BASIC CLASS
BASIC CLASS
BASIC CLASS
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat rahmatNya Buku Basic Class – Elektrokardiogram ini dapat diselesaikan.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan buku ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran untuk perbaikan lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Surabaya, Mei 2020 Tim Penyusun
iii
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
Fisiologi Konduksi Jantung dan Siklus Jantung .. 1
Jenis dan Fungsi Elektrokardiografi ... 8
Perekaman EKG (Peletakan Elektrode) ... 17
Perekaman EKG (Kalibrasi) ... 24
Vektor Sadapan EKG ... 29
Gelombang P Normal ... 35
Komplek QRS Normal ... 41
Gelombang T Normal ... 47
Gelombang U Normal ... 51
Interval dan Segmen ... 54
Heart Rate ... 60
Aksis Frontal dan Horizontal ... 67
Progresivitas R di Prekordial ... 73
Irama Dasar (Sinus, Junctional, Ventrikuler) ... 77
Irama Sinus Normal ... 87
Irama Kelana Atrial (Wandering Atrial Pacemaker) ... 91
Abnormalitas Atrium Kiri ... 97
Abnormalitas Atrium Kanan ... 102
Hipertrofi Ventrikel Kiri ... 108
Hipertrofi Ventrikel Kanan ... 113
Spektrum Penyakit Jantung Koroner (PJK) ... 119
Review Vektor Sadapan EKG ... 126
Gambaran EKG Pada PJK (Iskemia, Infark, Nekrosis ... 133
iv
Depresi Segmen ST ... 140
Inversi Gelombang T ... 149
Inversi Gelumbang U ... 157
ST Elevasi dan T Hiperakut ... 161
Gelombang Q Patologis ... 169
Lokalisasi Penyakit Jantung Koroner (PJK) ... 173
Evolusi STEMI ... 179
Review Konduksi Jantung ... 186
SA Exit Block ... 192
AV Block ... 198
Intraventrikel Block ... 206
Accessory Pathway Conduction ... 216
Sinus Tachycardia ... 222 Sinus Arrhythmia ... 226 Ekstasistol Supraventrikuler ... 230 Supraventricular Tachycardia ... 235 Atrial Flutter ... 241 Atrial Fibrillation ... 247 Ekstrasistol Ventrikuler ... 252 Ventricular Tachycardia ... 259 Ventricular Fibrillation ... 264 Hipokalemia ... 268 Hiperkalemia ... 272 Hipokalsemia ... 277 Hiperkalsemia ... 281 Hipomagnesemia ... 285
INVERSI GELOMBANG T
KEADAAN YANG MENIMBULKAN
INVERSI GELOMBANG T
Penyakit Jantung Koroner
Pulmonary embolism
Inflamatory causes
Neurogenic Causes
Bundle Branch Block dan ventricular paced
Hipokalemi
Efek digoxin
Strain Pattern pada Hipertrofi
CORONARY ARTERY
DISEASE
Inversi T pada Penyakit jantung koroner merupakan hasil dari :
- Iskemia - NSTEMI
- Infark miokard sebelumnya
Inversi Gelombang T pada PJK mempunyai bentuk yang simetris
Pulmonary Embolism
Inversi gelombang T pada emboli paru mempunyai bentuk yang
dangkal pada lead inferior
Temuan spesifik yaitu pada lead V1-V4 Inversi Gelombang T yang dalam dapat ditemukan pada emboli pulmo
yang masif
Gambaran SIQIIITIII
S yang dalam (lead I) Q yang dalam (Lead III)
T inversi (Lead III)
NEUROGENIC CAUSES
Contohnya pada pasien dengan CNS hemoragik atau infark
Inversi Gelombang T - sangat dalam
- Penampakannya lebar dengan cembung saat turun (asimetris)
BUNDLE BRANCH BLOCK,
IRAMA VENTRIKULER dan
VENTRICULAR PACED
Bundle Branch Block dan irama ventrikuler
Inversi T didapatkan pada lead dgn R di QRS
yg tinggi/positif. Jika ditemukan pada lead
dgn kompleks QRS negatif maka merupakan
tanda iskemia.
Inversi Gelombang T pada Ventricular paced
Sering terlihat pada lead I dan aVL
Bentuk asimetris dengan gradual downslope
Strain Pattern pada
Hypertrophy
Tampak pada lead dengan kompleks QRS yang tinggi I,
aVL,V5, V6
Bentuk inversi gelombang T yaitu - gradual downsloping - dengan cepat kembali ke garis
isoelektrik
Berikut ini keadaan yang
dapat menimbulkan inversi
gelombang
T….
A. Pulmonary Embolism
B. RAD
C. Right Atrial Enlargement
D. Left Atrial Enlargement
ST ELEVASI DAN
HIPERAKUT T
KEADAAN YANG MENIMBULKAN
ELEVASI SEGMEN ST
STEMI
PERICARDITIS
LEFT BUNDLE BRANCH BLOCK
HIPERKALEMIA
EARLY REPOLARIZATION
ANEURISMA VENTRIKEL KIRI
T HIPERAKUT
SEBAGAI AWAL ST-ELEVASI
PADA STEMI
Dapat tampak pada iskemia transmural
Gelombang T tinggi, - Simetris
- Dasar lebar
- Dan puncak yang tumpul - Hampir selalu tampak bergabung dengan segmen ST
Gelombang T tinggi, - Simetris
- Dasar sempit
- Dan puncak yang runcing Gelombang T pada hiperkalemia
VS
STEMI
Segmen ST pada STEMI :
- ST Elevasi lurus atau cembung
ke atas, atap bergabung
dengan gelombang T
Puncak Gelombang T lebar atau
Inversi gelombang T
Dapat ditemukan Gelombang Q
Amplitudo ST elevasi atau
gelombang T dapat melebihi
kompleks QRS
Dapat ditemukan segmen ST
resiprokal pada lead yang
berlawanan
”Tombstoning”
Amplitudo ST elevasi atau
gelombang T dapat melebihi
kompleks QRS
Perubahan segmen ST pada
lead yang sama
PERICARDITIS
ST Depresi Cekung ke atas
“Saddle Back”
- ST Elevasi pada kebanyakan lead
-
ST Elevasi < 5mm
-
Amplitudo ST-T < kompleks QRS
Tidak ada Segmen
ST resiprokal
Depresi PR
EKG di atas menunjukkan
….
A. Pericarditis
B. STEMI
C. Hiperkalemia
D. NSTEMI
167EKG di atas menunjukkan
….
A. Pericarditis
B. STEMI
C. Hiperkalemia
D. NSTEMI
168GELOMBANG Q PATOLOGIS
Gelombang Q Patologis
Mengindikasikan adanya infark yang sedang
berjalan atau “Old Myocad Infarct” Gelombang Q patologis : - Durasi > 0.04 detik Atau - Ukuran > 25% dari amplitude kompleks QRS
Kecuali pada lead lateral (I, aVL, V6)
Hanya butuh durasi 0.03 sudah termasuk
abnormal
Gelombang Q Patologis
Setidaknya tampak pada 2 lead yang berdekatan
Normal
Berikut ini yang benar
tentang Q patologis
…
A. Hanya butuh 1 lead yang mempunyai Q
abnormal
B. Durasi Gelombang Q <0.04 detik
C. Besar Gelombang Q > 25% dari
amplitudo komplek QRS
D. Gambaran QS bukan merupakan tanda
Old Myocard Infarct
LOKALISASI PENYAKIT JANTUNG
KORONER (PJK)
PEMERIKSAAN EKG PADA
PASIEN SKA
Pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang
mengarah ke iskemik
Dilakukan Pemeriksaan EKG 12 Sadapan (dibuat dalam 10 menit sejak pasien datang)
Jika curiga mengarah iskemia inferior
Sadapan V3R-V4R serta V7-V9
Lokasi sadapan V4R
Lokasi sadapan V7-V9
GAMBARAN EKG PADA SKA
Gambaran EKG bervariasi, yaitu:
- LBBB (Left Bundle Branch Block) baru/ persangkaan baru, - elevasi segmen ST yang persisten (≥20 menit) maupun tidak
persisten, (Paling Spesifik)
- depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T.
SADAPAN
NILAI AMBANG ELEVASI (mV)
1. Sebagian besar sadapan
0.1 mV
2. V1-V3 beragam
- Pria
≥40 th
≥0.2 mV
- Pria < 40 th
≥0.25 mV
- Perempuan
≥0.15 mV
3. V3R- V4R
≥0.05 mV (0.1 mV pada usia
<30)
4. V7-V9
≥ 0.5 mV
Nilai Ambang Elevasi ST untuk diagnosis STEMI
Penilaian ST Elevasi dilakukan pada J Point. Pada 2 sadapan yang berdekatan
LOKASI INFARK BERDASARKAN
SADAPAN EKG
Sumber :Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Ed 3. PERKI
DIAGNOSIS INFARK PADA
PASIEN DENGAN LBBB
A. Elevasi segmen ST Konkordan
≥1 mm pada sadapan
dengan kompleks QRS positif (Score 5)
B. depresi segmen ST Konkordan
≥1 mm di V1-V3. (Score 3)
C. Elevasi Segmen ST diskordan > 5mm pada komplek QRS
Negatif (Score 2)
Total skor
≥3 dilaporkan mempunyai spesifisitas 90% untuk
diagnosis miokard infark
A
B
C
Di bawah ini pernyataan
yang benar adalah
…
A. Penentuan Elevasi Segmen ST pada
J Point
B. Penilaian ST Elevasi pada awal
Gelombang T
C. Diagnosis SKA cukup dengan 1 lead
D. Sadapan V3R digunakan saat curiga
iskemia lateral
EVOLUSI STEMI
EVOLUSI STEMI
INFARK MIOKARD
NSTEMI
STEMI
akibat dari adanya 100 % Total oklusi dari suatu pembuluh darah koroner sehingga
mengakibatkan injury pada miokard
Evolusi STEMI
Fase 1.
Gelombang T hiperakut
Gelombang T tinggi - Simetris - Dasar lebar - Puncak tumpul- Hampir selalu bergabung dengan segmen ST
Fase 2.
ST Elevasi
SADAPAN
NILAI AMBANG ELEVASI (mV)
1. Sebagian besar sadapan
0.1 mV
2. V1-V3 beragam
- Pria
≥40 th
≥0.2 mV
- Pria < 40 th
≥0.25 mV
- Perempuan
≥0.15 mV
3. V3R- V4R
≥0.05 mV (0.1 mV pada usia
<30)
4. V7-V9
≥ 0.5 mV
Penilaian ST Elevasi dilakukan pada J Point. Pada 2 sadapan yang berdekatan
Nilai Ambang Elevasi ST untuk diagnosis STEMI
Fase 3.
Gelombang Q Patologis
Gelombang Q patologis : - Durasi > 0.04 detik Atau - Ukuran > 25% dari amplitude kompleks QRSKecuali pada lead lateral (I, aVL, V6)
Hanya butuh durasi 0.03 sudah termasuk
abnormal
Telah terjadi nekrosis miokardium secara perlahan dan mengakibatkan skar pada miokardium
Fase 4.
Inversi Gelombang T dan Resolusi
Segmen ST
Gelombang Q menetap, Segmen ST mengalami Resolusi Dan
Terjadi inversi Gelombang T
Otot jantung seluruhnya mengalami nekrosis pada
area yang terkena
Fase 5.
Gelombang T kembali Positif disertai
sequel Gelombang Q
Berikut ini manakah yang
menunjukkan Gelombang
T Hiperakut ?
A
B
C
D
185UNSUR
SISTEM KONDUKSI JANTUNG
Sel-sel otot jantung
mempunyai kemampuan
Automaticity
Dapat menimbulkan potensial aksi sendiri
Rhythmicity
Potensial Aksi Timbul secara Ritmis
Menimbulkan Irama dasar
Jantung
Prinsip Pacemaker pada Jantung
SA NodePrimary
Pacemaker!!
AV Node Sel-sel Miokard VentrikelEscape
Pacemaker
Yang paling dominan/paling tinggi frekuensi pacing
menimbulkan impuls
Sedangkan yang lebih Rendah
sebagai
penghantar impuls
Frekuensi Pacemaker pada
Jantung
Konduksi
Primary
Pacemaker
Escape
Pacemaker
Frekuensi
Rate/min
SA Node
AV Node
Bundle of
His
Bundle
Branches
Purkinje
60 - 100
40 - 60
20 - 40
189GANGGUAN KONDUKSI JANTUNG (BLOK)
SA Exit Block
Kegagalan Automatisasi SA atau karena stimulus yang keluar dari SA
terhambat
AV Block
Blokade stimulus yang melewati AV Node atau jalur infranodal beberapa derajat dari AV Block
Intraventricular Block
-Bundle Branch Block - Fascicular Block SA Exit Block : - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III AV Block - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III 190
Berikut ini manakah yang merupakan bagian dari
sistem konduksi jantung serta kelainan yang terjadi
apabila struktur tersebut terjadi kerusakan
…..
A. Bundle branch
– Total AV Block
B. AV node
– Sinus Arrest
C. SA Node
– LBBB
D. Bundle Branch - RBBB
GANGGUAN KONDUKSI JANTUNG (BLOK)
SA Exit Block
Kegagalan Automatisasi SA atau karena stimulus yang keluar dari SA
terhambat
AV Block
Blokade stimulus yang melewati AV Node atau jalur infranodal beberapa derajat dari AV Block
Intraventricular Block
-Bundle Branch Block - Fascicular Block SA Exit Block : - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III AV Block - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III 193
SA EXIT BLOCK
SA EXIT BLOK
DERAJAT I
Tak dapat dilihat dengan EKG karena sama dengan
irama sinus biasa
DERAJAT II tipe Konstan
Gelombang P Terputus pada interval yang konstan
DERAJAT II tipe Wenckebach
Pemanjangan interval secara progresif antara pembentukan impuls dan
transmisi impuls
DERAJAT III (Sinus Arrest)
Tidak ada impuls dari sinus Irama mungkin diambil alih oleh irama junctional
BLOK SA DERAJAT II TIPE KONSTAN
Irama Sinus yang konstan Gelombang P Hilang
Dasar Diagnosis :
- Irama sinus yang teratur, suatu saat ada gelombang P yang hilang
- Interval PP yang kehilangan gelombang P = 2x atau kelipatan dari interval PP yang normal
a
2a
BLOK SA DERAJAT II TIPE WENCKEBACH
Dasar Diagnosis :
- Irama sinus dengan interval PP yang semakin
mengecil disusul gelombang P yang hilang
Secara Progresif interval PP memendek
P yang hilang
Jenis Gangguan penghantaran impuls yang
tampak pada EKG di atas adalah
…
A. AV Block Total
B. Sinus Arrest
C. SA Block derajat II tipe konstan
D. SA Block derajat II tipe Wenckebach
GANGGUAN KONDUKSI JANTUNG (BLOK)
SA Exit Block
Kegagalan Automatisasi SA atau karena stimulus yang keluar dari SA
terhambat
AV Block
Blokade stimulus yang melewati AV Node atau jalur infranodal beberapa derajat dari AV Block
Intraventricular Block
-Bundle Branch Block - Fascicular Block SA Exit Block : - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III AV Block - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III 199
AV BLOCK
AV BLOK DERAJAT I PR Interval memanjang DERAJAT II Mobitz I Interval PR memanjang secara progresif dan adagelombang QRS yang menghilang
DERAJAT Mobitz II
interval PR konstan dan ada kompleks QRS yang
menghilang
DERAJAT III (Total AV Block)
Tidak ada gelombang P yang diteruskan, sehingga
harus ada irama lolos supaya tidak terjadi henti
ventrikuler
AV BLOCK DERAJAT I
Interval PR memanjang
>0.20 detik Sering gelombang P bertumpuk
pada gelombang T di depannya
Tidak menyebabkan gangguan hemodinamik
AV BLOCK DERAJAT II MOBITZ I
Interval PR memanjang secara progresif Ada P tanpa diikuti Kompleks
QRS PR
- Menyebabkan gangguan hemodinamik minimal
- Asimptomatik tidak memerlukan pengobatan
- Simptomatik biasanya respon terhadap atropine
- Risiko rendah menjadi AV Block total
AV BLOCK DERAJAT II MOBITZ II
Interval PR konstan
Ada P tanpa diikuti Kompleks QRS PR PR PR- Menyebabkan gangguan hemodinamik, bradikardia berat dan berkembang
menjadi AV Block total
- Ketidakstabilan hemodinamik dapat terjadi mendadak dan tidak terduga
AV BLOCK DERAJAT III
(AV Block Total)
Atrium dan Ventrikel berdenyut
sendiri-sendiri (disosiasi AV Komplit)
Gelombang P
tidak diteruskan
Terdapat irama
lolos
- Pasien dengan AV Block total risiko tinggi terjadi “Sudden Cardiac Death” - Membutuhkan monitoring jantung dan
biasanya menggunakan pacemaker
Gambar EKG di atas menunjukkan gambaran
……
A. AV Block derajat I
B. AV Block derajat II Mobitz I
C. AV Block derajat II Mobitz II
D. Total AV Block
GANGGUAN KONDUKSI JANTUNG (BLOK)
SA Exit Block
Kegagalan Automatisasi SA atau karena stimulus yang keluar dari SA
terhambat
AV Block
Blokade stimulus yang melewati AV Node atau jalur infranodal beberapa derajat dari AV Block
Intraventricular Block
-Bundle Branch Block - Fascicular Block SA Exit Block : - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III AV Block - Grade I - Grade II tipe 1 - Grade II tipe 2 - Grade III 207
AV BLOCK
INTRAVENTRICULAR BLOCK
RIGHT BUNDLE BRANCH BLOCK
(RBBB) BUNDLE BRANCH BLOCK
(BBB)
FASCICULAR BLOCK
LEFT BUNDLE BRANCH BLOCK
(LBBB)
RIGHT BUNDLE BRANCH BLOCK
(RBBB)
- Pada RBBB, depolarisasi ventrikel kanan mengalami perlambatan
- Sehingga depolarisasi dari septum ventrikel kiri disusul ventrikel kanan
Fase 1
Pada normal EKG, depolarisasi
septum bagian kiri menghasilkan
gelombang r di V1
Fase 2
Depolarisasi
ventrikel kanan dan kiri.
Gel S di V1 Gel R di V6
Fase 3
Depolarisasi ventrikel kanan mengalami perlambatan
Menghasilkan Gel R’ di V1
Dan Gel S yang lebar di I dan V6
RIGHT BUNDLE BRANCH BLOCK
(RBBB)
Interval QRS yang memanjang >0.10 detik
- Bila Interval QRS 0.10-0.12 detik, maka disebut RBBB inkomplit - Bila Interval QRS >0.12 detik, maka disebut RBBB Komplit
S yang lebar di lead I S yang lebar di lead I R’ yang lebar di lead V1 210
LEFT BUNDLE BRANCH BLOCK
(LBBB)
- Pada RBBB, depolarisasi ventrikel kanan mengalami perlambatan
- Sehingga depolarisasi dari septum ventrikel kiri disusul ventrikel kanan
Fase 2
Depolarisasi ventrikel kiri mengalami perlambatan
- Interval QRS melebar - Gel QS di V1
- Gel R yang lebar dan berlekuk di I, V5 dan V6
Fase 1
Pada normal EKG, depolarisasi
septum bagian kiri menghasilkan
gelombang r di V1 pada LBBB, arah depolarisasi septum dari kanan ke kiri. Gel Q
LEFT BUNDLE BRANCH BLOCK
(LBBB)
Interval QRS yang memanjang >0.10 detik
- Bila Interval QRS 0.10-0.12 detik, maka disebut LBBB inkomplit - Bila Interval QRS >0.12 detik, maka disebut LBBB Komplit
R yang lebar dan berlekuk di lead V5, V6 Komplek QS di lead V1 R yang lebar dan berlekuk di lead V5, V6 212
LEFT ANTERIOR FASCICULAR
BLOCK
- Interval QRS sedikit memanjang 0.09 – 0.11 detik - Sumbu QRS deviasi ke kiri >-45o
- di I dan aVL terdapat R tinggi, dengan atau tanpa q - Di II, III, aVF terdapat rS dengan S yang dalam
Vektor QRS deviasi ke kiri :
- Sehingga QRS bagian Inferior bernilai negatif
QRS 45O I aVF R tinggi di I dan aVL - r kecil vektor awal QRS mengarah ke bawah kanan - S yang dalam - Di II,III, aVF 213
LEFT POSTERIOR FASCICULAR
BLOCK
- Interval QRS sedikit memanjang 0.09 – 0.11 detik - Sumbu QRS deviasi ke kanan ≥-110o
- rS di I dan aVL - qR di II,III, aVF
Vektor QRS deviasi ke kanan :
- Sehingga QRS I dan aVL bernilai negatif QRS 110O I aVF qR di II, III dan aVF - r kecil vektor awal QRS mengarah ke kiri superior - S yang dalam - Di I dan aVL 214
Gambar EKG di atas menunjukkan
…
A. RBBB
B. LBBB
C. Left Anterior Hemiblock
D. Left Posterior Hemiblock
SINDROMA PRE-EKSITASI
Merupakan suatu sindroma dimana ventrikel depolarisasi lebih awal
Disebabkan karena adanya jalur aksesori
(diluar jalur pada system konduksi)
Jalur Kent
(Sindroma Wolff Parkinson White)
Jalur James
(Sindroma Lown Ganong Levine)
Jalur Mahaim
SINDROMA WOLFF PARKINSON WHITE (WPW)
Gambaran EKG menggambarkan kompleks fusi antara ventrikel melalui
jalur normal dan jalur aksesori
Impuls dari jalur Kent lebih cepat sampai di ventrikel
Mengawali depolarisasi ventrikel
Gelombang Delta
• Interval PR memendek ≤0.12 detik • Adanya Gelombang Delta
• Kompleks QRS melebar (karena Gelombang Delta)
SINDROMA LOWN GANONG LEVINE
Jalur James mengaktivasi ventrikel berpangkal dari Berkas His Impuls melalui jalur ini akan lebih cepat sampai ventrikel karena tidak
diperlambat AV
Tidak berbeda dari aktivasi normal
Tidak ada Gelombang Delta, karena aktivasi melalui Berkas His
• Interval PR memendek ≤0.12 detik • Tidak ada Gelombang Delta
• Kompleks QRS normal
JALUR MAHAIM
• Interval PR normal
• adanya Gelombang Delta
• Kompleks QRS melebar (karena adanya gelombang Delta)
Jalur konduksi yang menghubungkan atrium kanan dengan Cabang Berkas Kanan atau ventrikel kanan
Tidak mempengaruhi interval PR (mempunyai sifat decremental)
dan
Mengawali aktivasi ventrikel
Gelombang Delta
Berikut ini pernyataan yang benar
mengenai sindroma
pre-eksitasi
…..
A. Gelombang Delta ditemukan di sindroma Lown
Ganong Levine
B. Gelombang Delta ditemukan di sindroma Wolff
Parkinson White
C. Interval PR di sindroma Wolff Parkinson White
normal
D. Interval PR di Sindroma Mahaim memendek
Sinus Tachycardia
Normal (Physiologic)
Sinus Tachycardia
-
Automatisasi pada SA
Node meningkat selama
aktivitas fisik, stress.
-
Akibat
peningkatan
stimulasi simpatis
Sinus Tachycardia
Akibat penyakit atau obat
-
Penyakit : CHF, Demam,
infeksi,
anemia,
pulmonary
embolism,
sepsis, hipertiroid, nyeri,
hipoksia, hipercarbia
-
Obat : alkohol, beta
agonis, simpatomimietik,
antimuskarinik
PENYEBAB SINUS TACHYCARDIA
SINUS TACHYCARDIA
Irama Sinus dengan HR dengan keadaan istirahat >100 x/ menit,
atau di atas batas normal pada anak-anak
Normal HR pada anak-anak :
-
Newborn
= 110
– 150 x / menit
-
2 tahun
= 85
– 125 x / menit
-
4 tahun
= 75
– 115 x / menit
-
>6 tahun
= 60
– 100 x / menit
Berikut Ini pernyataan yang benar
mengenai
sinus tachycardia….
A. HR <60 x / menit
B. Irama ireguler
C. Irama berasal dari AV Node
D. HR pada orang dewasa > 100 x / menit
PENYEBAB SINUS ARRHYTHMIA
Merupakan fenomena fisiologis (Respiratorik) dan sering
terlihat pada orang sehat dan pada usia muda
-
Variasi HR dikarenakan perubahan reflex tonus vagal pada
siklus respirasi
-
Inspirasi meningkatkan HR dengan menurunkan tonus vagal
“non- respiratory” ( tidak bergantung pernafasan) sinus
arrhythmia jarang ditemukan, biasanya ditemukan pada
usia tua dan penyebab patologis.
KARAKTERISTIK
SINUS ARRHYTHMIA
Gelombang P sinus normal dengan morfologi yang
tetap
PR Interval Konstan
PP Interval secara bertahap memanjang dan memendek, biasanya tergantung
pada fase siklus respirasi Variasi PP interval lebih
dari 0.16 detik
Berikut Ini pernyataan yang benar
mengenai
sinus arrhythmia….
A. PR Interval bervariasi
B. PP interval secara bertahap
memanjang dan memendek
C. Bentuk Gelombang P berubah-ubah
D. PP interval konstan
PENYEBAB EKSTRASISTOL
SUPRAVENTRIKULER
Kecemasan
simpatomimetik
beta agonis
kafein
infark miokard
digoxin
- Ekstrasistol supraventrikuler biasanya tidak memerlukan pengobatan
- Dapat menebabkan palpitasi
- Pada pasien dengan penyakit yang mendasari (PJK, Pembesaran atrium kiri, WPW), ekstrasistol
supraventrikuler dapat menjadi pemicu takidisritmia
EKSTRASISTOL
SUPRAVENTRIKULER
Bigemini atrial
Setiap satu kompleks sinus
– satu
ekstrasistol
Trigemini atrial
Setiap dua kompleks sinus
– satu
ekstrasistol
Quadrigemini
Setiap tiga kompleks sinus
– satu
ekstrasistol
Kuplet
dua ekstrasistol yang
berturutan
Multifokal
adanya dua atau lebih focus ektopik di atria
yang berlainan
Ekstrasistol yang tak diteruskan
P ekstrasistol tak diikuti
kompleks QRS
Ekstrasistol dengan konduksi ventrikuler aberan
KARAKTERISTIK
EKSTRASISTOL SUPRAVENTRIKULER
Interval yang normal (A) Gelombang P Prematur yang berasal dari
atrium Interval rangkaian (B)
A B C
Pause kompensasi tidak
lengkap : B + C < 2A
Interval Pasca ekstrasistol
Berikut Ini pernyataan yang benar
mengenai ekstrasistol
supraventrikuler
….
A. Ekstrasistol kuplet
– Setiap 2 sinus
komplek diikuti 1 ekstrasistol
B. Terdapat gelombang P yang premature
berasal dari atrium
C. Interval PR berubah- ubah
D. Tidak ditemukan interval PP yang
normal
TAKIKARDIA
TAKIKARDIA
QRS Sempit
QRS Lebar
Reguler
Irreguler
Sinus tachycardia
Atrial Flutter
Sinus Node
reentrant
tachycardia (SNRT)
Atrial tachycardia
AV Node reentrant
tachycardia
(AVNRT)
AV reentrant
tachycardia (AVRT)
Junctional
Tachycardia
Atrial Fibrillation
(AF)
Atrial Flutter with
variable block
Multifocal Atrial
Tachycardia (MAT)
Supraventricular Tachycardia (SVT)
Digunakan untuk mendeskribsikan segala bentuk takikardi selain
Ventricular Tachycardias (VTs) dan Atrial Fibrillation (AF)
MEKANISME
SUPRAVENTRICULAR TACHYCARDIA
Peningkatan Automatisasi
Stimulus yang berulang
terus-menerus
Sumber : Goldberger’s Clinical Electrocardiography 8ed. p122
Aritmia Re-entri
Stimulus yang berulang-ulang akan
diblok oleh jalur konduksi karena
periode refrakter
Impuls dapat mencapai sisi yang
berlawanan dan membentuk
“re-entrant loop”
Struktur seperti : AV Node, jalur
aksesori, dan jaringan di antara
skar (akibat infark atau fibrosis)
Dapat membentuk suatu jalur
SUPRAVENTRICULAR TACHYCARDIA (SVT)
Kompleks QRS Sempit
(<0.12 detik / 3mm)
Gelombang P Tidak jelas. Bisa tidak ditemukan,
Atau
bila ditemukan P bersifat retrograde
( P inversi di II, III, aVF)
Takikardia ( biasanya di atas 180x/menit)
R-R reguler
Kecuali pada :
- AT dari High Atrial
- SNRT
SVT (TYPICAL AVNRT / Slow-fast)
Positif P
=Pseudo-R di V1 dan
aVR
P inversi
=Pseudo-S di lead inferior
(II, III, aVF)
Konduksi Retrograde
P bersifat retrograde
Berikut ini pernyataan yang
benar mengenai
SVT…
A. Kompleks QRS Lebar
B. Irama tidak teratur
C. Terdapat gelombang Pseudo S di lead
Inferior akibat konduksi retrograde
D. Terdapat gelombang Pseudo S di lead
Inferior akibat konduksi anterograde
MEKANISME ATRIAL FLUTTER
Sirkuit re-entri berputar di sekitar
katup tricuspid dalam atrium
kanan
Disebabkan oleh premature
atrial complex (PAC) yang diblok
dalam satu arah
Prediksi perputaran atrial flutter
sekitar 300 siklus / menit
Kata
“AV Blok” dalam konteks atrial
flutter merupakan respon fisiologis AV
Node terhadap laju atrium yang cepat
VARIAN ATRIAL FLUTTER
Sumber : Goldberger’s Electrocardiography 8ed. p135
ATRIAL FLUTTER
Aktivitas Atrium (P) regular
dengan rate 250
– 350
x/menit (± 1 kotak besar)
Gelombang flutter (Saw-tooth
pattern).
Gelombang P Paling mudah
dilihat pada II atau V1
Kehilangan garis isoelektrik
ATRIAL FLUTTER
Sumber : Goldberger’s Electrocardiography 8ed. p137
Berikut ini pernyataan yang
benar mengenai Atrial
Flutter…
A. Kompleks QRS Lebar
B. Irama tidak teratur
C. Sirkuit re-entri pada atrium kanan yang
terus berputar
D. Sirkuit re-entri berada di dalam AV Node
MEKANISME ATRIAL FIBRILLATION
Sirkuit re-entri di atrium tidak
dapat dilokalisasi
Dibentuk oleh satu focus area
dipicu oleh karena
peningkatan automatisasi
PENYEBAB ATRIAL FIBRILLATION
•Ischemic Heart Disease
•Hypertension
•Valvular heart disease (esp. mitral stenosis / regurgitation)
•Acute infections
•Electrolyte disturbance
•thyrotoxicosis
•Drugs (e.g. sympathomimetics)
•Pulmonary embolism
•pericardial disease
•Acid-base disturbance
•sindroma pre eksitasi
•Cardiomyopathies
•Phaeochromocytoma
ATRIAL FIBRILLATION
Aktivitas Atrium Irreguler
Tidak ada gelombang P
Atau
Gelombang P memiliki
Rate >350 x/menit
Kehilangan garis isoelektrik
Kompleks QRS
Sempit
Berikut ini pernyataan yang
benar mengenai Atrial
Fibrillation…
A. Kompleks QRS Lebar
B. Irama tidak teratur
C. Sirkuit re-entri pada atrium kanan yang
terus berputar
D. Gelombang P Mudah dilihat di lead II
atau V1
EKSTRASISTOL VENTRIKULER
Impuls premature yang berasal
dari focus ektopik di dalam
ventrikel
Nama Lain : Ventricular Ectopics, Ventricular Extrasystoles,
Ventricular premature beats, Ventricular premature contraction
Mengganggu aktivasi jantung yang normal, mengakibatkan
aktivasi kedua ventrikel yang tidak tersinkronisasi
PENYEBAB EKSTRASISTOL VENTRIKULER
•Anxiety
•Sympathomimetics
•Beta-agonists
•Excess caffeine
•Myocardial Ischemia
•Hipokalemia
•hipomagnesemia
•efek digoxin
254EKSTRASISTOL VENTRIKULER
Premature Terjadi lebih
awal dari impuls
setelahnya
Gelombang QRS yang
lebar (>0.12 detik) dan
morfologi abnormal
Perubahan Segmen ST
dan gelombang T yang
diskordan
Diskordan menggambarkan
bentuk repolarisasi abnormal :
-
ST Depresi dan T inversi pada
lead yang dominan R
-
ST elevasi dan T positif pada
lead yang dominan S
Klasifikasi :
-
Unifocal dari satu efokus ektopik
-
Multifocal dari beberapa ektopik
-
Bigemini
-
Trigemini
-
Quadrigemini
-
255Couplet
FENOMENA “R on T”
-
Ketika Ventricle Extrasystole (VES) muncul di dekat dari
puncak gelombang T
-
Merupakan factor predisposisi terjadinya VT atau VF
Pada
“R on T”
Puncak Gelombang T
VES muncul di dekat
Puncak Gelombang T
Fenomena
”R on T”
VES muncul jauh
setelah Gelombang T
MACAM EKSTRASISTOL VENTRIKULER
multifocal
Bigemini
Quadrigemini
Couplet
257Berikut ini pernyataan yang
benar mengenai Ekstrasistol
Ventrikuler
…
A. Kompleks QRS Lebar (>0.12 detik)
B. Segmen ST deptresi yang konkordan
C. Fokus ektopik pada atrium
D. Ekstrasistol unifokal berasal lebih dari
satu fokus ektopik
VENTRICULAR TACHYCARDIA
Pada VT didapatkan Ventricular Premature Beat (VPB) sebanyak tiga
atau lebih dengan rate 100x/menit atau lebih
MEKANISME VENTRICULAR TACHYCARDIA
1. Abnormal / peningkatan Automatisasi
Peningkatan produksi impuls pada sel-sel di ventrikel
2. Re-entri
-
Mekanisme paling umum
-
Berkembang karena skar miokard yang abnormal (akibat iskemik
dan infark)
EKSTRASISTOL VENTRIKULER
HR Cepat > 100 x/ menit
Komplek QRS yang lebar
(>0.12 detik)
Nonsustained VT
Torsades de Pointes
Berikut ini pernyataan yang
benar mengenai Ventricular
Tachycardia…
A. Kompleks QRS Lebar (>0.12 detik)
B. Komplek QRS Sempit (<0.12 detik)
C. Diakibatkan oleh atrial premature beat
D. Salah satu mekanisme adalah re entri
yang terjadi pada AV Node
VENTRICULAR FIBRILLATION
- Irama ventrikel yang benar-benar tidak teratur yang mengakibatkan berhentinya cardiac output
-
Merupakan irama cardiac arrest, resusitasi dan defibrilasi harus
segera dilakukan tanpa menunggu EKG 12-lead
Berdasarkan amplitudo
VF halus
VF Kasar
-
Ventrikel mencoba untuk berkontraksi pada rate 500x/menit
-
Aktivitas listrik yang cepat dan irregular kontraksi tidak efektif
kehilangan cardiac output
-
Pompa jantung tidak efektif
-
VF yang memanjang akan menurunkan amplitude dari VF kasar
VF halus asistole
VENTRICULAR FIBRILLATION
- Defleksi irregular pada amplitudo yang
bervariasi
- Gelombang P, Kompleks QRS, Gelombang T
tidak dapat diidentifikasi
- Rate 150-500 x/menit
- Amplitudo semakin berkurang ( VF kasar
VF halus )
Berikut ini pernyataan yang
benar mengenai Ventricular
Fibrillation…
A. Kompleks QRS Lebar (>0.12 detik)
B. Gelombang P, kompleks QRS dan
gelombang T tidak dapat diidentifikasi
C. HR < 100 x / menit
D. Jantung dapat berkontraksi untuk
memenuhi cardiac output
HIPOKALEMIA
Kalium sangat penting dalam regulasi
aktivitas listrik di jantung
Penurunan kalium ekstraseluler Hipereksitasi miokard
Berpotensi untuk berkembang menjadi
aritmia
Hipokalemia = nilai K
+<3.5 mmol/L
Hipokalemia sedang = <3.0 mmol/L
Hipokalemia berat = <2.5 mmol/L
Perubahan EKG
pada Hipokalemia
Gelombang U semakin prominen Gelombang T semakin mendatar
dan akhirnya inversi
ST Depresi
Sering U yang prominen dikira T seolah-olah interval QT Memanjang
Berikut ini yang menunjukkan
gambaran
hypokalemia…
A
B
C
D
271HIPERKALEMIA
Kalium sangat penting dalam regulasi
aktivitas listrik di jantung
Hiperkalemia = nilai K
+>5.5 mmol/L
Hiperkalemia sedang = >6.0 mmol/L
Hiperkalemia berat = >7.0 mmol/L
Peningkatan kalium ekstraseluler eksitasi miokard menurun
Depresi pembuatan dan konduksi impuls
-
P M e n g e c i l d a n a k h i r n y a
m e n g h i l a n g
-
P R i n t e r v a l m e m a n j a n g
( A V B l o c k D e r a j a t I )
Perubahan EKG
pada Hiperkalemia
T menjadi tinggi dan lancip
R menjadi lebih pendek QRS menjadi lebar QRS Bersatu dengan T Segmen ST menghilang 274
Perubahan EKG
pada Hiperkalemia
QRS Bersatu dengan T Segmen ST menghilang 275Berikut ini yang menunjukkan
gambaran
hyperkalemia…
A
B
C
D
276HIPOKALSEMIA
Repolarisasi ventrikel akan
memanjang pada kondisi
Hipokalsemia
Nilai Normal kalsium
8.8-10.4 mg/dLHipokalsemia Ringan-sedang = 7.6-8.8 mg/dL
Hipokalsemia berat <7.6 mg/dL
•Hypoparathyroidism
•Vitamin D deficiency
•Acute pancreatitis
•Hyperphosphataemia
•Hypomagnesaemia
•Diuretics (frusemide)
•Pseudohypoparathyroidism
Penyebab Hipokalsemia
278PERUBAHAN EKG PADA
HIPOKALSEMIA
NORMAL
HIPOKALSEMIA
QT QT QTPemanjangan
Interval QT karena
pemanjangan
segman ST
279Berikut ini yang termasuk kriteria
dari hipokalsemia pada
EKG …
A. Tampak gelombang T yang tinggi
B. Gelombang U yang prominen
C. Gelombang P menghilang
D. Interval QT memanjang
HIPERKALSEMIA
Repolarisasi ventrikel akan
memendek
pada kondisi
Hiperkalsemia
Nilai Normal kalsium = 8.8-10.4 mg/dL
Hiperkalsemia Ringan = 10.8-11.6 mg/dL
Hiperkalsemia Sedang = 12-13.6 mg/dL
Hiperkalsemia berat >13.6 mg/dL
•Hyperparathyroidism (primary and tertiary)
•Myeloma
•Bony metastases
•Paraneoplastic syndromes
•Milk-alkali syndrome
•Sarcoidosis
•Excess vitamin D (e.g. iatrogenic)
Penyebab Hiperkalsemia
PERUBAHAN EKG PADA
HIPERKALSEMIA
NORMAL
HIPERKALSEMIA
QT QT QTPemendekan
Interval QT
karena
Pemendekan
segman ST
283Berikut ini yang termasuk kriteria
dari hiperkalsemia pada
EKG …
A. Tampak gelombang T yang tinggi
B. Gelombang U yang prominen
C. Interval QT memendek
D. Interval QT memanjang
HIPOMAGNESEMIA
-
Biasanya disebabkan oleh
“GI atau Renal Losses” (penggunaan
diuretik)
-
Juga memainkan peran pathogenesis dalam menyebabkan
peningkatan keparahan Hipokalemia
-
Hipomagnesemia juga terlibat dalam terjadinya aritmia ventrikuler
pada IMA dan Torsades de Pointes
Nilai Normal magnesium = 0.8
– 1.0 mmol/L.
Hipomagnesaemia = <0.8 mmol/L
PERUBAHAN EKG PADA
HIPOMAGNESEMIA
QT
Abnormalitas yang tampak
pada EKG
Pemanjangan interval QT
QT
QT