai objek-objek wisata hingga seluk beluknya dan memahami aspek keamanan (rescue dan/atau pertolongan pertama) dan kenyamanan wisatawan

Upaya pencegahan atau penyelesaian hambatan harus dilakukan agar kedepannya tidak menganggu proses pengelolaan retribusi. Upaya yang dapat dilakukan adalah:

1) Rapat evaluasi pelaksanaan pemungutan retribusi setiap triwulan. 2) Dilakukan inspekasi dadakan ke lapangan untuk bertemu petugas

TPR dan mengecek pekerjaan dan jumlah karcis

3) Melakukan pembinaan secara rutin kepada petugas TPR misalnya terkait besarnya tarif retribusi antara lokasi satu dengan lainnya harus sesuai dengan peraturan.

4) Memberlakukan sistem rolling terhadap setiap petugas TPR. Hal ini dikarenakan potensi kecurangan sangat besar terjadi jika seorang petugas terlalu lama menempati posnya. “Jadi paling tidak setiap enam bulan sekali harus dilakukan rolling.

5) Pemberian sanksi yang tegas kepada petugas TPR yang tidak bekerja sesuai peraturan

(17)

16

E. Kesimpulan

a. Pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara oleh pemerintah Kabupaten Bantul

Pengelolaan retribusi wisata Pantai Gua Cemara dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan.

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa”. Penyusunan rencana kerja dalam pelaksanaan pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara meliputi penentuan target anggaran retribusi masuk wisata Gua Cemara dan perencanaan sarana dan prasarana.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah penentuan sumberdaya manusia dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan aspek yang mendukung pelaksanaan rencana, karena tujuan organisasi adalah mengelompokkan, mengatur, membagi tugas pekerjaan sesuai bidangnya masing-masing. Adapun untuk menciptakan kelancaran, menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dan ketertiban administrasi keluar masuknya dana, maka diperlukan adanya pembagian kerja yang jelas dan transparan. Adapun yang bertugas melakukan pemungutan retribusi adalah petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas.

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan pemungutan retribusi masuk obyek wisata merupakan hal utama, karena menjadi salah satu sumber pendapatan bagi kas daerah. Payung hukum yang digunakan pemungutan retribusi adalah Perda APBD tahun berjalan, Perda pembentukan dinas No 12 Tahun 2016 dan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2011, dan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2015. Adapun hasil pendapatan retribusi pada tahun 2012 sampai tahun 2016 selalu mengalami peningkatan. Hal ini karena jumlah pengunjung yang semakin banyak. Adanya event event budaya seperti jathilan/reog, kesenian, dangdut dan penambahan fasilitas wisata menjadi pendorong minat warga untuk mengunjungi Pantai Gua Cemara.

4) Pengawasan

Pengawasan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan sesuai dengan yang ditetapkan. Pengawasan aparat teknik sarana dan prasarana adalah berupa pengawasan langsung. Petugas Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul melakukan pengawasan secara langsung kepada petugas retribusi yang bertugas melakukan pemungutan.

b. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul

(18)

17

Faktor pendukung pengelolaan retribusi Pantai Gua Cemara di Kabupaten Bantul adalah kesadaran dari pejabat dan pelaksana yang bertanggung jawab, disiplin dan memberikan pelayanan harus sesuai dengan prosedur serta tersedianya sarana dan prasarana sesuai dengan jenis dan bentuk tugas pelayanannya. Adapun faktor penghambat adalah SOP yang multitafsir. Salah satunya adalah terkait dengan penarikan retribusi khusus rombongan pengunjung objek wisata yang tak sesuai dengan jumlah orang dalam rombongan tersebut. Selain itu petugas TPR terkadang juga kesulitan dalam membedakan pengunjung, benar-benar orang daerah pantai atau wisatawan. Banyak wisatawan yang mengaku orang daerah situ dan tidak ingin ke pantai, sehingga terkadang tidak ditarik retribusi padahal sebenarnya wisatawan.

F. Daftar Pustaka

Burhan Bungin. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT. Pustaka Pelajar.

Burton, Richard. (2001). Menuju Wajib Pajak Patuh. Jurnal Perpajakan

Indonesia. Vol.5 No. 1.

Lexy J. Moleong. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

M. Manulang. (1990). Dasar‐ dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia. Pasal 1 Butir 13 Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 108 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986, hlm. 51. Lihat, Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006)

Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Supardi. (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Daerah.

Gambar

Gambar 3. Grafik Target Pendapatan Retribusi Pantai Gua Cemara  Tahun 2012-2016
Gambar 4. TPR Pantai Gua Cemara
Tabel  3.  struktur  dan  besaran  tarif  retribusi  tempat  rekreasi  dan  olah  raga di Kabupaten Bantul
Gambar 6. Karcis Pantai Gua Cemara
+3

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang An- da ketahui, Anda dapat memiliki karir yang sukses jika Anda menikmati pekerjaan, merasa nyaman dalam lingkungan kerja dan memiliki kete- rampilan untuk

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengembangan media pembelajaran fisika berbasis lagu dan

Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial kepada masyarakat melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 32 Tahun

Untuk menghapus pengguna (-pengguna ) tertentu, tekan Menu > Kelola Peng- guna > Hapus > Masukkan ID P’guna > Terminal akan memberitahu Anda metode

Pada pemaparan ini akan didiskusikan perkembangan penelitian terhadap kharakterisasi pathogen CVPD yang selanjutnya diterapkan sebagai teknik deteksi atau diagnosis,

Seperti yang terdapat pada sequential art masa kini antara lain komik, film, animasi, maka pada wayang beber terdapat kesamaan dimana bagian yang satu, dalam wayan beber

Sangat mungkin bahwa pencarian lebih lanjut dapat menghasilkan suatu solusi yang semuanya bulat dengan nilai fungsi tujuan melebihi batas atas bagian A = 34... Jika pencarian telah