266 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
KARAKTERISASI FASE PEMBANGUNAN DAN PEMBENTUKAN BAKAL BUAH
APEL (MALUS X DOMESTICA BORKH. ‘MANALAGI’, ‘ROME BEAUTY’ AND
‘ANNA’) UNTUK MENDAPATKAN KULTIVAR BARU DALAM PROGRAM
PEMULIAAN APEL
1Sukardi, 2Erny Ishartati and 3Misbah Ruhiyat
Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi : Jl. Raya Tlogomas 246 Malang, Telp/Fax 0341-464318/ 0341-460435 E-mail: 1)[email protected], 2)[email protected], 3)[email protected]
Abstrak
Perubahan image buah Apel di era pasar global menuntut penampilan dan kualitas buah yang menarik, oleh karena itu perlu dilakukan program pemuliaan untuk menghasilkan kultivar tanaman Apel yang baru. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari perkembangan bunga, buah dan biji dari 3 kultivar Apel. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan fase perkembangan bunga sampai fase pembentukan bakal buah [fruit set] untuk kultivar Rome Beauty (31-35 hari setelah rempes daun=hsrd), kultivar Manalagi (30-32 hsrd), dan Anna (27-30 hsrd).
Kata kunci: Apel, Fase Pembungaan Apel, Karakterisasi
1. PENDAHULUAN
Komoditas buah Apel merupakan tulang punggung perekonomian petani dan pemerintah daerah Malang Raya sampai dengan tahun 1990-an, dengan luas tanam mencapai 2000 ha, populasi 2.739.949 pohon dan produksi 5.068,90 ton buah segar dengan rata rata produksi buah per pohon 8 – 30 kg. Namun seiring dengan tumbuhnya pasar global dan adanya perubahan image pasar yang menuntut kualitas dan penampilan buah yang menarik, permintaan terhadap buah apel malang terus menurun [1, 3]. Diperkirakan produktifitas Apel terus menurun 1.8 – 2% dalam lima tahun terahir, dan populasi tahun 2005 tinggal 2.604.829 pohon [2]. Sementara itu kebutuhan konsumsi buah Apel nasional rata rata perkapita 0.6 kg dengan laju kenaikan 0.02% per tahun [3]. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah mengupayakan impor buah apel dari sejumlah negara seperti Australia, Amerika, dan negara Uni Eropah, yang dalam jangka panjang akan menguras devisa negara. Oleh karena itu perlu pengembangan produk substitusi buah impor dengan pemberdayaan dan pengembangan buah Apel yang sudah beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis Indonesia khususnya di wilayah Kota Batu.Selain menghadapi masalah pemasaran petani apel juga dihadapkan masalah budidaya, seperti banyak pohon yang sudah tua (diatas 25 tahun) yang kurang produktif, serangan hama dan penyakit yang tinggi yang meningkatkan biaya pemeliharaan.
Pengembangan Agroindustri Apel sangat lambat karena sampai saat ini hanya ada 4 kultivar hasil introduksi yang berhasil dikembangkan sejak tahun 1930-an, yaitu Apel Manalagi, Apel Rome Beauty, Apel Anna dan Apel Hijau Autralia.Konsumen menilai buah apel lokal memiliki bentuk buah tidak seragam, penampilan kulit buah burik, warna kurang menarik, dan rasa tidak konsisten [4].
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 267 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi fase pembungaan dan karakterisasi buah Apel yang sangat diperlukan dalam program pemuliaan tanaman untuk mendapatakan kultivar baru tanaman Apel.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Apel Desa Sumbergondo, milik Fakultas Pertanian UMM, dan laboratorium Bioteknologi Pusat Pengembangan Bioteknologi Pertanian UMM. Seleksi dan penetapan kultivar Apel Manalagi, Rome beauty dan Anna masing masing 3 pohon, dengan kriteria umur sama, diameter dan tinggi batang seragam. Pengamatan dilakukan sejak tanaman dirempes daunnya. Saat mekar bunga dan Jumlah bunga mekar diamati pada pagi hari pukul 09.00-12.00 wib. Masaknya pollen ditandai dengan pecahnya kepala sari.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Bunga dan Buah Apel Tetua Persilangan
Pengetahuan fase fase perkembangan bunga Apel sangat penting karena akan berkaitan dengan proses hibridisasi yang benar. Selain itu informasi tentang perkembangan bunga Apel tropis masih jarang ditemukan, sehingga sangat perlu untuk diketahui oleh para pemulia yang akan bergerak dalam perbaikan kultivar Apel tropis. Hasil pengamatan perkembangan bunga sejak rempes daun sampai jadi bakal buah (fruit set) untuk kultivar Manalagi, Rome beauty dan Anna (Gambar 1 – 3) dan umur dari masing masing fase tersebut diringkaskan dalam tabel 1.
Gambar 1. Perkembangan Bunga Apel Manalagi sejak perempesan daun sampai terbentuk bakal buah ;1. Dorman, 2. Tunas Pucuk perak, 3. Pucuk hijau, 4. Tunas Pucuk Hijau 1 cm, 5. Kluster bunga (dompolan), 6.Pink, 7. Bunga
268 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 2.Perkembangan Bunga Apel Rome beauty sejak perempesan daun sampai terbentuk bakal buah; 1.Dorman, 2.Tunas Pucuk perak, 3.Tunas Pucuk hijau, 4. Tunas Pucuk Hijau 1 cm, 5.Kluster bunga (dompolan), 6.
Pink, 7.Bunga Mekar, 8. Gugur Mahkota, 9. Pentil
Gambar 3.Perkembangan Bunga Apel Anna sejak perempesan daun sampai terbentuk bakal buah ;1. Fase Dorman, 2. Fase Silver3. Fase Green tip, 4. Fase Pucuk Hijau 1 cm, 5. Fase kuncup Bunga ,6. Fase Pink, 7. Fase Bunga
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 269 Tabel 1.Ringkasan Perkembangan Bunga sampai pembentukan bakal buah dari kultivar Rome Beauty,
Manalagi dan Anna
.
Penggolongan masa perkembangan bunga menjadi 9 fase [5], masih sesuai untuk apel tropis.Data Tabel 1 menunjukkan bahwa kultivar Anna lebih awal berbunga tetapi juga lebih cepat membentuk buah, sedangkan kultivar manalagi memiliki masa yang cukup panjang mulai bunga pertama sampai bunga akhir.Romebeauty mempunyai periode berbunga agak terlambat tetapi berakhir lebih awal dibanding Manalagi.Kultivar Anna merupakan tanaman Apel introduksi dari Israel yang dapat hidup pada suhu hangat subtropis (low-chilling requirement) [6], yang dikendalikan oleh satu gen mayor dominan dan beberapa gen minor [7].
Proses emaskulasi yang tepat adalah pada waktu kondisi pink yang mempunyai periode 1-2 hari (phase pink gambar 1-3). Kegagalan persilangan terjadi karena beberapa faktor :
a. Phase bunga terlalu muda (sebelum phase pink).
b. Putik belum matang waktu dilakukan proses penyilangan c. Kondisi cuaca (suhu tinggi, hujan lebat atau adanya hujan abu). 3.2 Perkembangan Buah
Perkembangan buah dari saat anthesis hingga umur dewasa berbeda beda untuk setiap jenis persilangan. Kerontokan bunga atau buah terjadi dalam dua periode. Periode I: kerontokan setelah mahkota bunga gugur dan dilanjutkan dua atau tiga minggu kemudian. Periode II : kerontokan saat buah telah berkembang dengan ukuran lebih besar, terjadi empat minggu dari periode I (dikenal dengan istilah "June drop"). Kerontokan tersebut disebabkan adanya persaingan antar buah yang satu dengan yang lain atau dengan organ-organ yang lainnya, terhadap nutrisi, air atau CO2. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti hujan yang terus menerus, dan Angin kencang atau hujan abu. Bunga Apel bagian ujung atau King flower umumnya menghasilkan buah jadi 100% [8].
Fase bunga Rome beauty Manalagi Anna
Dorman 12 hari 11 hari 10 hari
Silver 2 hari 1-2 hari 1 hari
Green Tip 1-2 hari 1-2 hari 2 hari
Half-cm green 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari
Cluster 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari
Pink 1 hari 1-2 hari 1-2 hari
Bloom 2 hari 1-2 hari 1-2 hari
Petal Fall 2-3 hari 2-3 hari 3 hari
Fruit Set 8-9 hari 8-10 hari 7-8 hari
270 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Gambar 4. Perkembangan buah Apel pada proses persilangan terbuka (Open polinated) 1)3 hari SPT, 2) 7 hari SPT, 3) 14 hari SPT, 4)21 hari SPT, 5) 28 hari SPT, 6hari SPT
3.3 Karakterisasi Tetua
Berdasarkan kriteria IBPGR (Tabel 3) maka dilakukan analisis klusterdan diperoleh hasil bahwa secara morfologi terdapat 2 kelas yaitu kelas pertama : manalagi dan rome beauty dan kelas kedua : Anna, dengan perbedaan karakter ketiganya cukup jauh.
Pengetahun tentang adanya korelasi antar karakter merupakan hal yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman, karena untuk memilih suatu bahan tanaman unggul, diperlukan seleksi dua atau lebih karakter secara bersama-sama. Apabila diketahui adanya korelasi yang erat antar karakter maka pemilihan karakter tertentu secara tidak langsung telah memilih karakter lain yang diperlukan dalam usaha memperoleh bahan tanaman unggul.
Pemilihan suatu genotip unggul biasanya didasarkan pada penampilan fenotipnya.Genotip yang dapat mempertahankan tingkat penampilannya yang tinggi pada lingkungan hidup yang beragam, umumnya merupakan genotip yang dikehendaki dalam suatu program pemuliaan.Namun penampilan relatif dari karakter tanaman pada berbagai genotip sering bervariasi dari suatu lingkungan tumbuh ke lingkungan tumbuh lainnya sebagai akibat adanya interaksi genotip-lingkungan.
Korelasi antar karakter dapat berupa korelasi genotipik dan korelasi fenotipik. Korelasi fenotipik cukup memadai untuk digunakan sebagai bahan acuan apabila pengaruh faktor lingkungan tidak nyata. Walaupun demikian, korelasi genotipik merupakan tolok ukur yang lebih baik karena hanya menggambarkan keterkaitan antar karakter berdasarkan hubungan genetik.
Hasil analisis fenotif apabila dibandingkan dengan hasil analisis genotif melalui profil pita DNA hasil amplifikasi PCR RAPD [9], terdapat kesamaan yaitu kultivar Anna secara genotif terbukti memiliki kekerabatan cukup jauh dengan Manalagi dan Rome beauty.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016 271 Tabel 3.Sifat Karakteristik Tetua menurut kriteria IBPGR
Karakterisasi
Jenis Kultivar
Rome Beauty Manalagi Anna
KekuatanPohon Kuat Kuat Sedang
Percabangan INRA Tipe IV INRA Tipe III INRA Tipe 1
Cabang PohonAlami Menurun Menyebar Tegak lurus
WaktuBerbungaPenuh Sedang /terlambat Sedang Sangat awal
Warna Bunga Merah Putih Merah
Ketetapan Berbunga Tetap Tetap Tetap
Ukuran Buah Sangat besarsekali Sedang /besar Besar
Bentuk Buah Globose Flat Long Conical
Wama Dasar buah Hijau Hijau Kuning Merah
Wama YangMengelilingi Merah Merah Muda Oranye Tipe Wama YangMengelilingi Bergaris Wama
disekelilingLengkap Bergaris Jumlah WamaCoklat Muda/
Kekuningan 0 100 37
Tipe WarnaCoklat Muda
/Kekuningan Retak Sangat halus sekali Sedang Tekstur Daging Buah Ketika
Masak Kasar Kasar Sedang
Waktu Masak Panen Terlambat Sedang Sangat awal
Efisiensi Hasil Sedang Baik Sedikit /Sedang
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Lama fase perkembangan bunga sampai pembentukan bakal buah pada kultivar Romebeauty [30 – 35 hsrd], kultivar Manalagi [27 – 36 hsrd], kultivar Anna [27 – 33 hsrd]. Fase awal pembungaankultivar Romebeauty lebih lambat bila dibandingkan kultivar Manalagi dan kultivar Anna, sedangkan fase akhir pembungaan menuju pembentukan bakal buah kultivar Romebeauty lebih cepat, bila dibandingkan kultivar Manalagi dan kultivar Anna, Kultivar Manalagi memiliki waktu yang cukup panjang mulai fase awal pembungaanhingga fase akhir pembungaan,
2. Fase perkembangan bunga sampai terbentuk bakal buah kultivar tercepat hingga terlama berturut-turut ialah kultivar Anna, Manalagi, dan Rome Beauty, kultivar anna memiliki fase pembentukan bakal buah yang lebih cepat (7-8) daripada manalagi (8-10) dan Rome Beauty (8-9).
3. Berdasarkan kriteria IBPGR diperoleh hasil bahwa secara morfologi terdapat 2 kelas yaitu kelas pertama : manalagi dan rome beauty dan kelas kedua : Anna, dengan perbedaan karakter ketiganya cukup jauh.
272 SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kopen L., 2005. Analisis Trend Produksi Buah Buahan di Jawa Timur.Laporan Penelitian
FP-UMM. Malang.
[2] BPS, 2005. Biro Pusat Statistik Kab. Malang
[3] Parsidi A., 2003. Analisis Penjualan Apel Lokal Di Supermarket. Laporan Penelitian FP-UMM..
Malang.
[4] Kusumadewi, 2005. Trend Pemasaran Apel lokal dan Apel Impor di Wilayah Malang
Raya.FP-UMM.
[5] Chapman and Catlin, 1976. Growth stages in fruit trees from dormant to fruit set. Plant Sciences
No. 58.Februari 1976.
[6] Janick J., James N. Cummins, Susan K. Brown, and Minou Hemmat. 1996. Apples. In Janick J
and Moore J.N. 1996.Fruit Breeding.Vol I. Tree and Tropical Fruits.John Wiley & Sons Inc. USA.
[7] Hauagge, R. and J. N. Cummins. 1991. Genetics of length of dormancy period in Malus
vegetative buds. J. Am. Soc. Hort. Sci. 116:121-126.
[8] Ashari S., 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah Buahan Komersial. Bayumedia Publishing.
Malang. Indonesia
[9] Maghfiroh, M. 2007. Analisis Keragaman Genetik pada Apel dengan RAPD.Skripsi.Fak.