• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI SISWA DAN BIMBINGAN GURU DENGAN KETERLAKSANAAN UNIT PRODUKSI PADA KOMPETENSI

KEAHLIAN AKOMODASI PERHOTELAN SMK NEGERI 3 PAYAKUMBUH

RESMITA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Maret 2013

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI SISWA DAN BIMBINGAN GURU DENGAN KETERLAKSANAAN UNIT PRODUKSI PADA KOMPETENSI KEAHLIAN AKOMODASI PERHOTELAN SMK NEGERI 3 PAYAKUMBUH

RESMITA

Artikel ini disusun berdasarkan tesis RESMITA untuk persyaratan wisuda periode Maret 2013 yang telah direviu dan disetujui oleh kedua pembimbing

(3)

1

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI SISWA DAN BIMBINGAN GURU DENGAN KETERLAKSANAAN UNIT PRODUKSI PADA KOMPETENSI

KEAHLIAN AKOMODASI PERHOTELAN SMK NEGERI 3 PAYAKUMBUH

Resmita1, Jalius Jama2, Yuliana3

Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang

Email: resmita71@gmail.com

Abstrak

Unit produksi Hotel Akomodasi Sekolah Menengah Kejuruan No 3 (SMAN 3 Payakumbuh) Akibatnya, tujuan dari unit produksi sebagaimana tercantum dalam Indonesia Menteri Pendidikan Keputusan No: 0490/1992 pasal 29 ayat 2 belum tercapai. Penelitian deskriptif kuantitatif melalui pendekatan korelasi. Populasi adalah seluruh siswa XI dan XII nilai. Populasi adalah 120 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Sampel adalah 50%. Data penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan analisis korelasi product moment pearson dan korelasi parsial. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kompetensi siswa dan operasi unit produksi. Ada juga hubungan yang signifikan antara guru mentoring dan operasi unit produksi

Abstact

The production unit of Hotel Accommodation of Vocational High School No 3 (SMAN 3 Payakumbuh) Consequently, the purpose of production unit as stated in Indonesia’s Minister of Education Decree No: 0490/1992 section 29 article 2 had not been achieved. Descriptive quantitative research through correlation approach. The population was all of students in XI and XII grades. The population was 120 students. The sampling technique was simple random sampling. The sample was 50%. The data of this research is primary data that was collected by distributing questioner. The data was analyzed descriptively by using pearson product moment correlation analysis and partial correlation. The result of analysis showed that there was very significant relation between students competency and the operating of production unit. There was also a significant connection between teachers mentoring and the operating of production unit.

(4)

Pendahuluan

Sasaran pembangunan Indonesia adalah membangun sumber daya manusia (SDM). Pembangunan SDM mendukung pembangunan ekonomi, peningkatkan produktifitas dengan merata dan bermutu disertai peningkatan pendidikan keahlian diberbagai bidang serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mantap. Pendidikan kejuruan bagian dari sistem pendidikan nasional meningkatkan kinerjanya melalui konsep dan programnya dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang utuh dalam rangka menghadapi era globalisasi.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan menghasilkan tenaga kerja menengah yang berkualitas dan siap pakai oleh dunia usaha dan dunia industri sesuai keahliannya, diharapkan dapat bekerja pada instansi yang relevan atau menciptakan lapangan kerja sendiri.

SMK Negeri 3 Payakumbuh salah satu sekolah menengah kejuruan bidang keahlian pariwisata harus selalu meningkatkan mutu layanan pendidikannya. SMK Negeri 3 Payakumbuh telah melaksanakan proses belajar mengajar sejak tahun 1991 sampai sekarang dengan berbagai Kompetensi Keahlian seperti Akomodasi Perhotelan, tata Boga, Tata Busana, Tata Rias, Teknik Komputer Jaringan dan Usaha Perjalanan Wisata. Setelah menamatkan SMK Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan, siswa dapat bekerja sebagai Pelaksana Akomodasi Perhotelan yang profesional, dengan kompetensi: 1. Pelayanan Kantor Depan (Front Office) 2. Pelayanan Tata Graha (Housekeeping).

(5)

Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Mc. Ashan 1981:45 dalam Mulyasa, (2005:38) mengemukakan bahwa: “Competensy is

knowledge, skills, and abilities or capabilities that person achieves, which become part of his or her being to the event he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective and psychomotor behaviors”.

Pelaksanaan unit produksi tidak hanya keterlibatan siswa saja yang dibutuhkan, tetapi juga keterlibatan guru. Guru dapat menjadikan unit produksi sebagai tugas penunjang kreatifitasnya melalui bimbingan yang dilakukan kepada siswa.

Bimbingan guru saat kegiatan belajar mengajar praktek di labor diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti yang disampaikan oleh Prayitno (1999:66), “pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang disebabkan karena peserta didik kurang mendapatkan bimbingan yang memadai dalam bekerja”. Siswa yang mendapatkan bimbingan dalam belajar maksimal diperkirakan lebih tinggi tingkat keberhasilannya, dibandingkan dengan siswa yang kurang mendapatkan bimbingan dalam belajar.

Guru kejuruan dituntut untuk memiliki kemampuan mengajarkan teori di kelas, namun dituntut juga mampu mendidik, mengajar, melatih dan membimbing peserta didiknya ditempat kerja, karir yang prospektif, mampu berkomunikasi dan bernegosiasi dengan dunia kerja, merefleksikan perubahan di dunia kerja terhadap program pembelajarannya di sekolah, tidak terisolasi dari dunia kerja, dan peka terhadap perubahan dunia kerja.

(6)

Pelaksanaan unit produksi dipengaruhi oleh banyak faktor, berasal dari dalam diri guru (internal) dan luar diri guru (eksternal). Menurut Isjoni (2005:57) “faktor eksternal yang langsung dan berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah pelatihan profesi yang diikutinya, baik melalui penataran, workshop, atau sejenisnya”. Steers (1980) menyatakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas guru adalah kemampuan, motivasi, sikap, dan penerimaan orang tersebut terhadap pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya”.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama 3 tahun terakhir, penelitian pendahuluan dan perbincangan dengan teman sesama guru serta siswa di SMK Negeri 3 Payakumbuh ditemukan masalah yang terkait dengan pelaksanaan unit produksi Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan. Adapun kondisi tersebut adalah sebagai berikut: (1) Kurang berfungsinya unit produksi sebagai tempat latihan bagi siswa, (2) Kurang berjalannya fungsi guru sebagai pembimbing kegiatan unit produksi, (3) Ilmu atau keterampilan guru tidak berkembang dan kurang mengikuti kemajuan teknologi (khususnya guru Akomodasi Perhotelan), (4) 50% dari guru Akomodasi Perhotelan tidak mempunyai pengalaman kerja di industri perhotelan, (5) 57% dari guru Akomodasi Perhotelan tidak berlatar belakang pendidikan yang sama dengan kompetensi yang diajarkannya (alih keahlian), (6) 43% guru Akomodasi Perhotelan suka meninggalkan workshop pada saat pembelajaran berlangsung dan melakukan kegiatan lain, (7) Kurangnya Kompetensi Siswa yang dilihat dari nilai murni Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan front office dan housekeeping yang masih rendah (8) Kurang

(7)

terwujudnya tujuan unit produksi yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Republik Indonesia nomor: 0490/1992 dalam rincian pasal 29 ayat 2.

Idealnya sebuah unit produksi yang ada di sekolah haruslah melibatkan siswa yang dibimbing oleh guru karena merupakan kegiatan pelatihan siswa yang pada waktu bersamaan siswa mendapatkan pembelajaran Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan. Berdasarkan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan: 1). Hubungan antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi pada Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan, 2). Hubungan antara bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi pada Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan, 3). Hubungan antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi pada Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan apabila variabel bimbingan guru dalam keadaan konstan, 4). Hubungan antara bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi pada Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan apabila variabel Kompetensi Siswa dalam keadaan konstan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Populasi penelitian adalah seluruh siswa yang ada di kelas XI dan XII di kompetensi keahlian akomodasi perhotelan SMK Negeri 3 Payakumbuh. Jumlah seluruh populasi adalah 120 orang siswa. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan ukuran sampel sebanyak 50% dari populasi yaitu berjumlah 60 orang siswa. Jenis data dalam

(8)

penelitian ini adalah data primer dengan teknik pengumpuan data melalui angket. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analisis korelasi pearson product

moment dan korelasi parsial.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian yang dideskripsikan mencakup tiga variabel yaitu variabel Kompetensi Siswa (X1), variabel Bimbingan Guru (X2) dan variabel Keterlaksanaan Unit Produksi (Y).

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian a. Kompetensi Siswa

Kompetensi Siswa dilihat dari kemampuan siswa mencakup pengetahuan, keahlian dan kemampuan di bidang Akomodasi Perhotelan (front

office dan housekeeping). Siswa kompeten apabila nilai yang diperoleh pada

mata pelajaran front office dan housekeeping > 72. Jika nilai yang diperoleh kurang dari 72, maka siswa dinilai tidak kompeten.

Berdasarkan analisis distribusi frekuensi, skor minimum nilai Kompetensi Siswa adalah 55, skor maksimal 87, median 74, modus 80, rata-rata hitung (rerata-rata) 72,7 dan standar deviasi 8,3. Selanjutnya dilakukan pengklasifikasian Kompetensi Siswa dengan kategori kompeten dan tidak kompeten seperti terlihat pada Tabel 1.

(9)

Tabel 1. Sebaran Responden berdasarkan Kategori Kompetensi Siswa Kompetensi Siswa f % Kompeten 35 58,3 Tidak Kompeten 25 41,7 Total 33 100.0 Rerata 72,7 Deviasi standar 8,3

Sedangkan untuk mengetahui distribusi frekuensi Kompetensi Siswa, yang dikelompokkan berdasarkan skor Kompetensi Siswa, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kompetensi Siswa

Interval Skor Kompetensi Siswa f %

55-59 3 5.0 60-64 9 15.0 65-69 8 13.3 70-74 13 21.7 75-79 12 20.0 80-84 11 18.3 85-89 4 6.7 Total 60 100,0 b. Bimbingan Guru

Merupakan suatu proses pemberian bantuan, arahan, tuntunan dan nasehat dari guru kepada siswa agar mampu memahami diri dan lingkungannya dinilai berdasarkan jawaban siswa terhadap 34 butir pernyataan valid dengan skor maksimal 170.

Sudjana (2009), siswa mendapat bimbingan sangat baik jika skor 90-100%, mendapat bimbingan baik jika skor 80-89%, cukup mendapatkan bimbingan jika skor 65-79%, mendapat bimbingan kurang baik jika skor 55-64% dan mendapat bimbingan tidak baik jika skor kurang dari 55%.

(10)

Tabel 3 menunjukkan berdasarkan ketentuan tersebut tidak ada siswa yang mendapatkan bimbingan guru dengan kategori sangat baik dan baik. Sebanyak 8,3% siswa tergolong cukup mendapatkan bimbingan guru, sebanyak 25,0% kurang baik mendapatkan bimbingan guru dan 66,7% tidak baik mendapatkan bimbingan guru.

Tabel 3. Sebaran Responden berdasarkan Kategori Bimbingan Guru

Kategori Bimbingan Guru f %

Sangat baik 0 0,0 Baik 0 0,0 Cukup baik 5 8,3 Kurang baik 15 25,0 Tidak baik 40 66,7 Total 60 100,0 Rerata 86,6 Deviasi standar 14,7

Perhitungan distribusi frekuensi diperoleh nilai rentang bimbingan guru 52, banyak kelas 8 dan panjang/interval kelas 7. Seperti terlihat pada Tabel 7, frekuensi tertinggi (16 orang siswa) mendapatkan bimbingan guru, skor 73-80. Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi bimbingan guru terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Distribusi Frekuensi Bimbingan Guru

0 10 20

(11)

c. Keterlaksanaan Unit Produksi

Keterlaksanaan Unit Produksi merupakan terselenggaranya kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa di bidang front office dan housekeeping departement yang dinilai berdasarkan jawaban siswa terhadap 27 butir pernyataan yang valid dengan skor maksimal 135.

Menurut Sudjana (2009), keterlaksanakan unit produksi dikategorikan sangat baik jika skor 90-100%, Keterlaksanaan Unit Produksi baik jika skor siswa 80-89%, kategori cukup jika skor 65-79%, kategori kurang baik jika skor 55-64% dan keterlaksanan unit produksi tidak baik jika skor kurang dari 55%.

Kategori yang ditetapkan, terdapat sebanyak 16,7% siswa yang termasuk kategori Keterlaksanaan Unit Produksi sangat baik dan 21,7% termasuk kategori baik. Sebanyak 36,7% siswa tergolong cukup Keterlaksanaan Unit Produksinya dan 25,0% tergolong kurang baik, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran Responden berdasarkan Kategori Keterlaksanaan Unit Produksi

Kategori Keterlaksanaan Unit Produksi f % Sangat baik 10 16,7 Baik 13 21,7 Cukup baik 22 36,7 Kurang baik 15 25,0 Tidak baik 0 0,0 Total 60 100,0 Rerata 102,4 Deviasi standar 16,5

Perhitungan distribusi frekuensi, diperoleh nilai sebaran sebesar 58, banyak kelas 7 dan panjang kelas 9. Distribusi frekuensi Keterlaksanaan Unit

(12)

Produksi paling tinggi (15) siswa pada skor interval 85-93. Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi keterlaksanan unit produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Distribusi Frekuensi Keterlaksanaan Unit Produksi

1. Uji Persyaratan Analisis a) Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Skor signifikansi (Sig) untuk variabel X1 sebesar 0,717, untuk variabel X2 sebesar 0,148 dan variabel Y sebesar 0,280. Nilai signifikansi untuk semua variabel besar dari 0,05, disimpulkan bahwa data Kompetensi Siswa, bimbingan guru dan Keterlaksanaan Unit Produksi berdistribusi normal.

b) Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Skor signifikansi (Sig) Kompetensi Siswa dengan keterlaksaaan unit produksi sebesar 0,000.

0 10 20

(13)

Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara variabel Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi.

Skor signifikansi (Sig) bimbingan guru dengan keterlaksaaan unit produksi sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara variabel bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi.

2. Uji Hipotesis

a) Analisis Korelasi

Untuk melihat hubungan antara variabel Kompetensi Siswa dan bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi menggunakan rumus korelasi product moment. Proses pengujian ini menggunakan program SPSS, hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji Korelasi

Kompetensi Siswa Bimbingan Guru Keterlaksanaan Unit Produksi Kompetensi Siswa Pearson

Correlation 1 .804

**

.853**

Sig. (2-tailed) .000 .000

N 60 60 60

Bimbingan Guru Pearson

Correlation .804 ** 1 .907** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 60 60 60 Keterlaksanaan Unit Produksi Pearson Correlation .853 ** .907** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 60 60 60

(14)

Koefisien korelasi antara variabel Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi sebesar 0,853 dengan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi < 0,05 maka Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi berkorelasi signifikan.

Koefisien korelasi antara variabel bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi sebesar 0,907 dengan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi < 0,05 maka bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi berkorelasi signifikan.

b) Korelasi Parsial

Untuk melihat hubungan antara dua variabel dengan mengontrol variabel bebas lainnya. Perhitungan ini dilakukan untuk melihat hubungan murni Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi jika dikontrol oleh variabel bimbingan guru dan melihat hubungan bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi jika dikontrol oleh variabel Kompetensi Siswa. Proses pengujian menggunakan program SPSS. Hasil uji korelasi parsial dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6. Uji Korelasi Parsial antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi

Control Variables Kompeten si Siswa Keterlaksanaan Unit Produksi Bimbingan

Guru Kompetensi Siswa Correlation 1.000 .493

Significance

(2-tailed) . .000

(15)

Keterlaksanaan Unit Produksi

Correlation .493 1.000

Significance (2-tailed) .000 .

df 57 0

Pada Tabel 6 bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi apabila dikontrol oleh variabel bimbingan guru sebesar 0,493 dengan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi yang dikontrol oleh variabel bimbingan guru berkorelasi signifikan.

Pada Tabel 7 terlihat, nilai koefisien korelasi antara variabel bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi apabila dikontrol oleh variabel kompetensi guru sebesar 0,714 dengan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi < 0,05 maka bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi apabila dikontrol oleh variabel Kompetensi Siswa berkorelasi signifikan.

Tabel 7. Uji Korelasi Parsial antara Bimbingan Guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi

Control Variables Keterlaksanaan Unit Produksi Bimbingan Guru Kompetensi Siswa Keterlaksanaan Unit Produksi Correlation 1.000 .714 Significance (2-tailed) . .000 df 0 57

Bimbingan Guru Correlation .714 1.000

Significance

(2-tailed) .000 .

(16)

Pembahasan

1. Hubungan Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi

Hasil analisis korelasi mengungkapkan terdapat hubungan yang signifikan antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi dengan koefisien korelasi 0,853 dan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000. Pada hasil penelitian deskriptif ditemukan siswa yang tidak kompeten dalam pelajaran front office dan

housekeeping cukup tinggi yaitu 41,7%, Keterlaksanaan Unit Produksi

menunjukkan kecenderungan sama, sekitar 25,0% kurang baik dan 36,7% tergolong cukup baik. Sebagaimana yang dikemukakan dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007, bahwa indikator pencapaian kompetensi Secara umum unit produksi merupakan suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan di dalam sekolah dan bersifat bisnis (profit oriented) serta dilakukan oleh warga sekolah (kepala sekolah, ketua program, guru, dan siswa) dengan memberdayakan sumber daya sekolah yang dimiliki serta dikelola secara professional.

2. Hubungan Bimbingan Guru dengan Keterlaksaan Unit Produksi

Analisis korelasi mengungkapkan terdapat hubungan yang signifikan antara bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi dengan koefisien korelasi 0,804 dan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000.

Hasil penelitian deskriptif, ditemukan bimbingan guru yang dinilai siswa tergolong tidak baik (66,7%) dan kurang baik (33,3%). Tidak ada siswa yang menilai bimbingan guru dengan kategori sangat baik dan baik, hanya 8,3% yang menilai cukup baik. Shertzer & Stone (1971:40) menyatakan, “bimbingan

(17)

merupakan proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya”. Sunaryo Kartadinata (1998:3) menyatakan, “bimbingan merupakan proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal”.

Karsidi (2007) menyatakan, ”peran guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian peran yang harus dijalani, memberikan keteladan, pengalaman serta ilmu pengetahuan kepada mereka”.

3. Hubungan Kompetensi Siswa dengan Keterlaksaan Unit Produksi apabila Dikontrol oleh Bimbingan Guru

Hasil uji korelasi parsial menunjukkan korelasi yang signifikan antara variabel Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi apabila dikontrol oleh variabel bimbingan guru dengan nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0,493 dan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000. Setelah terjadi pengontrolan dengan variabel bimbingan guru, nilai korelasi mengalami penurunan dan menjadi cukup kuat. Sekalipun demikian, hubungan kedua variabel tetap signifikan.

4. Hubungan Bimbingan Guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi apabila Dikontrol oleh Kompetensi Siswa

Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi apabila dikontrol oleh variabel Kompetensi Siswa dengan nilai koefisien korelasi parsial sebesar 0,714 dan nilai signifikansi (Sig) sebesar 0,000.

(18)

Simpulan, Implikasi Kebijakan dan Saran

Penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,853 dan probabilitas 0,000.

2. Terdapat hubungan yang signifkan antara bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi dengan nilai koefisien korelasi 0,907 dan probabilitas 0,000.

3. Berdasarkan uji korelasi parsial, terdapat hubungan yang signifikan antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi jika dikontrol oleh variabel bimbingan guru. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,493 dan probalilitas 0,000 yaitu lebih rendah dibandingkan dengan korelasi antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi jika tidak dikontrol oleh variabel bimbingan guru.

4. Berdasarkan uji korelasi parsial, terdapat hubungan yang signifikan antara bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi jika dikontrol oleh variabel Kompetensi Siswa. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,714 dan probalilitas 0,000 lebih rendah dibandingan hasil koefisien korelasi antara bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi tanpa dikontrol oleh variabel Kompetensi Siswa. Sekalipun demikian hubungan murni kedua variabel tetap signifikan.

Mengingat masih kurang optimalnya keterlaksaan unit produksi di SMK Negeri 3 Payakumbuh, sedangkan hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang

(19)

signifikan antara Kompetensi Siswa dengan Keterlaksanaan Unit Produksi dan hubungan antara bimbingan guru dengan Keterlaksanaan Unit Produksi.

Tujuan keberadaan unit produksi adalah memberi kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengerjakan pekerjaan praktek yang berorientasi pada kebutuhan pasar, maka peningkatan Kompetensi Siswa dan bimbingan guru dapat dilakukan antara lain dengan cara:

1. Mengerjakan pekerjaan praktik yang beorientasi pasar sehingga dapat menambah sumber dana pendidikan.

2. Mendorong siswa dan guru berwawasan ekonomi dan kewiraswastaan, sehingga guru dan siswa lebih kreatif untuk memberikan pengalaman belajar dalam bekerja dan siswa memiliki keterampilan dan etos kerja.

Hasil penelitian yang telah dikemukakan peneliti dapat memberikan saran: 1. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh diharapkan dapat membantu

sekolah dalam dalam melakukan pembinaan terhadap guru-guru SMK untuk meningkatkan bimbingan dalam Keterlaksanaan Unit Produksi.

2. Bagi Kepala sekolah hendaknya dapat membuat atau merencanakan suatu program peningkatan bimbingan guru terkait pelaksanaan unit produksi. 3. Bagi guru-guru hendaknya dapat meningkatkan bimbingan kepada siswa

terutama yang terkait dengan pembelajaran front office dan housekeeping. 4. Bagi siswa perlu melakukan usaha peningkatan kompetensi khususnya terkait

pembelajaran front office dan house keeping, mengingat masih tinggi yang tidak kompeten.

(20)

Daftar Rujukan

Isjoni. 2005. Paradikma Baru Menjadi Bangsa Maju. Pekanbaru: Unri Press.

Kartadinata, S. 1988. Bimbingan di Sekolah Dasar. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa,E. 2005 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung PT Remaja Rosda Karya.

Prayitno. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Shertzer & Stone, Shelly. 1971. Fundamental of Guidance. New York: Houghton Miffin Company.

Steers, Richard. 1980. Efektifitas Organisasi (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Sudjana. 2009. Metode Statistika (Edisi ke -5). Bandung: Tarsito.

Persantunan: Artikel ini diolah dari tesis Resmita dengan judul Hubungan

Antara Kompetensi Siswa Dan Bimbingan Guru Dengan Keterlaksanaan Unit Produksi Pada Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan Smk Negeri 3 Payakumbuh. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing

I Prof. Drs. Jalius Jama, M.Ed, Ph.D dan Pembimbing II Dr. Yuliana, SP, M.Si yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian artikel ini.

Gambar

Tabel 1. Sebaran Responden berdasarkan Kategori Kompetensi Siswa  Kompetensi Siswa  f  %  Kompeten  35  58,3  Tidak Kompeten  25  41,7  Total  33  100.0  Rerata  72,7  Deviasi standar  8,3
Tabel  3  menunjukkan  berdasarkan  ketentuan  tersebut  tidak  ada  siswa  yang  mendapatkan  bimbingan  guru  dengan  kategori  sangat  baik  dan  baik
Tabel 4. Sebaran Responden berdasarkan Kategori   Keterlaksanaan Unit Produksi
Gambar 2. Diagram Distribusi Frekuensi Keterlaksanaan Unit Produksi
+4

Referensi

Dokumen terkait

81 Iklan yang dipublikasikan oleh anggota komunitas Makassar Dagang menekankan pengertian tentang proses penyampaian pesan komunikasi yang terkait dengan sebuah

Selain alat dan sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dan Pasal 46, satuan tugas Polhut yang berada pada SPORC, sekurang-kurangnya dilengkapi dengan 1 (satu) Markas Komando

Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi operasi himpunan

[r]

Lafaz talak kinayah jika seorang suami melafazkan seperti „kamu haram ke atasku‟ tidak akan gugur talak melainkan dengan niat untuk ceraikan isterinya baru dikira talak. Dalil

Penelitian yang dilakukan oleh Sania dan Wahyuni (2016) menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan.Kasmir

.Sebelum variabel bebas dan terikat dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji kolmogorov Smirnov.Hasil uji kenormalan ternyata data berdistribusi normal, sehingga

Perencanaan Kegiatan Pembangunan Jembatan Pengawasan (Peningkatan Jalan Nanga Bulik – Arga Mulya (E4), Jl. Perumda – Alun –alun) (DAK Tambahan Usulan Daerah) Pengawasan