INFRASTRUKTUR JALAN MENUJU PEMERATAAN
INFRASTRUKTUR JALAN MENUJU PEMERATAAN
Dwi Ardianta Kurniawan Dwi Ardianta Kurniawan
Peneliti pada Pusat Studi Transportasi dan Peneliti pada Pusat Studi Transportasi dan Logistik, Universitas Gadjah Mada, Y
Logistik, Universitas Gadjah Mada, Yogogakartaakarta !ulaksu"ur # $ % Y
!ulaksu"ur # $ % Yogogakarta &&'()akarta &&'() *P+ -'./0&&1%'(, -'./0&12%(/ *3+ -'./0&&'''% *P+ -'./0&&1%'(, -'./0&12%(/ *3+ -'./0&&'''%
dwiardianta4ahoo56o" dwiardianta4ahoo56o"
Ari7 8is"adi Ari7 8is"adi
Koordinator 3oru" Transportasi Perdesaan, Koordinator 3oru" Transportasi Perdesaan, Masarakat Transportasi 9ndonesia *MT9+ Masarakat Transportasi 9ndonesia *MT9+ :ari;a Pla<a Suite D%, =l5 Ma"pang Prapatan 2% :ari;a Pla<a Suite D%, =l5 Ma"pang Prapatan 2%
=akarta =akarta )'.%-awis"adi4ahoo56o" awis"adi4ahoo56o" Abstract Abstract
Decentralization should improve the welfare of local citizens. Different fact which occurs in Indonesia Decentralization should improve the welfare of local citizens. Different fact which occurs in Indonesia reveals that there is a wrong mechanism in the implem
reveals that there is a wrong mechanism in the implementation of decentralization. entation of decentralization. This research makeThis research makes as a hypothesis that the problem lays on the impropriate funding allocation, particularly on the distribution of hypothesis that the problem lays on the impropriate funding allocation, particularly on the distribution of Special A
Special Allocation unding !Dana Alokallocation unding !Dana Alokasi "husus # DA"$. si "husus # DA"$. %ence, the research proposes a new method in%ence, the research proposes a new method in arranging technical inde& as a basis of DA" establishment. 'ith the model, it is hoped that DA" will be able arranging technical inde& as a basis of DA" establishment. 'ith the model, it is hoped that DA" will be able to accommodate various field conditions
to accommodate various field conditions and issues.and issues. This resear
This research ch uses preferuses preferentiaential l methmethod od to to accoaccommodmmodate ate regregional aspiratioional aspiration n whicwhich h has has esseessential role ntial role inin decentralization era. This method is used to determine the weight of indicators which in turn are correlated decentralization era. This method is used to determine the weight of indicators which in turn are correlated with standardized regional condition to establish the technical inde& of
with standardized regional condition to establish the technical inde& of certain region.certain region.
The calculation result shows that the arranged technical inde&es reveal a high priority in disadvantaged(poor The calculation result shows that the arranged technical inde&es reveal a high priority in disadvantaged(poor areas. It means that the technical inde&es which are determined based on regional aspiration relatively areas. It means that the technical inde&es which are determined based on regional aspiration relatively capable to accommodate e)uality better than top
capable to accommodate e)uality better than top down approach. It is hoped that down approach. It is hoped that the approach will encouragethe approach will encourage poor regions to promo
poor regions to promote itself by developing road infte itself by developing road infrastructure.rastructure. Kewords
Kewords* * aspirasi aspirasi daerah, bobodaerah, bobot teknis,t teknis, borda count borda count , standarisasi, prioritas, anggaran, standarisasi, prioritas, anggaran
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dana Alokasi "husus !DA"$ adalah salah satu mekanisme pembiayaan daerah melalui Dana Alokasi "husus !DA"$ adalah salah satu mekanisme pembiayaan daerah melalui tranfer pemerintah pusat. +ndang#undang I nomor - tahun //0 tentang 1emerintahan tranfer pemerintah pusat. +ndang#undang I nomor - tahun //0 tentang 1emerintahan Daerah dan +ndang#undang I nomor - tahun //0 tentang 1erimbangan "euangan Daerah dan +ndang#undang I nomor - tahun //0 tentang 1erimbangan "euangan antara 1emerinta
antara 1emerintah h 1usat dan 1usat dan 1emer1emerintahaintahan n Daerah menyebDaerah menyebutkan bahwa utkan bahwa DA" digunakanDA" digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan 1emerintah atas dasar prioritas nasional untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan 1emerintah atas dasar prioritas nasional dan kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. 1emerintah menetapkan kriteria DA" dan kegiatan khusus yang diusulkan daerah tertentu. 1emerintah menetapkan kriteria DA" yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. "riteria umum ditetapkan yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. "riteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan "euangan Daerah dalam A12D, kriteria khusus dengan mempertimbangkan kemampuan "euangan Daerah dalam A12D, kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang#undangan dan karakteristik daerah, ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang#undangan dan karakteristik daerah, sementara kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian negara(departemen teknis. "etiga sementara kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian negara(departemen teknis. "etiga kriteri
kriteria a tersebtersebut ut mengmenggunagunakan kan pendependekatankatan top downtop down yang menun3ukkan kecilnya peran yang menun3ukkan kecilnya peran daerah untuk ikut terlibat dalam penetapan besaran DA".
daerah untuk ikut terlibat dalam penetapan besaran DA".
4ekanisme pengalokasian DA" tersebut selama ini dinilai pemegang kebi3akan di daerah 4ekanisme pengalokasian DA" tersebut selama ini dinilai pemegang kebi3akan di daerah masih belum transparan !Departemen 1+, //5$. 2eberapa contoh di lapangan misalnya masih belum transparan !Departemen 1+, //5$. 2eberapa contoh di lapangan misalnya ter
ter3ad3adi i papada da aloalokakasi si DADA" " 6al6alan an ununtutuk k "a"abubupapateten n 7u7ununung ng "i"idudul l yyang ang lelebibih h bebesar sar
8 8
dibandingkan "abupaten Sleman, sementara pan3ang 3alan yang dimiliki 7unung "idul lebih kecil. "ota 9ogyakarta 3uga pernah mendapat alokasi DA" untuk irigasi, padahal keberadaan tanah sawah di kota tersebut relatif tidak signifikan !Seminar 2ulanan 1ustral, /8/$. %al ini mengakibatkan ketidakpuasan pemerintah daerah terhadap pengalokasian DA" baik dari sisi besaran maupun sasaran pendanaan.
1ermasalahan mekanisme penganggaran tersebut berimplikasi lebih 3auh terhadap tu3uan DA" sebagai bagian Dana 1erimbangan, yaitu mengurangi kesen3angan fiskal antara 1emerintah 1usat dan 1emerintahan Daerah serta kesen3angan antar#1emerintah Daerah. Tahun /// pada awal implementasi desentralisasi, pendapatan perkapita pada /: kabupaten terkaya adalah tiga kali lipat dibandingkan /: kabupaten termiskin. 1rosentase penduduk miskin 3uga berbeda secara signifikan antar daerah yaitu ;,<-: pada kwartil kabupaten terkaya dan 0-,/=: pada kwartil kabupaten termiskin !>howdhury et.al, //=$. %al ini merefleksikan ketidakadilan distribusi aktifitas ekonomi dan 3uga dukungan sumber data alam antar pemerintah daerah. Setelah era desentralisasi, fakta membuktikan bahwa mekanisme transfer pendanaan yang dilakukan dari pemerintah pusat ke daerah
tidak mampu mengurangi kesen3angan fiskal yang ter3adi. %al ini dibuktikan dengan tingkat pendapatan perkapita pada kecamatan terkaya di Indonesia sebesar =/ kali dibandingkan dengan penduduk pada kecamatan termiskin !?ckardt dan Shah, //@$.
"a3ian di berbagai negara menun3ukkan bahwa desentralisasi dan demokratisasi mampu mendorong kese3ahteraan penduduk suatu negara. "a3ian oster dan osenzweig !//$ mengka3i bahwa demokratisasi mempengaruhi semangat kaum miskin di India untuk meningkatkan taraf hidup. aguet !//0$ meneliti bagaimana desentralisasi meningkatkan pilihan hidup bagi komunitas lokal di 2olivia dengan adanya redistribusi finansial dari pemerintah pusat ke daerah dalam bentuk hibah. 2arankay dan ockwood !//=$ melaporkan peningkatan produktifitas dan efisiensi terkait dengan desentralisasi pada konteks penyediaan pendidikan pada wilayah bagian di Swiss.
+raian di atas menun3ukkan bahwa desentralisasi seharusnya memberikan peningkatan kese3ahteraan kepada penduduk di suatu wilayah. Adanya fakta yang berbeda di Indonesia menun3ukkan adanya mekanisme yang salah dalam penerapan desentralisasi. 1enelitian ini memiliki hipotesis bahwa kesalahan tersebut ter3adi pada mekanisme pengalokasian anggaran, salah satunya pada penetapan prioritas DA" yang diberikan pemerintah pusat ke daerah. +ntuk itu, ka3ian ini menyusun indeks teknis sebagai dasar penetapan prioritas DA" melalui preferensial methode yang diharapkan mampu mengakomodasi kondisi dan permasalahan di lapangan berdasarkan aspirasi daerah. Tingkat kelayakan model ini akan
diverifikasi dengan nilai prioritas eksisting yang disusun berdasarkan indeks teknis dengan pendekatan top down.
METODOLOGI PENELITIAN
Alur Piir
Alur pikir ka3ian memiliki - aspek besar yang harus dilakukan, yaitu 8$ menentukan variabel, indikator dan sub indikator yang selan3utnya nilainya distandarisasi, $ menentukan bobot indikator berdasarkan metode voting, serta -$ melakukan verifikasi nilai prioritas dalam mendukung peningkatan kese3ahteraan wilayah. Bilai indeks teknis dihitung berdasarkan nilai indikator suatu wilayah dan bobot teknis indikator yang
dihasilkan dari survei lapangan. +ntuk mengukur reliabilitas nilai indeks teknis dalam mendukung peningkatan kese3ahteraan, dilakukan penyusunan matriks antara nilai prioritas dengan tingkat kese3ahteraan wilayah yang diwakili oleh pendapatan perkapita penduduk berdasarkan pendekatan aspiratif dan top down. Alur penentuan indeks teknis disa3ikan
secara skematis dalam 7ambar 8.
Sumber* %asil analisis, /8/
Ga!bar " Alur P#$#ta%a$ I$&#s T#$is P#$'a$''ara$ Jala$
I&#$tiiasi Krit#ria &a$ I$&iatr P#$#ta%a$ DAK
4ekanisme penentuan alokasi DA" didasarkan pada +ndang#undang Bomor -- tahun //0 tentang 1erimbangan "euangan Antara 1emerintah 1usat dan 1emerintahan Daerah. Dalam undang#undang tersebut telah diidentifikasi parameter dan kriteria yang digunakan dalam penetapan besaran DA", yaitu*
a. 1arameter kondisi daerah, yang meliputi - kriteria yaitu*
8$ "riteria umum dengan variabel berupa kemampuan keuangan pemda,
$ "riteria khusus, dengan variabel meliputi* daerah otonomi khusus, dan
karakteristik daerah, misalnya daerah pantai, kepulauan, perbatasan, dan lain# lain,
-$ "riteria teknis, dengan variabel ditetapkan oleh Departemen Teknis.
2erdasarkan 1eraturan 4enteri 1eker3aan +mum Bomor 0(1T(4(//= tentang 1etun3uk Teknis 1enggunaan Dana Alokasi "husus 2idang Infrastruktur, kriteria teknis untuk prasarana 3alan meliputi*
-1enentuan kriteria, indikator, sub indikator
Standarisasi nilai sub indikator
1embobotan indikator* metode borda count
1enetapan prioritas C Bilai standarisasi & bobot
Aspirasi daerah* survei lapangan
4etode voting
2obot kriteria* nilai kriteria(total nilai
kriteria
2obot indikator* nilai indikator(total
nilai indikator pada kriteria yang sama
2obot sub indikator* nilai sub
indikator(total nilai sub indikator pada
2obot akhir sub indikator C
2obot kriteria bobot indikator bobot sub indikator
1endapatan perkapita
Standarisasi pendapatan perkapita Matris %riritas *s
#s#+a,t#raa$
8$ 6alan provinsi, mencakup*
i. 1an3ang 3alan provinsi !km$
ii. 1an3ang 3alan provinsi tidak mantap !km$
iii. "iner3a 3alan provinsi !dalam nilai kekasaran 3alan$, iv. "iner3a pelaporan DA" subbidang 3alan provinsi, v. Indeks "emahalan "onstruksi !I""$.
$ 6alan "abupaten("ota, mencakup*
i. 1an3ang 3alan kabupaten(kota !km$
ii. 1an3ang 3alan kabupaten(kota tidak mantap !km$
iii. "iner3a 3alan kabupaten(kota !dalam nilai pertambahan kemantapan 3alan$,
iv. "iner3a pelaporan DA" subbidang 3alan kabupaten(kota v. Indeks "emahalan "onstruksi !I""$.
b. 1arameter tu3uan alokasi DA", yang secara umum meliputi*
8$ 1engurangan kesen3angan pelayanan publik antar daerah,
$ 1eningkatan kegiatan khusus daerah yang mendukung kegiatan di wilayahnya,
-$ 1enyediaan sarana dan prasarana fisik yang men3adi prioritas nasional.
Eariabel yang disusun merupakan pengembangan dari variabel yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan tersebut, dengan memasukkan beberapa aspek penting yang dinilai
relevan dengan pengembangan 3aringan 3alan. M#t&# Sta$&arisasi
4etode standarisasi merupakan cara untuk melakukan pembandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain sehingga menghasilkan nilai pembandingan yang fair. Dengan adanya standarisasi, kriteria memiliki unit pengukuran yang seragam dan menghilangkan satuan yang semula digunakan.
"a3ian ini akan membahas transformasi skala linear !linear scale transformations$ dikarenakan kriteria yang digunakan dapat digolongkan memiliki nilai#nilai tertentu(deterministic. Transformasi skala linear mengkonversi nilai#nilai asli dalam nilai standarisasi, yang dapat dibagi lagi men3adi - 3enis yaitu maximum standardization, interval standardization dan goal standardization.
a. Maximum standardization
Bilai#nilai dalam standarisasi ini ditentukan dalam fungsi linear antara / dan nilai tertinggi. +ntuk nilai yang bersifat manfaat, nilai tertinggi diindikasikan dengan nilai 8, sementara untuk nilai yang bersifat biaya, nilai 8 mengindikasikan nilai terendah. umus yang digunakan untuk kriteria manfaat adalah*
tertinggi nilai
nilai S =
Sementara untuk kriteria biaya*
8 tertinggi nilai nilai # terendah nilai S= +
Maximum standardization memberikan hasil yang 3elas ketika kriteria diukur dalam bentuk skala rasio, misalnya biaya atau waktu per3alanan. "euntungan dari digunakannya maximum standardization adalah nilai standarisasi proporsional dengan nilai aslinya. Sedangkan kelemahannya adalah tidak mampu memperlihatkan perbedaan antar alternatif yang ditin3au.
b. Interval standardization
Bilai dalam standarisasi ini berupa fungsi linear antara nilai absolut terendah dan nilai tertinggi. Adapun rumus yang digunakan adalah*
"riteria manfaat* terendah nilai tertinggi nilai terendah nilai nilai S − − = "riteria biaya* 8 terendah nilai tertinggi ilai n terendah nilai nilai S + − − − =
%asil dari standarisasi ini adalah positif baik untuk kriteria biaya dan manfaat yang bernilai antara / dan 8. Interval standardization memberikan hasil yang 3elas ketika skala relatif digunakan, misalnya perubahan waktu per3alanan, pertumbuhan pendapatan dan perubahan suhu. Standarisasi ini dapat memberikan keuntungan untuk menggambarkan perbedaan, namun memberikan kerugian apabila perbedaan yang ter3adi kecil dan tidak signifikan.
c. Goal standardization
Goal standardization adalah serupa dengan interval standardization, namun nilai tertinggi dan terendah masing#masing nilai referensi ditentukan secara spesifik. Bilai tertinggi ini adalah nilai ideal atau tu3uan yang ingin dicapai dari kriteria tersebut sementara nilai terendah adalah nilai minimum kriteria tersebut. Bilai standarisasi disusun dalam bentuk fungsi linear. umus untuk kriteria manfaat adalah*
terendah nilai ideal ilai n terendah nilai nilai S − − =
Sementara untuk kriteria biaya*
8 terendah nilai ideal ilai n terendah nilai nilai S + − − − =
%asil nilai standarisasi adalah positif baik untuk kriteria manfaat atau biaya. Goal standardization dapat digunakan misalnya untuk melihat tingkat polusi udara, apakah
telah mencapai ambang batas yang ditentukan pada nilai tertentu atau belum. "euntungan dari goal standardization adalah hasil standarisasi adalah independen dan tidak terpengaruh nilai#nilai dalam satu kriteria yang digunakan.
Dalam ka3ian ini digunakan maximum standardization dan interval standarization untuk melakukan standarisasi berdasarkan karakteristik data yang digunakan.
M#t&# P#!bbta$ b#r&asara$ As%irasi Da#ra,
>ara paling mudah untuk melakukan pembobotan adalah dengan memperkirakan secara langsung tingkat kepentingan masing#masing kriteria dibandingkan kriteria lainnya dengan memberikan nilai pada masing#masing kriteria berdasarkan tingkat kepentingannya. >ara ini disebut pendekatan dengan cara pembobotan dan penilaian !weights and scores$.
Dalam penentuan bobot variabel 3uga dilakukan penilaian arah manfaat yang diharapkan dalam pengalokasian anggaran sektor 3alan, berupa tanda positif !F$ dan negatif !#$. Tanda !F$ menun3ukkan semakin besar nilainya semakin mendapatkan prioritas untuk mendapatkan DA", sementara tanda !#$ menun3ukkan semakin kecil nilainya semakin mendapatkan prioritas untuk mendapatkan DA".
+ntuk mengolah hasil aspirasi daerah, dilakukan perhitungan bobot dari tiap kriteria, indikator dan sub indikator. +ntuk menggabungkan aspirasi tersebut digunakan dengan metode voting dengan preferensial method berdasarkan aspirasi pemegang kebi3akan di daerah. Dalam studi ini, metode yang digunakan adalah borda count , yang dinilai merupakan metode paling tepat untuk menentukan tingkat penting variabel dari beberapa variabel yang ditin3au !lihat selengkapnya dalam Spatial Decission Support System, ?chols G Shadily, 855$.
Ra$'u!a$ M#t&# -a$' Di'u$aa$ &a$ Su!b#r Data
"riteria, indikator dan sub indikator yang diusulkan dalam pengalokasian DA", beserta metode standarisasi, kategori dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut*
Tab#l " M#t&# &a$ Su!b#r Data
Krit#ria.I$&iatr.Sub I$&iatr M#t&# Sta$&arisasi Kat#'ri Su!b#r &ata "riteria Hutput
# 6aringan 6alan
# 1an3ang 3alan Maximum standarization 4anfaat Departemen 1eker3aan +mum # 1an3ang 3alan tidak mantap Maximum standarization 4anfaat Departemen 1eker3aan +mum # uas 6alan
# ebar 3alan Maximum standarization 4anfaat Departemen 1eker3aan +mum, I4S # "ualitas permukaan !nilai II$ Interval standarization 2iaya Departemen 1eker3aan +mum, I4S "riteria Hutcome
# "apasitas
# Eolume % Maximum standarization 4anfaat Departemen 1eker3aan +mum, I4S # E(> ratio Interval standarization 4anfaat Departemen 1eker3aan +mum, I4S # "ualitas
# "ecepatan Maximum standarization 4anfaat Departemen 1eker3aan +mum, I4S # 2iaya Hperasi "endaraan Maximum standarization 2iaya Departemen 1eker3aan +mum, I4S "riteria Impact
# "eselamatan
# 6umlah kecelakaan Maximum standarization 2iaya Departemen "esehatan # Tingkat fatalitas Interval standarization 2iaya Departemen "esehatan # ingkungan
# Tingkat polusi udara Interval standarization 2iaya Data 1otensi Desa, 2 1S # "eberadaan ruang hi3au Interval standarization 4anfaat Data 1otensi Desa, 21S "riteria Administratif
# 1elaporan
# "elengkapan pelaporan Maximum standarization 4anfaat Departemen "euangan
Sumber* %asil analisis, /8/
P#r,itu$'a$ I$&#s T#$is
Indeks teknis alokasi DA" untuk prasarana 3alan diperoleh dengan men3umlahkan perkalian antara bobot variabel dengan besaran variabel yang telah distandarisasi, yang
secara matematis adalah sebagai berikut*
∑
= n 8 i i E&2 IT dengan*ITi C Indeks Teknis daerah i
Ei C nilai variabel daerah i
2i C bobot variabel
M#t&# /#riiasi
Analisis reliabilitas nilai indeks teknis berdasarkan aspirasi daerah dilakukan dengan membandingkan dengan nilai indeks teknis berdasarkan pendekatan top down yang selama ini diterapkan pada wilayah yang sama. +ntuk dapat diperbandingkan, dilakukan standarisasi dengan rumus*
& SD & & & = − dengan*
&I C nilai standarisasi & C nilai indeks teknis
&
C nilai rata#rata indeks teknisSD C Standar Deviasi indeks teknis
2erdasarkan standarisasi dapat dibentuk kwadran antara nilai standarisasi prioritas dengan nilai standarisasi pendapatan perkapita suatu wilayah. "ondisi ideal adalah ketika prioritas tinggi penganggaran diberikan pada wilayah dengan kese3ahteraan rendah.
HASIL PENGOLAHAN DATA
%asil penentuan indeks teknis 3alan pada indikator yang digunakan adalah sebagai berikut*
Tab#l 0 Nilai I$&#s T#$is Jala$
Krit#ria.I$&iatr.Sub I$&iatr 1bt
T#$is Krit#ria.I$&iatr.Sub I$&iatr
1bt T#$is "riteria Hutput "riteria Impact
#6aringan6alan #"eselamatan
# 1an3ang 3alan /,88 # 6umlah kecelakaan /,/5
# 1an3ang 3alan tidak mantap /,88 # Tingkat fatalitas /,/=
#uas6alan #ingkungan
# ebar 3alan /,/= # Tingkat polusi udara /,/< # "ualitas permukaan /,/5 # "eberadaan ruang hi3au /,/< "riteria Hutcome "riteria Administratif
#"apasitas #1elaporan
# Eolume % /,/= # "elengkapan pelaporan /,80
#E(>ratio /,/= THTA 8,//
#"ualitas
# "ecepatan /,/<
# 2iaya Hperasi "endaraan /,/< Sumber* %asil perhitungan, /8/ !diolah$
%asil perhitungan di atas menun3ukkan bahwa kelengkapan pelaporan memiliki bobot terbesar, yaitu /,80. %al ini dikarenakan sub indikator tersebut merupakan sub indikator
tunggal dalam kriteria administratif, sehingga memiliki bobot yang tidak terbagi dengan sub indikator lainnya. Eariabel yang memiliki kriteria besar adalah pan3ang 3alan dan pan3ang 3alan tidak mantap, yaitu /,88. Sementara sub indikator yang memiliki bobot kecil
adalah kecepatan, 2iaya Hperasi "endaraan, tingkat polusi udara dan keberadaan ruang hi3au, masing#masing berbobot /,/<.
2erdasarkan kondisi tiap provinsi serta nilai indeks teknis yang dihasilkan, prioritas tertinggi didapatkan oleh 1rovinsi Busa Tenggara Timur, diikuti ampung, 2engkulu dan 1apua. Adapun provinsi yang mendapatkan prioritas terendah adalah 1rovinsi 2anten, 2angka 2elitung, "alimantan Selatan, Sulawesi Tenggara dan 2ali. Selengkapnya hasil perhitungan tersebut beserta nilai eksisting prioritas yang saat ini dimiliki oleh "ementerian Departemen 1eker3aan +mum dan 1D2 perkapita masing#masing provinsi disa3ikan dalam Tabel -.
Tab#l 2 Hasil P#r,itu$'a$ Priritas Alasi DAK Jala$ Ti$'at Pr*i$si
N Priritas Pr*i$si Nilai
%#r,itu$'a$3)
Nilai
#sisti$'33) PDR1.a%ita 0445 (ADHK 0444)
8 Banggroe Aceh Darussalam /,/-= /,/0 ;.-;0.///
Sumatera +tara /,/-= /,/00 =./@/./// - Sumatera 2arat /,/-0 /,/= @.-;@./// 0 iau /,/- /,/-8 8=.-80./// < iau "epulauan # /,/8; 0.=;;./// @ 6ambi /,/-; /,/< 0./=./// = Sumatera Selatan /,/-@ /,/-= =.-8;./// ; 2angka 2elitung /,/-/ /,/@ 0.88./// 5 2engkulu /,/-; /,/0/ =.;;-./// 8/ ampung /,/-; /,/0@ @.-/;./// 88 6awa 2arat /,/-< /,/-8 0.0=-./// 8 2anten /,/5 /,// <./@@./// 8- 6awa Tengah /,/-< /,/-= =./@0./// 80 DI9 /,/-8 /,/88 @.0-@./// 8< 6awa Timur /,/-- /,/< @.;./// 8@ "alimantan 2arat /,/-= /,/08 -.@-5./// 8= "alimantan Tengah /,/-@ /,/0 .;@./// 8; "alimantan Selatan /,/-/ /,/ <.=;=./// 85 "alimantan Timur /,/-0 /,/- =.5/./// / Sulawesi +tara /,/-0 /,/5 @.<@;./// 8 7orontalo /,/- /,/ -.;<./// Sulawesi Tengah /,/-; /,/-@ <.5;=./// - Sulawesi Selatan /,/-8 /,/= <.888./// 0 Sulawesi 2arat # /,/- 0.;</./// < Sulawesi Tenggara /,/-8 /,/-8 0./;5./// @ 2ali /,/-8 /,/-/ .85@./// = BT2 /,/-< /,/-- .@/0./// ; BTT /,/0- /,/0- .<-/./// 5 4aluku /,/-@ /,/08 88.;<;.///
-/ 4aluku +tara /,/-- /,/-; n.a
-8 1apua /,/-; /,/5 n.a
- 1apua 2arat # /,/- n.a
$ berdasarkan aspirasi daerah $ berdasarkan pendekatan top down Sumber* %asil perhitungan !/8/$, "ementerian 1eker3aan +mum !//5$
%ubungan prioritas dan pendapatan perkapita dalam bentuk matriks adalah sebagai berikut*
Ga!bar 0 Matris Hubu$'a$ Priritas &a$ K#s#+a,t#raa$
Secara umum hasil yang didapatkan memperlihatkan kecenderungan hasil perhitungan yang memberikan prioritas tinggi pada wilayah#wilayah yang memiliki kese3ahteraan rendah !kwadran II$. Di sisi lain, perhitungan eksisting memperlihatkan kecenderungan prioritas rendah pada daerah#daerah yang memiliki kese3ahteraan rendah !kwadran I$
maupun prioritas tinggi pada tingkat kese3ahteraan tinggi !kwadran IE$.
ANALISIS
%asil perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa indeks teknis yang disusun berdasarkan aspirasi pemegang kebi3akan di daerah memberikan prioritas tinggi pada wilayah yang masih tertinggal. %al tersebut menun3ukkan bahwa indeks teknis berdasar aspirasi daerah relatif mengakomodasi pendekatan pemerataan dibandingkan pertumbuhan.
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa prioritas tinggi alokasi anggaran diberikan kepada wilayah yang secara ekonomi tertinggal !BTT, 1apua, 2engkulu$, memiliki akses tinggi ke ibukota negara !ampung$ serta daerah yang memiliki luas wilayah besar !1apua$. Sementara prioritas rendah diberikan kepada provinsi#provinsi baru yang relatif memiliki luas wilayah kecil !2anten, 2angka 2elitung$, wilayah dengan sumber daya alam tinggi !"alimantan Selatan$, wilayah dengan sumber daya perikanan dan pariwisata !Sulawesi Tenggara$ dan wilayah pariwisata dengan luas wilayah kecil dan kualitas 3alan sudah relatif baik !2ali$.
%asil ini diharapkan mampu men3awab permasalahan yang selama ini timbul terkait penerapan desentralisasi di Indonesia yang dinilai belum mampu mendorong pemerataan pendapatan antar wilayah sebagaimana ditengarai oleh ?ckardt dan Shah !//@$. 1eran infrastruktur 3alan sebagai stimulus bagi pertumbuhan ekonomi sebagaimana dika3i oleh banyak ahli !lihat misalnya Todaro dan Smith !8550$, 'orld Development eport !8550$, Ali dan 1ermia !//-$ dan Andersen et.al !//@$$ diharapkan akan men3adi salah satu pendekatan yang digunakan pemerintah dalam meningkatkan kese3ahteraan rakyatnya,
5
III
I/
I
II
Aspirasi daerah Top down
bukan hanya dalam konteks pertumbuhan, namun 3uga dalam pemerataan pada wilayah yang masih tertinggal.
KESIMPULAN
2eberapa kesimpulan hasil penelitian adalah*
a. 4ekanisme pengalokasian anggaran, terutama Dana Alokasi "husus !DA"$ selama
ini didasarkan atas nilai indeks teknis yang ditetapkan secara top down oleh pemerintah. "a3ian ini diharapkan dapat men3adi alternatif perhitungan indeks teknis berdasar aspirasi daerah.
c. %asil ka3ian memperlihatkan bahwa nilai indeks teknis berdasar aspirasi daerah
memberikan prioritas tinggi pada wilayah yang tertinggal. Dengan demikian, pengalokasian anggaran 3alan berdasarkan indeks teknis tersebut diharapkan mampu
mengurangi kesen3angan kese3ahteraan melalui penanganan 3alan di suatu wilayah.
U6APAN TERIMA KASIH
+capan terima kasih disampaikan kepada pengelola 1usat Studi Transportasi dan ogistik !1ustral$ +niversitas 7ad3ah 4ada beserta staf yang memberikan kesempatan mengakses data dan referensi terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, IfzalJ ?rnesto 4. 1erniaJ 6anuary //-, Infrastructure and 1overty eduction, 'hat is the >onnectionK, Asian Development 2ank, 4anila, 1hilippines
Anderson, ?dwardJ 1aolo de enzio and Stephanie evy, 4arch //@, The ole of 1ublic Investment in 1overty eduction* Theories, ?vidence and 4ethods, Hverseas Development Institute 888 'estminster 2ridge oad ondon S?8 =6D, +"
Andrew D. oster, 4ark . osenzweig, //, Democratization, Decentralization and the Distribution of ocal 1ublic 7oods in a 1oor ural ?conomy
Anwar Shah !ed$, //@, ocal governance in developing countries, 'orld 2ank, +SA Departemen "euangan, /// L //@, 1eraturan 4enteri tentang Dana Alokasi "husus
Departemen 1eker3aan +mum, //=, 1eraturan 4enteri 1eker3aan +mum Bomor 0(1T(4(//= tentang 1etun3uk Teknis 1enggunaan Dana Alokasi "husus 2idang Infrastruktur
Departemen 1eker3aan +mum, //5, 1enyusunan "riteria dan ormula 1enentuan 2obot Teknis 6alan ke Depan !2D#0$, 6akarta
Iwan 2arankay, 2en ockwood, //@, Decentralization and the 1roductive ?fficiency of 7overnment* ?vidence from Swiss >antons, orschungsinstitut zur Mukunft der Arbeit Institute for the Study of abor
6ean#1aul aguet, //, Does decentralization increase government responsiveness to local needsK ?vidence from 2olivia, 6ournal of 1ublic ?conomics ;; !//0$ ;@= L ;5-, >entre for ?conomic 1erformance and Development Studies Institute, ondon School of ?conomics, %oughton Street, ondon '>A A?, +"
6ohn 4. ?chols and %assan Shadily, 855, Spatial Decission Support System, IT>, Bederland
Shyamal >howdhury, utoshi 9amauchi and eno Dewina, //=, 7overnance Decentralization and Infrastructure 1rovision in Indonesia, 6apan 2ank for International >ooperation !62I>$