• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2009/2010)

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

DWI ARDIANTO WIBOWO

NIM. X2707007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)

TAHUN PELAJARAN 2009/2010)

Oleh :

DWI ARDIANTO WIBOWO

NIM. X2707007

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(3)

ii

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Kamis

Tanggal : 24 Juni 2010

Tim Penguji Laporan PTK

Nama Terang tanda tangan

Ketua : Drs. Sukarno, M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. ...

Anggota I : Dra. Rukayah, M.Hum. ...

Anggota II : Taufiq Lilo, S.T., M.T. ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd.

(4)

iii

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta,

Dosen Pembimbing, Guru Pendamping/Supervisor,

Dra. RUKAYAH, M.Hum. TARIPIN, S.Pd

(5)

iv

(PTK PADA KELAS IV SD NEGERI LEBAKWANGI 03 TAHUN PELAJARAN 2009/2010)

Oleh

Dwi Ardianto Wibowo NIM. X2707007

Penelitian Tindakan Kelas pada kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03 dilaksanakan melalui kolaborasi dengan guru dan kepala sekolah. Tujuannya untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; dan untuk mengetahui apakah hambatan penggunaan model pembelajaran kontekstual pada pembelajaran Matematika Kelas IV di SD Negeri Lebakwangi 3.

Pembelajaran Matematika di SD semestinya harus diciptakan secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan, serta didukung kompetensi guru untuk mengelola proses belajar mengajar. Kondisi SD menunjukkan belum dilaksanakan atau digunakannya pembelajaran tersebut, termasuk di SD Negeri Lebakwangi 3. Akibatnya, Motivasi siswa belajar matematika di kelas IV SD Negeri Lebakwangi 3 yang terlihat selama ini dapat dikatakan sangat rendah. Setiap guru memberi kesempatan bertanya, hanya 20 % atau 3 siswa yang memberi pertanyaan sedangkan 80 % atau 12 siswa yang lain tidak memberikan pertanyaan. Jumlah siswa yang tidak aktif cukup banyak, yaitu mencapai 12 siswa dari 15 siswa yang ada di kelas IV. Dengan menerapkan Model Pembelajaran Kontekstual di kelas IV SD Negeri Lebakwangi 3, motivasi siswa belajar matematika meningkat serta siswa menjadi tidak lagi takut dan malas melainkan menyenangi terhadap pembelajaran matematika.

Pada siklus I dan siklus II tidak terdapat siswa yang memiliki motivasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi sedang pada siklus I sebanyak 34 persen; pada siklus II menjadi 8,5 persen; berarti terjadi penurunan sebanyak 25,5 persen. Siswa yang memiliki motivasi tinggi pada siklus I sebanyak 63 persen; pada siklus II menjadi 68,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 5,8 persen. Siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi pada siklus I sebanyak 3 persen; pada siklus II menjadi 23 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 20 persen. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif ternyata terdapat peningkatan motivasi belajar dalam pengajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual

(6)

v

dan menyusun penelitian tindakan kelas ini. Penulisan ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun material sehingga penulisan Laporan PTK ini dapat terselesaikan. Terlebih lagi ucapan terima kasih ini dihaturkan kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Rernat Sajidan, M.Si. selaku Pembantu Rektor I Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Sukarno, M.Pd., selaku Kepala Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Kepala Program Studi PGSD Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Pelaksana Program PJJ S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

6. Dra. Rukayah, M. Hum., selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan, sehingga penulisan tindakan kelas ini dapat selesai tepat waktu.

7. Taripin, S.Pd. selaku Supervisor/ teman sejawat yang telah bersedia membantu terselenggaranya PTK ini.

8. Tri Wihartanti, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Lebakwangi 03 dan Bapak Ibu/Guru, atas segala bantuannya.

9. Siswa kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03, yang dengan semangat telah membantu berhasilnya penelitian tindakan kelas.

Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan dan menjadikan amal ibadah yang mulia. Selanjutnya sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari segala kekurangan, untuk itu penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu penulis dalam penyempurnaan penyusunan selanjutnya.

Surakarta, ………..2010 Penulis

(7)

vi

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Kajian Teori ... 5

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 7

C. Kerangka Pikir ... 8

D. Hipotesis Tindakan ... 9

BAB III METODE PENELITIAN ... 10

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

B. Subjek Penelitian ... 10

C. Prosedur Penelitian ... 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 43

(8)

vii

1. Jadwal Penelitian ... 10

2. Keaktivan Yang Mengindikasikan Motivasi Belajar Siswa ... 25

3. Kisi-kisi Angket Motivasi ... 26

4. Data Lembar Observasi Siklus I ... 31

5. Hasil Angket Siklus I ... 32

6. Frekuensi dan Persentase Motivasi Angket siklus I ... 33

7. Data Lembar Observasi Siklus II ... 35

8. Hasil Angket Siklus II ... 36

9. Frekuensi dan Persentase Motivasi Angket Siklus II ... 37

10. Data Lembar Observasi Siklus I dan II ... 38

(9)

viii

2. Bagan Kegiatan Penelitian ... 11 3. Grafik Lembar Observasi Siklus I dan II ... 38 4. Grafik Persentase Motivasi Angket Siklus I dan II ... 39

(10)

ix

3. Evaluasi Siklus I ... 66

4. Evaluasi Siklus II ... 67

5. Pembagian Kelompok ... 69

6. Daftar Nilai ... 70

7. Format Lembar Pengamatan Motivasi Siswa ... 71

8. Format Kisi-kisi Angket Motivasi ... 72

9. Format Angket Motivasi Belajar Siklus I ... 73

10 Format Angket Motivasi Belajar Siklus II ... 74

11. Format Pendapat Siswa ... 75

12. Personalia Peneliti ... 77

13. Curriculum Vitae Peneliti ... 78

14. Curriculum Vitae Supervisor ... 79

15. Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 80

16. Hasil Lembar Observasi Siklus II ... 81

17. Hasil Angket Motivasi Siklus I ... 82

18. Hasil Angket Motivasi Siklus II ... 83

19. Presensi Siswa Kondisi Awal ... 84

20. Pendapat Siswa Kondisi Awal ... 86

21. Presensi Siswa Siklus I ... 88

22. Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 90

23. Hasil Lembar Observasi Siklus I ... 92

24. Pendapat Siswa Siklus I ... 94

25. Presensi Siswa Siklus II ... 96

26. Hasil Observasi Siklus II ... 98

27. Pendapat Siswa Siklus II ... 100

(11)

1

Matematika selama ini merupakan mata pelajaran yang menakutkan bagi siswa kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03. Sebagian besar siswa menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang paling sulit bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Rumitnya materi matematika membuat siswa menjadi malas untuk berpikir lebih keras untuk memecahkan persoalan dalam mata pelajaran matematika.

Data hasil belajar Matemetika yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03 pada semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa hanya 6 siswa atau 40 % yang tuntas belajar sedangkan yang lain sebanyak 11 siswa atau 60 % belum tuntas belajar. Hasil pengamatan di kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03 pada pembelajaran matematika, siswa cenderung tidak aktif dan terkesan tidak siap menerima pelajaran matematika. Jumlah siswa yang tidak aktif cukup banyak, yaitu 7 siswa dari 15 siswa yang ada. Melihat hasil rata-rata nilai prestasi dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang masih rendah menjadi keprihatinan bagi SD Negeri Lebakwangi 03 pada khususnya dan dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya.

Siswa dalam kondisi seperti ini tentunya tidak bisa disalahkan begitu saja. Guru secara moral seharusnya mengevaluasi kekurangan dalam pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan di kelas, mulai dari proses pembelajaran yang monoton dan hanya mengandalkan hafalan rumus-rumus sampai pada media yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Dewasa ini banyak sekali inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika, di antaranya adalah Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, serta Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

(12)

Salah satu model pembelajaran yang paling popular adalah Model Pembelajaran Kontekstual. Elaine B. Johnson (2009 : 57) menjelaskan Model Pembelajaran Kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Model Pembelajaran Kontekstual dirasa cocok jika diterapkan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Lebakwangi 03 dengan harapan dapat menjadi penawar dari pembelajaran yang monoton dan hanya mengandalkan pada rumus-rumus, tanpa melihat kenyataan yang sesungguhnya dari masalah-masalah matematika, yang sejatinya adalah masalah-masalah sering terjadi di lingkungan kehidupan siswa sehari-hari. Selain itu dengan Model Pembelajaran Kontekstual, siswa tidak lagi takut dan malas, melainkan menyenangi serta meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap belajar matematika. Matematika tidak lagi menjadi pelajaran sulit, tetapi siswa merasa mudah dalam mempelajari matematika. Apabila semua itu terwujud, bukan tidak mungkin motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika akan meningkat yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03 Tahun Pelajaran 2009/2010.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah

Adanya kesenjangan antara keinginan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan keadaan yang terjadi berupa rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Negeri Lebakwangi 03 menjadi masalah. Berdasarkan masalah tersebut, dalam proposal ini diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut :

(13)

1. Apakah melalui Model Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika kelas IV Sekolah Dasar Negeri Lebakwangi 03?

2. Apakah hambatan jika model pembelajaran kontekstual diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika kelas IV Sekolah Dasar Negeri Lebakwangi 03?

2. Pemecahan Masalah

Pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa, tentunya akan membuat siswa menyenangi proses pembelajaran tersebut. Dengan melakukan pembelajaran matematika menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual secara baik paling tidak akan mampu mendekatkan siswa dengan ide dan konsep matematika melalui pemecahan masalah-masalah nyata yang dialami sehari-hari.

Model Pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menhubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa (Elaine B. Johnson, 2009 : 57).

Demikian halnya dengan guru melakukan pembelajaran matematika melalui Model Pembelajaran Kontekstual, dengan harapan motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini dikarenakan adanya proses pengembangan ide dan konsep-konsep matematika yang diawali dengan pengalaman siswa yang dapat dari dunia nyata. Dengan demikian siswa akan lebih termotivasi dalam mempelajari matematika yang sampai saat ini masih dianggap sulit.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui apakah melalui Model Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika kelas IV Sekolah Dasar Negeri Lebakwangi 03.

(14)

2. Mengetahui hambatan jika model pembelajaran kontekstual diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika kelas IV Sekolah Dasar Negeri Lebakwangi 03.

3. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini khususnya untuk perbaikan kualitas pembelajaran berupa terwujudnya pembelajaran matematika yang bermakna serta sesuai dengan minat dan proses berpikir siswa.

Adapun manfaatnya bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu : 1. Siswa

Meningkatkan motivasi belajar siswa dan memudahkan siswa dalam mempelajari matemtaika yang muaranya pada peningkatan prestasi belajar siswa.

2. Guru

Menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran matematika.

3. SD Negeri Lebakwangi 03

Meningkatkan pemberdayaan Model Pembelajaran Kontekstual agar motivasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lainnya.

(15)

5

1. Motivasi Belajar Matematika

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (M Sobri Sutikno, 2009 : 4). Menurut Skinner (dalam M. Sobri Sutikno, 2009 : 3) belajar merupakan suatu proses adaptasi akan penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 2001 : 158) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi belajar menurut Martinis Yamin (2009 : 219) adalah daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman. Menurut Pupuh Faturrohman, 2009 : 19), motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam dini siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Sedangkan menurut Sutawijaya (1997:176), matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.

Jadi motivasi belajar matematika adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar matematika karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan. Motivasi belajar matematka siswa dikatakan tinggi apabila :

(16)

1. Prosentase kehadiran siswa tinggi

2. Kualitas keterlibatan siswa tinggi dibuktikan dengan banyaknya siswa yang bertanya

3. Kesanggupan untuk melakukan proses belajar tinggi

2. Model Pembelajaran Kontekstual

Secara umum, model diartikan sebagai benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. Secara khusus, model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model Pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Model Pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menhubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa (Elaine B. Johnson, 2009 : 57). Sedangkan Menurut Trianto (2007 : 103) model Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Trianto (2007 : 105), sebuah kelas dikatakan menerapkan Model Pembelajaran Kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen, yaitu (1) kontruktivisme, (2) inkuiri, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) permodelan, (6) refleksi, (7) penilaian yang sebenarnya.

Menurut Trianto (2007 : 106), secara garis langkah-langkah pembelajaran dengan Model pembelakaran kontekstual sebagai berikut.

(17)

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompoknya) 5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan

7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Jadi model pembelajaran kontekstual merupakan sebuah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada kebermaknaan suatu pembelajaran dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual yaitu; kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, penilaian yang sebenarnya.. Pada akhirnya dengan memperhatikan karakteristik Pembelajaran Kontekstual tersebut, siswa didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya berupa dorongan dari luar yaitu pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan yang disajikan guru sehingga disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

B. Temuan Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Kartoni. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Melalui Penerapan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lembasari 01 Tahun Pelajaran 2007/2008. Jakarta : Universitas Terbuka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

Pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV SD Negeri Lembasari 01.

2. Muhamad Bukhori. 2006. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SD Negeri Wotgalih 02 Tahun Pelajaran 2005/2006. Jakarta : Universitas Terbuka Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

(18)

Pendekatan Matematika realistik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Wotgalih 02.

C. Kerangka Pikir

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit dikuasai siswa jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya perlu dicari inovasi baru yang mampu memudahkan siswa dalam belajar matematika, disamping dapat merangsang siswa untuk tertarik atau senang belajar matematika. Pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa dalam menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata, dapat membantu siswa dalam belajar matematika sesuai proses berpikirnya. Dengan begitu, motivasi belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran yang syarat dengan kreteria di atas adalah pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual.

Dengan demikian, gambar kerangka berpikirnya sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini, dengan model pembelajaran yang ditawarkan dalam pembelajaran (eksplorasi masalah-masalah nyata oleh

Motivasi Siswa Rendah Model Pembel Kontekstual OUTPUT INPUT PROSES PBM EFEKTIF Motivasi Siswa Tinggi

(19)

siswa) tentu siswa akan lebih mudah menemukan kembali ide dan konsep matematika yang dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna sehingga dimungkinkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat meningkat.

Gambar tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran matematika yang disajikan dengan Model Pembelajaran Kontekstual, siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata sehingga pembelajaran lebih bermakna yang dapat meningkatnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

D. Hipotesis Tindakan

Jika Model Pembelajaran Kontekstual diterapkan pada pembelajaran matematika maka motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03 meningkat.

(20)

10 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SD Negeri Lebakwangii 03, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal yang memiliki 6 rombongan belajar tahun pelajaran 2009/2010

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2010. Adapun jadwal penelitian adalah sebagai berikut.

NO JENIS KEGIATAN BULAN

JAN PEB MAR APR MEI JUN 1 Observasi dan identifikasi masalah X X

2 Penyusunan rancangan tindakan X X

3 Pelaksanaan PTK siklus 1 X

4 Refleksi dan analisis hasil siklus 1 X

5 Pelaksanaan PTK siklus 2 X

6 Refleksi dan analisis hasil siklus 2 X

7 Penyusunan laporan PTK X X

Tabel 1. Jadwal Penelitian

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal dengan jumlah siswa 15 siswa, dengan 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

(21)

C. Prosedur Penelitian 1. Seting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lebakwangi 03 yang memiliki 6 rombongan belajar tahun pelajaran 2009/2010 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa 15 siswa, dengan 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas.

Adapun bagan kegiatan penelitian sebagai berikut.

Gambar 2. Bagan Kegiatan Penelitian 2. Rencana Tindakan

Untuk memecahkan masalah penelitian diperlukan langkah yang tepat dalam penanganannya. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kontekstual maka pelaksanaan tindakan direncanakan dalam dua siklus.

Siklus pertama dilaksanakan dengan kompetensi dasar menentukan jarring-jaring beberapa bangun ruang sederhana sedangkan siklus kedua dilaksanakan dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan.

Identifikasi dan Perumusan Masalah PERENCANAAN TINDAKAN 1 PELAKSANAAN TINDAKAN 1 dan OBSERVASI 1 Analisis Data 1 dan REFEKSI 1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Hasil Siklus 1 PERENCANAAN TINDAKAN 2 PELAKSANAAN TINDAKAN 2 dan OBSERVASI 2 Analisis Data 2 dan REFEKSI 2

(22)

Langkah-langkah yang secara umum digunakan untuk memecahkan masalah adalah membuat perencanaan yang memuat :

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berbasis model pembelajaran kontekstual. Dalam rencana pembelajaran yang dibuat menggunakan alat peraga yang ada disekitar siswa itu sendiri dan mudah diperoleh..

b. Menyiapkan/Membuat alat bantu mengajar yang mendukung terlaksananya pembelajaran kontekstual, meliputi balok dan kubus yang dicari/dibuat sendiri oleh siswa yang semuanya diperoleh dari lingkungan sekitarnya, maupun yang telah dipersiapkan oleh kelompoknya masing-masing dari rumah.

c. Membuat instrumen untuk merekam bentuk aktifitas siswa selama proses pembelajaran (lembar observasi), penilaian tingkat motivasi (kuesioner). Penilaian hasil belajar siswa dilakukan pada setiap akhir siklus

d. Personil yang dilibatkan dalam penelitian ini selain siswa adalah peneliti sendiri sebagai pelaksana tindakan dan seorang supervisor.

e. Refleksi pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran dan pada akhir setiap siklus.

Penelitian tindakan dilakukan melalui dua siklus. Adapun mengenai pelaksanaan tindakan melalui tahapan sebagai berikut :

a. SIKLUS I 1) Perencanaan

a) Menentukan kelas subjek penelitian

b) Menetapkan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati c) Menetapkan jenis data dan cara pengumpulannya

d) Menentukan pelaku observasi, alat bantu observasi, pedoman observasi dan cara pelaksanaan observasi

e) Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi

f) Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah

(23)

Pertemuan 1

KEGIATAN AWAL KEGIATAN

GURU

KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Apersepsi : Menggali pengatahuan siswa tentang pembelajaran sebelumnya Mengingat kembali tentang bangun ruang Tanya jawab Papan visual Materi sebelum-nya 4 Menit Motivasi : Jika ingin membuat sebuah kotak kita perlu memahami materi ini Memperhatikan penjelasan guru

Ceramah Lisan Guru 1 Menit

KEGIATAN INTI KEGIATAN

GURU

KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok Memperhatikan penjelasan guru Demon-strasi

Kotak Guru 10 Menit

Membagi siswa dalam beberapa kelompok Berkelompok sesuai petunjuk guru - - - Membagi LKS untuk setiap kelompok - - - Mengamati setiap kelompok Membuka kotak kertas dan mengamati Demon-strasi

Kotak Materi dan LKS

10 Menit Kon- trukti-visme,

(24)

secara bergilir jaring-jaring yang terbentuk dari bukaan kotak

inkuiry Mengamati setiap kelompok secara bergilir Berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi jaring-jaring balok dan kubus yang terbentuk dari bukaan kotak

Diskusi Kotak Materi dan LKS 10 Menit Masya-rakat belajar Memandu Perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi - - - 10 Menit Penilai-an sebe-narnya

Memandu Kelompok lain memberikan tanggapan - - - 10 Menit Penilai-an sebe-narnya Menjelaskan beberapa jaring-jaring balok dan kubus yang memungkinkan dari hasil bukaan Memperhatikan penjelasan guru Ceramah Papan visual Materi 5 Menit KEGIATAN AKHIR KEGIATAN GURU KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Membimbing siswa dalam membuat rangkuman Membuat rangkuman dengan bimbingan guru Tanya jawab

LKS Materi 5 Menit Reflek-si

Memberi PR Menulis soal PR Penugasan Papan visual

(25)

Pertemuan 2

KEGIATAN AWAL KEGIATAN

GURU

KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Apersepsi : Menggali pengatahuan siswa tentang pembelajaran sebelumnya Mengingat kembali tentang jaring-jaring balok dan kubus

Tanya jawab Papan visual Materi sebelum-nya 4 Menit Motivasi : Jika ingin membuat sebuah kotak kita perlu memahami materi ini Memperhatikan penjelasan guru

Ceramah Lisan Guru 1 Menit

KEGIATAN INTI KEGIATAN

GURU

KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok Memperhatikan penjelasan guru Demon-strasi Jaring-jaring kubus dan balok Guru 10 Menit Membagi siswa dalam beberapa kelompok Berkelompok sesuai petunjuk guru - - - Membagi LKS untuk setiap kelompok - - - Mengamati setiap kelompok secara bergilir Berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi gambar jaring-jaring yang dapat

Diskusi Gambar jaring-jaring kubus dan Materi dan LKS 10 Menit Masya-rakat belajar

(26)

membentuk sebuah balok atau kubus balok Mengamati setiap siswa secara bergilir Menggunting gambar jaring-jaring yang diduga dapat membentuk sebuah balok atau kubus Demon-strasi Gambar jaring-jaring kubus dan balok Materi dan LKS 10 Menit Kon- trukti-visme, inkuiry Menunjukkan gambar jaring-jaring memungkinkan dapat membentuk suatu balok atau kubus Mengambar jaring-jaring memungkinkan dapat membentuk suatu balok atau kubus Penugasan Papan visual Materi 10 Menit KEGIATAN AKHIR KEGIATAN GURU KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Membimbing siswa dalam membuat rangkuman Membuat rangkuman dengan bimbingan guru Tanya jawab

LKS Materi 5 Menit Reflek-si Memberikan evaluasi Mengerjakan evaluasi Tes Lembar evalu-asi Materi 20 Menit

2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pelaksanaan pembelajaran siklus pertama menggunakan Model Pembalajaran Kontekstual yang dilaksanakan dalam dua kali tatap muka pembelajaran. Secara lebih rinci skenario pembelajaran dijelaskan pada rencana pembelajaran.

Pada tahap ini juga dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria

(27)

keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika.

3) Evaluasi dan Refleksi

Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil proses pembelajaran matematika melalui Model Pembelajaran Kontekstual berupa eksplorasi masalah-masalah nyata.

Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa dapat mudah mempelajari matematika dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai. Dalam implementasi tindakan ini guru menggunakan metode dan teknik pembelajaran tanya jawab, ceramah, observasi, tugas, kerja kelompok, diskusi, presentasi, dan konstruktivisme.

Pada tahap refleksi menggunakan prosedur berdiskusi dengan supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang digunakan untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Pelaksanaan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara.

Data-data tersebut dianalisis dengan teknik deskripsi, antara lain rata-rata, persentase, dan sebagainya.

(28)

b. SIKLUS II 1) Perencanaan

a) Mengidentifikasi masalah pembelajaran hasil refleksi siklus I b) Menetapkan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati c) Menetapkan jenis data dan cara pengumpulannya

d) Menentukan pelaku observasi, alat bantu observasi, pedoman observasi dan cara pelaksanaan observasi

e) Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi

f) Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah

g) Menyiapkan skenario pembelajaran

Pertemuan 1

KEGIATAN AWAL KEGIATAN

GURU

KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Apersepsi : Menggali pengatahuan siswa tentang pembelajaran sebelumnya Mengingat kembali tentang simetri lipat Tanya jawab Papan visual Materi sebelum-nya 4 Menit Motivasi : Jika ingin menebak bayangan benda di cermin kita perlu memahami materi ini Memperhatikan penjelasan guru

(29)

KEGIATAN INTI KEGIATAN

GURU

KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Menjelaskan cara meng-gambar hasil pencerminan suatu bangun datar pada bidang koordinat Memperhatikan penjelasan guru Ceramah Papan visual Materi 5 Menit Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok Memperhatikan penjelasan guru Demon-strasi Bangun datar pada koordi-nat

Guru 10 Menit Permo-delan Membagi siswa dalam beberapa kelompok Berkelompok sesuai petunjuk guru - - - Membagi LKS untuk setiap kelompok - - - Mengamati setiap kelompok secara bergilir Mengamati bayangan hasil penceminan untuk menyelidiki sifat-sifat pencerminan Demon-strasi Bangun datar pada koordi-nat Materi dan LKS 10 Menit Kon- trukti-visme, inkuiri Mengamati setiap kelompok secara bergilir Berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi sifat-sifat pencerminan Diskusi Bangun datar pada koordi-nat Materi dan LKS 10 Menit Masya-rakat belajar Memandu Perwakilan kelompok - - - 10 Menit Penilai-an

(30)

sebe-melaporkan hasil diskusi

narnya

Memandu Kelompok lain menaggapi - - - 10 Menit Penilai-an sebenarnya KEGIATAN AKHIR KEGIATAN GURU KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Membimbing siswa dalam membuat rangkuman Membuat rangkuman dengan bimbingan guru Tanya jawab

LKS Materi 5 Menit Reflek-si

Memberi PR Menulis soal PR Penugasan Papan visual Materi 5 Menit Pertemuan 2 KEGIATAN AWAL KEGIATAN GURU KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Apersepsi : Menggali pengatahuan siswa tentang pembelajaran sebelumnya Mengingat kembali sifat-sifat pencerminan suatu bangun datar pada bidang koordinat Tanya jawab Papan visual Materi sebelum-nya 4 Menit Motivasi : Jika ingin menebak bayangan benda di cermin kita perlu memahami materi ini Memperhatikan penjelasan guru

(31)

KEGIATAN INTI KEGIATAN

GURU

KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan Memperhatikan penjelasan guru Demon-strasi Bangun datar pada koordi-nat Guru 10 Menit Membagi LKS untuk setiap siswa - - - Memandu siswa menggambar hasil pencerminan suatu bangun datar Menggambar hasil pencerminan suatu bangun datar sesuai petunjuk guru Demon-stasi Bangun datar pada koordi-nat Materi dan LKS 10 Menit Permo-delan Mengamati setiap siswa secara bergilir Mencoba menggambar hasil pencerminan suatu bangun datar tanpa dibimbing guru Penugasan Bangun datar pada koordi-nat Materi dan LKS 10 Menit Kon- trukti-visme, Menjelaskan gambar hasil pencerminan pada koordinat Memperhatikan penjelasan guru Ceramah Papan visual Materi 10 Menit KEGIATAN AKHIR KEGIATAN GURU KEGIATAN

SISWA METODE MEDIA SUMBER WAKTU KET

Membimbing siswa dalam membuat rangkuman Membuat rangkuman dengan bimbingan guru Tanya jawab

LKS Materi 5 Menit Reflek-si Memberikan evaluasi Mengerjakan evaluasi Tes Lembar evaluasi Materi 20 Menit

(32)

2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua akan dilakukan berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama dan rencana tindakan yang telah disusun untuk siklus kedua yang dilaksanakan dalam dua kali tatap muka pembelajaran. Secara lebih rinci skenario pembelajaran dijelaskan pada rencana pembelajaran.

Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika.

3) Evaluasi dan refleksi

Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih detail hasil proses pembelajaran matematika melalui Model Pembelajaran Kontekstual berupa eksplorasi masalah-masalah nyata.

Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa dapat mudah mempelajari matematika dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai. Dalam implementasi tindakan ini guru menggunakan metode dan teknik pembelajaran tanya jawab, ceramah, observasi, tugas, kerja kelompok, diskusi, presentasi, dan konstruktivisme.

(33)

Pada tahap refleksi menggunakan prosedur diskusi dengan supervisor tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Alat yang digunakan untuk kegiatan refleksi adalah instrumen refleksi. Pelaksanakan kegiatan refleksi dengan sumber informasi berasal dari data-data berupa kuisioner, lembar observasi, dan wawancara.

Data-data tersebut dianalisis dengan teknik deskripsi, antara lain rata-rata, persentase, dan sebagainya.

(34)

Kriteria Keberhasilan Penelitian

Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini dikelompokkan menjadi dua aspek, yaitu indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan produk. Indikator keberhasilan proses dilihat dari perkembangan proses pembelajaran matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata yang dilakukan oleh guru dan siswa. Keberhasilan proses tersebut didasarkan atas temuan dari tahapan pemantauan (tahapan observasi dan monitoring). Sementara itu, indikator keberhasilan produk didasarkan atas peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Instrumen Penelitian

Penelitian ini melibatkan siswa yang berkaitan dengan tingkat motivasi belajar dan hasil belajar. Sumber data adalah siswa, oleh karena itu teknik yang digunakan untuk merekam data yang diperlukan adalah: lembar observasi, angket skala sikap, dan wawancara sederhana tentang pendapat siswa. Teknik-teknik tersebut digunakan dengan menggunakan prosedur-prosedur sebagai berikut:

a. Lembar observasi untuk menjaring data tentang keaktivan siswa.

b. Angket skala sikap digunakan untuk menjaring data tentang tingkat motivasi belajar siswa

c. Wawancara sederhana digunakan untuk menjaring data tentang motivasi belajar siswa.

Lembar observasi keaktivan siswa yang menjadi indikator motivasi belajar siswa digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala sikap dengan kriteria sebagai berikut.

a. Sangat Baik (SB) jika prosentase perolehan 76 % sampai 100 % b. Baik (B) jika prosentase perolehan 51 % sampai 75 %

c. Sedang (S) jika prosentase perolehan 40 % sampai 50 % dan d. Kurang (K) jika prosentase perolehan < 40 %

Adapun sebaran butir kegiatan siswa tentang keaktivan yang mengindikasikan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(35)

NO KEGIATAN SISWA 1 Hadir dalam kegiatan pembelajaran 2 Tekun dalam menghadapi tugas 3 Ulet dan tidak mudah putus asa 4 Berusaha menerima pelajaran

5 Tidak perlu dorongan dari luar untuk berprestasi 6 Ingin mendalami bahan pelajaran

7 Senang, rajin, belajar penuh semangat 8 Senang belajar mandiri

9 Berani mempertahankan pendapat jika yakin benar 10 Senang mengerjakan soal-soal latihan matematika

Tabel 2. Keaktivan Yang Mengindikasikan Motivasi Belajar Siswa

Angket skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pernyataan dengan tiga alternatif pilihan yaitu: Setuju, Ragu-ragu, dan Tidak Setuju. Pemberian nilai atau skor pada setiap item atau pernyataan menggunakan skala tiga, dengan rincian sebagai berikut:

a. Untuk item-item positif atau pernyataan positif: jawaban Setuju, mendapat skor 3, jawaban Ragu-ragu mendapat skor 2, dan jawaban Tidak Setuju, mendapat skor 1.

b. Untuk item-item negatif atau pernyataan negatif: jawaban Setuju, mendapat skor 1, jawaban Ragu-ragu mendapat skor 2, dan jawaban Tidak Setuju, mendapat skor 3.

c. Sebaran butir pernyataan tentang motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(36)

KONSEP INDIKATOR PENYEBARAN JUMLAH Motivasi

dalam mengerjakan tugas

Tekun menghadapi tugas

matematika 1, 2 2 Motivasi dalam mengikuti pembelajaran Berusaha menerima pelajaran 3, 4 2 Motivasi dalam mempelajari matematika

Ingin mendalami bahan

pelajaran 5, 6 2

Senang belajar mandiri 7, 8 2

Berani mempertahankan

pendapat bila yakin benar 9, 10 2

JUMLAH 10

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Motivasi

Data dari faktor motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap yang terdiri atas 10 item. Skor pada masing-masing butir adalah 1 sampai 3 sehingga nilai terendah yang kemungkinan diperoleh seorang responden adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 30. Jika dinilai pada interval 0 s.d 100 maka diperoleh nilai minimal 33 dan nilai maksimal 100.

Wawancara sederhana digunakan untuk menjaring data tentang motivasi belajar siswa. Wawancara dilaksanakan secara santai dan wajar sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa siswa sedang diteliti. Wawancara dilaksanakan pada setelah selesainya kegiatan tiap siklus. Wawancara pada intinya menangkap pendapat siswa mengenai hal-hal sebagai berikut.

a. Situasi dan kondisi kelas b. Proses pembelajaran c. Masalah belajar di kelas d. Perlunya tindakan

4. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini melibatkan unsur guru dan siswa dengan dua faktor penting yang diteliti. Oleh karena itu teknik yang digunakan adalah: lembar observasi,

(37)

angket, dan wawancara sederhana. Berdasarkan instrumen yang digunakan maka jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang bersumber dari lembar observasi dan wawancara sederhana sedangkan data kuantitatif adalah data yang dijaring dengan angket. Teknik-teknik tersebut digunakan dengan menggunakan prosedur-prosedur sebagai berikut:

a. Lembar observasi digunakan untuk menjaring data tentang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II

b. Angket digunakan untuk menjaring data tentang tingkat motivasi belajar siswa pada akhir siklus I dan II.

c. Wawancara sederhana digunakan juga untuk menjaring data tentang nilai hasil belajar siswa pada akhir siklus I dan II.

d. Langkah berikutnya adalah pemberian skor atau nilai dari setiap instrumen oleh siswa sebagai sasaran penelitian pada akhir siklus I dan II. Kegiatan ini merupakan kegiatan penting dan menentukan kualitas hasil penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu dalam pemberian nilai atau skor terhadap setiap instrumen dilaksanakan secara cermat dan hati-hati.

5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan data kuantitatif dan berfokus untuk menjawab masalah tentang bagaimana tingkat motivasi belajar dan hasil belajar matematika siswa. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat motivasi belajar.

(38)

28

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Kegiatan pembelajaran yang terlaksana difokuskan pada upaya pencapaian kompetensi dasar dengan indikator-indikator tertentu yang dikaitkan dengan kondisi obyektif siswa dalam kehidupan sehari-hari. Rencana pelaksanan pembelajaran yang dibuat didasarkan atas kondisi obyektif sekolah dan karakteristik siswa yang memuat rencana kegiatan kelas yang dirancang sedemikian rupa. Oleh karena itu kegiatan guru berhubungan dengan penggunaan strategi belajar sesuai dengan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Fungsi guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai motivator dan fasilitator. Guru hanya memberikan motivasi dan penjelasan seperlunya jika siswa membutuhkannya. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran diarahkan dengan mengemas bahan ajar untuk disajikan sedemikian yang tentunya berhubungan secara fungsional antara materi dan pengalaman nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar hanyalah dampak suatu proses yang terjadi dan tidak semata-mata ditentukan oleh guru tetapi ditentukan oleh siswa itu sendiri.. Siswa dibiasakan dan diarahkan untuk menemukan sendiri, mengalami sendiri dan memecahkan masalah melalui pengalaman langsung dalam proses belajar. Tempat kegiatan dalam proses belajar ditentukan oleh kelompok masing-masing yang telah diatus sebelumnya, apakah itu dilaksanakan di dalam kelas atau di luar kelas.

Kegiatan siklus I dilakukan dengan menggunakan pilar-pilar pendekatan kontekstual dengan usaha mengkombinasikan pilar-pilar tersebut sesuai dengan karakteristik bahan ajar. Langkah-langkah tindakan sebagaimana tersebut dalam RPP, proses pembelajaran yang dilakukan adalah:

(39)

a. Pembelajaran selalu dimulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang dapat menjadi prasyarat bagi bahan ajar yang akan dipelajari. Tujuannya adalah untuk menyelidiki kemampuan dasar yang sudah dimiliki siswa sekaligus mengarahkan agar para siswa harus memiliki pengetahuan prasyarat sebelum proses pembelajaran inti berlangsung. Disadari bahwa kemampuan dasar sangat penting bagi keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Selain itu, melalui pertanyaan yang diberikan ternyata dapat membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa.

b. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang siswa, ternyata dapat membangkitkan semangat belajar dan mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah-masalah matematika yang diberikan oleh guru. Hasil belajar yang diperoleh dari terjadinya tanya jawab antara teman dalam kelompok, antar kelompok lewat diskusi dan antara yang tahu dan yang tidak tahu.

c. Memanfaatkan alat bantu belajar yang diperlukan yang ada disekitar mereka. Alat bantu tersebut yang berfokus pada pendekatan menemukan sesuatu “inquiry “, bukan pada memberi tahu.

d. Memberikan pemodelan tentang penggunaan alat bantu belajar atau cara pemecahan masalah agar tidak terjadi kesalahan. Tujuannya adalah agar kegiatan belajar dalam kelompok masing-masing dapat berlangsung aktif dan menjadi bermakna bagi siswa. Selain itu guru berusaha mengaitkan bahan ajar dengan situasi dunia nyata siswa agar lebih menarik untuk dipelajari.

e. Tiap-tiap kelompok mengerjakan soal yang ada di buku paket. Guru mengamati kegiatan siswa, melakukan kontrol dan bimbingan jika diperlukan. Presentase hasil kerja kelompok oleh kelompok masing- masing. Setelah masing-masing kelompok menyampaikan hasil kerja, dilanjutkan dengan tanya jawab atau diskusi antar kelompok atau diskusi kelas. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan pada setiap kelompok.

(40)

Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang baru dipelajari.

f. Melaksanakan refleksi. Mereka diberikan kesempatan untuk merevisi pengetahuan mereka sendiri agar pengalaman belajar yang baru saja dialami dapat memberi pengetahuan baru bagi mereka dan bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang diahadapinya. Siswa yakni diarahkan untuk merenungkan bahan ajar, apakah mereka sudah memahaminya dengan baik atau belum. Penutup, siswa diarahkan untuk membuat kesimpulan sebagai materi inti dari bahan ajar.

g. Mengadakan penilaian untuk mengukur keberhasilan siswa atau ketuntasan indikator dari kompetensi dasar yang baru selesai dipelajari.

Tampak jelas bahwa tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan mencerminkan adanya implementasi penggunaan model pembelajaran kontekstual. Pilar-pilar kontekstual yang tampak yaitu terbentuknya masyarakat belajar (learning community), yaitu siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, pemodelan (modelling) berupa penjelasan singkat tentang cara penggunaan alat atau cara kerja, konstruktivisme melalui penggunaan alat dan upaya mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata siswa, menemukan (inquiry) dalam bentuk menemukan konsep-konsep matematika melalui pembelajaran dengan menggunakan alat bantu yang ada di sekeliling mereka, bertanya (questioning) atau latihan inquiry melalui tanya jawab, diskusi kelompok/kelas atau pertanyaan yang diberikan oleh guru, refleksi (reflection) dalam bentuk hasil kerja (karya) atau diskusi, dan adanya penilaian (authentic assessment) yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran selain dari pada penilaian pada setiap akhir siklus.

2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I

Data tentang motivasi belajar siswa sebagai hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I yang dikumpulkan melalui angket skala sikap adalah menyangkut seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

(41)

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang dilakukan oleh supervisor menunjukkan data sebagai berikut.

NO KEGIATAN SISWA

PERSENTASE PERT1 PERT2

RATA-RATA 1 Hadir dalam kegiatan pembelajaran 100 100 100 2 Tekun dalam menghadapi tugas 75 75 75 3 Ulet dan tidak mudah putus asa 50 75 62,5

4 Berusaha menerima pelajaran 70 70 70

5 Tidak perlu dorongan dari luar untuk berprestasi

70 70 70

6 Ingin mendalami bahan pelajaran 70 70 70 7 Senang, rajin, belajar penuh semangat 70 70 70

8 Senang belajar mandiri 70 60 65

9 Berani mempertahankan pendapat jika yakin benar

75 50 62,5

10 Senang mengerjakan soal-soal latihan matematika 70 60 65 JUMLAH 710 NILAI TERTINGGI 100 NILAI TERENDAH 62,5 RATA-RATA 71 MEDIAN 70

Tabel 4. Data Lembar Observasi Siklus I

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui lembar observasi pada akhir siklus I menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 62,5 sampai dengan tertinggi 100,0; rata-rata sebesar 71; dan median sebesar 70,0. Median sebesar 70,0 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 70,0 ke atas atau 70,0 ke bawah.

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap yang terdiri atas 10 item. Skor pada masing-masing butir adalah 1 sampai 3 sehingga nilai terendah yang kemungkinan diperoleh seorang responden adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 30. Jika dinilai pada interval 0 sampai dengan 100 maka diperoleh nilai minimal 33 dan nilai maksimal 100.

(42)

Berikut ini adalah data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap.

NO SKOR NILAI 1 22 73 2 13 43 3 21 70 4 18 60 5 16 53 6 15 50 7 12 40 8 20 66 9 20 66 10 22 73 11 23 76 12 27 90 13 23 76 14 27 90 15 17 56 Jumlah 982 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 40 Rata-rata 65,4667 Median 66

Tabel 5. Hasil Angket Siklus I

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap pada akhir siklus I menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 40,0 sampai dengan tertinggi 90,0; rata-rata sebesar 65,4667; dan median sebesar 66,0.

Median sebesar 66,0 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 66,0 ke atas atau 66,0 ke bawah. Skor rata-rata motivasi belajar siswa 65,4667 dapat dikatakan bahwa motivasi belajar kategori tinggi.

Distribusi tabel frekuensi dan persentase motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap untuk siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(43)

INTERVAL

SKOR KATEGORI FREKUENSI

PROSENTASE (%) 33-49 Rendah 2 13 50-66 Sedang 6 40 67-83 Tinggi 5 34 84-100 Sangat Tinggi 2 13 Jumlah 35 100

Tabel 6. Frekuensi dan Persentase Motivasi Angket siklus I

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui wawancara sederhana pada akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih termotivasi dengan model pembelajaran kontekstual.

3. Refleksi Siklus I

Pada tatap muka awal, tampaknya proses pembelajaran masih berjalan secara rutinitas. Belum ada perubahan yang sangat berarti dalam mutu proses. Hal yang cukup menggembirakan adalah munculnya motivasi, minat dan perhatian siswa, serta hilangnya ketegangan dan berganti dengan rasa gembira.

Pada tatap muka kedua, sudah mulai tampak antusias, kerja sama baik, cukup konsentrasi dalam mengikuti pelajaran, cukup aktif memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan dan cukup banyak jawaban yang diberikan sudah benar serta cukup terampil menggunakan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran. Kelemahan yang terjadi adalah masih banyak siswa belum ada keberanian mengajukan pertanyaan dan belum memiliki kemampuan memberikan penjelasan.

Kurang berhasilnya tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran pada siklus I diakibatkan oleh kadar implementasi pilar-pilar kontekstual yang digunakan belum mencapai tingkat yang optimal. Kondisi nyata yang dihadapi adalah berhubungan langsung masalah-masalah sebagai berikut.

- Media pembelajaran perlu di sempurnakan agar lebih mudah dipahami siswa.

(44)

- Media pembelajaran perlu ditambah untuk lebih menambah variasi

- Siswa yang merasa tidak bisa mengikuti pelajaran cenderung tidak aktif dalam kelompok karena belum beadaptasi

4. Rencana Strategi dan Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I masih terdapat beberapa kekurangan mendasar pada diri siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Usaha untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi dilakukan dengan Mengkaitkan materi dengan kegiatan keseharian siswa dengan media pembelajaran yang beragam, menggiatkan kerja/diskusi

Adapun Langkah-langkah penyelesaian masalahnya sebagai berikut :

 Menjelaskan cara menggambar hasil pencerminan suatu bangun datar pada bidang koordinat

 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok

 Membagi siswa dalam beberapa kelompok

 Membagi LKS untuk setiap kelompok

 Mengamati setiap kelompok secara bergilir

 Mengamati setiap kelompok secara bergilir

 Memandu kerja/diskusi kelompok

5. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II

Data tentang motivasi belajar siswa sebagai hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II yang dikumpulkan melalui angket skala sikap adalah menyangkut seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang dilakukan oleh supervisor menunjukkan data sebagai berikut.

(45)

NO KEGIATAN SISWA

PERSENTASE PERT1 PERT2

RATA-RATA 1 Hadir dalam kegiatan pembelajaran 100 100 100 2 Tekun dalam menghadapi tugas 93 100 96,5 3 Ulet dan tidak mudah putus asa 73 87 80 4 Berusaha menerima pelajaran 87 80 83,5 5 Tidak perlu dorongan dari luar untuk

berprestasi

67 80 73,5

6 Ingin mendalami bahan pelajaran 87 93 90 7 Senang, rajin, belajar penuh semangat 80 87 83,5

8 Senang belajar mandiri 87 87 87

9 Berani mempertahankan pendapat jika yakin benar

60 67 63,5

10 Senang mengerjakan soal-soal latihan matematika 73 80 76,5 JUMLAH 834 NILAI TERTINGGI 100 NILAI TERENDAH 63,5 RATA-RATA 83,4 MEDIAN 83,5

Tabel 7. Data Lembar Observasi Siklus II

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui lembar observasi pada akhir siklus II menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 63,5 sampai dengan tertinggi 100,0; rata-rata sebesar 83,4; dan median sebesar 83,5. Median sebesar 83,5 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 83,5 ke atas atau 83,5 ke bawah.

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap yang terdiri atas 10 item. Skor pada masing-masing butir adalah 1 sampai 3 sehingga nilai terendah yang kemungkinan diperoleh seorang responden adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 30. Jika dinilai pada interval 0 sampai dengan 100 maka diperoleh nilai minimal 33 dan nilai maksimal 100.

Berikut ini adalah data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap.

(46)

NO SKOR NILAI 1 25 83 2 21 70 3 24 80 4 22 73 5 21 70 6 22 73 7 16 53 8 22 73 9 21 70 10 24 80 11 24 80 12 27 90 13 25 83 14 28 93 15 22 73 Jumlah 1144 Nilai Tertinggi 93 Nilai Terendah 53 Rata-rata 76,2667 Median 73

Tabel 8. Hasil Angket Siklus II

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap pada akhir siklus II menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 53,0 sampai dengan tertinggi 93,0; rata-rata sebesar 76,2667; dan median sebesar 73,0.

Median sebesar 73,0 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 73,0 ke atas atau 73,0 ke bawah. Skor rata-rata motivasi belajar siswa 68,8571 dapat dikatakan bahwa motivasi belajar kategori tinggi.

Distribusi tabel frekuensi dan persentase motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap untuk siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(47)

INTERVAL

SKOR KATEGORI FREKUENSI

PROSENTASE (%) 33-49 Rendah 0 0 50-66 Sedang 1 7 67-83 Tinggi 12 80 84-100 Sangat Tinggi 2 13 Jumlah 15 100

Tabel 9 Frekuensi dan Persentase Motivasi Angket siklus II

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui wawancara sederhana pada akhir siklus II menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih termotivasi dengan model pembelajaran kontekstual.

6. Refleksi II

Masalah yang ditemukan pada siklus I telah dapat diatasi pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor rata-rata motivasi belajar siswa dan peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika. Peningkatan tersebut merupakan implikasi peningkatan mutu proses belajar mengajar. Pengaruh positif yang muncul dari penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sudah dianggap cukup sebagai bukti keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu siklus pelaksanaan tindakan dapat dihentikan.

7. Analisis Hubungan Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus

Ada atau tidaknya peningkatan dan hubungan terhadap tindakan pembelajaran yang dilakukan harus didasarkan oleh bukti-bukti kuat. Bukti nyata, menjadi acuan berada pada hasil tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil yang diperoleh pada setiap siklus melalui lembar observasi seperti tampak pada tabel berikut ini.

(48)

NO KEGIATAN SISWA

PERSENTASE

SIKLUS1 SIKLUS2 KETERANGAN (%) 1 Hadir dalam kegiatan pembelajaran 100 100 Tetap 2 Tekun dalam menghadapi tugas 75 96,5 Naik 21,5 3 Ulet dan tidak mudah putus asa 62,5 80 Naik 17,5 4 Berusaha menerima pelajaran 70 83,5 Naik 13,5 5 Tidak perlu dorongan dari luar

untuk berprestasi

70 73,5

Naik 3,5 6 Ingin mendalami bahan pelajaran 70 90 Naik 13,5 7 Senang, rajin, belajar penuh

semangat

70 83,5

Naik 13,5

8 Senang belajar mandiri 65 87 Naik 22

9 Berani mempertahankan pendapat jika yakin benar

62,5 63,5

Naik 11,5 10 Senang mengerjakan soal-soal

latihan matematika

65 76,5

Naik 11,5

Table 10. Data Lembar Observasi Siklus I dan II

persentase 100 -- 90 -- 80 -- 70 -- 60 -- 50 -- 40 -- 30 -- 20 – 10 -- 0 --

Gambar 3. Grafik Lembar Observasi Siklus I dan II

100% A 100% B 75% 96,5% 62,5% 80% 70% 83,5% C D 70% 73,5% E 70% 90% F 70% 83,5% 87% 65% G H 62,5% 63,5% 65% 76,5% I J = Siklus 1 = Siklus 2

(49)

KETERANGAN :

A Hadir dalam kegiatan pembelajaran B Tekun dalam menghadapi tugas C Ulet dan tidak mudah putus asa D Berusaha menerima pelajaran

E Tidak perlu dorongan dari luar untuk berprestasi F Ingin mendalami bahan pelajaran

G Senang, rajin, belajar penuh semangat H Senang belajar mandiri

I Berani mempertahankan pendapat jika yakin benar J Senang mengerjakan soal-soal latihan matematika

Hasil yang diperoleh pada setiap siklus melalui angket skala sikap seperti tampak pada tabel berikut ini.

INTERVAL SKOR KATEGORI PERSENTASE KETERANGAN (%) SIKLUS1 SIKLUS2 33-49 Rendah 13 0 Turun 13 50-66 Sedang 40 7 Turun 33 67-83 Tinggi 34 80 Naik 46

84-100 Sangat Tinggi 13 13 Tetap

Tabel 11. Persentase Motivasi Angket siklus I dan II persentase 100 -- 90 -- 80 -- 70 -- 60 -- 50 -- 40 -- 30 -- 20 – 10 -- 0 --

Gambar 4. Grafik Persentase Motivasi Angket Siklus I dan II Rendah 80% 40% 13% 13% 34% 7% 13% 0%

Sedang Tinggi Sangat

Tinggi = Siklus 1 = Siklus 2

(50)

Berdasarkan informasi dari kegiatan wawancara sederhana pada siklus I dan siklus II, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa.

B. Pembahasan

Berdasarkan informasi dari kegiatan observasi bahwa pada siklus I dan siklus II siswa semua hadir dalam setiap pertemuan. Siswa yang mengerjakan tugas rumah (PR) pada siklus I sebanyak 75 persen; pada siklus II menjadi 96,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 21,5 persen. Siswa yang aktif bertanya pada siklus I sebanyak 62,5 persen; pada siklus II menjadi 80 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 17,5 persen. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan/siap menjawab (tunjuk jari) pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 83,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 13 persen. Siswa yang aktif mengerjakan tugas di depan/siap mengerjakan pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 73,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 3,5 persen. Siswa yang mengikuti pembelajaran secara aktif pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 90 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 13,5 persen. Siswa yang menguasai konsep materi pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 83,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 13,5 persen. Siswa yang memberi pendapatnya ketika diberikan kesempatan pada siklus I sebanyak 65 persen; pada siklus II menjadi 87 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 22 persen. Siswa yang mencatat informasi penting pada siklus I sebanyak 62,5 persen; pada siklus II menjadi 63,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 11,5 persen. Siswa yang Berinteraksi positif dengan temannya pada siklus I sebanyak 65 persen; pada siklus II menjadi 76,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 11,5 persen.

Berdasarkan informasi dari angket skala sikap bahwa siswa yang memiliki motivasi rendah pada siklus I sebanyak 13 persen; pada siklus II menjadi 0 persen; berarti terjadi penurunan sebanyak 13 persen. Siswa yang memiliki motivasi sedang pada siklus I sebanyak 40 persen; pada siklus II menjadi 7 persen; berarti terjadi penurunan sebanyak 33 persen. Siswa yang

(51)

memiliki motivasi tinggi pada siklus I sebanyak 34 persen; pada siklus II menjadi 80 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 46 persen. Siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi pada siklus I sebanyak 13 persen; pada siklus II menjadi 13 persen; berarti tidak terjadi kenaikan.

Berdasarkan informasi dari kegiatan wawancara sederhana, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif ternyata terdapat peningkatan motivasi belajar dalam pengajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata motivasi belajar pada siklus I dan II dapat menjadi bukti pendukung yang cukup berarti tentang kebermaknaan penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatnya motivasi belajar matematika siswa.

Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pengajaran matematika kelas IV SD Negeri Lebakwangi 03 memberikan indikasi yang kuat terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual selain meningkatkan motivasi belajar juga dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, matematika secara signifikan.

Adapun hambatan yang menjadi penyebab kurang berhasilnya tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran diakibatkan oleh kadar implementasi pilar-pilar kontekstual yang digunakan belum mencapai tingkat yang optimal. Kondisi nyata yang dihadapi adalah berhubungan langsung masalah-masalah sebagai berikut.

- Media pembelajaran perlu di sempurnakan agar lebih mudah dipahami siswa - Media pembelajaran perlu ditambah untuk lebih menambah variasi

- Siswa yang merasa tidak bisa mengikuti pelajaran cenderung tidak aktif dalam kelompok karena belum beadaptasi.

(52)

42

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Berdasarkan informasi dari kegiatan observasi bahwa pada siklus I dan siklus II siswa semua hadir dalam setiap pertemuan. Siswa yang mengerjakan tugas rumah (PR) pada siklus I sebanyak 75 persen; pada siklus II menjadi 96,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 21,5 persen. Siswa yang aktif bertanya pada siklus I sebanyak 62,5 persen; pada siklus II menjadi 80 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 17,5 persen. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan/siap menjawab (tunjuk jari) pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 83,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 13 persen. Siswa yang aktif mengerjakan tugas di depan/siap mengerjakan pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 73,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 3,5 persen. Siswa yang mengikuti pembelajaran secara aktif pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 90 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 13,5 persen. Siswa yang menguasai konsep materi pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 83,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 13,5 persen. Siswa yang memberi pendapatnya ketika diberikan kesempatan pada siklus I sebanyak 65 persen; pada siklus II menjadi 87 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 22 persen. Siswa yang mencatat informasi penting pada siklus I sebanyak 62,5 persen; pada siklus II menjadi 63,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 11,5 persen. Siswa yang Berinteraksi positif dengan temannya pada siklus I sebanyak 65 persen; pada siklus II menjadi 76,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 11,5 persen.

2. Berdasarkan informasi dari angket skala sikap bahwa siswa yang memiliki motivasi rendah pada siklus I sebanyak 13 persen; pada siklus II menjadi 0 persen; berarti terjadi penurunan sebanyak 13 persen. Siswa yang memiliki motivasi sedang pada siklus I sebanyak 40 persen; pada siklus II menjadi 7

Gambar

Gambar 1.  Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Gambar 2. Bagan Kegiatan Penelitian  2.  Rencana  Tindakan
Tabel 2. Keaktivan Yang Mengindikasikan Motivasi Belajar Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ahli kimia asal Swiss in mengkhususkan perhatiannya pada penggunaan asam-asam aminopolikarboksilat, salah satunya Ethylenediaminetetraacetic acid

Selanjutnya dilakukan perancangan sistem P-Kanban dan C-Kanban pada lini produksi didapatkan hasil bahwa target produksi perhari dapat tercapai tepat waktu dengan

E-CLING (Educational Cinta LINGkungan) dibuat berupa game menggunakan animasi SCRATCH dimana game ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat

Hasil penelitian 11 ini menunjukan bahwa pedagang makanan etnis Madura di Pasar Kota Gresik Kabupaten Gresik mempunyai etos kerja yang baik dalam menjalankan

tersebut maka untuk aspek/dimensi kesehatan ternak dan tatalaksana usaha memperlihatkan criteria sangat baik; 3) Terdapat hubungan yang sangat kuat antara factor

Menurut Puspa Dan Riyanto (1999) konflik peran merupakan suatu gejala psikologis yang dialami oleh anggota organisasi yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan

Pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia menjadi suatu keharusan bagi sebuah organisasi, karena penempatan karyawan secara langsung dalam pekerjaan tidak menjamin

Pada gambar 8 adalah tampilan dari isi submenu materi swara yang di dalamnya terdapat 7 button yang apabila di klik akan mengeluarkan suara cara membaca huruf