• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA ABAD PERTENGAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA ABAD PERTENGAHAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

PADA MASA ABAD PERTENGAHAN

Peradaban Yunani-Romawi mencapai penggenapan siklusnya pada sekitar tahun 1000. Setengah abad berikutnya di Eropa sering disebut Abad Gelap. Di Eropa Barat yang diperintah bangsa Roma, kebudayaan melek huruf hidup terus hanya di biara-biara. Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alferd dan Charlemagne. Sebaliknya, dalam kerajaan Timur yang diperintah oleh Constantinopel, berlangsung suatu masyarakat yang beradap, walaupun dalam segenap sejarahnya selama 1000 tahun Byzantium hanya sedikit menghasilkan ilmuwan yang patut dicatat. Sebagai masyarakat yang baru, suatu bentuk masyarakat yang lebih biadab sedang berbentuk di Barat. Pada waktu itu ada pekerjaan besar yang mempelopori penebangan hutan dan pengeringan rawa-rawa untuk tempat tinggal, dan ada beberapa penemuan penting (pelana kuda, sangurdi, bajak, kincir angin dan kincir air) yang ditemukan sendiri atau ditiru.

Diawal abad ke-11 sebagian besar orang terpelajar mengenal dan memahami ilmu kuno dalam cuplikan-cuplikan yang segelintir dan tercabik-cabik, namun setelah itu terjadi kemajuan pesat. Pada abad ke-12 dialami suatu renaissance yang sebagian disebabkan oleh pergaulan dengan peradaban Islam yang lebih tinggi yang terdapat di Spanyol dan Palestina dan sebagian lagi disebabkan perkembangan berbagai kota dengan kelas atasnya yang melek huruf. Dari periode ini muncullah karangan-karangan spekulatif perdana tentang filsafat alamiah. Abad ke-13 menyaksikan berdirinya universitas-universitas dan zaman kebesaran pengetahuan skolastik. Thomas Aquinas, seorang teolog terkemuka dan Roger Bacon, penganjur metode eksperimental, termasuk dalam zaman ini. Akan tetapi dalam tahun 1350-an Eropa dil1350-anda oleh benc1350-ana ekonomi d1350-an sosial dalam bentuk keruntuh1350-an fin1350-ansial d1350-an Maut Hitam (penyakit pes). Meskipun perdebatan filosofis, termasuk minat terhadap spekulasi matematis, masih terjadi namun secara ilmiah pada eriode belakangan telah steril.

Definisi/karakteristik pemikiran pada masa abad pertengahan

Ciri Pemikiran Filsafat Abad Pertengahan Filsafat yunani telah mencapai kejayaannya sehingga melahirkan peradaban yunani dan menjadikan titik tolak peradaban manusia di dunia. Filsafat yunani telah menyebar dan mempengaruhi di berbagai bangsa dianataranya adalah bangsa Romawi, karena Romawi merupakan kerajaan terbesar di daratan Eropa pada waktu itu. Bangsa Romawi yang semula beragama kristen dan kemudian kemasukan filsafat merupakan suatu formulasi baru yaitu agama berintegrasi dengan filsafat, sehingga munculah filsafat Eropa yang tak lain penjelmaan dari filsafat Yunani.

Filsafat barat abad pertengahan (476-1492 M) bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman mati.

Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu: periode Scholastic Islam dan periode Scholastik Kristen. Para Scholastic Islamlah yang pertama mengenalkan filsafatnya Aristoteles diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles. Para ahli fikir Islam (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, AlGazali, Ibnu Rusyd dll. Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof eropa yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah benar. Namun dalam kenyataannya bangsa eropa tidak mengakui atas peranan ahli fikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa

(2)

2 barat.Kemudian yang kedua periode Scholastic Kristen dalam sejarah perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga, Yaitu: Masa Scholastik Awal, Masa Scholastik Keemasan, Masa Scholastik Terakhir.

Masa Scholastik Awal (Abad 9 - 12 M) Masa ini merupakan kembagkitan pemikiran dari kungkungan gerejawan yang telah membatasi berfilsafat, karena berfilsafat sangat membahayakan bagi agama Kristen khususnya pihak gerejawan. Dan yang ditonjolkan dalam masa ini adalah hubungan antara agama dengan filsafat karena keduanya tidak dapat dipisahkan, dan dengan keduanya manusia akan memporoleh pengetahuan yang lebih jelas. Tetapi masa ini filsafat masih bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya kristiani.Masa ini juga berdiri sekolah-sekolah yang menerapkan study duniawi meliputi: tata bahasa, retorikaa, dialektika, ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik. Sekolah yang mula-mula ada di biara Italia selatan ini akhirnya berpengaruh ke daerah-daerah yang lain.

Masa Scholatik Keemasan (1200 – 1300 M). Pada masa ini Scholastik mengalami kejayaan yang berlangsung dari tahun 1200-1300 M, disebut juga dengan masa yang berbunga dan bertumbuh kembang, karena muncul banyak Universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarkan pendidikan ilmu pengetahuan.Ada beberapa faktor kenapa pada masa ini Scholastic mencapai keemasan. Pertama, pengaruh dari Aristoteles dan ahli fikir Islam sejak abad ke 12 sehingga pada abad ke 13 telah tumbuh ilmu pengetahuan yang luas. Kedua, berdirinya beberapa Universitas. Dan yang ketiga munculnya ordo-ordo yang membawa dorongan kuat untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke 13.Pada masa ini juga ada sorang filofos Agustinus yang menolak ajaran Aristoteles karena sudah dicemari oleh ahli fikir Islam, dan hal ini sangat membahayakan ajaran Kristen, maka Abertus Magnus dan Thomas, sengaja menghilangkan unsure-unsur atau selipan-selipan dari Ibnu Rusyd. Upaya Thomas Aquinas yang berhasil ini sehingga menerbitkan buku yang berjudul Summa Theologie, yang merupakan bukti kemenangan ajaran Aris Toteles deselaraskan dengan ajaran Kristen.

Masa Scholastik Akhir (1300 – 1450 M). Masa ini ditandai denga kemalasan berfikir filsafat, sehingga menjadi stagnasi pemikiran filsafat Scholasti Kristen, Nicolous Cusanus (1401-1404 M) adalah tokoh yang terkenal pada masa ini, dan sebagai tokoh pemikir yang terakhir pada masa Scholastik. Menurut pendaptnya terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indera, dan kedua lewat akal, dan ketiga lewat intuisi. Dengan indera manusia mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda yang berjasad (sifatnya tidak sempurna). Dengan akal manusia bisa mendapatkan bentuk yang abstrak yang telah ditangkap oleh indera. Dan yang ketiga intuisi, dalam intuisi manusia akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi, karena dengan intuisi manusia dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Karena keterbatasan akal itu sendiri maka dengan intuisiah diharapkan sampai pada kenyataan, yaitu Tuhan.

Tokoh/Filosof yang hidup pada masa abad modern

1. Rene Descartes

Dia dikenal sebagai Renatus Cartesius. Ia adalah seorang filsuf dan matematikawanPerancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641). Descartes, kadang dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”. Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berpikir. Hasil pemikirannya berupa konsep “Aku berpikir maka aku ada (I think, therefore I am). Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.

(3)

3 Berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuannya dalam tiga bidang, yaitu teori Gravitasi, perhitungan Calculus, Dan Optika.

b) Charles Darwin

Dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatik. Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam. Teori yang terkenal ada struggle for life ( perjuangan untuk hidup ). Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenis namun tetap menampilkan kelainan-kelainan kecil. Makhlu hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan tersisihkan karena kalah tersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah yang paling unggul ( Survival of the fittest).

Pemikiran tokoh/filosofil yang hidup pada masa modern

Filsafat modern lahir melalui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance. Istilah ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti kelahiran kembali. Karena itu, disebut juga dengan zaman pencerahan (Aufklarung). Pencerahan kembali mengandung arti “munculnya kesadaran baru manusia” terhadap dirinya (yang selama ini dikungkung oleh gereja). Manusia menyadari bahwa dialah yang menjadi pusat dunianya bukan lagi sebagai obyek dunianya.Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh usaha besar dari Descartes untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman Modern).

Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan dunia modern. Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia, merupakan periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah Abad Kegelapan sampai muncul Abad Modern. Zaman ini juga disebut sebagai zaman Humanisme. Maksud ungkapan ini ialah manusia diangkat dari Abad Pertengahan yang mana manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran Gereja (Kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunia. Jadi, zaman Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya secara esensial zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafat kita menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupkan kembali Rasionalisme Yunani (Renaissance), Individualisme, Humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya aneka aliran-aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan Empirisme. Selain kedua aliran itu, juga akan diketengahkan aliran-aliran besar lainnya yang ikut berperan mengisi lembaran filsafat modern, yaitu idealisme, materialisme, positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.

Filsafat abad modern pada pokoknya ada 3 aliran:

1. Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M). 2. Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292 M). 3. Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804M)

(4)

4 Kata rasionalisme terdiri dari dua suku kata, yaitu “rasio” yang berarti akal atau pikiran, dan “isme” yang berarti paham atau pendapat. Rasionalisme ialah suatu paham yang berpendapat bahwa “kebenaran yang tertinggi terletak dan bersumber dari akal manusia.” Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang terang-benderang yang disebut Ideas Claires et Distinctes (pikiran yang terang-benderang dan terpilah-pilah). Idea terang-benderang ini pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan (idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian Tuhan, maka tak mungkin tak benar.Oleh karena itu, rasio dipandang kecuali sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan/kebenaran, juga sekaligus sebagai sumber pengetahuan/kebenaran. Adapun pengetahuan indera dianggap sering menyesatkan.

Aliran rasionalisme ada dua macam yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama aliran rasionalisme adalah lawan dari autoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Sedangkan dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan jalan mengetahui obyek empirisme, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir, pengetahuan dari empirisme dianggap sering menyesatkan. Adapun alat berpikir adalah kaidah-kaidah yang logis.Sejarah rasionalisme sudah tua sekali. Thales telah menerapkan rasionalisme dalam filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan tokoh-tokoh penentangnya (Socrates, Plato, Aristoteles), dan juga beberapa tokoh sesudah itu. Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes yang dibicarakan setelah ini.Bersamaan dengan itu akan dibicarakan juga tokoh besar rasionalisme lainnya, yaitu Baruch Spinoza dan Leibniz. Setelah periode ini rasionalisme dikembangkan secara sempurna oleh Hegel yang kemudian terkenal sebagai tokoh rasionalisme dalam sejarah.

Di dalam karangan ini rasionalisme dilihat terutama sebagai reaksi terhadap dominasi Gereja pada Abad Pertengahan Kristen di Barat. Sebagaimana nanti dapat dilihat, pada konteks itulah kepentingan Descartes dibicarakan agak panjang lebar di sini. Descartes lebih diperhatikan karena ada keistimewaan padanya: keberaniannya melepaskan diri dari kerangkeng yang mengurung filosof Abad Pertengahan.Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Tentu saja pernyataan ini bermaksud menyederhanakan permasalahan. Kata modern di sini hanya digunakan untuk menunjukkan suatu filsafat yang mempunyai corak yang amat berbeda, bahkan berlawanan, dengan corak filsafat pada Abad Pertengahan Kristen. Corak utama filsafat modern yang dimaksud di sini ialah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa Yunani Kuno. Gagasan itu, disertai oleh argumen yang kuat, diajukan oleh Descartes. Oleh karena itu, gerakan pemikiran Descartes sering juga disebut bercorak renaissance. Apa yang lahir kembali itu? Ya, rasionalisme Yunani itu. Yang harus diamati di sini ialah apakah konsekuensi rasionalisme pada masa Yunani akan terulang kembali.Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan itu memang benar. Kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada Zaman Modern itu yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dialah orang pertama di akhir Abad Pertengahan itu yang menyusun argumentasi yang kuat, yang distinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya.

Menurut catatan, Descartes adalah orang Inggris. Ayahnya anggota parlemen Inggris. Pada tahun 1612 Descartes pergi ke Prancis. la taat mengerjakan ibadah menurut ajaran agama Katholik, tetapi ia juga menganut Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh

(5)

5 tokoh-tokoh Gereja. Dari tahun 1629 sampai tahun 1649 ia menetap di Belanda.Pengaruh keimanan yang begitu kuat pada Abad Pertengahan, yang tergambar dalam ungkapan credo ut intelligam itu, telah membuat para pemikir takut mengemukakan pemikiran yang berbeda dengan pendapat tokoh Gereja. Apakah ada filosof yang mampu dan berani menyelamatkan filsafat yang dicengkeram oleh iman Abad Pertengahan itu? Ada. Tokoh itu adalah Descartes.Descartes telah lama merasa tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan banyak memakan korban itu. Amat lamban terutama bila dibandingkan dengan perkembangan filsafat pada zaman sebelumnya. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. la ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen. Ia ingin filsafat dikembalikan kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal. Ia ingin menghidupkan kembali rasionalisme Yunani.

Tokoh Rasionalisme dan Pemikirannya

a. Rene Descartes (1596-1650)

Peletak fondasi aliran ini ialah Rene Descastes (Certasius/1596-1650) yang digelar sebagai “Bapak filsafat modern”. Descartes berasal dari Perancis, lahir tahun 1596 di sebuah kota bernama La Haye, dan wafat tahun 1650 di Stockholm. Karya pentingnya ialah Discours de la Methode (Uraian tentang Metode), terbit tahun 1637; Mediationes de Prima Philosophia (Renungan Tentang filsafat), terbit tahun 1641; dan Principia Philosophic (Prinsip-prinsip Filsafat), terbit tahun 1644. Semboyan dari aliran ini ialah ungkapan Descartes yang berbunyi: Cogito ergo sum/I think therefore I’m (saya berpikir maka saya ada).

Dari ungkapan sederhana ini, dapat diambil beberapa rumusan, sebagai berikut:

1. Eksistensi manusia yang paling sempurna ialah rasionya, sehingga rasio berperan sebagai “pengenal dirinya” sesuai dengan koherensi antara berpikir dan berada. Artinya keberadaan manusia terwujud/terkonsep setelah dia memikirkan dirinya. 2. Dengan rasio, manusia berhasil menemukan kesan (pengetahuan baru) tentang dirinya

yang tidak atau kurang diketahui sebelumnya, kecuali melalui sumber lain, yaitu kitab suci.

3. Rasio tidak hanya sebagai penemu kesan (pengetahuan dan kebenaran) melainkan kebenaran/pengetahuan hanyalah yang diperoleh melalui rasio tersebut.

Untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat, Descartes meragukan (lebih dahulu) segala sesuatu yang dapat diragukan. Mula-mula ia mencoba meragukan semua yang dapat diindera, objek yang sebenarnya tidak mungkin diragukan. Inilah langkah pertama metode cogito tersebut. Dia meragukan adanya badannya sendiri. Keraguan itu menjadi mungkin karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi, dan juga pada pengalaman dengan roh halus ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Di dalam mimpi seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi (jaga). Begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi, dan kenyataan gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata,” Aku dapat meragukan bahwa aku duduk di sini dalam pakaian siap untuk pergi ke luar; ya, aku dapat meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis seperti itu, padahal aku ada di tempat tidur, sedang bermimpi.” Tidak ada batas yang tegas antara mimpi (sedang mimpi) dan jaga. Tatkala bermimpi, rasa-rasanya seperti bukan mimpi. Siapa yang dapat menjamin kejadian-kejadian waktu jaga (yang kita katakan sebagai jaga ini) sebagaimana kita alami adalah kejadian-kejadian yang sebenarnya, jadi bukan mimpi? Tidak ada perbedaan yang jelas antara mimpi dan jaga; demikian yang dimaksud oleh Descartes.Aku yang sedang ragu itu disebabkan oleh aku berpikir. Kalau begitu, aku berpikir pasti ada dan benar. Jika aku berpikir ada, berarti aku ada sebab yang berpikir itu aku. Cogito ergo sum, aku berpikir, jadi

(6)

6 aku ada. Sekarang Descartes telah menemukan dasar (basis) bagi filsafatnya. Basis itu bukan filsafat Plato, bukan filsafat Abad Pertengahan, bukan agama atau yang lainnya. Fondasi itu ialah Aku yang berpikir. Pemikiranku itulah yang pantas dijadikan dasar filsafat karena aku yang berpikir itulah yang benar-benar ada, tidak diragukan, bukan kamu atau pikiranmu..Di sini kelihatanlah sifat subjektif, individualists, humanis dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat inilah, nantinya, yang mendorong perkembangan filsafat pada Abad ModernSetelah fondasi itu ditemukan, mulailah ia mendirikan bangunan filsafat di atasnya. Akal itulah basis yang paling terpercaya dalam berfilsafat.

b. Spinoza (1632-1677)

Nama lengkapnya ialah Baruch de Spinoza, dalam bahasa Latin disebut Benedictus dan dalam bahasa Portugis dengan Bento. Spinoza lahir di Amesterdam, Belanda tahun 1632 dan wafat tahun 1677 di Den Haag. Sebagai filsuf pengikut rasionalisme, Spinoza sangat tertarik kepada Descartes. Kecuali ahli dalam bidang filsafat, filsuf ini juga ahli dalam bidang politik, teologia dan etika. Ini terekam dalam tiga bukunya, yaitu Tractus Theologico Politicus (terbit tahun 1670), Ethica, Or dine Ceometrico Demonstrate (terbit tahun 1677), dan Tractus Politicus (terbit tahun 1677).Spinoza mencita-citakan suatu system berdasarkan rasionalisme, untuk mencapai kebahagiaan bagi manusia. Menurutnya aturan dan hukum yang terdapat pada semua hal tidak lain dari aturan dan hukum yang terdapat pada idea. Sebagai dasar segala-galanya harus diterima sesuatu yang tak terdasarkan kepada yang lain, jadi yang mutlak.Berbeda dengan Descartes, sesuai dengan semboyannya “Deus sen Natura” (Tuhan atau alam), Spinoza adalah seorang rasionalis yang mistik. Menurut Spinoza, seluruh kenyataan merupakan kesatuan, dan kesatuan sebagai satu-satunya substansi sama dengan Tuhan atau alam. Segala sesuatu termuat dalam Tuhan-alam. Tuhan sama dengan aturan kosmos, Kehendak Tuhan berarti sama dengan kehendak alam, sehingga hukum-hukum alam sama dengan kehendak Tuhan.

c. Leibniz (1646-1716)

Gottfried Eilhelm von Leibniz adalah filosof Jerman, pusat metafisikanya adalah idea tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada substansi, yaitu prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alas an untuk setiap yang diciptakan-Nya.Leibniz berpendapat bahwa substansi itu banyak, ia menyebut substansi-substansi itu monad. Setiap monad berbeda satu dari yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monad-monad itu.

2. Empirisme

Istilah empirisme berasal dari kata empiri yang berarti indra atau alat indra, dan ditambah akhiran isme, sebagai suatu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan/kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh/bersumber dari panca indra manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.Untuk memahami inti filsafat Empirisme perlu memahami dulu dua ciri pokok Empirisme, yaitu mengenai teori makna dan teori tentang pengetahuan.Teori makna pada aliran empirisme biasanya dinyatakan sebagai teori tentang asal pengetahuan, yaitu asal-usul idea atau konsep. Pada Abad Pertengahan teori ini diringkaskan dalam rumus Nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu (tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman). Sebenarnya pernyataan ini merupakan tesis Locke yang terdapat di dalam bukunya, An Essay Concerning Human Understanding, yang dikeluarkannya tatkala ia menentang ajaran idea bawaan (innate idea) pada orang-orang rasionalis. Jiwa (mind) itu, tatkala orang dilahirkan, keadaannya kosong, laksana kertas putih atau tabula rasa, yang belum ada tulisan di atasnya, dan setiap idea yang diperolehnya mestilah datang melalui pengalaman; yang dimaksud dengan pengalaman di

(7)

7 sini ialah pengalaman inderawi. Atau pengetahuan itu datang dari obervasi yang kita lakukan terhadap jiwa (mind) kita sendiri dengan alat yang oleh Locke disebut inner sense (pengindera dalam).Teori yang kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat diringkaskan sebagai berikut. Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti “setiap kejadian tentu mempunyai sebab”, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran a priori yang diperoleh lewat intuisi rasional. Empirisisme menolak pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional itu. Semua kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang diperoleh lewat observasi jadi ia kebenaran a posteriori.Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobbes (1588-1679), namun mengalami sistimatisasi pada dua tokoh berikutnya, yaitu John Locke dan David Hume.

Tokoh Empirisme dan Pemikirannya

a. Francis Bacon (1210-1292)

Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Jadi pemikiran Francis Bacon ini sangat bertentangan dengan pemikiran para filosof aliran rasionalis.

b. Thomas Hobbes (1588-1679)

Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data inderawi belaka.

c. John Locke (1632-1704)

John Locke adalah filosof Inggris. la lahir di Wrington, Somersetshire, pada tahun 1632. Tahun 1647-1652 ia belajar di Westminster. Tahun 1652 ia memasuki Universitas Oxford, mempelajari agama Kristen. Sementara ia mempelajari vaknya, ia juga mempelajari pengetahuan di luar tugas pokoknya.Filsafat Locke dapat dikatakan antimetafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh Descartes. Ia juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman; Jadi, induksi. Bahkan Locke menolak juga akal (reason). la hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689), ditulis berdasarkan satu premis, yaitu semua pengetahnan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep tentang sesuatu yang berada di belakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang diajarkan oleh Plato. Dengan kata lain, Locke menolak adanya innate idea; termasuk apa yang diajarkan oleh Descartes, Clear and distinc idea. Adequate idea dari Spinoza, truth of reason dari Leibniz, semuanya ditolaknya. Yang innate (bawaan) itu tidak ada.Segala sesuatu berasal dari pengalaman indrawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi (konsep tabula rasa). Dengan demikian, John Locke menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri). Ungkapan yang sering digunakan ialah: Exprience, in that all knowledge is founded (Pengalaman, semua pengetahuan berdasarkan pengalaman).

d. David Hume (1711-1776)

Tokoh lain ialah David Hume (1711-1776) pelanjut kajian Locke. Home lahir di Edinburg, Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang yang menguasai hukum, sastera dan filsafat. Karya terpentingnya ialah A Treatise on Human Nature, terbit tahun 1738-1740; An Enquiry Concerning Human Understanding, terbit tahun 1748; dan An Enquiry into the Principles of Moral, (terbit tahun 1751).Pemikiran empirisnya

(8)

8 terakumulasi dalam ungkapannya yang sangat singkat, yaitu: I never catch my self at any time with out a perception (Saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya)Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa, “seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression) dan impression inilah sebagai bahan dari ilmu.

3. Kriticisme

Pendirian aliran Rasionalisme dan Empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasiolah sumber pengenalan atau pengetahuan, sedang Empirisme sebaliknya berpendirian bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber tersebut.Aliran ini mencoba untuk memadukan perbedaan pendapat kedua aliran tersebut dengan tokohnya adalah Immanuel Kant (1724-1804). Ia mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia.

Untuk menghilangkan pertentangan di antara rasionalisme dan empirisme, Kant mengadakan pemaduan di antara dua aliran ini dalam hal perumusan kebenaran. Dalam kaitan ini Kant mengatakan:Pengetahuan merupakan hasil kerjasama dua unsur; pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman inderawi merupakan unsur a posteriori (yang datang kemudian), sedangkan akal budi merupakan unsur a priori (yang datang lebih dahulu).Kant mengkritik Empirisme dan Rasionalisme, karena keduanya hanya mementingkan satu dari dua unsur ini, sehingga hasilnya setiap kali berat sebelah. Padahal, katanya, pengetahuan selalu merupakan sintesis. Untuk menekan pertentangan itu Kant megadakan tiga pembedaan perumusan kebenaran, yaitu akal budi (verstand), rasio (vernunft) dan pengalaman inderawi.

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa perkembangan ilmu pada zaman modern lebih pesat daripada abad pertengahan. Pesat di awali dari zaman Renaisans. Zaman renasains yang merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Perkembangan ilmu pada modern telah banyak melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika, pharmakologi, geofisika, geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman kontemporer.

Daftar Pustaka

Burhanuddin, Salam.2003.Pengantar Filsafat.Jakarta:PT Bumi Aksara

Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

__________

Tri Rahayu

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.)

Referensi

Dokumen terkait

Halaman Gambar 3.1 Struktur Organisasi Badan Pusat Provinsi Sumatera Utara 23 Gambar 5.1 Tampilan Pengaktifan SPSS 17.0 43 Gambar 5.2 Kotak Dialog SPSS for window 44 Gambar

“ Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah

PRELIMINARY STUDY TURBIN GORLOV PROFIL 643-018 SUDUT 45° DENGAN VARIASI REYNOLD NUMBER.. YUKE ADETYA ASMARA L2E

Hama yang ditemui selama penelitian adalah ulat api, rayap (Coptotermes cuvignathus), dan tikus (Rattus sp.). Hama ulat api yang menyerang ada beberapa jenis yaitu Setora

Bersamaan dengan itu, pada awal tahun 80-an, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) lahir di tengah-tengah masyarakat kita dengan memperkenalkan sistem pengajaran yang

PENERAPAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SD.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu, dapat diartikan juga sikap adalah kecenderungan bertindak,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Participant Centered Learning berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata