• Tidak ada hasil yang ditemukan

FISIP. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: Mei 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FISIP. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: Mei 2017"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Corresponding Author : yusramahdalena@gmail.com 713 JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017:713-736

Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Operasional Kube (Kelompok Usaha Bersama)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar)

Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Email: yusramahdalena@gmail.com

Bukhari.yusuf@gmail.com ABSTRAK

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari keluarga yang tergolong miskin dibentuk oleh masyarakat, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri. Kontrol sosial adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial dan mengarahkan masyarakat berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. Kontrol sosial penting karena ketika terjadi pelanggaran adanya kontrol sosial masyarakat perlu untuk mencegah penyimpangan sosial. Program KUBE dikelola bersama-sama oleh anggota kelompok untuk menumbuhkan usaha ekonomi produktif. Dalam KUBE anggotanya adalah Asoe Lhok Gampong Ujong Blang. Bantuan dana yang diterima anggota kelompok digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehingga

terjadi penyalahgunaan anggaran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengidentifikasi sejauh mana kontrol sosial masyarakat terhadap operasional KUBE dan mengetahui respon masyarakat dalam operasional KUBE di Gampong Ujong Blang Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kontrol sosial yang dikemukakan oleh Travis Hirschi. Kontrol sosial berangkat dari asumsi bahwa terdapat empat komponen dalam ikatan sosial yaitu keterikatan, komitmen, keterlibatan dan kepercayaan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif. Dengan melakukan wawancara terhadap informan secara terstruktur sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bentuk kontrol sosial

(2)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

714 masyarakat terhadap operasional KUBE sangat lemah. Anggota bersama-sama dengan keluarga menikmati dana bantuan yang seharusnya untuk modal usaha akan tetapi digunakan untuk keperluan lain yang bersifat konsumtif. Komitmennya kurang, sehingga tidak memiliki tanggung jawab yang kuat terhadap aturan maka tidak dapat memberikan penyadaran mengenai masa depan usahanya. Keterlibatan anggota dalam kegiatan kelompok kurang, sehingga cenderung menggunakan dana bantuan usaha secara mandiri sehingga penggunaan dana rentan dengan penyelewengan. Kepercayaan yang tertanam dimasyarakat justru keberanian untuk melanggar aturan yang mereka anggap asing. Respon masyarakat menerima dengan baik kehadiran program karena dapat membantu masyarakat dalam membuka usaha untuk memperkuat ekonomi keluarga. Namun ada juga masyarakat yang tidak mengetahui penyelewengan dana bantuan untuk KUBE, tetapi pihak KUBE sangat tertutup dengan masyarakat luas mengenai penggunaan dana.

Kata Kunci: Kontrol Sosial, Kube, Masyarakat ABSTRACT

Collective Business Group (KUBE) is an organization that consists of the under privilege family established by the community, grows and develops on the basis of their initiative, in order to interact with the members staying in a particular area. Social control is a mechanism for preventing the social diversion as well as encouraging and leading the people to behave and act based on prevailing norms and values. Social control is significant due to a violation occurred and social control necessary to prevent it. KUBE program is managed jointly by the members of the group to build productive activities economically. In the case of KUBE, the members are the native inhabitant of Gampong Ujong Blang. The grant received by the group member was used for the consumptive needs resulted in misused of funds.The study aimed at identifying the social control and the

(3)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

715 society response towards the operational of KUBE in Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar. The theory used in this study was Social Control Theory proposed by Travis Hirschi. Social control starts from the assumption that there are four components of the social bonds which are; attachment, commitment, engagement and trust. The research method used is descriptive qualitative approach. Through interviews with informants are structured as data collection techniques.The results showed that the form of social control for the operational of KUBE was very ineffective. With their family, they spent the grant for venture capital for consumptive purposes. Their low commitment resulted in irresponsibility and lacked awareness of the future of their business. The involvement of group members activities are very low, they tend to use the grant independently so that the use of the funds is vulnerable to fraud. Unfortunately, the belief embedded in the community encouraged them to break the rules. It can be concluded that the members recognized KUBE as an assistance program to assist the community to start their business and increase family economy condition. But there are also some people who knew the misused KUBE funds. But the KUBE was not approachable to the public regarding the use of funds. Keywords: Social Control, KUBE, Society

PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan suatu masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya ditandai oleh pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan merupakan suatu persoalan yang sangat mendasar karena disatu sisi hal ini menentukan tingkat perkembangan suatu masyarakat dan disisi lain menjadi salah satu indikator tidak berhasilnya proses pembangunan. Oleh karena itu kemiskinan yang terutama di derita oleh fakir miskin merupakan masalah yang penanggulangannya tidak dapat di tunda dan harus menjadi prioritas utama

(4)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

716 dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial (Arifiana Ningsih Isti Oktavia, 2011:1).

Penerapan pemberdayaan paling banyak digunakan sebagai strategi penanggulangan kemiskinan. Keberdayaan masyarakat miskin ditandai dengan semakin bertambahnya kesempatan kerja yang diciptakan sendiri oleh masyarakat secara kolektif dan akan memberikan tambahan penghasilan, meringankan beban konsumsi serta meningkatkan nilai simpanan aset keluarga miskin (Randi R dan Wrihatnolo, 2007:22). Kelompok sebagai wadah dan wahana manusia untuk melangsungkan hidupnya, karena dengan berkelompoklah manusia dapat memenuhi kebutuhan, dapat mengembangkan diri, mengembangkan kemampuan yang dimiliki, serta mengembangkan peluang yang dimiliki. Keinginan manusia berkelompok menggambarkan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap fenomena sosial lainnya. Sebuah kenyataan bahwa apabila salah satu fungsi sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia maka keberadaan kelompok memang secara sadar dibutuhkan oleh manusia (Abu Huraerah, 2006:79).

Kebijakan yang diambil untuk mengentaskan kemiskinan yaitu melalui program pembangunan dan pemberdayaan untuk masyarakat miskin Desa. Salah satu program yang dijalankan untuk membantu warga miskin Desa yaitu KUBE dari Kementerian Sosial. KUBE dimulai sejak tahun 1982 yang awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial para kelompok miskin. Selain itu bertujuan untuk mengembangkan dinamika kelompok sosial, sehingga menjadi Sumber Daya Manusia yang utuh dan mempunyai tanggung jawab sosial ekonomi terhadap diri, keluarga dan masyarakat serta ikut berpartisipasi dalam pembangunan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya (Sumodiningrat, 2009:88). Program KUBE diusung oleh pemerintah dalam rangka mengurangi pengangguran dan menekan angka kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah terpencil. Pemerintah berharap dengan adanya pembelajaran maupun pengembangan keterampilan masyarakat mampu menggunakan keterampilan

(5)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

717 atau skill yang mereka punya untuk dijadikan suatu ladang usaha. Sehingga masyarakat mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri, dengan begini kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih baik dan sejahtera. Maka dengan pola yang seperti ini diharapkan mereka akan mudah menyatukan sumber-sumber tersebut kedalam kepentingan-kepentingan kelompok. (Ridwan, 2010. Kelompok Usaha Bersama https://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/07/27).

Gampong Ujong Blang merupakan salah satu di Kabupaten Aceh Besar yang mendapatkan pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dari pemerintah Kabupaten Aceh Besar yang bantuan modal usahanya di berikan pada tahun 2013, bertujuan untuk menanggulangi dan mengurangi angka kemiskinan serta dapat menumbuhkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Namun permasalahan yang terjadi di lapangan bagi pengembangan pemberdayaan masyarakat adalah tidak adanya keterbukaan dalam masyarakat itu sendiri dalam pengelolaan dana dari KUBE. Program KUBE di Gampong Ujong Blang yang sudah dijalankan pemerintah seolah berjalan di tempat. Setelah menerima bantuan dana dari KUBE mereka cenderung menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan rumah tangga bukan digunakan untuk modal usaha. Pelaksanaan usaha yang dibangun secara berkelompok juga tidak berkelanjutan, akan tetapi dikelola secara mandiri oleh masing-masing anggota, sehingga sering terjadi penyalahgunaan anggaran. Dana yang dicairkan tidak digunakan untuk usaha yang dikelola atau tidak di pergunakan sebagaimana mestinya. Penyalahgunaan dana seperti ini dapat menghambat program KUBE yang pada dasarnya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat miskin.

Untuk mendapat jawaban dan pemecahan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan mengambil topik “Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Operasional KUBE (Studi Kasus di Gampong Ujong Blang Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar).

(6)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

718 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari keluarga yang tergolong miskin dibentuk oleh masyarakat, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, sehingga berinteraksi antara satu dengan yang lain dan tinggal dalam satu wilayah tertentu. Tujuannya untuk meningkatkan relasi sosial yang harmonis, dalam memenuhi kebutuhan anggotanya, memecahkan masalah sosial ekonomi yang dialaminya dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama (Ristinura, 2015:18).

KUBE merupakan wujud kegiatan dari Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) dan P2FM merupakan bagian dari kebijakan pengentasan kemiskinan. P2FM adalah program untuk meningkatkan kapasitas para Keluarga Binaan Sosial (KBS) agar mereka memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Program ini mengupayakan kemandirian dan kesejahteraan keluarga fakir miskin. Mandiri yang dimaksud berarti mampu mengorganisasikan diri untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada disekitarnya dan mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, khususnya masalah kemiskinan. Para Keluarga Binaan Sosial (KBS) diberikan dana amanah yang dalam pelaksanaan P2FM diposisikan sebagai dana stimulan untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar dapat sejahtera. Dana yang dikelola oleh Keluarga Binaan Sosial kemudian akan digulirkan ke KBS lainnya yang belum terkena program ini.

Dalam P2FM yang sasarannya para fakir miskin atau keluarga miskin mempunyai tujuan untuk mengupayakan agar mereka mampu memperbaiki taraf kesejahteraan sosialnya sehingga dapat hidup layak tanpa ketergantungan pada orang lain dan akhirnya akan mampu berperan dalam proses pembangunan. Sebagai salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan P2FM itu maka melalui kelompok Keluarga Binaan Sosial yang terdiri dari 10 orang yang atas bimbingan dan kesadaran bersama berupaya meningkatkan kesejahteraannya dengan diberi tanggung jawab untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

(7)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

719 yang merupakan wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masing-masing anggota dengan aturan mengembangkan dan menggulirkan usaha tersebut kepada warga lainnya sebagai wujud rasa kesadaran tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial.

Ciri-ciri sasaran program ini yang akan menjadi anggota KUBE antara lain: a. Ekonomi tidak mampu

b. Memiliki berbagai keterbatasan penghasilan, pendidikan, dan

keterampilan. c. Usia 21-55 tahun d. Memiliki usaha

e. Bersedia mengembangkan KUBE secara berkelanjutan f. Berdomisili di Desa lokasi kegiatan

g. Mempunyai kemampuan dan keinginan untuk berkembang dan mandiri Pada dasarnya tujuan keberadaan Kelompok Usaha Bersama di masyarakat adalah terwujudnya peningkatan kualitas hidup masyarakat tersebut. Pemahaman tentang mutu hidup masyarakat sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup dan diyakini oleh masyarakat tersebut. Nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat akan berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lain. Dengan demikian rumusan tujuan menjadi tolak ukur dari kegiatan yang dilakukan. Tujuan KUBE adalah untuk meningkatkan motivasi, interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber daya ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin

kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait. Sedangkan menurut Dinas

Sosial Provinsi Yogyakarta tahun 2010, menyebutkan tujuan dari program ini yaitu:

a. Meningkatkan kemampuan anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) didalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatnya pendapatan keluarga, meningkatnya kualitas pangan, sandang,

(8)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

720 papan, kesehatan, tingkat pendidikan, dapat melakukan kegiatan keagamaan dan meningkatnya penumbuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.

b. Meningkatnya kemampuan anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sekitarnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dari kesepakatan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga, lingkungan sosial, adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapat yang mungkin timbul diantara keluarga dan lingkungannya.

c. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung jawab dan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial di lingkungannya, semakin terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih menguntungkan, terbukanya kesempatan dalam memanfaatkan sumber-sumber dan potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungan.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Program Kelompok Usaha Bersama yaitu meningkatkan motivasi dan kerjasama anggota dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memberi jalan kepada anggota untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi baik di dalam keluarga maupun lingkungannya.

Teori Kontrol Sosial (Social Bond Theory)

Teori control sosial dikembangkan oleh Travis Hirschi. Ia adalah seorang pemikir sosiologis asal Amerika yang mengembangkan social bond theory dalam menanggapi banyak terjadinya tindakan-tindakan kejahatan. Ia mengajukan beberapa proposisi teoritisnya yaitu:

1. Bahwa berbagai bentuk pengingkaran terhadap aturan-aturan sosial adalah akibat dari kegagalan mensosialisasi individu untuk bertindak konform terhadap aturan atau tata tertib yang ada.

(9)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

721 2. Penyimpangan dan bahkan kriminalitas, merupakan bukti kegagalan

kelompok sosial konvensional untuk mengikat individu agar tetap konfor, seperti: keluarga, sekolah atau institusi pendidikan dan kelompok dominan lainnya.

3. Setiap individu seharusnya belajar untuk konform dan tidak melakukan tindakan menyimpang atau kriminal.

4. Kontrol internal lebih berpengaruh daripada kontrol eksternal (Paloma, 2004: 241).

Teori-teori kontrol sosial membahas isu-isu tentang bagaimana masyarakat memelihara atau menumbuhkan control sosial dan cara memperoleh konformitas atau kegagalan meraihnya dalam bentuk penyimpangan (Frank E. Hagan, 2013:236). Dari pandangan tokoh diatas peneliti bisa mengatakan bahwa teori kontrol sosial adalah pandangan untuk menjelaskan delinkuensi atau kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Kelompok yang lemah ikatan sosialnya cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional atau segala sesuatu yang didasarkan kepada kesepakatan.

Teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya, menjadi “baik” atau “jahat”. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya tergantung pada masyarakatnya, ia menjadi baik kalau masyarakat membuatnya baik. Travis Hirschi (1969) dalam Causes of Delinquency menampilkan teori ikatan sosial yang pada dasarnya menyatakan bahwa kejahatan terjadi ketika ikatan seseorang dengan masyarakat melemah atau putus, dengan demikian mengurangi resiko personal dalam konformitas. Individu mempertahankan konformitas karena khawatir pelanggaran akan merusak hubungan mereka yang menyebabkan mereka kehilangan muka dengan keluarga, teman, tetangga, pekerjaan, sekolah, dan lain sebagainya. Intinya, individual menyesuaikan diri bukan karena takut

(10)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

722 pada hukuman yang ditetapkan dalam hukum pidana, tetapi lebih karena khawatir melanggar tata kelakuan kelompok mereka dan citra personal mereka dimata Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Ikatan-ikatan ini terdiri atas empat komponen yaitu:

1. Keterikatan menunjuk pada ikatan pada pihak lain seperti keluarga lembaga-lembaga penting. Kaitan keterikatan dengan penyimpangan adalah sejauh mana orang tersebut peka terhadap pikiran, perasaan dan kehendak orang lain sehingga ia dapat dengan bebas melakukan penyimpangan. Keterikatan yang lemah dengan orang tua dan keluarga bisa saja mengganggu perkembangan kepribadian, sedangkan buruk dengan sekolah dipandang sangat penting dalam delinkuensi.

2. Komitmen berhubungan dengan sejauh mana seseorang mempertahankan kepentingan dalam sistem sosial dan ekonomi. Jika individu beresiko kehilangan banyak sehubungan dengan status, pekerjaan, dan kedudukan dalam masyarakat kecil kemungkinannya dia akan melanggar hukum. 3. Keterlibatan berhubungan dengan keikutsertaan dalam aktivitas sosial dan

rekreasional yang hanya menyisakan sangat sedikit waktu untukmembuat persoalan atau mengikat status seseorang pada kelompok-kelompok penting lain yang kehormatannya ingin dijunjung seseorang.

4. Kepercayaan dalam norma-norma konvensional dan sistem nilai dan hukum berfungsi sebagai pengikat dengan masyarakat. Teori ikatan sosial Hirschi memadukan unsur-unsur determinisme dan kehendak bebas, pilihan individual masih termasuk faktor (Frank E. Hagan, 2013:238). Kepercayaan seseorang terhadap norma-norma yang ada menimbulkan kepatuhan terhadap norma tersebut. Kepatuhan terhadap norma tersebut tentunya akan mengurangi hasrat untuk melanggar. Tetapi, bila orang tidak mematuhi norma-norma maka lebih besar kemungkinan melakukan pelanggaran.

(11)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

723 Dalam sosiologi teori kontrol sosial dipergunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan proses-proses yang menghasilkan dan melestarikan kehidupan sosial yang teratur. Oleh sebab itu teori kontrol sosial sangat cocok untuk menjelaskan latar belakang kontrol sosial Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Menurut perspektif ini pelanggaran dianggap sebagai hasil dari kekurangan kontrol sosial yang secara normal dipaksakan melalui institusi-institusi sosial: keluarga, agama, pendidikan, nilai-nilai dan norma-norma dalam suatu komunitas.

METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data-data lapangan yang diperlukan, peneliti akan melakukan penelitian di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar. Peneliti mengunakan Gampong Ujong Blang sebagai objek penelitian dikarenakan keadaan Gampong cukup efektif untuk meneliti tentang kontrol sosial masyarakat terhadap operasional kelompok usaha bersama (KUBE).

Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode penelitian dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Menurut Arief metode kualitatif suatu metode yang berpangkal dari peristiwa-peristiwa sosial, pada hakikatnya tidak bersifat eksak (Arief Subyantoro dan FX. Suwarto 2007:78). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yan tertulis atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati.

Menurut Kirl dan Miller dalam moleong menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya (Lexy J. Moleong, 2005:4).

(12)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

724 Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (informan/ narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Informan penelitian merupakan keseluruhan subjek penelitian sekaligus objek yang akan diteliti untuk memudahkan data dan memperoleh kebenaran terhadap masalah yang akan diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah kepala Desa, anggota KUBE atau Keluarga Binaan Sosial (KBS) dan pendamping KUBE.

Dalam penelitian ini peneliti mengunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

- Data Primer

Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya atau data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yaitu dari Keuchik, anggota KUBE dan pendamping KUBE Gampong Ujong Blang.

- Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun institusi-institusi yang terkait lainnya. Data diperoleh dari studi kepustakaan melalui buku-buku referensi, jurnal dan penelitian terdahulu tentang masalah yang dikaji.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

- In-depth Interview (wawancara mendalam)

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang akan diteliti (Heru Irianto dan Burhan Bungin, 2011:157-158). Pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam merupakan cara yang paling pokok dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk memperoleh data secara langsung dari individu yang merupakan masyarakat pelaksana KUBE di tempat penelitian. Dengan demikian data

(13)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

725 mengenai pendapat, pandangan, motivasi dan kenyataan-kenyataan yang ada dialami oleh informan di ekspresikan dalam bahasa informan sendiri. (Menurut Lexy J. Moleong, 2002:135)

- Observasi

Teknik pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki. Tujuan utama dari observasi adalah agar peneliti dapat memperoleh gambaran utuh objek. Melalui observasi, peneliti dapat merekam penampilan fisik subjek, ekspresi emosi, cara bicara dan aspek non-verbal lainnya. Hal ini penting untuk menjawab permasalahan penelitian ini. Dalam melakukan observasi, peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat dan situasi dimana penelitian dilaksanakan.

- Dokumentasi

Pengumpulan berkas dokumen yang sesuai dengan masalah yang diteliti dan penyusunan dokumentasi perlu dilakukan, supaya data dari suatu sumber bisa dikumpulkan secara terseleksi sesuai dengan keperluan penelitian. Data diperoleh berasal dari buku, jurnal, skripsi, internet dan dokumen lain ynag berkaitan dengan masalah penelitian.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh baik dari hasil penelitian kepustakaan (library research) maupun data dari hasil penelitian lapangan (field research) selanjutnya akan di bahas dengan metode analisis kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang menghasilkan paparan di lapangan dan kemudian gambaran tersebut akan dianalisis. Analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta dan informasi, serta data dan informasi dengan menjabarkan dan mendeskripsikan fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.Teknik analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data tersedia, yaitu dengan menyajikan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dan studi kepustakaan dengan melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan di lapangan

(14)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

726 sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan menarik kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pentingnya Kontrol Sosial

Kontrol sosial membahas isu-isu tentang bagaimana masyarakat memelihara atau menumbuhkan kontrol sosial dan cara memperoleh konformitas atau kegagalan meraihnya dalam bentuk penyimpangan. Seperti juga halnya perilaku menyimpang lainnya, kebanyakan orang tidak melakukan penyelewengan bukan hanya karena ketakutan akan akibatnya, tetapi karena penguasaan diri, yang membuat orang merasa salah secara moral untuk mengambil resiko itu, sebenarnya kontrol sosial lah yang memperingatkan seseorang sebelum terjadinya penyimpangan dan pembangkangan, baik itu dari ikatan sosial seperti teman, tetangga maupun keluarga. (William J. Goode, 2002:53)

Kontrol sosial di butuhkan ketika individu bertindak tidak sesuai dengan aturan konvensional, maka untuk mencegah ketika terjadinya kejahatan dapat dilakukan melalui :

 Keluarga, merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang individu. Kepribadian seorang individu akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu pula sebaliknya.

 Lingkungan tempat tinggal, juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk melakukan kejahatan, seseorang yang tinggal dalam lingkungan yang baik , warganya taat dalam melakukan ibadah agama dan melakukan perbuatan yang baik maka keadaan ini akan memengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari tindakan kejahatan.

Secara rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku menyimpang dari norma yang berlaku adalah pada situasi di mana

(15)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

727 orang memperhitungkan bahwa dengan melanggar atau menyimpangi sesuatu norma dia malahan akan bisa memperoleh sesuatu reward atau sesuatu keuntungan lain yang lebih besar, maka di dalam hal demikianlah enforcement demi tegaknya norma lalu terpaksa harus dijalankan dengan sarana suatu kekuatan dari luar. Norma tidak lagi self-enforcing (norma sosial tidak lagi dapat terlaksana atas kekuatannya sendiri dan akan gantinya harus dipertahankan oleh petugas-petugas kontrol sosial dengan cara mengancam atau membebankan sanksi-sanksi kepada mereka yang terbukti melanggar atau menyimpangi. Apabila ternyata norma-norma tidak lagi self-enforcement dan proses sosialisasi tidak cukup memberikan efek-efek yang positif, maka masyarakat atas dasar kekuatan otoritasnya mulai bergerak melaksanakan kontrol sosial. Melalui teori kontrol sosial tersebut akan dapat terlihat bagaimana kontrol sosial masyarakat dalam operasional KUBE di Gampong Ujong Blang serta bagaimana respon masyarakat terhadap program KUBE. Pada dasarnya kebanyakan orang tidak melakukan penyelewengan bukan hanya karena ketakutan akan akibatnya, tetapi karena penguasaan diri, yang membuat orang merasa salah secara moral untuk mengambil resiko itu, sebenarnya kontrol sosial lah yang memperingatkan seseorang sebelum terjadinya penyimpangan dan pembangkangan, baik itu dari ikatan sosial seperti teman, tetangga maupun keluarga.

Bentuk Kontrol Sosial Masyarakat terhadap Operasional Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Kontrol sosial dapat dilihat dari fungsi utama sosialisasi. Bagaimana hubungan itu terjadi, kontrol sosial mengenai KUBE itu juga dapat dilihat dari keluarga yang juga berarti unit sosial yang bertanggung jawab atas hal itu telah menjadi lebih penting. Artinya bahwa masyarakat dan kebudayaannya menjadi tergantung pada efektivitas sosialisasi yaitu sejauh mana sang individu mempelajari nilai, sikap, dan tingkah laku masyarakat serta keluarganya (William J. Goode, 2002: 39-40).

(16)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

728 pengangguran dan menekan angka kemiskinan yang terjadi di daerah-daerah terpencil. Pemerintah berharap dengan adanya pembelajaran maupun pengembangan keterampilan, masyarakat mampu menggunakan keterampilan atau skill yang mereka punya untuk dijadikan suatu ladang usaha. Masyarakat yang sudah menjadi anggota KUBE mereka mengetahui bagaimana proses untuk mendapatkan dana bantuan usaha. Dalam hal pemilihan jenis usaha, sebagian besar KUBE memilih pengelolaan usaha secara individual untuk dikelola sendiri sesuai dengan jenis usaha yang mampu dilakukan. Mereka memilih membuka usaha secara mandiri ketimbang membuka usaha secara berkelompok karena untuk menghindari kesalahpahaman dalam menjalankan usaha. Aturan yang dibuat oleh pemberi modal ini menjadi kontrol tersendiri dalam menjalankan usaha, ketika ada yang melanggar maka langsung diberikan sanksi. Dalam hal ini keluarga menjadi perioritas utama, karena dengan dana bantuan modal usaha ini dapat membantu perekonomian keluarga bahkan pendidikan sang anak, sehingga mereka lebih berhati-hati dalam menjalankan usaha. Keterikatan dengan keluarga menjadi salah satu faktor bagi mereka untuk mengambil bantuan dana usaha ini untuk mensejahterakan keluarga dengan adanya usaha itu membutuhkan modal. Modal usaha yang diberikan oleh dinas Sosial ini sangat membantu masyarakat.

Selama ini program KUBE dapat mendorong ekonomi kreatif di masyarakat guna mengdongkrak pendapatan ekonomi keluarga dalam upaya meningkatkan kesejahteraan. Kemudian dengan adanya pemahaman agama yang baik dalam masyarakat Gampong Ujong Blang dapat meminimalisir penyimpangan dalam penggunaan dana, bahkan tatanan kehidupan masyarakat Gampong sangat kental dengan sikap solidaritas sesama, kegiatan-kegiatan berbaur sosial selalu berjalan dan dipelihara. Hal ini terjadi karena adanya ikatan emosional keagamaan yang sangat kental dan menjaga nama baik menjadi salah satu faktor agar tidak melakukan penyelewengan dana usaha.

Travis Hirschi (1969) menyatakan bahwa kejahatan terjadi ketika ikatan seseorang dengan masyarakat melemah atau putus. Ide utama di belakang teori

(17)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

729 kontrol adalah bahwa penyimpangan merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Teori ini dibangunnya berdasarkan pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh terhadap hukum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hukum. Oleh karena itu, para ahli teori kontrol menilai perilaku menyimpang merupakan konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mentaati hukum. Dalam konteks ini, teori kontrol sosial sejajar dengan teori konformitas. Teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya tergantung pada masyarakatnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, hasil temuan lapangan oleh peneliti selama melakukan penelitian bahwa KUBE ini memiliki ikatan sosial yang lemah sehingga mereka cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan yang berdasarkan kesepakatan.

Ketika dalam kehidupan adanya keteraturan maka dalam setiap masyarakat terdapat 4 elemen yang dikategorikan dalam ikatan sosial yaitu keterikatan, komitmen, keterlibatan dan kepercayaan. Pertama, keterikatan adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya terhadap orang lain. Kalau attachment sudah terbentuk, maka orang tersebut akan peka terhadap pikiran, perasaan dan kehendak orang lain. Dengan Attachment ini menjadi sumber kekuatan yang muncul dari hasil sosialisasi didalam kelompok primernya misalnya keluarga, sehingga individu memiliki komitmen yang kuat untuk patuh terhadap aturan. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan KUBE di Gampong Ujong Blang memiliki ikatan sosial yang sangat lemah. Keluarga tidak dapat mengontrol penyelewengan dana yang diberikan kepada anggota kelompok KUBE. Mereka bersama-sama dengan keluarga menikmati dana bantuan yang seharusnya untuk modal usaha akan tetapi digunakan untuk keperluan lain yang bersifat konsumtif. Kedua, komitmen adalah keterikatan seseorang pada subsistem konvensional seperti sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Komitmen merupakan aspek rasional yang ada dalam ikatan sosial. Segala kegiatan yang

(18)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

730 dilakukan seseorang akan mendatangkan manfaat bagi orang tersebut. Manfaat tersebut dapat berupa harta benda, reputasi, dan masa depan. Hasil temuan dilapangan menunjukkan anggota dalam KUBE ini tidak memiliki tanggung jawab yang kuat terhadap aturan maka tidak dapat memberikan penyadaran mengenai masa depan usahanya. Bentuk tidak komitmen dalam penggunaan dana inilah yang menjadikan ketidaksadaran bahwa masa depannya akan baik apabila ia menggunakan dana sebagaimana mestinya.

Ketiga, keterlibatan jika seseorang berperan aktif dalam organisasi maka kecil kecenderungannya untuk melakukan penyimpangan. Logikanya adalah bila orang aktif di segala kegiatan maka ia akan menghabiskan waktu dan tenaganya dalam kegiatan tersebut. Sehingga, ia tidak sempat memikirkan hal-hal yang bertentangan dengan hukum. Dengan demikian, segala aktivitas yang dapat memberi manfaat akan mencegah orang itu melakukan perbuatan yang bertentangan, maka dengan sendirinya akan mengurangi peluang seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa keterlibatan anggota KUBE dalam kegiatan kelompok sangat kurang. Anggota KUBE cenderung menggunakan dana bantuan usaha secara mandiri sehingga penggunaan dana rentan dengan penyelewengan.

Keempat, kepercayaan merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial dan tentunya berbeda dengan ketiga aspek diatas. Kepercayaan seseorang terhadap norma yang ada menimbulkan kepatuhan terhadap norma tersebut. Kepatuhan terhadap norma tersebut tentunya akan mengurangi hasrat untuk melanggar, jika kepercayaan, kesetiaan, dan kepatuhan terhadap norma sosial atau aturan masyarakat tertanam kuat didalam diri seseorang dan itu berarti aturan sosial telah self-enforcing dan eksistensinya bagi setiap individu itu juga semakin kokoh. Tetapi, bila orang tidak mematuhi nilai dan norma maka lebih besar kemungkinan ia akan melakukan pelanggaran dan penyimpangan. Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat justru sudah tertanam keberanian untuk melanggar aturan yang mereka anggap asing. Di Aceh Besar

(19)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

731 dari zaman ke zaman sebenarnya unsur tanah sangat menentukan dalam kata lain adalah Asoe Lhok. Jika pemerintah tidak membuat qanun maka ini akan menjadi masalah dan pada dasarnya tanah Aceh ini penuh dengan skandal. Skandal itu tidak bisa dibiarkan karena mereka Asoe Lhok melanggar adalah hak mereka yang tidak bisa diinterfensi oleh orang luar. Dalam hal KUBE ini, anggotanya adalah Asoe Lhok Gampong Blang. Mereka sulit diatur dengan aturan-aturan yang dibuat oleh KUBE sehingga kontrol sosial dari keluarga dan masyarakat terhadap penggunaan dana tidak berjalan dengan baik.

Respon Masyarakat Terhadap Operasional KUBE

Kemiskinan merupakan suatu hal yang nyata dan fenomena ini adalah sebagai wujud keragaman yang ada dalam lingkungan masyarakat. Berbagai model pengentasan kemiskinan terus di lakukan, salah satunya adalah KUBE. KUBE adalah himpunan dari keluarga yang di bentuk oleh masyarakat, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, sehingga berinteraksi antara satu dengan yang lain dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan relasi sosial yang harmonis dalam memenuhi kebutuhan anggota, memecahkan masalah sosial ekonomi dan menjadi wadah pengembangan usaha bersama.

Program ini telah berjalan cukup lama akan tetapi tingkat pencapaian hasil masih banyak dipertanyakan. Dalam proses implementasi masih ada beberapa tahapan yang memerlukan lebih banyak keterlibatan masyarakat. Melalui pendekatan KUBE ini lanjutnya diharapkan juga kelompok sasaran mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya alam, sosial, ekonomi ,sumber daya manusia dan sumber lingkungan serta sumber-sumber lainnya. Jadi Dinas Sosial harus betul-betul mendata masyarakat dengan selektif sehingga mereka yang mendapatkan bantuan kelompok usaha bersama (KUBE) selain dapat dimanfaatkan dengan baik, ini juga dapat meningkatkan taraf hidup keluarga mereka.

(20)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

732 Masyarakat penerima bantuan dana KUBE sudah menggunakan dananya untuk keperluan usaha. Akan tetapi masih ada masyarakat yang menggunakan dana ini untuk keperluan lainya. Seperti untuk keperluan membeli perabotan rumah tangga, keperluan biaya pendidikan anak, dan keperluan lainya yang bersifat konsumtif. Akan tetapi dana ini tetap dikembalikan walau dana tersebut tidak digunakan untuk kepentingan usaha. Ketika turun tim lapangan untuk pengecekan usaha walaupun bantuan modal usaha yang di berikan dipergunakan untuk hal lain, tetapi usaha yang dijalankan itu tetap ada.

Masyarakat tidak mau tahu tentang urusan kelompok KUBE, karena bagi yang tidak mendapatkan dana tersebut sudah memiliki usaha dan mempunyai cukup modal. Jika ada penyelewengan dana ketika ketahuan paling tidak diberikan lagi bantuan dana untuk selanjutnya dan di pecat dari anggota KUBE. Kehadiran KUBE merupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok, serta mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang kontrol sosial masyarakat terhadap operasional kelompok usaha bersama, dimana peneliti mengumpulkan data melalui wawancara mendalamterhadap Kepala Desa yang ada dilingkungan KUBE, anggota KUBE atau Keluarga Binaan Sosial (KBS) dan pendamping KUBE Gampong Ujong Blang, studi dokumentasi, dan observasi ke KUBE Mawar, maka memperoleh hasil seperti apa yang dibahas di atas. Dari pembahasan tersebut maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk kontrol sosial masyarakat terhadap operasional KUBE di Gampong

Ujong Blang adalah hasil temuan dari penelitian menunjukkan KUBE memiliki ikatan sosial yang sangat lemah. Keluarga tidak dapat mengontrol penyelewengan dana yang diberikan kepada anggota kelompok KUBE.

(21)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

733 Mereka bersama-sama dengan keluarga menikmati dana bantuan yang seharus untuk modal usaha akan tetapi digunakan untuk keperluan lain yang bersifat konsumtif. Anggota dalam KUBE ini tidak memiliki tanggung jawab yang kuat terhadap aturan maka tidak dapat memberikan penyadaran mengenai masa depan usahanya. Bentuk tidak komitmen dalam penggunaan dana inilah yang menjadikan ketidak sadaran bahwa masa depannya akan baik apabila ia menggunakan dana sebagaimana mestinya.

2. Keterlibatan anggota KUBE dalam kegiatan kelompok sangat kurang, anggota KUBE cenderung menggunakan dana bantuan usaha secara sendiri-sendiri sehingga penggunaan dana rentan dengan penyelewengan. Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat justru sudah tertanam keberanian untuk melanggar aturan yang mereka anggap asing. Di Aceh Besar dari zaman ke zaman sebenarnya unsur tanah sangat menentukan dalam kata lain adalah Asoe Lhok. Jika pemerintah tidak membuat qanun maka ini akan menjadi masalah dan pada dasarnya tanah Aceh ini penuh dengan skandal. Skandal itu tidak bisa dibiarkan, karena mereka Asoe Lhok melanggar adalah hak meraka yang tidak bisa diinterfensi dan mereka tidak percaya dengan orang luar. Dalam hal KUBE ini, anggotanya adalah Asoe Lhok Gampong Blang. Mereka sulit diatur dengan aturan yang dibuat oleh KUBE sehingga kontrol sosial dari keluarga dan masyarakat terhadap penggunaan dana KUBE tidak berjalan dengan baik.

3. Respon masyarakat dalam operasional Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dapat disimpulkan bahwa masyarakat menerima dengan baik kehadiran program bantuan KUBE ini, karena dapat membantu masyarakat dalam membuka usaha untuk memperkuat ekonomi keluarga. Namun ada juga masyarakat yang mengetahui penyelewengan dana dari bantuan untuk KUBE. Namun pihak KUBE sangat tertutup dengan masyarakat luas mengenai penggunaan dana.

(22)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

734 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Aziz Halimy, Herawati Siregar, dan Safwan. 2007. Panduan Petugas Pendamping Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin. Banda Aceh: Dinas Sosial Aceh.

Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arief Subyantoro dan FX. Suwarto. 2007. Metode dan Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Frank E. Hagan, 2013. Pengantar Kriminologi: Teori, Metode, dan Perilaku Kriminal. Jakarta: Kencana.

Huraerah Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika kelompok: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Heru Irianto dan Burhan Bungin. 2011. Pokok-Pokok Penting Tentang Wawancara, dalam Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pres

Moleong Lexy, J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dr. Syarifuddin Hasyim, SH, M.Hum. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala. Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer.Jakarta: Raja Grafindo

(23)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

735 Rakhmat, Jalaluddin, 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Randi R. Dan Wrihatnolo. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

RPJMG. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong. Ujong Blang: 2014-2018.

Sunarto Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

William J. Goode. 2002. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara. Jurnal

Hasan Ishak. 2012. Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal Mengisi Perdamaian Aceh. Jurnal Sosiologi USK. Volume 1, No. 1: 45-46. FISIP Unsyiah.

Imron Ibrahim, Mochammad Saleh Soeaidy dan Heru Ribawanto. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama. Jurnal administrasi publik (JAP) volume 2, No.3: 489-490. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya Malang.

Skripsi

Arifiana Ningsih Isti Oktavia. 2011. Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Sragen Dalam Pelaksanaan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM). Skripsi. FISIP Universitas Sebelas Maret.

Wulandari Fazra Raissa. 2011. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Desa Lebak Wangi

(24)

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP OPERASIONAL KUBE (KELOMPOK USAHA BERSAMA)

(Studi Kasus di Gampong Ujong Blang, Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar) (Yusra Mahdalena, Bukhari Yusuf)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2,Mei 2017:713-736

736 Kecamatan Sepatan Timur Tangerang. Skripsi. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mizan. 2012. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin (KUBE FM) di Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar. Skripsi. Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry.

Ristinura Indrika, (2015) Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kelompok Usaha Bersama(Kualitas Hidup). Skripsi. UNSPECIFIED.

Internet

Ridwan,2010. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

https://inspirasitabloid.wordpress.com/ 2010/07/27/kube. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Ej guñeol me`e gak}ekepse duk}l a ja ~pekma ek ej gukaksl y se jl a}ekmepá ibuaj Ej guñeol me`e gak}ekepse duk}l a ja ~pekma ek ej gukaksl y se jl a}ekmepá ibuaj ~ues si se hak

Anemia Defisiensi Asam Folat/ vitamin - ↓ asupan vitamin dan asam folat - Malabsorbsi - Defek enzim kongenital (jarang) - Kebutuhan asam folat ↑: Kehamilan, bayi,

Jadi secara konsep basis data atau database adalah kumpulan dari data-data yang membentuk suatu berkas (file) yang saling berhubungan (relation) dengan tatcara yang tertentu

Melalui metode ini yakni dengan cara membaca Alkitab dengan berbagai „kacamata“, maka akan lahir dan berkembang pemahaman lintas budaya: Di dalam teks Alkitab dan cara

Dimana perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai kedewasaan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS IMPLEMENTASI

Besar daya listrik yang dihasilkan alternator yang digerakkan oleh prototipe turbin air terapung bersudu rata ini, dapat dibandingkan dengan melihat tabel data hasil

Dimensi knowledge (pengetahuan) cenderung berkembang lebih baik dibanding dua dimensi kompetensi lainnya. Elaborasi hasil analisis terhadap gender dan status