perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRÖDINGER POTENSIAL SHAPE
-INVARIANCE DENGAN FAKTOR SENTRIFUGAL MENGGUNAKAN
METODE SUPERSIMETRI MEKANIKA KUANTUM (SUSYQM)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister
Program Studi Ilmu Fisika
Oleh HETI MARINI
S911008004
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user
ii
PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRÖDINGER
POTENSIAL SHAPE INVARIANCE DENGAN FAKTOR SENTRIFUGAL MENGGUNAKAN METODE SUPERSIMETRI MEKANIKAKUANTUM
(SUSYQM)
TESIS
Oleh Heti Marini S911008004
Komisi Nama TandaTangan Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I Dra. Suparmi, M.A., Ph.D ... 30 Juli 2012 NIP. 19520915 197603 2 001
Pembimbing II Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D ... 30 Juli 2012 NIP : 19610306 198503 1 002
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal 30 Juli 2012
Ketua Program Studi IlmuFisika Program Pascasarjana UNS
Drs.Cari, M.Sc., M.A., Ph.D NIP : 19610306 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRÖDINGER
POTENSIAL SHAPE INVARIANCE DENGAN FAKTOR SENTRIFUGAL MENGGUNAKAN METODE SUPERSIMETRI MEKANIKAKUANTUM
(SUSYQM) TESIS Oleh Heti Marini S911008004 Tim Penguji
Jabatan Nama TandaTangan Tanggal
Ketua Dr. Agus Supriyanto, S.Si.,M.Si ... Agustus 2012 NIP.19690826 199903 1 001
Sekretaris Dr. Eng. Risa Suryana, S.Si.,M.Si ... Agustus 2012 NIP. 19710831 200003 1 005
Anggota Dra. Suparmi, M.A., Ph.D ... Agustus 2012 Penguji NIP. 19520915 197603 2 001
Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D ... Agustus 2012 NIP . 19610306 198503 1 002
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal 15 Agustus 2012
Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi IlmuFisika
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Drs.Cari, M.Sc., M.A., Ph.D NIP. 19610717198601 1 001 NIP : 19610306 198503 1 002
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul “Penyelesaian Persamaan Schrödinger Potensial
Shape Invariance dengan Faktor Sentrifugal Menggunakan Metode
Supersimetri Mekanika Kuantum (susyqm)”. ini adalah karya penelitian saya sendiri, tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah dan disbutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, Tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan dari isi tesis ini pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Fisika PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 13 Agustus 2012
Mahasiswa
Heti Marini S911008004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul,
“Penyelesaian Persaaan Schrödinger Potensial Shape Invariance dengan Faktor Sentrifugal Menggunakan Metode Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM)” ini. Penyusunan tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Magister pada Program Studi Ilmu Fisika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tesis ini tidak
akan terwujud. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Fisika
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai
Pembimbing II yang telah banyak memberikan banyak bimbingan dan arahan
serta motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan tesis ini.
3. Ibu Dra. Suparmi, M.A., Ph.D, selaku pembimbing I yang telah dengan sabar
membimbing dan mengajari penulis, serta memberikan semangat kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Fisika Pascasarjana Universitas
commit to user
vi
5. Bapak Drs. Sunarno, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 04 Sambi,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi ini.
6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Penelitian ini didanai oleh Program Hibah Penelitian Tim Pascasarjana
(HPTP) Universitas Sebelas Maret tahun 2012 dengan nomer kontrak
2345/UN27.16/PN/2012.
Surakarta, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii ABSTRAK
Heti Marini. S911008004. “Penyelesaian Persamaan Schrödinger Potensial
Shape Invariance dengan Faktor SentrifugalMenggunakan Metode Supersimetri Mekanika Kuantum(susyqm)”. Tesis: Program Pascasarjana Ilmu Fisika Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: (1). Dra. Suparmi, M.A., Ph.D, (2). Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan spektrum energi dan fungsi gelombang beberapa potensial shape invariance dengan faktor sentrifugal, yaitu potensial Kratzer, potensial Morse, dan potensial Manning Rosen menggunakan metode Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM).
Penelitian ini merupakan studi literatur untuk menyelesaikan persamaan Schrödinger potensial Kratzer, potensial Morse, dan potensial Manning Rosen dengan faktor sentrifugal secara analitik. Spektrum energi dan fungsi gelombang diperoleh melalui penyelesaian persamaan Schrödinger menggunakan metode Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM), dimana spektrum energi ditentukan dengan menggunakan metode Operator Supersimetri dan metode Kuantisasi Supersimetri-WKB (SWKB), sedangkan Fungsi gelombang ditentukan dengan menggunakan metode Operator Supersimetri. Penentuan spektrum energi dengan metode operator supersimetri dilakukan dengan menggunakan sifat shape
invariance, dan penentuan spektrum energi dengan metode kuantisasi SWKB
dilakukan dengan menggunakan formula kuantisasi SWKB untuk kondisi simetri yang baik (unbroken symetry). Sedangkan persamaan fungsi gelombang tingkat dasar ditentukan menggunakan sifat dari operator penurun, dan untuk fungsi gelombang tingkat ke-n ditentukan dengan mengoperasikan operator penaik terhadap gelombang dasar.
Spektrum energi dari potensial Kratzer, potensial Morse, dan potensial Manning Rosen dengan faktor sentrifugal yang ditentukan dengan menggunakan metode operator supersimetri hasilnya sama dengan spektrum energi dari potensial-potensial tersebut yang ditentukan dengan menggunakan metode SWKB. Spektrum energi dan fungsi gelombang untuk potensial Kratzer dapat ditentukan secara eksak untuk setiap bilangan kuantum orbital l, sedangkan untuk potensial Morse dan potensial Manning Rosen hanya dapat ditentukan secara eksak pada bilangan kuantum orbital l=0, sedangkan untuk bilangan kuantum 𝑙 ≠ 0 baik spektrum energi maupun fungsi gelombangnya hanya dapat ditentukan dengan cara pendekatan.
Kata Kunci: Persamaan Schrodinger, Potential Shape invariance, Faktor Sentrifugal, Supersimetri Mekanika Kuantum
commit to user
viii ABSTRACT
Heti Marini. S911008004. “Solution of Schrödinger Equation For Some Shape Invariance Potentials with The Centrifugal Term Using Supersymetry of Quantum Mechanics (susyqm)”. Thesis: Physics Department of Postgraduate Study Sebelas Maret University Surakarta. Advisor: (1). Dra. Suparmi, M.A., Ph.D, (2). Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D
The purposes of the research were to determine the energy spectrum and wave function of someshape invariance potentials with centrifugal term, Kratzer Potential, Morse Potential, and Manning Rosen Potential using supersymetry of quantum mechanics (SUSYQM).
The research was a literature study to solve Schrödinger equation for Kratzer Potential, Morse Potential, and Manning Rosen Potentialwith centrifugal term analytically. the energy spectrum and wave functionwere obtained by solving Schrödinger equation usingSupersymetry of Quantum Mechanics method, the energy spectrum was obtained using Supersymetry Operator and Supersymetry – WKB (SWKB) quantization method, while the wave function was obtained using Supersymetry Operator Method.Using Operator Supersymetry, the spectrum energy was obtained by applying concept of shape invariance, while using SWKB quantization method, the spectrum energy was obtainedby SWKB quantizationformula for unbroken symetry. By applying the lowering operator on ground state wave function we get the ground state wave function, and the first excited wave function was obtained by applying raising operator on the ground state wave function, and so on.
The energy spectrum obtained using SWKB quantization formula was equal to the result obtained using Supersymetry Operator. For Kratzer Potential, both the energy spectrum and the wave function can be solvedexactly for all values of orbital quantum numberl. But for both Morse and Manning potential only exactly solvable for orbital quantum number𝑙=0, while for 𝑙≠0, both energy spectrum and the wave function obtained was only treated by approximation methods.
Key words: Schrödinger Equation,Shape invariance Potential, Centrifugal Term, Supersymetryof Quantum Mechanics
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Batasan Masalah ... 8 E. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. DASAR TEORI ... 10
A. Persamaan Schrödinger ... 10
B. Persamaan Schrödinger dalam ruang Tiga Dimensi ... 12
C. Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM) ... 18
commit to user
x
E. Formula Kuantisasi Supersimetri – WKB (SWKB) ... 23
F. Potensial Kratzer dengan Faktor Sentrifugal ... 25
G. Potensial Morse dengan Faktor Sentrifugal ... 26
H. Potensial Manning Rosen dengan Faktor Sentrifugal ... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ... 30
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 30
B. Objek Penelitian ... 30
C. Instrumen Penelitian ... 31
D. Prosedur Penelitian ... 32
E. Diagram Penelitian ... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Hasil Penelitian ... 34
1. Persamaan Tingkat Energi dan Fungsi Gelombang untuk Potensial Kratzer dengan Faktor Sentrifugal ... 34
2. Persamaan Tingkat Energi dan Fungsi Gelombang untuk Potensial Morse dengan Faktor Sentrifugal ... 48
3. Persamaan Tingkat Energi dan Fungsi Gelombang untuk Potensial Manning Rosen dengan Faktor Sentrifugal ... 58
B. Pembahasan ... 70
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
C. Saran ... 78
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Koordinat Bola ... 13
Gambar 3.1. Diagram Penelitian ... 33
Gambar 4.1: Gelombang Tingkat Dasar Potensial Kratzer ... 47
Gambar 4.2: Gelombang Tingkat Dasar untuk Potensial Morse ... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Spektrum Energi Potensial Kratzer Molekul HCl... 46
Tabel 4.2: Spektrum Energi Potensial Morse Molekul HCl ... 56
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uraian Lengkap Penentuan Spektrum Energi Dan Fungsi Gelombang
Potensial Kratzer ... 81
Lampiran 2. Uraian Lengkap Penentuan Spektrum Energi Dan Fungsi Gelombang
Potensial Morse ... 95
Lampiran 3. Uraian Lengkap Penentuan Spektrum Energi Dan Fungsi Gelombang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persamaan Schrödinger dalam mekanika kuantum adalah persamaan
yang mendeskripsikan bagaimana keadaan kuantum (quantum state) suatu
sistem fisika yang berubah terhadap waktu. Persamaan ini merupakan hal
pokok dalam mekanika kuantum, sebagaimana hukum Newton dalam
mekanika klasik. Dalam mekanika kuantum, keadaan suatu sistem fisika
(partikel) diinterpretasikan melalui sebuah fungsi gelombang dan spektrum
energi (Griffiths, 1994). Berdasarkan kedua hal ini dapat diprediksikan
perilaku suatu sistem partikel dalam alam semesta.
Persamaan Schrödinger merupakan pilar penting dalam sistem
mekanika kuantum.Oleh karenanya teknik penyelesaian pada persamaan ini
perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius, mengingat – meskipun
rumusan matematis dari persamaan ini relatif sederhana yang hanya berupa
persamaaan diferensial, namun pemecahan persamaan ini tetap membutuhkan
pengetahuan matematika lanjut yang rumit.
Terdapat beberapa jenis potensial dalam teori kuantum. Persamaan
dari potensial – potensial ini biasanya disajikan atau dinyatakan dalam bentuk
umum, artinya potensial terkait dalam keadaan normal, atau tanpa dipengaruhi
faktor lain, misalnya faktor gaya sentrifugal. Dalam keadaan kuantum tertentu,
commit to user
gaya sentrifugal ini tidak berpengaruh. Namun pada keadaan kuantum dengan
momentum angular 𝑙≠0, faktor ini tidak dapat diabaikan. Permasalahan yang muncul adalah bahwa penyelesaian eksak dari pesamaan Schrödinger untuk
beberapa jenis potensial dengan faktor sentrifugal hanya mungkin untuk
momentum angular 𝑙=0. Akan tetapi untuk𝑙≠0, penyelesaian hanya dapat dilakukan melalui sebuah metode pendekatan yang sesuai (Sameer, 2011).
Beberapa metode yang dapat digunakan diantaranya adalah metode klasik
WKB(Gallas, 1983), AIM (asymptotic iteration method) (Al-Dossary, 2007;
Aygun,et al., 2007); Bayrak, 2006; Bayrak, 2007), Nikivorov-Uvarov
(NU)(Sameer, 2011; Antia,et al, 2010), Ekspansi 1/N (Hammed, 2011),
Faktorisasi (Dong, 2007; Sadeghi, 2007), Supersimetri (SUSY) Mekanika
Kuantum (Cooper, et al, 2001) dan lain-lain.
Di antara metode-metode tersebut, metode SUSY Mekanika Kuantum
merupakan salah satu metode “layak” menjadi pilihan, karena selain – dengan menggunakan metode ini penyelesaian persamaan Schrödinger menjadi lebih
sederhana karena persamaan Schrödinger yang merupakan persamaan
differensial orde dua dapat difaktorkan menjadi persamaan differesial orde satu
– melalui sifat degenerasinya, dengan metode ini dapat diketahui spektrum energi terendah dan tertinggi dari suatu partikel dengan lebih akurat, yang tidak
semua metode dapat melakukannya, misalnya metode kuantisasi semiklasik
WKB. Sebagaimana diungkapkan oleh Anjana Sinha dan Rajumar
Roychoudhurydalam artikel mereka yaitu bahwa metode ini dapat memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cukup baik pada bilangan kuantum kecil. (Sinha, A and Roychoudhury,
R,2000).
Metode SUSY mekanika kuantum merupakan sebuah metode yang
dikembangkan seiring diperkenalkannya konsep simetri “baru” dalam fisika yaitu Supersimetri.Konsep ini telah mulai dikembangkan oleh para fisika
teoritis baru dalam rangka mendukung perkembangan riset di bidang fisika
pada saat ini yaitu mencari teori terpadu yang dapat menjelaskan perilaku
partikel dan interaksinya di alam semesta. Supersimetri merupakan sebuah
simetri yang dapat mempertukarkan antara boson dengan fermion atau
sebaliknya. Dimana boson adalah partikel yang dideskripsikan dengan sebuah
fungsi gelombang yang memiliki sifat simetri, sedangkan fermion merupakan
partikel yang dideskripsikan oleh sebuah fungsi gelombang yang memiliki sifat
antisimetri. Secara fisik, kedua jenis partikel ini sangat berbeda, dimana boson
memiki spin berupa kelipatan bilangan bulat, sedangkan fermion memiliki spin
berupa kelipatan setengah dari bilangan bulat. (Greiner, 1989)
SUSY merupakan simetri tingkat tinggi yang tak lazim mengingat
boson dan fermion memiliki perbedaan sifat yang mendasar. Misalnya, ketika
fermion mengikuti prinsip larangan pauli, yang menyatakan bahwa dua buah
atau lebih fermion identik tidak dapat menempati satu keadaan yang sama,
sebaliknya dua buah atau lebih boson identik dapat menempati keadaan yang
sama. Sehingga kecil kemungkinan untuk mempertukarkan keduanya.
commit to user
Pada awalnya, diyakini bahwa jika memang (partikel) supersimetri ini
terbukti ada di alam, maka simetri ini pasti sudah rusak secara spontan. Dalam
papernya, Edward Witten memaparkan secara khusus mekanisme perusakan
supersimetri (supersymetry breaking) ini. (Witten, 1981). Namun seiring
dengan perkembangan penelitian-penelitian yang telah dilakukan
terus-menerus oleh para ilmuwan fisika, akhirnya pada hari Rabu, 4 Juli 2012,
Ilmuwan CERN secara resmi melaporkan hasil sementara dari data tahun 2011
tentang keberadaan Higgs boson alias Partikel Tuhan, dalam sebuah konferensi
pers di Jenewa. Partikel baru dengan massa sekitar 125-126 gigaelectronvolts
(GeV) ini ditemukan lewat eksperimen ATLAS dan CMS menggunakan
akselerator partikel terbesar, Large Hadron Collider, di Jenewa, Swiss.(
tempo.co, 2012).
Higgs boson adalah istilah untuk suatu subatomik (Boson/partikel)
yang mengisi massa melalui interaksinya dengan kehadiran “medan lain” yang tersebar di jagat raya ini. Semakin berinteraksi, maka boson itu akan semakin
masif dan menjadi berisi dan berat. Oleh karena perannya sebagai pembentuk
materi, maka partikel dianggap sebagai perantara yang memungkinkan
terbentuknya bintang, planet dan juga kehidupan. Caranya adalah dengan
memberi massa untuk sejumlah partikel dasar. Pada mekanisme Higgs, massa
merupakan konsekuensi perusakan simetri di alam semesta yang dipicu
keberadaan partikel Higgs. Hal ini lalu berperan menimbulkan fenomena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Konfirmasi eksistensi Higgs boson juga akan membantu menjelaskan
bagaimana menyatunya dua interaksi dasar semesta, yaitu gaya
elektromagnetik yang menguasai interaksi antara partikel bermuatan dan gaya
nuklir lemah yang bertanggung jawab dalam penguraian
radioaktif.Sebagaimana diketahui bahwa setiap gaya di alam semesta
berhubungan dengan sebuah partikel. Partikel yang terikat dengan gaya
elektromagnetik adalah photon. Sementara gaya nuklir lemah diasosiasikan
dengan partikel boson W dan Z. Mekanisme Higgs diperkirakan sebagai alasan
bisa terjadinya hal tersebut. (tempo.co, 2012)
Dampak lain dari penemuan Partikel Tuhan ini adalah supersimetri.
Dalam supersimetri, setiap partikel memiliki partikel “superpartner” dengan
sedikit perbedaan karakterstik. Supersimetri ini menarik karena dapat
membantu menyatukan beberapa gaya lain di alam semesta. Bahkan,
menawarkan kandidat partikel yang membentuk materi gelap (dark matter).
Sementara itu, partikel yang diumumkan para ilmuwan di CERN memiliki
rentang massa rendah pada 125.3 Gev. Ini merupakan tanda menuju
supersimetri. Jika partikel Higgs boson ditemukan pada massa rendah, ini akan
membuat supersimetri menjadi sebuah teori yang layak.
Meskipun temuan ini masih bersifat sementara, namun layaklah
kiranya jika konsep supersimetri menjadi mendapat perhatian “kembali” dari
para fisikawan untuk terus mengembangkan teori fisika yang terkait dengan
SUSY, termasuk juga dalam teori mekanika kuantum. Berbagai masalah dalam
commit to user
Sebagaimana dipaparkan oleh Cooper, et al., dalam bukunya (Cooper, et al,
2001) bahwa beberapa aplikasi konsep supersimetri dalam mekanika kuantum,
salah satunya adalah pemecahan masalah potensial shape invariance. Secara
spesifik Metin Aktas dalam tesisnya (Aktas, 2005) memaparkan aplikasi
supersimetri dalam mekanika kuantum yaitu dalam penyelelesaian persamaan
Schrödinger untuk beberapa potensial.
Dalam sistem SUSY mekanika kuantum terdapat beberapa metode
menentukan spektrum energi diantaranya adalah metode operator supersimetri
(operator tangga), metode pendekatan variasi, 𝛿-ekspansi, teknik 1/N ekspansi, serta metode pengembangan dari WKB yaitu Supersimetri WKB atau SWKB,
dan lain-lain (Aktas, 2005). Metode-metode ini memiliki tingkat kerumitan
masing-masing.
Sampai saat ini sudah ada beberapa artikel atau makalah yang
membahas mengenai penerapan masing-masing metode supersimetri tersebut
di atas, namun lebih sering digunakan secara terpisah. Umumnya, para peneliti
sebelumnya menggunakan satu metode untuk menyelesaikan beberapa
potensial, seperti – Anjana Sinha dan Rajumar Roychoudhury, mereka
menyelesaikan persamaan Schrödinger untuk jenis potensial Potensial
Poschl-Teller dan potensial Dua Trigonometri dengan menggunakan metode SWKB
saja (Sinha, Aand Roychoudhury, R, 2000). Atau, Metin Aktas, menyelesaikan
persamaan Schrödinger untuk jenis potensial Woods-Saxon, Morse, Hulthen,
dan lain-lain dengan menggunakan metode Operator Supesimetri (Aktas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan hasil yang sama, ataukah berbeda. Selain itu, belum banyak juga
artikel yang membahas secara khusus mengenai cara menyelesaikan
masing-masing jenis potensial – mengingat terdapat beberapa bentuk persamaan
potensial dalam mekanika kuantum, misalnya bentuk radial biasa, bentuk
eksponensial, trigonometri, hiperbolik, dan lain-lain, maka perlu adanya contoh
khusus langkah-langkah dalam menyelesaikan persamaan Schrödinger untuk
masing-masing jenis potensial tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka dapat
dituliskan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana persamaan spektrum energi dari beberapa jenis potensial
shape invariance yang ditentukan dengan menggunakan metode
Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM)
2. Bagaimana persamaan fungsi gelombang dari beberapa jenis potensial
shape invariance yang ditentukan dengan menggunakan metode
Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM)
C. Tujuan Penelitian
commit to user
1. Menentukan persamaan spektrum energi dari beberapa jenis potensial
shape invariance dengan menggunakan metode Supersimetri Mekanika
Kuantum (SUSYQM)
2. Menentukan persamaan fungsi gelombang dari beberapa jenis potensial
shape invariance dengan menggunakan metode Supersimetri Mekanika
Kuantum (SUSYQM)
D. Batasan Masalah
Pembahasan pada penelitian ini dibatasi pada:
1. Persamaan spektrum energi ditentukan dengan menggunakan metode
Operator Supersimetri (operator tangga) dan Metode Kuantisasi
Supersimetri – WKB (SWKB). Sedangkan fungsi gelombang ditentukan
dengan menggunakan metode operator supersimetri (operator tangga).
2. Jenis potensial shape invariance yang dibahas adalah Potensial Kratzer
untuk tipe radial biasa, Potensial Morse untuk tipe eksponensial, dan
Potensial Manning Rosen untuk tipe Hiperbolik.
3. Semua fungsi gelombang yang ditentukan dalam penelitian ini belum
ternormalisasi (N=1).
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Langkah-langkah penyelesaian persamaan Schrödingerdengan
menggunakan Metode Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM),
khususnya metode Operator Supersimetri dan Metode kuantisasi
SWKB untuk jenis potensial dengan bentuk persamaan radial biasa
(Potensial Kratzer), bentuk persamaan eksponensial (Potensial Morse),
dan bentuk persamaan hiperbolik (Potensial Manning Rosen) dapat
digunakan sebagai alternatif contoh untuk menyelesaikan persamaan
Schrödinger untuk jenis potensial yang lain yang bertipe sama.
2. Manfaat Praktis
Solusi dari persamaan Schrödinger untuk jenis potensial
terkait yang berupa spektrum energi dan fungsi gelombang dapat
digunakan untuk meramalkan perilaku sistem dan interaksinya dengan
sistem lain sehinggadapat memberikan struktur sistem fisika yang utuh
commit to user
BAB II DASAR TEORI
A. Persamaan Schrödinger
Persamaan Schrödinger dalam mekanika kuantum adalah persamaan
yang mendeskripsikan bagaimana keadaan kuantum (quantum state) suatu
sistem fisika yang berubah terhadap waktu. Dalam mekanika kuantum,
keadaan suatu sistem fisika (partikel) diinterpretasikan melalui sebuah fungsi
gelombang dan spektrum energi (Griffiths, 1994). Pada prinsipnya, energi
partikel dalam mekanika kuantum adalah sama dengan energi mekanik atau
energi total dalam mekanika klasik, hanya saja variabel-variabel dalam
mekanika klasik berperan sebagai operator (Suparmi, 2011).
Apabila sebuah partikel yang memiliki massa m yang bergerak
sepanjang sumbu x dan mengalami gaya konservatif F (x,t), dimana F (x,t)
dapat dituliskan sebagai gradient dari energi potensial V (x,t). Secara klasik,
energi total yang dimiliki partikel tersebut dapat dituliskan sebagai, (Griffiths,
1994)
𝐸 = 𝑝2
2𝑚+ 𝑉 𝑥, 𝑡 (2.1)
dimana 𝑝 2
2𝑚 merupakan energi kinetik partikel, dan p adalah momentum
partikel.
Dalam pendekatan mekanika kuantum, variabel-variabel pada
pers.(2.1) diubah menjadi operator dimana, 𝐸 = 𝑖ћ 𝜕
𝜕𝑡 dan 𝑝 = −𝑖ћ 𝜕 𝜕𝑥.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Selanjutnya operator-operator ini dioperasikan terhadap fungsi gelombang
𝜓(𝑥, 𝑡), sehingga pers. (2.1) dapat ditulis, (Suparmi, 2011) 𝑖ћ∂𝜓 𝑥,𝑡 ∂𝑡 = − ћ 2𝑚 𝜕2 𝜕𝑥2𝜓 𝑥, 𝑡 + 𝑉 𝑥, 𝑡 𝜓 𝑥, 𝑡 (2.2) Pers.(2.2) merupakan persamaan Schrödinger satu dimensi fungsi
posisi dan waktu. Persamaan ini dapat diuraikan menjadi fungsi posisi saja
atau fungsi waktu saja dengan cara menyelesaikan persamaan differensial
orde dua tersebut dengan menggunakan metode pemisahan variabel. Dengan
memisalkan 𝜓 𝑥, 𝑡 = 𝜓 𝑥 𝑇 𝑡 , maka pers.(2.2) dapat ditulis, 𝜓(𝑥)𝑖ћ ∂ ∂𝑡𝑇 𝑡 = − ћ 2𝑚𝑇 𝑡 𝜕2 𝜕𝑥2𝜓(𝑥) + 𝑉 𝑥, 𝑡 𝜓(𝑥)𝑇 𝑡 (2.3) jika masing-masing ruas dibagi dengan 𝜓 𝑥 𝑇 𝑡 , maka
1 𝑇 𝑡 𝑖ћ ∂ ∂𝑡𝑇 𝑡 = − ћ 2𝑚 1 𝜓 𝑥 𝜕2 𝜕𝑥2𝜓 𝑥 + 𝑉 𝑥 = 𝐸 (2.4) Berdasarkan pers.(2.4) dapat diperoleh,
𝑇 𝑡 = 𝑁𝑒ћ𝑖𝐸𝑡 (2.5a)
dengan N adalah konstanta normalisasi. Dan,
− ћ
2𝑚 𝜕2
𝜕𝑥2𝜓 𝑥 + 𝑉 𝑥 𝜓 𝑥 = 𝐸𝜓 𝑥 (2.5b)
Pers.(2.5b) merupakan persamaan Schrödinger stasioner satu dimensi
bebas waktu. Persamaan ini juga dapat dinyatakan dalam bentuk,
𝐻𝜓 𝑥 = 𝐸𝜓 𝑥 (2.6)
dengan H adalah operator Hamiltonian[Griffiths, 1994].
Pers.(2.6) ini sering disebut sebagai persamaan nilai eigen
(eigenvalue), dimana E disebut eigen nilai (eigen value) dan 𝜓 merupakan eigen fungsi (eigen function) (Greiner, 1989). Persamaan ini dapat diartikan
commit to user
bahwa jika operator hamiltonian dioperasikan/ bekerja pada suatu fungsi
gelombang tertentu maka akan menghasilkan kembali fungsi gelombang
tersebut yang dikalikan suatu konstanta E.
Berdasarkan pers. (2.5b) dan (2.6) Operator Hamiltonian (H) yang
merupakan energi total partikel untuk sistem satu dimensi dapat dituliskan
sebagai,
𝐻 = − ћ
2𝑚 𝜕2
𝜕𝑥2+ 𝑉 𝑥 (2.7)
Dengan membandingkan pers.(2.1) dan pers.(2.7) dapat dilihat bahwa
persamaan energi total (E) diubah menjadi Operator Hamiltonian (H) dalam
mekanika kuantum. Prinsip ini sering disebut prinsip korespondensi.
(Suparmi, 2011)
B. Persamaan Schrödinger dalam Ruang Tiga Dimensi
Persamaan Schrödinger untuk sistem satu dimensi yang dinyatakan
dalam pers.(2.5b) dapat diperluas ke dalam sistem tiga dimensi yang dapat
dituliskan sebagai berikut,(Griffiths, 1994).
− ћ2
2𝑚
2𝜓 + 𝑉𝜓 = 𝐸𝜓 (2.8)
Dimana adalah Laplasian dalam koordinat kartesian.
Ruang tiga dimensi umumnya digambarkan sebagai ruang pada
permukaan bola. Dalam koordinat bola (𝑟, 𝜃, 𝜑), Laplasian () dinyatakan sebagai, 2 = 1 𝑟2 𝜕 𝜕𝑟 𝑟 2 𝜕 𝜕𝑟 + 1 𝑟2sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 + 1 𝑟2sin2𝜃 𝜕2 𝜕𝜑2 (2.9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sehingga pers.(2.8) dapat ditulis kembali menjadi,
− ћ2 2𝑚 1 𝑟2 𝜕 𝜕𝑟 𝑟 2 𝜕𝜓 𝜕𝑟 + 1 𝑟2sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 sin 𝜃 𝜕𝜓 𝜕𝜃 + 1 𝑟2sin2𝜃 𝜕2𝜓 𝜕2 + 𝑉𝜓 = 𝐸𝜓 (2.10) Pers. (2.10) ini merupakan persamaan Schrödinger sistem tiga dimensi
bebas waktu. Umumnya energi potensial adalah fungsi yang hanya tergantung
pada jarak partikel terhadap titik pusat (r) saja, sedangkan bagian sudut
biasanya sama (tidak berubah) untuk semua potensial yang bersimetri bola.
Oleh sebab itu, untuk menyederhanakan penyelesaian, maka terlebih dahulu
persamaan dipisahkan menjadi dua, yaitu bagian radial dan bagian sudut
dengan metode pemisahan variabel. Apabila 𝜓 𝑟, 𝜃, = 𝑅 𝑟 𝑌 𝜃, , maka pers.(2.10) dapat ditulis,
−2𝑚ћ2 𝑟𝑌2𝑑𝑟𝑑 𝑟2 𝑑𝑅𝑑𝑟 +𝑟2sin 𝜃𝑅 𝜕𝜃𝜕 sin 𝜃𝜕𝑌𝜕𝜃 +𝑟2sin𝑅2𝜃𝜕2𝑌
𝜕2 + 𝑉 𝑅𝑌 = 𝐸 𝑅𝑌 (2.11)
z
Gambar 2.1. Koordinat Bola: Jari-jari r, Sudut Polar θ, dan Sudut Azimut φ x p r θ y
commit to user
Jika masing-masing ruas dibagi dengan YR, dan mengalikannya
dengan −2𝑚 𝑟2 ћ2 maka diperoleh, 1 𝑅 𝑑 𝑑𝑟 𝑟 2 𝑑𝑅 𝑑𝑟 − 2𝑚 𝑟2 ћ2 𝑉 𝑟 − 𝐸 + 1 𝑌 1 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 sin 𝜃 𝜕𝑌 𝜕𝜃 + 1 sin2𝜃 𝜕2𝑌 𝜕2 = 0 (2.12)
Dapat dilihat pada pers.(2.12) bahwa suku pertama hanya bergantung
pada r, dan suku kedua hanya bergantung pada sudut 𝜃 dan . Dapat terlihat juga bahwa kedua suku identik, sehingga keduanya harus sama dengan
konstanta. Dalam kasus ini konstanta pemisahan variabel ini definisikan
sebagai faktor momentum anguler, yaitu 𝑙 𝑙 + 1 , Sehingga apabila kedua suku pada pers. (2.12) dipisahkan, maka diperoleh dua persamaan
differensial orde dua, yaitu fungsi radial dan fungsi sudut. Dimana fungsi
radial dituliskan sebagai,
1 𝑅 𝑑 𝑑𝑟 𝑟 2 𝑑𝑅 𝑑𝑟 − 2𝑚 𝑟2 ћ2 𝑉 𝑟 − 𝐸 = 𝑙 𝑙 + 1 (2.13)
Dan fungsi sudut dituliskan sebagai,
1 𝑌 1 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 sin 𝜃 𝜕𝑌 𝜕𝜃 + 1 sin2𝜃 𝜕2𝑌 𝜕2 = −𝑙 𝑙 + 1 (2.14)
a. Persamaan Schrödinger Pada Bagian Radial
Pers.(2.13), yaitu persamaan Schrödinger untuk sistem tiga dimensi
pada bagian radial dapat disederhanakan dengan memisalkan fungsi
gelombang baru,(Suparmi, 2011) 𝑅 =𝜓 𝑟 (2.15) Sehingga diperoleh, 𝑑𝑅 𝑑𝑟 = 1 𝑟 𝑑𝜓 𝑑𝑟 − 𝜓 𝑟2 dan 1 𝑅 𝑑 𝑑𝑟 𝑟 2 1 𝑟 𝑑𝜓 𝑑𝑟 − 𝜓 𝑟2 = 𝑟 𝑅 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2. (2.16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Jika pers.(2.16) disubtitusikan ke pers.(2.13) dan dengan penjabaran
sederhana maka persamaan Scrhödinger bagian radial dapat ditulis kembali
menjadi 𝑟 𝑅 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2 − 2𝑚 𝑟2 ћ2 𝑉 𝑟 − 𝐸 = 𝑙 𝑙 + 1 (2.17) Atau, 𝑟 𝑅 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2 + 2𝑚 𝑟2 ћ2 𝐸 − 2𝑚 𝑟2 ћ2 𝑉 𝑟 = 𝑙 𝑙 + 1 (2.18)
Jika masing-masing ruas pada pers.(2.18) dikalikan dengan ћ 2𝑅
2𝑚 𝑟2 , dengan
𝑅 =𝜓
𝑟 maka persamaan menjadi,
ћ2 2𝑚𝑟 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2 + 𝜓 𝑟 𝐸 − 𝜓 𝑟 𝑉 𝑟 = ћ2 2𝑚 𝑟2 𝜓 𝑟 𝑙 𝑙 + 1 (2.19) Sehingga diperoleh, ћ2 2𝑚 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2 + 𝐸𝜓 − 𝑉 𝑟 𝜓 = 𝑙 𝑙 + 1 ћ2 2𝑚 𝑟2𝜓 (2.20)
Atau dapat ditulis,
− ћ2 2𝑚 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2 + 𝑉 𝑟 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟2 𝜓 = 𝐸𝜓 (2.21) Dimana, 𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝑉 𝑟 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟2 (2.22)
𝑉𝑒𝑓𝑓 didefinisikan sebagai potensial efektif, dan ћ 2
2𝑚 𝑙 𝑙+1
𝑟2 sebagai faktor gaya
sentrifugal. Dengan ћ = ℎ
2𝜋 = 1,054573 × 10
−34 𝐽𝑠, dan 𝑙 merupakan
bilangan kuantum orbital (𝑙 = 0, 1, 2, … ), sedangkan m adalah massa atom tereduksi. (Griffiths, 1994).
commit to user
Dapat dilihat bahwa pers.(2.21) ini identik dengan persamaan
Scrhödinger untuk sistem satu dimensi (2.5b).
b. Persamaan Schrödinger Pada Bagian Sudut
Pers.(2.14) merupakan persamaan Schrödinger bagian sudut
(angular). Pada bagian ini fungsi gelombang 𝜓 hanya tergantung pada sudut 𝜃 dan saja. Jika masing-masing ruas dikalikan dengan 𝑌 sin2𝜃 diperoleh,
sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 sin 𝜃 𝜕𝑌 𝜕𝜃 + 𝜕2𝑌 𝜕2 = −𝑙 𝑙 + 1 𝑌sin2𝜃 (2.23) Dapat dilihat pada pers.(2.23) persamaan masih tergantung pada dua
variabel yaitu 𝜃 dan . Sebagaimana sebelumnya, maka dilakukan pemisahan
variabel,
𝑌 𝜃, = 𝜃 (2.24)
Jika persamaan ini dimasukkan ke pers.(2.23) dan dengan membagi
masing-masing ruas dengan diperoleh,
1 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 + 𝑙 𝑙 + 1 sin 2𝜃 +1 𝜕2 𝜕2 = 0 (2.25)
Dapat dilihat pada pers.(2.25) persamaan terbagi menjadi dua, fungsi
yang pertama hanya bergantung pada variabel 𝜃, dan fungsi yang kedua hanya tergantung pada saja. Sehingga keduanya harus sama dengan konstanta. Konstanta pemisahan ini didefinisikan sebagai bilangan kuantum
magnetik, 𝑚2 ; sehingga diperoleh, 1 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 + 𝑙 𝑙 + 1 sin 2𝜃 = 𝑚2 (2.26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 17 Atau, sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃 sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃 + 𝑙 𝑙 + 1 sin 2𝜃 − 𝑚2 = 0 (2.27) Dan 1 𝜕2 𝜕2 = −𝑚2 atau 1 𝜕2 𝜕2 + 𝑚2 = 0 (2.28)
Pers.(2.27) merupakan persamaan polar, dan pers.(2.28) merupakan
persamaan azimut. (Griffiths, 1994).
Apabila pers.(2.27) dikalikan dengan
sin2𝜃 maka diperoleh,
1 sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃 sin 𝜃 𝑑 𝑑𝜃 + 𝑙 𝑙 + 1 − 𝑚2 sin2𝜃 = 0 (2.29) Jika dimisalkan = 𝑄 sin 𝜃 , dan 𝑑 𝑑𝜃 = 1 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑄 𝑑𝜃 − 1 2 𝑐𝑜𝑠𝜃 sin3𝜃𝑄, maka, 1 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕 𝜕𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑 𝑑𝜃 = 1 sin 𝜃 𝜕 𝜕𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑄 𝑑𝜃 − 1 2 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑄 = 1 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑2𝑄 𝑑𝜃2+ 1 2 𝑄 𝑠𝑖𝑛𝜃 + 1 4 𝑐𝑜 𝑠2𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃 5𝑄 (2.30) Jika pers. (2.30) ini disubtitusikan ke pers.(2.29) maka diperoleh,
1 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑2𝑄 𝑑𝜃2+ 1 2 𝑄 𝑠𝑖𝑛𝜃 + 1 4 𝑐𝑜 𝑠2𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃 5𝑄 + 𝑙 𝑙 + 1 𝑄 𝑠𝑖𝑛𝜃 − 𝑚2 𝑠𝑖𝑛2𝜃 𝑄 𝑠𝑖𝑛𝜃 = 0 (2.31) Atau, 𝑑2𝑄 𝑑𝜃2+ 𝑄 2 + 1 4 𝑐𝑜 𝑠2𝜃 𝑠𝑖𝑛2𝜃𝑄 + 𝑙 𝑙 + 1 𝑄 − 𝑚2 𝑠𝑖𝑛2𝜃𝑄 = 0 (2.32) Karena 𝑐𝑜𝑠2𝜃 = 1 − 𝑠𝑖𝑛2𝜃 , maka melaui penjabaran sederhana diperoleh,
𝑑2𝑄 𝑑𝜃2+ 1 4 𝑠𝑖𝑛2𝜃𝑄 − 𝑚2 𝑠𝑖𝑛2𝜃𝑄 + 𝑙 + 1 2 2 𝑄 = 0 (2.33)
Jika masing-masing dikalikan − ћ 2 2𝑚 maka, − ћ2 2𝑚 𝑑2𝑄 𝑑𝜃2− ћ2 2𝑚 1 4 𝑠𝑖𝑛2𝜃𝑄 − ћ2 2𝑚 𝑙 + 1 2 2 𝑄 + ћ2 2𝑚 𝑚2 𝑠𝑖𝑛2𝜃𝑄 = 0 (2.34)
commit to user
Atau dapat ditulis sebagai berikut,
− ћ2 2𝑚 𝑑2𝑄 𝑑𝜃2+ ћ2 2𝑚 𝑚2− 1 4 𝑠𝑖𝑛2𝜃 𝑄 = ћ2 2𝑚 𝑙 + 1 2 2 𝑄 (2.35)
Dimana 𝑄 merupakan fungsi gelombang bagian polar.
Dengan demikian persamaan Schödinger untuk sistem tiga dimensi
yang merupakan koordinat bola yang dinyatakan dalam pers.(2.10) dapat
dipisahkan menjadi tiga persamaan diferensial orde dua yang masing-masing
hanya bergantung pada satu variabel saja.
C. Supersimetri Mekanika Kuantum (SUSYQM)
Pemeran utama supersimetri mekanika kuantum adalah
operator-operator supermuatan. Witten mendefinisikan sistem supersimetri mekanika
kuantum sebagai sistem yang terdiri dari operator supermuatan 𝑄𝑖 yang
komut dengan Hamiltonian Supersimetri (𝐻𝑆𝑆),(Witten, 1981)
𝑄𝑖, 𝐻𝑆𝑆 = 0 dan i = 1, 2, …,N (2.36) dimana N adalah banyaknya generator dan memenuhi hubungan anti
komutasi,
𝑄𝑖,𝑄𝑗 = 𝛿𝑖𝑗𝐻𝑠𝑠 (2.37)
Hamiltonian supersimetri (𝐻𝑠𝑠) didefinisikan sebagai jumlah kuadrat dari operator supermuatan (𝑄𝑖)
𝐻𝑠𝑠 = 2𝑄12 = 2 𝑄22 (2.38)
Untuk sistem SUSY yang paling sederhana, N=2, dengan operator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mempunyai spin 1
2 yang bergerak pada garis lurus. Dalam sistem yang
sederhana ini, 𝑄1 dan 𝑄2 didefinisikan sebagai 𝑄1= 1 2 𝜎1 𝑝 2𝑚+ 𝜎2W 𝑥 dan, 𝑄2 = 1 2 𝜎2 𝑝 2𝑚− 𝜎1𝑊 𝑥 (2.39)
dimana σ1 dan σ2 adalah matriks dari Pauli.[Suparmi, 2011]
Hss adalah supersimetri Hamiltonian, 𝑝 = −𝑖ℏ 𝑑
𝑑𝑥, adalah
momentum linear (momentum bosonik), x adalah koordinat bosonik, W(x)
adalah superpotensial bosonik. Dengan menggunakan pers.(2.37) dapat
ditunjukkan bahwa 𝐻𝑠𝑠 = − ℏ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑊 2(𝑥) + ℏ 2𝑚 𝑑𝑊 (𝑥) 𝑑𝑥 0 0 − ℏ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑊2(𝑥) − ℏ 2𝑚 𝑑𝑊 (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐻+ 0 0 𝐻− (2.40) dimana, 𝐻−= −ℏ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑊2(𝑥) − ℏ 2𝑚 𝑑𝑊 (𝑥) 𝑑𝑥 , dan (2.40a) 𝐻+= − ℏ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑊 2(𝑥) + ℏ 2𝑚 𝑑𝑊 (𝑥) 𝑑𝑥 (2.40b)
Sehingga dapat dikatakan Persamaan (2.36) menyebabkan timbulnya
energi terdegenerasi 𝐻−dan 𝐻+, yang merupakan SUSY partner Hamiltonian
Fermionik (penurun) dan Bosonik (penaik),dan keduanya juga dituliskan
sebagai 𝐻𝑠𝑠. Dengan demikian persamaan Schrodinger standard dapat dinyatakan dalam Hamiltonian SUSY sebagai berikut,
𝐻−= −ℏ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑉−(𝑥) , dengan 𝑉− 𝑥 = 𝑊2 𝑥 − ћ 2𝑚𝑊 ′ 𝑥 (2.41) Dan,
commit to user 𝐻+= −ℏ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑉+(𝑥) ,dengan 𝑉+ (𝑥) = 𝑊2 𝑥 + ћ 2𝑚𝑊 ′ 𝑥 (2.42)
Dimana 𝑉− 𝑥 dan𝑉+ 𝑥 disebutpasangan potensial supersimetri, dan 𝑊 𝑥
adalah Superpotensial. Sedangkan 𝑊′ 𝑥 merupakan turunan pertama dari 𝑊 𝑥 .
Berdasarkan pers.(2.40a) dan (2.40b) masing-masing persamaan
Hamiltonian SUSY dapat difaktorkan sebagai berikut, untuk Hamiltonian
penurun dan Hamiltonian penaik berturut-turut dinyatakan sebagai berikut,
𝐻−= 𝐴+𝐴, dan 𝐻 += 𝐴𝐴+ (2.43) Dimana, 𝐴+= − ћ 2𝑚 𝑑 𝑑𝑥 + 𝑊 𝑥 dan 𝐴 = ћ 2𝑚 𝑑 𝑑𝑥 + 𝑊 𝑥 (2.44)
Dengan, 𝐴+ disebut operator penaik (raising operator) , dan 𝐴 sebagai operator penurun (lowering operator). (Witten, 1981; Rodrigues, 2002; Fabre
and Odelin, 2010)
Berdasarkan sifat dari operator penurun (A), yaitu apabila operator
penurun (A) dioperasikan fungsi gelombang tingkat dasar 𝜓0 − , maka akan sama dengan nol (karena sudah tidak ada lagi fungsi gelombang di bawah fungsi gelombang tingkat dasar) (Cooper,et al., 2001),
𝐴𝜓0 − = 0 (2.45) Atau, ћ 2𝑚 𝑑 𝑑𝑥 + 𝑊 𝑥 𝜓0 − = 0 (2.46) Sehingga diperoleh, 𝜓0 − 𝑥 = 𝑁 exp − 2𝑚 ћ 𝑊 𝑥 𝑑𝑥 x (2.47)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dengan N adalah faktor normalisasi. Dan,
𝑊 𝑥 = − ћ 2𝑚 𝑑𝜓0 − 𝜓0 − = − ћ 2𝑚𝑙𝑛𝜓0 − (2.48)
D. Potensial Shape Invariance
Sepasang potensial supersimetri (SUSY), yaitu 𝑉− 𝑥 dan 𝑉+ 𝑥 dapat dikatakan shape invariance jika kedua potensial tersebut memiliki
bentuk yang sama, hanya dibedakan oleh sebuah parameter yang ada pada
mereka. Ditinjau pasangan potensial 𝑉± (𝑥; 𝑎𝑗) dimana 𝑎𝑗 adalah sebuah set dari parameter, sepasang potensial dikatakan shape invariance bila sepasang
potensial ini memenuhi syarat berikut: (Cooper, et al., 2001)
𝑉+ 𝑥; 𝑎𝑗 = 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑗 +1 + 𝑅 𝑎𝑗 +1 (2.49) Dengan, 𝑉+ 𝑥; 𝑎𝑗 = 𝑊2 𝑥, 𝑎𝑗 + ħ 2𝑚𝑊 ′ 𝑥, 𝑎 𝑗 (2.49a) 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑗 = 𝑊2 𝑥, 𝑎𝑗 − ħ 2𝑚𝑊 ′ 𝑥, 𝑎 𝑗 (2.49b)
Dimana j = 0,1,2,…, sedangkan parameter a ditentukan secara
rekursif (berturutan), 𝑎𝑗 +1 = 𝑓(𝑎𝑗) dan 𝑅(𝑎𝑗) adalah konstanta yang tidak bergantung dengan x.
Hubungan antara Hamiltonian Standard (pers.2.7) dan Hamiltonian
SUSY (2.41) dinyatakan sebagai, (Anjos, et. al., (2008), Suparmi, (2011)
𝐻 = 𝐻−+ 𝐸0 = − ħ2
2𝑚 𝑑2
𝑑𝑥2+ 𝑉− 𝑥; 𝑎0 + 𝐸0 (2.50) Maka berdasarkan persamaan eigen nilai (pers.2.6) diperoleh,
commit to user
Dimana 𝐸0 merupakan energi tingkat dasar pada pasangan Hamiltonian penurun.
Dengan membandingkan pers.(2.7) dan(2.50) diperoleh hubungan
antara 𝑉 𝑥 dan 𝑉− 𝑥 sebagai berikut,
𝑉 𝑥 = 𝑉− 𝑥; 𝑎0 + 𝐸0 = 𝑊2 𝑥, 𝑎0 − ħ 2𝑚𝑊
′ 𝑥, 𝑎
0 + 𝐸0 (2.52)
Dimana 𝑉 𝑥 sering dinyatakan sebagai Potensial Efektif (𝑉𝑒𝑓𝑓). Sedangkan
𝑊 𝑥 ditentukan dengan dugaan/ perkiraan secara intelektual berdasarkan bentuk potensial efektif sistem terkait.
Berdasarkan sifat shape invariance, dapat ditentukan spektrum
energi dari pasangan potensial. Untuk tujuan tersebut, berikut akan di
konstruksi sederet Hamiltonian yaitu 𝐻𝑘, dimana k = 0, 1, 2,… Dengan mengulang prosedur sifat shape invariance, diperoleh,
𝐻𝑘 = − ħ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑘 + 𝑅(𝑎𝑖) 𝑘 𝑖=1 (2.53)
Dimana 𝑎𝑘 = 𝑓𝑘−1 𝑎1 , 𝑓𝑘−1 berarti fungsi tersebut diaplikasikan 𝑘 − 1
kali. Jika diambil 𝑘 𝑘 + 1 pada pers. (2.53), maka diperoleh 𝐻𝑘 = − ħ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑘+1 + 𝑅(𝑎𝑖) 𝑘 𝑖=1 = −ħ2 2𝑚 𝑑2 𝑑𝑥2+ 𝑉+ 𝑥; 𝑎𝑘 + 𝑅(𝑎𝑖) 𝑘−1 𝑖=1 (2.54)
Di sini 𝐻𝑘 dan 𝐻𝑘+1 merupakan pasangan Hamiltonian SUSY
dimana keduanya memiliki spektrum energi yang sama kecuali untuk
spektrum tingkat dasar, yang hanya dimiliki oleh Hamiltonian penurun saja.
Berdasarkan pers.(2.50) dan (2.54), dapat diketahui bahwa spektrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
𝐸𝑛(−) = 𝑛𝑘=1𝑅(𝑎𝑘) (2.55) Maka spektrum energi dari Hamiltonian dengan potensial 𝑉 𝑥
adalah
𝐸𝑛 = 𝐸𝑛 (−)
+ 𝐸0 = 𝑛𝑘=1𝑅(𝑎𝑘) + 𝐸0 (2.56)
Fungsi gelombang 𝜓𝑛− 𝑥; 𝑎
0 dapat dijabarkan dari fungsi
gelombang keadaan dasar 𝜓0− 𝑥; 𝑎
0 dengan metode operator yang diperoleh
dari operasi berantai operator penaik 𝐴+terhadap gelombang tingkat dasar, 𝜓𝑛− 𝑥; 𝑎0 ~ 𝐴+ 𝑥; 𝑎0 𝐴+ 𝑥; 𝑎1 … 𝐴+ 𝑥; 𝑎𝑛−1 𝜓0− 𝑥; 𝑎𝑛 (2.57)
atau
𝜓𝑛− 𝑥; 𝑎
0 ~𝐴+ 𝑥; 𝑎0 𝜓𝑛−1− 𝑥; 𝑎1 (2.58)
Dengan analog diperoleh
𝜓𝑛 +1− 𝑥; 𝑎0 ~𝐴+ 𝑥; 𝑎
0 𝜓𝑛− 𝑥; 𝑎1 (2.59)
E. Formula Kuantisasi Supersimetri – WKB (SWKB)
Metode SWKB ini merupakan pengembangan dari metode
semiklasik WKB. Nama WKB ini diambil dari singkatan nama para
penemunya, yaitu Wentzel, Kramers, dan Brillouin. (Sinha, A and
Roychoudhury, R., 2000). Seperti telah diketahui bahwa metode WKB
memiliki kelemahan dalam hal pendekatan matematik yang digunakan, yaitu
adanya koreksi Langer. Berikut adalah ulasan singkat mengenai konversi
matematis metode semiklasik WKB menjadi SWKB. Kuantisasi pendekatan
semiklasik WKB pada orde terendah untuk potensial satu dimensi 𝑉 𝑥 adalah, (Cooper et al., 2001)
commit to user
𝐸 − 𝑉 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑛 +𝑎𝑏 12 𝜋ћ (2.60)
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi energi E
dapat dinyatakan dengan Hamiltonian (H). Dalam SUSY, Hamiltonian
dipisahkan menjadi dua macam yaitu, Hamiltonian Penaik (𝐻+ ) dan
Hamiltonian Penurun (𝐻− ). Demikian juga potensialnya, berturut-turut (𝑉+) dan (𝑉− ). Sehingga persamaan Hamiltonian Penurun (𝐻_) Supersimetri-WKB (SWKB) diperoleh,
𝐸𝑛 − − 𝑉− (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑛 +1
2 𝑏
𝑎 𝜋ћ (2.61)
Dengan memasukkan nilai 𝑉− (𝑥) pada pers.(2.41) ke pers.(2.61)
diperoleh 2𝑚 (𝐸𝑛(−)− (𝑊2 𝑥 − ћ 2𝑚𝑊 ′ 𝑥 ) 𝑑𝑥 = (𝑛 +1 2)𝜋ћ 𝑏 𝑎 (2.62)
Dimana n = 0, 1, 2, ....dan a, b adalah titik balik. Jika a dan b,
dimasukkan ke persamaan diperoleh, 𝑊2 𝑎 − ћ
2𝑚𝑊 ′ 𝑎 = 𝑊2 𝑏 − ћ 2𝑚𝑊 ′ 𝑏 = 𝐸 𝑛 (−)
. Dengan mengekspansikan ruas kiri pada pers.(2.62) pada
pangkat ћ diperoleh, 2𝑚 (𝐸𝑏 𝑛(−)− 𝑊2 𝑥 𝑑𝑥 + 𝑎 ћ 2 𝑊′ 𝑥 𝑑𝑥 𝐸𝑛−−𝑊2 𝑥 𝑏 𝑎 = (𝑛 + 1 2)𝜋ћ (2.63) Dimana, 𝑊2 𝑎 = 𝑊2 𝑏 = 𝐸 𝑛 (−) , sehingga ћ 2 𝑊′ 𝑥 𝑑𝑥 𝐸𝑛(−)−𝑊2 𝑥 𝑏 𝑎 = ћ 2 sin −1 𝑊(𝑏) 𝐸𝑛(−) − sin−1 𝑊(𝑎) 𝐸𝑛(−) =1 2 𝜋ћ (2.64)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dengan mensubtitusikan hasil dari pers.(2.64) ke pers.(2.63) maka
pers.(2.62) dapat dituliskan menjadi,
2𝑚 (𝐸𝑏 𝑛 − − 𝑊2 𝑥
𝑎 𝑑𝑥 = 𝑛𝜋ћ (2.65)
Persamaan (2.65) merupakan persamaan umum tingkat energi
SWKB untuk simetri baik (unbroken symetry). Sedangkan persamaan umum
tingkat energi SWKB untuk kondisi simetri rusak (broken symetry) dituliskan
sebagai, 2𝑚 (𝐸𝑏 𝑛 − − 𝑊2 𝑥 𝑎 𝑑𝑥 = 𝑛 + 1 2 𝜋ћ (2.66) Faktor 1
2 𝜋ћ pada pendekatan WKB standar dapat dipandang
sebagai energi tingkat nol pada boson, yang didalam teori SUSY untuk
konsisi yang baik secara eksak dapat dihilangkan dengan bentuk fermion.
F. Potensial Kratzer Dengan Faktor Sentrifugal
Potensial Kratzer dinyatakan sebagai, (Flügge, 1971)
𝑉 𝑟 = −2𝐷 𝑎 𝑟 − 1 2 𝑎2 𝑟2 (2.67)
Dimana D merupakan Energi Disosiasi (peruraian), a adalah jarak
keseimbangan/ kestabilan antar inti atom, dan r adalah jarak antar inti atom
pada posisi tertentu. Jika 𝑎 <<< 𝑟, maka potensial ini dapat dipresentasikan dalam bentuk potensial Coulomb 𝑉 𝑟 = −𝑍𝑒′ 2
𝑟2 , dengan 𝐷𝑎
2 = −𝑍𝑒′2.
Model potensial ini umumnya digunakan untuk menyelidiki
spektrum rotasi-vibrasi dari molekul beratom dua, dimana salah satu atom
commit to user
sebagai koordinat, sedangkan atom yang lain bergerak mengelilinginya
dalam kulit bola. Dalam keadaan stabil, yaitu ketika 𝑟 = 𝑎, maka 𝑉 𝑎 = −𝐷
minimum.
Berdasarkan pers.(2.22) dan pers.(2.67), maka persamaan potensial
efektif dari Potensial Kratzer untuk 𝑙 ≠ 0dapat ditulis sebagai 𝑉𝑒𝑓𝑓 = −2𝐷 𝑎 𝑟 − 1 2 𝑎2 𝑟2 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟2 (2.68)
G. Potensial Morse dengan Faktor Sentrifugal
Potensial Morse digunakan untuk mendeskripsikan interaksi antara
dua atom di dalam molekul yang beratom duayang dinyatakan sebagai,
(Flügge, 1971)
𝑉 𝑥 = 𝐷 𝑒−2𝛼𝑥 − 2𝑒−𝛼𝑥 ; 𝑥 =𝑟−𝑟0
𝑟0 (2.69)
dimana, D merupakan Energi Disosiasi (peruraian), r adalah jarak orbital
elektron terhadap inti dari molekul beratom dua, dan 𝑟0 adalah jarak keseimbangan antar inti atom. Sedangkan dan 𝛼 adalah konstanta penyesuaian.
Berdasarkan pers.(2.22) dan pers.(2.69) maka persamaan potensial
efektif dari Potensial Morse untuk 𝑙 ≠ 0 dapat ditulis sebagai 𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝐷 𝑒−2𝛼𝑥 − 2𝑒−𝛼𝑥 + ћ2
2𝑚 𝑙 𝑙+1
𝑟2 (2.70)
Dengan 𝑙 merupakan bilangan kuantum dan m adalah massa atom tereduksi. Karena 𝑥 =𝑟−𝑟0
𝑟0 , maka 𝑟 = 𝑟0 𝑥 + 1 . Sehingga pers.(2.71) dapat ditulis sebagai,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 27 𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝐷 𝑒−2𝛼𝑥 − 2𝑒−𝛼𝑥 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 𝑥 + 1 −2 (2.72)
Dengan mengekspansikan faktor 𝑥 + 1 −2 diperoleh,
𝑥 + 1 −2 = 1 − 2𝑥 + 3𝑥2+ ⋯ (2.73)
Persamaan ini dirubah dalam bentuk eksponensial. Dengan asumsi
bahwa suku ke-4 dan seterusnya sangat kecil, maka penyelesaian ini diambil
sampai suku ke-3 saja. Dimisalkan suatu persamaan eksponensial sebagai
berikut, 1 − 2𝑥 + 3𝑥2 = 𝐶0+ 𝐶1𝑒−𝛼𝑥 + 𝐶2𝑒−2𝛼𝑥 (2.74) Dimana, e−αx = 1 − αx +α2x2 2! + ⋯ , dan e −2αx = 1 − 2αx +4α2x2 2! + ⋯ (2.75)
Jika pers. (2.75) disubtitusikan ke dalam pers. (2.74) diperoleh,
1 − 2𝑥 + 3𝑥2 = 𝐶 0 + 𝐶1 1 − αx + α2x2 2! + 𝐶2 1 − 2αx + 4α2x2 2! (2.76) Atau, 1 − 2𝑥 + 3𝑥2= 𝐶 0+ 𝐶1+ 𝐶2− 𝐶1+ 2𝐶2 αx + 𝐶1 2 + 4𝐶2 2 α 2x2 (2.77)
Dengan membandingkan komponen ruas kiridan ruas kanan dari
pers.(2.77) dapat diperoleh,
𝐶0+ 𝐶1+ 𝐶2 = 1; (2.78a) 𝐶1+ 2𝐶2 = 2 𝛼 (2.78b) 𝐶1+ 4𝐶2 = 6 α2 (2.78c)
Dengan metode subtitusi diperoleh,
𝐶0 = 1 − 3 𝛼+ 3 α2 ; 𝐶1 = 4 𝛼− 6 α2 ; dan 𝐶2 = − 1 𝛼+ 3 α2 (2.78d)
commit to user
Dengan mensubtitusikan pers. (2.78d) ke dalam pers.(2.74), maka
pers.(2.73) dapat dituliskan sebagai berikut,
𝑥 + 1 −2 = 1 −3 𝛼+ 3 α2 + 4 𝛼− 6 α2 𝑒 −𝛼𝑥 + −1 𝛼+ 3 α2 𝑒 −2𝛼𝑥 (2.79)
Sehingga secara lengkap persamaan potensial efektif untuk potensial
Morse dapat dituliskan kembali sebagai,
𝑉𝑒𝑓𝑓= 𝐷 𝑒−2𝛼𝑥− 2𝑒−𝛼𝑥 +ћ 2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 1 − 3 𝛼+ 3 α2 + 4 𝛼− 6 α2 𝑒−𝛼𝑥+ − 1 𝛼+ 3 α2 𝑒−2𝛼𝑥 (2.80) Atau, 𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝐴0− 𝐴1𝑒−𝛼𝑥 + 𝐴2𝑒−2𝛼𝑥 (2.81) Dengan, 𝐴0 = ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 1 − 3 𝛼+ 3 α2 (2.81a) 𝐴1 = 2𝐷 − ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 4 𝛼− 6 α2 (2.81b) 𝐴2 = 𝐷 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 − 1 𝛼+ 3 α2 (2.81c)
H. Potensial Manning Rosen dengan Faktor Sentrifugal
Potensial Manning Rosen merupakan salah satu potensial yang
digunakan sebagai model matematika untuk mendeskripsikan vibrasi dari
molekul beratom dua. Persamaan potensial ini dinyatakan sebagai,
𝑉 𝑟 = ћ2 2𝑚 𝛼2 𝜐 𝜐−1 sinh2 𝑟 𝛼 − ћ2𝑞 𝑚 𝛼2 coth 𝑟 𝛼 (2.82)
Dimana 𝜐 dan 𝑞 merupakan dua parameter yang tak berdimensi, sedangkan 𝛼 merupakan dimensi dari panjang, dan 𝑟 adalah jarak antar inti dari kedua atom. (Sameer, 2011; Antia, AD,et al.,2010; Hammed, 2011). Untuk 𝜐 = 0 atau 𝜐 = 1, Potensial Manning Rosen potential berubah menjadi Potensial Hulthen Potential (Sameer, 2011; Antia, AD,et al.,2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan pers.(2.22) dan pers.(2.82) maka persamaan potensial
efektif dari Potensial Manning Rosen untuk 𝑙 ≠ 0 dapat ditulis sebagai 𝑉𝑒𝑓𝑓 = ћ2 2𝑚 𝛼2 𝜐 𝜐−1 sinh2 𝑟 𝛼 − ћ2𝑞 𝑚 𝛼2 coth 𝑟 𝛼 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟2 (2.83) Jika 𝑒 𝛼𝑟 − 𝑒 – 𝑟 𝛼 = 2 sinh 𝑟 𝛼 , dimana, 𝑒 𝑟 𝛼 = 1 +𝑟 𝛼+ 𝑟 𝛼 2 2! + ⋯ (2.84)
Dengan mengambil dua suku pertama, maka diperoleh
𝑒 𝛼𝑟 − 𝑒 – 𝑟 𝛼 ≈ 1 + 𝑟 𝛼 − 1 − 𝑟 𝛼 = 2 𝑟 𝛼 (2.85) Sehingga, 2𝑟 𝛼 = 2 sinh 𝑟 𝛼 , dan sinh 𝑟 𝛼 = 𝑟 𝛼 . Jika 𝑟 𝛼 <<< 1, maka sinh 𝑟 𝛼 ≈ 𝑟 𝛼 dan sinh 2 𝑟 𝛼 = 𝑟2 𝛼2, maka diperoleh 𝑟 2 = 𝛼2sinh2 𝑟 𝛼 . Sehingga persamaan potensial efektif dari potensial Manning Rosen (pers.(2.83)) secara
lengkap dapat dituliskan kembali sebagai berikut,
𝑉𝑒𝑓𝑓 = ћ2 2𝑚 𝛼2 𝜐 𝜐−1 sinh2 𝑟 𝛼 − 2𝑞 coth 𝑟 𝛼 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝛼2sinh2 𝑟 𝛼 (2.86) Atau, 𝑉𝑒𝑓𝑓 = ћ2 2𝑚 𝛼2 𝜐′ 𝜐′−1 sinh2 𝑟 𝛼 − ћ2𝑞 𝑚 𝛼2 coth 𝑟 𝛼 (2.87) Dengan, 𝜐′ = 𝜐 −1 2 2 + 𝑙 𝑙 + 1 +1 2
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2011 sampai bulan
Juli 2012 di Fakultas Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah persamaan potensial efektif dari
beberapa jenis potensial shape invariance, diantaranya yaitu:
1. Potensial Kratzer 𝑉𝑒𝑓𝑓 = −2𝐷 𝑎 𝑟− 1 2 𝑎2 𝑟2 + ћ2 2𝑚 𝑟2𝑙 𝑙 + 1 (3.1) 2. Potensial Morse 𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝐴0− 𝐴1𝑒−𝛼𝑥 + 𝐴2𝑒−2𝛼𝑥 (3.2) Dengan, 𝐴0 = ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 1 − 3 𝛼+ 3 α2 (3.2a) 𝐴1 = 2𝐷 − ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 4 𝛼− 6 α2 (3.2b) 𝐴2 = 𝐷 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟02 − 1 𝛼+ 3 α2 (3.2c)
3. Potensial Manning Rosen
𝑉𝑒𝑓𝑓 = ћ2 2𝑚 𝛼2 𝜐′ 𝜐′−1 sinh2 𝑟 𝛼 − ћ2𝑞 𝑚 𝛼2 coth 𝑟 𝛼 (3.3) Dengan, 𝜐′ = 𝜐 −12 2+ 𝑙 𝑙 + 1 +12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa
persamaan-persamaan dalam metode Supersimetri Mekanika Kuantum, diantara yaitu:
1. Persamaan umum hubungan antara potensial efektif (potensial standard)
dan potensial supersimetri
𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝑉− 𝑥; 𝑎0 + 𝐸0 (3.4)
2. Persamaan pasangan potensial supersimetri shape invariance
𝑉+ 𝑥; 𝑎𝑗 = 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑗 +1 + 𝑅 𝑎𝑗 +1 (3.5) Dengan, 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑗 = 𝑊2 𝑥, 𝑎 𝑗 − ħ 2𝑚𝑊 ′ 𝑥, 𝑎 𝑗 (3.5a) 𝑉+ 𝑥; 𝑎𝑗 = 𝑊2 𝑥, 𝑎𝑗 + ħ 2𝑚𝑊 ′ 𝑥, 𝑎 𝑗 (3.5b)
3. Persamaan umum tingkat energi ke-n untuk Hamiltonian Penurun
𝐸𝑛(−)dengan metode operator SUSY
𝐸𝑛(−) = 𝑛𝑘=1𝑅(𝑎𝑘), (3.6)
Dimana 𝑅 𝑎𝑘 = 𝑉+ 𝑥; 𝑎𝑘−1 − 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑘 (3.7) 4. Persamaan umum tingkat energi ke-n SWKB untuk Hamiltonian Penurun
𝐸𝑛(−)
2𝑚 (𝐸𝑏 𝑛 − − 𝑊2 𝑥
𝑎 𝑑𝑥 = 𝑛𝜋ћ (3.8)
5. Persamaan umum spektrum energi tingkat ke-n dengan metode SUSY
commit to user
6. Persamaan fungsi gelombang tingkat dasar
𝜓0 − 𝑥 = 𝑁 exp − 2𝑚ћ 𝑊 𝑥 𝑑𝑥x (3.10) 7. Persamaan Operator Penaik
𝐴+= − ћ 2𝑚
𝑑
𝑑𝑥 + 𝑊 𝑥 (3.11)
8. Persamaan fungsi gelombang tingkat ke-n
𝜓𝑛− 𝑥; 𝑎
0 ~𝐴+ 𝑥; 𝑎0 𝜓𝑛−1− 𝑥; 𝑎1 (3.12)
D. Prosedur Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan persamaan spektrum
energi dan fungsi gelombang dengan menggunakan metode Supersimetri
Mekanika Kuantum dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Menentukan persamaan superpotensial 𝑊(𝑥) berdasarkan potensial efektif terkait dan energi tingkat dasar (𝐸0) dengan menggunakan persamaan (3.5) dan persamaan potensial efektif dari potensial terkait
(pers. (3.1), (3.2), atau (3.3))
2. Menentukan persamaan pasangan potensial supersimetri 𝑉± 𝑥; 𝑎𝑗 dan 𝑅 𝑎𝑗 dengan menggunakan persamaan (3.4), (3.4a), dan (3.4b)
3. Menentukan persamaan umum tingkat energi ke-n dengan Metode
Operator Supersimetrimenggunakan persamaan (3.6), (3.7) dan (3.9)
4. Menentukan persamaan umum tingkat energi ke-ndengan metode
SWKByaitu dengan menggunakan persaman (3.8) dan (3.9)
5. Menentukan persamaan fungsi gelombang tingkat dasar 𝜓0 − dengan menggunakan persamaan (3.10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6. Menentukan persamaan fungsi gelombang tingkat ke-n(𝜓𝑛−)dengan menggunakan persamaan (3.11) dan (3.12)
E. Diagram Penelitian (flow chart)
Persamaan Potensial Efektif ( )
Menentukan Persamaan Superpotensial
Menentukan Persamaan Energi Tingkat Dasar
Menentukan
Persamaan Fungsi Gelombang Tingkat Dasar
Persamaan Energi Tingkat ke-n untuk Hamiltonian Penurun 𝐸𝑛 Menentukan
Persamaan Fungsi Gelombang Tingkat ke-1
Metode Operator Supersimetri
Metode SWKB
Menentukan Persamaan Energi Tingkat ke-n untuk Hamiltonian Penurun 𝐸𝑛(−)
ANALISA
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Persamaan Tingkat Energi dan Fungsi Gelombang untuk Potensial Kratzer dengan Faktor Sentrifugal
Berdasarkan pers.(2.17), persamaan Schrödinger untuk potensial
Kratzer dengan faktor sentrifugal dapat dituliskan sebagai berikut;
− ћ2 2𝑚 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2 + −2𝐷 𝑎 𝑟 − 1 2 𝑎2 𝑟2 + ћ2 2𝑚 𝑙 𝑙+1 𝑟2 𝜓 = 𝐸𝜓 (4.1) Atau, − ћ2 2𝑚 𝑑2𝜓 𝑑𝑟2 + − 𝐴 𝑟 + 𝐵 𝑟2 𝜓 = 𝐸𝜓 (4.2) dengan 𝐴 = 2𝐷𝑎, dan 𝐵 = 𝐷𝑎2+ ћ2 2𝑚𝑙 𝑙 + 1 .
Penyelesaian persamaan Schrödinger yang berupa persamaan fungsi
gelombang 𝜓 dan spektrum energi 𝐸untuk potensial Kratzer dengan faktor sentrifugal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode Supersimetri
Mekanikan Kuantum (SUSYQM) dengan langkah-langkah seperti pada
prosedur penelitian.
Berdasarkan bentuk persamaan potensial efektif potensial Kratzer
pada pers.(4.2), dapat dimisalkan persamaan superpotensialnya sebagai
berikut,
𝑊 𝑟 = 𝐹 +𝐺
𝑟 (4.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 35 𝑉𝑒𝑓𝑓 = 𝑉− 𝑥; 𝑎0 + 𝐸0 Atau, 𝑉𝑒𝑓𝑓 − 𝐸0 = 𝑊2 𝑟 − ћ 2𝑚𝑊 ′ 𝑟 (4.4) maka diperoleh, −𝐴 𝑟 + 𝐵 𝑟2− 𝐸0 = 𝐹 2+ 2𝐹𝐺 𝑟 + 𝐺2 𝑟2+ ћ 2𝑚 𝐺 𝑟2 (4.5)
Dengan menyamakan ruas kiri dan kanan, diperoleh
𝐺 = − 𝐵 + ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 (4.6) 𝐹 = 𝐴 2 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 (4.7)
Dan diperoleh persamaan spektrum energi tingkat dasar sebagai
berikut,
𝐸0 = − 𝐴2
4 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ
2 2𝑚
2 (4.8)
Dengan mensubtitusikan pers.(4.6) dan (4.7) ke pers.(4.3), maka
persamaan superpotensial untuk potensial kratzer dapat ditulis kembali
sebagai, 𝑊 𝑟 = 𝐴 2 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 − 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 𝑟 (4.9) Sehingga, 𝑊2 𝑟 = 𝐴2 4 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 2+ 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 2 𝑟2 − 𝐴 𝑟 (4.10)
commit to user Dan, 𝑊′(𝑟) = 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 𝑟2 (4.11)
Berdasarkan persamaan superpotensial ini dapat ditentukan pasangan
potensial supersimetri 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑗 dan 𝑉+ 𝑟; 𝑎𝑗 . Dimana 𝑉− 𝑥; 𝑎𝑗 ditentukan dengan menggunakan pers.(3.4a), sedangkan 𝑉+ 𝑟; 𝑎𝑗 ditentukan dengan menggunakan pers.(3.4b). Dengan mensubtitusikan pers.(4.10) dan (4.11) ke
dalam pers.(3.4a) diperoleh,
𝑉− 𝑟; 𝑎0 = − 𝐴 𝑟+ 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 2 𝑟2 + 𝐴2 4 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 2− ћ 2𝑚 𝐵+8𝑚ћ2+ ћ 2 2𝑚 𝑟2 Atau, 𝑉− 𝑟; 𝑎0 = − 𝐴 𝑟+ 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 𝐵+ ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚− ћ 2𝑚 𝑟2 + 𝐴2 4 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 2 (4.12)
Sedangkandengan mensubtitusikan pers.(4.10) dan (4.11) ke dalam
pers.(3.4b) diperoleh, 𝑉+ 𝑟; 𝑎0 = − 𝐴 𝑟+ 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 2 𝑟2 + 𝐴2 4 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 2+ ћ 2𝑚 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 𝑟2 Atau, 𝑉+ 𝑟; 𝑎0 = − 𝐴 𝑟+ 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 𝐵+ ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚+ ћ 2𝑚 𝑟2 + 𝐴2 4 𝐵+ћ2 8𝑚+ ћ 2 2𝑚 2 (4.13)