• Tidak ada hasil yang ditemukan

Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 237

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 237"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan

237

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

ANALISIS PEMBELAJARAN DAN KESULITAN SISWA SMA KELAS XI TERHADAP

PENGUASAAN KONSEP FISIKA

Analysis of Learning and Difficulty of High School Students in Class XI to Mastery of Physics Concept Anik Istyowati1, Sentot Kusairi2, Supryono Koes Handayanto3

1,2,3Pendidikan Fisika Pascasarjana-Universitas Negeri Malang

Jl.Semarang 5, Malang

e-mail korespondensi: anikyowa@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran dan kesulitan siswa pada siswa kelas XI. Sampel terdiri 3 orang guru Fisika dan 100 siswa SMA kelas XII dari 5 SMA di Malang, yaitu SMAN 5 Malang, SMAN 7 Malang, SMAN 8 Malang, SMAN 9 Malang dan SMAN 1 Singosari yang sudah pernah menerima materi Fisika kelas XI semester 2. Instrumen dalam penelitian berupa angket survey yang berisi pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan yang sudah disediakan dan wawancara. Data angket survey didapatkan dari jawaban yang telah diisi oleh siswa. Data wawancara didapatkan dari jawaban guru Fisika. Hasil penelitian didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran yang ada selama ini masih belum dapat menfasilitasi siswa untuk aktif di kelas. Penguasaan konsep siswa masih rendah, hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara dengan guru bahwa masih banyak siswa yang remidi. Perlunya dilakukan penelitian terhadap pembelajaran yang memfasilitas kegiatan praktikum, diskusi, dan tanya jawab. Perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memperbaiki penguasaan konsep siswa.

Kata kunci: Analisis pembelajaran, kesulitan siswa, penguasaan konsep.

ABSTRACT

This study aimed to determine students' learning and difficulty of students in class XI. The sample consisted 3 Physics teachers and 100 senior high school students of class XII of 5 senior high school in Malang, SMAN 5 Malang, SMAN 7 Malang, SMAN 8 Malang, SMAN 9 Malang and SMAN 1 Singosari who have received the materials physics class XI 2nd semester. Instruments in this study are a survey questionnaire that contains questions with choices that have been provided and interviews. The data obtained from the answers of survey questionnaire that has been filled by students. Interview data obtained from the answers to the teacher of Physics. The result showed that the learning activities that have so far still not been able to facilitate students to be active in the classroom. Mastery of concepts students are still low, this is indicated on the results of interviews with teachers that many students are remedial. The need for research to facilitate learning lab activities, discussion, and debriefing. Need to be innovative student-centered learning to improve students' mastery of concepts.

Keywords: Analysis of learning, student difficulties, mastery of concepts.

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam disiplin Ilmu Pengetahuan Alam yang masih dianggap sulit oleh siswa. Soong dkk (2009) mengemukakan bahwa hasil survey pada penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata siswa tidak tertarik untuk mempelajari Fisika, hal ini dikarenakan Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Anggapan tersebut secara tidak langsung membentuk pemahaman di dalam pemikiran siswa, sehingga siswa merasa tidak mampu sebelum mempelajari dan membuat siswa lebih memilih hafalan rumus daripada mengutamakan pemahamanya. Hammer (1994) mengemukakan bahwa siswa yang mencoba menghafalkan konsep-konsep dan rumus-rumus Fisika tanpa mendalami makna fisinya akan kesulitan dalam mempelajari Fisika. Hal ini dikarenakan dengan menghafal rumus-rumus dalam mempelajari konsep Fisika tidak akan membantu siswa dalam mempelajari makna dibalik penggunaan rumus tersebut. Materi Fisika yang bersifat abstrak inilah yang membuat siswa harus dapat memahami konsep daripada hanya sekedar menghafalkan rumus.

Dalam mempelajari Fisika diperlukan pendekatan yang tepat agar paradigma siswa terhadap mata pelajaran Fisika berubah menjadi lebih baik. Dengan berubahnya paradigma siswa terhadap pembelajaran Fisika akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa dikelas. Guru diharapkan dapat membuat siswa berperan aktif untuk mengembangkan dirinya dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan (Lestari dkk, 2013). Wasis (2015) mengemukakan bahwa guru sebagai pengelola pembelajaran harus mengubah mindset yaitu dari yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa, karena guru tidak akan mampu lagi sebagai sumber informasi utama bagi siswanya, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator dan inspirator yang bertugas mengarahkan dan menstimulli siswa sehingga siswa menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri dari berbagai sumber

(2)

belajar dan kemudian menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata. Dalam Permendikbud Nomor 61 tahun 2014 juga dijelaskan bahwa pembelajaran harus bersifat student centered learning yang berarti bahwa siswa memiliki posisi sentral.

Pada kenyataannya, pembelajaran Fisika saat ini masih belum dapat membuat siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Lestari (2013) mengemukakan pembelajaran saat ini cenderung memberikan porsi guru aktif siswa pasif, guru memberi siswa menerima, dan guru menjelaskan siswa mendengarkan, sehingga siswa belum mampu mengaktualkan kemampuan yang dimilikinya. Djarot (2015) juga mengemukakan bahwa proses belajar mengajar di sekolah saat ini lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Pemilihan kegiatan pembelajaran yang kurang tepat dalam belajar Fisika menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya penguasaan konsep Fisika siswa. Kegiatan belajar dikelas belum secara optimal dapat melatihkan aspek-aspek penguasaan konsep (Hariadi, 2009; Oktasari, 2016). Aspek penguasaan konsep mengacu pada Taksonomi Bloom yang direvisi (Anderson & krathwohl, 2001) memiliki enam tingkatan kognitif tersebut yaitu mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat (C6). Berdasarkan hasil studi Trends in Mathematics and Science Studies International (TIMSS) tahun 2011 dalam bidang sains, menunjukkan Indonesia menempati urutan ke-40 dari 42 negara yang mengikuti, atau mencapai ranking ke-3 dari bawah, lebih tinggi dari Maroko dan Gana (Wasis (2015). Demikian juga dalam Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa rata-rata perolehan PISA Indonesia sangat rendah, yaitu 382 dari rata-rata internasional 501 dan berada pada urutan ke 64 dari 65 negara peserta. Ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia rata-rata hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengaitkan dan mengkomunikasikan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep sains yang bersifat abstrak dan kompleks.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran yang optimal bagi siswa. Purwanto (2008) mengemukakan bahwa untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan. Santrock (2011) menemukakan untuk memberikan pembelajaran yang membuat siswa berinisiatif untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, serta mengajak siswa menemukan konsep melalui pengamatan. Wardani & Suharto (2015) mengemukakan untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan materi yang akan disampaikan agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan membuat siswa aktif, lebih

banyak berpikir, mudah berinteraksi dengan guru maupun dengan temannya, mampu mengemukakan pendapatnya maupun menanggapi pertanyaan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui kegiatan pembelajaran Fisika yang dilakukan guru selama ini dan kesulitan siswa SMA kelas XI dalam mempelajari materi Fisika. Materi Fisika yang diteliti dikhususkan pada materi kelas XI semester 2.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui pembelajaran dan kesulitan siswa pada siswa kelas XI pada materi Fisika semester 2. Hasil penelitian ini akan digunakan untuk merancang pembelajaran yang digunakan untuk mengajar materi gelombang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi mengenai keadaan secara deskriptif (Sugiyono, 2015).

Sampel terdiri 3 orang guru Fisika dan 100 siswa SMA kelas XII dari 5 SMA di Malang, yaitu SMAN 5 Malang, SMAN 7 Malang, SMAN 8 Malang, SMAN 9 Malang dan SMAN 1 Singosari yang sudah pernah menerima materi Fisika kelas XI semester 2. Instrumen dalam penelitian berupa angket survey yang berisi pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan yang sudah disediakan dan wawancara. Data angket survey didapatkan dari jawaban yang telah diisi oleh siswa. Data wawancara didapatkan dari jawaban guru Fisika.

Data hasil survey siswa dengan angket kemudian dianalisis merata skor masing-masing komponen. Analisis dilakukan dengan menggunakan perhitungan persentase. Adapun rumus yang digunakan untuk memperoleh persentase sebagai berikut:

Persentase % = Jumlah skor pengumpulan data Jumlah siswa keseluruhan

Tabel 1. Pertanyaan Angket Wawancara Guru

No Pertanyaan

1. Materi Fisika kelas X semester 2 yang kamu anggap sulit?

2. Bagaimana kegiatan pembelajaran Fisika disekolah?

3. Bagaimana ketuntasan siswa dalam belajar Fisika? 4. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa ketika

mempelajari Fisika?

5. Apakah dilakukan praktikum ketika mempelajari Fisika di kelas?

6. Apakah siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran?

(3)

Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan

239

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Tabel 2. Pertanyaan Angket Survey Siswa

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

1. Apakah Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari?

a. Ya b. Tidak 2. Materi Fisika kelas X semester 2 yang kamu anggap

sulit?

a. Gelombang mekanik b. Termodinamika

c. Gelombang berjalan dan gelombang stasioner d. Gelombang bunyi dan cahaya

e. Optika

f. Pemanasan global 3. Apa kendala yang kamu alami ketika mempelajari materi

Fisika? (mengacu pada pilihan pertanyaan nomor 2)

a. Cara guru menjelaskan

b. Kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai c. Terlalu banyak konsep yang dipelajari 4. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Fisika

pada materi tersebut? (mengacu pada pilihan pertanyaan nomor 2) a. Ceramah b. Diskusi c. Tanya jawab d. Penugasan e. Praktikum 5. Metode yang kamu harapkan dari guru dalam mengajar

Fisika pada materi tersebut? (mengacu pada pilihan pertanyaan nomor 2) a. Ceramah b. Diskusi c. Tanya jawab d. Penugasan e. Praktikum f. Lain-lain HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh berdasarkan isian angket survey yang dibagikan kepada 100 siswa kelas XII SMA di Malang dan wawancara terhadap 3 guru. Terdapat lima pertanyaan pada angket survey dan 7 pertanyaan wawancara. Data angket survey kemudian diolah dengan bantuan program aplikasi microsoft excel 2013 yang nantinya diperoleh gambaran mengenai pembelajaran dan kesulitan siswa kelas XI saat mempelajari materi Fisika kelas XI semester 2.

Hasil wawancara terhadap guru Fisika yang dilakukan peneliti didapatkan beberapa poin penting terhadap pembelajaran Fisika yang selama ini dilakukan dalam menyampaikan materi Fisika kelas XI semester 2. Pembelajaran Fisika pada materi gelombang berjalan dan gelombang stasioner menurut guru menjadi materi yang susah dipahami oleh siswa, kemudian dilanjutkan dengan materi teori kinetik gas. Guru merasa belum menemukan pendekatan yang tepat dalam mengajarkan materi tersebut, sehingga guru lebih banyak dalam menjelaskan materi dengan bantuan PPT. Hasil ulangan yang didapatkan juga mendapatkan hasil kurang maksimal, hampir setengah lebih pada tiap kelas yang melakukan kegiatan remidi. Kegiatan remidi tersebut dilakukan dengan penugasan dan beberapa guru meminta melakukan mengerjakan soal ulang dirumah ataupun disekolah.

Langkah guru dalam mengambil alih pusat belajar ke guru menyebabkan waktu yang seharusnya digunakan

untuk kegiatan praktikum habis dipakai untuk menjelaskan materi saja dan menyebabkan siswa tidak berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa sekolah menggunakan praktikum untuk membantu kegiatan belajar tetapi hasil yang didapat masih belum maksimal dan belum membantu siswa meningkatkan penguasaan konsep Fisika pada materi tersebut. Kegiatan evaluasi dilakukan pada soal-soal yang dianggap sulit oleh siswa. Guru tidak menetapkan model pembelajaran yang digunakan karena disesuaikan dengan keadaan kelas saat itu. Beberapa guru berusaha untuk memodifikasi model tetapi masih belum dapat mendapatkan hasil maksimal dalam belajar siswa.

Pertanyaan pertama angket survey bertujuan untuk mengetahui apakah Fisika masih dianggap mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Sebanyak 91,11% siswa merasa mata pelajaran Fisika sulit untuk dipelajari dan hanya 20% siswa yang menganggap Fisika bukan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hasil ini sejalan dengan penelitian Soong dkk (2009) bahwa berdasarkan hasil survey pada penelitiannya yang dilakukan di Inggris didapatkan bahwa rata-rata siswa tidak tertarik untuk mempelajari Fisika, hal ini dikarenakan Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa anggapan siswa terhadap mata pelajaran Fisika sulit dipelajari masih melekat pada diri siswa. Untuk itu guru perlu memberi inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Persentase hasil survey anggapan siswa terhadap pelajaran Fisika disajikan pada Gambar 1.

(4)

Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan

240

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Gambar 1. Persentase Hasil Survey Anggapan Siswa Terhadap Pelajaran Fisika

Pertanyaan kedua angket survey bertujuan untuk mengetahui materi Fisika kelas XI semester masih dianggap sulit oleh. Sebanyak 28,89% siswa merasa materi gelombang berjalan dan gelombang stasioner sebagai materi yang sulit untuk dipelajari, 26,67% siswa merasa materi thermodinamika sebagai materi yang sulit untuk dipelajari, 21,11% siswa merasa materi gelombang mekanik sulit untuk dipelajari, 16,67% siswa merasa materi gelombang bunyi dan cahaya sulit untuk dipelajari dan tidak semua siswa tidak menjadi permasalahan dalam pembelajaran Fisika untuk dipelajari dengan persentase kesulitan 0%. Hasil ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan materi Fisika kelas XI semester masih dianggap sulit oleh siswa untuk dipelajari kecuali materi pemanasan global. Materi gelombang berjalan dan gelombang stasioner menempati urutan pertama untuk materi yang dianggap sulit, kemudian materi

thermodinamika. Hal ini bisa disebabkan karena pada materi tersebut banyak konsep bersifat matematis yang perlu dipelajari, selain itu materi tersebut bersifat abstrak. Persamaan matematis yang bersifat abstrak membuat siswa kesulitan dalam mempelajari konsep Fisika. Adeyemo (2010), Adolphus & Aderenmu (2008) mengidentifikasi terdapat dua kemungkinan, yang pertama karena kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang bersifat matematis memang sangat lemah dan yang kedua karena siswa tidak tahu bagaimana menerapkan persamaan matematis pada permasalahan Fisika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahting bagi siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep dalam mempelajari konsep-konsep Fisika. Persentase hasil survey materi Fisika kelas X semester 2 yang dianggap sulit disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase Hasil Survey Materi Fisika Kelas X Semester 2 Yang Dianggap Sulit

Pertanyaan ketiga angket survey bertujuan untuk mengetahui kendala siswa dalam mempelajari materi Fisika yang berhubungan pada pertanyaan pertama. Sebanyak 52,22% siswa merasa kegiatan pembelajaran yang diberikan tidak sesuai, 45,56% siswa merasa terlalu banyak konsep yang dipelajari dan 13,33% siswa yang menganggap karena cara guru mengajar. Hasil ini menunjukkan bahwa cara guru mengajar bukanlah faktor

utama yang mempengaruhi kesulitan siswa. Faktor yang berperan penting adalah pemilihan strategi dan model yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang dianggap siswa kurang tepat. Selain itu, banyaknya konsep menjadi kendala bagi siswa untuk mempelajari Fisika.

Saat mempelajari materi gelombang, siswa tidak bisa jika hanya mengandalkan pada kegiatan yang

20

91.11

0 20 40 60 80 100

Apakah Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari?

Ya Tidak

[VALUE]% [VALUE]%

[VALUE]%

0 10 20 30 40 50 60

Apa kendala yang kamu alami ketika mempelajari materi Fisika?

Pertanyaan 3

Cara guru menjelaskan

16.67

28.89 26.67 21.11

0 5 10 15 20 25 30 35

Materi Fisika kelas X semester 2 yang kamu anggap sulit?

Gelombang mekanik Thermodinamika

Pemanasan global Gelombang berjalan dan gelombang stasioner

(5)

Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan

241

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

menekankan pada minds on activity saja, tetapi juga diperlukan kegiatan siswa dalam hands on activity. Keterampilan hand on activity dalam pembelajaran Fisika dapat dilakukan dengan kegiatan eksperimen atau percobaan sederhana. Kegiatan seperti itu dapat membantu siswa untuk dapat mempelajari konsep tidak mengacu hanya dari persamaan-persamaan Fisika, tetapi lebih menghubungkan pada permasalahan nyata. Shiha & Prabowo (2014) mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan alat peraga dalam kegiatan eksperimen atau percobaan sederhana dapat membuat siswa belajar dengan mendapatkan pengalaman langsung, melatihkan kemampuan pendekatan ilmiah dan membangun pemahaman konsep. Selain itu, siswa juga diajak untuk mengaitkan kegiatan percobaan dengan kehidupan sehari-hari untuk membangun pengetahuan mereka dan menghubungkan berbagai konsep Fisika. Persentase hasil survey metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Fisika disajikan pada Gambar 3.

Pertanyaan keempat angket survey bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Fisika pada materi yang berhubungan dengan pertanyaan pertama. Hasil survey angget didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan dengan 32,22% ceramah, 30% penugasan, 17,78 tanya-jawab, 16,67% praktikum, dan 14,44% diskusi. Hasil ini

sesuai dengan penelitian Lestari (2013) bahwa pembelajaran saat ini cenderung memberikan porsi guru aktif siswa pasif, guru memberi siswa menerima, dan guru menjelaskan siswa mendengarkan. Penelitian Djarot (2015) juga didapatkan bahwa proses belajar mengajar di sekolah saat ini lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya-jawab.

Pembelajaran Fisika menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. kegiatan percobaan, diskusi, presentasi, tanya-jawab sangat dibutuhkan untuk dapat memahami konsep-konsep Fisika dengan baik. Konsep Fisika akan lebih meudah dipelajari jika siswa saling berkomunikasi dan terlibat langsung dalam sebuah penyelesaian masalah. Murniati dkk (2015) dalam penelitiannya didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran yang menekankan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif akan lebih membantu siswa mempelajari konsep Fisika dengan baik. Sangat penting memahami konsep dan prinsip dasar sebelum mencoba permasalahan yang bersifat kompleks (Serway, 2014). Persentase hasil survey metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Fisika disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase Hasil Survey Metode Yang Digunakan Guru Dalam Pembelajaran Fisika Pertanyaan kelima angket survey bertujuan

untuk mengetahui metode yang diharapkan dari guru dalam mengajar materi yang berhubungan dengan pertanyaan pertama. Berdasarkan hasil survey angket didapatkan bahwa harapan siswa dalam pembelajaran Fisika yang digunakan guru dalam penyampaian materi 43,33% menggunakan praktikum, 33,33% menggunakan diskusi, 31,11% menggunakan tanya jawab, 3,33% menggunakan penugasan, 0% menggunakan ceramah. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa lebih ingin aktif dalam kegiatan pembelajaran, dimana tidak ada satupun siswa yang menginginkan penyampaian materi hanya berpusat pada guru yaitu dengan metode ceramah.

Pembelajaran Fisika tidak hanya tentang produk (fakta), tetapi juga mencakup tentang sikap dan proses. Dalam pembelajaran Fisika, siswa harus aktif dalam dalam memecahkan masalah nyata yang dihadapinya. Proses pembelajaran akan lebih efektif jika terdapat kerjasama antara guru dengan siswa, atau siswa dengan siswa, sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat memperoleh pengetahuan dan informasi dari siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi (Eviana dkk, 2016). Selain itu dalam Permendikbud nomor 61 tahun 2014 sudah ditekankan bahwa pembelajaran harus bersifat student centered. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berimbas pada peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep Fisika. Siswa akan lebih termotivasi dan

16.67 30 17.78 14.44 32.22 0 5 10 15 20 25 30 35

Metode yang digunakan guru dalam

pembelajaran Fisika pada materi tersebut?

(6)

belajar atas dorongan dirinya. Persentase hasil survey

metode yang diinginkan siswa dalam mempelajari Fisika di kelas disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Persentase Hasil Survey Metode Yang Diinginkan Siswa Dalam Mempelajari Fisika Di Kelas PENUTUP

Berdasarkan hasil wawancara dan survey melalui angget diperoleh beberapa poin penting. Kegiatan pembelajaran yang ada selama ini masih belum dapat menfasilitasi siswa untuk aktif di kelas. Fisika masih menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Materi gelombang berjalan dan gelombang stasioner menjadi materi yang dianggap sulit untuk dipelajari siswa pada matapelajaran kelas XI semester 2, kemudian diikuti dengan thermodinamika. Penguasaan konsep siswa masih rendah, hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara dengan guru bahwa masih banyak siswa yang remidi.

Perlunya dilakukan penelitian terhadap pembelajaran yang memfasilitas kegiatan praktikum, diskusi, dan tanya jawab. Perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memperbaiki penguasaan konsep siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Adeyemo, S. A. 2010. Teaching/ Learning Physics in Niegerian Secondary School: The Curriculum Transformation, Issues, Problem and Prospects. International Journal of Educational Research and Technology, 1(1): 99-111.

Adolphus, T & Aderonmu, T. S. B. 2008. Factors Affecting The Teaching and Learning of Electromagnetism Among Secondary School Physics Students. Nigeria Journal of Vocational Teacher Education, 8(1): 25-37.

Anderson, L. W & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision

of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Addison Wesley Lonman, Inc.

Elviana, Jalmo, T, & Abdurrahman. 2016. Penerapan Cooperatif Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Prosiding Seminar Nasional IPA VII Tahun 2016. 810-815.

Hammer, D. 1994. Epistemological Beliefs in Introductory Physics. Cognitive and Instruction, 12(2): 151-183.

Hariadi, E. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun. Jurnal Pendidikan Dasar, 10(1): 28-41.

Kemendikbud. 2014. Permendikbud No 61 Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Lestari, R., Ahdinirwanto, W., & Ashari. 2013.

Peningkatan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada SMP Negeri 4 Wadaslintang. Jurnal Radiasi, 4(2): 178-181. Oktasari, Y. 2016. Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Pengalaman Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kompetensi Sains Siswa. Jurnal Gravity, 2(1): 45-58.

PISA. 2012. Results in Focus: What 15 Year-Olds Know and What They Can Do With What They Know. Paris: OECD.

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 43.33 3.33 31.11 33.33 0 10 20 30 40 50

Metode yang kamu harapkan dari guru dalam mengajar Fisika pada materi tersebut?

(7)

Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan

243

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Santrock, J.W., 2011. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill.

Shiha, N. S & Prabowo. 2014. Pengembangan Alat Peraga Percepatan Benda Untuk Menunjang Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum Newton tentang Gerak. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 3 (2): 180-184.

Soong, B., Mercer, N., & Er, S. S. 2009. Students’ Difficulties When Solving Physics Problems: Results from an ICT-infused Revision Intervension. Proceedings of the 17th International Conference on Computer in Education, 361-365.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wardani, E. K & Suharto, B. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Hidrokarbon dengan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) berbantuan Media Buletin Siswa Kelas X-6 SMA Negeri 8 Banjarmasin. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 6(2): 66-77.

Wasis, 2015. Hasil Pembelajaran Sains di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains PPs Pendidikan Sains UNESA.

Gambar

Tabel 2. Pertanyaan Angket Survey Siswa
Gambar 2. Persentase Hasil Survey Materi Fisika Kelas X Semester 2 Yang Dianggap Sulit  Pertanyaan ketiga angket survey bertujuan untuk
Gambar 4. Persentase Hasil Survey Metode Yang Digunakan Guru Dalam Pembelajaran Fisika
Gambar 5. Persentase Hasil Survey Metode Yang Diinginkan Siswa Dalam Mempelajari Fisika Di Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Faktor pengguna adalah variabel independen yang keempat dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pengguna diterapkan dengan

dasar pembedanya adalah media dan kapasitas program yang digunakan berbeda, strategi push lebih menggunakan pedekatan secara lansung atau dalam istilah marketing disebut

Berdasarkan perhitungan daya yang bekerja pada alat pemipil jagung maka motor listrik yang digunakan pada penelitian ini adalah motor listrik yang memiliki daya 1 HP..

Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar dapat dikatogorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun

21 Apakah terdapat fitur step up atau insentif lain Tidak. 22 Noncumulative atau

maka seharusnya terkait dengan pilihan energi primer untuk dibangkitkan ini dapat mengacu kepada target bauran energi yang secara indikatif telah ditetapkan dalam Rencana Umum

Warna merupakan faktor yang penting karena secara visual faktor warna dapat menentukan keseluruhan bahan pangan. Dalam memilih makanan orang sering tertarik pada warnanya

Prosiding ini memuat lima makalah tamu: (1) Peranan Iptek Nuklir dalam Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat, (2) Peranan Perguruan Tinggi dalam Mendukung Pemanfaatan Energi