• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N NOMOR : 06/G/2016/PTUN-SMD. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P U T U S A N NOMOR : 06/G/2016/PTUN-SMD. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 1 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. P U T U S A N

NOMOR : 06/G/2016/PTUN-SMD.

“ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ” Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara biasa telah menjatuhkan putusan sebagaimana diuraikan dibawah ini, dalam sengketa antara :

MORRIS SAHARA, Warga Negara Indonesia, Pekerjaan Anggota POLRI, bertempat tinggal di Jalan Bhayangkara No. 15 RT.011, Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, dalam hal ini memberikan kuasa kepada :

1. AGUS AMRI, SH., C.L.A; 2. NAJAMUDDIN SH., C.L.A; 3. JAMALUDDIN, S.Ag..SH.,MH; 4. ROMA D.H. PASARIBU, SH.; 5. FAJRIANNUR, SH.;

6. M.R. POHAN, S.Psi,SH.

Masing - masing Kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Advokat pada kantor Advokat “AGUS AMRI & AFFILIATES (Triple A), Beralamat di Jalan P.M. Noor Perum Griya Mukti Sejahtera Nomor 128 RT. 39 Kelurahan Gunung Lingai Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tanggal 20 Februari 2016, Selanjutnya disebut sebagai --- PENGGUGAT;

M E L A W A N

KEPALA KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR, Berkedudukan di Jalan Syarifudin Yoes Nomor 99 Kota Balikpapan, Provinsi

(2)

Halaman 2 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Kalimantan Timur, dalam hal ini memberikan kuasa kepada :

1. KOMBES POL FADJAR ABDILLAH, SStMK, SH.,M.H; Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Kabidkum Polda Kalimantan Timur, NRP.67120444, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

2. AKBP M. FARIDL DJAUHARI, SH.; Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Kasubbid Bankum pada Polda Kalimantan Timur, NRP.70020394, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

3. AKBP ARY ACHIYAT, SH.,M.H;

Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Advokat Madya Bidkum pada Polda Kalimantan Timur, NRP.59110544, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

4. AKBP RINALDI, SH., Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Advokat Madya Bidkum pada Polda Kalimantan Timur, NRP.74080893, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

5. KOMPOL WINDIA NUGRAHA, SH.,

Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Kaur Luhkum Subbid Sunluhkum Bidkum pada Polda Kalimantan Timur, NRP.74100777, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

6. AKP ROKHMAD, SH.,M.H; Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Advokat Pertama 2 Bidkum

(3)

Halaman 3 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. pada Polda Kalimantan Timur, NRP.59100743, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan; 7. IPTU NAINURI SUHADI, SH.,M.Hum,

Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Advokat Pertama 1 Bidkum pada Polda Kalimantan Timur, NRP.67120444, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

8. PENATA TK.I IMAN ROCHAMAN, SH, Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Paur Luhkum Subbid Sunluhkum Bidkum pada Polda Kalimantan Timur, NIP.1977021162002121008, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

9. PENATA RINDUWAN, S.Sos, Kewarganegaraan Indonesia, Jabatan Paur Banhatkum Subbid Bankum Bidkum pada Polda Kalimantan Timur, NIP.196606071990031004, alamat di Jalan Syarifuddin Yoes 99 Balikpapan;

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 10 Maret 2016, selanjutnya disebut sebagai ---TERGUGAT;

Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut :

1. Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor : 06/PEN-DIS/2016/PTUN.SMD, tanggal 25 Februari 2016 tentang Penetapan Lolos Dissmissal;

2. Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor : 06/PEN/2016/PTUN.SMD, tanggal 25 Februari 2016 tentang Penunjukkan Majelis Hakim;

(4)

Halaman 4 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 3. Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor :

06/PEN-PP/2016/PTUN.SMD, tanggal 29 Februari 2016 tentang Pemeriksaan Persiapan; 4. Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor :

06/PEN-HS/2016/PTUN.SMD, tanggal 28 Maret 2016, tentang Penetapan Penentuan Hari Sidang;

5. Telah membaca dan mempelajari berkas perkara;

6. Telah mendengarkan keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Pihak Penggugat ; TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan tertanggal 25 Februari 2016, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara

Samarinda tanggal 25 Februari 2016 dengan Register Perkara Nomor : 06/G/2016/PTUN.SMD, sebagaimana telah diperbaiki pada Pemeriksaan Persiapan tanggal 28 Maret 2016, yang pada pokoknya mengemukakan dalil-dalil gugatannya sebagai berikut OBJEK GUGATAN :

Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri. atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016.

Adapun gugatan ini diajukan dengan didasarkan pada fakta – fakta dan dalil-dalil sebagai berikut :

1. Bahwa Penggugat menjadi anggota kepolisian setelah mengikuti pendidikan Pembentukan Bintara Polri Gelombang II tahun 2003/2004 yang dilaksanakan di Sekolah Polisi Negara Balikpapan dari tanggal 4 Agustus 2003 sampai 13 Juli 2004, Penggugat telah dinyatakan lulus dengan predikat baik dan diberikan Ijazah dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Reg.No.Pol : IJ/08/VII/2004/SPN tanggal 13 Juli 2004, Penggugat saat ini berpangkat Brigadir Polisi (BRIGPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG.

(5)

Halaman 5 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 2. Bahwa Penggugat pada tangal 5 Februari 2016 menerima Surat Pengantar Nomor :

B/130/I/2016/RoSDM tertanggal 31 Januari 2016 yang dikeluarkan oleh Tergugat tentang Pengantar atas Salinan dan Petikan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016, tanggal 25 Januari 2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIGPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG.

3. Bahwa hal mana setelah itu kemudian pada tanggal 25 Februari 2016 Penggugat mengajukan gugatan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda sehingga dengan demikian maka gugatan ini diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari dan oleh karenanya masih memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Undang-Undang No.5 Tahun 1986;

4. Bahwa objek gugatan ditinjau dari Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No.51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No.5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara nyata-nyata memenuhi kriteria Keputusan Tata Usaha Negara dan menjadi wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Samarinda untuk memeriksa dan mengadili sesuai dengan kompetensi absolutnya, yang meliputi sebagai berikut :

a. Penetapan tertulis;

Bahwa Objek Gugatan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang berupa Surat yang dikeluarkan oleh Tergugat berupa Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri. atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016;

(6)

Halaman 6 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Bahwa Objek Gugatan dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur yang mana adalah merupakan badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, oleh karena kriteria untuk menentukan Badan/Pejabat dapat dikategorikan sebagai Badan/Pejabat TUN adalah suatu kriteria/ukuran yang bersifat fungsional yakni apa saja dan siapa saja yang menyelenggarakan urusan pemerintahan (Publik Service) dapat disebut sebagai Badan/Pejabat TUN. Bahwa Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur (Tergugat) pada saat menerbitkan Objek Gugatan pada hakekatnya adalah melaksanakan urusan pemerintahan yang didasarkan pada ketentuan peraturan perundangundangan yang bersifat hukum publik;

c. Berisikan tindakan hukum Tata Usaha Negara (TUN);

Bahwa hubungan hukum antara Tergugat dan Penggugat yang kemudian menjadi dasar penerbitan Objek Gugatan merupakan hubungan hukum Tata Usaha Negara, karena tindakan Tergugat menerbitkan Surat Objek Gugatan telah menimbulkan hak dan kewajiban bagi orang yang namanya tercantum dalam surat Objek Gugatan a-quo, sehingga tindakan Tergugat menerbitkan surat Objek Gugatan harus diartikan melaksanakan tindakan hukum Tata Usaha Negara;

d. Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

Bahwa Tergugat dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, artinya tindakan Tergugat harus ada dasarnya (azas legalitas) dalam peraturan Perundang-undangan. Bahwa Tergugat dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Bidang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

e. Bersifat konkrit, individual dan final;

Bahwa bersifat konkrit, artinya berujud/tidak abstrak dan dapat ditentukan, yang mana surat Objek Gugatan telah memenuhi sifat konkrit karena berisi suatu tindakan yang berwujud dan dapat ditentukan serta tidak abstrak, yakni Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri. atas nama MORRIS

(7)

Halaman 7 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016

Bahwa bersifat individual artinya tidak ditujukan untuk umum namun tertentu pihak yang dituju, yang mana Objek Gugatan telah memenuhi sifat individual karena sudah tentu pihak yang dituju yakni Penggugat.

Bahwa bersifat final artinya sudah definitif dan tidak memerlukan persetujuan dari instansi atasan maupun instansi lain;

f. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata; Bahwa Objek Gugatan berupa Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri. atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016 tersebut jelas berdampak kepada Penggugat dan telah menimbulkan akibat hukum yang sifatnya merugikan Penggugat, yaitu hilangnya penghasilan Penggugat yang merupakan tulang punggung kehidupan rumah tangga, hal tersebut jelas disebabkannya dikeluarkannya Keputusan Obyek Sengketa tersebut;

5. Bahwa tindakan Tergugat dalam mengeluarkan Objek Gugatan ternyata tidak dilandasi oleh pertimbangan yang obyektif atas dasar itikad baik dan bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik telah memenuhi syarat sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 53 ayat (1) dan (2) a dan b Undang Undang No.9 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama atas Undang-Undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan berdasarkan fakta hukum Penggugat merasa bahwa dalam melaksanakan proses dikeluarkannya Objek Gugatan telah menyalahi prosedur;

6. Bahwa disamping itu Objek Gugatan dimaksud telah melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik diantaranya adalah asas keseimbangan, karena asas ini menghendaki adanya pelaksanaan prosedur secara konsisten. Surat aquo juga telah

(8)

Halaman 8 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. melanggar asas permainan yang layak/fair play bahwa dalam hal ini Penggugat tidak pernah diberi kesempatan samasekali untuk membela diri secara layak untuk memberikan argumen argumen sebelum dijatuhkan hukuman disiplin kepada Penggugat, hal mana terbukti dari keberatan yang diajukan oleh Penggugat dan memeinta pemeriksaan pada Komisi Banding namun tidak mendapat tanggapan serta tidak memperoleh penjelasan yang transparan dari Tergugat sebagai dasar dikeluarkannya surat Objek Gugatan dalam perkara aquo;

7. Bahwa sehingga dengan demikian maka jelaslah dasar Tergugat dalam menerbitkan Objek Gugatan dilandasi oleh hal-hal yang tidak benar dan tidak obyektif serta cenderung manipulatif, hal ini membuktikan bahwa tindakan Tergugat mengeluarkan Keputusan a quo bertentangan dengan asas kecermatan dan kepastian hukum dalam penerbitan suatu keputusan Tata Usaha Negara;

8. Bahwa setiap tindakan penyelenggaraan Negara seharusnya melandaskan pada asas kepastian hukum yaitu asas dalam Negara yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijaksanaan Penyelenggaraan Negara. Dari uraian tersebut diatas tindakan Tergugat mengeluarkan Objek Gugatan jelas telah melanggar asas kepastian hukum karena telah melanggar rasa keadilan bagi diri Penggugat;

9. Bahwa tindakan Tergugat juga sekaligus tidak mengindahkan aspirasi dan harapan dari Penggugat untuk tetap dapat tetap mengabdikan diri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia, hal mana telah menimbulkan tekanan mental yang luar biasa pada diri Penggugat dan keluarganya, tindakan Tergugat mana jelas telah mengabaikan asas pertimbangan yang apabila suatu keputusan itu tidak murni menguntungkan maka harus disertai dengan pertimbangan yang memadai sehingga dengan dikeluarkannya Objek Gugatan jelas Tergugat telah melakukan pelanggaran serius atas asas-asas mengenai formulasi keputusan khususnya asas pertimbangan;

10. Bahwa tindakan Tergugat yang telah menerbitkan Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan

(9)

Halaman 9 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Hormat Dari Dinas Polri atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIGPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016 (Objek Gugatan a quo) mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan yaitu antara lain :

 Hilangnya pekerjaan atau terhentinya pembayaran gaji Penggugat ;

 Hilangnya kesempatan untuk untuk berkarier di Institusi Kepolisian Republik Indonesia ;

 Hal mana sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ; 11. Bahwa sebelumnya Penggugat pernah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri

Bontang, dengan tuduhan sebagai berikut :

a. Putusan perkara No.48/Pid.B/2014/PN.Btg tanggal 29 April 2014 dengan pidana penjara 3 (tiga) bulan atas tindak pidana Ilegal Loging,

b. Putusan perkara No.14/Pid.B/2015/PN.Btg tanggal 11 Pebruari 2015 dengan pidana penjara 8 (delapan) bulan atas tindak pidana penyalahgunaan narkoba,

c. Putusan perkara No.15/Pid.B/2015/PN.Btg tanggal 12 Pebruari 2015 dengan pidana penjara 4 (empat) bulan atas tindak pidana kepemilikan senpi revolver ilegal.

Bahwa terhadap ketiga tuduhan tersebut sarat dengan rekayasa dan menipulasi oleh pihak – pihak tertentu yang memojokkan Penggugat seolah – olah Penggugat telah benar – banar melakukan perbuatan pidana tersebut. Selanjutnya terhadap ketiga putusan tersebut, Penggugat dengan bujuk rayu oleh Kasat Reskrim saat itu dengan alasan akan “dibantu” tidak mengajukan upaya hukum banding dan telah menjalani masa hukuman.

12. Bahwa setelah selesai menjalani masa hukumannya tersebut, Penggugat kembali aktif menjadi anggota Polri di Polres Kota Bontang serta tidak pernah absen sekalipun dari

(10)

Halaman 10 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. kedinasan, namun Penggugat sangat terkejut mengetahui telah adanya dikeluarkan surat usulan pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Polri No.R/01/IX/2015/SI PROPAM, tanggal September 2015 dari Propam Polresta Bontang atas dugaan telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri sesuai dengan Pasal 12 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No.01 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri jo Pasal 22 ayat (1) huruf a Perkap No.14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, atas dasar tersebut kemudian Kapolres Kota Bontang/AKBP.Hendra Kurniawan,SIK mengeluarkan Surat Keputusan Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi No.Kep/38/IX/2015 tanggal 28 September 2015.

13. Bahwa dalam proses selanjutnya Penggugat selama proses Sidang Komisi Kode Etik Polri tidak memperoleh hak – haknya sebagai terperiksa secara layak, termasuk tidak pernah diberikan Resume Pemeriksaan Pendahuluan sehingga Penggugat tidak memperoleh kesempatan untuk mempersiapkan pembelaan diri secara layak dihadapan Sidang KKEP saat itu.

14. Bahwa Hasil Sidang KKEP tentang Surat Putusan Rekomendasi Pemberhentian Penggugat pada dasarnya belum memenuhi tahapan- tahapan prosedur hukum yang diatur di dalam PERKAP, sehingga Sidang KKEP dalam membuat pertimbangan hukum untuk mengambil suatu keputusan tidak berdasarkan data dan fakta yang akurat dan atau ada ada mata rantai dari peristiwa hukum yang terlepas untuk dipertimbangkanya ;

15. Bahwa proses sidang KKEP menghasilkan Keputusan Komisi Kode Etik Polri tersebut selanjutnya dituangkan dalam Keputusan No.Kep/42/I/2016. yang pada intinya menyatakan Penggugat terbukti melanggar Pasal 12 Ayat (1) huruf a PPRI No.01 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri jo Pasal 22 ayat (1) huruf a Perkap No.14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka Penggugat diberi sanksi berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia, pada saat itu juga Penggugat menolak

(11)

Halaman 11 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. dan ingin menyatakan permintaan pemeriksaan banding kepada Komisi Banding namun hal ini tidak pernah dilaksanakan baik oleh pejabat yang berwenang saat itu. 16. Bahwa selama proses tersebut Kapolresta Bontang selaku Atasan Langsung yang

berhak menghukum (ANKUM) tidak pernah dimintai pendapat atau saran hal mana bertentangan dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan (2) PERKAP No. 14 tahun 2011 sebagai berikut :

“Dalam hal terjadi pelanggaran komulatif antara pelanggaran Disiplin dan KEPP penegakanya dilakukan melalui mekanisme Sidang Disiplin atau Sidang KKEP berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari Terperiksa/Terduga Pelanggar serta pendapat dan saran hukum dari Pengemban fungsi hukum “

Bahwa dalam kenyataannya ketentuan tersebut tidak dilaksanakan oleh Tergugat. 17. Bahwa Pasal 31 ayat (1) huruf a PERKAP No 19 Tahun 2012 menyebutkan

“Pemeriksaan Pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf a di laksanakan melalui tahapan, a Audit Investigasi“ kemudian pada pasal 36 menyebutkan Audit Investigasi dilaksanakan dengan cara :

a. Wawancara terhadap Terduga Pelanggar dan saksi ;

b. Mencari, mengumpulkan dan mencatat bukti-bukti yang memiliki hubungan dengan pelanggaran KEPP ;

c. Memeriksa, meneliti dan menganalisa dokumen yang memiliki hubungan dengan dugaan pelanggaran KEPP dan ;

d. Mendatangi tempat - tempat yang berhubungan dengan Pelanggaran KEPP ; Bahwa Audit Investigasi yang dilakaukan tidak melaksanakan seluruh ketentuan diatas, seperti ketentuan pada huruf b, c dan d diatas, jika benar Audit Investigasi melaksankannya maka Audit akan menemukan bukti- bukti hal-hal apa yang menyebabkan Penggugat melakukan pelanggaran dan faktanya Audit Investigasi juga tidak ada mendatangi tempat-tempat yang berhubungan dengan Penggugat. 18. Bahwa pada Pemeriksaan Pendahuluan untuk Sidang KKEP yang di tujukan kepada

(12)

Halaman 12 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. posisi Penggugat agar kesaksiannya menjadi pertimbangan oleh Sidang KKEP atas fakta yang terjadi yang menimpa Penggugat sebagaimana tuduhan dalam Perkara ini, Tim Audit Investigasi hanya menghadirkan saksi dari Polri saja yang jelas kesaksianya sudah diatur sedemikian rupa agar memberatkan Penggugat pada Sidang KKEP, begitu juga tidak di hadirkan saksi ahli untuk sebagai analisa perbandingan mengenai kondisi yang sedang Penggugat alami akibat sebelum Penggugat diajukan untuk siding KKEP tersebut sehingga berdasarkan hal diatas jelas pemeriksa ataupun Audit investigasi tidak menjalankan seluruh item dari tugas dan kewajibannya untuk mengetahui kondisi Terduga Pelanggar/Penggugat sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan KKEP tersebut.

19. Bahwa Bahwa Pasal 74 PERKAP No 19 Tahun 2012 mengatur perihal hak-hak dari Terduga Pelanggar namun dari beberapa hak yang dijamin tersebut Penggugat tidak mendapatkan hak yang diatur tersebut seperti sebagaimana huruf a, Penggugat tidak ada menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan. Kemudian sebagaimana hurus b, Penggugat tidak dapat menujuk pendamping sehingga pada saat pemeriksaan pendahuluan dan tahap pemeriksaan serta Banding Penggugat tidak di damping oleh Pendamping. Penggugat hanya di damping oleh pendamping saat Sidang KKEP saja ;

20. Bahwa pada Pasal 18 PERKAP No. 14 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara RI menyatakan :

(1) Dalam penegakan KEPP, Terduga Pelanggar dapat di damping Anggota Polri yang ditunjuk oleh Terduga Pelanggar pada Tingkatan Pemeriksaan Pendahuluan Sidang KKEP, dan Sidang Komisi Banding ;

(2) Dalam hal Terduga Pelanggar tidak menunjuk Anggota Polri sebagai pendamping, Pengemban fungsi hukum wajib menunjuk Pendamping ; (3) Untuk kepentingan Pembelaan, Terduga Pelanggar diberi hak untuk

(13)

Halaman 13 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Bahwa didalam Pasal 1 ayat 15 PERKAP No. 19 tahun 2012 jelas menyatakan yang disebut Pendamping adalah “Pegawai negeri pada Polri yang diminta oleh Pelanggar atau atasan pelanggar atau Akreditor untuk mendampingi terduga Pelanggar dalam Pemeriksaan Pendahuluan, pada tahap pemeriksaan dan pada Sidang KKEP “

21. Bahwa Pada saat Pemeriksaan Pendahulauan, pada tahap pemeriksaan faktanya Penggugat tidak ada di damping oleh pendamping dan Pengemban fungsi hukum tidak ada menunjuk Pendamping untuk Penggugat, padahal ini wajib hukumnya dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan pada tahap pemeriksaan sehingga penggugat kehilangan hak pada saat pemeriksaan pendahuluan dan tahap pemeriksaan tersebut ditambah lagi Penggugat juga tidak diberi hak untuk menghadirkan saksi-saksi yang meringankan, pada hal itu penting untuk mengetahui perkara ini.

22. Bahwa tentang pendamping ini jelas diatur di bagian Kedua yaitu Pasal 75 dan 76 pasal PERKAP No. 19 tahun tahun 2012 Tentang Sususnan Organisasi Dan Tata kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI, Pasal 75 tentang pendamping menyatakan : (1) Pendamping Terduga Pelanggar berhak :

a. Menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Terduga Pelanggar.

b. Mendampingi Terduga Pelanggar pada saat Pemeriksaan Pendahuluan dan Sidang KKEP ;

c. Menerima jadwal pelaksanaan Pemeriksaan Pendahuluan dan Sidang KKEP; d. Mengajukan pertanyaan terhadap saksi, Ahli, dan Terduga

Pelanggar yang diajukan oleh penuntut dalam Sidang KKEP ; e. Mengajukan saksi dan barang bukti dalam Sidang KKEP; f. Mengajukan Pembelaan dalam Sidang KKEP ;

g. Mengajukan Keberatan kepada KKEP atas pertanyaan yang diajukan penuntut yang bersifat menyesatkan, menjebak, dan menyimpulkan ;

h. Menerima salinan putusan Sidang KKEP ; i. Mengajukan Banding dan ;

(14)

Halaman 14 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. j. Menerima salinan putusan Sidang Banding ;

k. Menerima hak atas jasa profesi ; (2) Pendamping Terduga Pelanggar wajib :

a. Memiliki Surat Kuasa dari Terduga Pelanggar atau Surat Perintah dari atasannya ;

b. Memberikan saran dan pertimbangan hukum kepada Terduga Pelanggar ; c. Menyusun dan membacakan nota eksepsi/bantahan dan nota pembelaan

dalam Sidang KKEP ;

d. Membela Hak-hak Terduga Pelanggar dan ; e. Menyusun dan menyampaikan Memori Banding ; Pasal 76 PERKAP No 19 Tahun 2012 menyebutkan :

Pendamping Terduga Pelanggar adalah Pegawai Negeri pada Polri yang memenuhi persyaratan :

a. Berpendidikan Sarjana Hukum dan /atau Sarjana Ilmu kepolisian ;

b. Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan beracara secara teknis dan taktis dalam sidang KKEP ;

c. Tidak sedang menjalani proses hukum atau menjalani hukuman ; d. Memiliki surat kuasa dari Terduga Pelanggar dan/atau ;

e. Memiliki surat perintah dari atasan Pendamping ;

Bahwa dengan tidak adanya Pendamping yang mendampingi Penggugat dalam Pemeriksaan Pendahuluan dan Tahap Pemeriksaan, menyebabkan Penggugat telah kehilangan hak-hak dan kesempatan untuk Pembelaan diri secara layak.

23. Bahwa selanjutnya Penggugat tidak Menerima turunan Berita Acara Pemeriksaan Terduga Pelanggar, tidak di damping saat pemeriksaan pendahuluan dan tahap pemeriksaan. Dan yang terpenting Tidak ada yang memberikan saran dan pertimbangan hukum kepada Penggugat, sementara Penggugat buta dan tidak tahu prosedur dan cara mengukapakan fakta yang sebenarnya untuk membela kepentingan hukum Penggugat.

(15)

Halaman 15 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 24. Bahwa pada pasal 74 PERKAP No 19 Tahun 2012, mengatur hak Penggugat selaku

Terduga Pelanggar namun faktanya Penggugat tidak ada mendapatkan turunan Berita acara Pemeriksaan Pendahuluan, Turunan Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan hanya di terima Pendamping Penggugat pada saat menjelang Sidang KKEP akan dimulai karenanya pendampingan dan pembelaan atas hak-hak Penggugat tidak terakomodir ini terbukti tidak adanya di hadirkan saksi ahli, dan tidak ada saksi yang meringan yang diajukan untuk menyampaikan fakta sebenarnya dalam persidangan KKEP tersebut.

25. Bahwa Pasal 47 ayat (3) PERKAP No 19 Tahun 2012 menyebutkan “Berkas Pemeriksaan Pendahuluan pelanggar KEPP di buat rangkap 7 (tujuh) dan distrubusikan kepada dst” SALAH SATUNYA KEPADA TERDUGA PELANGGAR hal ini berguna untuk melakukan pembelaan diri namun fakta hal itu tidak diberikan kepada Penggugat. Dan faktanya juga pada saat akan sidang KKEP akan dimulai, Pendamping baru mengambil berkas atas nama Penggugat dan akibatnya Penggugat tidak memegang berkas sama sekali dan Pembelaan atas Penggugatpun hanya dilakukan ala kadarnya saja dan tidak maksimal karena Pendamping yang ditunjuk untuk mendampingi dan membela kepentingan Penggugat, baru Penggugat ketahui siapa orang yang akan menjadi Pendamping Penggugat hanya pada hari Sidang KKEP akan berlangsung/dilaksanakan.

26. Bahwa Bahwa Sidang KKEP hanya melihat berkas yang ada dan kesaksian dari anggota Polri yang memberatkan saja semetara berkas yang ada tidak sempurna, hal mana dikarenakan pemeriksaan pendahuluan juga sudah cacat hukum tidak sesuai PERKAP, akibatnya hak-hak Penggugat banyak yang tidak terakomodir dan dilanggar serta tidak Sesuai dengan PERKAP .

27. Bahwa yang dikatakan Banding dalam Pasal 1 ayat 16 PERKAP No. 19 tahun 2012 adalah :

(16)

Halaman 16 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. “Upaya Pelanggar atau istri/suami/orang tua/anak/orang tua kandung Pelanggar, atau Pendamping Pelanggar untuk mengajukan keberatan atas putusan Sidang KKEP”

Namun faktanya Penggugat tidak diberi akses dan informasi yang benar untuk dapat melakukan upaya tersebut sehingga Penggugat tidak dapat melakukan upaya Banding yang seharusnya menurut pasal 75 ayat (1) huruf i , Pendamping dapat mengajukan Banding dan pasal 75 ayat (2) huruf e menyatakan Pendampin dapat menyusun dan menyampaikan memori Banding.

28. Bahwa berdasarkan hal diatas Penggugat selain tidak didampingi pada saat Pemeriksaan Pendahuluan dan tahap Pemeriksan juga tidak didampingi pada untuk Tahap Banding ke Komisi Banding, karenanya Penggugat juga kehilangan hak dan kesempatan untuk upaya membela diri di tingkat Banding, sehingga tidak ada upaya hukum Banding yang dilakukan. Hal mana dengan demikian maka hak Penggugat telah dilanggar secara sewenang - wenang. Padahal jelas sekali PERKAP mengatur Pendamping dapat melakukan upaya Banding dan mengajukan serta menyusun memori Banding tersebut karena kondisi Penggugat yang tidak memungkinkan.

29. Bahwa selain itu sikap aneh Tergugat yang tidak bersedia untuk menunjukkan hasil pemeriksaannya yang menjadi dasar diterbitkannya surat Objek Gugatan dalam, perkara aquo semakin membuktikan adanya manipulasi dan rekayasa yang dilakukan oleh Tergugat dalam memberikan penilaian untuk menyatakan Penggugat di berhentukan tidak dengan hormat dari dinas sebagai anggota POLRI;

30. Bahwa terhadap Surat Obyek Gugatan tersebut Penggugat telah menggunakan berbagai upaya yang ada berupa keberatan termasuk meminta pemeriksaan Komisi Banding atas dikeluarkannya Objek Gugatan kepada pejabat yang berwenang, namun tidak ditindaklanjuti oleh Pejabat yang berwenang. Hal mana Penggugat merasakan keputusan tersebut tidak adil bagi Penggugat, sehingga berdasarkan Pasal 48 UU No.5 Tahun 1986 jo Pasal 55 UU No.5 Tahun 1986 maka Pengadilan Tata Usaha Negara

(17)

Halaman 17 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Samarinda berwenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara dimaksud, oleh karenanya Penggugat mengajukan gugatan kepada Tergugat melalui Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda;

31. Bahwa oleh karena Tergugat dalam menerbitkan Keputusan obyek sengketa telah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yaitu :

1. PERKAP No. 14 tahun 2011 Tentang Kode Etik Provesi Kepolisian Negara RI. Dan :

2. PERKAP No. 19 tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI.

Dan Bertentangan dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan(The General Principle of Good Administration) yang baik, yaitu :

1. Asas Keseimbangan;

2. Asas Permainan Yang Layak/Fair Play; 3. Asas Kecermatan dan Kepastian Hukum;

4. Asas Pertimbangan, Asas Keadilan dan Kewajaran (Principality of Justice and Equity) dan Azas Bertindak Cermat (Principle of Carefulness).

Sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, jo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

32. Bahwa oleh karenanya Tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan Objek Sengketa bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, dan bertentangan dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik, sebagaimana dimaksud Pasal 53 ayat 2 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, jo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

(18)

Halaman 18 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. maka adalah beralaskan hukum untuk menyatakan Keputusan Tata Usaha Negara diterbitkan oleh Tergugat adalah cacat hukum dan harus DINYATAKAN BATAL ATAU TIDAK SAH.

33. PERMOHONAN PENANGGUHAN PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN 33.1. Bahwa apabila obyek sengketa tetap berlaku, maka akan menimbulkan kerugian

yang semakin besar secara financial bagi diri Penggugat, karena otomatis tidak ada pendapatan dari sejak terbitnya obyek sengketa sehingga mematikan ekonomi Penggugat sama sekali guna mencukupi kebutuhan hidup bagi Penggugat sebab Penggugat sebagai tulang punggung ekonomi untuk keluarga; 33.2. Bahwa mengingat obyek sengketa dalam perkara ini mulai berlaku sejak tanggal

29 Febrruari 2016 maka terdapat alasan-alasan yang sangat mendesak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 67 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, yang menyatakan :

1. Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap;

2. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputus terlebih dahulu dari pokok sengketanya; 3. Bahwa oleh karena terdapat alasan-alasan yang sangat mendesak

sebagaimana disebut diatas, maka untuk itu Penggugat mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk menangguhkan atau menunda tindak lanjut secara administrasi Surat Keputusan obyek sengketa selama sengketa Tata Usaha Negara ini sedang berjalan sampai adanya Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

34. Berdasarkan fakta – fakta dan dalil-dalil sebagaimana tersebut diatas, maka kami mohon agar kiranya kepada Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha

(19)

Halaman 19 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Negara Samarinda yang memeriksa dan mengadili perkara ini, untuk menjatuhkan putusannya sebagai berikut :

DALAM PERMOHONAN PENANGGUHAN PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN: - Mengabulkan permohonan penangguhan berlakunya Keputusan No. :

Kep/42/I/2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri. atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016 selama sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan sampai adanya Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde);

DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri. atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016;

3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Nomor : Kep/42/I/2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri. atas nama MORRIS SAHARA, Pangkat Brigadir Polisi (BRIPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG, tertanggal 25 Januari 2016;

4. Memerintahkan kepada Tergugat untuk merehabilitasi hak-hak Penggugat dalam kemampuan kedudukan, harkat dan martabat sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia seperti semula;

5. Menghukum Tergugat untuk membayar keseluruhan biaya yang timbul dalam perkara ini.

(20)

Halaman 20 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Dalam sistem peradilan yang berjalan dengan baik, mohon putusan yang seadil-adilnya (naar goede justie recht doen) .

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan Jawabannya tertanggal 14 April 2016, dengan mengemukakan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI

1. Bahwa Tergugat menolak dan menyangkal dengan tegas seluruh dalil-dalil Penggugat kecuali yang kebenarannya diakui secara tegas (uiteigen wetenschap) oleh Tergugat ;

2. Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan Tergugat dalam mengeluarkan obyek gugatan ternyata tidak dilandasi oleh pertimbangan yang obyektif atas dasar itikad baik dan bertentangan dengan asas-asas umum Pemerintahan yang baik seperti yang diisyaratkan dalam Pasal 53 ayat (1) dan (2) huruf a dan b UU No 9.Tahun 2004 tetang Peradilan Tata Usaha Negara, hal tersebut tidaklah benar, fakta hukumnya bahwa Tergugat dalam melakukan tindakan hukum terhadap Penggugat dalam lingkup Kepolisian Negara Republik Indonesia Cq Kepolisian Daerah Kalimantan Timur telah dan mempedomani aturan hukum Administrasi Negara yang berlaku dilingkungan Kepolisian Negara RI.

3. Bahwa Gugatan Penggugat yang dimohonkan kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara di Samarinda adalah sangat kabur dan tidak jelas (Obsure Lebel). 4. Bahwa Penggugat menyatakan bahwa Tergugat dalam mengeluarkan obyek gugatan ternyata tidak dilandasi oleh pertimbangan yang obyektif atas dasar itikad baik dan bertentangan dengan asas-asas umum Pemerintahan yang baik seperti yang diisyaratkan dalam Pasal 53 ayat (1) dan (2) huruf a dan b UU No 9.Tahun 2004 tetang Peradilan Tata Usaha Negara, hal tersebut sangatlah salah dan tidak benar, hal ini Tergugat dapat buktikan bahwa Penggugat sampai dengan dilakukan tindakan hukum berupa Pemberhentian dengan Tidak Hormat dari Kesatuan Kepolisian Daerah Kalimantan Timur ini, bahwa perilaku

(21)

Halaman 21 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. Penggugat sudah tidak layak lagi untuk dipertahankan menjadi anggota Kepolisian, hal tersebut Penggugat di Tahun 2008 telah melakukan tindakan Disiplin berupa melakukan hubungan badan layaknya suami istri terhadap Istri orang lain, hal tersebut Terggugat telah dilakukan hukuman disiplin berdasarkan surat Keputusan Hukuman Disiplin No. Pol : Skep/11/VIII/ 2008/P3D tanggal 06 Agustus 2008, dan terhadap Penggugat masih dilakukan pembinaan untuk dapat merubah perilakunya sebagai anggota Kepolisian, akan tetapi dalam perjalanan kedinasanya, di tahun 2014 tergugat telah dan terbukti secara sah melakukan tindakan hukum berupa melakukan tindak pidana kehutanan, selanjutnya di Tahun 2015 terhadap Penggugat juga telah divonis melakukan tindak pidana menguasai Senpi Ilegal serta Tindak pidana narkotika, mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 jo Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian RI maka terhadap perilaku penggugat secara hukum telah diproses melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian RI dengan putusan berupa Rekomendasi Pemberhentian Tidak Dengan Hormat, sehingga apa yang didalilkan oleh Penggugat bahwa Tergugat telah melanggar UU Nomor 9 Tahun 2004 sangatlah tidak benar dan dalil penggugat adalah mengada-ada, untuk melakukan pembelaan diri.

Berdasarkan uraian dan dalil-dalil Tergugat dalam Eksepsi tersebut diatas, maka gugatan PTUN Penggugat yang diajukan oleh Penggugat haruslah ditolak secara keseluruhan dan dapatnya menerima Eksepsi Tergugat.

II. Dalam Pokok Perkara

1. Bahwa apa yang telah diuraikan dan didalilkan oleh Tergugat dalam Eksepsi tersebut diatas, juga termuat dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Pokok Perkara ini;

2. Bahwa Tergugat bersama ini menolak dan menyangkal dengan tegas seluruh dalil-dalil surat gugatan Penggugat , kecuali yang kebenarannya diakui secara tegas oleh Tergugat ;

(22)

Halaman 22 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 3. Bahwa terhadap dalil Penggugat pada angka 1 Tergugat tidak perlu menjawab

atau menanggapinya, karena dalam angka 1 tersebut hanya menceritakan tentang kronologis keanggotaan Penggugat awal menjadi anggota Kepolisian RI di Polda Kaltim;

4. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat pada angka 2, Tergugat akan menanggapinya sebagai berikut :

bahwa apa yang dituangkan oleh Penggugat dalam dalilnya pada angka 2 sudah sangat jelas menerangkan bahwa terhadap perilaku penggugat berkaitan dengan Penggugat melakukan tindak Pidana kehutanan dan telah diputus oleh Pengadilan Negeri Bontang, maka oleh Tergugat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara RI Pasal 11 jo Pasal 12 , maka Tergugat menindak lanjuti dengan melakukan proses sidang Komisi Kode Etik Kepolsian Negara RI Jo Pasal 21, pasal 22 Perkap 14 Tahun 2011 ;

5. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat pada angka 3, bersama ini Tergugat tidak akan menanggapinya, karena apa yang didalilkan penggugat hanyalah perintah Undang-Udang dan hal tersebut adalah hak hukum Penggugat untuk melakukan upaya hukum kepada Tergugat ;

6. Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam angka 4 huruf a, b, c, d, e,f bersama ini Tergugat akan menanggapinya sebagai berikut :

Bahwa apa yang dituangkan Penggugat dalam dalilnya tersebut sangat tidak beralasan secara hukum, dikarenakan apa yang didalilkan oleh Penggugat dalam gugatannya tesebut disini Penggugat secara pribadi seharusnya intropeksi diri terhadap perilaku saat Penggugat masih menjadi anggota Kepolisian, penggugat selama melaksanakan kedinasan telah terbukti melakukan pelanggaran disiplin, terhadap perilaku tersebut pimpinan Penggugat masih melakukan pembinaan terhadap diri Penggugat, dalam perjalanan kedinasan selanjutnya malah Penggugat melakukan tindak pidana yang seharusnya tindak pidana tersebut

(23)

Halaman 23 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. tidak patut dan layak dilakukan oleh Penggugat, dikarenakan penggugat adalah anggota Kepolisian RI, akan tetapi hal tersebut Penggugat lakukan, sehingga secara peraturan adminstrasi dalam lingkup Kepolisian Negara RI, maka tindakan hukum Penggugat yang telah diproses di Pengadilan Negeri Bontang ditindaklanjuti melalui Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI, sehingga perilaku Penggugat tersebut telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Penggugat berupa Pemberhentian dengan Tidak Hormat, dan segala tindak Tergugat tersebut tidak melanggar hukum keadmistrasian Negara karena tidakan hukum Tergugat terhadap Penggugat telah mempedomani tahapan-tahapan proses administrasi pemberhetian dengan tidak hormat tehadap Penggugat ; 7. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 5 tidak perlu Tergugat

tanggapi, dikarenakan dalil Penggugat tersebut hanya merupakan suatu “imagine”yang sengaja dikedepankan oleh Penggugat untuk membentuk suatu “konstruksi hukum administrasi/Opini hukum administrasi secara Subyektif Penggugat” yang tidak dapat dibuktikan secara yuridis oleh Penggugat namun dapat membentuk opini negatif terhadap tindakan hukum Tergugat kepada Penggugat yang sebenarnya Penggugat secara hukum Admistrasi Negara layak untuk menerima resiko atas perbuatanya tersebut; 8. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 6, bersama ini Tergugat

tidak perlu menanggapi, dikarenakan dalil Penggugat tersebut hanyalah dalil pembelaan bersifat subyektif Penggugat, karena perilaku Penggugat sampai dengan Penggugat melakukan gugatan ini sebenarnya perilaku penggugat selaku/sebagai anggota Polri sudah tidak layak untuk dipertahankan untuk tetap menjadi anggota Polri ;

9. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 7, bersama ini Tergugat akan menanggapi sebagai berikut, bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat tersebut tidaklah benar, Tergugat dalam melakukan tindakan hukum adminstrasi Negara kepada Penggugat telah mempedomani hukum administrasi Negara yang

(24)

Halaman 24 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. berlaku dilingkungan kepolisian RI, dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan, sehingga tindakan hukum Tergugat terhadap Penggugat secara administrasi Negara yang berlaku dilingkungan Polri telah dipedomani oleh Tergugat;

10. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 8, bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi, dikarenakan dalil Penggugat sudah Tergugat jawab pada angka 7 ;

11. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 9, bersama ini Tergugat akan menanggapi sebagai berikut, bahwa apa yang didalilkan Penggugat sangatlah salah, karena perilaku kedinasan Penggugat yang melakukan pelanggaran yang berulang-ulang sehingga perilaku Penggugat sangat mencoreng Institusi Kepolisian, dan perilaku Penggugat selama ini telah dilakukan pembinaan, akan tetapi Perilaku Penggugat tidak berubah, selanjutnya perbuatan Penggugat berdasarkan aturan hukum administrasi yang berlaku di Kepolisian Negara RI memenuhi syarat untuk dilakukan proses hukum terhadap Penggugat, sehingga apa yang didalilkan Penggugat sangatlah salah, serta tindakan hukum Tergugat terhadap Penggugat melakukan proses hukum Administrasi kepada Penggugat adalah sah menurut hukum ;

12. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 10, bersama ini Tergugat tidak akan menanggapi, karena dalil angka 10 telah Tergugat jawab pada dalil angka 9 ;

13. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 11, bersama ini Tergugat tidak akan menanggapi, karena apa yang didalilkan Penggugat dalam angka 11 adalah merupakan penilaian subyektif Penggugat ;

14. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 12, bersama ini Tergugat akan menanggapi sebagai berikut, bahwa benar setelah Penggugat selesai menjalani hukuman dari lapas Bontang Penggugat masih menjalankan dinas

(25)

Halaman 25 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. seperti semula, akan tetapi perilaku Penggugat didalam kedinasan menunjukan kinerja yang baik, akan tetapi tidak berselang lama Penggugat ternyata terlibat lagi dengan perbuatan tindak pidana yang kedua yaitu Penggugat bersama-sama dengan dua masyarakat umum yang telah terbukti menggunakan Narkotika jenis sabu-sabu dimana Penggugat mengetahuinya akan tetapi Penggugat tidak melaporkan kepada Institusi dimana Penggugat melaksanakan dinas sebagai anggota Kepolisian Polres Bontang, selanjutnya terhadap Penggugat dilakukan penyidikan dan perkara Penggugat telah divonis oleh Pengadilan Negeri Bontang, mempedomani PP No 1 Tahun 2003 pasal 11 maka terhadap Penggugat dilakukan proses hukum sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian RI, sehingga apa yang didalilkan oleh Penggugat tersebut tidaklah benar, selanjutnya bahwa perbuatan Penggugat telah memenuhi syarat hukum melanggar Perkap No 14 Tahun 2011, oleh karena itu maka perbuatan Penggugat di Proses melalui Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri;

15. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 13, Bahwa terhadap dalil Penggugat dalam angka 13, bersama ini Tergugat akan menanggapi sebagai berikut, bahwa apa yang didalilkan Penggugat hal tersebut tidaklah benar, karena Tergugat telah memenuhi semua syarat hukum berkaitan tahapan -tahapan pelaksanan sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian RI kepada Penggugat, jadi apa yang didalilkan Penggugat tersebut hanyalah dalil pembenar secara subyektif ;

16. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 14, bahwa terhadap dalil angka 14 ini bersama ini Tergugat tidak akan menanggapi, karena dalil-dali Penggugat tersebut hanyalah penilai pribadi Penggugat yang tidak didasari landasan yuridis, dan hal tersebut tidaklah benar, segala tindak hukum Tergugat kepada Penggugat berkaitan dengan proses Sidang komisi kode etik Polri Tergugat sudah mempedomani tahapan-tahapan seperti yang telah diatur oleh kententuan Perkap 14 Tahun 2011 dan Perkap 19 Tahun 2012 ;

(26)

Halaman 26 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 17. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 15,bersama ini Tergugat

akan menanggapi sebagai berikut, bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat tersebut tidaklah benar, karena sampai batas waktu yang ditentukan Penggugat tidak melakukan upaya hukum seperti yang amanatkan dalam Perkap 19 Tahun 2012 sehingga secara yuridis bahwa perkara Aquo Penggugat telah memenuhi syarat hukum untuk dikuatkan pengeluaran Skep PTDH oleh atasan pembentuk komisi ( Kapolda Kaltim ) ;

18. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 16, bahwa terhadap dalil angka 16 ini bersama ini Tergugat akan menanggapi sebagi berikut bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat pada angka 16 hal tersebut tidaklah benar, karena berdasarkan bukti-bukti atas perbuatan yang telah dilakukan oleh Penggugat,maka perbuatan Penggugat memenuhi syarat hukum untuk di proses melalui sidang Komisi kode etik Polri, begitu juga atasan Penggugat telah meminta saran pendapat dari fungsi hukum Polda Kaltim ;

19. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 17, bersama ini Tergugat akan menanggapi sebagai berikut, bahwa apa yang didalilkan Penggugat tersebut tidaklah benar, karena Tergugat mempedomani PP No 1 Tahun 2003 pasal 11 jo Perkap 14 Tahun 2011 pasal 21 jo pasal 22, berdasarkan bukti hasil putusan Pengadilan Bontang maka Tergugat telah melaksanakan audit investigasi dan melaksanakan gelar perkara hasil audit investigasi terhadap perkara Aquo Penggugat, selanjutnya berdasarkan audit dan gelar perkara maka dapat disimpulkan bahwa perbuatan Penggugat memenuhi syarat hukum untuk diproses pemberkasan pendahuluan KKEP, jadi dalil Penggugat tersebut tidak benar dan tidak diladasi oleh hukum ;

20. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 18,bahwa terhadap dalil Penggugat bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi karena dalil Penggugat pada angka 18, telah Tergugat jawab pada dalil angka 17 ;

(27)

Halaman 27 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 21. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 19, bersama ini Tergugat

akan menanggapi sebagai berikut, bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat pada angka 19 hal tersebut tidaklah benar, fakta hukumnya bahwa Penggugat telah dan mendapat pendampingan dalam proses pemeriksaan pendahuluan maupun pelaksanaan sidang Komisi Kode Etik Polri;

22. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 20, bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi karena dalil Penggugat pada angka 20 sudah Tergugat jawab didalil angka 19;

23. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 21, bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi dikarenakan dalil Penggugat pada angka 21 ini hanyalah dalil pembelaan subyektif Penggugat, fakta hukumnya bahwa Penggugat saat pemeriksaan pendahuluan telah ditanyakan oleh Auditor bahwa apakah Penggugat perlu didampingi, Penggugat menjawab tidak ;

24. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 22, bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi, karena dalil Penggugat pada angka 22 secara hukum telah dipenuhi oleh Tergugat ;

25. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 23, bersama ini Tergugat akan menanggapi sebagai berikut, bahwa apa yang didalilkan Penggugat pada angka 23 ini, secara administrasi sebenarnya adalah kesalahan dari Penggugat sendiri, karena setiap pelaksanaan pembinaan personil masalah-masalah yang berhubungan dengan pelanggaran disiplin maupun pelanggaran KKEP telah berulang-ulang disampaikan oleh Pimpinan Penggugat, ditambah lagi dengan adanya penyuluhan hukum dari Bidkum Polda Kaltim, setiap tahunnya, selanjutnya dari pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan terhadap Penggugat telah disampaikan hak-hak Penggugat, termasuk akibat dari pelanggaran yang dilakukan oleh Penggugat, Tergugat maupun atasan Penggugat telah disampaikan kepada Penggugat, sehingga apa yang didalilkan oleh Penggugat dalam dalil angka 23 sebetulnya tidak benar, pimpinan Penggugat sangat

(28)

Halaman 28 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. berulang-ulang menyampaikan kepada anggota agar menghindari pelanggaran yang akan mengakibatkan kerugian pada diri sendiri, hal tersebut tidak diindahkan oleh Penggugat terbukti Penggugat 1 kali melakukan pelanggaran disiplin dan 3 kali melakukan tindak pidana ;

26. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 24,terhadap dalil angka 24 bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi, karena dalil Penggugat pada angka 24 telah Tergugat jelaskan atau jawab dalam dalil di atas ;

27. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 25, terhadap dalil angka 25 bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi, karena dalil angka 25 ini hanya penilaian subyektif Penggugat ;

28. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 26,bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi, karena dalil angka 26 ini hanya penilaian subyektif Penggugat ;

29. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 27, bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi, karena dalil angka 27 ini hanya penilaian subyektif Penggugat, karena saat setelah pembacaan putusan, Ketua Komisi telah menyampaikan kepada Penggugat tentang hak-hak Penggugat atas hasil putusan sidang komisi yang dilakukan terhadap Penggugat pada saat itu ;

30. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 28, bersama ini Tergugat tidak perlu menaggapi Karena dalil Penggugat pada angka 28 telah Tergugat jawab pada dalil angka 27 ;

31. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 29, bersama ini Tergugat tidak perlu menanggapi, karena dalil angka 29 ini, hanyalah pembelaan sepihak dari diri penggugat yang seharusnya Penggugat Intropeksi diri terhadap perbuatan yang telah dilakukan sehingga sampai Penggugat diproses melalui sidang Komisi Kode Etik dengan diputuskan oleh Pimpinan Penggugat bahwa Penggugat tidak layak dipertahankan menjadi anggota Kepolisian RI ;

(29)

Halaman 29 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 32. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 30, bersama ini Tergugat

tidak perlu menanggapi,karena hal tersebut adalah kewenangan majelis hakim PTUN ini untuk memutus perkara ini sesuai fakta hukum yang Tergugat buktikan nantinya ;

33. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 31, 32, kesemuanya adalah kewenangan majelis hakim PTUN untuk mengujinya, Tergugat akan mebuktikan bahwa tindakan hukum Tergugat terhadap Penggugat telah dan mempedomani hukum administrasi Negara yang berlaku lingkungan Kepolisian Negara RI ;

34. Bahwa terhadap dalil-dalil Penggugat dalam angka 33,bersama ini Tergugat memohon kepada Majelis hakim PTUN untuk menolaknya, dikarenakan perbuatan Penggugat secara sah telah melanggar aturan administrasi Negara yang berlaku dilingkungan Kepolisian Negara RI ;

Dengan demikian berdasarkan uraian-uraian jawaban Tergugat tersebut di atas, maka Tergugat dalam pokok perkara memohon kepada yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar kiranya berkenan untuk memutuskan yang amarnya sebagai berikut:

I. DALAM EKSEPSI :

Menerima Eksepsi Tergugat. II. DALAM POKOK PERKARA :

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan tindakan Tergugat terhadap Penggugat telah sah menurut hukum; 3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini. Atau apabila yang Mulia Majelis Hakim PTUN berpendapat lain, mohon diberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa atas jawaban Tergugat, dan Penggugat telah mengajukan Repliknya pada tanggal 21 April 2016, dan terhadap Replik tersebut Tergugat telah

(30)

Halaman 30 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. menyampaikan Dupliknya tertanggal 27 April 2016, yang isinya sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Persidangan Perkara ini ;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat melalui kuasa hukumnya telah mengajukan bukti-bukti tertulis berupa foto copy surat-surat yang telah bermaterai cukup dan telah dicocokan dengan asli dan/atau foto copynya, selanjutnya diberi tanda P-1 sampai dengan P- 3, sebagai berikut :

1. Bukti P – 1 . : Foto copy sesuai dengan Foto Copy Ijazah, dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, Reg. No. Pol: IJ/08/VII/2004/SPN, tanggal 13 Juni 2004, atas nama : Morris Sahara;

2. Bukti P – 2 : Foto copy sesuai dengan Foto Copy Surat Keputusan Kepala Kopolisian Negara Republik Indonesia, No. Kep/38/IX/2015, tanggal 28 September 2015, tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia; 3. Bukti P - 3 : Foto copy sesuai dengan Foto Copy Surat Kopolisian Negara

Republik Indonesia, Daerah Kalimantan Timur, No. B/130/I/2016/Ro SDM, tanggal 31 Januari 2016, tentang Surat Pengantar Pengiriman Salinan dan Petikan Keputusan Kapolda Kalimantan Timur No. Kep/42/I/2016, tanggal 25 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari Dinas Polri an. Brigpol Morris Sahara, beserta Petikan Keputusan Kapolda Kalimantan Timur No. Kep/42/I/2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari Dinas Polri an. Brigpol Morris Sahara, tertanggal 25 Januari 2016;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil jawabannya, Tergugat melalui kuasa hukumnya telah mengajukan bukti-bukti tertulis berupa foto copy surat-surat yang telah bermaterai cukup dan telah dicocokkan dengan asli dan/atau foto copynya,

(31)

Halaman 31 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. selanjutnya diberi tanda T-1 sampai dengan T-25, sebagai berikut :

1. Bukti T – 1 : Foto copy sesuai dengan Asli, Surat Keputusan Hukuman Disiplin No. Pol.SKEP/11/VIII/2008/P3D, tanggal 06 Agustus 2008,atas nama : Morris Sahara, Pangkat/Nrp.Briptu/84110401, yang diterbitkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Timur Resor Bontang;

2. Bukti T – 2 : Foto copy sesuai dengan Foto Copy Legalisir Petikan Putusan Pengadilan Negeri Bontang No. 48/Pid.B/2014/PN.Btg, tanggal 29 April 2014, atas nama Terdakwa : Morris Sahara anak dari Markus Ali;

3. Bukti T - 3 : Foto copy sesuai dengan Asli Laporan Polisi Nomor 02/V/2014/Res Btg tanggal 20 Mei 2014 tentang Pelanggaran Kode Etk Profesi Kepolisian RI yang diduga dilakukan oleh Brigpol Morris Sahara, NRP.8410401;

4. Bukti T – 4 . : Foto copy sesuai dengan Asli, Surat Perintah Kapolres Bontang No.Sprint/27/VI/2014/Res Btg, tanggal 4 Juni 2014 tentang Perintah Melakukan Audit Investigasi terhadap dugaan Pelanggaran Kode Etik Profes Polri terkait kasus Ilegal Logging, yang diguga dilakukan oleh Brigpol Morris Sahara;

5. Bukti T – 5 : Foto copy sesuai dengan Asli Nota wawancara Brigpol Hamka selaku Akriditor pada hari Senin, tanggal 9 Juni 2014 kepada Briptu Rayendra Purba, NRP. 8804037, jabatan anggota BA Reskrim Polres Bontang;

6. Bukti T – 6 : Foto copy sesuai dengan Asli Nota wawancara Brigpol Hamka selaku Akriditor pada hari Senin, tanggal 9 Juni 2014 kepada Bripka Suryadi, SH; NRP. 78090205, jabatan anggota BA Reskrim Polres Bontang;

(32)

Halaman 32 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 7. Bukti T – 7 : Foto copy sesuai dengan Asli, Nota wawancara Audit Investigasi

Brigpol Hamka Nrp. 85070062, Jabatan Baur Provos, melakukan wawancara terhadap Brigpol Arfan Hidayat, Nrp.86030556, Jabatan Ba Sat Reskrim, pada Polres Bontang, tanggal 09 Juni 2014;

8. Bukti T – 8 . : Foto copy sesuai dengan Asli Notulen Gelar Hasil Audit Investigasi tentang Dugaan Pelanggaran KEPP Yang Dilakukan Brigol Morris Sahara, tanggal 16 Juni 2014;

9. Bukti T – 9 : Foto copy sesuai dengan Asli Lapporan Hasil Audit Investigasi No. LHA/02/VI/2014/Propam, tanggal Juni 2014;

10. Bukti T – 10 : Foto copy sesuai dengan Asli Surat Perintah Nomor Sprin/1024/VI/2014/Res Btg tanggal 13 Juni 2014;

11. Bukti T – 11 : Foto copy sesuai dengan Asli, Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran Kode Etik Polri, No.BP3KEPP/02/IX/2014/ PROPAM,Terduga Pelanggar Brigpol Morris Sahara, Pangkat Brigadir Polisi (BRIGPOL), NRP 84110401, dengan Jabatan Anggota Polsek Bontang Selatan Kesatuan Polres Bontang. tertanggal 22 September 2014;

12. Bukti T – 12. : Foto copy sesuai dengan Asli, Surat Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Timur, Nomor : R/1323/XI/2014/Bidkum, tanggal 6 Nopember 2014, yang ditujukan kepada Kapolres Bontang, Perihal Pendapat dan Saran Hukum Sidang KKEP Polri an. Brigpol Morris Sahara Nrp. 84110401 Anggota Polsek Bontang Selatan Polres Bontang; 13. Bukti T – 13 : Foto copy sesuai dengan Asli, Surat Kapolres Bontang, Nomor :

R/275/X/2014/Res Btg, tanggal 20 Oktober 2014, yang ditujukan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Timur, Perihal Mohon Saran dan Pendapat Hukum

(33)

Halaman 33 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. atas Pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Brigpol Morris Sahara Nrp. 84110401;

14. Bukti T – 14 : Foto copy sesuai dengan Asli, Surat Kasi Propam Polres Bontang, Nomor : R/01/XI/2015/Res Btg, tanggal September 2015, yang ditujukan kepada Kepala Kepolisian Resor Bontang, Perihal usulan Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Polri untuk Memeriksa an. Brigpol Morris Sahara Nrp. 84110401;

15. Bukti T – 15 : Foto copy sesuai dengan Asli Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Nomor : Kep/38/IX/2015, tanggal 28 September 2015, tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia;

16. Bukti T – 16 : Foto copy sesuai dengan Asli, Surat Perintah Kepala Kepolisian Resort Bontang Nomor : Sprin/551/X/2015/Propam, tanggal 07 Oktober 2015;

17. Bukti T – 17 : Foto copy sesuai dengan Asli Nota Dinas Kabag Sumda Kepolisian Resort Bontang, No. B/ND-217/X/2015/Sumda, tanggal 7 Oktober 2015, kepada Akreditor Sie Propam Polres Bontang, Perihal Pertimbangan dan Penilaian Anggota Polri an. Brigpol Morris Sahara, Jabatan Brigadir Polres Bontang Kesatuan Polres Bontang Guna Sebagai Bahan Pertimbangan Untuk Proses Persidangan Kode Etik Profesi Polri;

18. Bukti T - 18 : Foto copy sesuai dengan Asli Rekomendasi Pertimbangan Pejabat Berwenang Kepala Kepolisian Resort Bontang Nomor : RPPB/02/X/2015/Res Btg, tanggal 08 Oktober 2015;

19. Bukti T – 19 : Foto copy sesuai dengan Asli, Putusan Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri, Kepolisian Resor Bontang, Nomor : PUT KKEP/02/X/2015/KKEP, tanggal 08 Oktober 2015, an. Brigpol Morris Sahara;

(34)

Halaman 34 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. 20. Bukti T – 20 : Foto copy sesuai dengan Asli, Surat Kapolres Bontang, Nomor :

B/2390/X/2015/Res Btg, tanggal Oktober 2015, yang ditujukan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Timur, Perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Sidang KKEP Pelanggar an. Brigpol Morris Sahara Nrp. 84110401, Jabatan Brigadir Polres Bontang;

21. Bukti T – 21 : Foto copy sesuai dengan Asli Nota Dinas Kabidpropam Polda Kaltim No. B/ND-11/I/2016/Propam, tanggal 8 Januari 2016, kepada Karo SDM Polda Kaltim, Perihal Pengiriman Data Hasil Sidang KKEP Tahun 2015 yang belum memperoleh Keputusan Penetapan Penjatuhan Hukuman;

22. Bukti T – 22 : Foto copy sesuai dengan Asli Surat Perintah Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Timur Nomor : Sprin/84/I/2016, tanggal 11 Januari 2016, tentang TIM Penelaah Usul PTDH Personil Polri Polda Kaltim;

23. Bukti T – 23 : Foto copy sesuai dengan Asli Surat Karo SDM Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Timur, Perihal Undangan Nomor : B/392/I/2016/RoSDM, tanggal 12 Januari 2016, yang ditujukan kepada Irwasda Polda Kaltim. Dkk;

24. Bukti T – 24 : Foto copy sesuai dengan Asli Nota Dinas Karo SDM Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Timur, No. R/ND-05/I/2016/RoSDM, tanggal 18 Januari 2016, kepada Kapolda Kaltim, Perihal Laporan Hasil Rapat TIM Penelaah Usulan PTDH Personel Polda Kaltim;

25. Bukti T – 25 : Foto copy sesuai dengan Asli, Keputusan Kepala Kepolisian Kalimantan Timur No. Kep/42/I/2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri an. Brigpol Morris Sahara, Pangkat Brigadir Polisi (BRIGPOL), NRP 84110401,

(35)

Halaman 35 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. dengan Jabatan/Kesatuan Anggota BRIGADIR POLRES BONTANG. tertanggal 25 Januari 2016;

Menimbang, bahwa selain mengajukan alat bukti surat-surat, pihak Penggugat mengajukan 2 (dua) orang Saksi dipersidangan atas nama JIMUN dan HENDRA KURNIAWAN, SIK yang seluruhnya memberikan keterangan di bawah sumpah sebagaimana termuat dalam berita acara persidangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Putusan ini, sebagai berikut :

Menimbang, bahwa Saksi ke 1 (satu) Penggugat atas nama JIMUN pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

- Bahwa benar Saksi adalah Pendamping Penggugat dalam Pemeriksaan Kode Etik;

- Bahwa benar Saksi pendamping Terperiksa atas nama Morris Sahara, atas perintah Kapolres untuk Sidang Kode Etik Kepolisian tanggal 8 Oktober 2015;

- Bahwa Untuk dapat ditunjuk sebagai Pendamping, syarat formalnya Sarjana Hukum; - Bahwa Saksi belum memiliki pengetahuan sidang KKEP ;

- Bahwa Saksi belum pernah menjalani proses hukuman ;

- Bahwa Saksi Pendampingi mendampingi Penggugat dalam tahapan Sidang Kode Etik, tidak mendampingi dalam Pemeriksaan Pendahuluan ;

- Bahwa untuk menjadi pendamping Penggugat, telah mendapat Berita Acara Pendahuluan, yaitu sehari sebelumnya, pada tanggal 7 Oktober 2015, dan sidang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2015;

- Bahwa Saksi sempat memperlajari Berita Acara tersebut ;

- Bahwa benar saksi sebagai Pendamping tidak pernah mengajukan saksi yang meringankan, karena tidak ada;

- Bahwa benar saksi membuat bantahan ;

- Bahwa benar sampai sekarang tidak ada informasi banding;

- Bahwa benar Saksi pernah menjadi pendamping 1 (satu) kali sebelum mendapingi Penggugat;

(36)

Halaman 36 dari 69 Halaman, Putusan Nomor : 06/G/2016/PTUN-SMD ….. - Bahwa Sepengetahuan saksi sebagai Pendamping, saudara Penggugat pernah

Pelanggaran Pidana Sudah 2 (dua) kali, sedangkan untuk Pelanggaran Disiplin saksi tidak tahu;

- Bahwa benar setelah putusan, saksi tidak pernah dihubungi oleh Penggugat;

- Bahwa benar setelah Saksi menjadi Pendamping, Saksi ada memberikan Laporan hasilnya ke Propam dan ke Kapolres;

- Bahwa benar sepengetahuan saksi tidak ada hak-hak Terperiksa yang dilanggar; - Bahwa Saksi pernah pernah menerima Resume Pemeriksaan Pendahuluan :

- Bahwa benar Saksi ada menerima Berita Acara Pendahuluan Terperiksa pada tanggal 7 Oktober 2016, sehari sebelum Sidang KKEP;

- Bahwa benar yang didampingi tidak pernah memohon dihadirkan saksi, karena saksinya tidak ada;

- Bahwa benar semua saksi memberatkan Terperiksa;

Menimbang, bahwa Saksi ke 2 (dua) Penggugat atas nama HENDRA KURNIAWAN, SIK pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

- Bahwa benar Saksi tugas di Bontang sejak Mei 2015 sampai dengan Mei 2016;

- Bahwa benar karena ketentuannya sudah ada proses pidana ke tiga-tiganya maka saksi Rekomendasikan tidak layak untuk menjadi anggota Polri;

- Bahwa benar Rekomendasi itu inisiatif saksi, karena merupakan kewajiban Saksi; - Bahwa benar Rekomendasi Pertimbangan Pejabat Berwenang Kepala Kepolisian Resor

Bontang Nomor : RPPB/02 /X/2015/Res Btg, tanggal 08 Oktober 2015”;, dibuat dan ditandatangani oleh Saksi;

- Bahwa benar Saksi berkirim surat ke Kapolda, sebagai mana bukti T-20 : “Surat Kapolres Bontang, Nomor : B/2390/X/2015/Res Btg, tanggal Oktober 2015, Perihal Laporan Hasil Pelaksanaan Sidang KKEP Pelanggar an. Brigpol Morris Sahara Nrp. 84110401, Jabatan Brigadir Polres Bontang”, dengan melampirkan Rekomendasi ; - Bahwa benar pada waktu itu Penggugat menyatakan banding, akan tetapi faktanya

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pupuk Mabar Fine Compost terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Kedelai Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk Mabar Fine Compost berpengaruh

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini menggunakan landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah. Pembahasan pada

Dengan permainan bola warna berekor (bonakor) tersebut diharapkan pembelajaran lempar tangkap bola akan lebih menyenangkan dan siswa akan tertarik untuk mempelajari

Dalam penelitian ini, istilah populasi, sampel, dan sumber data dijelaskan. Istilah ini muncul karena pendekatan penelitian ini bersifat campuran, kuantitatif dan

Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

Hal tersebut tidak lain merupakan sebuah frustasi dan agresi serta perasaan superior terhadap orang lain yang menjadi sumber motivasional mahasiswa

Hasil analisis kebutuhan kurikulum literasi media bermuatan nilai-nilai Islam pada kegiatan ekstrakurikuler PD yang diperlukan di SMA Al-Irsyad Satya pada komponen tujuan

Indikasi relatif pada tiroidektomi meliputi pasien dengan perokok, Graves ophthalmopathy sedang hingga berat, pasien yang meginginkan control cepat sehingga segera