• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK FRAKSI PEBBLE DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS DOPPLER RGTT200K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK FRAKSI PEBBLE DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS DOPPLER RGTT200K"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK FRAKSI PEBBLE DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN

REAKTIVITAS DOPPLER RGTT200K

Hery Adrial

Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir –BATAN Kawasan Puspiptek, Gedung No 80, Serpong, Tangerang 15310

heryadrial@yahoo.co.id

ABSTRAK.

EFEK FRAKSI PEBBLE DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN REAKTIVITAS DOPPLER RGTT200K. RGTT200K merupakan jenis reaktor temperatur tinggi yang mempunyai keselamatan inherent (melekat). Salah satu aspek keselamatan inherent adalah nilai koefisien reaktivitas nya negatif. Dalam makalah ini dilakukan perhitungan efek fraksi pebble terhadap koefisien reaktivitas Doppler. Fraksi pebble merupakan perbandingan volume pebble terhadap volume moderator (dummy ball). Perhitungan menggunakan paket program MCNPX dengan model konstruksi pebble dan moderator berbentuk kisi BCC. Pebble berada di tengah-tengah kisi dikelilinggi oleh moderator di ujung-ujung kisi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan karakteristik reaktivitas Doppler akibat perubahan fraksi pebble dan menentukan fraksi pebble yang terbaik dalam memberikan reaktivitas Doppler yang maksimum. Hasil penelitian Reaktivitas Doppler maksimal terjadi pada fraksi pebble 62,5 % dengan nilai reaktivitas Doppler sebesar -3,13E-05. Dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa untuk seluruh fraksi pebble nilai keff akan menurun dengan bertambahnya temperatur bahan bakar. Peningkatan prosentase fraksi pebble akan meningkatkan pula nilai keff. Demikian pula untuk koefisien reaktivitas Doppler, bernilai negatif dengan kenaikan temperatur bahan bakar untuk seluruh prosentase fraksi pebble.

Kata Kunci: fraksi pebble , RGTT200K, keff, koefisien reaktivitas Doppler.

ABSTRACT

THE EFFECT OF PEBBLE FRACTION ON CALCULATION OF DOPPLER REACTIVITY COEFFICIENT FOR RGTT200K. RGTT200K is a high temperature reactor type having inherent safety. One of the inherent aspects is its negative coefficient of reactivity value. In this paper, the calculation of the pebble fraction effect on Doppler coefficient of reactivity was done. Pebble fraction is aratio of fuel pebble and total of moderator pebble (dummy ball). The calculation uses MCNPX code program package with the model construction of fuel pebble and moderator pebble on shaped BCC lattice. Position the fuel pebble at center lattice which surrounded by moderator pebble. The purpose of this study to determine the Doppler reactivity characteristics due to changes in the fraction of pebble and to determine the best pebble fraction in providing the maximum Doppler reactivity. The result of maximum Doppler reactivity occurs on pebble fraction of 62.5% with Doppler reactivity value of -3.13 E-05. From the obtained results show that for all pebble factions, the keff values will decrease with increasing fuel temperature. Increasing in the percentage of pebble fraction will also increase the keff value. Similarly, the Doppler coefficient reactivity will be negative with increasing fuel temperature for the entire percentage of pebble fraction.

(2)

1. PENDAHULUAN

Desain perkembangan reaktor gas temperatur tinggi (high temperature gas

reactor, HTGR), RGTT, memiliki fitur

keselamatan yang sangat istimewa (excellent) yaitu memiliki margin temperatur bahan bakar yang besar dan koefisien reaktivitas temperatur negatif yang cukup besar untuk meng-akomodasi insersi reaktivitas [1]. Dengan nilai

koefisien reaktivitas temperatur bernilai negatif maka faktor multifikasi reaktor (keff) akan

semakin turun seiring dengan naiknya temperatur sehingga akan membuat reaktor menjadi padam. Dengan demikian reaktor tidak akan mengalami pelelehan teras dalam kondisi apapun[2]. Oleh karena itu, salah satu bagian

dari desain konseptual RGTT200K adalah mendapatkan desain bahan bakar dan teras reaktor yang memiliki koefisien reaktivitas temperatur negatif yang dapat mengantisipasi insersi reaktivitas. Perhitungan koefisien reaktivitas temperatur bahan bakar akibat berbagai pengkayaan telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan pengkayaan terbaik untuk mendapatkan koefisien reaktivitas temperatur bahan bakar (negatif) yang paling besar berada pada pengkayaan 10%[3]..

Berkaitan dengan koefisien reaktivitas bahan bakar, maka penelitian perlu dilanjutkan dengan mengevaluasi jumlah bola dummy di dalam teras. Bola dummy adalah bola seukuran bola bahan bakar tetapi tidak memiliki kernel bahan bakar. Dalam pengoperasian reaktor RGTT pemasukkan bola dummy ke dalam teras bertujuan untuk mengatur tingkat moderasi yang akan mempengaruhi jumlah neutron termal di teras. Banyaknya jumlah bola dummy dengan jumlah bola bahan bakar di teras dinyatakan sebagai fraksi pebble. Karena jumlah bahan bakar akan berkurang seiring betambahnya jumlah bola dummy dalam teras, maka perlu dilakukan analisis pengaruh fraksi

pebble terhadap koefisien reaktivitas

temperatur bahan bakar (efek Doppler). Tujuan penelitian ini untuk menentukan karakteristik reaktivitas Doppler akibat perubahan fraksi pebble dan penentuan fraksi pebble yang terbaik dalam memberikan reaktivitas Doppler yang maksimum. Dengan dilakukan penelitian ini, akan dapat ditentukan fraksi pebble yang optimal untuk dipakai dalam desain reaktor RGTT200K.

Perhitungan dilakukan dengan metode Monte Carlo MCNPX dengan menggunakan material teras untuk berbagai temperatur. Pada MCNPX pebble dan bola dummy dimodelkan

dalam bentuk kisi BCC. Dalam model kisi BCC tersebut, pebble berada ditengah-tengah kisi sedangkan bola–bola dummy berada pada ujung-ujung kisi BCC. Hubungan antara faktor perlipatan efektif dan temperatur untuk setiap fraksi pebble dianalisis. Melalui hubungan tersebut akan dapat ditentukan fraksi pebble yang terbaik untuk mendapatkan koefisien reaktivitas temperatur bahan bakar (efek Doppler) yang terbesar.

2. DESKRIPSI TERAS RGTT200K

RGTT200K merupakan jenis reaktor gas temperatur tinggi (high temperature gas

reactor, HTGR), yang mempunyai bahan bakar

berbentuk pebble (bola-bola). Pebble bahan bakar mempunyai radius 3 cm yang terbuat dari matrik grafit (karbon purolitik), yang di dalamnya tersebar 11000 sampai dengan 15000 partikel TRIS0[4,5]. Setiap partikel TRISO

mempunyai diameter terluar 0,092 cm. Partikel-partikel TRISO dan matrik grafit akan mengisi pebble dengan radius 2,5.cm .

Daerah ini disebut sebagai zone bahan bakar. Zone bahan bakar dilapisi grafit setebal 0,5 cm yang disebut sebagai lapisan shell grafit.

Partikel TRISO terbuat dari kemel UO2

yang berdiameter 0,05 cm . merupakan inti bahan bakar fisil yang dilapisi oleh empat lapisan material.

(3)

Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menjaga integritas struktur serta berfungsi pula untuk mencegah terlepasnya produk fisi. Keempat material lapisan yang membungkus kernel adalah lapisan karbon penyangga berpori , lapisan piro karbon dalam, lapisan karbon silika, dan lapisan piro karbon luar. Spesifikasi teknis bahan bakar bola (pebble) serta lapisan TRISO dan kernel RGTT200K dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi teknis bahan bakar partikel berlapis RGTT[7]

TIPE KERNEL UO2

Enrichment, % (U-235) 5 - 15 Diameter kernel cm 0,050 Densitas kernel, g/cm3 10,40 LAPISAN TRIS0191

Diameter dari dalam kernel keluar (cm) / tebal (cm) Densitas (g/cm3) Lapisan penyangga karbon berpori (buffer) 0,0340/0,0090 1,05 Lapisan dalam piro

karbon (IPyC) 0,0380/0,0040 1,90 Lapisan Silikon

Karbida(SiC) 0,0415/0,0035 3,18 Lapisan luar piro

karbon(OPyC) 0,0455/0,0040 1,90

Sedangkan partikel TRISO dengan lapisan-lapisan dan kernelnya dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Geometri TRISO pada RGTT[8] Dummy ball merupakan bola-bola yang

terbuat dari grafit diameter dummy ball maksimal sama dengan diameter pebble yaitu 6 cm. Dummy ball berfungsi sebagai moderator untuk memperlambat neutron cepat.

Teras RGTT200K mempunyai tinggi aktif 9,43 m dengan radius 1,5 m. Di dalam teras reaktor, bola-bola pebble dimodelkan sebagai kisi-kisi BCC. Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan, deskripsi teras RGTT200K dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Parameter reaktor dan spesifikasi teras RGTT200K[2]

Spesifikasi Teras RGTT200K

1 Tinggi teras (m) 9,43

2 Radius teras (m) 1,5

3 Jumlah pebble per m3 5.394

4 Jumlah pebble dalam teras 359.548 5 Fraksi packing pebble dalam

teras (%)

61

6 Impuritas boron alam dalam struktur grafit (ppm)

2

7 Konfigurasi kisi pebble

dalam teras

BCC

Parameter Reaktor RGTT200K

8 Daya (MW) 200

9 Volume teras (m3) 66.657

10 Temperatur inlet teras (oC) 550

11 Temperatur outlet teras (oC) 950

12 Tekanan He (MPa) 7

13 Aliran massa pendingin (helium) (kg/s)

120

14 Densitas pendingin He pada 273,16 K, 105 Pa (g/cm3)

1,78,x 10-4

3. METODA PERHITUNGAN

Dalam penelitian ini, bola-bola pebble dan moderator (dummy ball) dimasukkan secara acak ke dalam teras RGTT200K yang bertujuan agar didapat moderasi yang paling efektif. Posisi dummy ball untuk beberapa reaktor gas temperatur tinggi (RGTT) berbeda-beda, sepeti yang ditunjukan pada gambar 3. Pada PMBR di Afrika Selatan posisi dummy

ball berada pada pusat silinder teras reaktor[9],

sedangkan pada HTR-10 di China posisi

dummy ball berada pada corong bawah teras

reaktor[10].

Dalam makalah ini perhitungan menggunakan program MCNPX. Bola–bola

(4)

bentuk kisi BCC. Bola-bala pebble berada pada tengah-tengah kisi dan dikelilingi oleh dummy

ball. Hubungan bola-bola pebble dan dummy ball dianalisa dalam bentuk fraksi pebble.

Fraksi pebble yang akan modelkan adalah 25%, 37,5%, 50%, 62,5%, 75%, 87,5% dan 100% .

Fraksi pebble 25% berarti volume pebble berbanding volume moderator ball adalah 1:3, untuk 37,5% adalah 3:5, fraksi pebble 50% adalah 1: 1 , demikian seterusnya yaitu 62,5% = 5:3, 75% = 3:1, 87% = 7:1 dan 100% =1 :0

Ilustrasi pemodelan bola-bola pebble dan

dummy ball yang dibuat dengan menggunakan

program VISED dapat dilihat pada gambar 4. Pada penelitian ini, perhitungan keff

menggunakan code program MCNPX (Monte

Carlo N Particle eXtended). MCNPX

merupakan program yang memakai metode Monte Carlo yang bersifat statistik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan transport partikel. Berbeda dengan metode transport yang bersifat deterministik dimana penyelesaian phenomena transport partikel memakai ordinat diskrit untuk perilaku rata-rata partikel dan diperlukan solusi yang eksplisit, pada metode Monte Carlo penyelesaian persoalan phenomena transport partikel tidak memerlukan solusi yang eksplisit tetapi penyelesaian phenomena transport partikel dilakukan dengan cara mensimulasi partikel-partikel secara individual dan mencatat aspek perilaku rata-rata partikel dan riwayat partikel. Sehingga bila menggunakan metode Monte Carlo, tidak diperlukan persamaan transport untuk menyelesaikan permasalahan phenomena transport partikel seperti neutron, foton, elektron dan partikel-partikel lainnya maupun gabungan-gabungan partikel. Pada MCNPX sifat-sifat bahan dan interaksi partikel dan bahan dinyatakan dalam energi kontinu. MCNPX mampu memodelkan benda-benda sembarang dengan batas-batas sel dan permukaaan dan mendefinisikan materi pada sel dan permukaan dalam bentuk densitas materi pengisi. Dalam hal melakukan perhitungan keff , diperlukan file input yang didalamnya minimal terdapat kartu sel, kartu permukaan, kartu KCODE dan kartu KSRC. Kartu KCODE berisi informasi-infomasi tentang sumber dan siklus seperti jumlah neutron sumber pada setiap siklus, dapat pula berisi harga awal keff, jumlah siklus yang dilompati sebelum perhitungan akumulasi keff dimulai serta jumlah siklus total yang dikehendaki dalam perhitungan sedangkan kartu KSRC berisi informasi tentang koordinat

sumber yang akan disimulasi seperti lokasi sumber neutron yang ditempatkan pada pusat koordinat (0,0,0)

Gambar 3, (a) Dummy ball PMBR[9] (b) Dummy

ball di HTR-10[10]

Gambar 4. Konfigurasi pebble bahan bakar dan

dummy ball pada teras RGTT

Dipandang dari aspek keselamatan reaktor, koefisien reaktivitas bahan bakar yang bernilai negatif merupakan salah satu aspek keselamatan melekat. Pada RGTT200K

(5)

koefisien temperatur bahan bakar akan bernilai negatif apabila terjadi peningkatan temperatur bahan bakar. Perubahan nilai reaktivitas akibat terjadi kenaikan tempetur disebut sebagai efek Doppler.

Pada RGTT200K perhitungan keff dengan berbagai variasi pengkayaan dengan variasi temperatur telah diteliti dan menghasil nilai keff yang memiliki kecenderungan menurun dengan bertambahnya bahan bakar reaktor, sedangkan nilai reaktivitas temperaturnya bernilai negatif dengan bertambahnnya temperatur bahan bakar reaktor[3]. Demikian pula dengan perubahan fraksi packing (FB) TRISO. Semakin besar nilai FB maka mengakibatkan nilai keff menurun dan nilai koefisien reaktivitas Doppler negatif nya akan semakin meningkat dengan bertambahnya Fraksi Packing TRISO[111.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini digunakan code program MCNPX dengan menerapkan jumlah neutron yang dipakai setiap siklus berjumlah 100 buah dan harga awal keff =1 serta jumlah

siklus yang akan dilompati sebelum perhitungan keff diakumulasikan ditetapkan 10

siklus dan jumlah siklus adalah 75 siklus. Hasil keluaran keff dari MCNPX terhadap

temperatur bahan bakar untuk berbagai fraksi bahan bakar dapat dilihat pada tabel (3).

Efek Doppler merupakan peristiwa melebarnya puncak tampang lintang serapan neutron dari bahan bakar akibat kenaikan temperatur. Pelebaran ini terjadi akibat meningkatnya temperatur bahan bakar reaktor selama reaksi fisi berlangsung. Pada teras reaktor energi thermal neutron resonansi berada pada rentang energi 7 eV-200 eV memiliki tampang lintang reaksi yang cukup tinggi terhadap U-238 (karena memiliki nilai energi yang sesuai dengan nilai energi eksitasi inti U-238). Dengan meningkatnya temperatur bahan bakar reaktor maka puncak tampang lintang serapan neutron resonansi dari U-238 semakin 'membesar, Akibatnya pelebaran dari

puncak tampang lintang serapan neutron resonansi akan meningkatkan serapan neutron oleh U-238 dengan demikian akan berimbas berkurangnya jumlah neutron thermal yang diserap oleh U-235 sehingga konsekwensinya nilai keff akan semakin berkurang.

Dari Tabel 3, didapat bahwa semakin tinggi temperatur bahan bakar maka semakin kecil pula nilai keff yang terjadi. Semakin tinggi

temperatur maka tampang lintang serap neutron akan semakin melebar yang menyebabkan lebih banyak neutron yang terserap sehingga keff akan semakin kecil.

Tabel 3. Hasil perhitungan keff terhadap temperatur variasi fraksi pebble

Temp keff 25% 37,5% 50% 62,5% 75% 87,5% 100% 300 1.2426 ± 0.00792 1.35374 ± 0.01131 1.39867 ± 0.00906 1.42164 ± 0.01044 1.42915 ± 0.01067 1.43187 ± 0.00934 1.43548 ± 0.01049 750 1.23042 ± 0.00859 1.33957 ± 0.00924 1.38249 ± 0.00958 1.3937 ± 0.00949 1.40272 ± 0.00960 1.40949 ± 0.00982 1.41655 ± 0.00860 1000 1.22557 ± 0.00839 1.33079 ± 0.00947 1.36854 ± 0.00864 1.37906 ± 0.01020 1.38661 ± 0.00957 1.39544 ± 0.01077 1.40294 ± 0.00927 1250 1.22129 ± 0.00772 1.3235 ± 0.00947 1.36085 ± 0.01009 1.3712 ± 0.00851 1.37682 ± 0.00828 1.38433 ± 0.00902 1.39184 ± 0.01077 1500 1.21979 ± 0.00810 1.31952 ± 0.00938 1.35494 ± 0.01007 1.36174 ± 0.00907 1.36687 ± 0.00850 1.37425 ± 0.01060 1.37955 ± 0.01138 1750 1.21963 ± 0.00786 1.31533 ± 0.00937 1.35018 ± 0.01052 1.3536 ± 0.01007 1.36014 ± 0.00838 1.36697 ± 0.00939 1.37212 ± 0.00997

(6)

Demikian pula semakin besar prosentasi fraksi pebble akan menghasilkan lebih banyak kandungan urananium pada pebble, sehinngga semakin banyak pula reaksi fissi yang terjadi . Akibatnya nilai keff akan semakin membesar.

Adapun grafik yang menggambarkan hubungan antara keff dan temperatur bahan.

bakar pebble untuk berbagai fraksi bakar dapat dilihat pada Gambar 5.

Dari gambar 5 terlihat bahwa untuk seluruh fraksi bahan bakar yang diteliti nilai keff

menurun terhadap kenaikan temperatur bahan bakar. Penurunan cukup tajam dimulai pada temperatur 300 K hingga 1250 K, selebihnya keff

menurun secara landai. Hal ini disebabkan ada efek pelebaran tampang lintang serapan resonansi neutron U-238 akibat kenaikan temperatur. Dengan demikian dengan meningkatnya temperatur bahan bakar akan menyebabkan U-238 menyerap lebih banyak neutron dibandingkan proses fisi sehingga akan menyebabkan keff akan menurun. Demikian

pula nilai keff meningkat sesuai dengan

meningkatnya jumlah bahan bakar terhadap jumlah dummy ball (moderator).

Hasil perhitungan koefisien reaktivitas Doppler ditunjukkan pada Table 4.

1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 0 500 1000 1500 2000 Temperatur (K) K e ff 25% (BB:DB=1:7) 37,5%(BB:DB=1:3) 50% (BB:DB=1:1) 62,5% (BB:DB=5:3) 75% (BB;DB=3:1) 87,5%(BB:DB=7:1) 100% (DB:BB = 1:0)

Gambar 5. Hubungan antara keff dan temperatur bahan baker RGTT200K untuk berbagai fraksi pebble

Tabel 4.Hasil perhitungan Koefisien reaktivitas Dopler untuk berbagai fraksi pebble

Temp Koefisien Reaktivitas Doppler

(K) 25% 37,5% 50% 62,5% 75% 87,5% 100%

700 -1.77E-05 -1.74E-05 -1.86E-05 -3.13E-05 -1.76E-05 -2.46E-05 -2.07E-05 1000 -1.60E-05 -1.82E-05 -2.25E-05 -3.10E-05 -2.15E-05 -2.60E-05 -2.31E-05 1250 -1.48E-05 -1.78E-05 -2.09E-05 -2.72E-05 -2.13E-05 -2.52E-05 -2.30E-05 1500 -1.25E-05 -1.60E-05 -1.92E-05 -2.58E-05 -2.13E-05 -2.44E-05 -2.35E-05 1750 -1.05E-05 -1.49E-05 -1.77E-05 -2.44E-05 -2.03E-05 -2.29E-05 -2.22E-05

(7)

-3.50E-05 -3.00E-05 -2.50E-05 -2.00E-05 -1.50E-05 -1.00E-05 -5.00E-06 0.00E+00 700 1000 1300 1600 Temperatur (K) K o e fi s ie n R e a k ti v it a s D o p p le r 25% 37,5% 50% 62,5% 75% 87,5% 100%

Gambar 6. Hubungan koefisien reaktivitas Doppler terhadap temperature untuk berbagai untuk berbagai fraksi pebble

Dari Tabel 4, tampak bahwa nilai koefisien reaktivitas Doppler maksimum bernilai -3,13 x 10-5, dimana koefisien reaktivitas maksimum

terjadi pada fraksi pebble 62,5 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada fraksi pebble 62,5% merupakan kondisi paling optimum untuk mengakomodasi insersi reaktivitas ke dalam teras reaktor. Hal ini disebabkan karena pada kondisi ini serapan neutron yang terjadi mulai menjadi dominan dibandingkan proses fisi nya

Adapun hubungan koefisien reaktivitas Doppler terhadap temperatur bahan bakar dapat dilihat pada Gambar 6.

Dari gambar 6, untuk semua fraksi pebble, terlihat bahwa nilai koefisien reaktivitas Doppler bahan bakar bernilai negatif yang berarti keselamatan inheren berjalan. Semakin bertambah temperatur bahan bakar terlihat semakin menurun nilai koefisien reaktivitas Doppler nya. Pertambahan nilai koefisien reaktivitas terlihat semakin melandai mulai temperature 1250 K. Hal ini disebabkan mulai dominannya serapan neutron oleh tampang lintang serapan resonansi U-238 dibandingkan poses fisi.

Dari fraksi pebble 25% sampai 62,5%, nilai koeffisien Doppler tampak semakin mengecil dan kembali membesar dari 62,5% sampai 100%, keadaan ini terjadi karena pada kondisi 62,5% sampai 100% efek reaksi fisi lebih dominan dibandingkan dengan efek tangkapan neuton. Dengan demikian fraksi pebble 62,5% merupakan fraksi pebble yang paling maksimal memberikan nilai koeffisien Doppler, yaitu -3.13 E-05

5. KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan menunjukan kenaikan temperatur bahan bakar sangat mempengaruhi nilai keff dan koefisien reaktivitas

Doppler. Semakin tinggi temperature bahan bakar maka semakin rendah nilai keff nya.

Demikian pula koefisien reaktivitas Doppler akan semakin menurun dengan bertambahnya temperature bahan bakar. Fraksi pebble juga sangat mempengaruhi nilai keff . semakin besar

prosentase fraksi pebble maka semakin besar nilai keff. Reaktivitas Doppler maksimal terjadi

pada fraksi pebble 62,5% dengan nilai reaktivitas Doppler sebesar -3,13E-05

6. UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ir. Zuhair, M.Eng, Ir. Suwoto dan Ir. Tagor M. Sembiring yang memberikan inspirasi dan ide dalam penulisan makalah ini. Dorongan semangat, diskusi dan saran dari rekan-rekan di Bidang Pengembangan Reaktor – PTRKN – BATAN sangat kami harapkan dan hargai

7. DAFTAR PUSTAKA

1. Z.WU, C.LIN, D.ZHONG, “The Design Features of the HTR-10”, Journal of Nuclear Engineering and Design, 218: 25-32, 2002

(8)

2. M. DHANDHANG PURWADI, "Desain Konseptual Sistem Reaktor Daya Maju Kogenerasi Berbasis RGTT, Prosiding Seminar Nasional ke-16 tentang Teknologi Keselamatan PLTN dan Fasilitas Nuklir, Surabaya, p.16-17,8 Juli 2010.

3. HERY ADRIAL," Analisis Karakteristika-Koefisien Reaktivitas Temperatur RGTT2OOK Dengan Berbagai Pengayaan Bahan Bakar". Prosiding Seminar Nasional ke-18 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, p.93-95,Bandumg, 29 September 2012

4. ANDREW C, KADAK, DAVID A, PETTI, et all, "Modular Pebble Bed Reactor", Annual Report, INEEL/EXT-2000-01034, MIT-ANP-PR-075,p.29-30, July 2000.

5. EDWIN S, LYMAN, "The Pebble-Bed Modular Reactor (PBMR): Safety Issues", Physics and Society, Vol, 30, No 4,p.1, Octeber 2001.

6. M. HROVAT, KARL-HEINZ GROSSE, "Manufacture of High Corrosion Resistant Fuel Spheres (FS) for High Temperature Pebble Bed Modular Reactors (PBMR)" (Proceedings of the 3-rd International Topical Meeting on High Temperature Reactor Technology (HTR2006),October 1-4, 2006),p.2, Johannesburg, South Africa (2006).

7. SUWOTO, ZUHAIR DAN MAMAN MULYAMAN, "Analisis Sensitivitas Parametrik Dalam Perhitu»gan Kritikalitas Sel Kisi Kernel Bahan Bakar RGTT Menggunakan Program Monte Carlo MCNP.5", Prosiding Seminar Nasional

ke-16 tentang Teknologi Keselamatan PLTN dan Fasilitas Nuklir, Surabaya, p.191. 28 Juli 2010.

8. B. BOER, "Optimized Core Design. and Fuel Management of a Pebble-Bed Type Nuclear Reactor", Physics of Nuclear Reactors (PNR), of the Department Radiation,Radionuclides & Reactors of the Delft University of Technology, Delft, p.4, The Netherlands, ISBN 978-1-58603-966-0, IOS Press 2008.

9. ANDREW C. KADAK, MARTIN Z. BAZANT, " Pebble Flow Experiments For Pebble Bed Reactors", 2nd International Topical Meeting on High Temperature Reactor Technology, Beijing, China, p.3, September 22-24, 2004 10. WILLIAM K. TERRY, et all,

Evaluation of the HTR-10nReactor as a Benchmark for P h y s i c s C o d e Q A , P H Y S O R - 2 0 0 6 , A N S To p i c a l M e e t i n g o n R e a c t o r Physics, Idaho,USA, September 2006

11. ZUHAIR, SUWOTO, DJOKO

IRIANTO, “Analisis Perhitungan Reaktivitas Doppler Partikel TRISO Reaktor Temperatur Tinggi”, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Vol 13, No 1,p.9-10, Juni 2011

12. F. AZIZ DAN AS NATIO LASMAN , "Analisis Pasca-Kritikalitas Pertama Reaktor Temperatur Tinggi HTR-10 China", Prosiding Lokakarya Komputasi Dalam Sains dan Teknologi Nuklir XII, ISSN: 08539812, Serpong„ 4-5 Juli, 2001.

DISKUSI

M. Subekti:

Mengapa pada fraksi Pebble 100% atau 100 % bahan bakar menghasilkan Keff yang maksimum, padahal tidak ada moderator berarti semua neutron yang ada adalah neutron cepat ?

Hery Adrial:

Moderator tetap ada karena di dalam corong … RGTT terdapat juga bola-bola moderator. Selain itu walaupun tidak ada bola-bola moderator, pada pebble bahan bakar terdapat banyak material grafit yang melapisinya dan lapisan TRISO yang juga mempunyai sifat moderasi.

Gambar

Gambar 2. Geometri TRISO pada RGTT [8]
Gambar  4.  Konfigurasi  pebble  bahan  bakar  dan  dummy ball pada teras RGTT
Tabel 3. Hasil perhitungan k eff  terhadap temperatur variasi fraksi pebble
Gambar 5. Hubungan antara k eff  dan temperatur bahan baker RGTT200K untuk berbagai fraksi pebble
+2

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi hardware hasil penelitian ini belum memenuhi syarat sebagai kalibrator eksternal elektrokardiograf karena amplitudo sinyal elektrokardiogram yang

Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SDN Kertawaluya III yang berjumlah laki 12 orang dan Perempuan 12 orang).Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari beberapa indikator kebiasaan belajar yang mempengaruhi hasil belajar akuntansi yang sangat mempengaruhi hasil belajar

Nilai diberikan apabila peserta didik menggunakan struktur bahasa yang tepat dan mengandung makna kalimat tentang iklan. 4 (Complete

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini maka kesimpulan penelitian ini sebagai berikut : a) Pelatihan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

Kick Off Meeting dan Lokalatih Penyusunan BPS Program PPSP Kabupaten Samosir Tahun 2014 ditutup oleh Asisten Ekonomi Pembangunan dan Sosial Setdakab Samosir,

yang diperlukan dalam proses pemeriksaan pajak. Dari persentase di atas, sebagian besar responden menyatakan tidak setuju dan dinilai tidak setuju dengan

Hasil uji statistik pada sapi yang mengalami kasus retensi plasenta dan sapi kontrol yang tidak mengalami retensi plasenta memberikan perbedaan nyata atau signifikan terhadap