• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wahana Fisika, 1(1), 2016, 77-86"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

77 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

Identifikasi Tingkat Aktivitas Gunung Guntur Periode

Oktober -November 2015 Berdasarkan Analisis Spektral

Dan Sebaran Hiposenter - Episenter Gempa Vulkanik

Ria Sulistiawan1,*, Nanang Dwi Ardi2,, Hetty Triastuty1

1

Departemen Pendidikan Fisika,Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung 40154

2

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geoglogi (PVMBG ) Jl. Jalan Dipenogero No 57, Bandung

Email: riasulistiawan123@gmail.com h.triastuty@gmail.com

ABSTRAK

Kompleks Gunung Guntur (G.Guntur) merupakan salah satu gunung api aktif yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kompleks ini terdiri atas beberapa kerucut, salah satunya yaitu Gunung Masigit (2249m) yang merupakan kerucut tertinggi. Sampai pada tahun ini masih terekam aktivitas kegempaan dibawah G.Guntur, sehingga dilakukan pemantauan secara kontinyu di pos PGA untuk mengetahui aktivitas G.Guntur. Metode pemantauan seismik saat ini merupakan metode pemantauan yang dominan digunakan dalam pemantauan gunung api. Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap kegempaan pada G.Guntur periode Oktober sampai November 2015, berdasarkan analisis spektral dan analisis sebaran hiposenter-episenter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe gempa, sebaran hiposenter-episenter dan tingkat aktivitas kegempaan G.Guntur. Sinyal gempa diperoleh dari 5 stasiun yaitu stasiun Citiis, Masigit, Sodong, Legokpulus, dan stasiun Kabuyutan. Melalui parameter hiposenter-episenter serta kandungan frekuensi dan jumlah event gempa yang digunakan dalam upaya memonitoring gunungapi untuk mengetahui aktivitas gunungapi. Analisis spektral didapatkan nilai frekuensi cut off dari gempa vulkanik untuk mengidentifikasi penyebab aktivitas gempa tersebut. Analisis hiposenter serta episenter dilakukan untuk mengetahui tipe gempa dan juga sebaran hiposenter-episenternya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap analisis tingkat aktivitas kegempaan G.Guntur hasil yang diperoleh yaitu seismisitas kegempaan pada G.Guntur masih di dominasi oleh gempa Vulkanik Dangkal dan Vulkanik Dalam. Tingkat aktivitas G.Guntur yang teridentifikasi ditandai dengan terjadinya peningkatan jumlah event dibawah 4 kali dalam sehari yang diakibatkan oleh migrasi magma, dan pendangkalan gempa vulkanik dari periode Oktober ke November, secara umum aktivitas gempa vulkanik G.Guntur ini tidak memicu

(2)

78 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

level bahaya G.Guntur masih berada pada level 1 (normal).

Kata kunci : G.Guntur, Gempa vulkanik, Analisis spektral, Hiposenter, Aktivitas

ABSTRACT

Complex Mount Guntur (G.Guntur) is one of the active volcano which is located in Garut, West Java. This complex consisted of several cones, one of which is Mount Masigit (2249m) which is the highest cone. Until this year still recorded seismic activity under G.Guntur, so did monitoring continue at post PGA to determine the activity G.Guntur. Seismic monitoring method is now a dominant monitoring methods used in the monitoring of volcano. Therefore an examination of the seismicity in G.Guntur the period of October to November 2015, based on the spectral analysis and the analysis of the distribution hypocenter-epicenter. This study aims to determine the level of seismic activity G.Guntur. Seismic signals obtained from five stations namely Citiis station, Masigit, Sodong, Legokpulus and Kabuyutan station. Monitoring seismic recordings obtained from the seismic waves continue in Volcano Observation Post, the data is processed to obtain information about the hypocenter, the type of earthquake, rupture area, and other dominant frequency. These parameters are used to monitoring volcano, to learn the activity of volcanoes. Spectral analysis was conducted to determine the value of the cut-off frequency of volcanic earthquakes. Hypocenter and epicenter analysis was conducted to determine the depth of the earthquake source and distribution its hiposenter. Based on research conducted on the analysis of seismic activity G.Guntur the results obtained by the seismicity of seismicity in G.Guntur still dominated by earthquakes Volcanic Shallow and deep volcanic. G.Guntur identified activity level indicated by the silting up of volcanic earthquakes of the period of October to November, the general silting volcanic earthquake did not trigger a significant change from volcanic activity G.Guntur. So as to status G.Guntur danger level remained at level 1 (normal).

(3)

79

1. PENDAHULUAN

Kompleks Gunung Guntur (G.Guntur) sebagai salah satu gunung api aktif tipe A, yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kompleks ini terdiri atas beberapa kerucut, salah satunya yaitu Gunung Masigit (2249 m) yang merupakan kerucut tertinggi. Ke arah tenggara dari G.Masigit terdapat kerucut G.Parukuyan (2135 m), G.Kabuyutan (2048m), dan G.Guntur. Gunung api Guntur ini merupakan kerucut termuda dari kerucut-kerucut dalam Kompleks G.Guntur (Alzwar, dkk, 1992). Sampai dengan tahun ini 2016 Gunung Guntur telah berada dalam fase istirahat selama 169 tahun, sejak letusan terakhirnya yaitu pada tahun 1847, dan juga masih terekam aktivitas kegempaan pada G.Guntur, selain itu pada kawahnya masih mengeluarkan asap sulfatara dan fumarola. Berdasarkan hasil pemantauan aktivitas kegempaan G.Guntur dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Guntur, aktivitas G.Guntur masih dalam tingkat Level 1 (Normal).

Mengingat masih terekamnya aktivitas seismik dari G.Guntur, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan aktivitas pada G.Guntur dan kemungkinan terjadi letusan di masa yang akan datang. Aktivitas yang dimaksud di sini adalah aktivitas pergerakan magma yang menyebabkan terjadinya gempa. Maka dari itu dilakukan penelitian terhadap aktivitas G.Guntur berdasarkan analisis spektral dan sebaran episenter, analisis sebaran hiposenter-episenter menjadi hal penting untuk mengetahui tipe gempa dan perubahan letak pusat gempa dalam memahami tingkat aktivitas G.Guntur. Parameter

lain yang diperlukan adalah frekuensi cut off yang dihasilkan dari analisis spektral digunakan untuk mempermudah analisis terhadap sinyal dengan cara mengubah domain waktu kedalam domain frekuensi, dan mendapatkan nilai frekuensi dari sinya-sinyal vulkanik, untuk memahami keterkitannya dengan peningkatan aktivitas kegempaan pada G.Guntur.

2. METODE PENELITIAN

Data yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu data sekunder berupa data rekaman gelombang seismik digital G.Guntur periode Oktober-November 2015 yang diperoleh dari lembaga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Semua kegiatan pengambilan atau akuisisi data dilakukan tim PVMBG di pos pengamatan Gunungapi Guntur yang berlokasi di Garut Jawa Barat. Metode yang digunakan berdasarkan analisis spektral dan sebaran hiposenter-episenter, karena melalui parameter-parameter seperti hiposenter-episenter, frekuensi, dapat digunakan dalam upaya monitoring gunungapi, mengetahui aktivitas dan level bahaya gunung api tersebut.

Tahapan alur penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

(4)

80 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

Gambar 1 tahapan alur penelitian

1. Penentuan tipe gempa vulkanik yang mendominasi G.Guntur yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu berdasarkan kedalaman hiposenter yang diperoleh dari pengolahan software GAD. Klasifikasi gempa vulkanik yang dikelompokan oleh Minakami digunakan sebagai acuan dalam menentukan tipe gempa vulkanik berdasarkan kedalaman hiposenter. 2. Gambaran sebaran hiposenter yang

didapat dari penelitian ini yaitu berupa proyeksi atau grafik penampang barat-timur dan utara-selatan, sumbu y pada grafik tersebut merupakan kedalaman dan sumbu x merupakan longitude atau latitude. Perbedaan antara penampang barat-timur dan utara-selatan yaitu terletak pada sumbu x nya, longitude untuk penampang barat-timur sedangkan latitude untuk utara-selatan. Sedangkan

untuk sebaran episenternya yaitu berupa peta kontur dari data longitude dan latitude. Longitude untuk sumbu x dan latitude untuk sumbu y.

3. Penentuan tingkat aktivitas pada penelitian kali ini yaitu dilihat dari jumlah kejadian gempa setiap hari (selama Oktober-November 2015), berdasarkan analisis spektral dan perubahan letak hiposenter atau episenternya. Dalam menentukan jumlah kejadian gempa tersebut yaitu menggunakan software LS7_WVE dengancara menginput data gempa harian perjamnya untuk mengetahui ada atau tidaknya gelombang gempa yang terekam selama waktu tersebut.. Peningkatan event gempa dihubungkan dengan hasil analisis spektral yaitu frekuensi cut off untuk mengetahui penyebab terjadinya peningkatan aktivitas G.Guntur melalui peningkatan event gempa. Sedangkan melihat perubahan letak hiposenter atau episenternya dari gambaran sebaran hiposenter dan peta kontur episenter namun dengan mengplot data Oktober dan November secara bersamaan dalam satu grafik atau peta kontur untuk melihat perbandingan letak hiposenternya dominan tetap atau berubah selama periode tersebut.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe gempa vulkanik G.Guntur berdasarkan kedalaman sumber gempa

Melalui pengamatan rekaman gempa menggunakan software LS7WVE, didapatkan waktu terjadunya event gempa dan data berupa waktu tiba

(5)

81 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

gelombang P dan gelombang S yang kemudian diolah menggunakan

software GAD sehingga diperoleh nilai

kedalaman dan koordinat hiposenter X, Y, dan Z dari masing-masing event. Berdasarkan klasifikasi gempa vulkanik Minakami dalam Iguchi (1994) jika dilihat dari kedalaman hiposenternya, maka gempa yang terjadi di Gunung Guntur ini didominasi oleh gempa vulkano-tektonik dalam (VT-A) dengan ciri kedalamannya sekitar 1-20 km, dan gempa vulkano – tektonik dangkal dengan kedalaman < 1 km. Gempa vulkano tektonik ini bukan merupakan gejala gunungapi yang akan terjadi letusan, tapi sewaktu-waktu dapat terjadi maka dari itu aktivitas kegempaan Gunung Guntur harus dilakukan pemantauan secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan penelitian Sadikin (2008) menjelaskan bahwa sebaran hiposenter sebagian besar berpusat pada kawah G.Guntur itu sendiri dengan kedalamn kurang dari 5 km dibawah muka laut atau di bawah puncak G.Guntur. Penentuan hiposenter menggunakan metode GAD ini masih mengandung unsur kesalahan walaupun sudah banyak digunakan dalam setiap penentuan hiposenter.

Sebaran hiposenter-episenter

G.Guntur periode

Oktober-Novemeber 2015

Dari data koordinat hiposenter data X menunjukan jarak pusat gempa ke arah barat timur dari kawah, untuk sumbu Y yaitu menunjukan jarak pusat gempa ke arah utara selatan kawah, sumbu Z menunjukan kedalaman pusat gempa dibawah puncak G.Guntur. Tanda positif menandakan ke arah timur,

utara, dan bawah permukaan, sedangkan tanda negatif untuk arah barat, selatan, dan atas permukaan.

Gambar 2. Gabungan sebaran episenter periode Oktober-November 2015 (a) 107,70 107,75 107,80 107,85 107,90 107,95 -5000 -4000 -3000 -2000 -1000 0 1000 2000 ke d a la ma n (m)

penampang lintang barat-timur (longitude) G.Guntur stasiun hiposenter Oktober hiposenter November MSG SDG

(6)

82 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

(b)

Gambar 3. Gabungan hiposenter periode Oktober-November (a) penampang barat-timur (b) penampang uatara-selatan

Melihat hasil pola sebaran hiposenter terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2 untuk bulan Oktober dan bulan November yang nampak berurut yang bisa menunjukan adanya pergerakan magma dari bawah keatas, namun memiliki kedalaman yang berbeda yang menghasilkan tipe gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam pada analisis sebelumnya. Jika di hubungkan dengan aktivitas magmatik, tipe gempa vulkanik dalam disebabkan oleh normal fault, dan tipe gempa vulkanik dangkal disebabkan oleh reverse fault, yang diinterpretasikan disebabkan oleh local stres karena adanya tekanan dari gas vulkanik atau magma menurut Hidayati 2008, Dan berdasarkan letak kedalaman hiposenter Oktober ke November tersebut dapat dilihat terjadi pendangkalan atau migrasi magma seperti hasil penelitian pada Gunung Lokon karena inflasi penyimpanan magma (magma storage) menyebabkan stres tensional pada kedalaman yang

lebih dangkal dari penyimpanan magma (magma storage).

Secara umum sebaran gempa ini berada bawah kawah G.Guntur-gandapura. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suantika dalam Hidayati, 2011, yang menyatakan bahwa sebaran hiposenter gempa di sekitar kompleks G.Guntur tersebar sepanjang sesar Drajat, Kamojang dan Gandapura. Dan juga sesuai dengan hasil penelitian-penelitian Sadikin 2008, menjelaskan bahwa sebaran hiposenter sebagian besar berpusat pada kawah G.Guntur itu sendiri dengan kedalamn kurang dari 5 km dibawah muka laut atau di bawah puncak G.Guntur.

Tingkat aktivitas G.Guntur

Tingkat aktivitas kegempaan gunung api dapat membantu dalam menentukan status dam level bahaya gunung api tersebut. Tingkat aktivitas G.Guntur periode Oktober-November 2015 kali ini dilihat dari jumlah event gempa, analisis spektral dan letak hiposenter-episenter.

jumlah event gempa vulkanik

banyaknya event gempa vulkanik yang terjadi pada Oktober 2015 yaitu sebanyak 17 kali, dan terjadi peningkatan event gempa pada tanggal 20 terjadi pada (jam 03 dan jam 06), tanggal 21 terjadi (jam 5 dan jam 8), dan tanggal 23 terjadi pada (jam 1 dan juga jam 5). Meskipun peningkatan yang terjadi tidak begitu banyak hanya terjadi peningkatan event gempa selama 2 kali dalam sehari dari yang awalnya hanya terjadi sekali gempa dalam sehari, peningkatan gempa terjadi pada slisih 3-4 jam setelah event gempa pertama.

-7,25 -7,20 -7,15 -7,10 -7,05 -7,00 -5000 -4000 -3000 -2000 -1000 0 1000 2000 ke d a la ma n (m)

penampang lintang utara-selatan (latitude)

ilustrasi G.Guntur stasiun hiposenter Oktober hiposenter November MSG KBY LGP

(7)

83 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

Sedangkan periode November 2015, banyaknya event gempa yang terjadi yaitu sebanyak 12 event gempa vulkanik, dan terjadi peningkatan event gempa pada tanggal 18 yaitu sebanyak 2 kali (jam 9 dan jam 23), selanjutnya pada tanggal 21 terjadi peningkatan

event sebanyak 4 kali setiap satu jam

sekali (jam 1 sampai jam 3), dan terjadi peningkatan event gempa lagi pada tanggal 30 yaitu sebanyak 3 kali event dalam sehari (jam 19 dan 20). Perbandingan event gempa yang terjadi antara bulan Oktober dan November lebih banyak event gempa pada bulan Oktober, namun peningkatan event gempa vulkanik terbanyak yaitu terjadi pada bulan November sebanyak 4 kali

event gempa dalam sehari.

Maka dari itu keadaan kegempaan Gunung Guntur dilihat dari peningkatan jumlah event gempa bisa dikatakan normal dengan hanya terjadi gempa sebanyak 1-4 kali dalam sehari, karena peningkatan yang signifikan dan perlu diwaspadai ketika peningkatan event gempa lebih dari 5 kali dalam sehari. Peningkatan yang masih dibawah 5 kali dalam sehari tersebut hanya diprediksi adanya gejala aktivitas magma.

Berdasarkan analisis spektral

Melalui proses analisis spektral diperoleh nilai – nilai frekuensi sudut (cut off) sinyal vulkanik sebagai informasi dalam menganalisis aktivitas G.Guntur. Setiap stasiun mengandung frekuensi cut off yang berbeda-beda, salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu perbedaan jarak antara stasiun dengan sumber gempa (hiposenter).

Selama periode Oktober 2015 ini mengandung frekuensi cut off yang

dikandung G.Guntur yaitu yang terkecil sebesar 0,6 Hz dan terbesar yaitu 16,3 Hz, dan bulan November yaitu yang terkecil sebesar 3,6 Hz dan yang tertinggi yaitu 18,7 Hz. Peningkatan event gempa jika dihubungkan dengan hasil analisis spektral melalui frekuensi cut off, seperti yang telah dilakukan pada penelitian gunung api Kuchinoerabujima dijepang oleh Triastuty, H (2009) yang menghasilkan bahwa ketika gempa vulkanik meningkat, frekuensi cut off mengalami penurunan, peristiwa peningkatan event gempa vulkanik secara bertahap ini diikuti juga oleh peningktan panjang rekahan yang mengikuti perkembangan atau perubahan zona patahan.

Gambar 4 Frekuensi cut off periode Oktober 2015

Gambar 5 Frekuensi cut off periode November 2015 TGL/BLN/THN01/10/201506/10/201508/10/201509/10/201512/10/201516/10/201518/10/201519/10/201520/10/201520/10/201521/10/201521/10/201523/10/201523/10/201526/10/201528/10/2015 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 28 /1 0/ 20 15 26 /1 0/ 20 15 23 /1 0/ 20 15 23 /1 0/ 20 15 21 /1 0/ 20 15 21 /1 0/ 20 15 20 /1 0/ 20 15 20 /1 0/ 20 15 19 /1 0/ 20 15 18 /1 0/ 20 15 16 /1 0/ 20 15 12 /1 0/ 20 15 09 /1 0/ 20 15 08 /1 0/ 20 15 06 /1 0/ 20 15 01 /1 0/ 20 15 F re ku en si cu t o ff TGL/BLN/THN CTS MSG SDG LGP KBY TGL/BLN THN18/11/201518/11/201520/11/201527/11/201521/11/201521/11/201521/11/201530/11/201530/11/2015 ---2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 30 /1 1/ 20 15 30 /1 1/ 20 15 21 /1 1/ 20 15 21 /1 1/2 01 5 21 /1 1/ 20 15 27 /1 1/ 20 15 20 /1 1/ 20 15 18 /1 1/ 20 15 18 /1 1/2 01 5 Fr ek ue ns i c ut o ff TGL/BLN/THN CTS MSG SDG LGP KBY

(8)

84 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

Dari Gambar 4 peningkatan event gempa terjadi pada tanggal 20,21 dan 23 pada waktu tersebut juga frekuensi cut off mengalami peningkatan dan penurunan, penurunan yang pling menonjol yaitu dari event gempa tanggal 20 ke tanggal 21 yaitu dari frekuensi 12-15 Hz turun menjadi 1-3 Hz.

Pada periode November 2015 Gambar 5 peningkatan event gempa vulkanik terbanyak yaitu pada tanggal 21, untuk frekuensi cut off dalam waktu tersebut terlihat jelas penurunan yang terjadi yaitu dari frekuensi sekitar 8-18 Hz menurun bertahap sesuai event gempa menjadi 4-7 Hz dan 3-5 Hz karena pada tanggal 21 peningkatan event gempa terjadi 3 kali dalam sehari. nilai panjang rekahan yang terjadi pada G.Guntur yaitu sekitar 73 m yang terpendek dan 2 km yang terpanjang selama bulan Oktober, sedangkan pada bulan November nilai panjang rekahannya yaitu 64 m yang terpendek dan 334 m yang terpanjang.

Gambar 6 Hasil panjang rupture periode Oktober 2015

Gambar 7 Hasil panjang rupture periode Oktober 2015

Peningkatan panjang rupture yang terlihat pada periode Oktober 2015 yaitu pada tanggal 21 dan 23, pada tanggal 21 peningkatan nilai panjang rupture mencapai nilai sekitar 500-800 m, sedangkan pada tangga 23 yaitu mencapai 400-500 m. pada periode November 2015 peningkatan berturut-turut sesuai penngkatan event gempa terlihatpada tanggal 21. Dengan peningkatan nilai panjang rupture dari sekitar 50-100m menjadi 200-300m dan meningkat lagi mencapai nilai 350 m. Selain aktivitas magma yang menjadi penyebab terjadinya pneingkatan tekanan system vulkanik yaitu karena adanya intrusi fluida hidrotermal lainnya seperti yang disarankan oleh (Hirabayashi et al., 2007), yaitu adanya peningkatan kegiatan suhu fumarolic. Sehingga aktivitas G.Guntur ini hanya disebabkan oleh pergerakan atau migrasi magma yang diikuti oleh perluasan zona patahan.

4.3.2 Perubahan letak hiposenter dan episenter

Dilihat dari gambaran sebaran hiposenter dan episenter pada gambar 2 dan 3 yang menunjukan letak hiposenter Oktober dan November berada dominan pada titik yang

TGL/BLN/THN01/10/201506/10/201508/10/201509/10/201512/10/201516/10/201518/10/201519/10/201520/10/201520/10/201521/10/201521/10/201523/10/201523/10/201526/10/201528/10/2015 -200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 28 /1 0/2 01 5 26 /1 0/2 01 5 23 /1 0/2 01 5 23 /1 0/2 01 5 21 /1 0/2 01 5 21 /1 0/2 01 5 20 /1 0/2 01 5 20 /1 0/2 01 5 19 /1 0/2 01 5 18 /1 1/2 01 5 16 /1 0/2 01 5 12 /1 0/2 01 5 09 /1 0/2 01 5 08 /1 0/2 01 5 06 /1 0/2 01 5 01 /1 0/2 01 5 pa njan g r up tu re (m ) TGL/BLN/THN CTS MSG SDG LGP KBY TGL/BLN THN18/11/201518/11/201520/11/201527/11/201521/11/201521/11/201521/11/201530/11/201530/11/2015 50 100 150 200 250 300 350 30 /11 /20 15 30 11 /20 15 21 /11 /20 15 21 /11 /20 15 21 /11 /20 15 27 /11 /20 15 20 /11 /20 15 18 /11 /20 15 18 /11 /20 15 pa njan g r up tur e ( m) TGL/BLN/THN CTS MSG SDG LGP KBY

(9)

85 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

berbeda, berdasarkan kondisi seperti ini untuk aktivitas G.Guntur bisa dikatakan normal-normal saja, dan diprediksi munculnya kubah lava baru seperti penjelasan berikut ini, ketika diketahui posisi hiposenter berada pada posisi yang berbeda dari kejadian gempa vulkanik sebelumnya, apalagi mengalami kenaikan posisi maka berdasarkan kejadian ini di prediksi akan memicu munculnya sebuah kubah lava yang baru. Melalui persebaran hiposenternya yang tersebar mendekati kawah, kemungkinan pergerakan magma tersebut akan membentuk kubah lava baru seperti dalam Zobin et

al, (2016) yaitu Migrasi magma dalam

saluran yang dapat menghasilkan aktivitas eksplosif dari gunung berapi. Mendekati kawah, magma membentuk kubah lava dan lava arus yang nantinya menghasilkan aliran piroklastik dan rockfalls. Maka hal ini mengindikasikan bahwa gunung tersebut tidak mengalami peningkatan aktivitas yang serius Sehingga untuk status level bahaya G.Guntur masih berada pada level 1 (normal).

4. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap analisis aktivitas kegempaan G.Guntur periode Oktobe– November 2015, maka diperoleh hasil yaitu :

Seismisitas kegempaan pada G.Guntur berdasarkan kedalaman hiposenter dan kandungan frekuensinya, masih di dominasi oleh gempa-gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA). Berdasarkan gambaran dari sebaran hiposenter, pusat gempanya

berada berada di bawah kawah G.Guntur-gandapura, dan mengalami pendangkalan gempa vulkanik dari periode Oktober ke November dilihat dari penurunan kedalaman hiposenter, dan jika dilihat dari sebaran episenternya letak pusat gempa pada periode Oktober ke November juga tidak tetap. Tingkat aktivitas Gunung Guntur berdasarkan jumlah event gempa dan perubahan letak hiposenter-episenter gempa vulkanik berada pada tingkat normal-normal saja tidak terjadi peningkatan yang signifikan.

5. REFERENSI

1. Alzwar, M., Akbar, N., dan Bachri, S. (1992). Peta Geologi Lembar Garut dan

Pameungpeuk Jawa. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi.

2. Hidayati, S., Ishihara, K.,

Iguchi, M., dan Ratdomopurbo, (2008). Focal mechanism of volcano-tectonic earthquake at Merapi volcano, Indonesia.

Indonesian Journal of Physics, 19 (2), 75 - 82.

3. Hidayati, S., Suparman, Y., dan Loeqman, A. ( 2011). Mekanisme Fokus dan Parameter Sumber Gempa Vulkano-Tektonik di Gunung Guntur Jawa Barat.- Jurnal

geologi Indonesia, 6, (1), 1-11. 4. Hirabayashi, J., Nogami, K.,

Ohshima, H., Iguchi, M., 2007. The Relationship between the Chemical Composition of Volcanic Gas from Kuchinoerabujima and Its Volcanic Activity: Annuals of.

(10)

86 | Copyright © 2016, Wahana Fisika

Disas. Prev. Res. Inst., Kyoto

Univ., vol. 50 B, pp. 359–364 (in Japanese, with English Abstr.).

5. Iguchi, M., 1994. A vertical

expansion source model for the mechanisms of earthquakes

originated in the magma

conduit of an andesitic

volcano: Sakurajima, Japan. Bull. Volcanol. Soc. Japan 39, 49–67.

6. PVMBG. (2014). Data dasar Gunung Guntur. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi . Bandung. 7. Sadikin, N., 2008. Study on

volcano-tectonic Earthquakes and Magma Supply System at Guntur volcano with long dormant period. PhD thesis.

Kyoto University, Japan

8. Triastuty H, Igguchi, M,

Tamegu T,. (2009). Temporal change of characteristics of

shallow volcano-tectonic

earthquakes associated with increase in volcanic activity at

Kuchinoerabujima volcano,

Japan. Journal of Volcanology

and Geothermal Research,

187, 1-12.

9. Zobin, M, Vyacheslav, Gabriel

A, Reyes, Mauricio Breton., (2016). Volcanic tremor at Volcán de Colima, México recorded during May 2002 and its interactions with the seismic signals produced by low-energy explosive activity and rockfalls. Journal of Volcanology and Geothermal Research 317, 1–14

Gambar

Gambar 2. Gabungan sebaran episenter  periode Oktober-November 2015  (a)  107,70 107,75 107,80 107,85 107,90 107,95-5000-4000-3000-2000-1000010002000kedalaman (m)
Gambar 6 Hasil panjang rupture  periode Oktober 2015

Referensi

Dokumen terkait

Pemberi Fidusia tidak berhak untuk rnelakukan Fidusia ulang atas --- Obyek Jaminan Fidusia. Pemberi Fidusia juga tidak diperkenankan --- untuk membebankan dengan cara

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau tambahan pengetahuan dan teknologi seleksi berbagai genotip gandum, dalam rangka untuk memperoleh

Ditinjau Dari Hukum Islam”, ( Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Syari’ah, Surabaya, 1995 ), 50.. a.) Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda: Kegiatan menarik yaitu kegiatan

Setiap kecelakan penerbangan selalu menimbulkan kerugian bagi penumpang yang tentu saja melahirkan permasalah hukum, khususnya berkenaan dengan tanggung jawab

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, belum ada peradilan khusus untuk anak di Mahkamah Syar’iah Langsa dalam mengadili perkara pidana anak, sebelum adanya ketetapan khusus

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang menggunakan multimedia interaktif

Ketela yang mengandung banyak gizi yang baik untuk pencegahan stroke dan hipertensi dapat menggantikan peran nasi yang umumnya dikonsumsi oleh sebagian besar

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.arya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... RANCANG BANGUN