Proses dan Berbagai
Hambatan Komunikasi Massa
Andys Tiara, S.Sos. M.I.Kom
Menjelaskan Tentang Proses Komunikasi Massa dan Berbagai Hambatan dalam
PRO MEMORIA (PRE MEMORI)
Rekaman Catatan Ringkas dari Pembahasan yang Telah Dipelajari Sebelumnya Anda telah memahami :
PROSES KOMUNIKASI MASSA
Pada rangkaian proses ini memerlukan berbagai komponen atau bagian-bagian terpenting
yang mutlak harus ada sebagai penunjang agar menjadi suatu kesatuan atau dapat kita sebut
dengan proses “Komunikasi Massa”. Komponen-komponen tersebut ialah:
Komunikasi massa merupakan suatu proses dimana produk-produk informasi diciptakan
(produksi) oleh individu atau suatu lembaga atau organisasi, kemudian didistribuskan melalui
bantuan teknologi (media) untuk dikonsumsi oleh Audiens (Khalayak).
Bagiamana orang atau sekolompok individu yang terlembagakan (Communicator)
memproduksi informasi menjadi sebuah pesan (Code and Content) yang mana pesan ini
ditentukan penting atau tidaknya untuk disebarluaskan berdasarkan nilai-nilai kebijakan
organisasi atau lembaga tersebut (Gatekeeper), kemudian didistribusikan melalui teknologi
(Media Massa) yang terpantau atau dikontrol oleh pihak diluar media (Regulator), agar pesan
yang disebarluaskan dan serentak diterima sesuai dengan aturan yang berlaku dan layak
diberikan maupun dipilih sesuai kebutuhan terkait baik atau tidaknya pesan tersebut (Filter)
untuk dikonsumsi oleh khalayak luas (Audiens), sehingga pesan dapat dikirim kembali dari
penerima ke sumber, untuk memberitahu sumber tentang reaksi penerima (Feedback) sebagai
hasil akhir dari kegiatan komunikasi.
NOTES:
Berdasarkan proses komunikasi massa diatas, tentu tidak selamanya berjalan dengan mudah dan
lancar. Karena tidak jarang proses komunikasi yang kita lakukan kerap kali menemui hambatan-hambatan
komunikasi apapun konteksnya.
HAMBATAN KOMUNIKASI MASSA
Hambatan adalah segala sesuatu yang menghalangi atau mengganggu tercapainya
komunikasi yang efektif. Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif.
Hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi umumnya terkait berbagai permasalahan
yang terdapat pada komponen-komponen komunikasi.
Pada komunikasi massa, jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan
kompleksitas komponen komunikasi massa. Hambatan dalam komunikasi massa
dikelompokan menjadi tiga hal, yakni:
Hambatan Psikologis
Hambatan Sosiokultural
Hambatan Interaksi Verbal
1.
2.
3.
Perbedaan
Kepentingan (Interest)
HAMBATAN PSIKOLOGIS
Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis (kondisi mental - didasarkan pada cara berpikir, lingkungan, pendidikan, pengalaman) manusia.
Mengacu pada hambatan yang terdapat dalam diri Individu atau kelompok.
Kepentingan (interest) berkaitan dengan sikap selektif dalam menanggapi dan menghayati pesan -- Kepentingan komunikan mempengaruhi perhatian terhadap stimulus, daya tanggap, perasaan, pikiran, tingkah laku, sikap reaktif terhadap pesan.
Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya --Kepentingan (Interest) komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian, komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya. Komunikan akan melakukan proses seleksi sajian media yang menarik baginya dan sesuai kepentingannya.
CATATAN = Komunikan dalam komunikasi massa adalah sejumlah besar khalayak yang tersebar luas. Mereka memiliki minat dan perhatian yang sangat beragam dan unik. Sementara, pesan-pesan komunikasi yang bersifat umum berkonsekuensi pada perbedaan tingkat perhatian dan ketertarikan khalayak atas pesan-pesan tersebut (Gejala Segmentasi Khalayak Merupakan Suatu Pertimbangan Produsen). Maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan yang bukan sasarannya
Motivasi
(Motivation).
Motivasi komunikan juga berpengaruh kepada efektivitas komunikasi massa. Semua tingkah laku
manusia pada hakikatnya memunyai motif tertentu.
Motif berkenaan dengan penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari dalam diri
manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Gerungan, 1983:142).
Motivasi berkaitan dengan seseorang yang mengetahui apa yang dilakukan, bagaimana
melakukan, dan mengapa melakukan. Motif berarti memberi tujuan dan arah pada tingkah laku
manusia. Motif sesuai keinginan dan kebutuhan.
Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi seseorang, maka semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Sebaliknya, komunikan akan
mengabaikan suatu pesan dalam komunikasi massa yang tidak sesuai dengan motivasinya
(Ardianto, 2014: 94).
Prasangka
(Prejudice)
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka (Sears, 1985:143).
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ditentukan oleh faktor personal (fungsional) - kebutuhan, pengalaman masa lalu, proyeksi, peran, status. dan situasional - deskripsi verbal, proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, artifaktual.
Apabila seseorang atau sekelompok orang dalam hidupnya pernah memiliki pengalaman yang buruk dengan seseorang atau sekelompok oranglainnya, maka pada dirinya akan timbul suatu persepsi yang kurang baik. Persepsi yang kurang baik ini akhirnya menjadi suatu prasangka yang menetap. Berkenan dengan kegiatan komunikasi, prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu tujuan. Komunikan yang mempunyai prasangka, sebelum pesan disampaikan sudah bersikap curiga dan menentang komunikator.
Prasangka lebih bersifat emosional daripada rasional, subjektif, dan cenderung menunjukkan penilaian negatif.
Solusi = Komunikator memiliki Ethos, Bersikap Netral, Memiliki Reputasi, Dapat Diterima, Kapabilitas, dan Memiliki Kredibilitas.
Stereotip
(Stereotype)
Stereotip merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi
orang atau golongan lain yang bercorak negatif (Gerungan, 1983:169)
Stereotip adalah gambaran buruk yang dimiliki seorang individu ketika dia diterpa dan menerima
informasi melalui komunikasi massa.
Stereotip mengenai orang lain itu sudah terbentuk pada orang
yang berprasangka, meski sesusungguhnya orang yang berprasangka itu belum bergaul dengan
orang yang diprasangkainya
. Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif tanpa memperhatikan adanya kekhasan orang yang
bersangkutan.
HAMBATAN SOSIOKULTURAL
Hambatan ini melibatkan lingkungan sosial dan budaya seorang komunikan, dimana komunikator (organisasimedia) kurang peka dan tidak memahami dengan baik terhadap latar belakang budaya dari kelompok yang menjadi sasaran tujuan komunikasi. Ardianto (2017:94) membagi hambatan ini menjadi beberapa aspek:,
Aneka Etnik
Audience (Audiens)
Perbedaan Norma Sosial
1
2
3
2
6
Indonesia merupakan salah satu Negara yang terdiri dari belasan ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Tiap-tiap pulau dihuni oleh etnik yang berbeda sehingga budayanya pun berbeda. Setiap etnis dan budaya
memiliki berbagai aspek yang akan mengubah
perilaku setiap individu didalamnya, dan tentu saja cara menerima informasi akan berbeda pula.
Edward T. Hall membedakan gaya budaya dalam
berkomunikasi, yaitu Komunikasi Konteks Tinggi (High-Context Culture) dan Komunikasi Konteks Rendah (Low-Context Culture).
Perbedaan budaya mengakibatkan perbedaan norma-norma sosial. Sementara cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat yang disampaikan turun-temurun, dapat memberi petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku dalam masyarakat.
Beragamnya norma sosial yang berlaku di Indonesia, maka tidak menutup kemungkinan terdapat
pertentangan nilai. Dalam arti kebiasaan dan adat istiadat yang dianggap baik bagi suatu masyarakat, dianggap tidak baik bagi masyarakat lainnya dan sebaliknya.
HAMBATAN SOSIOKULTURAL
Keterbatasan Bahasa
Filter
Faktor Semantik
3
4
Keberagaman etnik menyebabkan keberagaman
bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jumlah bahasa yang ada di Indonesia adalah sebanyak etnik yang ada.
Sekalipun bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional, kita tidak dapat menutup mata bahwa masih adanya masyarakat Indonesia terutama didaerah
terpencil yang belum bisa berbahasa Indonesia.
Hal ini dapat menyulitkan penyebarluasan
kebijakan dan program-program pemerintah.
Faktor semantik merupakan hambatan mengenai
bahasa yang menyebabkan perbedaan maksud antara komunikator dengan komunikan. Bahasa disini
bukan hanya sebatas bahasa seperti hambatan sebelumnya, tetapi lebih ke faktor-faktor semantik yaitu penginterpretasian akan suatu informasi oleh
individu yang dapat berubah maknanya karena faktor-faktor perbedaan bahasa (Sobur, 2004:255)
Semantik merupakan pengetahuan tentang pengertian atau makna kata yang sebenarnya.
HAMBATAN SOSIOKULTURAL
Pendidikan Kurang Merata
Filter
Hambatan Mekanis
5
6
Heterogenitas komunikan, terutama dalam tingkat
pendidikan, akan menyulitkan komunikator dalam
menyusun dan menyampaikan pesan.
Masalah akan timbul manakala komunikan yang
berpendidikan rendah tidak dapat menerima
pesan secara benar karena keterbatasan daya
nalarnya atau daya tangkapnya. Wawasan dan
pengetahuan mereka tidak dapat menjangkau
pesan komunikasi.
Hambatan Teknis
(timbul karena lingkungan yang
memberikan adanya dampak terhadap kelancaran
suatu pengiriman atau penerimaan pesan)
sebagai
konsekuensi penggunaan media massa yang
dapat kita sebut sebagai hambatan mekanis.
Seperti gangguan pemancar penerima secara
teknis maupun cuaca, suara yang bising atau tidak
jelas, server down, bahkan kerusakan mesin cetak
dan lainnya
POLARISASI
Polarisasi (Polarization) adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan
menguraikannya dalam bentuk ekstrem, seperti baik atau buruk, positif atau negatif, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan lain-lain
HAMBATAN INTERAKSI VERBAL
Orientasi Intensional
Kebiasaan media massa memberi julukan pada
peristiwa atau sosok-sosok tertentu menyebabkan khalayak juga percaya dan menggunakan atribut-atribut tersebut (Indikator Cantik, Tampan, Trendy,
Fancy)
Orientasi intensional mengacu pada Kecenderungan melihat manusia, objek, dan kejadian sesuai ciri yang melekat padanya. Seolah label lebih penting dari
orangnya. Misalnya: melihat host televisi pada wajah
dan penampilannya, bukan pada program yang
dibawakannya. Dalam proses komunikasi massa,
orientasi intensional biasanya dilakukan oleh
komunikan terhadap komunikator, bukan sebaliknya.
Evaluasi Statis
Kecenderungan memberi penilaian terhadap komunikator atau sajian media secara permanen, tidak berubah.
Gangguan yang bersumber dari pihak komunikator ini
didorong oleh keterbatasan audience dalam wawasan dan pengalaman mengkonsumsi media.
Jika pada saat pertama komunikan menganggap
komunikatornya tidak memiliki sesuatu hal yang baik, maka tanggapan dia akan terus berkelanjutan.
Indiskriminasi
Indiskriminasi merupakan inti dari stereotip.
Indiskriminasi terjadi bila kita memusatkan perhatian pada kelompok orang, benda atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik atau khas dan perlu diamati secara individual.