• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iwan Setiawan. Guru Sekolah Dasar Sukabungah 01 Kabupaten Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Iwan Setiawan. Guru Sekolah Dasar Sukabungah 01 Kabupaten Bekasi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

73

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS TEMA 2 (SELALU BERHEMAT

ENERGI) SUB TEMA 1. MACAM-MACAM SUMBER ENERGI MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS IV SDN SUKABUNGAH 01

Iwan Setiawan

Guru Sekolah Dasar Sukabungah 01 Kabupaten Bekasi

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkatkan hasil belajar IPS di kelas IV SDN Sukabungah 01 Kabupaten Bekasi.Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: hasil tes Formatif siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 69,41 dan hasil tes formatif siklus II meningkat nilai rata-ratanya menjadi 81,53. Dari data yang diperoleh selama dua siklus tersebut terjadi peningkatan yang signifikan pada hasil belajar IPS siswa. Kesimpulan penelitian ini berhasil membuktikan penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPS tema 2 (Selalu berhemat energi) sub-tema 1. Macam-macam sumber energi pada materi kenampakan alam dan buatan di kelas IV SDN Sukabungah 01

Kata kunci: Penelitian Tindakan, Hasil Belajar, Pendekatan Kontekstual

Abstract: This study aims to improved learning outcomes IPS in the fourth grades SDN Sukabungah 01 of Bekasi regency.This action research conducted by two cycles.The results were obtained the following data: the first cycle formative test result obtained average value 69,41 and the test results formatif cycle II increased the average value becomes 81,53. From the data obtained during two cycles a significant increase both in the students learning outcomes IPS. The conclusion of this study was able to prove that by using a contextual approach can improve learning outcomes IPS theme 2 (Always save energy) sub-themes 1. Various sources energy in the fourth grades SDN Sukabungah 01.

Keyword: Action research, Learning outcomes, Contextual approach

Pendidikan merupakan upaya yang secara sadar dan terorganisir membantu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan harus dengan gigih dan mampu untuk dapat mewujudkan pendidikan yang sesuai dengan yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tentunya memerlukan keterlibatan

semua pihak terutama guru di sekolah. Guru sebagai pendidik diharapkan mampu membantu siswa untuk belajar di sekolah. Siswa dikatakan telah belajar apabila pada diri siswa tersebut mengalami perubahan perilaku. Menurut Suyono (2016: 9) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh aspek inteligensi sehingga anak didik akan

(2)

74

menjadi manusia yang utuh, cerdas secara inteligensi, cerdas secara emosi, cerdas psikomotornya, dan memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi dirinya.

Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik khususnya di tingkat dasar dan menengah (Ahmad Susanto, 2015: 5)

Menurut Iif Khoiru Ahmad (2011: 10) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

Menurut Ahmad Yani (2009: 6) IPS adalah tidak sekedar mata pelajaran yang disampaikan dalam bentuk penyederhanaan ilmu-ilmu sosial tetapi sebaiknya dimaknai sebagai suatu internalisasi nilai-nilai budaya bangsa, pembinaan karakter bangsa, membina persatuan dan kesatuan bangsa. IPS bukan semata-mata penyederhanaan ilmu-ilmu sosial tetapi memiliki nilai untuk menyiapkan peserta didik menghadapi kehidupan dengan segala tantangannya.

Mata Pelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran yang terintegrasi dalam muatan kurikulum 2013 dan untuk penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPS. Khususnya pada tema 2 (selalu berhemat energi) sub-tema 1. macam-macam sumber energi, pembelajaran ke-4 pada materi kenampakan alam dan kenampakan buatan.

Namun kenyataan yang dihadapi di lapangan berdasarkan hasil pengamatan peneliti, melalui observasi di kelas ketika siswa mengikuti pelajaran IPS ternyata banyak siswa yang masih lemah pemahamannya terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya tentang materi kenampakan alam dan kenampakan buatan.

Dari data-data riil yang dipaparkan di atas yang diperoleh ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas menunjukkan bahwa selain pemahaman terhadap materi yang masih kurang afektif siswa juga belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa terlihat kurang antusias, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang disajikan ketika guru sedang menjelaskan. Begitu juga psikomotorik siswa belum tampak, terlihat dari tidak adanya siswa yang mengajukan pertanyaan atau belajar menyampaikan pendapat atas pertanyaan yang diajukan kepada siswa tersebut. Hal

(3)

75

tersebut banyak faktor yang melatarbelakanginya antara lain guru dalam menyajikan pelajaran IPS tidak menguasai materi yang diajarkan, guru tidak menyajikan materi dengan menggunakan metode yang dapat mengaktifkan siswa, dan juga tidak menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa. Sehingga bagi sebagian besar siswa belajar IPS menjadi tidak menarik minat dan tidak menyenangkan.

Menurut Ahmad Susanto (2015: 5) hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Sedangkan menurut Nawawi, (Ahmad Susanto, 2015: 5) hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari pendapat Ahmad Susanto dan Nawawi di atas dapat dikaji bahwa keduanya menyatakan hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh anak setelah terjadinya proses pembelajaran. Di mana tingkat keberhasilannya ditandai dengan

telah tercapainya tujuan-tujuan belajar yang diinginkan. Hasil belajar siswa ditandai dengan skor yang diperolehya dari hasil tes setelah melaksanakan proses pembelajaran.

Menurut Asep Jihad, (2012: 14) Benjamin S. Bloom membagi tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut A.J. Romijowski, hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS adalah tingkat kemampuan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS setelah proses pembelajaran berlangsung dalam kurun waktu tertentu yang mencakup keterpaduan dalam tiga ranah yang utuh yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang diukur dengan indikator keterampilan proses meliputi: keterampilan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Untuk mengembangkan pembelajaran IPS yang menyenangkan tentunya perlu sebuah pendekatan ataupun sebuah metode yang dapat membuat siswa belajar dengan menyenangkan. Banyak sekali pendekatan, metode, atau model pembelajaran yang bisa digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan salah satunya

(4)

76

adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2004: 4).

Sedangkan menurut Rina Laela Sukmasari, contextual teaching and learning (CTL) atau yang dikenal dengan Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Wina Sanjaya (2006, 253) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas Pendekatan Kontekstual adalah sebuah

konsep dalam pembelajaran di mana guru menghadirkan dunia nyata dalam pembelajaran di kelas kemudian mendorong siswa baik secara individual atau kelompok untuk menarik sebuah hubungan atau kesimpulan antara pengetahuan yang telah mereka dapatkan dengan penerapannya dalam kehidupan dan lingkungan mereka sehari-hari. Permasalahan rendahnya kualitas pembelajaran IPS merupakan masalah klasikal dalam kegiatan pembelajaran di kelas IV SDN Sukabungah 01. Oleh karena itu untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan pembelajaran yang inovatif guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang meliputi keterampilan guru dalam menyajikan pembelajaran (materi, metode, dan media yang digunakan), aktifitas pembelajaran siswa dan hasil belajar siswa. Salah satu tindakan untuk mengatasi rendahnya kualitas pembelajaran tersebut adalah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Tema 2 (Selalu Berhemat Energi) Sub_Tema 1. Macam-macam Sumber Energi dengan materi Kenampakan Alam dan Kenampakan Buatan

(5)

77

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di kelas IV SDN Sukabungah 01. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Sukardi, 2012: 3) penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi sebuah kondisi di mana mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

Prosedur penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus atau lebih sesuai dengan hasil yang diharapkan. Setelah satu siklus selesai maka akan diakhiri dengan refleksi. Jika hasil refleksi menyatakan pada siklus pertama belum ada keberhasilan maka akan dilanjutkan dengan siklus yang kedua yang diawali dengan perencanaan kembali atau perencanaan ulang (replanning). Pada penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang membagi setiap siklus ke dalam empat tahapan penelitian yaitu 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflecting).

Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah pada Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) di Tema 2 Selalu Berhemat Energi Sub-Tema 1. Macam-Macam Sumber

Energi pada materi Kenampakan Alam dan Kenampakan Buatan, dari segi guru nya adalah langkah-langkah pembelajaran dapat diselesaikan 100% (mastery learning). Keberhasilan belajar pada mata pelajaran IPS yang diharapkan ditentukan berdasarkan indikator pencapaian hasil (IPH) ≥ 70% siswa dengan nilai kriteria ketuntasan hasil belajar ≥ 70 yang harus dicapai oleh siswa agar terjadi peningkatan hasil belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Hasil belajar dikatakan tercapai sesuai tujan pembelajaran adalah apabila siswa ≥ 70% siswa telah mencapai nilai KKM 70 ke atas.

Data yang digunakan untuk penelitian diperoleh dengan cara : 1) Observasi atau pengamatan, terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung yang berkenaan dengan penggunaan pendekatan kontekstual dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. 2) Dokumentasi berupa foto-foto yang di ambil pada saat pembelajaran baik pembelajaran di dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas. 3) catatan lapangan yaitu catatan kolaborator selama melaksanakan penelitian.

Kriteria yang digunakan dalam validasi data telah dirumuskan dan divalidasi dengan menggunakan beberapa teknik validasi data untuk mendapatkan data yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dengan

(6)

78

tujuan penelitian. Untuk melakukan validasi data digunakakan teknik triangulasi data dan member chek.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan peserta didik setelah proses pembelajaran setiap siklusnya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir dari siklus. Data yang diperoleh dari instrumen tes tersebut dianalisis secara statistik deskriptif, yaitu

mengelompokkan data berdasarkan kriteria, menghitung rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan ketuntasan belajar dengan cara mempresentasikannya.

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Adapun kriteria pengelompokannya sebagai berikut: skor 85-100 (kriteria A), skor 70-84 (kriteria B), skor 55 - 69 (kriteria C) dan skor <55 (kriteria D). (Zulela MS, 2013 : 227).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dihasilkan data dari aktivitas guru dan aktivitas siswa melalui lembar pengamatan dan hasil belajar IPS siswa diperoleh dari tes formatif diakhir siklus. Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus I diperoleh data-data sebagai berikut: pada pertemuan ke 1 aktivitas guru memperoleh skor 30 atau baru mencapai 58%, kemudian pada pertemuan kedua aktivitas guru meningkat dengan skor 35 (67%), pada pertemuan ketiga memperoleh skor 37 (71%), dan semakin meningkat dipertemuan keempat dengan perolhan skor 39 (75%). Dari perolehan rata-rata skor tiap pertemuan pada siklus I tersebut terlihat peningkatan aktivitas guru yang sangat baik. Rata-rata skor yang diperoleh dari aktivitas guru pada siklus I adalah sebesar 35,25 atau 67,75%.

Untuk aktivitas siswa pada siklus I diperoleh data sebagai berikut: pada pertemuan kesatu diperoleh skor 36 (53%), pertemuan kedua memperoleh skor 44(65%), pertemuan ketiga memperoleh skor 53(75%) dan pertemuan keempat memperoleh skor 54 (79%). Dari skor yang diperoleh dalam setiap pertemuan tersebut terlihat peningkatan aktivitas siswa yang sangat baik. Sehingga rata-rata skor aktivitas siswa selama siklus I sebesar 46,75 atau 68%.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I diperoleh dengan cara diberikan tes formatif di akhir siklus I dengan hasil sebagai berikut: dari 34 siswa yang mengikuti tes formatif pada siklus I terdapat 2 orang siswa yang memperoleh nilai katagori tinggi (85-100), 20 orang siswa memperoleh nilai antara 70-84, 9 orang siswa memperoleh nilai

(7)

79

antara 55-69, dan 3 orang siswa memperoleh nilai kurang dari 55. Dengan KKM sebesar 70 yang ditetapkan maka dari hasil tes tersebut sebanyak 22 siswa (65%) memperoleh nilai di atas atau sama dengan KKM dan sebanyak 12 siswa (35%) memperoleh nilai di bawah KKM.

Dari hasil yang diperoleh pada siklus I tersebut karena jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasannya baru mencapai 65% maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan diawali perencanaan kembali agar proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

Pada siklus II untuk aktivitas guru dalam melaksanakan tindakan diperoleh data-data sebagai berikut: pertemuan kesatu memproleh skor 42 (81%), pertemuan kedua memperoleh skor 45 (87%), dan pertemuan ketiga memperoleh skor 47 (90%). Terlihat pada siklus II ini terjadi peningkatan aktivitas guru yang sangat baik dalam pembelajaran dengan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 44,67 (86%).

Untuk aktivitas siswa pada siklus II setelah diberikan tindakan pada proses pembelajaran oleh guru diperoleh hasil sebagai berikut: pertemuan kesatu memperoleh skor 55 (81%), pertemuan kedua memperoleh skor 59 (87%), dan pertemuan ketiga memperoleh skor 63(93%). Sehingga pada siklus II ini rata-rata skor yang diperoleh

dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebesar 59 atau 87%. Semakin meningkatnya skor yang diperoleh maka akan semakin baik aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa.

Pada Akhir siklus II dilaksanakan tes formatif untuk melihat capaian hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan. Dari tes formatif tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: terdapat 10 siswa yang memperoleh nilai antara 85-100 (katagori tinggi), 22 siswa memperoleh nilai antara 70-84 (katagori sedang), dan 2 siswa yang memperoleh nilai antara 55-69 (katagori rendah). Pada siklus II ini dilihat dari hasil tes tersebut tidak ada siswa yang memperoleh nilai sangat rendah atau nilai <55. Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus II ini mencapai 81,53.

Dilihat dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70 maka dari hasil capaian tes formatif siklus II tersebut sebanyak 32 siswa atau sebesar 94% siswa sudah mencapai nilai diatas nilai ketuntasan yang ditetapkan. Hanya 2 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah nilai KKM artinya kedua siswa tersebut tidak tuntas.

Selanjutnya berdasarkan nilai yang diperoleh siswa dari tes formatif siklus II sebanyak 32 siswa mendapatkan nilai di atas nilai ketuntasan (KKM) 70 dengan nilai rata-rata kelas mencapai 81,53. Dari skor nilai

(8)

80

tersebut artinya sebanyak 32 siswa atau 94,1% siswa dinyatakan tuntas dalam mempelajari materi kenampakan alam dan kenampakan buatan. Berdasarkan data tersebut maka guru dan kolaborator menyatakan bahwa penelitian

tindakan selesai di siklus II karena telah berhasil meningkatkan hasil belajar IPS tema 2 (Selalu berhemat energi) sub-tema 1. Macam-macam sumber energi kelas IV sekolah dasar.

Penelitian tindakan ini diawali dari tujuan untuk membuktikan rumusan masalah “apakah hasil belajar IPS Tema 2 (Selalu Berhemat Energi) Sub_Tema 1. Macam-Macam Sumber Energi dapat ditingkatkan melalui Pendekatan Kontekstual?” kemudian juga merujuk dari beberapa hasil penelitian yang relevan tentang keberhasilan penggunaan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar siswa seperti hasil penelitian dari : Fajar Setiawan yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri Tambakaji 01 Semarang”. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini maka disimpulkan bahwa hipotesis tindakan model pendekatan kontekstual berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang mencakup keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa telah terbukti kebenarannya.

Berangkat dari hal tersebut peneliti melaksanakan penelitian tindakan dengan

menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS yang dilaksanakan selama dua siklus. Adapun hasil yang diperoleh selama dua siklus akan diuraikan seperti dibawah ini:

Interprestasi hasil analisis dan pembahasan dilakukan untuk membandingkan hasil analisis data pada siklus I dan siklus II yang bertujuan untuk memperluas analisis dan implikasi hasil penelitian yang dilakukan.

Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam memberikan tindakan pada proses pembelajaran di siklus I dan II diperoleh skor sebagai berikut: pada siklus I jumlah skor aktivitas guru sebesar 35,25 atau sebesar 67,75% dan pada siklus II memperoleh skor 44,67 atau 86%. Dilihat dari perolehan tersebut terlihat adanya peningkatan skor dari siklus I ke siklus II sebesar 9,42 atau meningkat sebesar 18,25%.

Hasil pengamatan oleh observer terhadap aktivitas siswa selama siklus I dan siklus II diperoleh data-data sebagai berikut: pada siklus I aktivitas siswa dieroleh skor 46,75 atau sebesar 68%, dan pada siklus II

(9)

81

aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor sebesar 59 atau 87%. Dari perolehan skor selama dua siklus tersebut terlihat adanya peningkatan skor sebesar 12,25 atau meningkat sebesar 19%. Dengan adanya peningkatan skor tersebut berarti aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mengalami peningkatan yang sangat baik.

Peningkatan aktivitas siswa tidak serta merta terjadi dengan sendirinya tetapi didahului oleh adanya peningkatan aktivitas dalam melakukan tindakan yang diberikan guru selama dua siklus tersebut. Semakin tinggi aktivitas guru maka akan semakin tinggi pula aktivitas siswa yang terjadi. Tentunya dengan semakin tinggi aktivitas akan semakin baik proses pembelajaran yang berlangsung.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui pendekatan kontekstual pada materi kenampakan alam dan buatan dinyatakan berhasil dan meningkat secara signifikan.

Untuk data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui hasil tes formatif pada tiap akhir siklus dapat diuraikan sebagai berikut: pada siklus I siswa yang mencapai nilai ketuntasan (KKM=70) sebanyak 22 siswa atau 65% siswa tuntas, dan 12 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Siswa yang di bawah KKM atau sebanyak 12 orang siswa

dinyatakan belum tuntas. Jumlah nilai rata-rata kelas yang diperoleh di siklus I sebesar 69,41.

Pada siklus II hasil belajar siswa terlihat meningkat signifikan yaitu sebanyak 32 siswa mendapatkan nilai di atas KKM artinya 32 orang siswa atau 94% siswa tersebut dinyatakan tuntas dalam proses pembelajaran. Terbukti pula dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa yang mencapai 81,53.

Selanjutnya berdasarkan peningkatan nilai hasil belajar IPS siswa kelas IV di siklus II tersebut yang mencapai prosentase sebesar 94% siswa memperoleh ketuntasan belajar, maka kegiatan penelitian pada siklus II dianggap selesai karena telah berhasil mencapai tujuan penelitian sekaligus menjawab hipotesis penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar IPS tema 2 (Selalu berhemat energi) sub-tema 1. Macam-macam sumber energi melalui pendekatan kontekstual di kelas IV SDN Sukabungah 01.

Penelitian ini juga selain berhasil

membuktikan apa yang menjadi pertanyaan dan hipotesis penelitian juga dapat membuktikan kebenaran pada peneliti-peneliti seblumnya yang juga berhasil meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan yang sama yaitu pendekatan kontekstual.

(10)

82

Dengan adanya hasil penelitian ini semoga menjadi bahan rujukan atau

menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi kalangan pemerhati kualitas pendidikan.

SIMPULAN

Berdasarkan temuan hasil penelitian dari hasil belajar siswa terlihat kenaikan nilai rata-rata kelas dari 69,41 di siklus I menjadi 81,53 di siklus II serta jumlah siswa yang berhasil tuntas sebanyak 32 siswa dari 34 siswa seluruhnya artinya 94% siswa telah tuntas dalam proses belajarnya. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menyatakan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa pada tema 2 (Selalu berhemat energi) sub-tema 1. Macam-macam sumber energi melalui pendekatan kontekstual di kelas IV SDN Sukabungah 01 Kecamatan Bojongmangu Kabupaten Bekasi. Hasil peningkatan tersebut dapat kita lihat dari hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I dan Siklus II.

Oleh karena itu penelitian ini berhasil membuktikan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS tema 2 (Selalu berhemat energi) sub-tema 1. Macam-macam sumber energi dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Selain itu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas terutama dalam kegiatan berdiskusi, bertanya, dan melakukan presentasi di depan kelas

DAFTAR PUSTAKA

Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Presindo. Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Nurhadi, dkk., 2004. Pembelajaran

Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL)Dan Penerapannya

dalam KBM. Malang : UM Press. Rina Laela Sukmasari dan Ratnasari, 2004.

Pedoman Pembelajaran Pengetahuan Sosial Secara Kontekstual Untuk Guru SD. Bandung: LPMP Jawa Barat. Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar proses

Pendidikan. Jakarta, Kencana Prenada Media.

Susanto, Ahmad, 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia.

Suyono dan Haryanto, 2016. Belajar dan

Pembelajaran Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Yani, Ahmad, 2009. Pembelajaran IPS. Jakarta: Dirjen Pend.Islam DEPAG RI.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Dampak penerapan strategi mengajar ekspositori ( expository teaching) dalam pembelajaran aqidah akhlak di MI Matholi’ul Huda 02 Srikandang Bangsri Jepara adalah guru aktif

Pada dosis 1.5 ml ekstrak kulit batang tanaman biduri ( Calotropis gigantea ) terjadi kematian jentik nyamuk Aedes aegypti sebanyak 18 jentik nyamuk dengan rata-rata

Koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,404 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh pola asuh orangtua dan pergaulan teman sebaya terhadap motivasi belajar adalah sebesar

Penambahan tepung terigu dan air pada donat kulit pisang berpengaruh pada rasa, hal ini dibuktikan dari perbandingan hasil penelitian yang dilakukan oleh

untuk mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. 190 Kelompok dampingan dalam memulai kegiatan wirausahanya telah mampu berkomitmen dengan menyatukan visi, cita-cita, dan

Lalu berjalan dengan waktu pemerintah mengeluarkan UU tentang Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) yang dimaksudkan untuk memuluskan jalan dari perkembangan sukuk itu

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum gaya belajar yang dimiliki siswa adalah kombinasi dari tiga gaya belajar, yaitu: visual, auditori,