• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEMAM THYPOID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEMAM THYPOID"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DI RUANG PARIKESIT DAN DEWI KUNTI

RSUD KODYA SEMARANG

Disusun Oleh :

YUNITA KUSTYANINGRUM G2A506068

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SEMARANG

2007

(2)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan ... 2 1. Tujuan Umum ... 2 2. Tujuan Khusus ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Demam Thypoid ... 3 1. Definisi ... 3 2. Etiologi ... 3 3. Manifestasi Klinis ... 4 4. Patofisiologi ... 4 5. Pathway ... 6 6. Komplikasi ... 7 7. Pemeriksaan Penunjang ... 7 8. Penatalaksanaan ... 8 B. Asuhan Keperawatan ... 10 1. Pengkajian ... 10 2. Analisa Data ... 10 3. Diagnosa Keperawatan ... 10 4. Fokus Intervensi ... 10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E DENGAN THYPOID ... ... 13 A. Biodata ... 13 1. Identitas pasien... 13 2. Riwayat Kesehatan... 13

(3)

B. Pengkajian Fisik ... 15

C. Pengkajian Pola Fungsional ... 19

D. Pengkajian Pertumbuhan ... 21 E. Pengkajian Perkembangan ... 21 F. Status Gizi ... 22 G. Analisa Data ... 23 H. Diagnosa Keperwatan ... 24 I. Rencana Keperawatan ... 25 J. Catatan Keperawatan ... 34 K. Evaluasi ... 39 BAB IV PEMBAHASAN ... 42 BAB V PENUTUP ... 45 A. Kesimpulan ... 45 B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA ii

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, bersifat endemis dan masih merupakan problema kesehatan masyarakat pada negara-negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia. Data secara epidemiologi setiap tahun diperoleh dari beberapa negara yang mencatat hasil laporannya dari diagnosis klinik atau isolate laboratorium, karena data yang benar-benar dapat menggambarkan insiden penyakit ini di masyarakat susah didapatkan. Hal ini disebabkan karena gambaran klinik penyakit demam thypoid menyerupai penyakit infeksi lainnya dan juga konfirmasi laboratorium tidak selalu dapat dikerjakan pada semua daerah.

Di Indonesia, menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan, insiden penyakit ini

menunjukkan angka yang terus meningkat yaitu jumlah kasus pada tahun 1990,1991,1992,1993,1994 berturut-turut adalah 9.2, 13.4, 15.8, 17.4 per 10.000 penduduk. Sementara data penyakit demam thypoid dari Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi 125 kasus pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam thypoid di beberapa daerah adalah 2-5% pasien menjadi karier asimtomatik, sehingga merupakan sumber infeksi baru bagi masyarakat sekitarnya. Kecenderungan meningkatnya angka kejadian demam thypoid di Indonesia terjadi karena banyak faktor, antara lain urbanisasi, sanitasi yang buruk, karier yang tidak terdeteksi dan keterlambatan diagnosis. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosis penyakit demam thypoid antara lain disebabkan oleh masa tunas penyakit yang dapat berlangsung 10-14 hari (bahkan dapat lebih panjang sampai 30 hari) dan metode pemeriksaan yang dilakukan.

Dengan melihat data diatas, baik insiden penyakit demam thypoid yang makin meningkat maupun angka kematian yang disebabkan penyakit tersebut maka di diagnosis dini demam thypoid perlu segera ditegakkan. Oleh karena

(5)

itu pemeriksaan baku atau rutin secara serologi yang sampai saat ini masih dikerjakan hampir pada semua pasien yang dirawat dengan demam di RS yaitu uji Widal, perlu ditinjau kembali metode ini digantikan oleh serologi lainnya dengan menggunakan antigen yang lebih spesifik.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengan pemaparan makalah ini diharapkan adanya suatu pemahaman yang lebih mendalam khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypoid, maupun dalam memberikan dukungan dan pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien.

2. Tujuan Khusus

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan khususnya bagi mahasiswa keperawatan mampu:

a. Memahami pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, perawatan/penatalaksanaan pada pasien demam thypoid

b. Mengaplikasi konsep asuhan kepeawatan pada pasien dengan demam thypoid.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Thypoid

1. Definisi

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran (Manjoer Arief, 2000).

Demam thypoid adalah penyakit infeksi yang akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1997).

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella

typhosa, secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 1 minggu disertai gangguan pencernaan dalam berbagai bentuk dan gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat (Rampengan, 1992).

Jadi demam thypoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi ditandai dengan demam 1 minggu dan disertai gangguan saluran pencernaan serta gangguan kesadaran.

2. Etiologi

Penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi, basil gram negatif, bergerak dengan Rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein membran hialin (Manjoer Arief, 2000 & Ngastiyah, 1997).

(7)

3. Manifestasi Klinis

a. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu kedua. b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemurahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (metenismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi

konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal. c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopos, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemurahan karena amboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.

4. Patofisiologi

Bakteri (Salmonella thypis) masuk ke tubuh manusia melalui saluran cerna. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limpod plaque peyen di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi

(8)

kemudian menembus kelamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentirial yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini Salmonella typii lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus Salmonela typii bersarang di plasue peyeri, limfa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikulo endoterial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam thypoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam thypoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat S. thypii berkembangbiak. Demam pada thypoid disebabkan karena S. typii dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang (FKUI, 1996 & Ngastiyah, 1997).

(9)

5. Pathway

Kuman Salmonella thypii

Masuk tubuh melalui mulut bersama

makanan dan minuman

Usus halus Jaringan limfoid plak

payeri dan ileum terminalis hipertropi Limina propia Aliran limfe / kelenjar limfe menteral Aliran darah Ductus thoracicus Perdarahan dan perforasi intestinal Kekuangan volume cairan

Sirkulasi portal usus Bersarang diplak payeri limfa dan hati

Merangsang sintesis dan pelepasan zat pitogen dan leukosit

Jaringan meradang

Demam Asam lambung

Kuman mati

Mual muntah, nafsu makan menurun

Lemas

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(10)

6. Komplikasi

Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam : a. Komplikasi intestinal / pada usus halus

1) Perdarahan usus 2) Perforasi usus 3) Peritonitis

b. Komplikasi ekstra intestinal / komplikasi di luar usus 1) Komplikasi kardiovaskuler

Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis)

2) Komplikasi darah

Anemia hemolitik, trombositopenia, dan atau disseminated intravaskulan coagulation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik. 3) Komplikasi paru

Pneumonia, empiema dan pleuritis. 4) Komplikasi hepar dan kandung empedu

Hepatitis dan kolesistisis. 5) Komplikasi ginjal

Glumerolonefritis, prelonefritis dan perinofritis. 6) Komplikasi tulang

Osteomielitis, perrostitis, spondilitis, dan antritis. 7) Komplikasi neuronsikratrik

Delirium, meningitis, polinevritis perifer, sindrom guili aim, barre, psikosis dan sindrom katatonia.

(FKUI, 1996)

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan leukosit

(11)

c. Biakan darah

- Teknik pemeriksaan laboratorium

- Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit - Pengobatan dengan obat antimikroba

- Vaksinasi dimasa lampau d. Uji widal

e. Kepekaan Salmonella thypii terhadap obat anti mikroba

8. Penatalaksanaan

a. Medik

1) Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan okskreta

2) Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia, dll

3) Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan

4) Diet

5) Obat pilihan ialah klorompenikol kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol

6) Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara

intravena, dsb b. Keperawatan

1) Kebutuhan nutrisi / cairan dan elektrolit

- Jika pasien sadar diberikan makanan lunak dengan lauk pauk di cincing (hati daging) : sayuran labu siyem / wortel yang dimasak lunak sekali

- Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair personde, kalori sesuai dengan kebutuhannya

- Jika pasien parah seperti yang menderita dividen di pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl

(12)

2) Gangguan suhu tubuh

- Untuk menurunkan suhu tubuh dengan memberikan obat secara adekuat dan istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi kemudian imobilisasi bertahap - Ruangan diatur agar cukup ventilasi

- Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancar

3) Gangguan rasa aman dan nyaman

- Perawatan mulut 2x sehari oleskan boraks gliserin (cream) sering-sering dan sering diberikan minum untuk meningkatkan nafsu makan

- Karena pasien apatik harus lebih diperhatikan dan diajak komunikasi

4) Resiko terjadinya komplikasi

- Obat kloramfenikol, dosis 100 mg / kg BB / hari diberikan 4x / hari

- Istirahat

- Pengawasan komplikasi

- Perdarahan usus, perforasi usus dan komplikasi lain 5) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit

- Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain ; mungkin ibunya menemani tetapi tidak tidur bersama

- Pasien harus istirahat mutlak sampai demam turun, masih dilanjutkan selama 2 minggu

- Pemberian obat

- Pembuangan feses dan urin harus dibuang ke dalam lubang WC dan disiram air sampai sebanya-banyaknya

(13)

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan b. Pengkajian fisik

c. Pengkajian pola fungsi kesehatan (Gordon) d. Pengkajian pertumbuhan

e. Pengkajian perkembangan 2. Analisa Data

3. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia)

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan makanan dan cairan

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 4. Fokus Intervensi

a. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (anoreksia)

• Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

• Kriteria Hasil :

- Klien dapat menghabiskan makanan yang dihidangkan - BB klien stabil

• Intervensi

- Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian

Rasional : Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.

Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja psikologis.

(14)

- Gunakan pendekatan konsistensi, duduk dengan pasien saat makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan atau komentar, tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan. Rasional : Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi

terhadap tekanan komentar apapun yang dapat dilihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.

- Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian

makanan terlalu cepat setelah periode puasa. - Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk

mengontrol pilihan sebanyak mungkin

Rasional : Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adekuat masukan makanan dan cairan

• Tujuan : Kebutuhan cairan dalam tubuh terpenuhi

• Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda adanya dehidrasi

• Intervensi

- Awasi tanda-tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa, turgor baik

Rasional : Indikator keadekuatan volume sirkulasi hipotensi octostatik dapat terjadi dengan resiko jatuh / cedera segera setelah perubahan posisi.

- Awasi jumlah dan tipe masukan

Rasional : Pasien tidak mengkonsumsi cairan yang dapat mengakibatkan dehidrasi / mengganti cairan untuk memasukkan kalori yang berdampak pada

(15)

- Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif / diuretik

Rasional : Membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat menggunakan laksatif / diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.

- Identifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan cairan optimal

Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan memperbaiki kesempatan untuk berhasil.

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

• Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, suhu tubuh normal (36-37 oC)

• Kriteria Hasil : Mempertahankan suhu tubuh normal

• Intervensi

- Monitor TTV

Rasional : melanjutkan tindakan seterusnya

- Beri kompres hangat di kepala, ketiak dan lipatan paha - Anjurkan pasien untuk minum banyak

Rasional : untuk menurunkan suhu tubuh dan memenuhi cairan elektrolit

- Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat

Rasional : untuk mengurangi panas dan menyerap keringat - Kolaborasi dokter untuk pemberian cairan parenteral dan anti

piratik

(16)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E DENGAN FEBRIS THYPOID DI RUANG PARIKESIT

RSUD KODYA SEMARANG A. Biodata

1. Identitas pasien

Nama : An. E

Umur : 16 bulan (1 tahun, 4 bulan) No. CM : 078539

Jenis kelamin : Perempuan Agama : Kristen Protestan Alamat : Bukit Menur - Semarang Suku bangsa : Jawa

Tanggal Masuk : 16 Juni 2007 Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2007 Diagnosa Medis : Febris Thypoid

Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. W Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMA Hubungan dengan pasien : Ayah

Alamat : Bukit Menur - Semarang

2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama

(17)

b. Riwayat penyakit sekarang

Pada tanggal 14 Juni 2007 ibu mengatakan bahwa anak E panas, muntah. Selama 2 hari itu ana S diberi obat penurun panas ibunya paracetamol dan panasnya turun dan timbul panas lagi. Kemudian ibunya membawa anak S ke dokter, dari dokter anak S langsung dirujuk ke RS yang sebelumnya di dokter tersebut sudah diperiksa Laboratorium yang hasilnya Febris Thypoid dan harus dirujuk ke Rumah Sakit.

c. Riwayat penyakit dahulu

Ibu mengatakan kalau anak E sering demam, batuk, pilek. Tapi kalau sudah dibelikan obat di apotik langsung sembuh / reda. Anak E juga tidak mau makan.

d. Riwayat penyakit keluarga

Dalam keluarga Tn. W tidak ada yang menderita penyakit turun, misal DM, TBC, hipertensi, dll.

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi dalam keluarga Tn. W cukup, ayah pasien bekerja swasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.

f. Riwayat kehamilan dan persalinan 1. Prenatal

Selama hamil ibunya sering memeriksakan kehamilannya di bidan yang dekat dengan rumahnya.

2. Natal

Anak E lahir spontan, normal ditolong oleh bidan, tidak ada gangguan kesehatan atau cacat bawaan saat anak lahir.

3. Post natal

Anak lahir dan tumbuh normal, mendapatkan makanan tambahan, ASI dan susu formula / buatan.

g. Riwayat tumbang

Pertumbuhan : - BB : 9 kg

(18)

Perkembangan : anak mampu berjalan normal, mengoceh, anak dapat tepuk, menyatakan keinginan.

h. Riwayat Imunisasi

Imunisasi lengkap, anak sudah mendapat BCG 1 pada usia 1 minggu, DPT pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, polio pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan hepatitis, pada usia 1 minggu, 1 bulan, 6 bulan. Klien sudah imunisasi campak pada usia 9 bulan.

B. Pengkajian Fisik

1. Keadaan umum : tampak lemas 2. Kesadaran : composmentis 3. Tanda-tanda vital - Suhu : 38,5 oC - Nadi : 110 x/mnt - RR : 24 x/mnt 4. BB : 9 kg 5. TB : 70 cm 6. Kepala : Mesocepal

- Rambut : lurus, agak kemerahan - Kulit kepala : bersih

- Lingkar kepala : 47 cm - Lingkar lengan : 13 cm - Lingkar dada : 49 cm

7. Muka : bersih dan sedikit lemas, pucat 8. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis

9. Hidung : tidak ada secret, tidak ada nafas cuping hidung 10. Telinga : simetris, bersih, tidak ada semumen

11. - Mulut : gigi tumbuh, tidak ada caries gigi, sianosis (-) - Lidah : kotor, putih

12. Leher : tidak ada nyeri tekan, tida ada pembesaran vena jagularis

(19)

13. Dada : simetris 14. Jantung :

- Inspeksi : ictus kordis tidak tampak - Palpasi : kardiomegali (-)

- Perkusi : ronkhi (-)

- Auskultasi : regular, mur-mur 15. Paru-paru

- Inspeksi : simetris

- Palpasi : vocal vermitus tidak ada - Perkusi : sonor

- Auskultasi : ronkhi (-), tidak ada wheezing 16. Abdomen

- Inspeksi : datar

- Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit ↓ - Perkusi : kembung (+)

- Auskultasi : bising usus (+)

17. Genetalia : genetalia pada An. E bersih, tidak ada kemerah-merahan pada alat kelaminnya

18. Anus : tidak ada kelainan

19. Ekstremitas : akral hangat

20. Ekstremitas atas : tangan kanan : terpasang infus Tangan kiri : aktif

Kaki kanan dan kiri : normal, aktif 21. Kulit : tampak baik, turgor kulit ↓

(20)

Data Penunjang

• Data penunjang tanggal 16 Juni 2007

Jenis Pemeriksaan : Hasil Satuan Nilai normal Hematologi :

- Hemoglobin 10.30 g/dl 11.00 – 16.00 - Jumlah leukosit 9.70 ribu/ml 4.000 – 13.00 Hitung jenis : - Eosionofil 2.00 % 1.00 – 3.00 - Basofil 0.00 % < 1.00 - Batang 2.00 % 1.00 – 5.00 - Segment 55.00 % 32.00 – 52.00 - Limfosit 36.00 % < 30.00 - Monusit 5.00 % 1.00 – 8.00 - Jumlah eritrosit 3.60 juta/ml 4.60 – 5.50 - Jumlah hemotokrit 30.00 % 31.00 – 43.00 - Jumlah trombosit 172.00 ribu/ml 150.00 – 450.00 Serologi

Widal

- Salmonella typhi 0 pos 1/320 < 160.00 - Salmonella typhi H pos 1/160 < 160.00 - Salmonella para typhi A-H neg < 160.00 - Salmonella para typhi B-H neg < 160.00 - Salmonella para typhi C-H neg < 160.00 - Salmonella para typhi A-O neg < 160.00 - Salmonella para typhi B-O neg < 160.00 - Salmonella para typhi C-O neg < 160.00

(21)

• Pemeriksaan laboratorium tanggal 17 Juni 2006, 07.5 WIB - Dx. Hasil normal hasil normal

Hemoglobin 12.6 LK 13.17 gr/dl PR 12-15 gr/dl Leukosit 13.300 4-11 ribu/mms

Thrombosit 238.000 150-400 ribu Hematokrit 39 LK 40 – 54 % - Hitung jenis leukosit

Eosinofil 2 1-3% Basofil - 0-1% Batang 4 2-5% Segment 54 50-55% Limfosit 34 20-45% Monosit 6 2-8% LED 1/2 16 pr. 0-20 mm/jam WBC 13.3 x 103 /µ RBC 4.47 x 106 /µ HGB 12.5 g/dl HCT 38.6% MCV 86.2 fl MCH 28.1 pg MCHC 32.6 g/dl PLT 238 x 103 /µ

• Pemeriksaan laboratorium tanggal 18 Juni 2007, 07.4 WIB - Dx. Hasil normal hasil normal

Hemoglobin 12.5 LK 13-17 gf/dl PR 12-15 gr/dl

(22)

Leukosit 5200 4-11 ribu/mms Trombosit 268.00 150-400 ribu/mms Hemotokrit 38 LK 40-55 % PR 35-47% WBC 5.2 x 103 /µ RBC 4.47 x 106 /µ HGB 12.5 g/dl HCT 37.9% MCV -84.8 fl MCH 28.0 pg MCHC 33.09 g/dl PLT 268 x 103 /µ Therapi : - Parenteral : infus RL 12 tts/mnt - Injeksi IV : - Cefotaxim 3 x 300 mg - Ulsikur 3 x 1/2 Ampul - Per oral : - Sanmol syr 3 x 1 sendok teh - Diit : 3 x bubur lunak

PASI LLM = 3 x 150 cc

C. Pengkajian Pola Fungsional

a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan

Ibu klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit panas, batuk atau pilek, keluarga membelikan obat di apotek. Apabila belum sembuh, keluarga langsung dibawa ke bidan / puskesmas. Ibu klien mengatakan bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan segera perlu ditindak lanjuti lebih baik lagi.

(23)

b. Pola nutrisi dan cairan a. Sebelum di RS

Anak makan 3 x sehari, jenis nasi / bubur, lauk dan sayur. Minum ASI, susu formula ≥ 3 x sehari.

b. Selama di RS

Anak tidak mau makan, Cuma minum ASI dan An. E tidak mau minum susu formula / buatan.

c. Pola Eliminasi a. Sebelum di RS

Eliminasi BAB dan BAK :

- Anak biasanya baung air besar 1 x sehari dengan konsistensi lembek

- Buang air kecil ± 4-6 x sehari, warna kuning jernih. b. Sesudah

Eliminasi BAB dan BAK : - ± 3 hari anak belum bisa BAB

- BAK ± 3-5 x sehari, warna kuning jernih d. Pola Aktivitas dan Latihan

a. Sebelum di RS : anak bisa bermain dengan kakaknya, dan ibunya, biasanya anak E sering ketawa-ketawa.

b. Selama di RS : anak E lemas, menangis karena anak E tidak suka dengan lingkungan di RS, dan juga anak E takut dengan orang yang berbaju putih-putih. Anak-anak juga merasa tidak nyaman dengan adanya infus di tangan kanannya yang membatasi pergerakannya. e. Pola Istirahat Tidur

a. Sebelum di RS : anak E biasa tidur mulai pukul 19.00 dan Bangun kadang jam 04.00, tetapi anak E sering terbangun

b. Selama di RS : anak E susah tidur, tidur mulai jam 21.00 dan sering terbangun dari tidurnya

(24)

f. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif

Anak E paling dekat dengan ibunya, pola persepsi sensori tidak ada gangguan.

g. Pola hubungan dengan orang lain

a. Selama di rumah : anak dapat berhubungan baik dengan orang lain terutama pada kakaknya dan juga teman sebayanya

b. Selama di RS : anak tidak dapat bertemu dengan teman-temannya dan anak kandung rewel dan takut bila didekati oleh perawat

h. Pola reproduksi seksual

Anak E adalah anak perempuan, tidak mengalami organ genital atau organ reproduksi.

i. Pola konsep diri

Orang tua anak E berharap agar anaknya, menjadi anak yang dapat membahagiakan orang tuanya, dan nantinya akan berguna bagi nusa, bangsa dan agama.

Selama di RS : orang tua An. E berharap agar anaknya segera sembuh, sehat dan dapat bermain kembali dengan teman-temannya.

j. Pola Mekanisme Koping

Anak E biasanya menangis bila merasa tidak nyaman, pada dirinya dan merengek bila ditinggal ayahna.

k. Pola kepercayaan dan keyakinan

Keluarga klien beragama Kristen protestan, keluarga yakin semua akan baik-baik saja sesuai dengan kehendak Tuhan.

D. Pengkajian Pertumbuhan

Anak E umur 1 tahun 4 bulan, BB : 9 kg, TB : 70 cm, lingkar lengan : 13 cm, lingkar lengan kepala : 47 cm, lingkar dada 49 cm.

E. Pengkajian Perkembangan

Personal sosial anak E baik, anak sudah bisa main bola, dag-dag dengan tangan, menyatakan keinginan, minum dari cangkir.

(25)

Adaptif – motorik halus anak E baik dan tidak ada masalah, anak sudah bisa menaruh kubus di cangkir tapi dengan bantuan, mencoret-coret.

Kemampuan bahasa Anak E baik, anak sudah bisa berkata papa/mama spesifik, mengoceh, 2 kata, 3 kata, 1 kata.

Motorik kasar : anak E baik, anak E sudah bisa berjalan dengan baik, membungkuk kemudian berdiri dan berdiri sendiri tanpa bantuan, berjalan mundur. F. Status Gizi 1. WAZ = SD Median -BB = Low SD 10,4 -9 = 1,10-1,4 = -1,27 (BB rendah) N = -2 s/d +2 SD 2. WHZ = SD Median -BB = SD9 Upper-8,4 = 1,40,8 = 1,75 (BB normal) N = +2 s/d -2 SD 3. HAZ = SD Median -TB = Low SD 78,9 -70 = 3,00-8,9 = -2,97 (normal) N = -2 s/d +2 SD

(26)

ANALISA DATA

Nama Klien : An. E No. CM : 078579 Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal : 18 Juni 2007

Dx. Medis : Demam thypoid Ruang : Parikesit, RSUD Kodya No Data (DS dan DO) Problem Etiologi 1. DS : - Ibu pasien mengatakan

An. E sejak 2 hari yang lalu panas dan belum turun-turun.

DO : - Tampak lemas - Akral teraba panas - S : 38,5 oC

- N : 100 x/mnt

Hipertermi Proses infeksi

2. DS : - Ibu mengatakan An. E muntah

- Ibu mengatakan An. E tidak mau makan

DO : - Anak E hanya minum ASI - Anak E tampak lemah - Turgor kulit ↓

- BB : 9 kg

- Status nutrisi WAZ : -1,27 (BB rendah)

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Anoreksia, mual muntah

(27)

DIAGNOSA KEPERWATAN

Nama Klien : An. E No. CM : 078579 Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal : 18 Juni 2007

Dx. Medis : Demam thypoid Ruang : Parikesit, RSUD Kodya

1. Hipertermii berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan S : 38,50C,

akral teraba panas, tampak lemas

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah ditandai dengan An.E lemah, turgor kulit ↓, WAZ : 3-1,27, BB : 9 kg

(28)

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. E No. CM : 078539 Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal : 18 Juni 2007

Dx. Medis : Demam thypoid Ruang : Parikesit, RSUD Kodya Semarang Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

Senin 18 Juni 2007 1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun / normal, dengan kriteria hasil : - S : 36 – 37 oC

- Akral teraba hangat

- Monitor TTV

- Beri kompres hangat - Jelaskan pada orang tua

bahwa demam berhubungan dengan proses penyakit

- Menentukan tindakan keperawatan

- Untuk mengurangi panas - Meningkatkan pengetahuan

dan mengurangi cemas pada ibu.

- Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x 1 sendok teh / Paracetamol

- Mempercepat untuk menurunkan panas / demam pada anak

- Motivasi untuk banyak minum

- Memenuhi intake cairan

(29)

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH: - Nafsu makan meningkat - Anak E makan habis 1/2

porsi

- Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.

- Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.

- Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa

(30)

Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

- Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

- Observasi status gizi klien

- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.

- Timbang BB setiap hari - Untuk mengetahui BB klien Selasa 19 Juni 2007 1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun / normal, dengan kriteria hasil : - S : 36 – 37 oC

- Akral teraba hangat

- Monitor TTV

- Beri kompres hangat - Jelaskan pada orang tua

bahwa demam berhubungan dengan proses penyakit

- Menentukan tindakan keperawatan

- Untuk mengurangi panas - Meningkatkan pengetahuan

dan mengurangi cemas pada ibu.

- Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x 1 sendok teh / Paracetamol

- Mempercepat untuk menurunkan panas / demam pada anak

(31)

Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

- Motivasi untuk banyak minum

- Memenuhi intake cairan 2 Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH: - Nafsu makan meningkat - Anak E makan habis 1/2

porsi

- Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.

- Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.

(32)

Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

- Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa

- Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

- Observasi status gizi klien

- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.

- Timbang BB setiap hari - Untuk mengetahui BB klien Rabu 20 Juni 2007 1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam demam pada An. E dapat turun / normal, dengan kriteria hasil : - S : 36 – 37 oC

- Akral teraba hangat

- Monitor TTV

- Beri kompres hangat - Jelaskan pada orang tua

bahwa demam berhubungan dengan proses penyakit

- Menentukan tindakan keperawatan

- Untuk mengurangi panas - Meningkatkan pengetahuan

dan mengurangi cemas pada ibu.

(33)

Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

- Kolaborasi pemberian obat penurun panas Sanmol 3 x 1 sendok teh / Paracetamol

- Mempercepat untuk menurunkan panas / demam pada anak

- Motivasi untuk banyak minum

- Memenuhi intake cairan 2 Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH: - Nafsu makan meningkat - Anak E makan habis 1/2

porsi

- Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.

(34)

Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

- Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.

- Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa

- Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

- Observasi status gizi klien

- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.

(35)

Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

- Timbang BB setiap hari - Untuk mengetahui BB klien Kamis 21 Juni 2007 2 Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan KH: - Nafsu makan meningkat - Anak E makan habis 1/2

porsi

- Buat anjuran BB minimum dan kebutuhan nutrisi harian

- Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif / pengambilan keputusan.

- Gunakan pendekatan konsisten duduk dengan pasien saat makan, tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat masukan

- Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap tekanan, komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan fokus pada makanan.

(36)

Hari/ Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan Keperawatan

TT Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional

- Beri makanan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat

- Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat dan setelah periode puasa

- Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

- Observasi status gizi klien

- Pasien yang meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengontrol lingkungan mempengaruhi penyediaan makanan yang ada dikonsumsi.

- Timbang BB setiap hari - Untuk mengetahui BB klien

(37)

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Klien : An. E No. CM : 078579 Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal : 19 Juni 2007

Dx. Medis : Demam thypoid Ruang : Parikesit, RSUD Kodya Smg Hari/

Tanggal/ Jam

No

Dx Implementasi Respon Klien TT Senin

18 Juni 2007 08.00

1, 2 - Monitor TTV S : - Ibu bertanya berapa suhunya?

O : - S : 38,5 oC, N : 110 x/mnt,

RR : 24 x/menit 10.00 2 - Mengkaji nutrisi pada anak

- Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering

S : - Ibu mengatakan senang anaknya mau makan walaupun sedikit

O : - Anak sedikit rewel

- Anak mau makan walaupun sedikit

- Makan habis 6 sendok makan

12.00 1,2 - Melaksanakan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV

S : -

O : - Anak E takut dan menangis - Obat masuk lewat selang

infus

13.15 1 - Memberi kompres hangat dan meminumkan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok teh

S : -

O : - Anak E takut, menangis dan tidak mau minum

(38)

Hari/ Tanggal/

Jam

No

Dx Implementasi Respon Klien TT Selasa

19 Juni 2007 07.20

1,2 - Melakukan pengkajian pada anak E

S : - Ibu mengatakan mau menjawab semua pertanyaan dari perawat O : - Ibu menjawab semua

pertanyaan yang ditanyakan oleh perawat

08.00 1,2 - Monitor TTV S : - Ibu bertanya berapa suhunya?

O : - S : 38 oC, N : 110 x/mnt,

RR : 24 x/menit 09.00 2 - Mengkaji nutrisi pada anak

- Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering

S : - Ibu mengatakan senang anaknya mau makan walaupun sedikit

O : - Anak sedikit rewel

- Anak mau makan walaupun sedikit

- Makan habis 8 sendok makan dan minum susu formula 200 cc, ASI 12.00 1,2 - Melaksanakan advis dokter

dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV

S : -

O : - Anak E takut dan menangis - Obat masuk lewat selang

infus

12.30 2 - Menimbang berat badan anak E

S : -

O : - BB = 8 kg, BB saat masuk 9 kg

(39)

Hari/ Tanggal/

Jam

No

Dx Implementasi Respon Klien TT 12.45 1 - Memberi kompres hangat

dan meminumkan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok teh

S : -

O : - Anak E mau minum obat

Rabu 20 Juni

2007 08.00

- Merapikan tempat tidur anak E

S : -

O : - Tempat tidur klien tampak bersih dan nyaman

08.15 - Melakukan pengkajian pada anak E

S : - Ibu mengatakan mau menjawab semua pertanyaan dari perawat O : - Ibu menjawab semua

pertanyaan yang ditanyakan oleh perawat

08.30 1,2 - Monitor TTV S : - Ibu bertanya berapa suhunya?

O : - S : 37 oC, N : 105 x/mnt,

RR : 26 x/menit 09.00 2 - Mengkaji nutrisi pada anak

- Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering

S : - Ibu mengatakan senang anaknya mau makan walaupun sedikit

O : - Anak sedikit rewel

- Anak mau makan walaupun sedikit

- Makan habis 1/2 porsi, minum susu ± 300 cc, dan minum ASI

(40)

Hari/ Tanggal/

Jam

No

Dx Implementasi Respon Klien TT 12.00 1,2 - Melaksanakan advis dokter

dalam pemberian obat antibiotik Cefotaxim 3 x 300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah Ulsikur 3 x 1/2 Amp IV

S : -

O : - Anak E takut dan menangis - Obat masuk lewat selang

infus

12.30 1 - Menjelaskan pada orang tua bahwa demam ini berhubungan dengan proses penyakit

S : -

O : - Keluarga mendengarkan dan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh perawat

Kamis 21 juni

2007 08.00

- Merapikan tempat tidur anak E

- Melakukan pengkajian pada anak E

S : -

O : - Tempat tidur klien tampak bersih dan nyaman

S : -

O : - Ibu kooperatif dan menjawab semua pertanyaan dari perawat 08.15 1,2 - Monitor TTO S : - Ibu menyatakan sikap

anaknya mau makan walaupun sedikit

O : - Anak E sedikit rewel

- Anak E mau makan walaupun sedikit

- Makan habis ½ porsi minum susu ± 300 cc dan minum ASI

(41)

Hari/ Tanggal/

Jam

No Dx

Implementasi Respon Klien TT

12.00 2 - Melaksanakan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik cefotaxim 3x300 mg IV, untuk mengurangi mual muntah ulsikur 3x½

Amp

S : -

O : - Anak E nangis

- Obat masuk lewat selang infus

12.45 2 - Menimbang BB anak E S : -

(42)

EVALUASI

Nama Klien : An. E No. CM : 078579 Umur : 1 tahun 4 bulan Tanggal : 19 Juni 2007

Dx. Medis : Demam thypoid Ruang : Parikesit, RSUD Kodya Smg Hari/

Tanggal/ Jam

No

Dx Evaluasi (catatan perkembangan) TT Senin

18 Juni 2007 13.30

1 S : - Ibu mengatakan anak E panas O : - S : 38,5 oC

- N : 110 x/mnt - RR : 24 x/mnt A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi

- Kaji TTV - Kompres hangat

- Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh

2 S : - Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun sedikit, dan sering muntah

O : - Anak menghabiskan 6 sendok makan - BB : 8 kg

A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi

- Timbang BB

Anjurkan pada ibu untuk memberi makan sedikit tapi sering Selasa

19 Juni 2007 13.00

1 S : - Ibu mengatakan setelah dikompres panas menurun tapi kurang lebih 20 menit anak E panas lagi

O : - S : 38 oC

- N : 110 x/mnt - RR : 24 x/mnt

(43)

Hari/ Tanggal/

Jam

No

Dx Evaluasi (catatan perkembangan) TT P : Lanjutkan intervensi

- Kaji TTV - Kompres hangat

- Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh

2 S : - Ibu mengatakan anak E mau makan walaupun sedikit O : - Anak makan habis 8 sendok

- BB : 8 kg

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Timbang BB

- Tingkatkan pemberian ASI Beri makan sedikit tapi sering Rabu

20 Juni 2007 13.30

1 S : - Ibu mengatakan anak E sudah tidak panas lagi O : - S : 37 oC - N : 105 x/mnt - RR : 26 x/mnt A : Masalah teratasi P : Pertahankan intervensi - Monitor TTV

- Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh bila anak panas

2 S : - Ibu mengatakan anak E mau makan O : - Anak makan habis 1/2 porsi

- BB sakit : 8 kg BB sekarang : 9 kg A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Timbang BB setiap hari Beri makan sedikit tapi sering Hari/

Tanggal/ No Dx

(44)

Jam Kamis 21 Juni

2007 13.00

1 S : - Ibu mengatakan anak E tidak panas lagi O : - S : 37oC

- N : 105 x/mnt - RR : 26 x/mnt A : Masalah teratasi

(suhu tubuh turun dari 38,50C menjadi 370C)

P : Pertahankan intervensi - Monitor TTV

- Berikan sirup Sanmol 3 x 1 sendok teh bila anak panas 2 S : - Ibu mengatakan anak E mau makan tapi sedikit

O : - Anak makan habis ½ porsi - BB sakit : 8 kg

- BB sekarang : 9 kg

A : Masalah belum teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Timbang BB tiap hari

- Beri makan sedikit tapi sering

(45)

BAB IV PEMBAHASAN

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang tinggi lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1997).

Demam thypoid ini disebabkan oleh kuman Salmonella thyposa yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu yang dapat mengakibatkan pada gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Tanda dan gejalanya yaitu demam dan nyeri kepala, nyeri otot, tidak nafsu makan, mual muntah, diare/sembelit, perasaan tidak enak di perut, kembung, lidah di bagian tengah kotor, kadang ada pembesaran hati dan kerja jantung melemah.

Dari data hasil pengkajian didapatkan data anak E umur 1 tahun 4 bulan, jenis kelamin perempuan, ibu klien mengatakan panas sudah 2 hari yang lalu, mual muntah dan ibu klien langsung membawa anak E ke RS. Dalam pengkajian fisik ditemukan keadaan umum klien sadar, RR : 24 x/mnt, S : 38,50C, N : 110 x/mnt, BB

masuk : 9 kg, BB sekarang : 8 kg. Dari data tersebut didapatkan diagnosa

keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.

Diagnosa keperawatan pertama yaitu hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Peningkatan suhu tubuh adalah keadaan dimana seorang individu

mengalami/beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,80C peroral atau 38,80C per rectal karena faktor eksternal. Penyebab

demam ini dikarenakan adanya infeksi basil Salmonella thyposa maka untuk menurunkan suhu tersebut hanya dengan memberikan obatnya secara adekuat dan istirahat mutlak sampai suhu turun dalam batas normal. Tanda karakteristik mayor : suhu lebih tinggi dari 37,80C peroral atau 38,80C per rectal, kulit hangat, takikardia,

karakteristik minor : kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernafasan, menggigil/merinding, nyeri dan sakit yang spesifik/umum (misal : sakit kepala). Malaise / keletihan / kelemahan, kehilangan nafsu makan, berkeringat. Tanda-tanda yang terlihat pada klien saat pengkajian suhu tubuh : 38,50C, N : 110 x/mnt, RR : 24

(46)

x/mnt, tampak lemas. Dengan intervensi yang dilakukan Memonitor tanda-tanda vital, memberi kompres hangat, motivasi anak untuk minum banyak, memberikan obat penurun panas yaitu Sanmol 3 x 1 sendok teh, menjelaskan pada orang tua bahwa demam itu berhubungan dengan proses penyakit, dan monitor selalu suhu tubuh setiap 2 jam. Dengan hasil evaluasi yang diperoleh suhu tubuh 370C, N : 105

x/mnt, RR : 26 x/mnt.

Diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah. Nutrisi adalah keadaan dimana seseorang individu beresiko untuk mengalami kurangnya kebutuhan nutrisi/cairan dalam tubuhnya. Pasien tifus abdominalis ini umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik sampai saporo-koma, delirium (yang berat)

disamping anoreksia dan demam lama. Keadaan ini dapat menyebabkan kurangnya masukan nutrisi/cairan sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa

penyembuhan berkurang pula dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal itu, klien tifus abdominalis menderita kelainan berupa adanya tukak-tukak pada usus halusnya sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang diberikan cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas. Pemberiannya melihat keadaan pasien yaitu a) jika kesadaran pasien masih baik diberikan makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus, susu diberikan 2x1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu, b) jika pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair per sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran

membaik makanan beralih secara bertahap (dari cair ke lunak), c) jika pasien payah, seperti yang menderita delirium dipasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde disamping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan klien berlatih ke makanan biasa. Tanda-tanda yang terlihat pada klien saat pengkajian kebutuhan nutrisi adalah ibu mengatakan anak E muntah, tidak mau makan, anak E tampak lemah, turgor kulit

(47)

↓, BB : 9 kg, status nutrisi : WAZ : -1,27 (BB rendah), WHZ : 1,75 (BB normal), HAZ : -2,97 (normal). Dengan intervensi yang dilakukan Memonitor tanda-tanda vital, observasi status gizi anak E, timbang BB setiap hari, beri makanan sedikit tapi sering, beri makanan kecil tambahan yang tepat, buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin, melakukan advis dokter dalam pemberian obat antibiotik cefotaxim 3 x 300 mg IV dan untuk mengurangi mual muntah ulsikur 3 x ½ Amp lewat selang infus, pemberian diit 3x bubur lunak, PASI LLM 2x150 cc, mengkaji nutrisi pada anak E. Dengan hasil evaluasi yang diperoleh anak makan habis ½ porsi sedikit tapi sering, turgor kulit sudah membaik, BB sekarang 9 kg yang semula 8 kg, tapi dalam nutrisi pada anak E belum teratasi sepenuhnya.

(48)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Demam thypoid masih merupakan masalah pada negara-negara sedang berkembang yang beriklim tropis dan menyebabkan tingkat kesakitan serta kematian yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya urbanisasi, sanitasi buruk, dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosa. Diagnosis dini umumnya ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan uji widal yang telah diketahui

mempunyai kelemahan yaitu sensitivitas dan spesifisitas uji ini rendah. Oleh karena itu pada uji widal ini penting diperhatikan saat pengambilan specimen dan adanya kenaikan titer agglutinin terhadap antigen s.thypi. Selain itu pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan titer antibodi H terhadap s.thypi, cukup dengan pemeriksaan titer antibodi O terhadap s.thypi.

Tanda dan gejala dari demam thypoid: - Demam dan nyeri kepala

- Nyeri otot

- Tidak nafsu makan - Mual muntah - Diare atau sembelit

- Perasaan tidak enak di perut - Kembung

- Lidah di bagian tengah kotor

- Kadang ada pembesaran hati dan kerja jantung melemah

Penatalaksanaannya adalah banyak istirahat, banyak minum, makanan mudah dicerna/halus, kompres atau beri obat penurun panas bila anak panas, minum obat dengan advis dokter.

(49)

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Perawat dalam melakukan pengkajian secara menyeluruh supaya bisa mendiagnosa penyakit dengan baik

b. Perawat melibatkan orang tua dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini penting dimana ibu atau orang tua sangat berperan dalam :

- Hygiene dan sanitasi - Pemberian diit atau cairan - Menjaga aktivitas anak - Menjaga kenyamanan anak

c. Perawat memberitahu orang tua tentang : - Penyakit yang diderita

- Bahayanya bila terjadi komplikasi

- Pemberian obat sesuai dengan anjuran dokter - Cara pencegahan dan penularan demam thypoid 2. Bagi Masyarakat

Untuk meningkatkan kesehatan keluarga terutama pada anak yaitu dengan cara menjaga kesehatan dilingkungan rumah, misalnya membuang sampah pada tempatnya, membersihkan selokan dan lain-lain.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Doengoes Marilyn F. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Hartantyo, L. 1997. Pedoman Pelayanan Medik Anak, Edisi 2. Jilid 1. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP

Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-3. Jilids I. Jakarta : FKUI.

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/08 Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal 124.pdf/08 Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal 24.htm

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar dapat dimengerti komputer.. Perangkat

Industri genteng sebagai salah satu industri yang ada di Jawa Barat dan sebagai salah satu komoditi unggulan yang dikembangkan di Kabupaten Majalengka merupakan sektor industri

keletihan emosi; c) keletihan emosi merupakan pengantara yang menghubungkan persepsi sokongan organisasi dan tingkah laku kerja tidak produktif; dan d) PKBO merupakan penyederhana

-- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi

Bahaya (hazard) adalah agen-agen biologis, kimia, maupun fisika yang terdapat dalam pangan dan berpotensi untuk menyebabkan efek buruk bagi kesehatan. Evidence base adalah

Hukum Gauss memberikan kemudahan dalam mencari E atau D untuk Hukum Gauss memberikan kemudahan dalam mencari E atau D untuk distribusi muatan yang simetris

Oleh karena itu, ANIMA CONSULTING hadir sebagai solusi yang tepat bagi semua orang yang membutuhkan mitra yang handal dan dapat dipercaya dalam menghadapi berbagai

Membentuk Tim Percepatan Pengembangan Kawasan Teknopolitan Provinsi Lampung di lahan BPPT Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016 dengan susunan personalia