• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Peninjauan kembali pustaka terhadap hal yang berkaitan dengan penelitian merupakan hal yang mendasar dalam penelitian. Tinjauan pustaka merupakan suatu tinjauan pustaka yang berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka tentang masalah yang berkaitan, dan tidak selalu tepat dan identik dengan permasalahan yang dihadapi, tetapi yang seiring dan berkaitan (colleteral) (Leedy, 1997). Berikut tinjauan pustaka yang terkait dengan penelitian.

Dalam penelitian yang dilakukan M.Sofyan (2004) yang berjudul pengaruh risiko pada kontrak kerja konstruksi terhadap biaya pekerjaan konstruksi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko yang terdapat pada kontrak konstruksi PT Jasa Marga (Persero) dan untuk mengetahui berapa besar persentase biaya risiko yang dialokasikan oleh penyedia jasa sebagai akibat dari risiko tersebut serta pengaruhnya pada biaya pekerjaan konstruksi. Secara garis besar, penelitian nantinya hampir sama yaitu dengan melakukan proses identifikasi dan evaluasi variabel-variabel risiko yang signifikan, namun penggunaan metode identifikasi dan proses analisis risiko yang diakan digunakan peneliti berbeda, yaitu dimana untuk perhitungan metode identifikasi nantinya akan menggunakan skala gutman dan untuk proses analisis risiko akan menggunakan konsep Severity Index dan tabel matriks probabilitas dan dampak.

Penelitian yang dilakukan Rizalatul Isnaini (2011) mengenai analisis dan respon risiko pada Proyek Pembangunan Galangan Kapal Kabupaten Lamongan digunakan metode identifikasi dan proses analisis risiko yang sama yaitu menggunakan skala guttman dan tabel matriks probabilitas dan dampak, namun yang membedakan pada penelitian ini adalah dimana objek penelitian yang berbeda, dimana Rizalatul meninjau proyek Galangan Kapal, sedangkan peneliti

(2)

commit to user

6 meninjau proyek jalan serta tinjauan permaslahan yang berbeda, dimana penelitian yg dilakukan Rizalatul menidentifikasi risiko secara keseluruhan yang terjadi pada proyek pembangunan Galangan Kapal, sedangkan peneliti hanya meneliti pada kontrak kerja konstruksi proyek pembangunan Jalan Tol Bogor Ring Road Seksi II A.

Untuk penelitian yang dilakukan oleh Kaje Harahap (2013) yang berjudul Analisa Risiko pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa,Bali memiliki kesaaman metode dan objek penelitian, dimana objek yang diteliti adalah sama-sama proyek pembangunan jalan Tol, namun yang membedakan adalah dimana identifikasi risiko dilakukan secara menyeluruh oleh Kaje Harahap pada proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai, Benoa Bali. Sedangkan peneliti hanya meninjau pada kontrak kerja konstruksi Proyek Pembangunan Jalan Tol Bogor Ring Road Seksi II A. selain itu pula asumsi nilai risiko pada pembobotan dampak terhadap biaya berbeda, dimana oleh Kaje Harahap berasumsi bahwa nilai dampak yang akan dihasilkan sebesar 25 juta hingga 200 juta rupiah. sedangkan peneliti menggunakan skala yang lebih besar yaitu 170 juta hingga 2,75 M Rupiah.

Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rendy Kurnia (2011) yang berjudul Analisa Risiko Konstruksi pada Proyek Pembangunan Rusunami Kebagusan City Jakarta, masih menggunakan metode yang sama dengan peneliti, namun pada penelitian Rendy Kurnia objek yang diteliti adalah proyek struktur bangunan rusunawa, sedangkan peneliti meneliti pada proyek jalan Tol. selanjutnya penelitan yang dilakukan Rendy Kurnia melakukan indentifikasi risiko secara menyeluruh serta dampak terhadap biaya dan waktu pekerjaan proyek konstuksi. sedangkan peneliti hanya mengidentifikasi risiko pada kontrak dan dampak terhadap biaya pekerjaan.

Diharapkan dari tinjauan pustakan yang digunakan dapat membantu dan sebagai pembanding dalam proses penelitian Analisis Pengaruh Risiko Pada Kontrak Kerja Konstruksi Terhadap Biaya Pekerjaan Konstruksi.

(3)

commit to user

7 2.2 LANDASAN TEORI

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang telah disusun rapi serta sistematis tentang variable-variabel dalam sebuah penelitian. Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan. Pembuatan landasan teori yang baik dan benar dalam sebuah penelitian menjadi hal yang penting karena landasan teori ini menjadi sebuah pondasi serta landasan dalam penelitian tersebut (Sugiyono,2012).

Dalam landasan teori ini nantinya dibahas mengenai tentang Pekerjaan Konstruksi, Kontrak Kerja Konstruksi, Risiko dalam Kontrak Konstruksi, Manajemen Risiko hingga Matriks Probabilitas dan dampak.

2.2.1 Pekerjaan Konstruksi

Menurut Undang-Undang Jasa Konstruksi tahun 1999 menyebutkan bahwa pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya. Untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Dalam Bab 3 pasal 4 Undang-Undang Jasa Konstruksi (1999) dijelaskan bahwa jenis usaha jasa konstruksi terdiri atas usaha perencanaan konstruksi, usaha pelaksanaan dan pengawasan konstruksi yang masing-masing dilaksanakan oleh perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi dengan rincian sebagai berikut :

 Usaha perencanaan konstruksi memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.

 Usaha pelaksanaan konstruksi memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau

(4)

commit to user

8 bagian-bagian dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil konstruksi.

 Usaha pengawasan konstruksi memberikan layanan jasa pengawasan baik keseluruhan maupun pembagian pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai penyerahan akhir hasil konstruksi.

Sedangkan para pihak yang terkait dalam penyelenggaraan jasa konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Dimana pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan atau proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Sedangkan penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa kontruksi (Undang-Undang Jasa Konstruksi, 1999).

Penyedia jasa dalam pekerjaan konstruksi adalah perencana konstruksi, pelaksana kontruksi dan pengawas konstruksi. Sedangkan pengguna jasa sediri dalam pekerjaan konstruksi sebagai contoh adalah investor atau orang yang memiliki dana untuk melakukan pengadaan barang atau jasa.

2.2.2 Kontrak

Guna memahami kontrak secara lebih mendalam, berikut ini disampaikan mengenai definisi kontrak secara umum, kontrak kerja konstruksi dan jenis-jenis kontrak kerja konstruksi.

2.2.2.1 Definisi Kontrak Secara Umum

Menurut Subkti, kontrak adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut Gifis (2008) kontrak merupakan sebagai suatu perjanjian atau serangkaian perjanjian di mana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi dari kontrak tersebut, dan oleh hukum, pelaksanaan dari kontrak tersebut dianggap merupakan suatu tugas yang harus dilaksanakan.

(5)

commit to user

9 Sedangkan menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa pengertian perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Sehingga definisi kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement) diantara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum.

2.2.2.2 Kontrak Kerja Konstruksi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kontrak merupakan suatu elemen penting dalam dalam pekerjaan konstruksi. Berikut pengertian kontrak kerja konstruksi didasarkan atas hukum dan perautan yang berlaku di Indonesia.

Dalam Undang-Undang tentang jasa konstruksi No. 18/ 1999 yang menyatakan bahwa kontrak kerja konstruksi adalah “Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian, identitas para pihak, rumusan pekerjaan, masa pertanggungan atau pemeliharaan, tenaga ahli, hak dan kewajiban, cara pembayaran, cidera janji, penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak kerja konstruksi, keadaan memaksa (force majeure), kegagalan bangunan, perlindungan pekerja dan aspek lingkungan”.

Menurut Keppres RI no. 80 tahun 2003, kontrak kerja konstruksi adalah perikatan antara pengguna barang atau jasa dengan penyedia barang atau jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang atau jasa. Kontrak (perjanjian) adalah merupakan bagian dari Hukum Perdata, oleh karena itu ketentuan-ketentuan mengenai kontrak atau perjanjian diatur dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1313 KUH Perdata.

Dari keseluruhan penjelasan tentang kontrak jasa konstruksi diatas, digunakannya Keppres No 70 Tahun 2012 saat ini (tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

(6)

commit to user

10 presiden Republik Indonesia No 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang atau jasa Pemerintah) untuk pengaturan tata acara pengadaan barang atau jasa konstruksi yang sederhana, jelas dan komprehenshif, sesuai dengan tata kelola yang baik, sehingga dapat menjadi pengaturan yang efektif bagi para pihak yang terkait dengan pengadaan barang atau jasa pemerintah.

2.2.2.3 Jenis-Jenis Kontrak Kerja Konstruksi

Dalam tulisan Isnanto (2009) yang berjudul Jenis-Jenis Kontrak Kerja Konstruksi, pengertian dan tipe kontrak terdiri atas tiga macam yaitu berdasarkan bentuk imbalan, jangka waktu pelaksanaan dan jumlah pengguna barang atau jasa. Adapun masing masing kontrak dibagi lagi menjadi beberapa kategori seperti berikut :

1. Kontrak Berdasarkan Imbalan

Kontrak Lumpsum

Yaitu kontrak pengadaan barang atau jasa untuk penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga kontrak yang pasti dan tetap, serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang atau jasa atau kontraktor pelaksana.

Kontrak Harga Satuan (Unit Price).

Adalah kontrak pengadaan barang atau jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara. Pembayaran kepada penyedia jasa atau kontraktor pelaksana berdasarkan hasil pengukuran bersama terhadap volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.

(7)

commit to user

11 Yaitu kontrak yang merupakan gabungan lumpsum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.

Kontrak Terima Jadi (Turn Key)

Yaitu kontrak pengadaan barang atau jasa pemborongan atas EPC (Engineering Proquirement and Consctruction) penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan atau konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yg telah ditetapkan.

Kontrak Persentase

Adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi dibidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan fisik konstruksi atau pemborongan tersebut.

Kontrak Cost and Fee

Adalah kontrak pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemborongan dimana kontraktor yang bersangkutan menerima imbalan jasa yg nilainya tetap disepakati oleh kedua belah pihak.

Kontrak Design and Built

Adalah kontrak pelaksanaan jasa pemborongan mulai dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan konstruksi fisik yang dilaksanakan oleh penyedia jasa satu kontrak yang sama.

2. Kontrak Berdasarkan Jangka Waktu Pelaksanaan

Kontrak Tahun Tunggal

Adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.

(8)

commit to user

12 Adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 ( satu ) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yg dibiayai APBD Propinsi, Bupati atau Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten atau Kota.

3. Kontrak Berdasarkan Jumlah Pengguna Barang atau jasa

Kontrak Pengadaan Tunggal

yaitu kontrak antara satu unit kerja atau satu proyek dengan penyedia barang atau jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.

Kontrak Pengadaan Bersama

yaitu kontrak antara beberapa unit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang atau jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama.

Terkait dengan penelitian, kontrak kerja yang diteliti adalah fixed lump sump. Dimana definisi kontrak harga pasti (fixed lump) secara lebih mendalam adalah suatu kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.

Sedangkan menurut penjelasan Pasal 21 ayat (1) PP No. 29 atau 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, disana tertulis “Pada pekerjaan dengan bentuk

Lump Sum, dalam hal terjadi pembetulan perhitungan perincian harga penawaran,

karena adanya kesalahan aritmatik maka harga penawaran total tidak boleh diubah. Perubahan dan semua risiko akibat adanya koreksi aritmatik menjadi

(9)

commit to user

13 tanggung jawab sepenuhnya penyedia jasa, selanjutnya harga penawaran menjadi harga kontrak atau harga pekerjaan”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sistem kontrak lump sum memiliki sifat yang mengikat terhadap harga total dan volume pekerjaan. Dan harga yang dibayarkan adalah harga yang tertera dalam kontrak meskipun di lapangan volume pekerjaan yang dikerjakan kurang dari harga kontrak, Muhaemin (2008).

2.2.3 Risiko Dalam Kontrak Kerja Konstruksi

Dalam bab risiko dalam kontrak kerja konstruksi akan dijelaskan mengenai definisi dan klasifikasi risiko, risiko dalam pemilihan tipe kontrak, dan risiko terhadap biaya pekerjaan konstruksi.

2.2.3.1 Definisi dan Klasifikasi Risiko

Dalam Salah satu bidang ilmu dalam PMBOK (The Project Management Body of

Knowledge) menjabarkan dimana risiko adalah kejadian yang tidak pasti, jika

terjadi mempunyai dampak negatif atau positif terhadap tujuan dan sasaran proyek. Sedangkan Harold Kerzner (1998) mendefinisikan risiko adalah suatu ukuran dari probabilitas dan konsekuensi dari tidak tercapainya tujuan pelaksanaan proyek.

Risiko memiliki 3 (tiga) komponen utama, yaitu aktifitas atau kegiatan, nilai kemungkinan kejadian dari kegiatan (probability) dan dampak (impact) dari kegiatan tersebut. Berdasarkan pendapat Kezner mengenai 3 komponen utama risiko yang mana akan sangat berpengaruh terhadap tujuan proyek. Secara umum tujuan proyek adalah biaya, waktu dan mutu atau lebih kita kenal dengan triple

constrait. Hal itu berpengaruh terhadap keputusan pengambilan risiko, dimana

menurut Soerharto (2001) risiko hanya boleh diambil bilamana potensi manfaat dan kemungkinan keberhasilannya lebih besar daripada biaya yang diperlukan untuk menutupi kegagalan yang mungkin terjadi.

(10)

commit to user

14 Selaras dengan yang diungkapkan oleh Kezner, Sonhadji (2011) mengemukakan bahwa risiko terdiri dari tiga unsur yang saling berkaitan. Unsur pertama yaitu kejadian, yang memiliki kemungkinan (probabilitas) dan akibat (dampak). Ketiga unsur tersebut saling berhubungan, dan dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 2.1 Hubunguan Unsur Risiko

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa besar kecilnya risiko yang mempengaruhi suatu proyek adalah tergantung dari besar dan kecilnya ketidakpastian atau probabilitas terjadinya suatu kejadian atau kegiatan dan besar kecilnya dampak negatif (kerugian) yang mungkin ditimbulkan oleh aktifitas atau kejadian tersebut (Kerzner, 1998).

Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahawa dengan semakin tingginya ketidakpastian dan dampak negatif dalam kontrak kerja konstruksi, maka akan semakin tinggi pula risiko yang terjadi. Risiko-risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun tidak semua risiko-risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-pihak didalam proyek kontruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko-risiko yang penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek (M. Sofyan, 2003).

Dalam dunia konstruksi yang dimaksud risiko adalah apabila risiko tersebut diartikan sebagai ketidakpastian yang menimbulkan kerugian (uncertainty of

(11)

commit to user

15 1. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)

Risiko Spekulatif adalah risiko yang memberikan kemungkinan untung atau rugi atau tidak untung dan tidak rugi. Risiko Spekulatif disebut juga risiko dinamis (dynamic risk).

2. Risiko murni (Pure Risk)

Risiko yang hanya mempunyai satu akibat yaitu kerugian. Sehingga tidak ada yang akan menarik keuntungan dari risiko ini.

3. Risiko Fundamental (Fundamental Risk)

Risiko yang sebab maupun akibatnya impersonal (tidak menyangkut seseorang) dimana kerugian yang timbul dari risiko yang bersifat fundamental biasanya tidak hanya menimpa seorang individu melainkan menimpa banyak orang atau banyak pihak.

4. Risiko khusus (Particular Risk)

Risiko khusus dimana risiko ini disebabkan oleh peristiwa-peristiwa individual dan akibatnya terbatas.

5. Risiko yang dapat diasuransikan dan risiko yang tidak dapat diasuransikan

Risiko spekulatif tidak dapat diasuransikan karena pada risiko ini terdapat kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan. Risiko murni dapat diasuransikan karena hanya mempunyai satu kemungkinan yaitu mendatangkan kerugian, tetapi berdasarkan pertimbangan secara yuridis maupun komersial tidak semua risiko murni dapat diasuransikan.

2.2.3.2 Risiko Dalam Pemilihan Tipe Kontrak

Pemilihan tipe kontrak yang akan digunakan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam mempersiapkan proposal pengajuan biaya penawaran dan memperkirakan biaya pekerjaan konstruksi secara menyeluruh serta keuntungan yang akan didapatkan. Untuk tingkat kepercayaan penyedia jasa terhadap suatu

(12)

commit to user

16

CPPF = Cost Plus Percentge Fee FPPI = Fixed Price Plus Incentive

CPIF = Cost Plus Incentice Fee FFP = Firm Fixed Price

CPFF = Cost Plus Fixed Fee

proposal penawaran yang disiapkan umumnya sangat tergantung dari berapa besar suatu risiko akan terjadi melalui pelaksanaan kontrak tersebut (Kezner, 1998).

Tipe kontrak yang dapat diterima bagi pengguna jasa maupun penyedia jasa ditentukan dari keadaan masing-masing proyek dan kelaziman dari peninjauan secara ekonomi serta kondisi yang kompetitif, bagaimana seharusnya tipe kontrak melingkupi risiko-risiko tertentu baik yang risikonya tinggi maupun risikonya rendah (Kezner, 1998). Karena adanya faktor risiko pada pemilihan tipe kontrak, Kerzner menyarankan penyedia jasa harus melakukan negosiasi tidak hanya besarnya biaya penawaran tetapi juga menegosiasikan tipe kontrak yang akan diterapkan karena nantinya akan sangat berpengaruh pada besarnya biaya penawaran pekerjaan konstruksi yang akan diajukan penyedia jasa, hal ini juga dilakukan untuk perlindungan terhadap risiko yang akan terjadi.

Tata cara pemilihan tipe kontrak dalam upaya mencapai biaya pekerjaan konstruksi yang efektif dan alokasi tingkat risiko yang adil adalah dengan melakukan identifikasi risiko yang spesifik, penentuan pengalokasian risiko yang tepat diantara pihak yang terlibat, penyiapan bahasa hukum yang jelas dengan dokumen kontrak (Project and Program Risk Management, 1992). Berdasarkan tingkat risiko yang terjadi, dapat disimpulkan dengan grafik hubungan antara pemilihan tipe kontrak dengan tingkat risiko kontrak kerja konstruksi, seperti ditunjukan dalam tabel berikut :

(13)

commit to user

17 Gambar 2.2 Hubungan Antara Tipe Kontrak Dengan Tingkat Risiko, Alokasi

Risiko dan Kepastian Pekerjaan

Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin tinggi ketidakpastian suatu pekerjaan konstruksi maka sebaiknya menggunakan tipe kontrak dimana alokasi risikonya berbeda pada penggunaan jasa yaitu lebih kearah unit price kontrak. demikian pula sebaiknya jika ketidakpastian yang terdapat pada suatu pekerjaan konstruksi semakin kecil, maka tipe kontrak yang sebaiknya digunakan adalah tipe kontrak fixed price.

Pemilihan tipe kontrak yang tepat dengan mempertimbangkan faktor risiko dan alokasi risiko tidak hanya akan mempengaruhi besarnya biaya pekerjaan konstruksi, tetapi juga akan memperngaruhi kesuksesan suatu proyek, baik dari sisi penyedia jasa maupun pengguna jasa. Dalam pengajuan proposal penawaran dan persiapan pembuatan dokumen kontrak kerja konstruksi, pihak penyedia jasa maupun pengguna jasa harus mencermati dengan seksama ketentuan-ketentuan yang diatur dalam kontrak kerja konstruksi, hal tersebut guna untuk memperkecil risiko bagi kedua belah pihak. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam ketentuan-ketentuan yang diatur dalam kontrak kerja konstruksi untuk meminimalkan risiko bagi kedua belah pihak adalah sebagai berikut (Kezner,1998) :

Scope pekerjaan dan deskripsi proyek.

Administrasi kontrak

Cara Pembayaran

 Kewajiban klien dan item yang disediakan

 Garansi dan Jaminan

 Batasan kewajiban dan kerusakan yang terjadi

 Ganti Rugi

Pajak

Pantent indemnification

 Pemutusan Kontrak

(14)

commit to user

18

Assigmnets

Keterlambatan, termasuk keadaan memaksa

 Asuransi

 Arbitasi

 Eskalasi dan waktu penyelesaian

Dan Ke 17 Hal tersebut telah tercantum dalam Dalam Undang-Undang tentang jasa konstruksi No. 18/1999 dan Keppres No 70 Tahun 2012, yang mana merupakan suatu tetapan atau ketentuan yang wajib dilaksanakan pada saat pengadaan barang atau jasa konstruksi di Indonesia. Dalam kontrak biasa disebut sebagai ketentuan umum kontrak. Sedangkan ketentuan yang menimbulkan adanya alokasi biaya risiko pada kontrak jasa pelaksanaan konstruksi adalah (M.Sofyan, 2003) :

 Variabel kerahasiaan informasi,

 Asuransi,

 Penyelesaian perselisihan,

 Detail gambar rencana,

 Sistematika gambar rencana,

 Rapat penjelasan pekerjaan,

 Kunjungan lapangan,

 Garansi,

 Batasan tanggung jawab dan kerugian yang ditanggung oleh kontraktor,

 Ketentuan pelaksanaan pekerjaan,

 Urutan kekuatan hukum dokumen lelang, dan

 Keakuratan kuantitas pekerjaan.

Selain ketentuan tersebut, ada beberapa hal yang sering menjadi potensi risiko pada kontrak kerja konstruksi bagi penyedia jasa menurut Richard P. dkk, 1991 (dalam M.Sofyan,2003) yaitu:

 Perbedaan Kondisi Lapangan

(15)

commit to user

19

 Klausal Perubahan

 Klausal Pembayaran

(16)

commit to user

20 2.2.3.3 Risiko Terhadap Biaya Pekerjaan Konstruksi

Menurut Soeharto 1995 (dalam M.Sofyan, 2003) melakukan perkiraan pengajuan penawaran, komponen biaya yang diperitungkan untuk memperkitakan total biaya proyek atau biaya pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut :

 Biaya Tenaga Kerja

 Biaya material dan peralatan

Overhead

 Eksalasi

 Kontigensi

Khususnya untuk biaya kontigensi yang diakibatkan oleh adanya ketidakpastian lebih lanjut dijelaskan oleh kerzner (1998) terdiri dari 2 komponen, yaitu normal

contigencies dan risk contigencies. Untuk normal contingencies yaitu Perkiraan

biaya yang diakibatkan oleh ketidakakuratan pada desain dan metode perkiraan biaya, yang umumnya besarnya merupakan berdasarkan data proyek-proyek terdahulu. Sedangkan risk contingencies yaitu Perkiraan biaya akibat dari kemungkinan kejadian suatu aktiftas akibat ketidakpastian dari aktifitas tersebut.

Dalam penelitian, akan dititik beratkan kebada normal contingencies dimana keadaan ketidakakuratan terletak pada desain dan metode perkiraan biaya, hal tersebut tercantum dalam kontrak kerja konstruksi dan diperkirakan terdapat risiko didalamnya.

2.2.4 Manajemen Risiko

PMBOK guide (2004) mendefinisikan manajemen risiko adalah proses yang sistematik dari identifikasi, analisis, respon dan pengendalian risiko proyek. Dengan tujuan memaksimalkan peluang dan konsekuensi dari kejadian-kejadian yang positif dan meminimalkan peluang dan konsekuensi dan kejadian-kejadian negatif terhadap sasaran proyek.

(17)

commit to user

21 Manajemen risiko menurut Noshworthy (2000) manajemen risiko adalah identifikasi dari ancaman dan implementasi dari pengukuran yang ditujukan pada mengurangi kejadian ancaman tersebut dan menimalisasi setiap kerusakan. Analisa risiko dan pengontrolan risiko membentuk dasar manajemen risiko dimana pengontrolan risiko adalah aplikasi dari pengelolaan yang cocok untuk memperoleh keseimbangan antara keamanan, penggunaan dan biaya.

Jadi Manajemen risiko menurut Soemarmo, 2007 (dalam Juantoro Sitorus, 2008) merupakan bentuk pengelolaan terhadap risiko untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin timbul melalui perencanaan, identifikasi, analisis, penanganan, dan pemantauan risiko. Namun, tidak semua risiko harus kita ambil, karena pada dasarnya manajemen risiko hanya bersifat untuk mengurangi dampak negatif yang lebih lanjut serta memanfaatkan dampak positif guna perkembangan proyek. Ada 3 kunci yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko agar bisa efektif, yaitu :

1. Identifikasi, analisa dan penilaian risiko pada awal proyek secara sistematis dan mengembangkan rencana untuk menanganinya.

2. Mengalokasikan tanggung jawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko.

3. Memastikan bahwa biaya penanganan risiko cukup kecil dibanding dengan nilai proyeknya.

Mnurut beberapa ahli seperti Suh dan Han (2003) memiliki pendapat bahwa tujuan manajemen risiko adalah meminimalisir kerugian. Sedangkan menurut Jacobson (2002) tujuan akhir manajemen risiko adalah ”memilih pengukuran peringanan risiko, pemindahan risiko dan pemulihan risiko untuk mengoptimalkan kinerja organisasi”.

Sehingga tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 1992).

(18)

commit to user

22 2.2.5 Proses Manajemen Risiko

Berdasarkan definisi dan tujuan dari manajemen risiko kita dapat menentukan proses manajemen risiko, banyak teori dari para ahli yang berkembang dalam memaparkan proses manajemen risiko guna mengendalikan atau memanfaatkan risiko yang ada.

Perencanaan atau proses manajemen risiko sendiri, meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan aktifitas manajemen risiko untuk proyek. Menentukan pendekatan dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam manajemen risiko. Hal-hal yang tercakup dalam perencanaan manajemen risiko adalah :

1. Metodologi

Mendefinisikan alat, pendekatan dan sumber data yang mungkin digunakan dalam manajemen proyek tertentu.

2. Peran dan tanggung jawab

Menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan tugas tertentu dan hasil apa yang harus dipertanggung jawabkan berkaitan dengan manajemen risiko.

3. Dana dan Biaya

Penjelasan estimasi biaya dan dana yang diperlukan dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan manajemen risiko.

4. Waktu

Berisi rencana waktu pelaksanaan proses manajemen risiko akan dilakukan selama siklus hidup proyek.

5. Scoring dan Interpretasi

Metode scoring dan interpretasi yang sesuai untuk tipe dan waktu analisa risiko kualitatif dan kuantitatif yang akan dilakukan.

(19)

commit to user

23 Sedangkan menurut PMBOK guide (2004), tahapan-tahapan atau proses dalam manajemen risiko terdiri atas 6 hal, yaitu :

1. Risk Management Planning adalah proses menetapkan pendekatan dan

rencana aktivitas pengelolaan risiko pada proyek.

2. Risk Identification adalah proses menentukan risiko yang mana yang

mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya.

3. Qualitative Risk Analysis adalah proses melakukan analisa kualitatif

risiko dan kondisi atau syarat-syarat untuk prioritas pengaruhnya terhadap kinerja proyek.

4. Quantitative Risk Analysis adalah proses mengukur peluang dan

konsekuensi risiko dan estimasi implikasinya terhadap kinerja proyek.

5. Risk Response Planning adalah proses mengembangkan prosedur dan

teknik untuk mempertinggi kesempatan dan mengurangi ancaman terhadap sasaran proyek.

6. Risk Monitoring and Control adalah proses memonitor sisa risiko,

identifikasi risiko yang baru, melaksanakan rencana merespon risiko, dan menghitung efektifitasnya selama umur proyek.

2.2.5.1 Konteks Risiko

Konteks risiko adalah batasan-batasan yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak. Batasan terdiri dari internal (risiko yang dapat dikendalikan), dan

external (risiko yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi) (Ismeth S. Abidin,

2007). Dalam penetapan konteks perlu memperhatikan latar belakang, tujuan dan sasaran proyek serta ukuran kinerjanya, hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal serta variabel-variabelnya, risiko-risiko yang mempengaruhi kinerja proyek, dan informasi empirik mengenai data proyek (Juanto Sitorus, 2008).

Dalam penelitian ini, faktor yang ditinjau adalah kontrak kerja konstruksi. Dimana dalam tiap-tiap kontrak memiliki konteks risiko yang berbeda-beda. Selain itu

(20)

commit to user

24 pula, kontrak kerja konstruksi sangat berpengaruh terhadap kesuksesan suatu proyek, dimana terdapatnya kesepakatan antara berbagai pihak.

2.2.5.2 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah suatu proses pengakjian risiko dan ketidakpastian yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Agar risiko dapat dikelola secara efektif, langkah pertama adalah mengidentifikasi jenis risiko usaha dan yang mana bersifat risiko murni. Sebagai suatu rangkaian proses, indentifikasi risiko dimulai dengan pemahaman tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko, sebagaimana telah didefinisikan di atas, maka risiko tingkat ketidakpastian akan terjadinya suatu tujuan (Soeharto, 2002).

Tahap selanjutnya adalah mengenali jenis risiko yang mungkin atau pada umumnya dihadapi oleh setiap pelaku yang terlibat. Langkah ini meliputi pendefinisian risiko mana yang mungkin mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristik dari setiap risiko, hasil utama dari proses ini adalah risk register. Identifikasi bisa dilakukan dengan melihat asal risiko dan problemnya.

1. Analisis Sumber Risiko.

Risiko berdasarkan sumbernya dapat dikatagorikan menjadi internal risk dan eksternal risk. Internal risk seperti keterlambatan jadwal, risiko teknis, desain, konstruksi dan operasional dan sementara eksternal risk seperti perubahan peraturan dan bencana alam.

2. Analisis Problem

Risiko berhubungan dengan ke khawatiran melanggar informasi yang bersifat privat atau khawatir akan terjadi kecelakaan dan korban, khawatir kehilangan uang.

Ketika sumber risiko telah diketahui, kejadian yang dipicu oleh sumber atau kejadian yang menimbulkan masalah dapat ditelusuri. Metode identifiksi risiko yang umum digunakan adalah :

(21)

commit to user

(22)

commit to user

26 1. Identifikasi Risiko berdasarkan Tujuan

Perusahaan dan tim proyek mempunyai tujuan, setiap kejadian yang membahayakan pencapaian tujuan secara perbagian atau menyeluruh diidentifikasikan sebagai risiko.

2. Identifikasi Risiko berdasarkan Skenario

Dalam analisa ini, skenario yang berbeda akan diciptakan. Skenario tersebut mungkin menjadi jalan alternatif untuk mencapai tujuan atau sebuah analisa dari hubungan kekuatan. Setiap kejadian yang memicu sebuah skenario yang tidak di inginkan di identifikasikan sebagai risiko.

3. Identifikasi Risiko berdasarkan Taksonomi

Taksonomi disini adalah breakdown sumber risiko yang mungkin, berdasarkan taksonomi dan pengetahuan praktik yang ada daftar pertanyaan disusun. Jawaban dari pertanyaan menunjukkan adanya risiko.

4. Common Risk Checking

Beberapa daftar risiko yang sudah bisa terjdi dan disini dilakukan pemilihan mana yang sesuai untuk proyek yang ditangani.

2.2.5.3 Analisis Risiko Kualitatif

Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai impact (dampak) dan kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi untuk penanganan lebih lanjut. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan dampak terhadap tujuan proyek, analisa ini merupakan salah satu cara menentukan bagaimana pentingnya memperhatikan risiko-risiko tertentu dan bagaimana respon yang akan diberikan (PMBOK, 2004).

Analisa kualitatif memerlukan teknik tertentu untuk bisa mengevaluasi risiko berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Hal-hal yang perlu dijadikan masukan dalam analisis ini seperti risk management plan, risiko yang sudah diidentifikasi dan status proyek. Tingkat ketidakpastian dari suatu risiko biasanya bergantung

(23)

commit to user

27 pada kemajuan proyek dalam siklus hidupnya. Pada tahap awal pelaksanaan proyek, beberapa risiko mungkin belum muncul seperti desain proyek yang belum matang dan akan mengakibatkan banyak perubahan, sehingga masih banyak risiko yang akan muncul. Hasil analisa secara kalitatif bisa dianlisa lebih lanjut dengan analisa risiko secara kuantitatif atau langsung kerencana tindakan penanganan risiko.

2.2.5.4 Analisis Risiko Kuantitatif

Analisis risiko kuantitatif adalah proses menganalisa secara numerik probabilitas dari setiap risiko dan konsekuensinya terhadap tujuan proyek. Analisa ini biasanya mengikuti analisa kualitatif, apakah perlu dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan, hal ini bergantung pada ketersediaan biaya dan waktu, serta apakah perlu menyatakan risiko secara kualitatif dan kuantitatif serta dampak-dampaknya (PMBOK, 2004).

Selanjutnya dalam PMBOK (2004), sebelum dilakukan analisa kuantitatif, risiko-risiko sudah diidentifikasi dan harus dapat dinilai besarnya potensi kerugian serta kemungkinan yang terjadi. Hasil ini mungkin sederhana untuk dihitung, atau tidak mungkin diukur secara pasti. Oleh karena itu, dalam proses penilaian sangat penting untuk membuat estimasi-estimasi terbaik dari sisi akademis dengan maksud untuk memprioritaskan implementasi rencana manajemen risiko secara tepat. Berikut tahapan analisa risiko kuantitatif :

Menentukan nilai informasi dan aset baik secara tangible dan intangible.

 Menentukan estimasi kerugian untuk setiap risiko yang teridentifikasi.

 Melakukan analisa risiko.

 Memperoleh risiko yang berpotensi terjadi.

 Memilih langkah-langkah atau strategi penanganan untuk setiap risiko.

 Menentukan aksi untuk merespon risiko yang ada. 2.2.5.5 Risk Response Planning

(24)

commit to user

28

Risk Response Planning adalah tindakan yang merupakan proses, teknik, dan

strategi untuk menanggulangi risiko yang mungkin timbul. Tanggapan dapat berupa tindakan menghindari risiko, tindakan mencegah kerugian, tindakan memperkecil dampak negatif serta tindakan mengeksploitasi dampak positif. Tanggapan tersebut termasuk juga tata cara untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran personil dalam organisasi (PMBOK, 2004).

Respon risiko yang direncanakan harus tepat terhadap risiko yang signifikan, biaya yang sesuai, tepat waktu, realistis didalam konteks proyek dan harus disetujui oleh pihak-pihak yang terlibat. Sehingga memilih jenis respon disesuaikan dengan jenis risiko dan keadaannya, bila (Santosa, 2009) :

 Risiko dihindari bila dampaknya sangat besar dan luas, serta perusahaan tidak dapat mengendalikan.

Risiko dialihkan bila risiko tersebut dapat dicover oleh pihak lain, baik melalui asuransi maupun subkontrak spesialis.

 Risiko dikurangi bila perusahaan yakin mampu mengendalikan dengan suatu perencanaan yang matang.

 Risiko diterima bila dampaknya tidak terlalu besar dan masih layak dimasukkan kedalam biaya.

Sedangkan menurut PMBOK (2004) strategi respon risiko dapat dilakukan dengan bantuan tools dan technique berdasarkan risiko tersebut positif atau negatif, strategi tersebut diantara lain :

1. Strategi untuk risiko negatif atau ancaman

Ada tiga strategi yang biasa dilaksanakan untuk menangani risiko yang mempunyai dampak negatif terhadap kinerja proyek. Strategi-strategi tersebut adalah :

Avoid

Menghindari risiko dengan cara melakukan perubahan terhadap rencana manajemen proyek untuk mengeliminasi ancaman risiko, mengisolasi

(25)

commit to user

29 sasaran proyek dari dampak yang akan timbul, seperti mengurangi scope pekerjaan atau memperpanjang waktu pekerjaan.

Transfer

Mentransfer dampak negatif risiko termasuk tanggung jawab kepada pihak ketiga. Transfer risiko selalu terkait dengan pembayaran suatu premi risiko kepada pihak yang menerima pelimpahan risiko, seperti asuransi. Kontrak dapat digunakan untuk mentransfer risiko termasuk tanggungjawab kepada pihak lain. Didalam banyak kasus, penggunaan kontrak tipe cost-based adalah mentransfer risiko kepada pemilik (owner), sementara kontrak type fixed-price risiko ditransfer ke kontraktor jika desain proyek sudah matang.

Mitigate

Mengurangi peluang dan dampak dari suatu kejadian risiko kepada ambang batas yang dapat diterima. Melakukan tindakan dini untuk mengurangi peluang dan atau dampak risiko di proyek sangat efektif daripada melakukan perbaikan setelah kerusakan terjadi. Langkah-langkah mitigasi dilakukan dengan mengadopsi proses yang tidak kompleks, melakukan lebih banyak test, atau memilih supplier dan

vendor yang lebih berpengalaman.

2. Strategi untuk risiko positif

Ada tiga strategi yang biasa dilaksana untuk risiko yang mempunyai dampak positif terhadap kinerja proyek. Strategi-strategi tersebut adalah :

Exploit

Strategi ini dipilih untuk risiko yang mempunyai dampak positif dimana organisasi ingin menyakinkan bahwa kemungkinan bisa direalisasikan. Eksploitasi dapat dilakukan dengan cara menambah sumber daya yang lebih baik untuk mengurangi waktu penyelesaian proyek dan memberikan kualitas yang lebih baik dari semula.

(26)

commit to user

30

Share

Risiko positif dibagi dengan pihak ketiga untuk mendapatkan keuntungan dari proyek. Contoh dari berbagai risiko positif adalah melakukan risk-sharing partnership, team dan joint venture.

Enhance

Strategi ini memodifikasi ukuran suatu kesempatan dengan menaikkan peluang atau dampak positif, dan dengan melakukan identifikasi guna memaksimalkan risiko-risiko yang berdampak positif.

3. Strategi untuk risiko baik negatif maupun positif

Acceptance merupakan suatu strategi yang diadopsi karena sangat jarang

kemungkinanannya untuk mengeliminasi seluruh risiko dari sebuah proyek. Strategi ini menggambarkan bahwa tim proyek telah memutuskan untuk tidak merubah rencana manajemen proyek untuk mengatasi suatu risiko atau ketidakmampuan mengidentifikasi strategi yang tepat untuk mengelola suatu risiko. Strategi yang paling aktif untuk

acceptance adalah dengan menyiapkan suatu kontijensi, termasuk waktu,

uang dan sumber daya untuk menangani risiko negatif maupun risiko positif yang diketahui maupun tidak.

4. Contigent Response Strategy

Beberapa respon atau tindakan di desain untuk digunakan hanya jika kejadian tertentu terjadi. Untuk beberapa risiko, sangat tepat jika tim proyek menyiapkan suatu rencana tindakan (response plan) yang hanya akan dilaksanakan dengan kondisi-kondisi tertentu.

2.2.6 Skala Linkert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). Dalam skala ini menggunakan item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk. Item yang pasti disenangi, disukai, yang baik diberi tanda (-). Skala ini menggunakan ukuran

(27)

commit to user

31 ordinal sehingga dapat membuat ranking walaupun tidak diketahui berapa kali satu responden lebih baik atau lebih buruk dari responden lainnya. Berikut prosedur dalam Skala Likert adalah sebagai berikut :

1 Pengumpulan item-item yang cukup banyak dan relevan dengan masalah yang sedang di teliti, berupa item yang cukup terang disukai dan yang cukup terang tidak disukai.

2 Item-item tersebut dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.

3 Pengumpulan responsi dari responden untuk kemudian diberikan skor, untuk jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi.

4 Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.

5 Reponsi di analisa untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata, batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan, maka item yang tidak menunjukkan korelasi dengan total skor atau tidak menunjukkan beda yang nyata apakah masuk kedalam skor tinggi atau skor rendah di buang.

Untuk kelebihan Skala Likert sendiri, adalah :

1 Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas korelasinya masih dapat di masukkan dalam skala.

2 Dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam beberapa responsi alternatif.

3 Dapat memberikan keterangan yang lebih nyata tentang pendapatan atau sikap respoden.

Pada penelitian nantinya skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi responden mengenenai kepastian pernyataan yang diajukan dalam kuisioner, pernyataan tersebut mengenai kepastian akan frekuensi terjadinya suatu risiko pada variabel risiko yang telah ditentukan.

(28)

commit to user

32 2.2.7 Skala Guttman

Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Skala ini mempunyai ciri penting, yaitu merupakan skala komulatif dan mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi sehingga skala ini termasuk mempunyai sifat

undimensional (Sugiyono, 2009).

Skala Guttman yang disebut juga metode scalogram atau analisa skala sangat baik untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dari sikap atau sifat yang diteliti, yang sering disebut isi universal atau atribut universal. Skala pengukuran tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu “iya atau tidak”, “benar atau salah”.

Langkah-langkah untuk membuat Skala Guttman adalah sebagai berikut :

1. Menyusun sejumlah pernyataan yang relevan dengan masalah yang ingin diselidiki.

2. Melakukan penelitian permulaan pada sejumlah sampel dari populasi yang akan diselidiki, sampel yang diselidiki minimal besarnya 50 sampel.

3. Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang. Jawaban yang ekstrim adalah jawaban yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari 80% responden.

4. Menyusun jawaban pada tabel Guttman.

5. Menghitung koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Tabel 2.1 Skala Guttman

Skor

Setuju dengan pernyataan nomor

Tidak setuju dengan pernyataan nomor 3 2 1 3 2 1 3 X X X 0 0 0 2 0 X X X 0 0 1 0 0 X X X 0 0 0 0 0 X X X (Sumber : yoctanr/skalaguttman.html)

(29)

commit to user

33 Namun pada penelitian hanya menggunakan 4 sampel, dimana responden yang terkait dan mengerti hanya sedikit serta objek yang ditinjau hanya pada satu proyek saja. Sehingga skala guttman digunakan untuk mendapatkan jawaban yang jelas (tegas) dan konsisten terhadap penentuan variabel risiko.

2.2.8 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari populasi yang benar-benar diteliti oleh sebuah peneliti. Sampel yang baik harus representatif (mewakili populasi) dan memiliki sifat yang homogen (sejenis). Berdasarkan aspek peluang pemilihan dan pengacakan sampel, sampel dibagi menjadi :

1. Sampel Probabilistik

Sampel probabilistik adalah sampel yang memperhatikan peluang pada pemilihan anggota sampel. Dimana dasar sampel probabilistik adalah sampel acak. Sampel acak adalah sampel yang diambil dari populasi dimana setiap anggotanya mempunyai peluang yang sama terpilih menjadi anggota sampel. Berikut adalah jenis-jenis sampel probabilistik :

Sampel acak sederhana

Setiap anggota populasi diberi nomor, kemudian dilakukan pengambilan anggota populasi secara acak (dengan undian atau tabel bilangan acak).

Sampel sistematik

Setiap anggota populasi diberi nomor, kemudian anggota pertama dalam sampel dipilih acak dari populasi.

(30)

commit to user

34 Populasi memiliki beberapa tingkatan atau strata. Data dalam setiap tingkatan cenderung homogen, dan antar tingkatan cenderung heterogen.

(31)

commit to user

35

Sampel gerombol (cluster)

Populasi memiliki beberapa kelas atau kelompok. Data dalam setiap gerombol cenderung heterogen, dan antar kelompok cenderung homogen.

2. Sampel Non-Probabilistik

Sampel non-probabilistik adalah sampel yang tidak memperhatikan sapek peluang pada pemilihan anggota sampel. Sampel non-probabilistik diambil dari populasi yang convenient, tidak ada syarat peluang yang sama untuk setiap anggota populasi terpilih menjadi anggota sampel. Berikut adalah jenis-jenis dari sampel non-probabilistik, yaitu :

Sampel haphazard

Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan tiba-tiba berdasarkan siapa yang ditemui oleh peneliti. Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam pemillihan anggota sampel. Sedangkan, kekurangannya adalah belum tentu responden memiliki karakteristik yang dicari oleh peneliti.

Sampel sukarela (voluntary)

Merupakan salah satu jenis sample yang non probalbity. Sampel dipilih dari anggota populasi yang secara sukarela berkenan di data. Terkadang anggota populasi tersebut tertarik dengan tema utama survei.

Sampel purposive

Merupakan pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti. Kelebihan dari pengambilan menurut tujuan ini adalah tujuan dari peneliti dapat terpenuhi. Sedangkan, kekurangannya adalah belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada.

(32)

commit to user

36

Sample bola salju (snowball)

Merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan sistem jaringan responden. Dimulai dari mewawancarai satu responden kemudian, responden tersebut menunjuk responden lain dan responden lain tersebut menunjuk responden berikutnya. Hal ini dilakukan secara terus-menerus hingga terpenuhinya jumlah anggota sampel yang diinginkan oleh peneliti. Kelebihan dari pengambilan beruntun ini adalah peneliti bisa mendapatkan responden yang ahli dibidangnya. Sedangkan, kekurangannya adalah memakan waktu yang cukup lama dan belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada.

Sample kuota

Merupakan pengambilan anggota sampel berdasarkan jumlah yang diinginkan oleh peneliti. Kelebihan dari pengambilan menurut jumlah ini adalah praktis karena jumlah sudah ditentukan dari awal. Sedangkan, kekurangannya adalah bias, belum tentu responden yang ada mewakili seluruh anggota populasi sampel.

2.2.9 Konsep Severity Index (SI)

Konsep ini dipakai untuk mengetahui nilai P (Probability) dan I (Impact). Keunggulan konsep severity index adalah dapat mempermudah pengklasifikasian (Al-Hammad et al., 1996). Dimana Serverity Index (SI) dihitung menggunakan rumus : . . . . . . Rumus ( 2.1) Dimana, ai = Konstanta penilaian xi = Frekuensi responden i = 0, 1, 2, 3, 4, . . . , n

(33)

commit to user

(34)

commit to user

38 Dengan,

x0, x1, x2, x3, x4, adalah respon frekuensi responden a0 = 0 ; a1 = 1; a2 = 2; a3 = 3; a4 = 4

Maka,

x0 = Frekuensi responden „sangat rendah atau kecil‟ dari survei, maka a0 = 0 x1 = Frekuensi responden „rendah atau kecil‟ dari survei, maka a1 = 1 x2 = Frekuensi responden „cukup tinggi atau besar‟ dari survei. maka a2 = 2 x3 = Frekuensi responden „tinggi atau besar‟ dari survei, maka a3 = 3

x4 = Frekuensi responden „sangat tinggi atau besar‟ dari survei, maka a4 = 4

Nantinya pada penelitian, konsep severity index digunakan sebagai alat untuk mempermudah perhitungan data kuisioner. Setelah hasil didapatkan maka selanjutnya dikonversikan kedalam tabel matriks probabilitas dan dampak.

2.2.10 Matriks Probabilitas dan Dampak

Risiko bisa diprioritaskan untuk dianalisa lebih lanjut secara kuantitatif dan tindakan (response) berdasarkan ukuran (rating) risiko. Ukuran didasarakan pada peluang dan dampaknya. Evaluasi risiko untuk tingkat kepentingan dan prioritas untuk diperhatikan adalah dengan menggunakan bantuan tabel matriks probabilitas dan dampak.

Matriks probabilitas dan dampak digunakan untuk mengukur tingkat risiko. Tingkat risiko merupakan perkalian dari skor probability dan skor impact yang didapat dari responden. Untuk mengukur tingkat risiko digunakan rumus :

R = P x I

. . . (Rumus 2.2)

Keterangan :

R = Tingkat Risiko

P = Kemungkinan (probability) risiko yang terjadi I = Tingkat dampak (impact) risiko yang terjadi

(35)

commit to user

39 Setelah tingkat risiko diketahui, selanjutnya risiko tersebut dapat diplotkan dalam matriks probabilitas dan dampak untuk mengetahui risiko mana yang kemungkinan terjadinya besar dan berdampak besar bagi proyek. Berikut adalah contoh matriks probabilitas dan dampak :

5 Rendah 4 3 Sedang 2 1 Tinggi 1 2 3 4 5

(Sumber : PMBOK Guide, 2004 )

Gambar 2.3 Matriks Probabilitas dan Dampak

Pr ob ab li ty Impact

Gambar

Gambar 2.1 Hubunguan Unsur Risiko
Tabel 2.1 Skala Guttman
Gambar 2.3 Matriks Probabilitas dan Dampak

Referensi

Dokumen terkait

Namun perbaikan perekonomian terus dilakukan oleh pemerintah juga koperasi intako yang menaungi mayoritas dari pengusaha industri tas dan koper (Intako)

Muhawarah, namun dalam pertemuan ini proses pembelajaran belum terselesaikan karena terbatasnya waktu, maka proses pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan kedua.

Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi harus lebih berhati-hati dalam mengakui laba dan beban karena semakin tinggi saham yg dimiliki pihak

Suprijono (2009: 111) mengungkapkan bahwa hakikatnya metode pembelajaran aktif untuk mengarahkan potensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Pembelajaran aktif

Dalam susunan kekuasaan negara setelah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

Demikian juga pembagian al-Qur’an ke dalam surat dan ayat yang tidak sama panjang dan pendeknya, surat-surat yang paling pendek sekalipun seperti surat al-Kawtsar yang hanya

Ketika tombol Add di klik maka tombol Save dan tombol Cancel akan aktif, kemudian muncul pesan “Silahkan pilih akses level”, lalu pilih hak akses maka kode petugas

Intervensi (perencanaan) keperawatan adalah bagian dari tahap proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, penetapan rencana tindakan