• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP TYPUS ABDOMINALIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP TYPUS ABDOMINALIS"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ASKEP THYPUS ABDOMINALIS

ASKEP THYPUS ABDOMINALIS

OLEH :

OLEH :

SONIA OVTHA REZQIWENY

SONIA OVTHA REZQIWENY

DESI YULIANTI

DESI YULIANTI

RIZQI APRIANSYAH

RIZQI APRIANSYAH

LUZI SUPARTA

LUZI SUPARTA

JULIADI

JULIADI

REZKY RAMADHANI

REZKY RAMADHANI

RIO ANDHIKA

RIO ANDHIKA

SUHARDI

SUHARDI

(2)
(3)

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP TYPUS ABDOMINALIS”. Makalah ini

diajukan guna memenuhi tugas sistem pencernaan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi

sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk   pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, 09 April 2013

(4)
(5)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I : PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penulisan ... 2 1.3 Rumusan Masalah ... 2 BAB II : PEMBAHASAN ... 3 2.1 Definisi ... 3 2.2 Etiologi ... 3 2.3 Patofisiologi ... 4 2.4 Patogenesis ... 5 2.5 Manifestasi Klinis ... 5 2.6 Pemeriksaan Penunjang ... 6 2.7 Komplikasi ... 7 2.8 Cara Penularan ... 7 2.9 Cara Pencegahan ... 8 2.10 Penatalaksanaan ... 8 2.11 Kasus ... 9 2.12 Pengkajian ... 10 2.13 Diagnosa ... 11

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak negara  berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300

 – 

810 kasus per  100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan demam typhoid melebihi 2500/100.000  penduduk (Sudono, 2006).Demam tifoid atau typhus abdominalis adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak  tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari  penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Di Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar  di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak   besar, umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan

3:1. Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam

(8)
(9)

terus-1.2 Tujuan Penulisan

Makalah yang kami buat yaitu berjudul ”ASKEP THYPUS ABDOMINALIS”.

Memberikan informasi kepada pembaca tentang askep typus abdominalis secara lengkap. 1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah definisi dari typus abdominalis,  penyebab dari types abdominalis, patofisiologi dari typus abdominalis, menifestasi klinis dari typus abdominalis, pemeriksaan penunjang untuk mengetahui penyakit typus abdominalis, komplikasi yang terjadi bila terserang typus abdominal dan askep dari typus abdominalis.

(10)
(11)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi

Thypus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran  pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan

kesadaran. (Suryadi,Skp,2001:281).

Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum, 1991).

2.2 Etiologi

Typus Abdominalis disebabkan oleh Basil / kuman salmonella Typhosa, Salmonela  paratyphosa.

Salmonela Typosa mempunyai 3 macam anti gen yaitu: a. Antigen O (Ohne Hauch)

Somatik terdiri dari zat kompleks lipopoli sakarida.  b. Antigen H (Hauch)

Terdapat pada flagela dan bersifat termolabil. c. Antigen Vi (Kapsul)

Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.(Dr.T.H Rompengan,1997:57) Masa inkubasi kuman ini 10-20 hari. Kuman tumbuh pada suhu 15

 – 

41°C dan pH pertumbuhan 6

 – 

8.

(12)
(13)
(14)
(15)

2.4 Patogenesis

Penularan thypus salmonella terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, mencapai jaringan limpoid dan berkembang biak.

Proses penyakit di bagi dalam 3 fase ; Salmonela typhi melalui air dan makanan yang terkontaminasi masuk keadalam tubuh dengan mekanisme penyakitnya sebagai berikut: 1. Infasi terhadap jaringan limpoid intestinal dan proliferasi bacteri. Fase ini

 berlangsung 2 minggu; asimpthomatis.

2. Infasi aliran darah bacteraemia menyebabkan meningkatnya suhu tubuh. Terjadi reaksi imunologi sampai fase berikutnya dalam 10 hari. Kultur darah dan urine  positif selama periode febris. Antibodi S.Typhy tampak dalam darah. Test widal  positif pada akhir fase ini.

3. Lokalisasi bacteri dalam jaringan limfoid intestinal nodus masenterik gall bladder, hati, limpa. Terjadi nekrosis lokal reaksi hipersentifitas antigen antibodi.

2.5 Manifestasi Klinis

Walaupun gejala typus abdominalis bervariasi tapi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan dalam : demam satu minggu atau lebih, gangguan saluran  pencernaan dan gangguan kesadaran.

Dalam minggu pertama : demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare dan suhu  badan meningkat (39-410C).

Setelah minggu kedua gejala makin jelas berupa demam remiten, lidah tifoid dengan tanda antara lain nampak kering, dilapisi selaput tebal, dibagian belakang tampak lebih

(16)
(17)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah tepi hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan  penyakit dengan cepat.

Pemeriksaan darah tepi memberi gambaran mengenai : a. Leukopenia

 b. Eosinopilia c. Trombositopinia

2. Pemeriksaan sumsum tulang untuk mengetahui RES hiperaktif ditandai dengan adanya sel makrofag, sel hemopoetik, granulopoetik, eritropoetik dan trombopoetik  yang berkurang.

3. Biakan empedu untuk mengetahui salmonella thyphosa dalam darah penderita terutama pada minggu pertama. Selanjutnya ditemukan dalam fases dan mmungkin akan tetap positif dalam waktu lama.

4. Pemeriksaan widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum  penderita demam tipoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan orang yang pernah divaksinasi terhadap demam typoid. Akibat infeksi salmonella thypi  penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu aglutinin O, aglutinin H, aglutinin Vi. Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk  diagnosi. Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan pasien menderita demam thypoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer widal 4 kali dalam 1 minggu dianggap dengan demam thyfoid positif.

(18)
(19)

2.7 Komplikasi

1. Perdarahan usus. 2. Perforasi usus. 3. Peritonitis.

4. Bronkitis dan Bronkopeneumonia. 5. Meningitis.

6. Miokarditis. 7. Hepatomegali. 8. Splenomegali.

2.8 Cara Penularan

a. Penderita Tifus mengeluarkan kotoran dan urine yang mengandung kuman penyebab  penyakit tifus.

 b. Bila pembuangan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang memenuhi syarat akan memudahkan penularan.

c. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang makanan. d. Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air. Kalau air 

yang tercemar tersebut dipergunakan orang untuk keperluan sehari hari tanpa direbus atau dimasak. Misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci sayur lalap, ia dapat menulari orang tersebut dengan penyakit Tifus.

(20)
(21)

2.9 Cara Pencegahan

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat C). 2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.

3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas dengan pembasmi lalat.

4. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah  bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa

(tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi. 5. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar 

dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.

2.10 Penatalaksanaan

1. Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi. 2. Diet harus mengandung.

a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.  b. Tidak mengandung banyak serat.

(22)
(23)

3. Obat-obat : a. Antimikroba :

Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv. Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral.

Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg +

trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml caira n infus. Ampisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.

Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.  b. Antipiretik seperlunya.

c. Vitamin B kompleks dan vitamin C.

2.11 Kasus

Tuan E, berusia 17 tahun status belum menikah, suku jawa dan agama islam. Tuan E sebagai pelajar dan tinggal di kampung dukuh no. 23 rt. 05 rw. 03. Tuan E datang ke RS. Suka Peduli dengan keluhan demam 7 hari dan pada pagi hari demam turun tapi  pada sore dan malam hari kembali naik, mual, muntah dan sakit pada perut bagian  bawah. Dari pemeriksaan di dapat lidah kering dan dilapisi selaput tebal, pasien nampak lemah. Pasien mengatakan kurang tahu banyak dengan penyakitnya dan nafsu makan berkurang. Dari pemeriksaan perut bawah ada pembengkakan dan klien nampak   bingung dengan penyakitnya. Dari hasil pemeriksaan : TD = 120/80 mmhg, HR = 90

(24)
(25)

2.12 Pengkajian A. Identitas Diri

 Nama : Tuan E.

Usia : 17 tahun.

TTL : Jawa Tengah, 20 Mei 1996. Jenis Kelamin : Laki-laki.

Pekerjaan : Pelajar.

Alamat : Jl. Kampung dukuh n0. 23 rt. 10 rw. 05

Agama : Islam.

Suku : Jawa Tengah. Status : Belum menikah.

B. Keluhan Utama : Demam, mual, muntah, sakit pada perut bawah. C. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada riwayat penyakit dahulu.

D. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

E. TTV :

TD = 120/80 mmhg HR = 90 x/menit T = 390C

R = 23 x/menit A. Aktifitas dan Istirahat

Klien merasa terganggu dengan kondisi sekarang dan tidur tidak pernah nyenyak  akibat nyeri di perut.

(26)
(27)

DATA ETIOLOGI MASALAH DS : Klien mengatakan demam

DO : Suhu klien 390C

Peningkatan suhu tubuh Hipertermia

DS : klien mengatakan Mual, muntah dan kurang nafsu makan DO : Pasien lemah

Peningkatan produksi asam lambung

 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS : klien mengatakan sakit perut  bagian bawah

DO : adanya pembengkakan di  perut bagian bawah

Karena kuman masuk ke aliran darah dan reaksi inflamasi

Hepatomegali dan nyeri

DS : klien mengatakan kurang tahu banyak mengenai

 penyakitnya.

DO : Klien nampak bingung dengan penyakitnya

Kurang terpapar informasi mengenai penyakitnya

Kurang pengetahuan

2.13 Diagnosa

(28)
(29)

2.14 Intervensi NO Dx Tujuan Intervensi 1. Peningkatan suhu tubuh (hypertermia)  b.d proses infeksi salmonella typhi. Tujuan : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal pada jangka waktu 1x24 jam

Kriteria Hasil:

1. Suhu antara 36o-37o c. 2. RR dan nadi dalam  batas normal.

3. Membran mukosa lembab

4. Kulit tidak dingin dan  bebas dari keringat yang  berlebih

5. Pakaian dan tempat tidur pasien kering

1. Monitor tanda-tanda infeksi. 2. Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam.

3. Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien. Kenakan  pakaian tipis pada pasien.

4. Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya. 5. Kolaborasi berikan cairan iv sesuai kebutuhan atau anjurkan intake cairan yang adekuat. 6. Berikan antipiretik, jangan  berikan aspirin.

7. Monitor komplikasi neurologis akibat demam.

(30)
(31)

NO Dx Tujuan Intervensi 2. Nyeri b.d proses

inflamasi karena  peradangan di

usus halus.

Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 2x24  jam diharapkan nyeri  berkurang dan dapat tidur 

nyenyak.

Kriteria Hasil : 1. Tidak ada

mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah. 2. Klien tidak gelisah. 3. Tingkat nyeri

 berkurang.

1. Awasi skala nyeri. 2. Beri posisi nyaman. 3. Awasi TTV.

4. Ajarkan dan bantu klien melakukan relaksasi dan distraksi.

5. Ciptakan lingkungan yang tenang.

6. Kolaborasi pemberian obat anti nyeri dengan dosis sesuai kebutuhan. 3. Resiko tinggi ganguan  pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake Tujuan:

Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteri hasil :

1. Intake terpenuhi. 2.  Nafsu makan

meningkat.

3. Berat badan kembali

1. Awasi pemasukan

diet/jumlah kalori. Berikan  porsi kecil tapi sering dan

tawarkan makan pagi dengan porsi paling besar. 2. Berikan perawatan mulut

(32)
(33)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Thypus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum, 1991).

Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat diperlukan dari hal yang kecil seperti mencuci tangan setiap atau sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, seperti; mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun, mencuci tangan setelah dari kamar mandi. Meminum air yang bersih dan sudah dimasak, makan dengan yang bersih tidak dihinggapi lalat.

(34)
(35)

DAFTAR PUSTAKA

Frida. 2012. Asuhan Keperawatan Thypoid Abdominalis. http.//seputarsehat.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.

Ferbriani. 2012. Demam Tifoid dan Paratifoid (Tifoid Abdominalis). http.//artikelkedokteran.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.

 Nurman. 2013. Asuhan Keperawatan pada Tifus Abdominalis. http.//dedia1996.blogspot.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.

Andri. 2012. THYPUS ABDOMINALIS. http://anfebfel.blogspot.com/, diperoleh tanggal 05 April 2013.

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Membentuk Tim Percepatan Pengembangan Kawasan Teknopolitan Provinsi Lampung di lahan BPPT Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016 dengan susunan personalia

keletihan emosi; c) keletihan emosi merupakan pengantara yang menghubungkan persepsi sokongan organisasi dan tingkah laku kerja tidak produktif; dan d) PKBO merupakan penyederhana

-- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi

SQL Server 7.0 merupakan aplikasi DBMS yang sangat berguna bagi user yang memerlukan informasi dari suatu perusahaan atau departemen tertentu yang terkait dengan aplikasi ini.SQL

Bahaya (hazard) adalah agen-agen biologis, kimia, maupun fisika yang terdapat dalam pangan dan berpotensi untuk menyebabkan efek buruk bagi kesehatan. Evidence base adalah

Penulisan skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Penulisan ini tidak menjadi sebuah skripsi

Secara ilmiah dilakukan seleksi atas tenaga kerja dan pemberian pelatihan bagi tenaga kerja agar dapat menjalankan tugas sebagaimana dijelaskan dalam langkah pertama

Yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar dapat dimengerti komputer.. Perangkat