• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fadlil Ichwani dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): , Juli 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fadlil Ichwani dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): , Juli 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus) DALAM RANSUM SAPI LOKAL BERBASIS JERAMI PADI AMONIASI TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN

ORGANIK

(THE EFFECT ON DRY MATTER AND ORGANIC MATTER DIGESTIBILITY OF WARU LEAF (Hibiscus

tiliaceus) FLOUR ADDED TO AMONIATED RICE STRAW BASED RATIONS OF LOCAL BEEF CATTLE)

Fadlil Ichwani, Budi Rustomo, dan Muhamad Bata

Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto muhamadbata@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun waru (Hibiscus tiliaceus) dalam ransum sapi lokal berbasis jerami padi amoniasi terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik secara in vivo. Materi penelitian adalah 18 ekor sapi lokal jantan PO (Peranakan Ongol). Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan diulang 6 kali. Pakan perlakuan berupa jerami padi amoniasi, konsentrat dengan penambahan level daun waru yang berbeda, (yaitu A : Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0 % dari berat konsentrat; B : Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0,24 % dari berat konsentrat; dan C : Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0,48 % dari berat konsentrat). Peubah yang diukur adalah kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik dengan metode koleksi total. Data dianalisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan uji Ortogonal Polinomial. Hasil penelitian menunjukkan rataan kecernaan bahan kering masing – masing untuk perlakuan A, B dan C berturut-turut adalah 54,69% ± 6,48; 59,85% ± 3,75 dan 61,70% ± 2,43. Rataan kecernaan bahan organik perlakuan A, B dan C berturut-turut adalah 59,58% ± 5,85; 63,75% ± 2,95 dan 66,91% ± 1,91. Penambahan tepung daun waru dalam ransum meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik secara linier, dengan persamaan garis regresi berturut-turut Y=55,24 + 14,60X (R2 = 0,32 ; P<0,05) dan Y=59,74 + 15,29X (R2 = 0,41; P<0,05). Hasil penellitian menunjukkan penambahan tepung daun waru (Hibiscus tiliaceus) dengan level 0,48% dari berat konsentrat dalam ransum sapi potong lokal berbasis jerami padi amoniasi mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik (P<0,05).

Kata Kunci : tepung daun waru, jerami padi amoniasi, in vivo, KBK dan KBO, sapi lokal.

ABSTRACT

This study was aimed at determining the effect of adding waru leaf flour to ammoniated rice straw diets fed to local beef cattle on dry matter and organic matter digestibility in vivo. Research materials were 18 local bulls of Ongole Hybreed (OH). The method of research was experimental using a completely randomized design (CRD). The treatments were repeated six times. Feeding treatments were ammoniated rice straw and concentrate diets added with different levels of hibiscus leaf (A: basal ration + hibiscus leaf flour of 0 % concentrate weight; B: basal ration + hibiscus leaf flour of 0,24 % concentrate weight; and C: basal ration + hibiscus leaf flour of 0,48 % concentrate weight). The variables measured were dry matter and organic matter digestibility, with total collection method. Data were analyzed using analysis of variance and followed by Orthogonal Polinomial Test. The average of dry matter digestibility was 54,69% ± 6,48; 59,85% ± 3,75 dan 61,70% ± 2,43 for treatments A; B and C, respectively. The average of organic matter digestibility was 59,58% ± 5,85; 63,75% ± 2,95 dan 66,91% ± 1,91 for treatments A; B and C,

(2)

digestibility linearly with the regression equation of Y=55,24 + 14,60X (R2 = 0,32 ; P<0,05) and Y=59,74 + 15,29X (R2 = 0,41; P<0,05); respectively. The study showed that the addition of waru leaf flour with the level of 0,48% concentrate weight to ammoniated rice straw based diets significantly increased dry matter and organic matter digestibility (P<0,05) of Ongole hybreeds bulls.

Keywords : waru leaf flour, ammoniated rice straw, in vivo, DM and OM digestibility, local beef.

PENDAHULUAN

Permasalahan yang sering kali dialami peternak adalah kurangnya ketersediaan pakan terutama hijauan pada musim kemarau, sehingga perlu diupayakan pemanfaatan sumber pakan lain seperti produk samping pertanian. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, tetapi memiliki kualitas nutrisi yang rendah karena ikatan lignoselulosa tinggi, kandungan protein kasar rendah, dan kandungan serat kasar tinggi (Warta, 2003). Amoniasi jerami padi dengan urea dapat meningkatkan kecernaan bahan kering 11% (Kijlstra, 1985) dan) menurunkan lignin sebesar 6,14% (Chuzaemi dan Soejono, 1987).

Penggunaan jerami padi amoniasi pada pakan sapi akan menghasilkan produksi gas metan. Pembentukan gas metan pada tubuh ternak ini akan menyebabkan kehilangan energi 15 % dari total energi kimia tercernanya ( Thalib, 2008). Menurut Tavendale et al. (2005), penghambatan produksi gas metan dapat dilakukan dengan cara tidak langsung melalui penghambatan pencernaan serat untuk mengurangi produksi H2, dan cara langsung yaitu dengan menghambat

pertumbuhan dan aktivitas bakteri metanogenik yang bersimbiosis dengan protozoa (Bryden and Annison, 1998). Didalam daun waru mengandung saponin dan senyawa antiprotozoa lain yaitu quinoline, yang dapat digunakan sebagai agen defaunasi untuk menurunkan populasi protozoa secara in vitro (Bata dkk, 2011). Penelitian penggunaan tepung daun waru pada ransum sapi potong lokal berbasis jerami padi amoniasi perlu dilakukan untuk mengetahui responnya terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vivo. Hipotesis dari penelitian ini adalah penambahan tepung daun waru dalam ransum sapi potong lokal berbasis jerami padi amoniasi dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vivo.

METODE

Materi yang digunakan adalah sapi lokal jantan PO (Peranakan Ongol) sebanyak 18 ekor dengan rata-rata bobot badan 223,89 ± 14,32 kg (KK : 6,39%) yang ditempatkan pada kandang individu ukuran 2 x 3 m. Sapi tersebut diberikan pakan berupa jerami padi amoniasi dan konsentrat dengan imbangan bahan kering (BK) 45:55, dengan konsumsi BK 3% dari bobot hidup. Komposisi dan kandungan nutrient ransum percobaan tersaji pada Tabel 1. Penelitian menggunakan metode eksperimental in vivo, yang dirancang menurut Rancangan Acak Lengkap. Sebagai perlakuan adalah level penambahan tepung daun waru pada konsentrat masing-masing 0; 0,24 dan 0,48 % dari berat konsentrat untuk perlakuan A; B dan C berturut-turut. Peubah yang diukur adalah kecernaan bahan kering (KBK) dan kecernaan bahan organik (KBO) menggunakan metode koleksi total.

(3)

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrient Ransum Percobaan Komposisi

Ransum

Ransum Perlakuan (% BK)

A B C

Jerami Padi Amoniasi 45 45 45

Konsentrat 55 55 55

Level Penambahan

Tepung Daun Waru 0 0,24 0,48

Kandungan nutrient ransum (% BK)

Protein Kasar 11,25 11,79 11,83 Lemak Kasar 9,84 9,80 10,09 Serat Kasar 0,73 0,75 0,72 TDN 37,70 37,71 37,70 Abu 4,25 4,34 4,16 NDF 34,58 35,95 36,29 ADF 22,61 23,31 24,64

HASIL DAN PEMBAHASAN Kecernaan Bahan Kering

Rataan konsumsi dan kecernaan bahan kering pada masing-masing perlakuan A, B dan C

dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penambahan tepung daun waru (Hibiscus tiliaceus) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan dan konsumsi bahan kering. Penambahan tepung daun waru dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi bahan kering (Tabel 2).

Uji orthogonal polynomial menunjukkan bentuk respon linier (Gambar 1), yang mengikuti persamaan garis Y=55,24 + 14,60X (R2 = 0,32 ; P<0,05). Grafik regresi linier tersebut menunjukkan adanya peningkatan kecernaan bahan kering yang disebabkan oleh peningkatan level tepung daun

50 52 54 56 58 60 62 64 0 0.24 0.48 K e ce n aan B ah an K e ri n g (% )

Level penambahan tepung daun waru

Gambar 1. Grafik Regresi Linier Kecernaan Bahan Kering dengan Berbagai Level Penambahan Tepung Daun Waru

(4)

populasi bakteri (Putra, 2006), karena penurunan populasi protozoa akibat terdapatnya saponin dalam tepung daun waru. Saponin dapat meningkatkan tegangan permukaan dari membran protozoa yang mengandung kolesterol, sehingga membran rusak dan mengakibatkan lisisnya protozoa (Sutardi, 1995; Afriyanti, 2008). Restiti (2013) melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun waru dengan level 100 ppm dapat menurunkan populasi protozoa secara in vitro. Penurunan populasi protozoa dapat meningkatkan populasi bakteri, terutama bakteri selulolitik sehingga pakan dapat terdegradasi secara efektif (Putra, 2011). Sajati (2012) melaporkan bahwa dengan mengurangi atau menekan populasi protozoa akan memberi kesempatan bakteri untuk dapat berkembang lebih baik.

Tabel 2. Rataan Konsumsi (kg) dan Kecernaan Bahan Kering (%) (± Sd) Perlakuan

Konsumsi Bahan Kering (kg)

Kecernaan Bahan Kering ± Standar Deviasi (%)

A 35,99 ± 5,35a 54,69 ± 6,48a

B 37,95 ± 5,01ab 59,85 ±3 ,75ab

C 44,87 ± 3,37bc 61,70 ± 2,43bc

Keterangan :

Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

A = Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0 % dari berat konsentrat. B = Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0,24 % dari berat konsentrat. C = Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0,48 % dari berat konsentrat.

Tabel 2 menunjukkan bahwa sapi yang mendapat perlakuan C mempunyai rataan kecernaan bahan kering yang lebih tinggi (P<0,05) dibanding perlakuan A. Akan tetapi, sama (P>0,05) dengan perlakuan B. Lebih tingginya kecernaan bahan kering pada perlakuan C (P<0,05) dibanding dengan A dan B kemungkinan karena penurunan populasi protozoa dalam rumen. Suplementasi Zn-asetat dan daun waru secara in vivo pada sapi bali bunting mampu menurunkan populasi protozoa 37,3% (Putra, 2006). Penelitian yang lain ( Sultana, 2012) dengan Sapindus mukorossi yang mengandung saponin, efektif sebagai defaunator. Lebih lanjut Suhartati (2009) melaporkan bahwa penggunaan saponin yang terdapat pada tepung lerak dalam ransum sapi potong peranakan ongole juga dapat dijadikan sebagai agen defaunasi.

Penggunaan agen defaunasi (saponin) menurunkan populasi protozoa 57% sehingga meningkatkan populasi bakteri 69% pada domba yang diberi Sapindus rarak (Thalib dkk, 1996). Suhartati (2010) melaporkan bahwa populasi bakteri rumen yang tinggi dapat meningkatkan aktivitas fermentasi pakan, aliran N dalam rumen serta sintesis protein mikroba. Lebih lanjut Putra (2006) melaporkan peningkatan populasi bakteri dapat meningkatkan kecernaan bahan kering. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi tepung daun waru dengan level 0,48% dari berat konsentrat, dapat meningkatkan kecernaan bahan kering sapi potong lokal yang diberi ransum berbasis jerami padi amoniasi. Peningkatan kecernaan bahan kering tersebut kemungkinan disebabkan oleh efektifitas tepung daun waru sebagai agen defaunasi, yang dapat menurunkan populasi protozoa dan meningkatkan populasi bakteri dalam rumen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Cakra dan Siti (2008) pada kambing Peranakan Etawah yang diberi daun waru dengan suplementasi 15% konsentrat molamik dapat meningkatkan koefisien cerna bahan kering dan nutrien ransum. Selain itu Yuhana, dkk (2013) melaporkan bahwa suplementasi

(5)

ekstrak herbal (Sapindus rarak dan Allium sativum) dalam pakan kambing perah mempengaruhi kecernaan bahan kering dan bahan organik.

Kecernaan Bahan Organik

Rataan konsumsi dan kecernaan bahan organik perlakuan A, B dan C dapat dilihat pada (Tabel 3). Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan bahan organik.

Bentuk respon penambahan tepung daun waru terhadap kecernaan bahan organik adalah linier, mengikuti persamaan garis Y=59,74 + 15,29X (R2 = 0,41; P<0,05) (Gambar 2). Seperti halnya respon yang ditunjukkan pada kecernaan bahan kering (Gambar 1), kecernaan bahan organik meningkat secara linier dengan penambahan tepung daun waru dalam ransum sapi potong lokal berbasis jerami padi amoniasi.

Tabel 3. Rataan Konsumsi (kg) dan Kecernaan Bahan Organik (%) (± Sd) Perlakuan

Konsumsi Bahan Organik (kg) Kecernaan Bahan Organik ± Standar Deviasi (%)

A 29,01 ± 4,64a 59,58 ± 5,85a

B 30,73 ± 4,39ab 63,75 ± 2,95ab

C 36,78 ± 3,09bc 66,91 ± 1,91bc

Keterangan :

Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

A = Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0 % dari berat konsentrat. B = Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0,24 % dari berat konsentrat. C = Ransum basal + tepung daun waru dengan presentase penggunaan 0,48 % dari berat konsentrat.

Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan tepung daun waru dengan level 0,48% dari berat konsentrat berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi dan kecernaan bahan organik (P<0,05). Peningkatan kecernaan bahan organik tersebut sejalan dengan peningkatan kecernaan

54 56 58 60 62 64 66 68 0 0.24 0.48 Ke ce na an B aha n Or ga nik(% )

Level penambahan tepung daun waru

Gambar 2. Grafik Regresi Linier Kecernaan Bahan Organik dengan Berbagai Level Penambahan Tepung Daun Waru

(6)

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan peningkatan level pemberian tepung

daun waru dalam ransum sapi potong lokal berbasis jerami padi amoniasi dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik secara linier.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis ucapkan terimakasih kepada Pak Noto, Pak Seno, Pak Karsun dan Pak Eli yang telah membantu jalannya penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1990. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemists, Washington, DC. USA.

Bata, M, B. Rustomo, S Rahayu dan AR. Alimon. 2011. Evaluation of Bioactive Substances of Hibiscus tilliaceus and Its Potency to Minimize Methane Emission and Rumen Efficiency. Laporan Hasil Penelitian Faculty of Animal Science, Jenderal Soedirman University, Purwokerto Faculty of Agriculture, University of Putra Malaysia.

Bryden, W. L and E. F. Annison. 1998. Prespectives of Ruminant Nutrition and Metabolism. Departmet of Animal Science, University of Sydney, Camden N.S.W.2570. Australia.

Cakra, IG. L. O. dan N.W Siti. Koefesien Cerna Bahan Kering dan Nutrien Ransum Kambing Peranakan Etawah yang Diberi Hijauan dengan Suplementasi Konsentrat Molamik. Majalah Ilmiah Peternakan. Volume 11 Nomor 1 Tahun 2008. Hal: 12-17.

Chuzaemi S, Soejono M. 1987. Pengaruh Urea Amoniasi terhadap Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Sapi Peranakan Ongole. Di dalam: Proceedings Bio Conversion Project Second Workshop pn Crop Residues for Feed and other Purposes. Grati, 16-17 Nov 1987. Hal: 68-73.

Kijlstra. 1985. The Utilition of Straw as Cattle Feed. Buletin No. 60 An Assesment of Its Practical and Economis Feasibility Agricultural University (LH). Wageningen: Departemen of Tropical Animal Husbandry.

Putra, Digdyas T.B. 2011. Pengaruh Suplementasi Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L) terhadap Karakteristik Fermentasi dan Populasi Protozoa Rumen secara In Vitro. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Putra, S. 2006. Perbaikan Mutu Pakan yang Disuplementasi Seng Setat dalam Upaya Meningkatkan Populasi Bakteri dan Protein Mikroba di dalam Rumen, Kecernaan Bahan Kering, dan Nutrien Ransum Sapi Bali Bunting. Majalah Ilmiah Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. 9 (1): 1-6.

Putra, S. 2006. Pengaruh Suplementasi Agensia Defaunasi dan Waktu Inkubasi terhadap Bahan Kering, Bahan Organik Terdegradasi dan Produk Fermentasi secara In Vitro. Animal Production. Vol. 8, No. 2, Mei 2006 :121 – 130. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.

Restiti, Riris. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) sebagai Pakan Tambahan dalam Ransum Sapi Potong Lokal terhadap Populasi Protozoa dan Kecernaan Bahan Kering secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman.

(7)

Sajati, Ganang. 2012. Pengaruh Ekstrusi dan Proteksi denganTanin pada Tepung Kedelai terhadap Produksi Gas Total dan Metan secara In Vitro. Indonesian Jurnal of Food Technology Vol. 1 No.1 Tahun. Hal : 39-54.

Schneider, BH, and WP.Flatt. 1975. The Evaluation of Feed Through Digestibility Experiments. University of Georgia Press. Athens.p: 143-257.

Suharti, Sri. 2010. Modifikasi Keragaman Mikroba dan Fermentasi Rumen Sapi dengan Pemberian Saponin Lerak (Sapindus rarak). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suhartati, S, D. A. Astuti dan E. Wina. 2009. Kecernaan Nutrien dan Performa Produksi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Tepung Lerak (Sapindus rarak) dalam Ransum. JITV Vol. 14 No.3. hal : 200-207.

Sultana, N, K. S. Huque and A. R. Alimon. 2012. Effect of Sapindus mukorossi as Herbal Feed Additive for Ruminants. Mal. J. Anim. Sci 15. Hal : 37-44.

Sutardi, T. 1995. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia Melalui Amoniasi Pakan Serat Bermutu Rendah, Defaunasi dan Suplementasi Sumber ProteinTahan Degradasi dalam Rumen. Laporan Penelitian Hibah Bersaing 1/4 Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 1995/1996. Fakultas Peternakan. IPB.

Tavendale, M. H., L. P. Meagher, D. Pacheco, N. Walker, G. T. Attwood & S. Sivakumaran. 2005. Methane production from In Vitro Rumen Incubation with Lotus pedunculatus and Medicago sativa, and Effects of Extractable Condensed Tannin Fractions on Methanogenesis. Anim. Feed Sci. Technol. 123/124: 403-419.

Thalib, Amlius, Y. Widiawati, H. Hamid, D. Duherman, M. Sabrani. The eEffects of Saponin from Sapindus rarak Fruit on Rumen Microbes and Performance of Sheep. 1996. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 2(1). Hal : 17-21.

Thalib, A. 2008. Buah Lerak Mengurangi Emisi Gas Metana pada Hewan Ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30 No 2.Bogor.

Warta.2003. Jerami Padi Fermentasi sebagai Ransum Dasar Ternak Ruminansia.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 25 No 3. Bogor.

Yuhana, Ruli, C. H. Prayitno, dan B. Rustomo. 2013. Suplementasi Ekstrak Herbal dalam Pakan Kambing Perah Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Serta Konsentrasi VFA Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):54-61.

Gambar

Gambar 1. Grafik Regresi Linier Kecernaan Bahan Kering dengan  Berbagai Level Penambahan Tepung Daun Waru
Tabel 2. Rataan Konsumsi (kg) dan Kecernaan Bahan Kering (%) (± Sd)  Perlakuan
Tabel 3. Rataan Konsumsi (kg) dan Kecernaan Bahan Organik (%) (± Sd)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan peningkatan jumlah kelompok sel Leydig yang bermakna pada kelompok perlakuan yang dipapar oleh estradiol, obat nyamuk bakar dan obat nyamuk

Option  atau opsi adalah suatu perjanjian kontrak antara penjual opsi   atau opsi adalah suatu perjanjian kontrak antara penjual opsi dengan pembeli opsi, dimana

Pengaruh perlakuan formaldehid pada bungkil kedelai terhadap degradasi protein dalam rumen dan kecernaan undegraded protein di intestinum.Prosiding Seminar Nasional

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang sedalam-dalamnya, karena atas berkat dan hikmat-Nya, penulis dapat menyajikan tulisan skripsi yang

Dengan memperhatikan berbagai pendapat yang berkaitan dengan kritik hadis, baik yang berkaitan dengan kritik sanad maupun kritik matan, dapat disimpulkan bahwa hadis

--- = tidak termasuk di dalam penelitian.. kerja yang tinggi. Selain itu, penduduk miskin di Indonesia sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Bidang pendidikan dan

Doni menjelaskan bahwa proses yang dilakukan saat pra produksi pada program Indonesia Pintar yaitu diskusi bersama tim programming lainnya, apa yang membuat

Padahal Waluh atau labu kuning ini merupakan komoditas yang sangat menjanjikan baik bagi petani, kuning ini merupakan komoditas yang sangat menjanjikan baik bagi