• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran benih sebagai sarana utama agribisnis tidak dapat digantikan oleh sarana yang lain. Berkembang atau tidaknya usaha agribisnis sangat ditentukan oleh perkembangan perbenihannya, oleh karena itu agar usaha agribisnis dapat maju dan berkembang, maka sistem dan usaha perbenihan harus tangguh.

Ketersediaan benih bermutu sangat strategis karena merupakan tumpuan utama untuk mencapai keberhasilan dalam usaha budidaya hortikultura. Potensi hasil suatu varietas unggul ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Untuk menghasilkan produk hortikultura yang bermutu prima dibutuhkan benih bermutu tinggi, yaitu benih yang mampu mengekspresikan sifat-sifat unggul dari varietas yang diwakilinya. Mengingat pentingnya arti benih maka diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi, memperbaiki mutu, memperbaiki distribusi, meningkatkan pengawasan peredaran dan meningkatkan penggunaan benih bermutu dalam kegiatan agribisnis hortikultura.

Pembangunan perbenihan hortikultura ditujukan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan benih bermutu varietas unggul secara memadai dan berkesinambungan. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kerjasama yang erat antar instansi terkait yang menangani plasma nutfah, pemuliaan, produksi dan penyedia benih, distribusi, pengendalian mutu dan pengawasan peredaran benih, serta pengguna benih.

Pembangunan perbenihan hortikultura merupakan suatu sistem yang didukung oleh beberapa subsistem yang terdiri dari: subsistem pengembangan varietas untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan selera masyarakat; subsistem produksi dan distribusi benih; subsistem perbaikan mutu melalui sertifikasi dan pelabelan; dan subsistem kelembagaan dan peningkatan SDM. Keberhasilan dalam menggerakkan seluruh komponen tersebut sangat dipengaruhi oleh komponen pendukung antara lain lembaga perbenihan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah, sistem informasi, dan kesadaran konsumen dalam menggunakan benih bermutu.

(2)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 B. Maksud dan Tujuan

Renstra Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi merupakan perangkat untuk mencapai harmonisasi perencanaan pembangunan sub sektor perbenihan dan sarana produksi hortikultura secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergis baik dalam lingkup internal Direktorat Jenderal Hortikultura, internal Departemen Pertanian maupun secara eksternal dengan instansi lain di luar Departemen Pertanian. Renstra Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi tahun 2010 - 2014 merupakan acuan, arahan kebijakan dan strategi pembangunan sub sektor perbenihan dan sarana produksi hortikultura .

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 299/Kpts/ O.T.1140/ 7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, maka Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi mempunyai tugas “melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbenihan dan sarana produksi hortikultura”. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang benih tanaman buah, benih tanaman sayuran, benih tanaman hias dan biofarmaka, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produks hortikultura;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang benih tanaman buah, benih tanaman sayuran, benih tanaman hias dan biofarmaka, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produksi hortikultura;

3. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang benih tanaman buah, benih tanaman sayuran, benih tanaman hias dan biofarmaka, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produksi hortikultura;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman buah, benih tanaman sayuran, benih tanaman hias dan biofarmaka, penilaian varietas dan pengawasan mutu benih, serta sarana produksi hortikultura;

Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, Direktorat Jenderal Hortikultura mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :

1. Subdirektorat Benih Tanaman Buah; 2. Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran;

(3)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

3. Subdirektorat Benih Tanaman Hias dan Biofarmaka;

4. Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih; 5. Subdirektorat Sarana Produksi;

6. Subbagian Tata Usaha;

7. Kelompok Jabatan Fungsional;

Subdirektorat Benih Tanaman Buah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman buah.

Subdirektorat Benih Tanaman Sayuran mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman sayuran. Subdirektorat Benih Tanaman Hias dan Biofarmaka mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih tanaman hias dan biofarmaka.

Subdirektorat Penilaian Varietas dan Pengawasan Mutu Benih mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang benih penilaian varietas dan pengawasan mutu benih tanaman hortikultura.

Subdirektorat Sarana Produksi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sarana produksi hortikultura.

D. Proses Penyusunan Renstra

Renstra Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi 2010-2014 didasarkan pada Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura 2010-2014. Tahapan penyusunan Renstra Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi dilakukan melalui proses berpikir oleh seluruh jajaran Perbenihan dan Sarana Produksi secara berjenjang. Koordinasi dengan instansi terkait dalam bentuk berbagai wadah forum koordinasi/rapat-rapat mempengaruhi proses berpikir stratejik. Pengaruh-pengaruh serta kondisi eksternal baik dari birokrat, akademisi, legislator, produsen benih maupun penangkar benih, asosiasi alsin, pupuk, dan pestisida menjadi pertimbangan

(4)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

dalam menyusun Renstra. Dengan demikian Renstra yang tersusun dijiwai oleh semangat para pelaku pembangunan perbenihan dan saprodi hortikultura itu sendiri.

E. Alur Pikir

Bagan alur penyusunan Rencana Pembangunan Perbenihan dan Sarana Produksi tahun 2010 - 2014 sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Alur Penyusunan Renstra

F. Ruang Lingkup

Sesuai dengan peranan, mandat, tugas dan fungsi Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, maka dokumen Renstra Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi memuat : 1. Ruh, Visi dan Misi Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi

2. Tujuan dan Sasaran

3. Kondisi saat ini dan yang diinginkan dari beberapa indikator pembangunan perbenihan dan sarana produksi hortikultura

4. Analisis strategi kebijakan tentang potensi, masalah dan tantangan pembangunan perbenihan dan sarana produksi hortikultura

5. Strategi, kebijakan, program dan kegiatan pokok Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi tahun 2010-2014

RUH :

Bersih, Peduli, Tulus

Visi Misi Tujuan

ANALISIS STRATEJIK :

 Kondisi saat ini

 Kondisi yang diinginkan

Sasaran Strategi KEBIJAKAN :  Program  Kegiatan  Pokok IDENTIFIKASI :  Potensi  Masalah  Tantangan MANDAT :  PP No. 9/2005  Inpres No. 7/1999

(5)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

BAB II

RUH, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

A. Ruh

Sebelum merumuskan visi dan misi, perlu digariskan apa yang selayaknya menjadi ruh, yang

merupakan nilai (value) dan jiwa (spirit) yang melandasi pembangunan dan penyelenggaraan

pembangunan. Pembangunan khususnya sektor pertanian tanpa dilandasi ruh yang menjadi dasar pijakan akan kehilangan arah dan semangat yang akhirnya dapat menyimpang dari tujuan dan sasaran pembangunan, apalagi untuk sektor pertanian yang obyek pembangunannya adalah makhluk hidup, yakni manusia, hewan, tanaman dan

lingkungannya (human activity system), maka ruh pembangunan sangat diperlukan, agar

pembangunan tidak bersifat eksploitatif dan merusak kelestarian obyek pembangunan.

Seiring dengan semangat reformasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good

governance) oleh pemerintah yang bersih (clean government), maka selayaknya semangat reformasi ini dijadikan sebagai ruh di dalam pembangunan pertanian oleh Departemen Pertanian. Selain itu, semangat penyelenggaraan pemerintah yang baik oleh suatu pemerintahan yang bersih diharapkan dapat memperoleh hasil-hasil pembangunan untuk sebesar-besarnya kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain, ruh kepedulian harus menjadi nilai dan orientasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih. Tidak berlebihan jika Departemen Pertanian, termasuk Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian Indonesia melandaskan pada nilai dan ruh yang Bersih, Peduli dan Tulus

Bersih berarti bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), amanah, transparan dan

akuntabel. Peduli berarti memberikan fasilitasi, pelayanan, perlindungan, pembelaan dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (masyarakat pertanian) di atas kepentingan pribadi dan golongan (demokratis) dan aspiratif. Tulus berarti ikhlas, penuh pengabdian, jujur, dan memiliki integritas.

B. Visi

Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, maka Visi Pembangunan Perbenihan dan Sarana Produksi tahun 2009 - 2014 adalah

(6)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 mampu menyediakan kebutuhan benih bermutu varietas unggul dan sarana produksi bagi masyarakat secara mantap dan berkelanjutan”.

C. Misi

Dalam rangka mencapai visi pembangunan hortikultura tersebut, Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi mengemban Misi sebagai berikut :

 Merumuskan kebijakan perbenihan dan sarana produksi secara nasional dengan

memperhatikan kebijakan di propinsi serta kabupaten/kota.

 Mendorong dan memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya usaha perbenihan dan sarana

produksi serta memfasilitasi berkembangnya kerjasama / kemitraan bisnis antara kelompok penangkar dan pengusaha yang saling menguntungkan.

 Meningkatkan kualitas SDM aparat pemerintah pada instansi terkait maupun pelaku

agribisnis perbenihan dan sarana produksi.

 Mengembangkan inovasi dan adopsi teknologi perbenihan dan sarana produksi

 Mempromosikan penggunaan benih bermutu varietas unggul kepada masyarakat

agribisnis hortikultura

D. Tujuan

Sejalan dengan visi dan misi yang diemban, maka tujuan pembangunan perbenihan dan sarana hortikultura tahun 2010-2014 adalah :

1. Meningkatkan produksi benih bermutu varietas unggul sesuai dengan perkembangan teknologi dan permintaan pasar.

2. Memenuhi kebutuhan benih bermutu varietas unggul bagi masyarakat secara tepat jenis, tepat jumlah, dan tepat waktu, tepat tempat, dan harga yang layak.

3. Meningkatkan penerapan stándar mutu benih dalam menjamin mutu benih dan meningkatkan daya saing.

4. Mengembangkan inovasi dan adopsi teknologi Perbenihan dan Sarana Produksi 5. Mempromosikan penggunaan benih bermutu varietas unggul kepada masyarakat

6. Menggalakkan (mempromosikan) penggunaan benih bermutu varietas unggul oleh masyarakat, untuk meningkatkan produktivitas, untuk meningkatkan produktivitas, hasil dan mutu hasil, dalam upaya meningkatkan daya saing produk hortikultura.

7. Memberdayakan potensi nasional di bidang perbenihan dan meningkatkan peran swasta 8. Menentukan komoditas model bagi pengembangan industri perbenihan di daerah

(7)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

9. Menetapkan sistem perencanaan pembangunan perbenihan hortikultura berbasis pada kebutuhan riil masyarakat agribisnis.

10. Memfasilitasi sarana untuk memproduksi benih di BBH, BPSBTPH, Penangkar.

11. Memfasilitasi sarana produksi untuk meningkatkan produksi dan mutu produk hortikultura.

E. Sasaran

Sasaran pembangunan hortikultura tahun 2010 – 2014 adalah :

1. Terpenuhinya kebutuhan benih petani sesuai dengan jenis, varietas, mutu, jumlah, waktu , lokasi, dan harga yang tepat

2. Terjaminnya kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan dalam upaya memenuhi permintaan pasar domestik dan global

3. Terwujudnya usaha perbenihan yang tangguh dan mandiri dengan skala usaha yang layak secara komersial dan berkesinambungan

4. Terlengkapinya sarana untuk memproduksi benih di BBI, BPSBTPH, dan Penangkar 5. Meningkatnya sarana untuk meningkatkan produksi dan mutu produksi

(8)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

BAB III

CAPAIAN KINERJA TAHUN 2005 - 2009

Tingkat keberhasilan dalam pencapaian kinerja pembangunan perbenihan dan saprodi hortikultura diukur dari tiga indikator keberhasilan yaitu (1) peningkatan jumlah varietas unggul

yang tersedia untuk pengembangan agribisnis hortikultura; (2) peningkatan

produksi/ketersediaan benih bermutu; (3) peningkatan penggunaan benih bermutu ditingkat petani. Berdasarkan tiga indikator tersebut, maka kinerja pembangunan perbenihan hortikultura tahun 2005 – 2009 digambarkan sebagai berikut :

A. Pengembangan Varietas Hortikultura

Dalam rangka penyediaan varietas unggul hortikultura, setiap tahun pemerintah melakukan pelepasan varietas. Jenis dan varietas tanaman hortikultura yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 201 jenis yang terdiri dari 874 varietas, dengan rincian : a) 286 varietas dari 73 jenis tanaman buah; b) 523 varietas dari 105 jenis tanaman sayuran; c) 49 varietas dari 18 jenis tanaman hias; dan d) 16 varietas dari 5 jenis tanaman biofarmaka.

Tabel 1. Jenis Tanaman dan Jumlah Varietas Hortikultura Yang Telah Dilepas Oleh Menteri

Pertanian, Tahun 2005-2009

No Tanaman Jenis

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Jenis Var Jenis Var Jenis Var Jenis Var Jenis Var

1 Buah 16 52 16 71 14 70 11 35 16 58

2 Sayuran 23 95 27 162 18 107 18 76 19 83

3 Hias 1 1 0 0 1 5 9 25 7 18

4 Biofarmaka 1 5 0 0 2 9 2 2 0 0

Jumlah 41 153 43 233 35 191 40 138 42 159

Varietas hortikultura (buah, sayur, tanaman hias dan biofarmaka) yang dilepas berasal dari varietas lokal, hasil pemuliaan dalam negeri, dan introduksi hasil pemuliaan varietas dari luar negeri. Pelepasan varietas tanaman buah didominasi oleh varietas lokal, pelepasan varietas tanman sayur didominasi oleh hasil pemulian dalam negeri dan introduksi hasil pemuliaan luar negeri, pelepasan varietas tanaman hias didominasi oleh hasil pemuliaan dalam negeri, sedangkan pelepasan varietas tanaman biofarmaka didominasi oleh varietas lokal.

(9)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 B. Kebutuhan dan ketersediaan benih Hortikultura

Ketersediaan benih hortikultura berasal dari produksi dalam negeri dan impor. Produksi benih dalam negeri dilakukan oleh penangkar benih, perusahaan benih (swast) dan Balai Benih Hortikultura (BBH) dengan pengawasan mutu produksi benih dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH).

Ketersediaan benih hortikultura secara nasional yang dihasilkan oleh para penyedia benih dalam memenuhi target sasaran produksi dan kebutuhan benih bermutu dari tahun 2005 s/d 2009 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Kebutuhan Benih Tanaman Hortikultura Tahun 2005 – 2009

No Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009

I. Benih Buah (pohon)

1 Mangga 8,784,770 8,323,703 10,820,813 5,834,314 11,704,920 2 Durian 2,920,703 4,083,925 6,738,476 1,625,683 6,870,051 3 Jeruk 10,498,684 12,973,195 16,865,153 6,245,501 13,418,922 4 Manggis 615,143 907,069 1,587,370 407,972 979,134 5 Pisang 34,642,582 47,992,551 62,390,317 22,671,033 17,570,051 6 Rambutan 2,942,042 3,855,198 5,011,758 2,480,793 7,132,278 Total 60,403,924 78,135,641 103,413,887 39,265,296 57,675,356

II. Benih Sayuran (Ton)

1 Kentang 102,962 103,065 103,168 103,272 103,375 2 Bw. Merah 114,639 115,972 117,306 118,655 120,020 Jml Benih Umbi 217,601 219,037 220,474 221,927 223,395 3 Cabe 68 71 73 75 78 4 Kc. Panjang 2,430 2,438 2,446 2,454 2,462 5 Tomat 18 18 19 20 20 6 Buncis 1,153 1,200 1,248 1,297 1,349 7 Kangkung 1,226 1,277 1,328 1,381 1,436 8 Kol/kubis 20 20 20 20 20 9 Ketimun 97 101 105 109 114 10 Wortl 96 99 103 107 111 11 Petsai/Sawi 25 26 27 29 30 Jml Benih Biji 5,132 5,251 5,369 5,492 5,620 Total 222,733 224,288 225,843 227,419 229,015

III. Benih Tan. Hias (benih)

1 Anggrek 47,673,864 22,573,764 23,702,452 24,887,574 26,131,953 2 Gladiol 19,259,514 20,374,422 21,393,143 22,462,800 23,585,940 3 Krisan 39,202,853 95,936,425 100,733,246 105,769,908 111,058,403 4 Mawar 19,059,274 73,725,720 77,412,006 81,282,606 85,346,736 5 Melati 50,656,893 103,100,537 108,255,564 113,668,342 119,351,759 6 Sedap malam 154,408,363 101,518,291 106,594,205 111,923,915 117,520,111 Total 330,260,761 417,229,159 438,090,616 459,995,145 482,994,902

IV. Benih Tan. Biofarmaka (kg)

1 Jahe 15,242,960 11,039,568 11,260,359 11,485,566 11,715,277 2 Lengkuas 2,751,152 1,951,957 1,990,996 2,030,815 2,071,432 3 Kencur 2,607,405 3,895,377 3,973,284 4,052,749 4,133,804 4 Kunyit 6,065,271 8,683,868 8,857,545 9,034,695 9,215,389 5 Lempuyang 814,118 977,735 977,290 996,835 1,016,772 6 Temulawak 2,603,676 2,975,410 3,034,918 3,095,616 3,157,528 Total 30,084,582 29,523,915 30,094,392 30,696,276 31,310,202

(10)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

Tabel 3. Sasaran Produksi Benih Hortikultura Tahun 2005 – 2009

No Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009

I. Benih Buah (pohon)

1 Mangga 4,469,644 5,269,200 6,849,900 3,792,304 8,722,300 2 Durian 2,986,109 3,787,900 4,924,000 1,056,694 7,608,198 3 Jeruk 3,627,462 3,185,000 4,140,600 4,059,576 4,465,533 4 Manggis 152,389 189,900 246,900 265,182 636,437 5 Pisang 77,324 68,500 89,000 9,068,413 7,028,020 6 Rambutan 2,631,786 2,344,400 3,047,700 1,612,515 4,635,981 Total 13,944,714 14,844,900 19,298,100 19,854,684 33,096,469 II. Benih Sayuran (Ton)

1 Kentang 4,221 5,256 6,159 8,066 12,405 2 Bw. Merah 6,420 7,991 9,524 18,522 20,403 Jml Benih Umbi 10,641 13,247 15,683 26,588 32,808 3 Cabe 24 28 31 50 78 4 Kc. Panjang 219 268 317 1,443 2,462 5 Tomat 8 10 11 12 13 6 Buncis 17 24 37 384 459 7 Kangkung 552 753 830 1,381 1,436 8 Kol/kubis 14 15 15 14 15 9 Ketimun 24 30 36 109 114 10 Wortel 2 3 4 7 8 11 Petsai/Sawi 9 12 13 23 24 Jml Benih Biji 868 1,143 1,296 3,424 4,610 Total 11,509 14,390 16,979 30,012 37,418 III. Benih Tan. Hias (benih)

1 Anggrek 4,299,764 4,514,753 4,740,490 4,977,514 5,226,389 2 Gladiol 3,880,842 4,171,905 4,484,798 4,821,157 5,182,743 3 Krisan 6,852,602 7,366,547 7,919,038 8,512,965 9,151,437 4 Mawar 5,266,123 5,661,082 6,085,663 6,542,087 7,038,743 5 Melati 7,364,324 7,916,648 8,510,397 9,148,676 9,834,826 6 Sedap malam 7,251,306 7,795,154 8,379,791 9,008,275 9,683,895 Total 34,914,961 37,426,089 40,120,177 43,010,674 46,118,033 IV. Benih Tan. Biofarmaka

1 Jahe 541,155 551,978 563,018 574278 585,763 2 Lengkuas 95,684 97,598 99,550 101,541 103,571 3 Kencur 190,950 194,769 198,664 202,637 206,690 4 Kunyit 425,680 434,193 442,877 451,734 460,769 5 Lempuyang 47,928 48,887 49,864 50,861 51,878 6 Temulawak 145,853 148,771 151,746 154,780 157,876 Total 1,447,250 1,476,196 1,505,719 1,535,831 1,566,547

(11)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

Tabel 4. Produksi Benih Hortikultura Tahun 2005 – 2009

No Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009

I. Benih Buah (pohon)

1 Mangga 4,053,235 3,575,054 4,830,111 5,519,907 7,835,510 2 Durian 2,805,865 3,882,740 3,588,478 4,045,932 5,587,255 3 Jeruk 2,450,057 2,530,822 2,433,381 4,343,707 5,873,604 4 Manggis 146,140 945,674 1,084,169 195,884 748,002 5 Pisang 52,683 59,120 1,454,573 408,627 1,192,534 6 Rambutan 1,803,384 1,775,573 1,733,816 4,287,593 3,870,633 Total 11,311,364 12,768,983 15,124,528 18,801,650 25,107,538 II. Benih Sayuran (Ton)

1 Kentang 5,493 6,019 7,679 8,066 13,481 2 Bw. Merah 1,065 4,255 9,524 18,522 27,410 Jml Benih Umbi 6,558 10,274 17,203 26,588 40,891 3 Cabe 26 32 34 50 58 4 Kc. Panjang 342 334 351 1,443 1,773 5 Tomat 21 13.502 14 12 18 6 Buncis 160 47.608 37 384 438 7 Kangkung 492 77.547 670 3,395 7,385 8 Kol/kubis 11 3.61 18 14 14 9 Ketimun 28 53.696 34 152 122 10 Wortel 3 2.386 4 7 8 11 Petsai/Sawi 13 22.316 12 24 25 Jml Benih Biji 1,096 587 1,175 5,482 9,842 Total 7,654 10,861 18,378 32,070 50,733 III. Benih Tan. Hias (benih)

1 Anggrek 6,965,394 13,127,244 13,925,430 15,317,973 16,849,770 2 Gladiol 605,038 650,415 699,200 789,222 848,414 3 Krisan 2,193,659 6,679,008 7,333,000 12,950,000 14,245,000 4 Mawar 382,507 310,758 318,167 342,029 367,681 5 Melati 1,787,170 1,921,208 2,065,300 2,331,207 2,506,048 6 Sedap malam 2,984,252 3,208,070 3,448,675 3,892,691 4,184,643 Total 14,918,020 25,896,703 27,789,772 35,623,122 39,001,556 IV. Benih Tan. Biofarmaka (kg)

1 Jahe 268,505 329,148 337,380 352,730 354,459 2 Lengkuas 43,888 44,766 45,885 47,973 48,207 3 Kencur 33,137 49,624 50,870 53,184 53,445 4 Kunyit 62,538 63,789 65,385 68,359 68,695 5 Lempuyang 9,703 9,897 10,145 10,597 10,658 6 Temulawak 23,964 24,443 25,060 26,199 26,328 Total 441,735 521,667 534,725 559,042 561,792

Sumber : diolah dari laporan BPSB dan BBH

1. Benih Tanaman Buah

Ketersediaan benih tanaman buah khususnya mangga, manggis, durian, jeruk, rambutan dan pisang dipenuhi oleh penangkar benih dan BBH. Sedangkan untuk benih tanaman buah semusim, sebagian masih dipenuhi dari impor, seperti : semangka, melon dan strawberry. Ketersediaan benih tanaman buah sangat tergantung dari permintaan yang tidak menentu, baik jumlah dan waktunya. Hal ini disebabkan sebagian besar tanaman buah merupakan tanaman keras dan tidak setiap tahun dilakukan penggantian tanaman

(12)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

kecuali untuk peremajaan, penyulaman dan pembukaan lahan baru. Namun demikian dari hasil monitoring selama tahun 2005 s/d 2009 ketersediaan benih buah meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan produksi benih buah-buahan sejak tahun 2005 – 2009 rata-rata sebesar 22,3 %. Sedangkan rata-rata-rata-rata ketersediaan benih buah dibandingkan kebutuhannnya sajak tahun 2005 – 2009 sebesar 28,2 %.

Permasalahan umum dalam penyediaan benih tanaman buah antara lain: (1) Memproduksi benih tanaman buah diperlukan waktu relatif lama antara 1 s/d 2 tahun tergantung dari komoditas, sedangkan permintaan benih seringkali mendadak; (2) Memproduksi benih dalam skala besar belum dapat dipenuhi oleh penangkar benih karena keterbatasan modal, keterbatasan SDM terampil dalam menerapkan teknologi perbanyakan benih dan tidak ada jaminan pemasaran; (3) Sistem informasi perbenihan belum berjalan dengan baik terutama tentang keberadaan sumber benih/mata tempel dari varietas-varietas unggul yang dikehendaki masyarakat sehingga ketersediaan sumber benih/mata tempel melimpah disuatu tempat tetapi kekurangan ditempat llain.

2. Benih Tanaman Sayuran

Ketersediaan benih tanaman sayuran dipenuhi dari produksi dalam negeri dan sebagian dari introduksi (impor). Produksi dalam negeri dilaksanakan oleh produsen benih swasta, penangkar dan Balai Benih Hortikultura (BBH). Pada benih sayuran jenis hibrida lebih banyak diproduksi oleh produsen benih skala besar seperti PT. East West Seed Indonesia dan PT. Tanindo Subur Prima. Sedangkan benih Open Pollinated (OP)/non hibrida adalah oleh pengusaha kecil dan menengah serta penangkar.

Penyediaan benih bawang merah hampir seluruhnya dilakukan oleh penangkar yang secara khusus sudah menerapkan teknologi budidaya dengan baik, namun masih ada petani yang menggunakan benih berasal dari hasil pertanamannya sendiri dengan memanfaatkan hasil panen musim tanam sebelumnya.

Ketersediaan benih kentang dalam negeri sebagian besar diperoleh dari produsen benih seperti Balai Benih Hortikultura, penangkar benih dan perusahaan swasta yang merupakan kerjasama dengan lembaga Litbang sebagai penyedia benih penjenis. Pertumbuhan produksi benih sayur sejak tahun 2005 – 2009 rata sebesar 61,0 %. Sedangkan rata-rata ketersediaan benih sayuran dibandingkan kebutuhannnya sajak tahun 2005 – 2009 baru mencapai 10,5 %.

(13)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 3. Benih Tanaman Hias

Ketersediaan benih tanaman hias belum seluruhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sebagian masih impor. Produksi benih dalam negeri dilakukan oleh penangkar, perusahaan dan Balai Benih Hortikultura (BBH) dengan pengawasan mutu yang dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) atau sertifikasi mandiri yang dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapat sertifikasi sistem mutu dari lembaga yang berwenang.

Ketersediaan benih tanaman hias selama tahun 2005 – 2009 cenderung meningkat setiap tahunnya rata – rata sebesar 29,6 %. Benih anggrek yang diproduksi pada umumnya berasal dari perbanyakan dengan biji, belum diperbanyak secara meriklon, sehingga benih yang dihasilkan jumlahnya terbatas, varietasnya beragam dan mutunya masih rendah. Sedangkan untuk krisan, mawar, melati benih diperbanyak dengan stek, gladiol dan sedap malam diperbanyak melalui umbi.

Pada periode 2005 – 2009 ketersediaan benih tanaman hias rata-rata baru dapat memenuhi sekitar 6,6 % dari kebutuhan. Masih rendahnya tingkat ketersediaan ini disebabkan karena trend tanaman hias ini cepat berubah, sehingga produsen benih tidak bisa mengikuti perkembangan selera masyarakat, selain itu juga keterbatasan ketersediaan benih sumber, dan jumlah penangkar, serta belum diterapkannya teknologi maju dalam perbanyakan benih. Namun jika ketersediaan dibandingkan dengan sasaran produksi sudah tercapai rata-rata sekitar 69,7 %.

4. Benih Tanaman Biofarmaka

Ketersediaan benih tanaman biofarmaka pada umumnya diperoleh dari produksi benih dalam negeri. Usaha produksi benih biofarmaka belum banyak dilakukan secara komersial, pada umumnya perbanyakan benih berasal dari pertanaman untuk konsumsi sehingga pertumbuhan penyediaannya lebih lambat dari komoditas lainnya seperti tanaman buah, sayur dan hias.

Pertumbuhan produksi benih biofarmaka sejak tahun 2005 – 2009 rata-rata sebesar 6,4 %. Sedangkan rata-rata ketersediaan benih biofarmaka dibandingkan kebutuhannya

(14)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 C. Pembinaan Pengawasan Mutu Benih

Salah satu upaya untuk mendapatkan benih bermutu dari varietas unggul adalah dengan cara pengawasan mutu dari calon benih yang akan dihasilkan. Hal tersebut harus ditempuh melalui proses sertifikasi benih sehingga mutu genetik maupun mutu fisik dapat terjamin. Pembinaan pengawasan mutu benih bertujuan agar mutu benih yang diproduksi oleh produsen sesuai dengan standar yang ditetapkan dan jaminan mutu tersebut dapat dirasakan oleh pengguna benih (petani).

Dalam rangka revitalisasi perbenihan, telah dilaksanakan penyempurnaan Peraturan Menteri Pertanian tentang penilaian dan pelepasan varietas, ijin produksi dan sertifikasi. Peraturan Menteri Pertanian tersebut akan ditindaklanjuti dengan Keputusan Direktorat Jenderal untuk pelaksanaan persiapan pelepasan varietas dan sertifikasi, yaitu :

1. Penyempurnaan Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura

Pedoman tersebut digunakan untuk melaksanakan uji adaptasi atau observasi dalam rangka mengajukan usulan pelepasan varietas.

2. Penyusunan Pedoman Sertifikasi Benih

Standar mutu benih sangat diperlukan dalam perdagangan untuk memberikan jaminan mutu kepada pengguna benih. Oleh karena itu, pedoman sertifikasi sangat diperlukan dalam memproduksi benih bermutu.

3. Akreditasi Laboratorium Penguji Benih

Pengujian mutu benih di laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui mutu suatu lot benih. Agar hasil uji optimal, maka metode yang digunakan harus sama, oleh karena itu laboratorium perlu menerapkan sistem mutu yang mengacu pada ISO 17025-2000 yang disempurnakan menjadi ISO 17025-2005 dan disertai dengan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional.

Sampai dengan tahun 2009, sudah ada 9 laboratorium penguji benih BPSB yang diakreditasi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, serta laboratorium Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Laboratorium BPSB Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan BBPMBTPH telah menambah ruang lingkup pengujiannya. Sebanyak empat laboratorium dalam proses akreditasi, yaitu BPSBTPH Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan,

(15)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Laboratorium BPSB lainnya dalam persiapan akreditasi.

D. Pengembangan Kelembagaan Perbenihan 1. Balai Benih Hortikultura (BBH)

BBH sebelum otonomi daerah merupakan instalasi kebun dinas dan setelah otonomi daerah ditingkatkan menjadi UPTD Pemerintah Propinsi. Saat ini BBH berjumlah 32 unit yang terdapat di 32 propinsi dan berperan dalam penyediaan benih sumber (Benih Dasar dan Benih pokok) serta membantu percepatan dalam penyediaan Benih Seabar. Propinsi yang baru (Papua Barat) sudah mendirikan BBH, hanya tugas dan fungsinya belum optimal. Untuk memproduksi dan memperbanyak benih tanaman buah lebih banyak dilakukan oleh BBH Pendem dan Salaman (Propinsi Jawa Tengah), BBH Pohjentrek (Propinsi Jawa Timur), BBH Pasir Banteng, Kasugengan (Propinsi Jawa Barat), BBH Anjungan (Propinsi Kalimantan Barat), BBH Sei Tiga (Propinsi Jambi), BBH Luwu (Propinsi Bali), BBH Bonto Bonto (Propinsi Sulawesi Selatan), BBH Pekalongan (Propinsi Lampung), BBH Narmada dan Sedau ( Propinsi NTB), serta BBH Amoito ( Sulawesi Tenggara).

Sedangkan BBH yang banyak memproduksi benih tanaman sayuran diantaranya adalah BBH Ngipiksari (propinsi DI Yogyakarta), BBH Modoinding (propinsi Sulawesi Utara), Kebun Benih Pengalengan ( propinsi Jawa Barat), serta BPBK Kledung (propinsi Jawa Tengah).

Untuk BBH yang banyak memproduksi benih tanaman hias diantaranya adalah BBH Gedung Johor (propinsi Sumatera Utara), Kebun Benih Margahayu (propinsi Jawa Barat), BBH Kairagi (propinsi Sulawesi Utara), BBH Alahan Panjang (propinsi Sumatera Barat), BBH Lebakbulus (propinsi DKI Jakarta), Kebun Benih Claket, serta Kebun Benih Sidomulyo (propinsi Jawa Timur).

Dalam upaya meningkatkan peran BBH telah diterbitkan Keputusan Menteri Pertanian No. 347/2003 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih hortikultura dan Tanaman Hortikultura.

2. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH)

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengawasan mutu benih tanaman, mulai dari proses produksim melalui sistem sertifikasi sampai benih siap

(16)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

diedarkan serta pengawasan mutu benih yang beredar. BPSB berkedudukan ditiap propinsi. Sampai dengan tahun 2009 sudah berdiri 33 BPSBTPH. Propinsi yang belum memiliki instansi/bagian yang menangani sertifikasi dan pengawasan peredaran benih adalah Kepulauan Riau.

BPSBTPH sebagai UPTD daerah, kedudukannya sangat beragam tergantung dari unit pertanian Pemerintah Daerah bersangkutan. Namun demikian tugas dan fungsi keduanya sebagian besar masih sama dengan kondisi sebelum berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah.

Laboratorium pada BPSBTPH yang sudah terakreditasi adalah propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi selatan, dan Balai Besar Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Sedangkan yang sedang dalam proses akreditasi adalah BPSBTPH propinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara. Balai Besar Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan hortikultura sudah menjadi anggota ISTA dan pada saat ini sedang proses akreditasi ISTA.

3. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) Perbenihan

LSSM dibentuk dengan Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) No.

1100.1/Kpts/Kp.150/10/1999, diadakan penyesuaian dengan Kepmentan No. 361/Kpts/Kp.150/5/2002 dan telah diakreditasi tanggal 5 Januari 2005. LSSM berperan memberikan sertifikat sertifikasi sistem mutu kepada perusahaan benih swasta yang memenuhi syarat untuk melakukan sertifikasi sistem mutu secara mandiri.

Sampai tahun 2009 perusahaan perbenihan hortikultura yang telah memperoleh sertifikat sertifikasi sistem mutu adalah PT. East West, PT. Bisi/Tanindo dan PT. Fitotek Unggul. Pada tahun 2006 PT. Fitotek Unggul tidak mengajukan perpanjangan lagi. Dengan sertifikat ini perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan pengawasan produksi benih sendiri, yang sebelumnya dilaksanakan oleh BPSBTPH. Namun demikian BPSBTPH tetap berperan dalam pengawasan peredaran benih yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut.

Selain itu juga telah dilaksanakan sosialisasi manfat penerapan sistem manajemen mutu (SMM) dalam produksi benih. Pada umumnya produsen menyambut baik tentang penerapan SMM. Produsen yang saat ini sedang mengajukan permohonan penerapan

(17)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

SSM adalah PT. Sari Benih Unggul. PT. Duta Sentana Agro dan PT Tunas Agro Persada. Peningkatan kompetensi personil telah dilaksanakan untuk calon auditor ISO 9001 (4 orang), pemahamam ISO 9001 (2 orang) dan pemahaman ISO 17201 (2 orang).

4. Penyedia Benih Hortikultura

Industri Benih Hortikultura mulai tumbuh dan berkembang, baik melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN); Modal patungan; maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Pengusaha menengah keatas mendominasi produksi benih sayuran, buah semusim dan tanaman hias. Penangkar benih merupakan pelaku usaha perbenihan yang mendominasi produksi benih buah-buahan, sayuran umbi (kentang dan bawang merah) dan benih biofarmaka. Penangkar benih juga merupakan mitra pengusaha dalam memproduksi benih sayuran.

5. Importir dan Eksportir

Importir benih dikategorikan sebagai Importir Produsen Benih; Importir Pedagang dan Importir Pengusaha Hortikultura, serta dalam jumlah terbatas sebagai importir hibrid. Importir produsen adalah pengusaha disamping melakukan impor juga sebagai produsen benih di Indonesia. Importir pedagang adalah importir yang melakukan impor dan memasarkan benih asal impor di Indonesia. Sedangkan importir pengusaha adalah importir yang melakukan impor benih untuk pengembangan usaha agribisnis.

Dalam mendorong berkembangnya industri benih di dalam negeri, telah diambil kebijakan bahwa importir pedagang harus dapat mengembangkan perbenihan di dalam negeri sehingga menjadi importir produsen benih dalam upaya menahan laju benih impor dan dalam rangka menumbuhkan industri benih dalam negeri maka diatur tentang ketentuan benih yang diperbolehkan untuk diimpor.

E. Ekspor dan Impor Benih

Perkembangan ekspor benih hortikultura pada tahun 2005 – 2009 cenderung fluktuatif baik dilihat dari volume maupun nilai ekspor. Indonesia mengimpor benih tanaman buah (khususnya semangka, melon, dan strawbery), benih tanaman sayuran (kentang dan sayuran dataran tinggi lainnya), dan tanaman hias (anggrek dan tanaman hias sub tropis) serta tanaman biofarmaka.

(18)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

Tabel 5. Perkembangan Ekspor Benih Hortikultuta Tahun 2005 - 2009 No. Komoditi Satuan

Volume Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai

(US $) (US $) (US $) (US $) (US $) (US $)

1 Kentang Kg 176,134 49,650 71,696 34,752 9,056 13,326 55,093 47,858 46,363 46,363 358,342 191,949 2 Bawang Merah Kg 20,267 13,988 34,099 19,411 - - 16,409 2,537 - - 70,775 35,936 3 Buncis Kg 1 116 310 381 - - 44,000 21,950 43,100 11,930 87,411 34,377 4 Anggrek Batang 503,000 553,300 391,000 430,100 530,000 583,000 187,240 206,000 437,700 481,000 2,048,940 2,253,400 5 Krisan Stek 38,705,000 1,161,150 43,614,000 1,308,420 45,000,000 1,350,000 65,153,733 1,954,612 78,849,000 2,365,000 271,321,733 8,139,182

Tahun 2009 Total Ekspor

Tahun 2005 - 2009

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

Tabel 6. Perkembangan Impor Benih Hortikultuta Tahun 2005 - 2009

No. Komoditi Satuan

Volume Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai

(US $) (US $) (US $) (US $) (US $) (US $)

1 Kentang Kg 2,129,000 - 1,529,000 - 2,740,000 - 2,785,000 - 3,051,000 - 12,234,000

-2 Bawang Merah Kg - - - 1,500,000 - 6,370,000 - 7,870,000

-3 Buncis Kg 3,300 - 600 - - - 200 - 1,000 - 5,100 -4 Anggrek Batang 4,749,000 474,900 2,899,000 289,900 2,674,000 267,400 881,141 88,141 1,650,930 165,093 12,854,071 1,285,434 5 Krisan Stek 461,000 32,270 719,000 50,330 1,000,000 70,000 136,500 9,600 403,100 28,217 2,719,600 190,417

Tahun 2009 Total Impor

Tahun 2005 - 2009

(19)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

F. Pupuk

Guna mendukung pencapaian target produksi komoditi hortikultura, sebagai bagian dari yang tidak terpisahkan dalam peningkatkan ketahanan pangan nasional, sangat diperlukan sarana dan prasarana dari hulu sampai hilir, termasuk ketersediaan pupuk sesuai dengan prinsip 6 tepat. Terpenuhinya kebutuhan pupuk sub sektor hortikultura tersebut didorong dalam rangka penerapan Good Agriculture Practices (GAP), Standar Operasional Procedure (SOP) yang ditetapkan dalam satu kesatuan 6 pilar kebijakan pengembangan hortikultura

Dalam upaya pencapaian sasaran produksi, produktivitas dan mutu produk hortikultura sangat ditentukan oleh ketersediaan teknologi baik pra maupun pasca panen. Pengembangan hortikultura tidak terlepas dari upaya pembangunan pertanian secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Oleh karena itu penerapan teknologi penggunaan pupuk dalam pengembangan hortikultura berprinsip pada penggunaan pupuk secara berimbang baik anorganik maupun organik.

Mencermati pengunaan pupuk untuk subsektor hortikultura cenderung inefisien, khususnya bagi para petani tanaman buah tahunan masih dibawah rekomendasi pemupukan yang dianjurkan. Sedangkan para petani tanaman hias cenderung mengunakan pupuk kualitas eksekutif yang pada umumnya masih impor. Untuk para petani tanaman sayuran juga terjadi kecenderungan pengunaan pupuk melebihi dari anjuran yang seharusnya. Untuk itu upaya penyediaan pupuk pada subsektor hortikultura harus memperhatikan sekmen pasar yang ada. Namun demikian pada dasarnya para petani hortikultura memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pupuk, utamanya untuk usaha tani sayuran dan tanaman hias. Sehinga perhitungan proyeksi kebutuhan pupuk subsektor hortikultura diperkirakan tidak semua petani melakukan pemupukan (khususnya untuk tanaman buah tahunan diperkirakan 20 %). Kebijakan penyediaan pupuk pada dasarnya berprinsip pada upaya pengembangan pupuk berimbang dengan menggunakan pupuk anorganik dan organik.

Tabel 7 .Kebutuhan dan Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Hortikultura Tahun 2005 - 2009

Tahun 2005

No. Jenis Pupuk Kebutuhan Kebutuhan Alokasi % Kebutuhan Alokasi % Kebutuhan Alokasi % Kebutuhan Alokasi % Pupuk (Ton) Pupuk (Ton) (Ton) Pupuk (Ton) (Ton) Pupuk (Ton) (Ton) Pupuk (Ton) (Ton) 1 Urea 690,270 731,771 3,444,708 470.7 775,839 396,326 51.1 819,907 387,109 47.2 866,477 479,278 55.3 2 SP-36/SP-18 540,081 572,604 463,068 80.9 607,087 39,173 6.5 641,570 39,173 6.1 678,011 48,967 7.2 3 ZA 289,172 306,586 347,955 113.5 325,049 121,475 37.4 343,512 121,475 35.4 363,023 160,174 44.1 4 NPK 1,658,941 1,758,844 321,559 18.3 1,864,762 62,809 3.4 1,970,680 80,755 4.1 2,082,615 125,619 6.0 5 Organik - - - 17,500,000 - - 17,800,000 - -Tahun 2009 (Ton) Tahun 2008 (Ton) Tahun 2007 (Ton) Tahun 2006

(20)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 BAB IV

ANALISIS STRATEGIS

A. Faktor Eksternal A.1. Peluang

 Komitmen pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam negeri

 Permintaan benih, akibat penambahan luas areal tanam

 Undang – undang budidaya, Undang – Undang Perlindungan Varietas Tanaman,

dan Otonomi Daerah

 Keberadaan BPTP sebagai penyedia teknologi benih

 Perkembangan media elektronik dan cetak

A.2. Tantangan / Ancaman

 Membanjirnya benih impor ;

 Sistem distribusi yang menyebabkan biaya tinggi

 Penghargaan konsumen terhadap varietas setempat

 Akses kredit dan permodalan yang terbatas

B. Faktor Internal B.1. Kekuatan

 Besarnya perhatian pemerintah terhadap pembangunan hortikultura

 Minat pelaku perbenihan untuk berusaha;

 Teknologi produksi benih;

 Pengembangan sentra komoditas hortikultura

B. 2. Kelemahan

 Terbatasnya SDM perbenihan;

 Terbatasnya sarana dan prasarana Balai Benih;

 Belum ada tenaga penyuluh perbenihan hortikultura

 Rendahnya koordinasi multiplikasi dan distribusi benih;

(21)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 BAB V

CARA PENCAPAIAN TUJUAN

Sesuai dengan komitmen pemerintah yang telah menetapkan pembangunan pertanian sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional pada tahun 2005-2009, maka diperlukan berbagai terobosan melalui “Revitalisasi Pertanian” untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan pertanian ke depan. Pembangunan hortikultura sebagai bagian dari pembangunan pertanian harus menjabarkan secara operasional komitmen tersebut yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani serta memberi kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional.

A . Strategi

A.1 Strategi Umum

Pembangunan agribisnis hortikultura perlu dilakukan dengan pendekatan yang

komprehensif dan terpadu, dengan memperhatikan keseluruhan aspek dan segmen

agribisnis dari hulu sampai ke hilir dan perangkat penunjangnya serta menuju keseimbangan antara peningkatan konsumsi, peningkatan produksi dan perbaikan distribusi yang menguntungkan semua pihak.

Memperhatikan hasil analisis SWOT, maka strategi umum pengembangan perbenihan dan saprodi hortikultura mencakup aspek subsistem: (1) Pengembangan Varietas, (2) Pengembangan Teknologi dan Distribusi Benih, (3) Pembinaan Mutu dan Sertifikasi Benih, (4) Pengembangan Kelembagaan dan SDM.

Secara garis besar strategi umum mencakup upaya :

 Mendorong adopsi varietas unggul melalui peningkatan ketersediaan dan

penggunaan benih bermutu

 Meningkatkan daya saing benih dan produk pertanian di pasar domestik dan global

 Meningkatkan partisipasi swasta dalam pengembangan varietas unggul melalui

perlindungan varietas tanaman (UU 29 / 2000 ), produksi dan pemasaran benih bermutu

 Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian mutu benih selama proses

produksi dan pemasaran, melalui penerapan system standardisasi dan pelabelan mandiri (truth in labelling) disamping memperkuat penerapan sertifikasi benih (SDM, fasilitas, dana)

 Meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dalam agribisnis

(22)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

 Meningkatkan kesetaraan pendapatan dan kesejahteraan produsen, penangkar,

pedagang, dan pengguna benih melalui pengembangan sistem dan usaha perbenihan

 Mendorong pembangunan ekonomi daerah dan nasional melalui pengembangan

sistem dan usaha perbenihan yang berdaya saing dan berkelanjutan

 Melaksanakan perlindungan lingkungan dari invasi organisme berbahaya melalui

karantina

A.2 Strategi Operasional

 Pengembangan varietas baru secara berkelanjutan melalui implementasi

perlindungan varietas tanaman.

 Penciptaan iklim yang kondusif dan pemberian insentif bagi swasta dalam industri

benih

 Pemantapan subsistem produksi, peredaran, pengendalian mutu benih

 Penetapan sistem perencanaan pembangunan perbenihan berbasis kebutuhan

aktual dan penciptaan pasar baru

 Pemberdayaan potensi nasional dan pemacuan swastanisasi di bidang perbenihan

 Pemasyarakatan potensi nasional dan pemacuan swastanisasi di bidang perbenihan

 Pemasyarakatan penggunaan benih bermutu

 Penentuan benih varietas komersial dan non komersial dalam pembangunan

perbenihan nasional

 Pengelompokan jenis tanaman untuk keperluan pengelolaan varietas dan

pengendalian mutu

 Penyelarasan kebijakan perbenihan dengan perlindungan varietas tanaman.

 Perbaikan pelayanan kepada masyarakat melaui pembinaan, pelatihan dan

pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi

 Memperkuat sistem komunikasi antar semua yang terlibat dalam perbenihan

(termasuk pemerintah, perusahaan swasta, LSM, petani), termasuk pembangunan sistem informasi berbasis komputer yang mudah diakses, serta peningkatan publikasi, promosi, penyuluhan melalui berbagai media yang relevan.

 Pemantapan dan pemberlakuan sistem jaminan mutu terhadap semua fungsi

perbenihan dan sarana produksi

 Memfasilitasi langsung pembangunan industri benih di setiap wilayah sentra

produksi ( berdasarkan penetapan kawasan industri benih )

 Membangun dan melengkapi sarana – prasarana (fasilitas, SDM, dan dana) institusi

(23)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 B. Kebijakan

Dalam rangka mendukung pembangunan sistem dan usaha perbenihan, sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 telah dikeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan melalui penerbitan Undang-undang, Keputusan Menteri Pertanian, Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Hortikultura, dan surat edaran kepada Pemerintah Daerah dan Institusi Perbenihan di Daerah, sebagai berikut :

1. Undang-Undang RI No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

2. KepMentan tentang pelepasan varietas: tahun 2000 sebanyak 100 KepMentan, tahun 2001 sebanyak 37 KepMentan, tahun 2002 sebanyak 63 KepMentan, dan tahun 2003 sebanyak 77 KepMentan, dan tahun 2004 sampai dengan September 60 KepMentan. 3. KepMentan No. 206/Kpts/OT.210/4/2001 tentang Pedoman Penetapan Standar

Pelayanan Minimal Bidang Perbenihan.

4. KepMentan No. 361/Kpts/Kp.150/5/2002, perubahan Kepmentan N0.

1100.1/Kpts/Kp.150/10/1999 tentang pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih TPH.

5. KepMentan No. 347/Kpts/OT/210/6/2003, tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman Pangan dan atau Hortikultura.

6. SK Dirjen BPH tentang Izin Pemasukan/impor benih hortikultura: tahun 2000 telah dikeluarkan sebanyak 422 SIP, tahun 2001 sebanyak 430 SIP, tahun 2002 sebanyak 352 SIP, tahun 2003 sebanyak 324 SIP, dan tahun 2004 sampai September 273 SIP

7. SK Dirjen BPH No. 03/HK.050/2/2004 tentang Ketentuan uji adaptasi calon varietas baru dan jenis tanaman yang varietasnya dibebaskan dari persyaratan uji adaptasi.

8. SK Dirjen BPH No. 04/SK.050/3/2004 tentang Prosedur sertifikasi benih sayuran dan buah semusim.

9. SK Dirjen BPH No. 015/HK.050/7/2004 tentang Ketentuan pemasukan benih dan pengeluaran benih bina hortikultura.

(24)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 C. Program

Arah Pengembangan Perbenihan dan Saprodi Hortikultura ditujukan untuk mencapai swasembada benih hortikultura dengan peningkatan produksi benih, yang didukung oleh saprodi yang memadai dan juga dalam rangka mengurangi benih impor. Untuk mengetahui arah pengembangan perbenihan hortikultura dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

Gambar 2. : Arah Pengembangan Benih Hortikultura

ARAH PENGEMBANGAN BENIH HORTIKULTURA

SWASEMBADA BENIH AKSES MODAL AKSES PASAR PRODUKSI BENIH BERMUTU PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI S D M SARANA & PRASARANA TEKNOLOGI PRODUKSI

JAMINAN JUMLAH, KUALITAS, DISTRIBUSI, DAN

KONTINUITAS

Lembaga Keuangan

Lembaga Pemasaran

Peningkatan ketersediaan benih dalam negeri

Upaya pengurangan terhadap ketergantungan benih impor

Fasilitasi

Bimbingan

EVALUASI

Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, dan sesuai dengan peran pemerintah dalam pembangunan, maka program pembangunan perbenihan diarahkan untuk memotivasi dan menstimulasi partisipasi masyarakat dengan memberikan regulasi yang kondusif dan fasilitasi terhadap para pelaku usaha perbenihan, agar dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya dengan baik.

C.1 Pengembangan Perbenihan Hortikultura

Kondisi yang diinginkan dalam rangka pembangunan perbenihan hortikultura tahun 2010 – 2014 adalah meningkatnya produksi benih hortikultura per-tahun. Produksi benih buah-buahan untuk 6 komoditas tanaman buah yaitu durian, jeruk, mangga, manggis, pisang, rambutan pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 33.893.450 pohon

(25)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

meningkat menjadi 35.572.747 pohon pada tahun 2014. Produksi tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan akan benih unggul buah-buahan sebesar 58.252.109 pohon pada tahun 2010 meningkat menjadi 60.617.379 pohon pada tahun 2014.

Produksi benih sayuran untuk 11 komoditas tanaman sayuran yaitu kentang, bawang merah, cabe, kacang panjang, tomat, buncis, kangkung, kol/kubis, ketimun, wortel dan petsai/sawi selama tahun 2010 – 2014 ditargetkan meningkat rata-rata sebesar 13,4 % per tahun. Produksi benih sayuran ditargetkan sebesar 3.349 ton tahun 2010 meningkat menjadi 71.628 ton pada tahun 2014.

Produksi benih tanaman hias untuk 6 komoditas tanaman hias yaitu anggrek, gladiol, krisan, mawar, melati dan sedap malam selama 5 tahun ke depan (2010 – 2014) ditargetkan masing-masing 153.776.037 batang dan 8.115.804 umbi pada tahun 2010; 175.081.665 batang dan 8.278.120 umbi pada tahun 2011; 199.455.249 benih dan 8.443.682 umbi pada tahun 2012; 227.345.155 batang dan 8.612.556 umbi pada tahun 2013; dan 259.265.845 batang dan 8.784.807 umbi pada tahun 2014.

Sasaran produksi benih biofarmaka untuk 6 komoditas rimpang yaitu jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang dan temu lawak ditargetkan meningkat sebesar 2,0% per tahun, yaitu 1.597.879 kg tahun 2010 menjadi 1.729.596 kg tahun 2014. Dibandingkan kebutuhan benih biofarmaka, sasaran produksi benih biofarmaka direncanakan akan dapat memenuhi rata-rata 5,0% kebutuhan. Data sasaran produksi dan kebutuhan benih hortikultura dapat dilihat pada tabel 15.

(26)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

Tabel 8. Sasaran Produksi Benih Hortikultura Tahun 2010 – 2014

No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014

I. Benih Buah (pohon)

1 Mangga 8,917,947 9,020,816 9,138,675 9,244,025 9,350,569 2 Durian 7,778,856 7,868,585 7,971,390 8,063,284 8,156,218 3 Jeruk 4,565,698 4,618,364 4,678,704 4,732,640 4,787,187 4 Manggis 650,713 658,219 666,819 674,506 682,280 5 Pisang 7,240,266 7,330,592 7,440,103 7,532,788 7,626,582 6 Rambutan 4,739,969 4,794,645 4,857,288 4,913,283 4,969,912 Total 33,893,449 34,291,221 34,752,979 35,160,526 35,572,748 II. Benih Sayuran (Ton)

1 Kentang 15,522 18,645 21,774 24,909 28,051 2 Bw. Merah 23,066 25,787 28,568 31,409 38,124 Jml Benih Umbi 38,588 44,432 50,342 56,318 66,175 3 Cabe 81 83 86 89 92 4 Kc. Panjang 2,470 2,478 2,487 2,495 2,503 5 Tomat 14 15 17 18 19 6 Buncis 533 612 697 788 885 7 Kangkung 1,493 1553 1,615 1,680 1,747 8 Kol/kubis 15 16 17 17 18 9 Ketimun 118 123 128 133 138 10 Wortl 10 11 13 15 17 11 Petsai/Sawi 26 28 30 31 33 Jml Benih Biji 4,761 4,921 5,089 5,267 5,453 Total 43,349 49,353 55,431 61,585 71,628 III. Benih Tan. Hias

1 Anggrek (batang) 23,168,434 25,485,277 28,033,805 30,837,185 33,920,904 2 Gladiol (umbi) 1,368,068 1,395,429 1,423,337 1,451,804 1,480,840 3 Krisan (batang) 125,974,100 144,870,215 166,600,747 191,590,859 220,329,488 4 Mawar (batang) 592,500 604,350 616,437 628,766 641,341 5 Melati (batang) 4,041,003 4,121,823 4,204,260 4,288,345 4,374,112 6 Sedap malam (umbi) 6,747,737 6,882,691 7,020,345 7,160,752 7,303,967 Total (batang) 153,776,037 175,081,665 199,455,249 227,345,155 259,265,845 Total (umbi) 8,115,804 8,278,120 8,443,682 8,612,556 8,784,807 IV. Benih Tan. Biofarmaka (kg)

1 Jahe 597,479 609,429 621,617 634,049 646,730 2 Lengkuas 105,643 107,756 109,911 112,109 114,351 3 Kencur 210,823 215,039 219,340 223,727 228,202 4 Kunyit 469,984 479,384 488,971 498,751 508,726 5 Lempuyang 52,916 53,974 55,054 56,155 57,278 6 Temulawak 161,034 164,255 167,540 170,891 174,308 Total 1,597,879 1,629,837 1,662,433 1,695,682 1,729,596

(27)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

Tabel 9. Sasaran Kebutuhan Benih Hortikultura Tahun 2010 – 2014

No Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014

I. Benih Buah (pohon)

1 Mangga 13,553,112 13,688,643 13,825,529 13,963,784 14,103,422 2 Durian 11,821,969 11,940,189 12,059,591 12,180,187 12,301,989 3 Jeruk 6,938,751 7,008,139 7,078,220 7,149,002 7,220,493 4 Manggis 988,925 998,814 1,008,803 1,018,891 1,029,080 5 Pisang 17,745,751 17,923,209 18,102,441 18,283,465 18,466,300 6 Rambutan 7,203,601 7,275,637 7,348,393 7,421,877 7,496,096 Total 58,252,109 58,834,631 59,422,977 60,017,206 60,617,380 II. Benih Sayuran (Ton)

1 Kentang 103,478 103,582 103,685 103,789 103,893 2 Bw. Merah 121,400 122,796 124,208 125,637 127,081 Jml Benih Umbi 224,878 226,378 227,893 229,426 230,974 3 Cabe 81 83 86 89 92 4 Kc. Panjang 2,470 2,478 2,487 2,495 2,503 5 Tomat 21 21 22 23 24 6 Buncis 1,402 1,458 1,516 1,576 1,639 7 Kangkung 1,493 1,553 1,615 1,680 1,747 8 Kol/kubis 20 20 20 20 20 9 Ketimun 118 123 128 133 138 10 Wortl 115 119 124 129 133 11 Petsai/Sawi 31 32 34 35 36 Jml Benih Biji 5,752 5,889 6,032 6,180 6,333 Total 230,630 232,267 233,925 235,606 237,307 III. Benih Tan. Hias

1 Anggrek (batang) 27,166,367 29,883,004 32,871,304 36,158,435 39,774,278 2 Gladiol (umbi) 11,261,480 11,374,095 11,487,836 11,602,714 11,718,741 3 Krisan (batang) 507,942,125 558,736,337 614,609,971 676,070,968 743,678,065 4 Mawar (batang) 17,244,722 17,589,616 17,941,409 18,300,237 18,666,241 5 Melati (batang) 23,802,630 24,040,656 24,281,062 24,523,873 24,769,112 6 Sedap malam (umbi) 26,642,441 27,175,290 27,718,795 28,273,171 28,838,635 Total (batang) 576,155,843 630,249,613 689,703,746 755,053,513 826,887,696 Total (umbi) 37,903,921 38,549,384 39,206,631 39,875,885 40,557,376 IV. Benih Tan.Biofarmaka (kg)

1 Jahe 11,949,583 12,188,575 12,432,346 12,680,993 12,934,613 2 Lengkuas 2,112,860 2,155,117 2,198,220 2,242,184 2,287,028 3 Kencur 4,216,480 4,300,810 4,386,826 4,474,562 4,564,054 4 Kunyit 9,399,697 9,587,691 9,779,445 9,975,034 10,174,534 5 Lempuyang 1,037,107 1,057,849 1,079,006 1,100,586 1,122,598 6 Temulawak 3,220,679 3,285,093 3,350,794 3,417,810 3,486,167 Total 31,936,406 32,575,134 33,226,637 33,891,170 34,568,993

C.2. Pengembangan sarana produksi 1. Pupuk dan pestisida

Selain benih, pupuk merupakan sarana produksi pertanian yang sangat dominan digunakan oleh petani dalam usaha peningkatan produksi hortikultura. Setiap tahun, kebutuhan pupuk untuk tanaman hortikultura akan mengalami peningkatan sesuai dengan perkembangan usaha hortikultura, yaitu sekitar 6,2 %.

(28)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 Tabel 10. Perkiraan Kebutuhan Pupuk Tahun 2010 – 2014

S a r a n

Produksi lainnya, seperti pestisida perlu diantisipasi dalam penyediaannya, terutama untuk menanggulangi/mengantisipasi apabila terjadi eksplosi organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak dapat diprediksi. Penggunaan pestisida sintetik adalah pilihan petani, walaupun harganya mahal, namun ketersediaan setiap saat sangat diharapkan, akan tetapi petani sering tidak memikirkan kerugian yang diakibatkan penggunaan pestisida sintetik yang kurang bijaksana. Untuk dapat mengurangi dampak penggunaan pestisida sintetik, diupayakan penggunaan dan penyediaan pestisida nabati, pestisida biologi dan agens hayati. Pertimbangan penggunaan pestisida non sintetik, antara lain :

a. Bahan yang berasal dari tumbuhan mempunyai peluang yang baik dalam rangka penerapan pem

b. asyarakatan pengendalian hama terpadu (PHT), karena sifatnya relatif spesifik dan tidak persisten

c. Indonesia sangat kaya dengan flora sehingga mempunyai potensi yang cukup sebagai penghasil bahan nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian OPT

d. Pengendalian OPT dengan pestisida nabati menjadi alternatif yang menjanjikan, oleh karena relatif sedikit meninimbulkan dampak negatif.

2. Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)

a. Alat dan mesin budidaya tanaman merupakan input teknologi yang berperan dalam peningkatan produksi, mutu hasil dan pendapatan petani

b. Alat dan mesin yang selanjutnya disebut alat dan atau mesin adalah peralatan yangdioperasikan dengan motor penggerak maupun tanpa motor penggerak untuk keperluan budidaya tanaman, termasuk tanaman hortikultura

No. Jenis Pupuk Kebutuhan Pupuk (Ton) Pada Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 Luas Panen 3,129,238 3,223,115 3,319,809 3,419,403 3,521,985 1 Urea 635,557 654,624 674,262 694,490 715,325 2 SP-36 755,330 777,990 801,330 825,369 850,131 3 ZA 559,793 576,587 593,884 611,701 630,052 4 NPK 872,700 898,881 925,847 953,623 982,232 5 Organik 909,372 936,653 964,753 993,695 1,023,506 Total 3,732,752 3,844,735 3,960,076 4,078,878 4,201,246

(29)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 c. Alat dan atau mesin yang digunakan untuk proses produksi meliputi alat dan mesin

untuk :

1) Penyiapan dan pengolahan lahan 2) Perbenihan

3) Penanaman 4) Pemeliharaan 5) Perlindunan 6) Pemanenan

d. Jenis alat dan atau mesin pertanian dalam upaya pelayanan minimal bidang pertanian sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 206/Kpts/OT.210/4/2001 adalah: 1) Sarana pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk, meliputi : sampling

probe (alat pengambil contoh), pH meter (kertas lakmus) dan devider;

2) Sarana pengawasan peredaran dan penggunaan pestisida, meliputi : pipet, pompa pijat dan tube panjang;

3) Sarana pemanfatan air irigasi, meliputi : pintu pengatur air, higrometer, barometer, anemometer, lysimeter dan evaporatometer;

4) Sarana pengendalian OPT, meliputi : jaring serangga, loupe, hand caounter, reflaktometer, tangkai pisau scafel, mata pisau scafel, pinset, inkubator, mortar dan penumbuk, lampu perangkap, hand sprayer, cawan petri, kertas saring dan pestisida;

5) Sarana perbenihan tanaman, meliputi : moisture tester, seed grender berskala, magnifere with lamp, thermometer, thermohidrograf, germinator, devider dan timbangan analitik.

Kebutuhan alsintan tersebut untuk memenuhi standar pelayanan minimal bagi daerah-daerah sentra hortikultura di tiap kabupaten di seluruh Indonesia. Alsintan tersebut direncanakan per paket (dengan jenis alsin seperti tersebut di atas) pada tiap kecamatan sentra hortikultura. Program ini dilaksanakan mulai dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Perkiraan alsintan dalam pelayanan minimal untuk daerah sentra hortikultura tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

(30)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014

Tabel 11. Kebutuhan Alsintan Dalam Upaya Pelayanan Minimal Tahun 2010 – 2014

No. Propinsi Jml Kab Jml Kebutuhan Alsintan (Paket **) Sentra *) Paket **) 2010 2011 2012 2013 2014 1 NAD 6 0 10 10 10 10 8 2 Sumut 4 0 6 6 6 6 8 3 Riau 3 0 5 5 5 5 4 4 Sumbar 13 0 21 21 21 21 20 5 Jambi 5 0 8 8 8 8 8 6 Sumsel 4 0 6 6 6 6 8 7 Bengkulu 4 0 6 6 6 6 8 8 Babel 2 0 3 3 3 3 4 9 Lampung 3 0 5 5 5 5 4 10 Kep. Riau 2 0 3 3 3 3 4 11 Banten 6 0 10 10 10 10 8 12 DKI Jakarta 3 0 5 5 5 5 4 13 Jabar 20 0 32 32 32 32 32 14 Jateng 18 0 29 29 29 29 28 15 DI. Yogya 3 0 5 5 5 5 4 16 Jatim 22 0 35 35 35 35 36 17 Bali 6 0 10 10 10 10 8 18 NTB 8 0 13 13 13 13 12 19 NTT 3 0 5 5 5 5 4 20 Kalsel 6 0 10 10 10 10 8 21 Kaltim 6 0 10 10 10 10 8 22 Kalteng 4 0 6 6 6 6 8 23 Kalbar 3 0 5 5 5 5 4 24 Sulsel 9 0 15 15 15 15 12 25 Sulteng 4 0 6 6 6 6 8 26 Gorontalo 2 0 3 3 3 3 4 27 Sultra 3 0 5 5 5 5 4 28 Sulut 6 0 10 10 10 10 8 29 Malut 3 0 5 5 5 5 4 30 Maluku 3 0 5 5 5 5 4 31 Papua 5 0 8 8 8 8 8 32 Irja barat 4 0 6 6 6 6 8 Jumlah 193 0 311 311 311 311 300 Keterangan :

*) Jumlah kabupaten yang menjadi sentra pengembangan hortikultura **) Jumlah paket sebanyak 8 paket yang terdiri dari :

1. Perbenihan 2. Budidaya 3. Pengairan 4. Perlindungan 5. Panen 6. Pasca Panen 7. Pengolahan 8. Penyimpanan

(31)

Rencana Pembangunan Perbenihan Hortikultura Tahun 2010 – 2014 D. Kegiatan Pokok

D.1 Pengembangan Varietas

Pengembangan varietas dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah pilihan varietas bagi para pelaku agribisnis, sesuai dengan selera pasar/konsumen. Pengembangan varietas dapat berasal dari perakitan varietas baru, observasi varietas lokal dan introduksi varietas dari luar negeri. Sebelum dikembangkan perbenihannya, varietas baru harus dilepas oleh Menteri Pertanian lebih dulu.

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) berikut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004, serta peraturan pelaksanaannya, maka varietas baru dari hasil perakitan pemulia tanaman atau perusahaan benih, dapat diajukan permohonan kepada Kantor Perlindungan Varietas Tanaman untuk mendapatkan hak perlindungan varietas. Kriteria varietas yang dapat diajukan untuk memperoleh PVT adalah Baru, Unik, Seragam dan Stabil. Dalam memfasilitasi pelepasan varietas, struktur Tim Penilai dan Pelepas Varietas (TP2V) disesuaikan dengan struktur organisasi yang dikelompokkan ke dalam bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan.

D.2 Pembinaan Pengembangan Teknologi Produksi Perbenihan

Penyediaan benih bermutu varietas unggul harus dapat menghasilkan benih yang memiliki sifat genetik dan sifat phenotipik sama dengan induknya. Untuk dapat mengetahui bahwa benih yang dihasilkan memenuhi kemurnian genetik sama dengan induknya atau sama dengan benih sumber perlu dipahami unit propagasi atau status pohon induk dari varietas unggul yang bersangkutan.

Khusus perbanyakan benih buah-buahan dilakukan melalui pola klonal, yaitu benih yang dikembangkan secara vegetatif berasal dari Pohon Induk Tunggal (PIT) varietas unggul, atau berasal dari duplikat PIT varietas unggul.

D.3 Pembinaan Mutu dan Sertifikasi Benih

Pembinaan Pengawasan dan Sertifikasi Benih dimaksudkan agar benih yang dihasilkan oleh produsen benih dan benih yang beredar di pasaran sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, sehingga masyarakat tidak dirugikan.

Gambar

Gambar 1.  Bagan Alur Penyusunan Renstra
Tabel 6. Perkembangan Impor Benih Hortikultuta Tahun 2005 - 2009
Tabel 7 .Kebutuhan dan Alokasi Pupuk Bersubsidi Sektor Hortikultura Tahun 2005 - 2009
Gambar 2.  : Arah Pengembangan Benih Hortikultura

Referensi

Dokumen terkait

raya, pembangunan sarana lalu lintas dan angkutan umum, penyediaan sarana olah raga, dan program perbaikan kampung. Tesis ini sebagai pedoman dalam pembahasan tentang

untuk menentukan tingkat kesesuaian antara lahan dan tanaman komoditas serta metode AHP dalam hal pembobotan dan scoring data unstructured sehingga menghasilkan

berkelanjutan dan pengembangan wilayah untuk penyediaan lahan perkebunan abadi 1 Meningkatnya luas areal tanaman perkebunan % peningkatan luas areal tanaman perkebunan

Dari beberapa uraian permasalahan di atas, maka untuk menciptakan suatu pembelajaran yang aktif dan menyenangkan diperlukan suatu model pembelajaran yang menarik bagi

Mutu benih yang didistribusikan kepada POKDAKAN adalah benih yang dijamin mutunya, sehingga dengan benih yang bermutu dan berkualitas diharapkan pertumbuhannya akan

Dengan demikian menjadi hal yang relatif diperlukan segera dilaksanakan kegiatan pengembangan model manajemen pembelajaran IPS berbasis karakter di kelas tinggi SDN

Kompetensi kunci : Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran / fungsi pada

Pernyataan Pak Nur Ardianto mengenai persepsi petani terhadap tinggi tanaman pada benih padi sidenuk tersebut sama dengan pernyataan dari 2 responden yang telah