• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Peneliti/Perekayasa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Peneliti/Perekayasa:"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KODE JUDUL : B.54

BATAN

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

”UJI KARAKTERISTIK DOSIMETER TL LiF:Mg,Cu,P DAN DOSIMETER OSL DAN PENGEMBANGAN METODE AUDIT DOSIMETER FASILITAS RADIOLOGI

UNTUK PENINGKATAN LAYANAN DAN KESELAMATAN PASIEN ANAK”

KEMENTERIAN/LEMBAGA:

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Peneliti/Perekayasa:

1. Drs. Hasnel Sofyan, M.Eng 2. Drs. Mukhlis Akhadi, APU 3. Heru Prasetio, M.Si 4. Dra. C. Tuti Budiantari 5. Nunung Nuraeni, M.Si

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

(2)

KODE JUDUL : B.54

BATAN

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

”UJI KARAKTERISTIK DOSIMETER TL LiF:Mg,Cu,P DAN DOSIMETER OSL DAN PENGEMBANGAN METODE AUDIT DOSIMETER FASILITAS RADIOLOGI

UNTUK PENINGKATAN LAYANAN DAN KESELAMATAN PASIEN ANAK”

KEMENTERIAN/LEMBAGA:

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Peneliti/Perekayasa:

1. Drs. Hasnel Sofyan, M.Eng 2. Drs. Mukhlis Akhadi, APU 3. Heru Prasetio, M.Si 4. Dra. C. Tuti Budiantari 5. Nunung Nuraeni, M.Si

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

(3)

EXECUTIVE SUMMARY

Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memenuhi persyaratan keselamatan radiasi. Agar dosis paparan radiasi pengion yang diterima oleh pasien dan petugas radiasi dapat diketahui secara akurat, maka harus dilakukan pengukuran dengan dosimeter. Berdasarkan stimulasinya, dosimeter dapat dikelompokkan dalam thermoluminescence dosimeter (TLD), dosimeter optically stimulated luminescence (OSL) dan dosimeter radiophotoluminescence (RPL). Hasil pengukuran dan evaluasi dosis serta peralatan yang digunakan harus memiliki tingkat keselarasan yang sama di seluruh dunia. Persyaratan standar internasional yang diberlakukan dalam proteksi radiasi dirumuskan melalui komite teknis IEC (International Electrotechnical Commission) dan ISO (International Organization for Standardization).

Dalam dosimetri medik, data terimaan dosis pasien sangat penting sebagai indikator pelaksanaan aktivitas pemanfaatan radiasi. Aplikasi radiasi di bidang medik, memberikan kontribusi terbesar dosis radiasi dan lebih dari 90% kontribusi ini berasal dari sinar-X diagnostik. Laporan Komite Ilmiah PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR, United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation) memperkirakan pada tahun 2000 pemeriksaan sinar-X diagnostik mencapai 2100 juta pemeriksaan. Angka ini sekitar 10% lebih tinggi dari 330 per 1000 penduduk pada periode tahun 1991-1995.

Komisi internasional untuk proteksi radiasi telah merekomendasikan penggunaan diagnostic reference levels sebagai langkah pertama dalam optimisasi radiodiagnostik. IAEA telah memberikan tingkat panduan, namun data-data tersebut hanya cocok dengan kondisi negara tertentu. Untuk anak usia di bawah 10 tahun memiliki peluang induksi kanker fatal 2 – 3 lebih besar dibanding seluruh penduduk. Dengan menggunakan TLD LiF:Mg,Cu,P dan dosimeter OSL Al2O3:C, kegiatan pemantauan dan terimaan dosis

pasien anak dapat memberikan kontribusi pada program UNSCEAR. Dan diharapkan Indonesia dapat memiliki tingkat panduan dosis (Dose Reference Level) yang diterima oleh pasien anak dalam setiap menjalani pemeriksaan medik, karena tingkat panduan dosis untuk pasien medik anak telah menjadi perhatian organisasi nasional dan internasional.

TLD LiF:Mg,Cu,P memiliki karakteristik dosimetri yang lebih baik, dengan rentang dosis yang lebih luas (10-6–10 Gy), supralinieriti yang rendah, fading-nya dapat diabaikan dan tingkat sensitivitasnya hasil dari penelitian sebelumnya diperoleh 23 kali lebih tinggi dibanding TLD LiF:Mg,Ti. Untuk reprodusibiliti dalam pemakaian yang berulang-kali TLD LiF:Mg,Cu,P memberikan tanggapan yang relatif lebih stabil dari TLD LiF:Mg,Ti, terutama tanggapan TLD LiF:Mg,Cu,P pada energi rendah sinar-X antara 33–83 keV.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PTKMR BATAN memanfaatkan TLD LiF:MgCuP untuk keperluan dosimetri medik khususnya pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik dan dosimeter OSL Al2O3:C untuk keperluan pemantauan dosis radiasi

eksterna perorangan. Sebelum TLD LiF:Mg,Cu,P dan dosimeter OSL Al2O3:C tersebut

digunakan, harus dilakukan uji karakteristik. Dengan TLD LiF:Mg,Cu,P yang memiliki sensitivitas 23 kali lebih besar dari dosimeter LiF:Mg,Ti, kegiatan ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dan akurat untuk mengetahui terimaan dosis rendah yang diterima pasien anak. Dalam kegiatan ini, 150 pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik dapat diketahui dosis yang diterima oleh pasien anak berdasarkan jenis pemeriksaan yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit (RSIA, RSAB, RSUP, dan RSUD) yang terdapat di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Di samping itu juga dilakukan pemantauan dosis yang diterima para petugas radiasi secara akurat dengan menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C. Dengan data hasil yang akurat, prinsip ALARA dapat dioptimalkan yang akan

(4)

Setiap TLD LiF:Mg,Cu,P teruji yang akan digunakan, harus di-annealing pada temperatur 220°C selama 10 menit dan packing masing-masing 3 buah TLD. Dan untuk dosimeter OSL Al2O3:C, dilakukan annealing menggunakan lampu TL 2 x 20 watt selama

5 menit. Dan pembacaan TLD LiF:Mg,Cu,P menggunakan “TLD reader 2000 A/B” dan dosimeter OSL menggunakan “OSL reader microStar” dengan kondisi ruangan terkontrol. Pengukuran dosis pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik untuk usia 0 – 15 tahun dilakukan di Instalasi Radiologi rumah sakit di Jakarta (RSAB Harapan Kita, RSUP Persahabatan, RS Pasar Rebo dan RSIA Hermina Ciputat/Jatinegara), di Bandung (RSUP. Dr. Hasan Sadikin, RSUD Cibabat dan RSIA Hermina), di Yogyakarta (RSUP. Dr. Sardjito, RS PKU Muhammadiyah, RSUD bantul dan RSUD Wirosaban). Dan juga, telah dilakukan pemantauan dosis petugas radiasi dengan menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C. Pengukuran dosis pasien anak, dilaksanakan untuk pemeriksaan foto thoraks

AP/PA dan LAT, Abdomen AP, Pelvis AP/LAT, Cranium/kepala (Waters, Skull AP/LAT, Sinus AP/LAT), Vertebrae (Cervical, Thoracal, Lumbo Sacral) dan pemeriksaan ekstrimitas (Manus, Ante brachi, Humerus, Shoulder, Femur, Crusris, Ankle, Wrist, Pedis).

Pengukuran dosis pasien anak di rumah sakit di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta telah dilakukan dengan jumlah pasien untuk thoraks (114 pasien), abdomen/pelvis (14 pasien), Cranium (21 pasien), Vertebrae (12 pasien) dan untuk pemeriksaan ekstrimitas (59 pasien). Dari hasil pengukuran diketahui bahwa dosis yang diterima pasien anak sangat bervariasi dan lebih besar dari data hasil pengukuran NRPB, terutama untuk pemeriksaan thoraks. Dosis maksimum yang diterima pasien anak pemeriksaan thoraks dan abdomen, masing-masing adalah 2,8901 mGy untuk thoraks dan 3,2539 mGy untuk abdomen. Sedangkan paparan radiasi yang diterima petugas pesawat sinar-X selama 2 bulan dengan menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C

diperoleh 0,00-0,14 mSv untuk Hp(10), 0,00-0,16 mSv untuk Hp(0,07) dan 0,00-0,17 mSv untuk Hp(3). Salah satu dari petugas itu, menerima paparan radiasi cukup besar masing-masing 0,14; 0,16 dan 0,17 mSv untuk Hp(10), Hp(0,07) dan Hp(3). Untuk rencana penelitian ke depan, diharapkan dapat dilanjutkan secara terus menerus untuk mendukung program UNSCEAR dan Renstra PTKMR 2010-2014 khususnya untuk pasien anak.

Tahapan pelaksanaan kegiatan telah dilakukan secara baik sesuai rencana dengan mengoptimalkan penggunaan anggaran berdasarkan peraturan yang berlaku. Dan melakukan koordinasi secara intensif dengan pihak terkait yang dihubungi dan mengoptimalkan kemampuan SDM, fasilitas dan peralatan yang dipergunakan. Mengingat prinsip proteksi radiasi, maka kegiatan ini sangat berpotensi untuk dilanjutkan pada masa yang akan datang agar dapat meningkatkan kesadaran akan keselamatan radiasi dan kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkannya. Untuk sinergi koordinasi perlu adanya kerjasama dan dukungan pihak-pihak yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung untuk mewujudkan komitmen dan kemauan serta meningkatkan kesadaran pentingnya melakukan pemantauan dosis radiasi yang diterima pasien pada pemeriksaan radiodiagnostik.

Disarankan untuk keberlanjutan kegiatan ini secara berkesinambungan, perlu adanya dukungan semua pihak secara langsung dan terus-menerus. Dan Agar dosis yang diterima setiap pasien medik dapat dipantau, dan kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkan oleh paparan radiasi pengion secara berlebihan dapat dipantau.

(5)
(6)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Pokok Permasalahan

C. Maksud dan Tujuan Kegiatan D. Metodologi Pelaksanaan

1. Lokus Kegiatan 2. Fokus Kegiatan 3. Ruang Lingkup 4. Bentuk Kegiatan

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

1. Perkembangan Kegiatan

2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan B. Pengelolaan Administrasi Manajerial

1. Perencanaan Anggaran

2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran

3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA

A. Metode Pencapaian Target Kinerja

1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian

3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian B. Potensi Pengembangan Ke Depan

1. Kerangka Pengembangan Ke Depan 2. Strategi Pengembangan Ke Depan

BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

1. Kerangka Sinergi Koordinasi

2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi 3. Perkembangan Sinergi Koordinasi

B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan 2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan 3. Perkembangan Pemanfaatan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran 2. Metode Pencapaian Target KInerja

3. Potensi Pengembangan Ke Depan

4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa B. Saran

1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan 2 Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memenuhi persyaratan keselamatan radiasi untuk melindungi para pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari paparan radiasi yang kemungkinan dapat ditimbulkannya [1]. Agar dosis paparan radiasi pengion yang diterima oleh operator pesawat sinar-X diagnostik dapat diketahui secara akurat, maka harus dilakukan pengukuran dosis dengan dosimeter. Dosimeter yang digunakan dalam aplikasi dosimetri medik dan dosimetri personal, dapat dibagi berdasarkan jenis stimulasi yang diberikan dalam proses pembacaan, yaitu, dosimeter thermally stimulated luminescence (TSL) atau lebih dikenal dengan thermoluminescence dosimeter (TLD), dosimeter optically stimulated luminescence (OSL) dan dosimeter radiophotoluminescence (RPL) [2-4]. Hasil pengukuran dan evaluasi dosis serta peralatan yang digunakan dalam pemantauan dosis radiasi harus memiliki tingkat keselarasan yang sama di seluruh dunia. Persyaratan standar internasional untuk dosimeter yang diberlakukan dalam proteksi radiasi telah dirumuskan melalui komite teknis IEC (International Electrotechnical Commission) dan ISO (International Organization for Standardization) [5].

Dalam dosimetri medik, data terimaan dosis pasien sangat penting sebagai indikator pelaksanaan aktivitas pemanfaatan radiasi. Aplikasi radiasi di bidang medik, memberikan kontribusi terbesar dosis radiasi yang diterima oleh penduduk dunia, dan lebih dari 90% kontribusi ini berasal dari sinar-X diagnostik. Salah satu penyebab dari kenyataan ini adalah banyaknya pemeriksaan sinar-X yang dilakukan setiap tahunnya. Laporan Komite Ilmiah PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR, United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation) [6] memperkirakan bahwa pada tahun 2000 pemeriksaan sinar-X diagnostik mencapai 2100 juta pemeriksaan, atau sekitar 360 pemeriksaan untuk setiap 1000 penduduk di seluruh dunia. Angka ini sekitar 10% lebih tinggi dari 330 per 1000 penduduk untuk periode tahun 1991-1995 [7], yang berarti telah terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan setiap tahunnya.

ICRP (International Commission on Radiological Protection) telah merekomendasikan penggunaan diagnostic reference levels (DRLs) sebagai langkah pertama dalam optimisasi radiodiagnostik [8]. Secara internasional, IAEA (International Atomic Energy Agency) telah memberikan tingkat panduan mengenai dosis radiasi yang diterima pasien pemeriksaan medik, termasuk pemeriksaan diagnostik. Namun,

(8)

data-data tersebut hanya cocok dengan kondisi negara tertentu mengingat kondisi fisik setiap orang berbeda pada setiap negara. Sejalan dengan dosis rendah radiasi yang dapat meningkatkan risiko kerusakan radiasi stokastik, maka dosis yang diterima pasien harus serendah-rendahnya yang dapat dijangkau dengan hasil yang seoptimal mungkin dapat dicapai (Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable)) [9]. Untuk anak usia di bawah 10 tahun memiliki peluang induksi kanker fatal 2 – 3 lebih besar dibanding seluruh penduduk. [10]. Dengan menggunakan dosimeter LiF dan dosimeter OSL Al2O3:C, kegiatan pemantauan dan terimaan dosis pasien anak pemeriksaan

radiodiagnostik dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung program UNSCEAR. Dan diharapkan Indonesia dapat memiliki tingkat panduan dosis (Dose Reference Level) yang diterima oleh pasien anak dalam setiap menjalani pemeriksaan medik. Dan tingkat panduan dosis untuk pasien anak yang menjalani pemeriksaan diagnostik menggunakan sinar-X telah menjadi perhatian organisasi nasional dan internasional yang terlibat dalam kegiatan pengukuran, pemantauan dan keselamatan radiasi.

TLD dengan bahan fosfor LiF lebih banyak digunakan dalam berbagai aplikasi dosimetri medik diantaranya dalam diagnostik radiologi, dan dosimetri medik yang dikirimkan melalui pos sehubungan dengan tingkat sensitivititasnya yang tinggi, stabilitas informasi dosis yang baik dan memiliki ekivalensi jaringan yang baik (Zeff=8,14). Pemilihan bahan TLD yang digunakan dalam beberapa aplikasi medik juga sangat bergantung pada persyaratan dan kebutuhan spesifik dari permasalahan yang terdapat dalam aplikasi tersebut. Dosimeter LiF dengan aktivator Mg dan Ti (LiF:Mg,Ti, TLD-100) memiliki rentang dosis yang cukup lebar antara 10-5–10 Gy dan fading 5%/tahun pada temperatur 20°C terkoreksi. Sehingga, sampai saat ini TLD LiF:Mg,Ti telah mendominasi untuk memenuhi kebutuhan dosimeter dalam berbagai aplikasi dosimetri medik, terutama pada pemeriksaan radiodiagnostik [11,12]. Beberapa tahun terakhir, dosimeter LiF:Mg,Cu,P (TLD-100H) dalam aplikasi dosimetri merupakan detektor untuk pemantauan dosis radiasi perorangan dan lingkungan mulai digunakan sebagai dosimeter alternatif untuk menggantikan TLD LiF:Mg,Ti dalam aplikasi medis terutama dosis rendah [12-14], terutama untuk dosis rendah dan energi rendah. CR Edward dkk [15] dengan penelitiannya tentang tanggapan relatif TLD LiF:Mg,Ti dan LiF:Mg,Cu,P terhadap variasi energi sinar-X, menunjukkan bahwa ketergantungan tanggapan relatif dosimeter LiF terhadap perubahan energi tidak bisa diabaikan seperti pada Gambar 1.

TLD LiF:Mg,Cu,P memiliki karakteristik dosimetri yang lebih baik, dengan rentang dosis yang lebih luas (10-6–10 Gy), supralinieriti yang rendah, fading-nya dapat diabaikan

(9)

dan tingkat sensitivitasnya hasil dari penelitian sebelumnya diperoleh 23 kali lebih tinggi dibanding TLD LiF:Mg,Ti [16]. Untuk reprodusi-biliti dalam pemakaian yang berulang-kali ditunjukkan pada Gambar 2, TLD LiF:Mg,Cu,P memberikan tanggapan yang relatif lebih stabil dari TLD LiF:Mg,Ti [17], terutama tanggapan TLD LiF:Mg,Cu,P pada energi rendah sinar-X antara 33–83 keV. Sedangkan untuk bentuk kurva TLD LiF:Mg,Cu,P diperlihatkan pada Gambar 3 [18].

TLD LiF:Mg,Ti dan TLD LiF:Mg,Cu,P memiliki nomor atom efektif (Zeff), pemudaran informasi dosis dan kerapatan massa adalah sama, tetapi beberapa sifat dosimetrik lainnya sangat berbeda seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 [19,20]. Perbedaan juga terdapat pada respon dosimeter terhadap proses absorpsi energi yang berkaitan dengan interaksi cross section foton pada dosimeter, dan efisiensi relatif TL (thermo-luminescent) [21].

Mengingat perkembangan peralatan dalam bidang medik dan kebutuhan untuk pemantauan dosis paparan radiasi yang ekstrim sangat signifikan, maka TLD LiF:Mg,Cu,P yang lebih sensitif telah menjadi pilihan dan perhatian cukup serius Gambar 1. Tanggapan relatif TLD LiF:Mg,Cu,P dan

LiF:Mg,Ti per unit kerma udara terhadap energi rendah sinar-X [15]

Gambar 2. Reprodusibiliti TLD-100H (LiF:Mg,Cu,P) dan TLD-100 (LiF:Mg,Ti) dalam 10 kali siklus irradiasi.

50 100 150 200 250 LiF:Mg,Cu,P peak 4T m=210 o C E=2.29 eV s ~ 1023 s-1 E=1.46 eV peak 3 Tm=170 o C s ~ 1016 s-1 peak 2 Tm=119 o C E=1.31 eV s ~ 101 s-1 peak 1 Tm=71 o C E=0.66 eV s ~ 109 s-1 Temperature, T [oC] TL si gn al, arb. u n it s

Gambar 3. Puncak kurva TL sederhana dengan puncak tunggal dosimetrik dari TLD LiF:Mg,Cu,P. [18]

(10)

[13]. TLD LiF:Mg,Ti merupakan dosimeter yang sangat sensitif dan digunakan untuk keperluan dalam aplikasi medis, sedangkan TLD LiF:Mg,Cu,P dipergunakan sebagai dosimeter untuk keperluan pemantauan dosis perorangan dan lingkungan. Dalam penelitian ini, TLD LiF:Mg,Cu,P digunakan untuk pemantauan dan mengetahui nilai paparan radiasi dosis pasien anak dalam pemeriksaan radiodiagnostik di rumah sakit. Hal ini dilakukan karena TLD LiF:Mg,Cu,P memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan TLD LiF:Mg,Ti, sehingga diharapkan dapat menggantikan posisi TLD LiF:Mg,Ti untuk kasus yang membutuhkan pengukuran yang lebih teliti, akurat dan pengukuran yang ekstrim [11,13]. Untuk evaluasi dosis yang diberikan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut;

× × = i i energi TLD TLD Nc Fc Fc R Gy Dosis( )

Dengan, RTLD adalah bacaan TLD, NcTLD adalah faktor kalibrasi TLD, Fcenergy adalah faktor koreksi respon energi dan Fci adalah factor-faktor koreksi lain yang masuk dalam pengukuran.

Tabel 1. Karakteristik dosimetrik TLD LiF:Mg,Ti dan TLD LiF:Mg,Cu,P [19,20]

Bahan TL Puncak kurva (°C) Emisi maksimum (nm) Zeff Sensiti-vitas relatif Linieritas

(Gy) Fading TemperaturAnnealing (waktu) LiF:MgTi

(TLD-100) 210 425 8,14 1 10

-5 – 10 < 5%/tahun 400°C (1 jam) dan

80°C (24 jam) LiF:MgCuP

(TLD-100H)

232 310 (410) 8,14 15 – 30 10-6 – 10 < 5%/tahun 240°C (10 menit)

Dalam perkembangan awalnya, OSL merupakan suatu metode yang cukup popular digunakan untuk penentuan dosis radiasi lingkungan yang terserap oleh material arkeologi dan geologi. Luminisensi dari material yang distimulasi dengan panjang gelombang dan intensitas cahaya yang tepat merupakan informasi dosis terserap oleh material itu, dan dengan melalui cara penentuan menggunakan metode terpisah dapat diketahui laju dosis lingkungan [22]. Dalam pengembangan selanjutnya, teknologi OSL diaplikasikan dalam dosimetri radiasi. Sama seperti TLD, dosimeter OSL juga merupakan kristal yang dibuat dari bahan fosfor luminisensi dengan penambahan aktivator sebagai pengotor yang akan membentuk pasangan elektron-lubang ketika dosimeter tersebut menerima paparan radiasi. Paparan radiasi akan mengeksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi dan terperangkap. Pada saat OSL menerima

(11)

stimulasi berupa cahaya laser yang kuat, elektron-elektron yang terperangkap akan bergabung kembali dengan lubang pasangannya pada keadaan awal. Dalam peristiwa ini tidak semua muatan elektron yang terlepaskan dan tidak selalu berasal dari perangkap yang sama [23], sehingga dosimeter OSL dapat dibaca berulangkali. Dari penelitian M.C. Aznar (2005), diketahui bahwa kehilangan informasi dosis setiap kali dosimeter menerima stimulasi secara optikal sangat kecil sekali (0,05%/pembacaan) [24]. Secara teoritis, fenomena yang kompleks dalam OSL didasarkan pada beberapa asumsi, bahwa hanya ada satu jenis perangkap elektron dan satu jenis pusat rekombinasi, semua perpindahan muatan terjadi melalui pita konduksi, efisiensi luminisensi (η = 1) didefinisikan bahwa semua rekombinasi adalah radiasi, dll [25]. Sehingga, intensitas OSL dapat digambarkan sebagai,

) ( exp exp 1 2 0 kT a t E a t I IOSL OSL ⎟− ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛− ⋅ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛− ⋅ = τ

Dengan a1 menggambarkan aksi dari

perangkap dangkal (E adalah kedalaman perangkap, T, temperatur dan k, Konstanta Boltzmann), dan a2(t)

menggambarkan “perangkap dalam” yang dipengaruhi waktu. Nilai τ =σ(λ)⋅φ(λ)-1 merupakan lifetime dengan σ adalah intensitas stimulasi optik, φ adalah photo-ionization cross section dan λ adalah panjang gelombang optik. Pada Tabel 2 ditunjukkan beberapa bahan dosimeter dengan karakteristik dosimetriknya yang digunakan sebagai OSL. Bahan OSL dosimeter yang sudah dikomersialisasikan untuk digunakan sebagai dosimeter personal adalah Al2O3:C [25]. Lingkungan tempat bekerja

(industri, penelitian, aplikasi medis), jenis dan laju paparan radiasi yang dimanfaatkan (sinar gamma, sinar-X, beta, neutron, dll) sangat menentukan jenis dosimeter yang akan digunakan. Selain dari itu, tanggapan dosimeter terhadap variasi energi gamma/photon juga akan mempengaruhi hasil yang diberikan dosimeter. Dosimeter OSL, untuk energi 40 – 100 keV memberikan respon yang relative baik, yaitu – 8 % sampai 5 % seperti ditunjukkan pada Gambar 4 [26].

Gambar 4. Kurva tanggapan relatif Hp(10) OSLD dan MCNP dengan titik referensi 137Cs [26]

(12)

Tabel 2. Karakteristik dosimetrik beberapa bahan dosimeter OSL [25]

Bahan OSL Sensitivitas relatif OSL dosis linier (nm) Tingkat Pemudaran Rentang Zeff# Al2O3:C 1,00 μGy – 10 Gy < 5%/tahun 11,28 BeO ~ 1,00 μGy – 10 Gy 6% dalam 10 hari, selanjutnya nil 7,20 Li2Al2O4Tb ~ 0,01 200 μG – 10 Gy 50% dalam 50 hari 9,74 Mg2SiO4:Tb ~ 0,11 30 μG – 10 Gy 30% dalam 10 hari, selanjutnya 0 11,23 Mg2SiO4:Tb,Co ~ 0,08 40 μG – 10 Gy 30% dalam 10 hari, selanjutnya nil 11,23 MgO:Tb ~ 1,00 100 μGy – 10 Gy 43% dalam 36 hari, selanjutnya nil 10,80 NaMgF3:Eu ~ 10,00 μGy – 100 Gy 40% dalam 24 hari, selanjutnya nil 10,40 KMgF3:Ce ~ 10,00 1 μGy – 10 Gy Tinggi dan 40K-iradiasi diri 14,70 (NH4)2SiF6:Tl ~ 0,02 > few mGy 80% dalam 10 hari 10,31

# Zeff (jaringan) = 8,14

DAFTAR PUSTAKA

1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007, Tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, 2007.

2. HSU SM., YEH SH., LIN MS. and CHEN WL., Comparison on Characteristics of Radiophotoluminescent Glass Dosemeters and Thermoluminescent Dosemeters, Radiat. Prot. Dosim. 119, pp. 327–331. 2006.

3. DONG KR., KWEON DC., CHUNG WK., GOO EH., DIETER D., CHOE CH., Study on the Angular Dependence of Personal Exposure Dosimeter – Focus on Thermoluminescent Dosimeter and Photoluminescent Dosimeter, Annals of Nucl. Energy 38, pp. 383–388, 2011.

4. ROSSI F., ARILLI C., FALIVENE A., GORI C., A New Card Holder for Personal X and Gamma Dosimetry, Radiat. Meas. 43, pp. 626 – 630, 2008.

5. BEHRENS R. AND AMBROSI P., Review of International Standards for Dosemeters, Radiat. Prot. Dosim. 128, No. 2, pp. 159–168, doi:10.1093/rpd/ncm331, 2008.

6. UNSCEAR, Sources and Effects of Ionizing Radiation: Reports to the General Assembly with Scientific Annexes, Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, UN, New York, 2000.

7. UNSCEAR, Sources and Effects of Ionizing Radiation (Reports to the General Assembly with Scientific Annexes). Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, UN, New York, 1996.

8. International Commission on Radiological Protection. Radiological protection and safety in medicine. ICRP Publication 73. Oxford: Pergamon Press, 1996.

9. European Commission. Guidance for Protection of Unborn Children and Infants Irradiated Due to Parental Medical Exposures. Radiation Protection 100, 1998.

10. European Commission. Guidance for Protection of Unborn Children and Infants Irradiated Due to Parental Medical Exposures. Radiation Protection 100, 1998.

11 GONZALEZ PR., QUIROZ MC., AZORIN J., FURETTA C., and AVILA O., Improvement in the Preparation Method of LiF:Mg,Cu,P Thermoluminescent Phosphor. J. Appl. Sci. 5 (8), pp. 1408–1411, 2005.

12. GONZALEZ PR., FURETTA J. and AZORIN C., Comparison of the TL Responses of Two Different Preparations of LiF:Mg,Cu,P Irradiated by Photons of Various Energies, Appl. Radiat. Isotopes 65, pp. 341–344, 2007.

13. CAI G. The Influence of the Grain Size of LiF:Mg,Cu,P Thermoluminescent Material on Photon Energy Response and Dose Response. J. Phys. D. Appl. Phys 28, pp. 1259–1262, 1995.

14. KRON T., DUGGAN L., SMITH T., ROSENFELD A., BUTSON M., KAPLAN G., et al. Dose Response of Various Radiation Detectors to Synchrotron Radiation. Phys. Med. Biol. 43: pp. 3235–60. 1998. 15. EDWARDS, CR., MOUNTFORD, PJ., S GREEN, S., PALETHORPE, JE., MOLONEY, AJ., The Low

Energy X-ray Response of the LiF:Mg,Cu,P Thermoluminescent Dosemeter: A Comparison with LiF:Mg,Ti, British Journ Radiol 78, pp. 543–547, 2005.

16. SOFYAN H dan KUSUMAWATI DD, Penelitian Komparatif Dosimeter Termoluminisensi LiF:Mg,Ti dengan LiF:Mg,Cu,P dalam Aplikasi Medik (dalam proses penerbitan dalam JSTNI, PTNBR), 2012. 17. FREIRE L., CALADO, A., CARDOSO, JV., SANTOS, LM., ALVES, JG., Comparison of LiF (TLD-100

and TLD-100H) Detectors for Extremity Monitoring, Radiat. Meas 43, pp. 646 – 650, 2008.

18. OLKO P., BILSKI P., BUDZANOWSKI M., et al. New Dosimetric Applications of High Sensitive MCP-N (LiF:Mg,Cu,P) Thermoluminescence Detectors, Proc. 7th International Workshop Radiation Monitoring, Chiyoda Technol Corporation, Oarai JAPAN, Dec 2011 JAPAN.

(13)

19. McKEEVER SWS., MOSCOVITCH M., and TOWNSEND PD., Thermoluminescence Dosimetry Materials — Property and Uses, Nuclear Technology Publishing, Ashford, UK 1994.

20. ZOETELIEF J., JULIUS H.W. and CHRISTENSEN P., Recommendations for Patient Dosimetry in Diagnostic Radiology Using TLD, Rep. EUR 19604, European Commission, Luxembourg 2000.

21. ASKOUNIS P., PAPADOMARKAKI, E., KIRGIAKOU, H., et al, Analysis of the Personal Doses Lower than the Reporting Level, Radiat. Meas. 43, pp. 603 – 606, 2008.

22. McKEEVER SWS., Optically Stimulated Luminescence Dosimetry, Nucl. Instr. Meth. Phys. Res. B 184, pp. 29–54, 2001.

23. BØTTER-JENSEN L., Development of Optically Stimulated Luminescence Techniques Using Natural Minerals and Ceramics, and Their Application to Retrospective Dosimetry, PhD thesis of RISO National Laboratory, Roskilde, September 2000.

24. AZNAR MC. Real-time in Vivo Luminescence Dosimetry in Radiotherapy and Mammography Using Al2O3:C. PhD thesis of RISO National Laboratory No. PhD-12(EN) (2005).

25. AKSELROD A., McKEEVER SWS., A Radiation Dosimetry Methods Using Pulsed Optically Stimulated Luminescence, Radiat. Prot. Dosim. 81, pp. 167–175, 1999.

26. LEE SY., LEE KJ., Development of a Personal Dosimetry System Based on Optically Stimulated Luminescence of α-Al2O3:C for Mixed Radiation Fileds, Appl Radiat Isotopes 54, 675–685, 2001.

B. Pokok Permasalahan

Dosimeter TLD LiF:MgTi relatif kurang sensitif terhadap dosis rendah, sehingga sudah tidak memadai untuk digunakan dalam dosimetri medik khususnya pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik. Dan pemantauan dosis radiasi eksterna perorangan atau dosis yang diterima pekerja radiasi (operator pesawat sinar-X) selama ini menggunakan dosimeter film dan/atau TLD CaSO4:Dy, namun belakangan ini telah dikembangkan

dosimeter OSL yang memiliki karakteristik dosimetri yang lebih baik dibandingkan TLD. Mengingat perkembangan iptek nuklir dan peralatan medik yang sangat pesat, serta untuk memenuhi tuntutan pemantauan dosis radiasi yang akurat dan presisi pada pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik dan pekerja radiasi, maka dewasa ini TLD LiF:Mg,Cu,P banyak menjadi pilihan untuk dosis rendah karena memiliki sensitivitas lebih tinggi dari TLD LiF:Mg,Ti dan dosimeter OSL Al2O3:C untuk pekerja radiasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PTKMR BATAN berencana untuk memanfaatkan TLD LiF:MgCuP untuk keperluan dosimetri medik khususnya pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik dan dosimeter OSL Al2O3:C untuk keperluan

pemantauan dosis radiasi eksterna perorangan. Namun sebelum TLD LiF:Mg,Cu,P dan dosimeter OSL Al2O3:C tersebut digunakan, terlebih dahulu harus dilakukan pengujian

karakteristiknya agar memenuhi persyaratan dalam pemakaiannya sebagai dosimeter dengan kondisi lingkungan Indonesia. Uji karakteristik dosimeter diutamakan untuk uji akurasi dan presisi, sedangkan untuk uji linieritas, respons energi, kebergantungan arah dan kepucatan (fading) berdasarkan penelitian sebelumnya. TLD LiF:Mg,Cu,P dan Dosimeter OSL Al2O3:C yang telah teruji akan digunakan dalam dosimetri personal dan

medik, yang hasilnya selanjutnya dapat berguna untuk memberikan sumbangan data kepada UNSCEAR dalam dosis pekerja dan dosis medik yang diterima di Indonesia.

(14)

C. Maksud dan Tujuan Kegiatan

IAEA telah mengeluarkan tingkat panduan dosis pasien pemeriksaan radiodiagnostik. Karena kondisi fisik pasien Indonesia berbeda dengan kondisi fisik pasien dalam pembuatan panduan tersebut, maka data-data tersebut kemungkinan hanya cocok digunakan untuk pasien di negara tertentu. Sejalan dengan adanya peningkatan risiko kerusakan radiasi stokastik pada dosis rendah terutama pada anak di bawah usia 10 tahun, dan prinsip ALARA bahwa dosis yang diterima pasien harus serendah-rendahnya yang dapat dijangkau dengan hasil yang seoptimal mungkin dapat dicapai, maka perlu dilakukan pengukuran dosis radiasi yang diterima oleh pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik secara akurat dan presisi. Belakangan ini, tingkat panduan dosis untuk pasien anak yang menjalani pemeriksaan diagnostik menggunakan sinar-X telah menjadi perhatian organisasi nasional dan internasional yang terlibat dalam kegiatan pengukuran, pemantauan dan keselamatan radiasi.

Dengan menggunakan dosimeter LiF:Mg,Cu,P yang memiliki sensitivitas 23 kali lebih besar dari dosimeter LiF:Mg,Ti, kegiatan ini dapat memberikan hasil yang lebih baik dan akurat untuk mengetahui terimaan dosis rendah yang diterima pasien anak. Dalam kegiatan ini, dengan 150 pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik dapat diketahui dosis yang diterima oleh pasien anak berdasarkan jenis pemeriksaan yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit (RSIA, RSAB, RSUP, dan RSUD) yang terdapat di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Di samping itu juga dilakukan pemantauan dosis yang diterima para petugas radiasi secara akurat dengan menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C. Dengan data hasil yang akurat, prinsip ALARA dapat dioptimalkan yang akan

berdampak positif pada keselamatan pasien anak dalam meningkatkan layanan.

Keseragaman besaran dosis yang diberikan kepada pasien merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap instalasi radiologi rumah sakit di Indonesia dengan laboratorium kalibrasi. Di Indonesia, Laboratorium Dosimetri Standar Sekunder (SSDL, Secondary Standard Dosimetry Laboratory) Jakarta yang dikelola oleh PTKMR-BATAN memiliki tanggung jawab dalam menjaga keseragaman besaran dosis dalam kegiatan dosimetri dengan program kalibrasi alat ukur dilakukan secara rutin. SSDL Jakarta yang tergabung dalam jaringan laboratorium dosimetri sekunder secara internasional dikelola oleh IAEA/WHO. Peningkatan jumlah instalasi radiologi dan semakin kompleksnya teknik penyinaran pasien radiodiagnostik, di samping pelaksanaan program kalibrasi alat ukur juga perlu dilakukan pemantauan dosis yang diterima pasien terutama dosis rendah untuk pasien anak dengan menggunakan dosimeter LiF:Mg,Cu,P. Jika hasil evaluasi dosimeter LiF:Mg,Cu,P untuk dosis pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik terdapat

(15)

perbedaan dengan nilai yang dikeluarkan oleh NRPB, maka harus dilakukan uji kesesuaian pesawat sinar-X yang digunakan. Sehingga pada tahap selanjutnya tidak akan terjadi lagi pemberian dosis yang melampaui nilai rerata yang diberikan NRPB.

Di samping itu, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam program UNSCEAR bidang diagnostik di Indonesia khususnya mendukung Renstra PTKMR 2010–2014, dan sebagai langkah awal dalam penyusunan tingkat panduan dosis (Dose Reference Level) yang diterima oleh pasien khususnya pasien anak dalam setiap menjalani pemeriksaan medik Indonesia.

D. Metodologi Pelaksanaan

Penelitian pengukuran dosis radiasi pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik untuk paparan radiasi rendah yang akurat dan presisi dilakukan di beberapa rumah sakit yang terdapat di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Mengingat keterbatasan jumlah pasien anak dibandingkan pasien dewasa, maka dalam kegiatan penelitian ini direncanakan untuk memperoleh data terimaan dosis pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik sebanyak 150 data dan 20 data terimaan dosis pekerja radiasi. Kegiatan ini dilakukan dengan,

1. Lokus Kegiatan : Jawa

2. Fokus Kegiatan : Teknologi Kesehatan dan Obat-obatan (Pendukung)

3. Ruang Lingkup : - Karakterisasi TLD LiF:Mg,Cu,P dan dosimeter OSL Al2O3:C

- Pembuatan kurva kalibrasi

- Koordinasi dan pengajuan izin ke rumah sakit (RSAB, RSUP, RSIA, RSU dan RSUD) di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. - Setiap dosimeter akan digunakan untuk pengukuran dosis

terimaan dosis pasien anak radiodiagnostik, harus dilakukan persiapan TLD LiF:Mg,Cu,P dengan cara meng-annealing pada temperatur 220°C selama 10 menit dan packing masing-masing 3 buah TLD. Dan untuk dosimeter OSL Al2O3:C,

dilakukan annealing menggunakan lampu TL 2 x 20 watt selama 5 menit.

- Pembacaan TLD LiF:Mg,Cu,P menggunakan “TLD reader 2000 A/B” dan dosimeter OSL menggunakan “OSL reader microStar” dengan kondisi ruangan terkontrol.

- Analisis data dan penulisan laporan.

(16)

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Bulan ke …

No. Tahapan Pelaksanaan

1 2 3 4 5 6 7 8

1. TERMIN-I

- Pengadaan bahan penelitian

- Pengukuran keluaran sumber Co-60 dan sinar-X

- Penyinaran dan pembacaan dosimeter untuk uji akurasi dan presisi

- Penyinaran dan pembacaan dosimeter untuk pembuatan kurva energi rendah - Penyinaran dan pembacaan dosimeter

untuk uji respons energi, uji linieritas.

2. TERMIN-II

- Koordinasi dan menggunakan TLD LiF:Mg,Cu,P untuk mengukur dosis terimaan pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik di rumah sakit,

• Bandung (RSUP Dr. Hasan Sadikin, RSUD Cimahi, RSIA Hermina)

• Jakarta (RSU Persahabatan, RSAB Harapan Kita, RSIA Hermina Ciputat/ Jatinegara, RS Pasar Rebo)

• Yogyakarta (RSUP Dr. Sardjito, RS PKU Muhammadiyah, RSUD Bantul, RSUD Wirosaban)

- Pemakaian dosimeter OSL di PTKMR BATAN Jakarta dan di Instalasi Radiologi RSUP Hasan Sadikin Bandung

- Analisis dan evaluasi data hasil pengukuran dosis terimaan pasien anak radiodiagnostik

3. TERMIN-III

- Analisis dan evaluasi data hasil pengukuran dosis terimaan pasien anak radiodiagnostik

- Pembuatan laporan akhir

1. Perkembangan Kegiatan

Kegiatan penelitian dapat berjalan sesuai rencana dan tahapan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang meliputi;

a. Persiapan dan pengadaan bahan kebutuhan penelitian sesuai dengan jadwal. b. Koordinasi dengan pihak rumah sakit berjalan dengan baik.

c. Pengukuran/pemantauan dosis yang diterima pasien anak pemeriksaan radio-diagnostik untuk usia 0 – 15 tahun telah dilakukan di Instalasi Radiologi rumah

(17)

sakit di Jakarta (RSAB Harapan Kita, RSUP Persahabatan, RS Pasar Rebo dan RSIA Hermina Ciputat/ Jatinegara), di Bandung (RSUP. Dr. Hasan Sadikin, RSUD Cibabat dan RSIA Hermina), di Yogyakarta (RSUP. Dr. Sardjito, RS PKU Muhammadiyah, RSUD bantul dan RSUD Wirosaban). Dan juga, telah dilakukan pemantauan dosis petugas radiasi dengan menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C.

c. Pengukuran/pemantauan dosis pasien anak, digunakan TLD LiF:Mg,Cu,P yang telah teruji untuk pemeriksaan radiodiagnostik foto thoraks AP/PA dan LAT, Abdomen AP, Pelvis AP/LAT, Cranium/kepala (Waters, Skull AP/LAT, Sinus AP/LAT), Vertebrae (Cervical, Thoracal, Lumbo Sacral) dan pemeriksaan ekstrimitas (Manus, Ante brachi, Humerus, Shoulder, Femur, Crusris, Ankle, Wrist, Pedis). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan TLD LiF:Mg,Cu,P.

d. Telah dilakukan pemantauan dosis petugas radiasi dengan menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C.

e. Analisis dan evaluasi data dapat dilaksanakan sesuai target dan rencana.

2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan

Tidak ada.

B. Pengelolaan Administrasi Manajerial 1. Perencanaan Anggaran

Anggaran Penelitian telah dipergunakan dengan baik dan optimal sesuai dengan RAB untuk Gaji/Upah (52,48%), pengadaan Bahan Habis Pakai (20,07%), Biaya Perjalanan (26,87%) dan Biaya Lain-lain (0,59%).

2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran

Anggaran penelitian PI-PKPP dari Kemenristek melalui Biro Perencanaan BATAN, diteruskan ke masing-masing Satker di lingkungan BATAN dalam 3 (tiga) tahapan pencairan, yaitu; Tahap-I (30%), Tahap-II (50%) dan Tahap-III (20%), telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

Pengukuran dosis rendah yang diterima pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik menggunakan TLD LiF:Mg,Cu,P diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan

(18)

dengan penggunaan TLD LiF:Mg,Ti. Hal yang sama juga dapat terlihat dari penggunaan dosimeter OSL Al2O3:C yang relatif lebih baik dibandingkan dengan

Film badge dan TLD Badge CaSO4:Dy. Selanjutnya, karena sensitivitas TLD

LiF:Mg,Cu,P adalah 23 kali lebih tinggi dari TLD LiF:Mg,Ti maka dapat digunakan menggantikan TLD LiF:Mg,Ti pada masa yang akan dating terutama untuk pengukuran dosis rendah.

4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Tidak ada.

(19)

BAB III

METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA

A. Metode Pencapaian Target Kinerja

1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian

Kerangka rancangan disusun agar kegiatan penelitian dapat berjalan sesuai perencanaan, yaitu;

Pengukuran Keluaran Sumber Co-60 dan Sinar-X

Penyinaran dan Pembacaan (TLD LiF:Mg,Cu,P dan OSLD Al2O3:C)

untuk (Akurasi, Presisi)

Persiapan Penelitian

Penyinaran dan Pembacaan (TLD dan OSLD) untuk respon energi, linieritas, kebergantungan arah (sudut),

dan fading

Pengambilan data dosis pasien anak dengan TLD LiF:Mg,Cu,P

di rumah sakit

Pembacaan TLD LiF:Mg,Cu,P di Lab. Dosimetri

Analisis dan evaluasi hasil pembacaan TLD LiF:Mg,Cu,P dan OSLD Al2O3:C

Pembuatan Laporan Teknis

Termin-I

Termin-II

Termin-III

Pengambilan data dosis operator pesawat sinar-X dengan OSLD di rumah sakit

Pembacaan OSLD Al2O3:C di Lab. Dosimetri

2. Indikator Keberhasilan Pencapaian

Diperoleh TLD LiF:Mg,Cu,P yang telah teruji untuk pemantauan dosis rendah dan kerjasama serta dukungan dari beberapa rumah sakit. Dan dosimeter OSL Al2O3:Dy untuk pemantauan dosis yang diterima petugas radiasi.

3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian

• Telah dilakukan pengukuran keluaran sumber standar (Co-60 dan sinar-X), dan Penyinaran serta pembacaan dosimeter (TLD LiF:Mg,Cu,P dan OSLD Al2O3:C) untuk uji akurasi dan presisi.

(20)

• Telah dilakukan penyinaran dan pembacaan TLD untuk mendapatkan kurva respon TLD LiF:Mg,Cu,P.

• Telah dilakukan pengambilan dan pembacaan untuk mengetahui terimaan dosis pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik menggunakan TLD LiF:Mg,Cu,P di rumah sakit di Jakarta (RSAB Harapan Kita, RSUP Persahabatan, RS Pasar Rebo dan RSIA Hermina Ciputat/ Jatinegara), di Bandung (RSUP. Dr. Hasan Sadikin, RSUD Cibabat dan RSIA Hermina), di Yogyakarta (RSUP. Dr. Sardjito, RS PKU Muhammadiyah, RSUD bantul dan RSUD Wirosaban).

• Telah dilakukan pengambilan data dosis operator pesawat sinar-X dengan dosimeter OSL Al2O3:C.

• Telah dilakukan sosialisasi penggunaan TLD LiF:Mg,Cu,P dan dosimeter OSL Al2O3:C.

B. Potensi Pengembangan Ke Depan 1. Kerangka Pengembangan Ke Depan

Akan dilakukan koordinasi secara berkala dengan pihak-pihak rumah sakit di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki instalasi radiologi. Dan diharapkan pengukuran dosis yang diterima pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik dapat dikontrol agar tidak melampaui nilai batas dosis radiasi agar prinsip keselamatan radiasi dapat teraplikasi dengan baik.

2. Strategi Pengembangan Ke Depan

• Peningkatan kemampuan SDM melalui training dan pelatihan.

• Koordinasi lebih luas dan intensif dengan pihak rumah sakit yang memiliki fasilitas instalasi radiologi.

• Melibatkan pihak rumah sakit bagian Instalasi Radiologi untuk pengambilan dosis menggunakan TLD LiF:Mg,Cu,P.

• Melakukan interkomparasi pada tingkat internasional.

(21)

BAB IV

SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

1. Kerangka Sinergi Koordinasi

Membuat dan mengajukan proposal penelitian dan pengembangan multi-years dengan tahapan yang disesuaikan dengan program nasional dan Renstra PTKMR untuk mendukung Program UNSCEAR. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lebih banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas radiologi.

2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi

Kerjasama dan dukungan pihak-pihak yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung untuk mewujudkan komitmen dan kemauan serta meningkatkan kesadaran pentingnya melakukan pemantauan dosis radiasi yang diterima pasien pada pemeriksaan radiodiagnostik.

3. Perkembangan Sinergi Koordinasi

Dengan dukungan pihak rumah sakit khususnya petugas di instalasi radiologi telah menciptakan sinergi koordinasi yang baik terutama dalam pendatan pasien anak.

B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan

Dengan menggunakan dosimeter yang lebih sensitif, dosis yang diterima setiap pasien medik maupun pekerja radiasinya dapat dipantau dan diketahui secara akurat dan teliti. Sehingga dapat memenuhi persyaratan keselamatan radiasi dalam melindungi para pekerja, anggota masyarakat (pasien medik) dan lingkungan hidup dari paparan radiasi yang kemungkinan dapat ditimbulkan oleh peralatan radiasi yang digunakan (Pesawat sinar-X).

2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan

Meningkatnya kesadaran keselamatan radiasi dan memahami kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkan dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang dapat menimbulkan paparan radiasi pengion.

3. Perkembangan Pemanfaatan

Pihak rumah sakit mendukung dan sangat menyetujui kegiatan pemantauan dan pengukuran dosis yang diterima pasien pemeriksaan radiodiagnostik.

(22)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran

Tahapan pelaksanaan kegiatan telah dilakukan secara baik sesuai rencana dengan mengoptimalkan anggaran berdasarkan peraturan yang berlaku.

2. Metode Pencapaian Target Kinerja

Melakukan koordinasi secara intensif dengan pihak terkait yang dihubungi dan mengoptimalkan kemampuan SDM, fasilitas dan peralatan yang dipergunakan.

3. Potensi Pengembangan Ke Depan

Sangat berpotensi untuk dilanjutkan pada masa yang akan datang dalam meningkatkan kesadaran akan keselamatan radiasi dan kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkannya.

4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program

Kerjasama dan dukungan pihak-pihak yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung untuk mewujudkan komitmen dan kemauan serta meningkatkan kesadaran pentingnya melakukan pemantauan dosis radiasi yang diterima pasien pada pemeriksaan radiodiagnostik.

5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

Pihak rumah sakit mendukung dan sangat menyetujui kegiatan pemantauan dan pengukuran dosis yang diterima pasien pemeriksaan radiodiagnostik.

B. Saran

1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan

Perlu dukungan semua pihak secara langsung dan terus-menerus.

2 Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

Agar dosis yang diterima setiap pasien medik dapat dipantau, dan kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkan oleh paparan radiasi pengion secara berlebihan dapat dipantau, maka kegiatan ini sangat penting untuk dilanjutkan secara berkesinambungan.

(23)
(24)

1

LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN,

KEKAYAAN INTELEKTUAL dan HASIL PENGELOLAANNYA

Identitas Perguruan Tinggi / lembaga Penelitian dan Pengembangan

Nama Perguruan Tinggi / Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)

Pimpinan Dr. Susilo Widodo

Alamat Kawasan Peneilitian Tenaga Nuklir,

Jl. Lebak Bulus Raya No.49 Ps. Jumat, Jakarta 12440.

Identitas Kegiatan

Nama/ Judul Kegiatan

Uji Karakteristik Dosimeter TL LiF:Mg,Cu,P & Dosimeter OSL dan Pengembangan Metode Audit Dosimeter Fasilitas Radiologi untuk Peningkatan Layanan Dan Keselamatan Pasien Anak

Abstraksi Dalam dosimetri medik, TLD LiF:Mg,Ti telah mendominasi kebutuhan dosimeter terutama pada pemeriksaan radiodiagnostik. Untuk pengukuran dosis rendah pada pasien anak dibutuhkan dosimeter yang memiliki karakteristik yang lebih baik dan sensitivitas yang lebih tinggi. Dari penelitian sebelumnya, TLD LiF:Mg,Cu,P yang digunakan sebagai dosimeter personal dan lingkungan telah diketahui TLD LiF:Mg,Cu,P dengan sensitivitas 23 kali lebih tinggi dan berpeluang untuk digunakan dalam pemantauan dosis rendah menggantikan dosimeter LiF:Mg,Ti. Berdasarkan stimulasi yang diberikan, dosimeter luminescence dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu TLD, dosimeter OSL dan dosimeter RPL. Dalam penelitian ini, digunakan TLD LiF:Mg,Cu,P untuk mengukur dosis radiasi yang diterima pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik dan dosimeter OSL Al2O3:C untuk

pekerja radiasi. Untuk memenuhi tuntutan pengukuran dosis radiasi rendah yang lebih akurat dan presisi, perlu dilakukan karakterisasi TLD LiF:Mg,Cu,P dan dosimeter OSL. Dosimeter LiF:Mg,Cu,P yang digunakan untuk mengukur dosis radiasi pasien anak pemeriksaan radiodiagnostik diharapkan dapat mendukung program UNSCEAR, sedangkan dosimeter OSL Al2O3:C untuk

pemantauan dosis perorangan pekerja radiasi yang lebih akurat. Pengukuran dosis yang diterima pasien anak usia 0 – 15 tahun, dilakukan di rumah sakit di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta dengan metode pengelompokkan berdasarkan jenis pemeriksaan dengan jumlah pasiennya adalah untuk thoraks (114 pasien), abdomen/pelvis (14 pasien), Cranium (21 pasien), Vertebrae (12 pasien) dan untuk pemeriksaan ekstrimitas (59 pasien). Dari hasil pengukuran diketahui bahwa dosis yang diterima pasien anak sangat bervariasi dan lebih besar dari data hasil pengukuran NRPB, terutama untuk pemeriksaan thoraks. Dosis maksimum yang diterima pasien anak pemeriksaan thoraks dan abdomen, masing-masing adalah 2,8901 mGy untuk thoraks dan 3,2539 mGy untuk abdomen. Sedangkan paparan radiasi yang diterima

(25)

2 petugas pesawat sinar-X selama 2 bulan dengan menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C diperoleh 0,00-0,14 mSv untuk Hp(10),

0,00-0,16 mSv untuk Hp(0,07) dan 0,00-0,17 mSv untuk Hp(3). Salah satu dari petugas itu, menerima paparan radiasi cukup besar masing-masing 0,14; 0,16 dan 0,17 mSv untuk Hp(10), Hp(0,07) dan Hp(3). Untuk rencana penelitian ke depan, diharapkan dapat dilanjutkan secara terus menerus untuk mendukung program UNSCEAR dan Renstra PTKMR 2010-2014 khususnya untuk pasien anak.

Tim Peneliti Penangggung Jawab Penelitian : Drs. Hasnel Sofyan, M.Eng Peneliti :

1. Drs. Mukhlis Akhadi, APU 2. Heru Prasetio, M.Si 3. Dra. C. Tuti Budiantari 4. Nunung Nuraeni, M.Si Waktu

Pelaksanaan

Tahun 2012

Publikasi Journal Terakreditas, Seminar Nasional/Internasional

Identitas Kekayaan Intelektual dan Hasil Litbang

1. Perlindungan Kekayaan Intelektual yang dihasilkan dari Litbang dengan dukungan insentif KNRT periode 2010 – 2011.

a. Paten Waktu pendaftaran b. Hal Cipta Waktu pendaftaran c. Merek Waktu pendaftaran d. Disain Industri Waktu pendaftaran e. Disain Tak Letak sirkuit terpadu Waktu pendaftaran f. Varietas Tanaman Waktu pendaftaran 2. Nama Penemuan Baru

3. Nama Penemuan Baru non Komersial 4. Cara alih teknologi

a. Pelayanan Jasa Iptek

Laboratorium Fisika Medis Bidang Dosimetri dan Pelayanan dosis eksterna personal

b. Publikasi :

1. Hasnel SOFYAN, Nur Rohmah and Susilo WIDODO, Development of Personal

Dose Monitoring In CTRSM – NNEA Jakarta, the 6th International Workshop on

“Individual Monitoring of Ionizing Radiation”, Chiyoda Technol Corporation, Nov 29-30, 2010, Oarai JAPAN.

2. Hasnel SOFYAN and Dyah DWI KUSUMAWATI, Comparative Study of TLD

LiF:MgTi with LiF:MgCuP for Medical Application in Indonesia, the 7th International

Workshop on “Ionizing Radiation Monitoring”, Chiyoda Technol Corporation, 2-4 Dec 2011, Oarai JAPAN.

3. Hasnel Sofyan, Helfi Yuliati, Dian Milvita dan Sri Nengsih, Dosis Radiasi Pasien Radiologi Anak pada Pemeriksaan Torak di Kota Padang, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan – V, PTKMR BATAN - FKM UI, Depok 14 Oktober 2009, pp. 158 - 164, ISSN 1412 – 2499.

4. Hasnel Sofyan, Dosimeter Optically Stimulated Luminescence Al2O3:C untuk

Aplikasi Medis, Prosiding Seminar Nasional Fisika Universitas Andalas 2009, SNFUA Padang, 18 November 2009, Jurusan Fisika FMIPA UNAND, ISBN 978-979-25-1952-5.

(26)

3 Dosimetri Medan Radiasi Partikel Bermuatan, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan - VI, PTKMR BATAN – FKM UI, Jakarta 15-16 Juni 2010, ISSN 1412 – 2499.

6. Eri Hiswara, Heru Prasetio, dan Hasnel Sofyan, Dosis Pasien pada Pemeriksaan Sinar-X Medik Radiografi, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan - VI, PTKMR BATAN – FKM UI, Jakarta 15-16 Juni 2010, ISSN 1412 – 2499.

7. Hasnel Sofyan, Dosimeter Optically Stimulated Luminescence untuk Pemantauan Dosis Personil dan Lingkungan, Buletin ALARA Volume 10 Nomor 3, April 2009 pp. 97–101. ISSN 1410 – 4652.

8. Hasnel Sofyan, Dosimeter ThermoLuminescence dan Optically Stimulated Luminescence serta aplikasinya, Buletin ALARA Volume 11 Nomor 1, Agustus 2009, pp. 23–29. ISSN 1410 – 4652.

9. Hasnel Sofyan, Teknologi Optically Stimulated Luminescence untuk Dosimeter, NU Tech Edisi 02/09, pp. 26 - 29, ISSN 2085 – 7292.

10. Hasnel Sofyan, Keunggulan dan Kelemahan Dosimeter Luminisensi Sebagai Dosimetri Personal dalam Pemantauan Dosis Radiasi Eksternal, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan – VIII, PTKMR BATAN – FKM UI – KEMENKES RI, Jakarta 10 Juli 2012, ISSN 1412 – 2499.

Gambar/Foto Kegiatan :

TLD reader 2000A/B yang digunakan untuk pembacaan TLD LiF:Mg,Cu,P

Oven untuk proses annealing TLD LiF:Mg,Cu,P

TLD LiF:Mg,Cu,P yang siap ditempelkan di daerah luasan penyinaran

TLD LiF:Mg,Cu,P berbentuk Chip berukuran 1/8"x1/8"x0.035"

Alat baca dosimeter OSL “OSL reader microStar”

Alat yang digunakan untuk proses annealing dosimeter OSL

Dosimeter OSL Al2O3:C yang digunakan untuk pemantauan dosis

operator pesawat sinar-X dan petugas fasilitas fluoroskopi

(27)

4

Alat cetak film hasil foto rountgen Komputerisasi proses pendataan pasien pemeriksaan radiologi dan alat baca imaging plate

Pesawat sinar-X Phillips Mobile model Practix 160

Pengaturan luas lapangan pada pasien sebelum penyinaran

Pengaturan posisi kaset imaging plate pada pasien anak pemeriksaan thoraks

Pemasangan TLD LiF:Mg,Cu,P pada pasien anak pemeriksaan ekstrimitas

(28)

5

Pasien anak pemeriksaan thoraks

Pasien anak pemeriksaan Cranium (sinus)

(29)

6

Ringkasan Hasil dan Pengembangan

Hasil Penelitian dan Pengembangan

1. Diperoleh TLD LiF:Mg,Cu,P yang teruji dan memiliki sensitivitas 23 kali lebih besar dari dosimeter LiF:Mg,Ti yang digunakan untuk pemantauan dosis terimaan pasien anak pemeriksaan radiologi.

2. Diperoleh metoda menggunakan dosimeter OSL Al2O3:C untuk pemantauan pekerja

yang terlibat langsung dalam melayani pasien anak.

3. Diperoleh metoda dalam menghadapi pasien anak pemeriksaan radiologi. 4. Publikasi ilmiah

Produk, Spesifikasi dan Pemanfaatannya :

1. TLD LiF:Mg,Cu,P yang teruji untuk dosis rendah dan metode untuk pemantauan petugas radiasi dengan menggunakan dosimeter OSL.

2. Kurva kalibrasi TLD LiF:Mg,Cu,P pada dosis rendah untuk penghitungan dosis yang diterima pasien anak.

Pengelolaan :

1. Sumber Pembiayaan Penelitian dan Mitra Kerja APBN (Insentif Riset KNRT) Rp. 250.000.000,- 2. APBD –

3. Mitra Kerja - 4. Sarana :

a. Laboratorium Dosimetri PTKMR- BATAN b. Laboratorium Kalibrasi PTKMR – BATAN

c. Instalasi Radiologi rumah sakit di Jakarta (RSAB Harapan Kita, RSUP Persahabatan, RS Pasar Rebo dan RSIA Hermina Ciputat/ Jatinegara), di Bandung (RSUP. Dr. Hasan Sadikin, RSUD Cibabat dan RSIA Hermina), di Yogyakarta (RSUP. Dr. Sardjito, RS PKU Muhammadiyah, RSUD bantul dan RSUD Wirosaban).

5. Pendokumentasian : Dalam bentuk hardware dan software.

Jakarta, 12 September 2012 Kepala Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi

Badan Tenaga Nuklir Nasional

Dr. Susilo Widodo NIP. 19580414 198003 1 005

Gambar

Gambar 1. Tanggapan relatif TLD LiF:Mg,Cu,P dan  LiF:Mg,Ti per unit kerma udara terhadap
Gambar 4. Kurva tanggapan relatif Hp(10) OSLD   dan MCNP dengan titik referensi  137 Cs [26]
Tabel 2. Karakteristik dosimetrik beberapa bahan dosimeter OSL [25]

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

.ﺪﯿﻨﮐ ﺖﯾﺎﻋﺭ ﺎﻫ​ﯼﺮﺗﺎﺑ ﻭ ﯽﮑﯾﺮﺘﮑﻟﺍ ﯽﻠﺧﺍﺩ ﮊﺭﺎﺷ ﻞﺑﺎﻗ ﯼﺮﺗﺎﺑ ﻥﺩﺮﮐ ﺝﺭﺎﺧ ﺪﯾﺎﺑ ًﺎﻓﺮﺻ ﯽﻠﺧﺍﺩ ﮊﺭﺎﺷ ﻞﺑﺎﻗ ﯼﺮﺗﺎﺑ ،ﺩﻮﺷﯽﻣ ﻪﺘﺧﺍﺪﻧﺍ ﺭﻭﺩ ﻩﺎﮕﺘﺳﺩ ﻪﮐ ﯽﻧﺎﻣﺯ ﻥﺩﺭﻭﺁ ﻥﻭﺮﯿﺑ ﺯﺍ ﻞﺒﻗ .ﺩﻮﺷ

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) masyarakat Desa Munggu memandang mereka harus tetap melaksanakan tradisi Makotek karena dalam kehidupannya dilatari oleh ideologi religi,

b) Pencegahan HIV/AIDS, kegiatannya dengan melakukan pencegahan penularan ibu ke anak, memberikan layanan kesehatan kepada para remaja, pemeriksaan dan pengobatan

Parameter yang divariasikan pada model yang digunakan adalah jarak antara silinder yang menggunakan helical strakes dengan splitter plate (G) dan lebar

Penerapan Algoritma C4.5 dalam penilaian dosen terbaik di Universitas Mercu Buana Yogyakarta dalam penelitian ini memiliki tingkat akurasi yang termasuk dalam