• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH demam thypoid pada anak

N/A
N/A
Eka Wahyuni

Academic year: 2022

Membagikan "MAKALAH demam thypoid pada anak"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENGKAJIAN SISITIM GASTROINTESTINAL PADA ANAK DENGAN THYPOID

Ditulis sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah pengkajian keperawatan Anak lanjut

OLEH

1. EKA WAHYUNI BP 2221312008 2. EMA SURIANI BP 2221312019

Dosen

Dr. Ns. Meri Neherta, M. Biomed

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

UNIVERSITAS ANDALAS 2022

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengkajian sistim gastrointestinal pada anak dengan thypoid”.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman.

Padang, September 2022

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang………. 4

1.2. Tujuan penulis……….5

1.2.1. Tujuan umum 1.2.2. Tujuan khusus BAB II. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Thypoid ……….7

2.2. Etiologi……….7

2.3. Anatomy Sistem Pencernaan………7

a. Mulut b. Taring c. Esofagus d. Lambung e. Usus Halus f. Usus Besar g. Anus h. Organ Pencernaan Tambahan 2.4. Patofisiologi dan Pathway……… 14

2.5. Manifestasi Klinis……… ..17

2.6. Komplikasi………..18

2.7. Pemeriksaan Diagnostik………..18

2.8. Pengkajian Keperawatan……….20

2.10. Penatalaksanaan Keperawatan………..23

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan……….26

3.2. Saran………...26

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).

Rentang ini berbeda antara anak satu dengan lain mengingat latar belakang anak berbeda.

(Hidayat, Alimul Aziz A. 2009).

Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan, perkembangan dan rentang sakit. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, bersifat kuantitatif sehingga bisa di ukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran, panjang (cm, meter).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur. Dalam proses berkembangnya anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. (Cahyaningsih, Sulistyo Dwi, 2011).

Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal.

Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status

kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung (Hidayat, Alimul Aziz A, 2009).

Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis tersebut adalah demam tifoid, yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan yang kurang, hygiene pribadi serta perilaku masyarakat. (Mutiarasari dan Handayani, 2017).

(5)

Typhus abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus halus. typhus abdominalis sering dikenal juga dengan demam typhoid, typhoid dan para typhoid dan enteric fever. Typhus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratyphi C.

Penyakit typhus adalah penyakit yang mengancam hidup seseorang yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Di US sekitar 400 kasus terjadi setiap tahun, dan 75%

terjadi ketika sedang traveling keluar negeri. Penyakit typhus masih muncul di negara berkembang, yang menjangkiti hampir 21.5 juta orang setiap tahun.

Bakteri Salmonella Typhi tinggal hanya di tubuh manusia. Orang dengan tipes membawa bakteri pada aliran darah mereka dan jalur usus. Sejumlah orang yang disebut sebagai pembawa, walau telah sembuh akan berkelanjutan membawa terus bakteri tersebut. Baik orang yang sakit atau pembawa bakteri S. Typhi akan mengeluarkan bakteri itu melalui kotorannya. Setiap orang dapat terjangkit typhus jika makan atau minum yang telah tersentuh oleh orang yang terkena bakteri S. Typhi atau jika tempat pembuangan terkontaminasi dengan bakteri S. Typhi, juga jika masuk dalam air yang diminum atau air untuk mencuci makanan. Penyakit typhus masih umum terjadi didunia dimana kebiasaan mencuci tangan belum umum dan air terkontaminasi dengan tempat pembuangan. Sekali saja bakteri S. Typhi termakan atau terminum, mereka akan berlipat ganda dan menyebar ke aliran darah. Tubuh akan bereaksi dengan cara demam atau tanda/gejala lainnya.

Di daerah endemic typhoid, insiden tertinggi pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi yang sembuh sendiri dan dapat menjadi kebal. Insiden 70 – 80 % pada usia 12 – 30 tahun, 10 –20 % pada usia 30 – 40 tahun, dan 5 – 10 % pada usia di atas 40 tahun, sedangkan insiden jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan yang jelas.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin membuat makalah tentang pengkajian anak dengan demam typhoid.

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada anak dengan demam typhoid.

(6)

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penulisan ini adalah

 Mengetahui pengertian dari demam typhoid.

 Mengetahui etiologi demam typhoid.

 Mengetahui anatomi gastrointestinal

 Mengetahui patofisiologi (phathway) demam thypoid

 Mengetahui manifestasi klinis demam thypoid

 Mengetahui komplikasi pada demam thypoid

 Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada demam thypoid

 Mengetahui pengkajian keperawatan pada anak dengan demam thypoid

 Mengetahui diagnose keperawatan pada anak dengan demam thypoid

 Mengetahui rencana keperawatan pada anak dengan demam thypoid

 Mengetahui penatalaksanana keperawatan pada anak dengan demam thypoid

(7)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Demam Thypoid

Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. (Lestari Titik, 2016).

Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013)

Jadi, tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran yang disebabkan oleh infeksi bakteri salmonella typhi.

2.2 Etiologi demam thypoid

Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).

2.3 Anatomi sistim pencernaan

Sistem GI merupakan suatu saluran berbentuk slang berlekuk yang panjang, yang

(8)

memanjang dari mulut sampai anus. Begitu makanan masuk ke dalam mulut, makanan menjadi objek dari bermacam-macam proses yang memindahkan makanan dan memecahnya menjadi produk akhir yang dapat diabsorpsi dari lumen usus halus ke dalam darah atau limfe.

Sistem Gastrointestinal ini terdisi atas mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Organ pencernaan tambahan meliputi hati, kandung empedu, dan pancreas.

a. Mulut

Mulut, juga disebut rongga oral atau bukal, dilapisi membran mukosa dan ditutupi oleh bibir, pipi, palatum (langit-langit) dan lidah.

Bibir dan pipi

Merupakan otot rangka yang ditutup dari luar oleh kulit. Fungsi bibir dan pipi adalah menjaga makanan tetap dalam mulut selama mengunyah. Palatum terdiri atas palatum durum dan palatum mole.

Palatum durum melindungi tulang di atas mulut dan menjadi permukaan yang keras bagi lidah mendorong makanan. Palatum mole yang berbatasan dengan palatum durum dan berakhir di belakang mulut sebagai suatu lipatan yang disebut uvula, dipenuhi oleh otot.

Ketika makanan ditelan, palatum mole meninggi sebgai refleks untuk menutup orofaring.

Lidah

tersusun dari otot rangka dan jaringan ikat, mengandung mukosa dan

(9)

kelenjar serosa, pucuk pengecap, dan papita. Lidah mencampur makanan dengan saliva selama mengunyah, membentuk makanan menjadi bolus (massa), dan memulai menelan. Beberapa papila memiliki permukaan yang kasar untuk memfasilitasi penjilatan dan menggerakkan makanan, sedangkan papila lain menaungi pucuk pengecap.

Saliva

Mengencerkan makanan sehingga makanan dapat dibentuk menjadi bolus, yang melarutkan zat-zat kimia dalam makanan agar makanan tersebut dapat dirasa. Selalin itu, saliva mengandung enzim (seperti amilase) yang memulai pemecahan kimiawi dari polisakarida. Saliva diproduksi oleh kelenjar air liur (parotid, submaksilaris, dan sublingual), yang sebagian besar terletak di atas atau di bawah mulut dan mengaliri mulut. Gigi permanen orang dewasa berjumlah 32 buah.

Gigi mengunyah (mastikasi) dan menggiling makanan serta memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang dicampur dengan saliva.

b. Faring

Faring terdiri atas orofaring dan laringofaring. Kedua struktur tersebut menjadi jalan masuk bagi makanan, cairan, dan udara. Faring tersusn dari otot rangka dan dilapisi oleh membran mukosa. Otot rangka memindahkan makanan ke esofagus melalui faring dengan cara peristaltis (gelombang kontraksi daan relaksasi dari otot taksadar yang saling berganti). Mukosa faring mengandung kelenjar penghasil mukosa yang menghasilkan cairan untuk memudahkan pergerakan bolus makanan ketika ditelan.

c. Esofagus

Esofagus merupakan sebuah tuba berotot yang panjangnya sekitar 25 cm dan menjadi saluran makanan dari faring ke lambung. Epiglotis, suatu katup tulang rawan di atas laring, yang menjaga makanan masuk ke laring ketika menelan.

Esofagus memanjang turun ke rongga dada dan diafragma, lalu memasuki

lambung pada orifisium kardiak lambung. Sfingter gastroesofageal menyelubungi

(10)

orifisium ini. Bersama diafragma, sfingter ini menjaga orifisium tetap tertutup ketika makanan tidak ditelan.

d. Lambung

Lambung terletak di sebelah kiri atas rongga abdomen dan terhubung pda esofagus di ujung atas dan usus di ujung bawah. Lambung normalnya memiliki panjang kira-kira 25 cm dan merupakan organ yang dapat meregang yang mampu menampung sampai volume 4 liter makanan dan air. Lambung dibagi menjadi regio kardiak lambung, fundus, korpus, dan pilorus. Sfingter pilorus mengendalikan pengosongan lambung ke bagian duodenum dari usus halus.

Lambung adalah tempat menyimpan makanan yang kemudian dipecah secara mekanis, memulai proses pencernaan protein, dan mencampur makanan dengan asam lambung menjadi cairan kental yang dinamakan kimus.

Lambung dilapisi epitel kolumnar, yaitu sel-sel penghasil mukosa. Epitel tersebut memiliki jutaan lubang keluar asam lambung sehingga kelenjar gastrik dapat menghasilkan 4-5 liter asam lambung per hari. Kelenjar gastrik mengandung berbagai sel-sel sekretorik yang menghasilkan substansi atau zat untuk melindungi lambung dari tercerna oleh asam lambung, menyekresi asam hidroklorat dan faktor intrinsik,dan membantu mengatur motilitas gastrik.

Sekresi asam lambung juga berada dalam pengendalian saraf dan endokrin (hormon). Perangsangan saraf vagus (parasimpatis) meningkatkan aktivitas sekresi; sebaliknya, perangsangan saraf simpatis menurunkan sekresi. Pencernaan mekanis dicapai melalui gerakan peristaltik yang mengaduk dan mencampur makanan dengan asam lambung untuk membentuk kimus. Setelah seseorang makan makanan yang cukup kenyang, lambung benar-benar kosong setelah kira- kira 4-6 jam. Pengosongan lambung bergantung pada volume, komposisi kimia, dan tekanan osmotik dari isi lambung. Lambung mengosongkan sejumlah besar isi cairan lebih cepat, sedangkan pengosongan lambung melambat karena makanan yang padat dan lemak.

e. Usus Halus

Usus halus berawal dari sfingter pilorus dan berakhir pada taut ileosekal pada jalan masuk dari usus besar. Usus halus memiliki panjang kira-kira 6 m, tetapi diameternya hanya sekitar 2,5 cm. Usus halus memiliki tiga regio: duodenum,

(11)

jejunum, dan ileum. Duodenum bermula pada sfingter pilorus dan menyelubungi kaput pankreas sekitar 25 cm. Baik enzim pankreas maupun empedu dari hati masuk ke dalam usus halus pada duodenum. Jejunum terletak di tengah usus halus memiliki panjang sekitar 2,4 m. Ileum merupakan ujung akhir dari usus halus dan memiliki panjang 3,6 meter dan menyatu dengan usus besar di katup ileosekal.

f. Usus besar

Usus besar (kolon) berawal pada katup ileosekal dan berujung pada anus (gambar 21-5). Panjang usus besar adalah sekitar 1,5 meter dan mencakup sekum, umbai cacing, kolon, rektum, dan kanal anus. Kolon dibagi menjadi kolon asenden, tranversum, dan desenden. Rektum adalah suatu struktur selubung berlapis mukosa dengan panjang sekitar 12 cm. (gambar 21-6). Rektum berujung pada kanalis anus, yang berakhir di anus, suatu area yang tak berambut dan berwarna gelap. Taut anorektal memisahkan rektum dari kanalis anus dan dapat mengalami hemoroid internal (kumpulan vena yang berdilatasi pada jaringan anus yang membengkak).

Fungsi utama usus besar adalah mengeluarkan sisa makanan yang tak tercerna dari tubuh. Usus besar mengabsorpsi air, garam, dan vitamin yang dibentuk oleh sisa makanan dan bakteri. Kimus semicair yang melewati katup ileosekal dibentuk menjadi feses ketika bergerak melewati usus besar oleh peristaltis. Sel-sel goblet yang terdapat pada dinding mukosa usus besar menyekresi mukus untuk memfasilitasi pelumasan dan pengeluaran feses.

g. Anus

anus manusia terletak di bagian tengah bokong, bagian posterior dari peritonium.

Pembukaan dan penutupan anaus di atur oleh otot sphincter. Terdapat 2 otot sphincter anal (sebelah dalam dan luar). Otot ini membantu menahan feses saat defekasi. Salah satu dari otot spinkter merupakan otot polos yang bekerja tanpa perintah, sedangkan lainnya merupakan otot rangka. Feses di buang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus.

h. Organ Pencernaan Tambahan

(12)

Hati, kandung empedu, dan pankreas eksokrin adalah organ pencernaan tambahan.

Hati memproduksi empedu yang penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak, dan menyimpannya di kandung empedu. Hati juga menerima nutrien yang diabsorpsi oleh usus halus dan memetabolisme atau menyintesis nutrien ini sehingga nutrien dibentuk sedemikian rupa untuk digunakan oleh sel tubuh.

Pankreas eksokrin memproduksi enzim yang penting untuk mencerna lemak, protein, dan karbohidrat.

 Hati dan Kandung Empedu

Hati memiliki berat kira-kira 1,4 kg pada orang dewasa berukuran rata- rata. Hati terletak pada sisi kanan abdomen, inferior terhadap diafragma, dan anterior terhadap lambung. Ligamen mesentrik memisahkan lobus dekstra dan sinistra dan menyangga hati pada diafragma dan dinding abdominal anterior. Hati dibungkus dalam kapsula fibroelastis, yang disebut dengan kapsula glisson Jaringan hati terdiri atas unit-unit yang dinamakan lobulus, yang tersusun dari lempeng-lempeng hepatosis (sel-sel hati). Fungsi pencernaan utama dari hati adalah mengahsilkan empedu.

 Empedu

adalah suatu larutan encer berwarna kehijauan yang mengandung garam empedu, kolesterol, bilirubin, elektrolit, air, dan fosfolipid. Zat-zat ini penting untuk mengemulsifikasi dan meningkatkan absorpsi lemak.

Empedu dipekatkan dan disimpan dalam kandung empedu, suatu kantong kecil tertutup di permukaan bawah hati.

 Pankreas Eksokrin

Pankreas, suatu kelenjar yang terletak di antara lambung dan usus halus, adalah organ penghasil enzim yang utama dari sistem pencernaan.

Pankreas eksokrin dinamakan juga dengan kelenjar segi tiga, yang berlokasi disepanjang abdomen, dengan ujungnya dekat limpa dan kaputnya dekat dengan duodenum. Posisi korpus dan kauda adalah retroperitoneal, terletak di belakang kurvatura mayor lambung. Pankreas

(13)

sebenarnya dua organ yang menjadi satu,memiliki struktur dan fungsi eksokrin dan endokrin.

Fungsi pencernaan dan metabolik utama hati a. Menyekresi emedu

b. Menyimpan vitamin larut lemak (A,D,E dan K) c. Memetabolisme bilirubin

d. Menyimpan daran dan melepaskan darah keperedaran umum ketika perdarahan

e. Menyintesis protein prasma untuk mempertahankan tekanan onkontik plasma

f. Menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein untuk digunakan sebagai energi atau simpanan sebagai jaringan adipose

g. Menyintesis fosfolipid dan kolesterol yang penting untuk produksi garam empedu, hormon steroid, dan membran plasma

h. Mengubah asam amino menjadi karbohidrat melalui deaminasi i. Melepaskan glukosa pada waktu hipoglikemia

j. Mengambil glukosa pada waktu hiperglikemia dan menyimpan sebagai glikogen atau mengubahnya menjadi lemak.

k. Mengubah bahan kimia, molekul asing, dan hormon menjadi tidk begitu toksik.

l. Menyimpan besi sebagai feritin, yang dilepaskan ketika diperlukan untuk produksi sel darah merah.

Sebelum memasuki duodenum (sehingga geta pankreas dan empedu dari hati masuk usus halus bersama-sama). Pankreas memproduksi sebanyak 1- 1,5 L getah pankreas perhari. Getah pankreas bentuknya bening dan memiliki kandungan bikarbonat yang tinggi. Cairan basa ini menetralkan kimus yang bersifat asam seperti asam ketika memasuki duodenum, mengoptomalkan pH untuk aktivitas enzim usus dan pankreas . sekresi getah pankreas dikendalikan oleh saraf vagus dan hormon usus sekretin dan kolokistokinin. Geta pankreas mengandung enzim yang membantu pencernaan semua jenis makanan : lipase meningkatkan pemecahan dan

(14)

absorbsi lemak : amilase menyempurnakan pencernaan polisakarida : dan tripis, kimotripsin, dan kakrboksipeptidase yang bertanggung jawab untuk sebagian dari semua protein yang dicerna. Nuklease memecah asam nukleat.

 Metabolisme

Setelah karbohidrat, lemak, dan protein dimakan, dicerna, diabsorbsi, dan diangkut melewati membran sel. Maka harus dimetabolisme untuk menghasilkan dan menyediakan energi untuk mempertahankan hidup.

Metabolisme adalah proses reaksi biokimia yang terjadi dalam sel tubuh.

2.4 PATHWAY/ Patofisiologi

2.4.1 Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus sel- sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016).

Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella

(15)

thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi).

(Lestari Titik, 2016).

Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi pada mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses. (Lestari Titik, 2016).

2.4.2 Pathway

(16)

Saluran Pencernaan Salmonella Thypi

lambung Usus halus

Dimusnahkan oleh asam lambung

Komplikasi - Perporasi - perdarahan usus Jaringan limfoid

Plaque penyeri

Lamina profia

Kelenjer limfe mesentria

Hipertropi ductus torocicus

Aliran darah

Organ RES (Hati dan limfe)

Tidak di fagosit

Kuman di fagosit imflamasi

endotoksin Kelenjer limfoid

intestinal limfe

hati Mati

Penurun an nafsu makan

Penurunan nafsu makan mual

Demam Tukak

splenomegali hepatomegali

ulkus perdarah

an Intoleransi

aktifitas

hipertermi menemb

us Kurang

volume cairan Merangsang

ujung syaraf

(17)

2.5 Manifestasi klinis pada demam thypoid

Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.

Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016)

a. Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur- angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah- pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

perforasi Nyeri perabaan

Nyeri akut

konstipasi - penumpukan tinja

- berkurangnya tonus pada otot intestinal lambung

- distensi abdomen

(18)

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik- bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.

d. Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan.

Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

2.6 Komplikasi pada anak dengan demam thypoid

a. komplikasi intestinal: Perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.

b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trobositopenia dan syndrome uremia hemolitik.

3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu: hepatitis, dan kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal: glomerulus nefritis, pyelonephritis dan perinepritis.

6) Komplikasi pada tulang: osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meninggiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia. (Lestari Titik, 2016).

(19)

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang pada anak dengan typoid antara lain:

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

 Tehnik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

 Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

 Vaksinasi di masa lampau

(20)

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

 Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

d. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi.

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum klien dengan demam typhoid juga terdapat pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.

Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal dari tubuh kuman).

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H (berasal dari flagel kuman).

3) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan anti-gen VI (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

e. Kultur

Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua hingga minggu ketiga.

f. Anti Salmonellat yphi IgM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam

(21)

2.8 Pengkajian Keperawatan Pada Anak dengan Demam Thypoid

Pengkajian adalah langkah pertama dalam mengidentifikasi diagnosis keperawatan dan perencanaan asuhan bagi setiap Anak

Riwayat keperawatan awal masuk adalah pengumpulan data yang sistemik tentang anak dan keluarga yang memungkinkan perawat untuk memecahkan asuhan keperawatan (Wong, 2009).

Adapun yang perlu dikaji pada klien dengan thypoid adalah:

1. Data umum identitas klien

Penyakit ini sering ditemukan pada semua usia dari bayi di atas satu tahun hingga dewasa. Dalam data umum ini meliputi nama klien, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang dipakai, suku, pendidikan, golongan darah, nomor register, tanggal MRS dan diagnosa medis (wahid,2013).

2. Kesehatan umum 2.1 Keluhan utama

Merupakan alasan utama masuk rumah sakit atau keluhan utama klien masuk dengan menderita demam thypoid yaitu alasan spesifik untuk kunjungan klinik atau rumah sakit. Dengan adanya berbagai keluhan tersebut dapat dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini sebagai deskripsi masalah tersebut (Wong, 2009).

Pada klien penderita demam thypoid keluhan utama yang akan muncul berupa demam tinggi (hipertermi) yang berkepanjangan, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta nafsu makan berkurang (terutama pada masa inkubasi) (Sodikin, 2011).

2.2 Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan keluhan utama dari paling awal saat dirumah, lalu saat di rumah sakit, pada saat pengkajian dan sampai perkembangan saat ini yang membantu untuk membuat rencana tindakan keperawatan (Wong, 2009).

Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur baik pada setiap harinya, biasanya menurun pada

(22)

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadan demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga (Sodikin, 2011).

2.3 Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan berisi tentang informasi yang berhubungan dengan adanya semua aspek status kesehatan klien yang telah ada sebelumnya dan memfokuskan untuk beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam pengkajian riwayat orang dewasa, seperti riwayat kelahiran, riwayat pemberian makanan secara rinci, imunisasi dan pertumbuhan dan perkembangan (Wong, 2010).

Untuk mengetahui lebih lanjut riwayat dahulu apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, sebelumnya masuk rumah sakit dan juga untuk mengetahui adanya relaps.

2.4 Riwayat penyakit keluarga

Pada saat pengkajian perlu ditanyakan pada pasien maupun anggota keluarga apakah sebelumnya ada keluarga yang menderita demam thypoid sehingga bisa terjadi adanya penularan.

2.5 Pola Kesehatan sehari-hari 1. Nutrition

Kecenderungan berat badan penderita demam thypoid ini akan mengalami perubahan terjadinya berat badan karena mengalami penurunan nafsu makan. Pada penderita pasien demam thypoid ini yang akan dirasakannya berupa gejala yang muncul yaitu rasa mual, muntah, anorexia kemungkinan juga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nugroho, 2011).

2. Elimination and Change

Pada demam thypoid ini biasanya terjadi konstipasi dan diare atau

(23)

mungkin normal. Pada sistem integument dengan demam thypoid ditemukan gejala seperti dada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kepiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam (Sodikin, 2011).

3. Activity/Rest

Data yang sering muncul pada pasien demam thypoid adalah mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh sehingga pasien merasa gelisah pada saat untuk beristirahat ataupun saatnya untuk tidur. Klien mengalami penurunan pada aktivitas. Karena badan klien sangat lemah dan klien dianjurkan istirahat karena adanya peningkatan suhu tubuh yang berkepanjangan.

4. Personal Hygiene

Untuk memenuhi kebutuhan kebersihan badan pasien demam thypoid ini akan di bantu oleh keluarga atau perawat, karena pasien merasa lemas sehingga menghambat dalam melakukan kegiatan perawatan badan.

2.9 Pemeriksaan fisik pada anak dengan thypoid

o Keadaan umum : Pasien lemas dan akral panas

o Tingkat kesadaran : Perlu di observasi karna akan mengalami

penurunan kesadaran seperti apatis atau samnollen walaupun tidak merosot.

o TTV : Tekanan darah pada penderita demam thypoid

normal 110/80-120/80 mmHg, dan suhu tubuh akan menigkat yang disebabkan oleh salmonella thypi hingga 390C-400C , respirasi akan mengalami peningkatan atau tidak karna pasien demam thypoid bisa mengalami sesak nafas, nadi akan normal/tidak.

(24)

o Pemeriksaan kepala

Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat lesi Palpasi : tidak ada nyeri tekan

o Pemeriksaan mata

Inspeksi: konjungtiva anemis Palpasi: tidak ada nyeri tekan o Pemeriksaan hidung

Inspeksi: tidak terdapat cuping hidung Palpasi: tidak ada nyeri tekan

o Pemeriksaan mulut dan Faring

Inspeksi: mukosa bibir pecah-pecah dan kering, ujung lidah kotor berwarna putih tebal dan tepinya berwarna kemerahan.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

o Pemeriksaan thorax

 Pemeriksaan paru

Inspeksi: respirasi rate mengalami peningkatan Palpasi: tidak adanya nyeri tekan

Perkusi : paru sonor

Auskultasi: tidak terdapat suara tambahan

 Pemeriksaan jantung

Inspeksi: ictus cordis tidak nampak, tidak adanya pembesaran

Palpasi: biasanya pada pasien dengan demam thypoid ini ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi didapatkan takikardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

Perkusi: suara jantung pekak

Auskultasi: suara jantung BJ 1”LUB” dan BJ 2”DUB” terdengar normal, tidak terdapat suara tambahan

o Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : bentuk simetris

(25)

Auskultasi : bising usus biasanya diatas normal (5-35x/menit) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian epigastrium Perkusi : hipertimpani

o Pemeriksaan integument

Inspeksi : terdapat bintik-bintik kemerahan pada punggung dan ekstermitas, pucat, berkeringat banyak

Palpasi : turgor kulit, kulit kering, akral teraba hangat o Pemeriksaan anggota gerak

Kekuatan otot menurun, kelemahan pada anggota gerak atas maupun bawah

o Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus

Pada penderita demam thypoid ini biasanya kadang-kadang terjadi diare atau konstipasi, produksi kemih pasien akan mengalami penurunan.

2.10 Diagnosa Keperawata

Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul 1. Hipovolemia

2. Devisit nutrisi 3. Hiportermia

4. Termoregulasi tidak efektif 5. Nyeri

6. Intoleransi aktivitas

7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit

2.11 Penatalaksanaan keperawatan

Penatalaksanaan penyakit typhoid menurut (Wulandari dan Erawati,2016) dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Istirahat dan perawatan

Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur,

(26)

pakaian dan perlengkapan yang dipakai. Posisi perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

b. Diet dan terapi penunjang

Diet meurpakan hal yang cukup penting karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Penderita typhoid diberi bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi, perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan penderita. Pemberian bubur saring tersebut bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Tetapi, beberapa peneliti menunjukan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita demam typhoid.

c. Pemberian antibiotik 1.) Antimikroba

 Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/IV

 Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral

 Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametokazol 400 mg + trimetoprim 80 mg atau dosis yang sama IV dilarutkan dalam 250 ml cairan infus)

 Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/IV dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.

2.) Antipiretik seperlunya,

3.) Vitamin B kompleks dan Vitamin C (Wulandari, 2016).

BAB III PENUTUP

(27)

1. Kesimpulan

Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. (Lestari Titik, 2016).

Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran. Adapun ciri-ciri penyakit ini antara lain, demam yang khas yaitu demam meningkat Ketika di malam hari dan menurun pada pagi hari, Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan. penatalaksanan keperawatan yang di berikan pada anak dengan demam thypoid ini adalah istirahat atau tirah baring, diet makanan yang bergizi serta terapi farmakologi.

2. Saran

agar mahasiswa keperawatan mampu dan memahami penyakit demam thypoid dengan baik dan juga dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan demam thypoid

DAFTAR PUSTAKA

Apriyadi dan Sarwili. (2018). Perilaku Higiene Perseorangan dengan Kejadian Demam Tyfoid. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 8 No. 1.

(28)

Bahar, dkk. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesembuhan Paien Penderita Demam Typoid Di Ruang Perawatan Interna RSUD Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 6.

Cahyaningsih, Sulistyo Dwi. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Tim.

Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.

Nursalam, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Peratiwi, Donna. (2015). Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Hasil Pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) Menggunakan Grafik Warna Urine Pada Remaja Kelas 1 dan 2 Di SMAN 63 Jakarta. Jakarta : Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Wijayaningsih Kartika Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Tim

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar dapat dimengerti komputer.. Perangkat

keletihan emosi; c) keletihan emosi merupakan pengantara yang menghubungkan persepsi sokongan organisasi dan tingkah laku kerja tidak produktif; dan d) PKBO merupakan penyederhana

Oleh karena itu, ANIMA CONSULTING hadir sebagai solusi yang tepat bagi semua orang yang membutuhkan mitra yang handal dan dapat dipercaya dalam menghadapi berbagai

Membentuk Tim Percepatan Pengembangan Kawasan Teknopolitan Provinsi Lampung di lahan BPPT Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016 dengan susunan personalia

-- Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi

SQL Server 7.0 merupakan aplikasi DBMS yang sangat berguna bagi user yang memerlukan informasi dari suatu perusahaan atau departemen tertentu yang terkait dengan aplikasi ini.SQL

Penulisan skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Penulisan ini tidak menjadi sebuah skripsi

Hukum Gauss memberikan kemudahan dalam mencari E atau D untuk Hukum Gauss memberikan kemudahan dalam mencari E atau D untuk distribusi muatan yang simetris