• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU DENGAN KEJADIAN PENYAKIT REMATIK PADA USIA 40-60TAHUN BEHAVIOR WITH RHEUMATIC DISEASE OCCURRENCE OF AGE 40-60

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU DENGAN KEJADIAN PENYAKIT REMATIK PADA USIA 40-60TAHUN BEHAVIOR WITH RHEUMATIC DISEASE OCCURRENCE OF AGE 40-60"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU DENGAN KEJADIAN PENYAKIT REMATIK PADA USIA 40-60TAHUN BEHAVIOR WITH RHEUMATIC DISEASE OCCURRENCE OF AGE 40-60

Jumatim

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang Abstrak

Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun. Desa Pangkal Baru adalah salah satu desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tempunak, merupakan daerah dengan kasus kejadian rematik tertinggi dengan jumlah 80 kasus dengan katagori usia 40-60 tahun pada tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional, populasi dari penelitian ini adalah penderita rematik yang berusia 40-60 tahun sebanyak 80 orang. Sampel dari penelitian ini sama dengan jumlah populasi atau total sampling yakni 80 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan (p=0.002), sikap (p=0.046), praktik (0.016), keturunan (p=0.027), jenis kelamin (p=0.004) dan obesitas (p=0.016), dengan kejadian penyakit rematik pada usia 40-60 tahun di Desa Pangkal baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kejadian penyakit rematik pada usia 40-60 tahun di desa pangkal baru kecmatan tempunak adalah faktor pengetahuan yakni (p=0.002), sehingga diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan penyakit rematik guna menambah pengetahuan masyarakat di Desa Pangkal baru Kecamatan Tempunak.

Kata Kunci: Penyakit Rematik,usia 40-60.

Abstract

Rheumatism is a disease that attacks the joints and bones or supporting tissues around the joints. The incidence of arthritis in 2008 reported by the World Health Organization (WHO) is to reach 20% of the world population who have been stricken with rheumatoid arthritis, in which 5-10% are those aged 5-20tahun and 20% are those aged 55 years. New Base Village is one of the villages located in Puskesmas Tempunak, the region with the highest incidence cases of arthritis with the number of 80 cases in the category of 40-60 years of age in 2014. This study is a quantitative research with cross-sectional design of the study population These are patients with rheumatoid arthritis aged 40-60 years as many as 80 people. Samples from this study is equal to the total population or total sampling that is 80 people. The results showed that there was a correlation between knowledge (p = 0.002), attitude (p = 0.046), practice (0016), heredity (p = 0.027), gender (p = 0.004) and obesity (p = 0.016), with the incidence of disease arthritis at the age of 40-60 years in the new Base Village District of Tempunak Sintang. These results indicate that the factors most associated with the incidence of rheumatic disease at the age of 40-60 years in the new base village kecmatan tempunak is the knowledge factor (p = 0.002), so expect health workers to provide counseling rheumatic diseases in order to increase knowledge of the community in the village of Pangkal Baru District of Tempunak.

(2)

A. Pendahuluan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dengan perkataan lain, masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan. RI, 2010).

Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik, dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Jumlah penderita rematik di dunia saat ini telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 penduduk bumi menderita penyakit rematik (WHO 2010).

Penyakit yang tertinggi pada lansia di Indonesia adalah penyakit rematik dengan persentasi nilai dengan 49% dan penyakit tersebut lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki (Darmojo dalam Azizah, 2011). Hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka kejadian penyakit rematik ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 % dari total populasi diIndonesia diperkirakan angka naik terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25 % akan mengalami kelumpuhan (Wiyono, 2010).

Dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi fenomena demografis yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup

dengan jumlah penduduk usia lanjut dan persentasenya juga meningkat, penambahan jumlah lansia karna kemajuan dan peningkatan ekonomi masyarakat, perbaikan hidup dan majunya ilmu pengetahuan. Usia harapan hidup penduduk Indonesia tahun 2000 mencapai 64,5 tahun, tahun 2010 berada pada 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 71,1. Sebagian besar permasalahan pada lansia adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan, ditambah masalah lain seperti maasalah keuangan kesepian, merasa tidak berguna dan tidak produktif (BKKBN, 2012).Penyebab kegagalan menangani tantangan ini akan membuahkan lanjut usia tidak mandiri, sakit-sakitan, dan tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan ekonomi, bahkan menjadi beban bagi sektor lain (Nugroho, 2008).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2013 prevalensi penyakit rematik berdasarkan diagnosis nakes atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan Bali (30%) semantara untuk provinsi Kalimantan Barat prevalensi penyakit rematik sebesar (22,3%).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang jumlah penyakit rematik rawat jalan pada tahun 2014 sebanyak 16.269 kasus, kasus penyakit rematik tertinggi terdapat di puskesmas Ambalau dengan jumlah 1479 kasus dan yang terendah kasus rematik terdapat di puskesmas Sungai Durian Sintang dengan jumlah 53 kasus sementara untuk puskesmas tempunak dengan jumlah 1.179 kasus (Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, 2014).

Puskesmas Tempunak merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Sintang dengan angka kasus rematik sebanyak 182 kasus pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 410 kasus dengan katagori usia 40-60 tahun pada tahun 2014. (Puskesmas Tempunak, 2014). Desa

(3)

Pangkal Baru adalah salah satu desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tempunak,merupakan daerah dengan kasus kejadian rematik tertinggi dengan jumlah 80 kasus dengan katagori usia 40-60 tahun pada tahun 2014 (Polindes Pangkal Baru, 2014).

Dari hasil wawancara dari 13 orang masyarakat Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak, didapatkan 8 dari 13 masyarakat yang mempunyai keluhan sakit pada persendian yang gejalanya sama dengan penyakit rematik.

B. Metode

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian dimana variabel independen dan

variabel dependen diukur pada waktu penelitian berlangsung yang dapat

menjelaskan suatu hubungan.

Populasimerupakankeseluruhansumber

datayang diperlukandalam

suatupenelitian.Bukanhanyaobjekatausubjek yang dipelajari sajatetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut(Saryono, 2011).Populasidaripenelitianiniadalah penderita rematik yang berusia 40-60 tahun sebanyak 80 orang.Sampel yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojodjo, 2012). Sampelyang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojodjo, 2012). Wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).Sampel dalam penelitian ini sama dengan jumlah total populasi yakni sebanyak 80 orang. C. Hasil

1. Analisis Univariat

Tabel 1.1

Distribusi Frekuensi Menurut Kejadian Penyakit Rematik di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak

Kabupaten Sintang Tahun 2015

Kejadian Penyakit Rematik Jumlah Persentase

(n) (%)

Berulang 41 51.2

Tidak berulang 39 48.8

Total 80 100

Berdasarkan Tabel 4.1. didapatkan bahwa distribusi responden menurut kejadian penyakit rematik pada penderita di desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang tahun 2015, diketahuibahwa kejadian penyakit rematik paling banyak adalah responden yang

kejadian penyakit rematik berulang sebanyak 41 responden dengan persentase sebesar 51.2%sedangkan responden yang kejadian penyakit rematik tidak berulang sebanyak 39responden dengan persentase sebesar 48.8% responden.

(4)

Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Rematik. Tabel 1.2

Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian penyakit Rematik pada Usia 40-60 Tahun di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, bahwa responden yang mengalami kejadian penyakit rematik berulang dengan pengetahuan tinggi sebanyak 22 responden dengan persentase sebesar 75,9%, dan responden yang mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang dengan pengetahuan tinggi sebanyak 7 responden dengan persentasesebesar 24,1%, sedangkan mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang dengan pengetahuan rendah sebanyak 32 responden dengan persentase sebear 62,7%, dan yang mengalami kejadian penyakit rematik berulang dengan

pengetahuan rendah sebanyak 19 responden dengan persentase sebesar 37,3%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,002 artinya ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015.

Hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 5.293 artinya responden yang pengetahuan rendah mempunyai faktor risiko5 kali terkena penyakit rematik dibandingkan dengan responden yang pengetahuan tinggi.

b. Hubungan Sikap dengan Kejadian Penyakit Rematik. Tabel 1.3

Hubungan Antara Sikap dengan Kejadian penyakit Rematik pada Usia 40-60 Tahun di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015

Pengetahuan Kejadian Penyakit Rematik Total OR 95% CI P-Value Berulang Tidak Berulang n % n % n % 5.293 (1.904-14.717) 0.002 Tinggi 22 75,9 7 24,1 29 100 Rendah 19 37,3 32 62,7 51 100 Total 41 51,2 39 48,8 80 100

Sikap Kejadian Penyakit

Rematik Total OR 95% CI P-Value Berulang Tidak Berulang n % n % n % 3.033 (1.124-8.180) 0,046 Positif 18 69,2 8 30,8 26 100 Negatif 23 42,6 31 57,4 54 100 Total 41 51,2 39 48,8 80 100

(5)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas,bahwa yang mengalami kejadian penyakit rematik berulang dengan sikap positif sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar 69.2%, dan yang mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang dengan sikap positif sebanyak 8 responden dengan persentase sebesar 30.8%, sedangkan responden yang mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang dengan sikap negatif sebanyak 31 responden dengan persentase sebesar 57,4% dan yang mengalami kejadian penyakit rematik berulang dengan sikap negatif sebanyak 23 responden dengan persentase

sebesar 42,6%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,046 artinya ada hubungan antara sikap responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015.

Hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 3.033 artinya responden yang sikapnya negatifmemiliki faktor risiko 3 kali terkena penyakitrematik dibandingkan dengan responden yang sikapnya positif.

c. Hubungan Praktik dengan Kejadian Penyakit Rematik

Tabel 1.3

Hubungan Antara Praktik dengan Kejadian penyakit Rematik pada Usia 40-60 Tahun di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, bahwa responden yang mengalami kejadian penyakit rematik berulang dengan peraktik baik sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar 20respondendengan persentase sebesar 71,4%dan responden yang mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang dengan peraktik baik sebanyak 8responden dengan persentase sebesar 2.6%, sedangkan responden yang mengalami kejadian penyakit rematik berulang dengan peraktik baik sebanyak 21 responden dengan persentase sebesar 40.4%

dan responden yang mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang dengan peraktik baik sebanyak 31 responden dengan persentase sebesar 59.6%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,016 artinya ada hubungan antara praktik responden dengan kejadian penyakit rematik diDesa Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015.

Hasil analisis statistik diperoleh Odds Ratio (OR) 3.690 artinya responden yang praktiknya tidak baik, mempunyai faktor

Praktik Kejadian Penyakit Rematik Total OR

95% CI

P-Value Berulang Tidak Berulang

n % n % n % 3.690 (1.372-9.927) 0,016 Tidak baik 20 71.4 8 28.6 28 100 Baik 21 40,4 31 59.6 52 100 Total 41 51,2 39 48,8 80 100

(6)

risiko 4 kali mengalami kejadian penyakit rematik dibandingkan responden yang praktiknya baik.

D. Pembahasan

1. Variabel Pengetahuan

Hasil uji statistik univariat dari 80 responden ditemukan bahwa pengetahuan responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 29 orang responden atau 36,3%, dan responden yang pengetahuannya rendah sebanyak 51 orang responden atau 63.8%. Responden berpengetahuan tinggi dan pernah mengalami penyakit rematik berulang sebanyak 22 responden dengan persentase sebesar 75,9% dan yang pengetahuan tinggi dan tidak berulang sebanyak 7 responden dengan persentase sebesar 24,1%, sedangkan responden dengan pengetahuan rendah dan tidak berulang sebanyak 32 responden dengan persentase sebear 62,7%, yang berpengetahuan rendah dan kejadian penyakit rematik berulang sebanyak 19 responden dengan persentase sebesar 37,3%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,002 artinya ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015. Hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 5.293 artinya responden yang pengetahuan rendah mempunyai faktor risiko 5 kali terkena penyakit penyakit rematik dibandingkan dengan responden yang pengetahuan tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh JokoPurnomo (2010) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kekambuhan penyakit reumatik.

Menurut Benjamin S. Bloom, dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan (knowlegde) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi, sedangkan Menurut teori WHO (1984) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. 2. Variabel Sikap

Hasil uji statistik univariat dari 80 responden ditemukan bahwa sikap responden yang positif sebanyak 26 orang responden dengan persentase sebesar32,5%, dan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 54 orang responden dengan persentase sebesar67,5%.

Responden dengan sikap positif dan mengalami kejadian penyakit rematik berulang sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar 69.2% dan yang bersikap positif dan mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang sebanyak 8 responden dengan persentase sebesar 30.8%, sedangkan responden dengan sikap negatif dan mengalami kejadian penyakit rematik berulang sebanyak 23 responden dengan persentase sebesar 42,6%, dan yang bersikap Negatif dan mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang sebanyak 31 responden dengan persentase sebesar 57,4%.

(7)

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,046 artinya ada hubungan antara sikap responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015. Hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) = 3.033 artinya responden yang sikapnya negatif memiliki faktor risiko 3 kali terkena penyakit rematik dibandingkan dengan responden yang sikapnya positif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joko Purnomo (2010) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap lansia dalam mengatasi kekambuhan penyakit reumatik di Posyandu Lansia Kelurahan Karangasem Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Dibutuhkan tingkat pengetahuan yang tinggi untuk menjaga kesehatan lansia dan sikap yang baik agar dapat mengatasi kekambuhan penyakit reumatik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

3. Variabel Praktik

Hasil uji statistik univariat dari 80 responden ditemukan bahwa praktik responden yang baik sebanyak 52 orang responden dengan persentase sebesar65%, dan responden yang memiliki peraktik tidak baik sebanyak 28 orang responden dengan persentase sebesar 35%.

Responden dengan praktik tidak baik dan pernah mengalami kejadian penyakit rematik berulang sebanyak 20respondendengan persentasesebesar 71,4%, dan yang memiliki praktik tidak baik dan pernah mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang sebanyak 8 responden dengan persentase sebesar 2.6%, sedangkan responden dengan praktik baik dan pernah mengalami kejadian penyakit rematik berulang sebanyak 21 responden dengan persentase sebesar 40.4 %, yang memiliki praktinya baik dan mengalami kejadian penyakit rematik tidak berulang sebanyak 31 responden dengan persentasesebesar 59.6%.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,016 artinya ada hubungan antara praktik responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Pangkal Baru Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015. Hasil analisis statistik diperoleh Odds Ratio (OR) 3.690 artinya responden yang praktiknya tidak baik, mempunyai faktor risiko 4 kali mengalami kejadian penyakit rematik dibandingkan responden yang praktiknya baik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara praktik responden dengan kejadian penyakit rematik di Desa Pangkal Baru

(8)

Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang Tahun 2015.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karmiyati (2009) bahwa ada hubungan antara perilaku pencarian pengobatan dengan kekambuhan penyakit rematik di Kecamatan Anggrek. Ada hubungan antara pola/kebiasaan makan daging dengan kekambuhan penyakit rematik di kecamatan Anggrek dan perilaku pencarian pengobatan masyarakat semakin berperilaku tidak baik akan berpengaruh pada tingkat kekambuhan penyakit rematik yang terjadi lebih sering.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Notoatmodjo, S. (2010) menyatakan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, karena untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana atau prasarana.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat di Desa Pangkal Baru, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Gambaran responden tentang kejadian penyakit rematik pada penderita di Desa Pangkal Baru, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang tahun 2015, diperoleh sebanyak 41 dengan persentase sebesar 51.2% penyakit rematik berulang, dan sebanyak 39 dengan persentase sebesar 48.8% penyakit rematik tidak berulang dari total 80 responden.

2. Analisis bivariat didapatkan bahwa semua variabel berhubungan dengan kejadian penyakit rematik pada penderita di Desa Pangkal Baru,

Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang tahun 2015, adalah variabel pengetahuan, sikap, praktik, keturunan, jenis kelamin dan obesitas. DAFTAR PUSTAKA Afriyanti, F.N. 2009. GambaranTingkatPengetahuan Lansia Tentang PenyakitRematikdiPantiSosialTre snaWredaBudi MuliaCipayungJakarta.Jakarta :Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Asdi Mahasetya

Setyawan, D. dkk. 2011. Jumlah Penduduk Lansia Di Indonesia. Jakarta diakses pada tanggal 02 Maret 2015 dariwww.BKKBN.go.id Azizah. 2011. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.

Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sjafii, A. 2005. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Tidak Menular. Jakarta diakses pada tanggal 02 Maret 2015 dariwww.Depkes.go.id Aditama,T.Y.dkk. 2005.Buku Pedoman

Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Tidak Menular. Jakarta diakses pada tanggal 02 Maret 2015 dari www.Depkes.go.id

Junaidi. 2006. Rematik dan Asam Urat. Jakarta : Buana Ilmu Populer

Moeloek, N.F. 2010. Riset Kesahatan Dasar. Jakarta diakses pada

(9)

tanggal 02 Maret 2015 dari www.Kemenkes.go.id

Misnadiarly. 2007. Penyakit Hati (liver), Edisi 1. Jakarta : Pustaka Obor Populer

Muttaqin. 2008. Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika Nadliroh, U. 2014. Gambaran Penyakit

Rematik Pada Lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Surakarta :Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan

Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta

2010 Metodologi Penelitian

Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta

2012. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta :EGC

Priyatno. 2009. Farmakologi dan Terminologi Medis. Jakarta : LENSKONFI Purwoastuti. 2009. Waspada Osteoporosis. Jakarta:EGC

Saryono. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Yogjakarta : Mitra Cendikia Anggota IKAPI

Soumya.2011. Penyakit Rematik. Jakarta : Buku Kedokteran

Sugiyono. 2010.Statistika Untuk Peneltian.Bandung : Alfabeta Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan

World Health Organization (WHO). 2010.Jumlah Penderita Rematik di Dunia

Wiyono. 2010.Gangguan Psikosomatik Penyakit Reumatik dan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : FK UI

Referensi

Dokumen terkait

Home industry Riski Dadi melakukan perencanaan dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan dalam produksi gula batu untuk mencapai tujuan yang akan di capai secara

9 Penelitian yang digagas ditujukan untuk melukiskan, melaporkan, dan menjelaskan mengenai objek penelitian yang diteliti, selanjutnya menganalisis penelitian tersebut

Demikian pula para pengkhidmat hendaknya bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengkhidmati para tamu Hadhrat Masih Mau’ud

Tak lama kemudian kelompok jemaah Islam liberal (JIL) dengan konsep liberalismenya, mereka dikutuk habis- habisan oleh sekte Islam sebagai aliran yang radikal karena

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, untuk memecahkan masalah tersebut dapat diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : “ Peningkatan Hasil Belajar

Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan yakni bahwa corporate social responsibility (CSR) pada hakikatnya

[7] Filho, L.A.D., Awruch, A.M., “Geometrically Nonlinear Static and Dynamic Analysis of Shells and Plates Using the Eight-Node Hexahedral Element With One-Point Quadrature”,

Hasil dari pengujian Eksperimental perbandingan variasi sengkang miring terhadap kuat geser balok beton bertulang, berdasarkan analisa dan pembahasan pada Bab IV dapat