• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER DI PERAIRAN PULAU KOMODO, MANGGARAI BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER DI PERAIRAN PULAU KOMODO, MANGGARAI BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN

MULTIBEAM ECHOSOUNDER DI PERAIRAN PULAU KOMODO,

MANGGARAI BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR

Suranta Tarigan, Heriyoso Setyono, Siddhi Saputro

*)

*) JurusanIlmuKelautan, FakultasPerikanandanIlmuKelautan

Email :heriyoso@yahoo.co.id; saputrosiddhi@gmail.com

Abstrak

Pulau Komodo merupakan bagian dari Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.Pulau Komodo menjadi daerah tujuan wisata karena memiliki hewan khas yaitu Komodo dan jugakarena keindahan bawah airnya.Keindahan Perairan Pulau Komodo akan menjadi daya tarik untuk melakukan penelitian di Perairan tersebut. Data mengenaiinformasikedalamandasarlautmerupakan data dasar yang digunakandalampenelitian, sehinggaperludilakukanpenelitiankedalamandasarlaut (batimetri) untukmengetahuikondisidasarlautPerairanPulau Komodo. Berdasarkan hal tersebut, sehingga diperlukan penelitian betimetri di Perairan Pulau Komodo menggunakan multibeam echosounder untuk melakukan pemetaan kedalaman dasar laut (batimetri), kondisi dasar laut, serta dapat mengetahui manfaat multibeam echosounder dalam aplikasi pemetaan dasar laut. Hasil penelitian menunjukkan kedalaman dasar laut Perairan Pulau Komodo berkisar antara 40 meter sampai 350 meter. Bentuk penampang melintang morfologi dasar laut dan model 3D menunjukkan bentuk dasar laut Perairan Pulau Komodo yang beragam, bentuk tersebut berupa peninggian dasar laut (ocean ridge), dataran bawah laut (deep sea plain), dan cekungan atau lembah bawah laut dengan kemiringan berkisar 2.5o sampai 47.1o. MultibeamEchosounderjuga mempunyaikemampuan yang baikdalamsurveikedalamandasarlaut (batimetri) untukmenampilkanbentukmorfologidasarlaut.

Kata Kunci : Perairan Pulau Komodo,pemetaan, morfologi, multibeam echosounder.

Abstract

Komodo Island is part of West Manggarai Regency, East Nusa Tenggara. Komodo Island into a tourist destination because it has a distinctive animal , Komodo and also because of the beauty beneath the water. The beauty of Komodo Island waters will be an attraction to conduct research in the waters. Data on the seafloor depth information is the basic data used in the study, so it is necessary to study the ocean floor depth to determine the condition of the seabed waters of Komodo Island. Based on this, so that the necessary research in the waters of Komodo Island bathymetry using multibeam echosounder to map the depth of seabed (bathymetry), seabed conditions, as well as to determine the benefits of multibeam echosounder in seabed mapping applications. The results showed the depth of the sea floor Komodo Island waters ranging from 40 meters to 350 meters. Cross-sectional shape of the seabed morphology and 3D model shows the basic form of the sea waters of Komodo Island is diverse, the form of a base elevation of the sea (ocean ridge), plain underwater (deep sea plain), and under the sea basin or valley with a slope ranging from 2.5o to 47.1o. Multibeam Echosounder also have a good ability to survey the seabed depth (bathymetry) to show the morphology of the sea floor.

(2)

1.

Pendahuluan

Menurut Basyaruddin (2013), Pulau Komodo merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara

Timur yang termasuk dalam Kepulauan Nusa Tenggara terletak di Indonesia bagian tengah yang

tersebar sepanjang 2850 km dari barat ke timur. Kondisi fisik kepulauan ini sangat berbeda dengan

kawasan lainnya di Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau vulkanis dan rangkaian

terumbu karang yang tersebar di sepanjang lautan yang terdalam di dunia, dan tidak memiliki pulau

besar, seperti Jawa dan Sumatera.Pulau Komodo menjadi daerah tujuan wisata karena memiliki

hewan khas yaitu Komodo, selain itu Pulau Komodo juga menjadi tujuan wisata air karena

memiliki keindahan bawah air.

Perairan Pulau Komodo memiliki kondisi fisik yang berbeda dengan daerah lainnya di

Indonesia. Dasar laut perairan ini memiliki topografi yang beragam dengan kemiringan yang curam.

Menurut

Mulyana

dan

Salahuddin

(2009),

kondisimorfologidasarlaut

Indonesia

mempunyaiperbedaanmencolokantarakawasanbaratdankawasantimur.

LautJawa

yang

merupakansistemPaparanSunda (Sunda Shelf) mempunyaikedalamandasarlaut rata-rata 130 meter,

sedangkanLaut Flores danLaut Banda yang merupakanlauttepimempunyaikedalamanlebih 5000

meter.

Keindahan Perairan Pulau Komodo dan kondisi fisik Perairan Pulau Komodo akan menjadi

daya tarik untuk melakukan penelitian di Perairan Pulau Komodo.Data mengenai informasi

kedalaman dasar laut (batimetri) merupakan data dasar yang digunakan dalam penelitian, sehingga

perlu dilakukan penelitian kedalaman dasar laut (batimetri) untuk mengetahui kondisi dasar laut

Perairan Pulau Komodo.

Untuk mengetahui kondisi dasar Perairan Pulau Komodo dapat dilakukan dengan menggunakan

Multibeam Echosounder. Multibeam Echosounder merupakan salah satu alat yang digunakan dalam

proses pemeruman dalam suatu survei hidrografi. Pemeruman (sounding) sendiri adalah proses dan

aktivitas yang ditunjukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar

perairan (seabed surface). Sedangkan survei hidrografi adalah proses penggambaran dasar perairan

tersebut, sejak pengukuran, pengolahan, hingga visualisasinya. (Poerbandono dan Djunarsah, 2005).

Berdasarkan hal tersebut, sehingga diperlukan penelitian betimetri di Perairan Pulau

Komodo menggunakan multibeam echosounder untuk melakukan pemetaan kedelaman dasar laut

(batimetri), kondisi dasar laut, serta dapat mengetahui manfaat multibeam echosounder dalam

aplikasi pemetaan dasar laut.

2.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang sifatnya deskriptif analitik, yaitu

data diperoleh dari pengukuran lapangan. Peneliti melakukan analisis data dengan memperkaya

informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya. Hasil

analisa data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti (Sugiyono, 2009).

Metode pengambilan data kedalaman (pemeruman) menggunakan multibeam echosounder

dilakukan dalam 3 tahap, yaitu pra perencanaan survei (pre-survey planning), tahap perencanaan

survei (survey planning), dan tahap pelaksanaan survei (survey operation) (L3 Communications

Elac Nautik).

Penentuan posisi dalam penelitian ini adalah untuk menentukan posisi kapal pada saat

melakukan pengukuran kedalaman, yang dimaksudkan untuk mencegah kapal keluar dari lajur yang

direncanakan. Penentuan posisi tersebut menggunakan sistem navigasi satelit, yaitu GPS (Global

(3)

Gambar 1. Peta Lajur Pemeruman Batimetri

Pemeruman dilakukan dengan mengelilingi Pulau Komodo sebanyak 3 kali selama dua hari,

dengan lebar sudut (coverage) 153

o

(8.3 X depth) dan frekuensi 50 KHz. Pada saat pelaksanaan

pemeruman kecepatan kapal berkisar 5-6 knot, agar data yang dihasilkan lebih baik.

Gambar 2. Lebar sapuan Multibeam Echosounder Elac Seabeam 1050D

(L3 Communications Elac Nautik).

Data kedalaman yang telah diperoleh kemudian dikoreksi terhadap kondisi pasang surut untuk

mendapat data kedalaman dasar laut (batimetri) yang akurat.

(4)

Keterangan:

rt

: Besarnya reduksi (koreksi) yang diberikan kepada hasil

pengukuran kedalaman pada waktu t.

TWLt

: Kedudukan permukaan laut sebenarnya (true water level) pada waktu t.

MSL

: Muka air laut rata-rata (Mean Sea Level).

Z0

: Kedalaman muka surutan di bawah MSL.

Persamaan (1) menghasilkan besarnya reduksi (koreksi) terhadap pasang surut air laut,

selanjutnya menghitung kedalaman sebenarya, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

D = dT – rt

(2)

Keterangan:

D

: kedalaman sebenarnya

dT

: kedalaman terkoreksi tranduser

rt

: Reduksi (koreksi) pasang surut laut

Kemiringan dasar laut (slope) dapat dihitung berdasarkan bentuk morfologi dasar laut dengan

menggunakan persamaan (3), yaitu sebagai berikut :

Tan α =

H / l

(3)

Keterangan :

α

: besarnya sudut (

o

) kemiringan dasar laut (slope)

H

: elevasi yang diperoleh antara dua kontur batimetri (m)

L

: jarak horizontal (tegaklurus) antarakeduagariskonturbatimetri (m)

Data kedalaman laut hasil koreksi selanjutnya diinterpolasi menggunakan bantuan perangkat

lunak (software) Surfer 11 dengan menggunakan mentode interpolasi Triangulation with Linear

Interpolation sehingga didapat kontur kedalaman laut. Metode triangulation adalah teknik yang

paling sederhana untuk membuat garis, yaitu dengan menghitung nilai kedalaman di suatu titik dari

tiga titik kedalaman yang terdekat dengan titik tersebut dengan pembobotan menurut jarak

(Poerbandono dan Djunarsah, 2005). Bentuk permukaan dasar laut (seabed surface) di lokasi

penelitian ditampilkan dengan dibuat penampang melintang morfologi dasar laut menggunakan

perangkat lunak Global Mapper 13. Selanjutnya peta kedalaman laut (batimetri) ditampilkan dengan

menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1.

3.

Hasil dan Pembahasan

Pemetaan Batimetri

Berdasarkan data batimetri yang telah dikoreksi dapat dibuat peta batimetri Perairan Pulau

Komodo yang kemudian peta batimetri diperbesar menjadi delapan bagian yang sama dengan skala

1 : 80.000.

(5)

Gambar 4.PetaBatimetri (diperbesar menjadi 8 bagian)PerairanPulau Komodo (Pengolahan Data

Lapangan, 2013).

(6)

Gambar5.PetaBatimetriPerairanPulau Komodo (Pengolahan Data Lapangan, 2013).

Hasil pengukuran kedalaman dasar laut hasil pengukuran di Perairan Pulau Komodo,

Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur menampilkan garis kontur dengan interval kedalaman

sebesar 40 meter sampai 350 meter. Multibeam Echosounder mempunyai kemampuan yang baik

untuk menampilkan bentuk dasar laut yang representatif, sehingga memberikan pemahaman lebih

mengenai fenomena dasar laut (Sasmita, 2008).

BerdasarkanpetabatimetripadaGambar4menunjukkangaris-gariskontur

yang

rapatdanjugaterdapatkurvatertutup,

halinimenunjukkan

di

dasarperairantersebutterdapatgundukan yang biasanyaberupagununglaut. Garis-gariskontur

yang

membentukkurvatertutupjugadapatmenunjukkanpadaperairantersebutterdapatcekungan.

PerairanPulau Komodo yang menjadidaerahpenelitianmemilikimorfologidasarlaut yang

curam

Peta batimetri dibuat dalam beberapa bagian dengan tujuan agar dapat membaca peta

kedalaman laut (batimetri) dengan lebih jelas. Pembagian peta tersebut dibuat dengan membagi peta

menjadi delapan bagian menurut arah mata angin dan juga dengan skala yang sama (1 : 80.000).

Hal ini dilakukan karena lokasi penelitian memiliki cakupan wilayah yang cukup luas 38 x 48 km

2

,

sehingga perlu media yang cukup luas untuk menyajikan peta batimetri secara keseluruhan dengan

lebih jelas.

Dari data hasil pemeruman tidak menghasilkan data kedalaman sampai dekat garis pantai

karena wahana pemeruman (kapal) yang digunakan adalah kapal dengan ukuran besar (60.4 meter

X 12.1 meter), sehingga tidak dapat mendekati pantai dengan kedalaman dangkal.

(7)

Morfologi Dasar Laut

1.

Penampang Melintang dan 3D Dasar Laut

Gambar 6. Peta Batimetri dengan Garis Penampang Melintang (Pengolahan Data Lapangan,

2013).

(8)

Gambar 7. Bentuk Morfologi Dasar Laut Perairan Pulau Komodo (Pengolah Data Penelitian,

2013).

Tan α = ∆H / L

Tan α = (H

2

– H

1

) / L

Kemiringan dasar laut kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi menurut Verstappen

(1953), yaitu klasifikasi kemiringan (slope).

Tabel 1. Hasil Perhitungan Kemiringan Dasar Laut

No.

H1 (m)

H2(m)

L(m)

Slope

Kategori

1

325

75

250

47.12389

Curam

2

320

180

500

16.38052

AgakCuram

3

270

170

300

19.30503

AgakCuram

4

275

225

300

9.908921

Landai

5

125

80

200

13.27887

Landai

6

180

50

600

12.80212

Landai

7

160

100

500

7.165736

SangatLandai

8

160

140

200

5.980119

SangatLandai

9

375

250

200

33.51596

Curam

10

320

180

2500

3.356494

SangatLandai

11

200

170

200

8.933397

Landai

12

180

150

500

3.595689

SangatLandai

13

175

150

500

2.997504

SangatLandai

14

275

150

300

23.68747

Curam

15

280

225

200

16.10197

AgakCuram

(9)

16

280

250

700

2.569856

HampirDatar

Gambar 8. Bentuk 3D Morfologi Dasar Laut Pulau Komodo dilihat dari depan (Pengolahan Data

Penelitian, 2013 dan Data Kedalaman Peta Pelayaran Dishidros).

Dari bentuk penampang melintang dan 3D morfologi dasar laut dapat diketahui bahwa

Perairan Pulau Komodo memiliki bentuk dasar laut yang beragam. Bentuk tersebut peninggian

dasar laut yang menyerupai gunung atau bukit di daratan (ocean ridge), dataran bawah laut (deep

sea plain), dan lembah atau cekungan bawah laut.MorfologidasarlautPerairanPulau Komodo yang

beragammerupakanmorfologidasarlaut

yang

terbentukkarenaadanyatenagaatauaktivitas

yang

bekerjapadabumi.

Tenagainiberasaldaridalambumiatautenaga

endogen

yang

mempunyaisifatmembangun.

MenurutBasyaruddin

(2013),

Pulau

Komodo

yang

merupakanbagiandariKepulauan

Nusa

Tenggara

terbentukdariaktivitasvulkanik

yang

sampaisekarangmasihterjadidanmempengaruhiposisi,

ukuran,

danbentukpulau.

Topografidaratanakanmempengaruhibentukmorfologi yang ada di dasarlaut.

Bentuk dasar laut ini dapat terjadi karena Pulau Komodo dan pulau-pulau di sekitarnya

memiliki topografi daratan berbukit dan berbatu yang biasanya memiliki kedalaman perairan yang

curam dan beragam. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Mulyana dan Salahuddin (2009) bahwa

Indonesia bagian timur terdiri dari sederetan pulau-pulau berbentuk busur lengkung dengan

perbedaan bentuk relief yang sangat menonjol dan dipisahkan oleh laut dalam yang mempunyai

palung-palung dalam dan pegunungan yang tinggi sehingga mempunyai tatanan tektonik lebih

rumit dibandingkan dengan Indonesia bagian barat yang terdiri dari beberapa pulau-pulau besar dan

dipisahkan oleh laut dangkal.

Kemiringandasarlauthasilperhitunganmenggunakanbantuanpenampangmelintangmorfologidas

arlautmenunjukkanadanyaperbedaankemiringanpadasetiapsisiPulau

Komodo

yang

dapatdiklasifikasikanmenjadihampirdatar – curam.Bentukmorfologi yang memilikikemiringan

paling curamberadapadasisiutaradanbaratPulau Komodo, yaitudengansudutkemiringanantara 16.6

o

– 47.1

o

atauagakcuram – curam. Hal inidapatterjadikarenapadasisiutaradanbaratPerairanPulau

Komodo

terdapatbentukpeninggiandasarlaut

(ocean

ridge)

yang

merupakanbentukmorfologidasarlaut yang memilikikemiringanlereng yang curam.

Sedangkanuntuksisi

lain

didominasidenganbentukdasarlaut

yang

memilikikemiringantergolonghampirdatar

landai.

Hal

inidapatterlihatdengandaridominasidataranbawahlaut (deep sea plain) karenaadanyapengedapan di

(10)

dasarlautmeskipunmasihterdapatbentukanpeninggiandasarlaut

yang

terdapatpadasisitimurdanselatan.

PerairanPulau

Komodo

banyakterdapatbentukdasarlaut

yang

curamdanmemilikikemiringanlereng

yang

tergolongbesar.

Hal

inisesuaidenganpernyataanMulyanadanSalahuddin

(2009)

bahwa

Indonesia

bagiantimurterdiridarisederetanpulau-pulauberbentukbusurlengkungdenganperbedaanbentuk relief

yang

sangatmenonjoldandipisahkanolehlautdalam

yang

mempunyaipalung-palungdalamdanpegunungan yang tinggi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1.

Kedalaman dasar laut perairan berdasarkan hasil pemetaan batimetri pada Perairan Pulau

Komodo berkisar antara 40 meter sampai 350 meter.

2.

Dasar laut Perairan Pulau Komodo memiliki morfologi yang beragam dan dapat

diidentifikasikan sebagai bentuk peninggian dasar laut (ocean ridge), dataran dasar laut

(deep sea plain), dan cekungan atau lembah bawah laut (basin)

dengan kemiringan berkisar 2.5o sampai 47.1o

3.

Pengukuran kedalaman dasar laut tidak dapat dilakukan sampai pinggir pantai atau

mendekati daratan karena proses pemeruman menggunakan kapal dengan ukuran besar (60.4

X 12.1 meter)

SARAN

Perlupengukurankedalamandasarlautsampaidaerahpinggirpantaiataudekatdaratan.

DAFTAR PUSTAKA

Basyaruddin, Ach. 2013. FisiografidanPotensiFisikProvinsi Nusa Tenggara. UniversitasNegeri

Malang. Malang

Mulyana, W dan M. Salahudin. 2009. Morfologi Dasar Laut Indonesia. PuslitbangGeologiKelautan

(PPPGL), Dep. ESDM, Bandung.

PoerbandonodanDjunarsjah, E. 2005. SurveiHidrografi. RefikaAditama: Bandung.

L3 Communications Elac Nautik.2003. Survey Planning and Operation. Germany.

Sasmita, D. K. 2008. AplikasiMultibeamEchosounder System (MBES) untukKeperluanBatimetrik.

TugasAkhir. Program StudiTeknikGeodesidanGeomatikaInstitutTeknologi Bandung.

Sugiyono. 2009. MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D. Alfabeta, Bandung.

Verstappen, H.Th, 1983. Applied Geomorphology, Geomorphological Surveys for Environmental

Gambar

Gambar 2. Lebar sapuan Multibeam Echosounder Elac Seabeam 1050D   (L3 Communications Elac Nautik)
Gambar 4.PetaBatimetri (diperbesar menjadi 8 bagian)PerairanPulau Komodo (Pengolahan Data  Lapangan, 2013)
Gambar  6.  Peta  Batimetri  dengan  Garis  Penampang  Melintang  (Pengolahan  Data  Lapangan,  2013)
Gambar  7.  Bentuk  Morfologi  Dasar  Laut  Perairan  Pulau  Komodo  (Pengolah  Data  Penelitian,  2013)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan gaya bahasa berdasarkan gaya bahasa kiasan dalam kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu karya Hardiansyah Abdi Gunawan yang berhasil ditemukan meliputi gaya

Pegadaian (Persero) Cabang Pabaeng- baeng Di Kota Makassar dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan Penyaluran Kredit Cepat Aman Terhadap Profitabilitas. b) Sebagai

Bahasa Jawa ibu Lidya juga melayaninya dengan bahasa jawa. Pada pukul 11.05- 12.00 saat masa pulang berladang ada beberapa kelompok petani yaitu yang bersuku

Menurut Habermas, “ketika mengatakan sesuatu dalam konteks kehidupan sehari-hari, pembicara merujuk tidak hanya pada sesuatu di dunia obyektif (secara keseluruhan

Militer asing yang dengan persetujuan penguasa militer menyertai atau mengikuti suatu satuan Angkatan Perang yang disiap- siagakan untuk perang, militer tawanan perang, dan

Bila LC DN diterbitkan oleh bank lain dan pembayaran dilakukan di cabang sendiri, cabang pembayar tidak dapat membayar langsung atas wesel yang diunjukan

Siswa kelasn VIIIf : Malas belajar terus (data 01). Data tersebut dituturkan oleh keenam orang siswa emosi dengan nilai rendah, sedang, dan tinggi. Pernyataan emosi

KESEPULUH : Penyelenggaraan uji coba program pelayanan telemedicine dituangkan dalam perjanjian kerja sama antara kepala atau direktur rumah sakit pengampu dengan kepala atau