• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN CINDERELLA COMPLEX PADA REMAJA AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN CINDERELLA COMPLEX PADA REMAJA AKHIR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN CINDERELLA

COMPLEX PADA REMAJA AKHIR

OLEH

CLAUDIA ONARI KARUNDENG 802015049

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENDAHULUAN

Manusia memiliki ikatan biologis yang artinya manusia terikat kepada kodrat alam. Meski begitu manusia tidak dibekali kemampuan untuk bertahan dalam lingkungan (alam) secara alamiah. Manusia merupakan mahluk hidup yang unik dan memiliki sifat berbeda-beda antar individu dan memiliki keistimewaan. Manusia tidak hanya dipengaruhi oleh sekitarnya namun merupakan makhluk hidup yang dapat menentukan pikiran dan sikapnya sendiri secara aktif dan sadar sebagai bentuk pewujudan kehendak diri. Kehendak manusia dilakukan atas dasar pemenuhan kebutuhan diri sebagai upaya untuk hidup. Oleh karena itulah manusia bisa melakukan banyak hal dan berproses mengembangkan dirinya terus menerus sehingga terbentuk kebudayaan yang berdampak pada fasilitas yang mempermudah kehidupan manusia itu sendiri. Manusia juga adalah makhluk sosial yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial. Makhluk sosial tidak pernah bisa lepas atau melepaskan diri dari lingkungan sosial maupun aktivitas sosial dan tentunya berkaitan pula dengan peran manusia yang juga sebagai makhluk individu yang mempunyai cipta, rasa dan karsa.

Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Setiap remaja hidup saling tergantung dengan orang-orang yang berada di lingkungannya, karena remaja yang mana sebagai manusia juga belum berkembang secara sempurna dan berusaha menjadi pribadi yang mandiri.

Menurut Covey (1997), individu memulai hidupnya dengan sifat ketergantungan, lalu secara berangsur-angsur menuju kepada kemandirian hingga saat individu semakin matang, individu mencapai saling ketergantungan. Mahasiswa sebagai remaja akhir juga merupakan salah satu komponen generasi muda yang sedang berkembang dalam budaya akademis, asertif dan terbuka serta berorientasi pada prestasi sehingga membutuhkan kemandirian.

Seperti halnya remaja yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, di salah satu universitas berkeinginan untuk mempunyai sosok pendamping hidup yang dapat membantu, melindungi dan menemani individu tersebut selama proses perkuliahan. Dan juga sulit untuk menjalankan aktivitas dengan sendirian, ada juga yang sampai gengsi terhadap lingkungannya karena belum mempunyai pacar. Hal ini menyebabkan individu merasa bahwa dirinya tidak cukup berharga dibandingkan orang lain, bahkan ada perasaan iri hati, kesepian, dan perasaan takut karena merasa tidak ada lagi sosok individu yang dapat menjadi temannya. (Wawancara pribadi, 2018).

(7)

Manusia telah didorong untuk menghindari segala hal yang menakutkan, dididik semenjak pihak ketiga masih sangat muda untuk hanya mengerjakan hal-hal yang memungkinkan pihak ketiga merasa nyaman dan aman. Bahkan, manusia sama sekali tidak dilatih untuk bebas dan mandiri, tetapi justru dilatih untuk tergantung kepada orang lain. Pada masa kanak-kanak pihak ketiga terlalu dimanjakan, dilindungi dan diperhatikan. Ayah dan ibu selalu ada setiap saat pihak ketiga membutuhkan mereka. Ketergantungan seorang wanita merupakan masalah dari hampir semua wanita. Wanita yang tampak dari luar sangat berhasil juga cenderung untuk merendahkan diri mereka kepada orang lain, menjadi tergantung, dan tanpa sadar mengabdikan sebagian besar energi mereka untuk mendapatkan cinta, pertolongan, dan perlindungan terhadap apa yang kelihatannya sulit, atau menantang dan kejam di dunia. Ini disebut cinderella complex (Dowling 1995).

Cinderella complex (Dowling 1995) biasanya menyerang wanita remaja akhir yang

sering kali menghalangi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi atau pekerjaan bahkan mereka yang memasuki pernikahan usia muda. Selain itu, Dowling mengatakan bahwa remaja perempuan pada usia delapan belas tahun ke atas cenderung tidak menunjukkan kemandirian. Cinderella Complex merupakan suatu jaringan sikap dan rasa takut yang sangat tertekan sehingga wanita tidak bisa dan tidak berani memanfaatkan sepenuhnya kemampuan otak dan kreativitasnya. Symonds (dalam Fitriani dkk, 2013) menyatakan bahwa masalah cinderella complex merupakan masalah dari hampir semua perempuan yang pernah ditemuinya. Dowling juga menjelaskan bahwa cinderella complex merupakan ketergantungan psikologis pada perempuan, terdapat keinginan yang mendalam untuk dirawat dan dilindungi oleh orang lain.

Dalam keseharian, gejala ini biasa disebut dengan sindrom umur 20, sindrom umur 21, sindrom umur 22, sindrom umur 23 dan seterusnya sepanjang perempuan tersebut

addicted dengan khayalan akan bertemu dengan pangeran impiannya sebagaimana yang

terjadi di dalam dongeng cinderella. Menurut psikolog (Dowling, 1995) setiap kali perempuan menghadapi keinginan yang semakin berat, kemungkinan untuk menyerah dan masuk ke dalam perlindungan pria selalu ada. Hal ini mengurangi kekuatan keinginannya untuk bertahan mandiri. Corlette (dalam Dowling 1995) berupaya untuk mendefinisikan perempuan dimotivasi oleh hasrat tak sadar untuk dirawat sebagai takut untuk merdeka disebut Cinderella complex.

Berdasarkan uraian di atas terlihat beberapa aspek-aspek cinderella complex terdiri dari aspek rendahnya harga diri, tergantung kepada orang lain, mengharapkan pengarahan

(8)

dari orang lain, kontrol diri eksternal, menghindari tantangan dan kompetisi. (Anggriany dan Astuti, 2003).

Santoso, dkk. (2008) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi cinderella

complex antara lain: pola asuh orang tua, media komunikasi massa, pekerjaan atau tugas yang

menuntut pribadi, dan agama. Berkaitan dengan faktor pola asuh orang tua, Dowling (1995) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi cinderella complex yaitu sikap

overprotective orang tua, dapat dilihat dari penjelasan “kemampuan anak-anak perempuan ini

untuk berkembang menjadi manusia yang mandiri dihambat oleh sikap protektif orang tua”. Dowling juga menyebutkan bahwa seorang wanita yang mandiri tidak gentar menghadapi tugas-tugas yang mampu dan siap ia laksanakan (Dowling, 1995). Hal tersebut menunjukkan adanya faktor pekerjaan atau tugas yang menuntut pribadi yang mempengaruhi cinderella

complex.

Dalam Cinderella complex terdapat kecenderungan yang akan berpengaruh terhadap cara wanita berinteraksi dengan lingkungannya dan ketika menghadapi kesempatan untuk mengembangkan diri serta dalam menghadapi permasalahan. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi cara remaja dalam menilai dirinya. Pembentukan konsep diri merupakan sebuah proses psikologis yang panjang. Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang didapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, sejarah hidup individu dari masa lalu membuat dirinya memandang diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan yang sebenarnya (Centi, 1993).

Menurut Hurlock (2001) konsep diri ialah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan orang lain, apa yang kiranya reaksi orang terhadapnya. Konsep diri ideal ialah gambaran mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya. Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut atau cita-cita yang dimilikinya (Brehm dan Kassin, 1993), atau dapat dimengerti sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki individu tentang karakteristik atau ciri-ciri pribadinya (Worchel dkk, 2000).

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sehingga merasa bahwa dirinya tidak cukup berharga dibandingkan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sehingga dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya.

(9)

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sapti (2010) terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan cinderella

complex. Semakin positif konsep diri maka semakin rendah kecenderungan cinderella complex. Sebaliknya, semakin negatif konsep diri maka semakin tinggi kecenderungan cinderella complex. Berbeda hasilnya, ditunjukkan oleh penelitian Saputri (2013) yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsep diri dengan cinderella complex. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan cinderella complex pada remaja akhir.

Hipotesis Penelitian

(10)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis korelasional. Penelitian korelasional menurut Fraenkel dan Wallen (2008) adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan dan tingkatan hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependent (terikat) adalah

Cinderella Complex (Y) dan variabel independent (bebas) adalah Konsep Diri (X).

HASIL

A. Analisis Deskriptif 1. Variabel Konsep Diri

Variabel Konsep Diri memiliki item dengan daya diskriminasi baik berjumlah 19 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4. Pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi : 4 x 19 = 76 Skor terendah : 1 x 19 = 19

Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.

ί = Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah Jumlah Kategori

і = 76 - 19 4

і = 14,25

Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori dukungan sosial sebagai berikut:

Sangat tinggi : 61.75≤ x < 76 Tinggi : 47.5 < x < 61.75

(11)

Rendah : 33.25 ≤ x < 47.5 Sangat rendah : 19 ≤ x < 33.25

Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati data dukungan sosial sebagai berikut :

Tabel 1

Kriteria Skor Konsep Diri

Interval Kategori Frekuensi Prosentase Mean SD

61.75≤ x < 76 Sangat Tinggi 32 32%

58,80 6,557

47.5 < x < 61.75 Tinggi 66 66%

33.25 ≤ x < 47.5 Rendah 2 2%

19 ≤ x < 33.25 Sangat Rendah 0 0%

Data di atas menunjukkan tingkat konsep diri dari 100 partisipan pada Mahasiswa remaja akhir di Universitas Kristen Satya Wacana bervariasi, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori sangat rendah sebesar 0%, kategori rendah sebesar 2%, kategori tinggi sebesar 66%, sedangkan kategori sangat tinggi 32%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 58,80 dengan standar deviasi sebesar 6,557. Berdasarkan mean yang diperoleh, konsep diri yang dimiliki Mahasiswa berada pada kategori tinggi.

2. Variabel Cinderella Complex

Variabel cinderella complex memiliki item dengan daya diskriminasi baik berjumlah 28 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4, pembagian skor tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut:

Skor tertinggi : 4 x 28 = 112 Skor terendah : 1 x 28 = 28

Pembagian interval dilakukan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.

ί = Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah Jumlah Kategori

і = 112 - 29 4

(12)

Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditentukan interval dan kategori Cinderella complex sebagai berikut: Sangat tinggi : 91≤ x < 112 Tinggi : 70 < x < 91 Rendah : 49 ≤ x < 70 Sangat rendah : 28 ≤ x < 49

Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati data cinderella complex sebagai berikut:

Tabel 2

Kriteria Skor Cinderella Complex

Interval Kategori Frekuensi Prosentase Mean SD

91≤ x < 112 Sangat Tinggi 1 1%

63,13 8,448

70 < x < 91 Tinggi 21 21%

49 ≤ x < 70 Rendah 74 74%

28 ≤ x < 49 Sangat Rendah 4 4%

Data di atas menunjukkan tingkat cinderella complex dari 100 partisipan Mahasiswa remaja akhir di Universitas Kristen Satya Wacana bervariasi, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori sangat rendah sebesar 4%, kategori rendah sebesar 74%, kategori tinggi sebesar 21%, sedangkan kategori sangat tinggi 1%. Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 63,13 dengan standar deviasi sebesar 8,448. Berdasarkan mean yang diperoleh, cinderella complex yang dimiliki Mahasiswa berada pada kategori rendah.

A. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada peneltian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi p > 0,05 yang didapat dari hasil analisa menggunakan program SPSS 22.0. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut:

(13)

Tabel 3

Hasil Uji Normalitas Konsep Diri dan Cinderella Complex

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Konsep Diri Cinderella Complex

N 100 100

Normal Parametersa,b Mean 58,80 63,13

Std. Deviation 6,557 8,448

Most Extreme Differences Absolute ,072 ,083

Positive ,057 ,083

Negative -,072 -,064

Test Statistic ,072 ,083

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,083c

a. Test distribution is Normal.

Hasil perhitungan uji kolmogorov-smirnov Z diperoleh besar nilai Test Statistik konsep diri 0,072 dengan nilai sign. = 0,200 (p > 0,05), dan pada variabel cinderella complex mendapat nilai Statistik sebesar 0,083 dengan nilai sign. = 0,083 (p > 0,05), dari data tersebut artinya kedua variabel tersebut berdistribusi norma

2. Uji Liniearitas

Tabel 4

Hasil Uji Liniearitas Konsep Diri dan Cinderella Complex

Correlations

Konsep Diri

Cinderella Complex

Konsep Diri Pearson Correlation 1 -,514**

Sig. (1-tailed) ,000 N 100 100 Cinderella Complex Pearson Correlation -,514** 1 Sig. (1-tailed) ,000 N 100 100

(14)

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hubungan antara Konsep Diri dan Cinderella Complex adalah linear, yaitu Deviation from Linearity sebesar 1,205 (p<0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,264 (p<0,05). Oleh sebab itu kedua variabel berkorelasi linear.

3. Uji Korelasi

Tabel 5 Hasil Uji Korelasi

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh korelasi sebesar -0,514. Hasil analisa statistik yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri dengan cinderella complex pada remaja akhir, artinya hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Cinderella Complex * Konsep Diri

Between Groups (Combined) 3440,673 27 127,432 2,531 ,001

Linearity 1863,747 1 1863,747 37,022 ,000 Deviation from Linearity 1576,926 26 60,651 1,205 ,264 Within Groups 3624,637 72 50,342 Total 7065,310 99

(15)

PEMBAHASAN

Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa remaja akhir di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang berjumlah 100 orang. Subjek penelitian ini dikhususkan untuk Mahasiswa remaja akhir berusia 17 sampai 21 tahun, yang berjenis kelamin perempuan dan belum menikah. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara konsep diri dengan

cinderella complex pada remaja akhir, didapati hasil perhitungan pearson correlation sebesar

-0,514 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini di terima artinya, ada hubungan negatif antara konsep diri dengan cinderella complex pada remaja akhir.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata konsep diri berada pada kategori tinggi, sedangkan dengan cinderella complex berada pada kategori rendah. Konsep diri yang tinggi diperoleh dari subjek atau partisipan mahasiswa perempuan banyak yang secara sadar mengetahui apa yang dilakukan serta bagaimana sikap terhadap dirinya hal ini diketahui dari beberapa partisipan yang sudah peneliti wawancarai.

Menurut Calhoun & Acocella (1990) menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sehingga seseorang merasa bahwa dirinya tidak cukup berharga dibandingkan orang lain. Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya sehingga dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya. Untuk mendukung pernyataan diatas, hasil penelitian yang dilakukan oleh Sapti (2010) terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan Cinderella complex. Semakin positif konsep diri maka semakin rendah kecenderungan cinderella complex. Sebaliknya, semakin negatif konsep diri maka semakin tinggi kecenderungan Cinderella complex.

Menurut Hurlock (1997), keberhasilan seorang untuk mandiri adalah remaja harus memiliki konsep diri yang stabil. Konsep diri yang stabil akan membantu remaja dalam memandang dirinya dengan cara yang lebih konsisten sehingga akan meningkatkan harga diri dan memperkecil perasaan tidak mampu.

Berzonsky (dalam Wulandari, 2004) mengungkapkan bahwa aspek konsep diri meliputi 4 (empat) aspek, yaitu : aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial, aspek moral yang bertujuan bagi individu untuk penilaian atau pandangan, dan perasaan individu terhadap fisik, diri sendiri dan peranan sosial yang dimainkan oleh individu itu sendiri dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan diri sendiri serta perilaku yang bersumber dari prinsi-prinsip yang bertujuan untuk memberinya arti dan arah bagi kehidupannya di masa mendatang.

(16)

Berdasarkan hasil penelitian, kecenderungan Cinderella complex pada subjek penelitian berada pada kategori rendah. Hasil penelitian ini dimungkinkan karena ada beberapa hal yang diduga berpengaruh terhadap rendahnya kecenderungan Cinderella

complex pada subjek penelitian diantaranya ialah lingkungan pendidikan di Universitas

Kristen Satya Wacana terutama terkait dengan kurikulum serta fasilitas yang ada. Tugas yang banyak dan harus dikumpulkan dalam waktu yang berdekatan membuat subjek takut sehingga membutuhkan pengarahan dan dukungan dari pihak lain seperti orang tua, teman maupun pacar. Kesempatan berupa pendidikan, pengetahuan, keterampilan dan dukungan bagi remaja perempuan merupakan sebuah proses untuk dapat mengembangkan dirinya secara maksimal.

Hal ini menunjukkan bahwa Mahasiswa remaja akhir di Universitas Kriten Satya Wacana telah memiliki upaya untuk mencapai kemandirian sehingga mungkin ikut mempengaruhi rendahnya tingkat kecenderungan Cinderella complex pada subjek penelitian. Kesempatan untuk mengembangkan diri dan melatih kemandirian juga diberikan oleh Universitas Kristen Satya Wacana melalui organisasi-organisasi serta unit-unit kemahasiswaan.

Berdasarkan hasil penelitian, subjek memiliki konsep diri yang positif sehingga menghapuskan stereotipe bahwa perempuan itu kurang kompeten dan kurang percaya diri akan kemampuannya, konsep diri yang positif pada subjek penelitian dimungkinkan karena adanya perubahan pandangan masyarakat terhadap lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pendidikan dan dunia kerja. Keadaan ini juga disosialisasikan di lingkungan pendidikan seperti di Universitas Kristen Satya Wacana yang memberikan kesempatan yang sama bagi mahasiswa laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan potensi dan intelektualitasnya sehingga akan berpengaruh pada konsep dirinya.

Konsep diri yang tinggi pada subjek penelitian juga dapat disebabkan karena adanya tanggapan yang positif yang diterima oleh subjek penelitian berkaitan dengan perannya seorang mahasiswa dalam pendidikan. Menurut Sullivan (dikutip Rakhmat, 2007), jika individu diterima, dihormati dan disenangi oleh orang lain karena keadaan dirinya, maka individu memiliki konsep diri yang positif.

Sumbangan efektif (SE) Konsep Diri dengan Cinderella Complex pada Mahasiswa remaja akhir sebesar 26,41%. Hal ini memiliki arti bahwa terdapat ada 73,59% variabel lain yang mempengaruhi Cinderella Complex pada remaja akhir di luar variabel konsep diri seperti pola asuh orang tua dan harga diri.

(17)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dan analisis data, disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diterima. Dimana ada hubungan negatif antara konsep diri dan cinderella complex pada remaja akhir di Universitas Kristen Satya Wacana.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian diharapkan dapat mempertahankan konsep dirinya yang positif dengan cara:

a. Mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang diminati.

b. Mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktunya dengan baik sehingga dapat bertanggung jawab dalam penyelesaian tugas-tugas kuliah serta tidak tergantung pada individu lain.

c. Mahasiswa secara proaktif mampu mengakses informasi positif mengenai kegiatan atau perlombaan yang mampu meningkatkan kreatifitasnya.

2. Bagi peneliti sebelumnya

Penelitian ini hanya memfokuskan pada variabel Cinderella Complex dengan konsep diri saja. Terdapat banyak faktor-faktor Cinderella Complex yang mempengaruhi, tetapi tidak diamati. Peneliti yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

Cinderella Complex, diharapkan dapat lebih memperkaya penelitian ini, yaitu dengan melihat

faktor lain yang diduga mempunyai hubungan dengan Cinderella Complex Mahasiswa seperti pola asuh orang tua, pekerjaan dan tugas yang menuntut pribadinya, media komunikasi dan agama, hendaknya diteliti dan diamati faktor-faktor lain tersebut.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Anggriyani, N. dan Astuti, Y.D. 2003. Hubungan antara Pola Asuh Berwawasan Jender dengan Cinderella Complex. Psikologika. No.16. Tahun VIII. Hlm.41-51.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brehm, S.S & Kassin, S.M.1993. Social Psychology Third Edition. London: Prentice-Hall Covey, S.R. 1997. Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif (edisi revisi).Alih bahasa:

Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara.

Centi, J.(1993). Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta: Kanisius

Calhoun, J. F., dan Acocella, J. R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan.Alih bahasa: Satmoko. Semarang : IKIP Semarang Press. Calhoun, J. F & Acocella, Y. R. (1995). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan

Kemanusiaan. IKIP Semarang Press.

Dowling, Colette. 1995. Tantangan Wanita Modern : Ketakutan Wanita akan Kemandirian. Alih bahasa: Santi, W.E., Soekanto. Jakarta: Erlangga.

Fitriani, A., Arjanggi, R., & Rohmatun.(2013). Perception about the systemeducate permisif of parents with cinderella complex at female students. Jurnal Psikologi Proyeksi, 5, No. 2,28-38

Hurlock, E. B. (2001). Developmental psychology. Tata McGraw-Hill Education Santoso, Agus Aji, Amrizal Rustam, dan Erni A Setiowati. 2008. Kematangan

Beragama dan Cinderella Complexpada Mahasiswi Fakultas Psikologi UNISSULA. Jurnal Psikologi Proyeksi. Vol.3. No.1. Hlm.9-17.

Saputri, D. K. M. (2013). Hubungan konsep diri dengan kecenderungan cinderellacomplex pada siswa SMA TamanHarapan Malang. Psikovidya, 17(2).

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Wulansari, sapti. 2010. Hubungan antara konsep diri dengan Kecenderungan Cinderella

Complex. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Semarang

Worchel, S., Cooper, R., Goethals, G.R, & Olson, J.M. 2000. Social Psychology. USA: Thomson Learning.

Gambar

Tabel 5  Hasil Uji Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan 17 (tujuh belas) data kasus yang digunakan untuk pengujian, sistem menghasilkan 5 (lima) data kasus yang memiliki urutan nilai akhir terbesar

Dalam rangka membangun koordinasi dan sinergitas pelaksanaan Kegiatan Pemberian BOS SMK/SMA/MA Provinsi Tahun 2014 dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di seluruh

Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang penuh dengan Kasih, atas berkat dan karuniaNya yang sungguh luar biasa sehingga penulis dapat

Bahan penelitian yang digunakan adalah catatan rekam medik pasien yang berisi data karakteristik pasien (nomer rekam medik, usia, jenis kelamin), gejala, diagnosis, lama

Langakah awal yang dilakukan oleh Hanan Attaki melalui pemuda hijrah dengan mengajak para pemuda kota Bandung melakukan sosialisasi tentang gerakan less waste

Bila anda belum memilikinya maka segera belajar untuk merubah sikap / sifat anda untuk menjadi lebih baik di mata orang lain tidak hanya di mata si do'i.. Memiliki modal

Sesuai dengan penelitian Siti Nur Asiyah (2006) yang meneliti tentang pengaruh kreativitas belajar dan respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika