• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPO Pelayanan Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPO Pelayanan Kedokteran"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pendahuluan

Hubungan dokter pasien mengalami

pergeseran:

l 

Dokter dominan (Paternalistic relatioship)

l 

Dokter dan pasien setara (Collegial

relationship)

l 

Pasien dominan (Engineering relationship)

Pelayanan kesehatan mahal dan komersial

Dokter lain sebagai provokator (globalisasi)

Pengacara jemput bola

(3)

UU NO.29 TAHUN 2004

PRAKTIK KEDOKTERAN

Ø 

Perlindungan kepada pasien

Ø 

Mempertahankan dan meningkatkan

mutu pelayanan medis

Ø 

Kepastian hukum kepada masyarakat

(4)

UU  Prak'k  Kedokteran    

Pasal  66  

(5)

TERJADI!!!

Kecacatan/kematian atau reaksi tubuh yang tidak diharapkan

TIDAK TERJADI!!!

Kecacatan/kematian atau reaksi tubuh yang tidak diharapkan

MISCONDUCT (Tidak sesuai kaidah

teknis medis)

GOOD CONDUCT (Sesuai kaidah teknis

medis)

Analisis linier (pada good system) menetapkan malpraktik

Pidana dan/atau perdata (-) Hukum disiplin (+)

Pidana dan/atau perdata (-) Hukum disiplin (-) Pidana dan/atau perdata (+)

Hukum disiplin (+)

KONDISI IDEAL

(6)
(7)
(8)
(9)

Pasal  32  

Hak  Pasien  

q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit

apabila Rumah Sakit diduga memberikan

pelayanan yang tidak sesuai dengan standar

baik secara perdata ataupun pidana; dan

r.  mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak

sesuai dengan standar pelayanan melalui media

cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(10)

Djoti - Atmodjo

Pasal 29

s.  

melindungi   dan   memberikan   bantuan  

hukum  

bagi   semua   petugas   Rumah  

Sakit  dalam  melaksanakan  tugas

(11)

Djoti - Atmodjo

Pasal 46

Rumah Sakit

bertanggung jawab secara

hukum

terhadap

semua kerugian

yang

ditimbulkan atas

kelalaian

yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit

(12)

Djoti - Atmodjo

Pasal 36

Setiap Rumah Sakit harus

menyelenggarakan tata

kelola Rumah Sakit dan

(13)

Djoti - Atmodjo

Tata kelola rumah sakit yang baik

adalah

penerapan

fungsi-fungsi manajemen

rumah

sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip

tranparansi, akuntabilitas, independensi dan

responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran.

Tata kelola klinis yang baik

adalah penerapan

fungsi manajemen

klinis yang meliputi

kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis,

risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja,

pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil

pelayanan, pengembangan profesional, dan

akreditasi rumah sakit.

(14)

Djoti - Atmodjo

(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah

Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,

standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur

operasional yang berlaku, etika profesi,

menghormati hak pasien dan mengutamakan

keselamatan pasien.

(15)
(16)

PROFESI DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIK KEDOKTERAN

Work activity

"   Standar Profesi

"   Standar Fasilitas Kendali mutu

Kendali biaya Audit Medis ( Pasal 49 ) ­ Standar Pelayanan RS ­ Standar Prosedur Operasional ( Pasal 50, 51 )

Standar Pelayanan Kedokteran

( Pasal 44 )

(17)

Yang dimaksud dengan standar profesi adalah :

"   batasan kemampuan (knowledge, skill

and proffesional attitude) minimal yang

harus dikuasai oleh seorang individu u n t u k d a p a t m e l a k u k a n k e g i a t a n profesionalnya pada masyarakat secara mandiri

"   yang dibuat oleh organisasi profesi

(18)

18  

Kredensial adalah proses

evaluasi terhadap staf medis

untuk menentukan kelayakan

diberikan kewenangan klinis

(19)

19  

Kode untuk Nakes :

1.  Kompeten sepenuhnya. 2.  Memerlukan supervisi.

3.  Tidak dimintakan kewenangannya, karena diluar kompetensinya.

Kode untuk Mitra Bestari :

1.  Disetujui berwenang penuh. 2.  Disetujui di bawah supervisi.

3.  Tidak Disetujui, karena belum/bukan kompetensinya.

(20)

20  

Kewenangan  klinis  

Jenis  Pelayanan   Diminta   Rekomendasi  

Resusitasi  Jantung  Paru  Dasar   (Basic  Life  Support  =  BLS)  

Resusitasi  jantung  Paru  Lanjut   (Advanced  Life  Support  =  ALS)   Tindakan  Intubasi  

Endotrakeal  

(Oral  dan  Nasal)  

(21)
(22)
(23)

Pasal 44

(1)  Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan

praktik kedokteran wajib mengikuti standar

pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.

(2)  Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata

sarana pelayanan kesehatan.

(3)  Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan Menteri.

(24)

Yang dimaksud dengan “standar pelayanan” adalah :

Peraturan Menteri Kesehatan

Pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran

(25)

Pasal 50

Dokter   atau   dokter   gigi   dalam   melaksanakan   prak'k  

kedokteran  mempunyai  hak  :  

a.  memperoleh   perlindungan   hukum   sepanjang  

melaksanakan  tugas  sesuai  dengan  standar  profesi  

dan  standar  prosedur  operasional;  

b.  memberikan   pelayanan   medis   menurut   standar   profesi  dan  standar  prosedur  operasional;  

c.  memperoleh  informasi  yang  lengkap  dan  jujur  dari   pasien  atau  keluarganya;  dan  

(26)

Pasal 51

Dokter   atau   dokter   gigi   dalam   melaksanakan   prak'k  

kedokteran  mempunyai  kewajiban  :  

a.  memberikan   pelayanan   medis   sesuai   dengan   standar  

profesi   dan   standar   prosedur   operasional   serta   kebutuhan  medis  pasien;  

b.  merujuk   pasien   ke   dokter   atau   dokter   gigi   lain   yang   mempunyai   keahlian   dan   kemampuan   yang   lebih   baik,   apabila   'dak   mampu   melakukan   suatu   pemeriksaan   atau  pengobatan;  

c.  merahasiakan  segala  sesuatu  yang  diketahuinya  bahkan   juga  setelah  pasien  itu  meninggal  dunia;  

d.  melakukan   pertolongan   darurat   atas   dasar   perikemanusiaan,   kecuali   bila   ia   yakin   ada   orang   lain   yang  bertugas  dan  mampu  melakukannnya;  dan  

e.  menambah   ilmu   pengetahuan   dan   mengiku'   perkembangan  ilmu  kedokteran  atau  kedokteran  gigi.  

(27)

Yang dimaksud dengan standar profesi adalah :

"   batasan kemampuan (knowledge, skill

and proffesional attitude) minimal yang

harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan

profesionalnya pada masyarakat secara mandiri

"   yang dibuat oleh organisasi profesi

(28)

Yang dimaksud dengan standar profesi adalah :

" batasan kemampuan (capacity) meliputi

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap profesional (professional attitude) yang

minimal harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri

"   yang dibuat oleh organisasi profesi

(29)

Yang dimaksud dengan standar prosedur operasional adalah :

"   Suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.

"   SPO memberikan langkah yang benar dan terbaik

berdasarkan konsensus bersama untuk

melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi

pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan

(30)

Djoti - Atmodjo

UU Praktik Kedokteran

Pasal 44 Pasal 50 dan 51

Standar Pelayanan Kedokteran

Standar Prosedur Operasional

(31)

Ø 

Standar   Pelayanan   Kedokteran   melipu'  

Pedoman   Nasional   Pelayanan   Kedokteran  

(PNPK)   dan   Standar   Prosedur   Operasional  

(SPO)  

Ø 

PNPK   merupakan   Standar   Pelayanan  

Kedokteran   yang   bersifat   nasional   dan  

dibuat   oleh   organisasi   profesi   serta  

disahkan  oleh  Menteri  

(32)

Standar Pelayanan Kedokteran disusun secara sistematis dengan menggunakan pilihan pendekatan :

§  Pengelolaan penyakit dalam kondisi

tunggal, yaitu tanpa penyakit lain atau komplikasi;

(33)
(34)

Persyaratan penyusunan PNPK

•  PNPK diperlukan bila:

– jumlah kasusnya banyak (high volume)

– mempunyai risiko tinggi (high risk)

– cenderung memerlukan biaya tinggi/banyak

sumber daya (high cost)

terutama bila terdapat

variasi yang luas

di

antara para praktisi untuk penanganan kasus

yang sama.

(35)

PNPK disusun oleh sekelompok pakar yang

dapat melibatkan profesi kedokteran,

kedokteran gigi, atau profesi kesehatan

lainnya, atau pihak lain yang dianggap perlu

dan disahkan oleh Menteri.

 

(36)

§  PNPK memuat pernyataan yang sistematis yang

didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence) untuk membantu dokter dan pembuatan keputusan klinis tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik

§  PNPK harus dijadikan acuan pada penyusunan SPO

difasilitas pelayanan kesehtan.

§  PNPK harus ditinjau kembali dan diperbaharui sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi

§  Pemerintah dan organisasi profesi melakukan sosialisasi

setiap adanya perubahan dan/atau perbaikan terhadap Pedoman Nasional.

(37)
(38)
(39)
(40)

Levels of evidence and grades of recommendation

Levels of evidence

High quality meta-analyses, systematic reviews of randomised controlled trials (RCTs), or RCTs with a very low risk of bias.

Well conducted meta-analyses, systematic reviews of RCTs, or RCTs with a low risk of bias.

Meta-analyses, systematic reviews of RCTs, or RCTs with a high risk of bias.

High quality systematic reviews of case control or cohort studies. High quality case control or cohort studies with a very low risk of confounding or bias and a high probability that the relationship is causal

Well conducted case control or cohort studies with a low risk of

confounding or bias and a moderate probability that the relationship is causal

Case control or cohort studies with a high risk of confounding or bias and a significant risk that the relationship is not causal

Non-analytic studies, e.g. case reports, case series Expert opinion 1+ + 1+ 1 -2+ + 2+ 2 -3 4

Level Type of Evidence

Grades of recommendation

At least one meta-analysis, systematic review of RCTs, or RCT rated as 1+ + and directly applicable to the target population; or

A body of evidence consisting principally of studies rated as 1+, directly applicable to the target population, and demonstrating overall

consistency of results

A body of evidence including studies rated as 2++, directly applicable to

the target population, and demonstrating overall consistency of results; or

Extrapolated evidence from studies rated as 1+ + or 1+

A body of evidence including studies rated as 2+, directly applicable to

the target population and demonstrating overall consistency of results; or Extrapolated evidence from studies rated as 2+ +

Evidence level 3 or 4; or Extrapolated evidence from studies rated as 2+

Recommended best practice based on the clinical experience of the guideline development group.

A B C D GPP (good practice points) Grade Recommendation Stroke_Cover_IN_1.ai 8/27/09 2:21:09 PM Stroke_Cover_IN_1.ai 8/27/09 2:21:09 PM

(41)

Levels of evidence and grades of recommendation

Levels of evidence

High quality meta-analyses, systematic reviews of randomised controlled trials (RCTs), or RCTs with a very low risk of bias.

Well conducted meta-analyses, systematic reviews of RCTs, or RCTs with a low risk of bias.

Meta-analyses, systematic reviews of RCTs, or RCTs with a high risk of bias.

High quality systematic reviews of case control or cohort studies. High quality case control or cohort studies with a very low risk of confounding or bias and a high probability that the relationship is causal

Well conducted case control or cohort studies with a low risk of

confounding or bias and a moderate probability that the relationship is causal

Case control or cohort studies with a high risk of confounding or bias and a significant risk that the relationship is not causal

Non-analytic studies, e.g. case reports, case series Expert opinion 1+ + 1+ 1 -2+ + 2+ 2 -3 4

Level Type of Evidence

Grades of recommendation

At least one meta-analysis, systematic review of RCTs, or RCT rated as 1+ + and directly applicable to the target population; or

A body of evidence consisting principally of studies rated as 1+, directly applicable to the target population, and demonstrating overall

consistency of results

A body of evidence including studies rated as 2++, directly applicable to the target population, and demonstrating overall consistency of results; or

Extrapolated evidence from studies rated as 1+ + or 1+

A body of evidence including studies rated as 2+, directly applicable to the target population and demonstrating overall consistency of results; or Extrapolated evidence from studies rated as 2+ +

Evidence level 3 or 4; or Extrapolated evidence from studies rated as 2+ Recommended best practice based on the clinical experience of the guideline development group.

A B C D GPP (good practice points) Grade Recommendation Stroke_Cover_IN_1.ai 8/27/09 2:21:09 PM Stroke_Cover_IN_1.ai 8/27/09 2:21:09 PM

(42)

Tata  Laksana  Bayi  Berat  Lahir  Rendah:  

Resusitasi,  Stabilisasi,  dan  Mekanisme  

Merujuk  

Oktober 2011

 

 

 

(43)

Peringkat  Buk'  (Hierarchy  of  Evidence)  

• 

IA  metaanalisis,  uji  klinis  

• 

IB   uji   klinis   yang   besar   dengan   validitas   yang  

baik  

• 

IC  all  or  none  

• 

II      uji  klinis  'dak  terandomisasi    

• 

III    studi  observasional  (kohort,  kasus  kontrol)  

• 

IV  konsensus  dan  pendapat  ahli  

(44)

Derajat  Rekomendasi  

• 

Rekomendasi  A  bila  berdasar  pada  buk'  level  

IA  atau  IB.    

• 

Rekomendasi  B  bila  berdasar  atas  buk'  level  

IC  atau  II.  

• 

Rekomendasi  C  bila  berdasar  atas  buk'  level  

III  atau  IV.  

(45)
(46)

Resusitasi  

•  Resusitasi  BBLR  dapat  dilakukan  dengan  menggunakan   udara  kamar  (FiO2  21%).    

 Level  of  evidence  IB,  derajat  rekomendasi  A  

 

•  Selama  proses  resusitasi,  blender  digunakan  untuk   mengatur  konsentrasi  oksigen  dan  pulse  oxymeter   dipasang  untuk  memantau  saturasi  oksigen.  

   Level  of  evidence  IV,  derajat  rekomendasi  C    

 

•  Pada  BBLSR  yang  bernapas  spontan  saat  lahir,  bantuan   pernapasan  diberikan  berupa  NCPAP.  Tindakan  intubasi   hanya  dilakukan  untuk  pemberian  surfaktan  jika  ada   indikasi.  

(47)

Resusitasi  

•  Pada  bayi  dengan  RDS  yang  sudah  diintubasi  di  kamar  bersalin   akibat  distres  pernapasan,  pemberian  surfaktan  dalam    dua  jam   pertama  menurunkan  risiko  acute  pulmonary  injury,  mortalitas,   maupun  penyakit  paru  kronik.  

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

 

•  Pemberian  surfaktan  dini  dengan  ekstubasi  segera  (<1  jam)  

kemudian  diganPkan  oleh  NCPAP,  dibandingkan  dengan  surfaktan   lambat  dengan  venPlasi  mekanis  konPnu  dan  ekstubasi  kePka  

dukungan  venPlasi  mekanis  telah  minimal,  menurunkan  kejadian   BPD  dan  pemakaian  venPlasi  mekanis  selama  perawatan.    

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

 

•  Penggunaan  T-­‐piece  rescucitator  di  tempat  bayi  dilahirkan   menurunkan  risiko  kegagalan  CPAP.  

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

(48)

Stabilisasi  

•  Penggunaan  radiant  warmer  meningkatkan  insensible  

water  loss  (IWL)  sehingga  perhitungan  kebutuhan  cairan  

perlu  disesuaikan  dengan  kondisi  Pap-­‐Pap  bayi.  

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

 

•  Metode  perawatan  model  kanguru  (PMK)  efekPf  untuk   mencegah  hipotermia  pada  BBLR  di  sarana  dengan  

fasilitas  terbatas.  

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

 

•  Membungkus  bayi  dengan  berat  badan  <1500  g   menggunakan  plasPk  sePnggi  leher  sampai  kaki   mengurangi  kejadian  hipotermia.  

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

(49)

Stabilisasi  

•  Penggunaan  udara  yang  telah  dihangatkan  dan  dilembabkan  

(heated  and  humidified  air)  mengurangi  kejadian  hipotermia  pada   BBLR.  

   Level  of  evidence  III,  derajat  rekomendasi  C  

   

•  Pemberian  terapi  oksigen  harus  secara  restricted  dan  terpantau   kadarnya  dalam  darah.  

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

   

•  Terapi  oksigen  dalam  kadar  rendah  menurunkan  risiko  ROP  dan   BPD.  

 Level  of  evidence  IA,  derajat  rekomendasi  A  

   

•  PenghenPan  terapi  oksigen  dilakukan  secara  bertahap.  

(50)
(51)

ü 

SPO disusun oleh staf medis pada fasilitas

pelayanan kesehatan yang dikoordinasi oleh

Komite Medis dan ditetapkan oleh Pimpinan

sarana pelayanan kesehatan.

ü 

SPO harus selalu ditinjau kembali dan

diperbaharui sekurang-kurangnya 2(dua) tahun

sekali sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran atau

kedokteran gigi.

(52)

Standar Prosedur Operasional

   

1)  Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib

memprakarsai penyusunan SPO sesuai dengan jenis dan strata fasilitas pelayanan kesehatan yang dipimpinnya.

2)  SPO harus dijadikan panduan bagi seluruh tenaga

kesehatan difasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

3)  SPO disusun dalam bentuk panduan praktis (clinical

practice guidelines) yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme, protokol, prosedur atau standing order.

4)  Panduan praktis klinis (PPK) harus memuat

sekurang-kurangnya mengenai pengertian, anamnesis, pemeriksaan fisis, kriteria diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, edukasi, prognosis, dan kepustakaan

(53)

SPO memberikan langkah yang benar dan terbaik

berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan

berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh

sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi

Pasal 10

Permenkes 1438 / 2010

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib memprakarsai penyusunan SPO sesuai dengan jenis dan strata fasyankes yang dipimpinnya

(54)

BENTUK SPO

"   Panduan praktik klinis

(Clinical Practice Guideline)

"   Alur klinis

(Clinical Pathways)

"   Algoritme

"   Prosedur

"   Protokol

"   Standing Orders

(55)

Djoti - Atmodjo

PENDEKATAN PENGELOLAAN PASIEN •  Diagnosis kerja

•  Kondisi klinis

Standar pelayanan di RS :

Panduan Praktik Klinis

• Definisi • Anamnesis • Pemeriksaan fisis • Kriteria diagnosis • Diagnosis banding • Pemeriksaan penunjang • Terapi • Edukasi • Prognosis • Kepustakaan Alur klinis Algoritme Protokol Prosedur Standing orders dapat dilengkapi dengan

(56)

Kepatuhan  kepada  Standar  dan  Penyangkalan  

(disclaimer)  

§

Dalam   se'ap   penyusunan   SPO   harus  

d i c a n t u m k a n   a d a n y a   p e n y a n g k a l a n  

(disclaimer)  

§

Penyangkalan   (disclaimer)   merupakan   dasar  

pembenaran   terhadap   kemungkinan   adanya  

modifikasi   dalam   penyelenggaraan   prak'k  

kedokteran  terhadap  SPO.  

(57)

Panduan Praktik Klinis

•  PPK harus diterapkan secara individual. PPK

bersifat rekomendasi atau advis, tidak harus

diterapkan pada semua pasien

– PPK dibuat untuk ’average patients’.

– PPK dibuat untuk penyakit tunggal.

– Respons pasien terhadap prosedur diagnostik

dan terapeutik sangat bervariasi.

– PPK dianggap valid pada saat dicetak.

– Praktik kedokteran modern mengharuskan kita

mengakomodasi apa yang dikehendaki oleh

keluarga dan pasien.

(58)

•  PNPK harus diterjemahkan sesuai dengan kondisi dan fasilitas setempat menjadi PPK

•  PPK dapat sama/berbeda di RS yang beda:

–  PPK untuk DBD tanpa syok, mungkin bersifat sama, di rumah sakit tipe, A, B, C, D.

–  Di RS tipe A, PPK untuk PJB dari Dx sampai bedah, di RS tipe A yang lain hanya Dx lalu rujuk

–  Di RS tipe B clinical pathway untuk stroke melibatkan bedah saraf, di RS B yang lain tidak

•  Dengan demikian maka PPK bersifat hospital specific.

(59)

Tujuan PPK

•  Meningkatkan kualitas pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentu

•  Mengurangi intervensi yang tidak perlu/berbahaya

•  Memberikan opsi pengobatan terbaik dengan keuntungan maksimal

•  Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil •  Tata laksana dengan biaya yang memadai

(60)

PPK untuk penyakit yang umum

•  Untuk penyakit yang tidak memenuhi syarat PNPK, atau

yang PNPK-nya belum ada, staf medis membuat PPK

dengan:

– mengacu pustaka mutakhir/PNPK negara lain

– kesepakatan para staf medis

•  Di RSU: PPK penyakit-penyakit terbanyak untuk setiap

departemen, sedangkan untuk RS rujukan: PPK untuk

penyakit-penyakit tiap subdisiplin

(61)

Perangkat untuk pelaksanaan PPK

•  Dalam PPK mungkin perlu rincian langkah demi langkah:

– Stroke iskemik: tata laksana multidisiplin dan dengan

pemeriksaan serta intervensi dengan urutan tertentu.

Karakteristik penyakit ini sesuai untuk dibuat alur klinis

(clinical pathway)

– Gagal ginjal kronik perlu hemodialisis. Uraian rinci

tentang hemodialisis dimuat dalam protokol

hemodialisis pada dokumen terpisah.

– Kejang demam kompleks perlu dilakukan pungsi

lumbal > prosedur pungsi lumbal

– Kejang demam perlu pemberian diazepam rektal

segera oleh perawat bila dokter tidak ada; ini diatur

dalam “standing order

.

(62)

Clinical Pathway (CP)

•  CP = care pathway, care map, integrated care pathways,

multidisciplinary pathways of care, pathways of care,

collaborative care pathways.

•  CP merinci apa yang harus dilakukan pada kondisi klinis

tertentu. CP = rencana tata laksana hari demi hari

dengan standar pelayanan yang sesuai.

•  CP bersifat multidisiplin sehingga semua dapat

menggunakan format yang sama.

•  Perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik

intervensi maupun outcome-nya.

•  CP paling layak untuk penyakit multidisiplin, dan

(63)

Apakah semua penyakit perlu CP?

•  Tidak.

•  Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP,

selebihnya dirawat dengan

usual care

.

•  CP hanya efektif dan efisien apabila

dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi

kesehatan yang perjalanannya

predictable

,

khususnya bila memerlukan perawatan

multidisiplin.

(64)

•  Tidak

•  CP mungkin dapat menjadikan biaya perawatan

menjadi lebih murah

•  Data CP juga dapat menjadi masukan untuk program

lain yang menyangkut pembiayaan, misalnya

”diagnostic related group” (DRG)/InaCBGs

•  CP tidak dibuat untuk memperoleh rincian biaya

perawatan, dengan konsekuensi dibuatnya secara

dipaksakan CP untuk semua jenis penyakit

Apakah CP dibuat untuk

memperoleh rincian biaya?

(65)
(66)

Dapatkah CP dibuat untuk kelainan

atau penyakit lain?

•  CP - standardisasi pemeriksaan dan perawatan

pasien yang memililiki pola tertentu.

•  Bila perjalanan klinis sangat bervariasi, sulit untuk

membuat ‘standar’ pemeriksaan hari demi hari.

•  Dapat dibuat CP bagi penyakit apa pun, asalkan:

•  kriteria inklusi dan eksklusi jelas,

•  bila pasien dirawat dengan CP mengalami komplikasi atau terdapat ko-morbiditas tertentu, maka pasien tersebut harus dikeluarkan dari CP

•  Keputusan untuk membuat CP harus pertimbangkan

(67)

Contoh: CP diare akut pada bayi dan anak

•  Kriteria inklusi (harus memenuhi semua) –  Usia lebih 1-5 tahun

–  Diare akut tanpa komplikasi / ko-morbid –  Dehidrasi <10%

–  Tidak ada indikasi bedah

•  Kriteria eksklusi (satu atau lebih keadaan ini): –  Pasien dengan imunokompromais

–  Muntah, atau nyeri perut tanpa diare –  Diare >5 hari

•  Pasien harus dikeluarkan dari CP bila ada salah satu/>:

–  Tidak terdapat perbaikan klinis

dalam

waktu 48 jam

–  Terdapat muntah empedu dengan nyeri perut –  Diagnosis awal diragukan

(68)

Indikasi : No. Rekam Medis : :

Nama pasien : Tanggal Masuk :

Jenis kelamin : ! Laki-laki ! Perempuan Rujukan : ! Ya ! Tidak

Umur : Pengirim :

Diagnosa Awal : Appendisitis (Tanpa Komplikasi) DPJP :

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN HARI KE KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 Diagnosis Pemeriksaan dokter √ !

Penunjang diagnosis !

1. Laboratorium a. Darah Lengkap √ ! - Masa Perdarahan √ ! - Masa Pembekuan √ ! - Fungsi ginjal a. ureum b. creatinin √ ! - GDS √ !

2. Radiologi - Thorak Foto - Atas indikasi / > 40th!

- USG - Atas indikasi

- Appendicogram - Atas indikasi - EKG - Atas indikasi / > 40 th Konsultasi - Dokter Bedah Umum √ √ √ - DPJP

- Dokter Anestesi √ - Pemeriksaan Pre Operatif

- Dokter Internis - Atas indikasi - Dokter Lainnya

Edukasi 1. Penjelasan Diagnosis Rencana tindakan Tata cara Tujuan Resiko Komplikasi Prognosa, dll √

Pengisian form 2. Rencana therapi - Lembar edukasi - Informen concern

√ √ √

Ditanda-tangani keluarga atau pasien, dokter, saksi Tindakan medis dan

jadwal Appendictomy - Surat pengantar tindakan - jadwal rencana operasi - golongan operasi - jenis anestesi - biaya

Prosedur administrasi - administrai + keuangan √ - pendaftaran ke kamar

operasi √ - Bagian keperawatan

Persiapan Operasi STANDING ORDER !

I Perawat - Persiapan puasa √ 6-12 jam - Mencukur (rambut ) di sekitar

daerah operasi Sesuai SOP

- Pemasangan IV line √ Sesuai SOP - Pemberian cairan (jenis) dan

jumlah tetesan RL/6 jam/kolf √ √ √ Sesuai DPJP - Pemasangan Dower Cateter √ Sesuai SOP - Memberi huknah clensing √ Sesuai SOP - Pemberian obat pre operasi

- Antibiotik

ceftriaxone 1 gr/cefotaxime 1 gr

√ Sesuai SOP pemberian obat inj Didahului test alergi intrakulton 0,1 cc

(69)
(70)

Yang dimaksud dengan standar pelayanan Rumah Sakit adalah pedoman yang harus

diikuti dalam menyelenggarakan Rumah Sakit

antara lain Standar Prosedur Operasional, standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan.

(71)

Djoti - Atmodjo

Panduan pelayanan RS

Panduan penundaan pelayanan RS

Panduan pelayanan kebutuhan pasien

Panduan pelayanan kerohanian pasien

Panduan kebutuhan privasi pasien

Panduan perlindungan harta

(72)

Djoti - Atmodjo

Panduan Asuhan Kesehatan

u  Panduan identifikasi pasien

u  Panduan skrining pasien

u  Panduan TRIAGE pasien

u  Panduan upaya peningkatan mutu RS

u  Panduan keselamatan pasien RS

u  Panduan transfer pasien di rumah sakit

u  Panduan rujukan pasien

u  Panduan pemulangan pasien

u  Panduan risiko jatuh

u  Panduan manajemen nyeri

u  Panduan persetujuan tindakan kedokteran

u  Panduan penolakan resusitasi (DNR) & pengobatan

u  Panduan informasi hasil pengobatan

u  Panduan pelayanan pasien kritis

u  Panduan asesmen pasien

u  Panduan pelayanan tahap terminal

(73)

Skrining  

Asesmen  

Rencana   asuhan  

Edukasi  

SPO  Yan  Dok  

Rencana   pulang  

Hak  pasien   MPO  

MFK   MKI   PPI   KPS   TKP   APK   AP   PP   PPK   PAB   PMKP   SKP   Triase   Registrasi  

(74)

74  

u  RS di Indonesia saat ini menghadapi perubahan tata nilai

sebagai konsekuensi berlakunya UU 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit

u  Akreditasi wajib dilaksanakan di RS sebagai upaya

peningkatan mutu pelayanan RS

u  Untuk menjawab tantangan globalisasi, akreditasi RS di

Indonesia menggunakan standar internasional, untuk mendorong RS berorientasi pada standar internasional

u  Akreditasi RS merupakan landasan terwujudnya tata

kelola RS dan tata kelola klinis yang baik, sehingga kewajiban hukum RS dapat dilaksanakan dengan baik

(75)

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang direkomendasikan pada penelitian ini adalah agar calon investor melakukan diversifikasi saham sehingga akan menurunkan tingkat resikonya, dan memilih

Pencapaian yang didapatkan dari pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat revitalisasi metode budidaya lele menjadi biogreen pada warga dusun Soso adalah meningkatkan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak kayu manis dengan cara infundasi dengan diameter

Penyakit yang terjadi karena virus HIV dan HPV berturut-turut ditunjukkan oleh nomor. Penyakit yang

Berdasarkan evaluasi hasil ujian pada mata kuliah proses berpikir matematis yang peneliti ampu, nilai mata kuliah yang diperoleh mahasiswa untuk mata kuliah

Untuk mengetahui metode perkuatan lebih lanjut, sebagai pengembangan dalam hal penggunaan bahan-bahan alternatif terutama yang berhubungan dengan perkuatan kuat geser nya maka

Statistik deskriptif pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata (Mean) kepuasan kerja untuk kisaran sesungguhnya sebesar 58,625 lebih tinggi dari rata-rata (Mean) kisaran teoritis,

Pengolahan data di Toko Jamu Tradisional Sidomuncul Karanganom Klaten masih dengan cara manual tentunya akan menimbulkan permasalahan diantaranya terjadi kesalahan