• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusunan Revisi Dokumen Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah(RPI2-JM) Bidang Cipta KaryaKabupaten Enrekang Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusunan Revisi Dokumen Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah(RPI2-JM) Bidang Cipta KaryaKabupaten Enrekang Tahun"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

VII - 1 Pada bab ini berisikan penjelasan keterpaduan strategipengembangan

kabupaten/kota berdasarkan arahan kebijakan Daerahyang ada, antara lain arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)Kabupaten/Kota, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD), Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, Rencana IndukSistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Arahan Strategi Sanitasi Kota(SSK), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), RencanaPembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)Kabupaten/Kota, serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan diKawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK)

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Kabupaten Enrekang

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Enrekang, maka kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut:

a) Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten secara merata dan berhierarki;

b) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Enrekang;

c) Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan cagar alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainya;

d) Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan;

e) Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan;

f) Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana;

(2)

VII - 2 g) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah;

h) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup;

i) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya; j) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung

dan daya tampung lingkungan;

k) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan rona alam, dan melestarikan warisan ragam budaya lokal;

l) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional atau internasional;

m) Pemanfaatan sumber daya alam dan atau perkembangan Iptek secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

n) Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam;

o) Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan sosial ekonomi budaya antar kawasan; dan

p) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten Enrekang merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

a) Strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten secara merata dan berhierarki di Kabupaten Enrekang, terdiri atas:

 Menjaga interkoneksi antar kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, dan antarkawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;

 Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;

 Mengendalikan perkembangan kawasan perbukitan; dan

 Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya.

(3)

VII - 3 b) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Enrekang terdiri atas :

 Meningkatnya kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat;

 Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan yang masih terisolir;

 Meningkatkan kapasitas pembangkit dengan memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan;

 Mengembangkan jaringan transmisi tenaga listrik untuk menjangkau daerah yang belum terjangkau layanan tenaga listrik;

 Mengembangkan jaringan energi migas untuk peningkatan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan perekonomian; dan

 Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

c) Strategi Penguatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, kawasan cagar alam, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainya di Kabupaten Enrekang, terdiri atas :

 Memastikan tata batas kawasan lindung dan kawasan budidaya untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi;

 Menyusun dan melaksanakan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan hutan lindung yang berbasis masyarakat;

 Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan; dan

 Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati.

d) Strategi peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan di Kabupaten Enrekang, terdiri atas :

 Meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui intensifikasi lahan;

(4)

VII - 4  Memanfaatkan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan

kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat;

 Meningkatkan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi; dan

 Meningkatkan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.

e) Strategi pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan kebijakan penataan di Kabupaten Enrekang terdiri atas

 Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis) ; dan  Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana

pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif.

f) Strategi pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang dan berbasis konservasi di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi

 Membangun prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang;

 Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman (kawasan); dan

 Menyusunan program dan membangun berbagai perangkat keras dan lunak untuk mitigasi berbagai bencana alam, seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan ancaman lainnya.

g) Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah di Kabupaten Enrekang dilakukan dengan strategi meliputi:

 Menetapkan kawasan lindung di ruang darat;

 Mewujudkan RTH dalam satu wilayah perkotaan luas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan

(5)

VII - 5  Menetapkan zona kimiringan lereng ≥ 40% sebagai zona larangan kawasan

budidaya.

h) Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan sistem ekologi wilayah di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

 Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah;

 Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

 Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan / atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

 Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;  Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin

kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

 Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan sumber daya baru untuk penghasilan dan pelestarian lingkungan;  Mengelola sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan

 Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

 Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:  Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kabupaten untuk

memanfaatkan sumber daya alam di ruang darat dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

 Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan;

(6)

VII - 6  Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan

keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

 Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan Kabupaten.

i) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

 Membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.

 Menumbuhkembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak, asri dan lestari seperti kota taman;

 Menumbuhkembangkan agropolitan yang memadukan agroindustri, agrobisnis, agroedukasi serta model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi komoditas pertanian unggulan;

 Mengembangkan ruang terbuka hijau seluas paling sedikit 30% dari luas kawasan perkotaan; dan

 Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

j) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

 Menetapkan kawasan strategis kabupaten berfungsi lindung;

 Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis provinsi dan kabupaten yang berpotensi mengurangi daya lindung kawasan;

 Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi dan kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;

 Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis provinsi dan kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan

(7)

VII - 7  Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis provinsi dan kabupaten.

k) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi:

 Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;  Menciptakan iklim yang kondusif bagi investasi yang mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan;

 Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

 Mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas sosekbud masyarakat dan lingkungan hidup kawasan;

 Mengintensifkan promosi peluang investasi bagi kegiatan ramah lingkungan dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, dan

 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. l) Strategi untuk pemanfaatan sumber daya alam dan atau perkembangan iptek secara

optimal di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi :

 Mengembangkan kegiatan penunjang dan atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi;

 Meningkatkan keterkaitan pemanfaatan sumber daya dan atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan / turunannya; dan

 Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat.

m) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya bangsa di Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan strategi, meliputi :

 Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap nilai budaya lokal yang mencerminkan jati diri komunitas lokal yang berbudi luhur;

 Mengembangkan penerapan ragam nilai budaya lokal dalam kehidupan masyarakat; dan

(8)

VII - 8 n) Strategi untuk pengembangan kawasan tertinggal di Kabupaten Enrekang,

dilakukan dengan strategi, meliputi :

 Memanfaatkan sumber daya alam lokal secara optimal dan berkelanjutan;

 Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dengan pusat pertumbuhan wilayah;

 Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi rakyat;  Meningkatkan akses rakyat ke sumber pendanaan; dan

 Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

o) Strategi untuk meningkatkan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara di Kabupaten Enrekang, meliputi:

 Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

 Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan sebagai zona penyangga; dan

 Turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara.

7.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Enrekang

7.1.1.1 Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Enrekang 1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

Adapun rencana Pembagian Pusat Pusat pengembangan di Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut:

 Wilayah Pengembangan Tengah, di Kecamatan Enrekang yang juga merupakan pusat wilayah pengembangan Kabupaten Enrekang secara keseluruhan.

 Wilayah Pengembangan Selatan, dengan cakupan wilayah meliputi; Kecamatan Maiwa, Kecamatan Bungin dan kecamatan Cendana

 Wilayah Pengembangan Utara, dengan cakupan wilayah meliputi; Kecamatan Alla, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Curio, Kecamatan Masalle dan Kecamatan Baroko.

 Wilayah Pengembangan Bagian Timur, dengan cakupan wilayah meliputi; Kecamatan Baraka, Kecamatan Malua dan Kecamatan Buntu Batu.

(9)

VII - 9 Dalam penentuan keempat Wilayah Pengembangan (WP) tersebut, didasari oleh beberapa pertimbangan yang menjadi rujukan antara lain :

 Kondisi geografis wilayah

 Aksesibilitas terhadap pusat pelayanan

 Keterkaitan antar simpul pelayanan dengan wilayah pelayanannya  Karakteristik potensi dan permasalahan

 Prioritas pengembangan

Kriteria pembentukan sistem pusat-pusat pengembangan di Kabupaten Enrekang adalah Wilayah Pengembangan (WP) terdiri atas beberapa wilayah administrasi yang memiliki keterkaitan fungsional yang kuat dalam pembentukan struktur ruang wilayah. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten, yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:

a) Sektor Perkebunan dan Holtikultura

Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Enrekang. Berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat lokal, maka komuditas budidaya pertanian yang diarahkan menjadi sektor unggulan dalam mendukung kawasan strategis pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Enrekang adalah perkebunan kopi, kakao, vanili dan tanaman palawija. Kesesuaian untuk varitas sektor perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Enrekang khususnya di kecamatan-kecamatan Baroko, Masalle, Curio, Bungin, Buntu batu, Cendana dan Malua.

b) PKL Kota Enrekang sebagai Ibukota Kabupaten Enrekang

Kota Enrekang sebagai ibukota Kabupaten Enrekang disamping mengemban fungsi sebagai pusat pemerintah tingkat kabupaten juga akan berkembang sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa dalam skala kabupaten bahkan melayani daerah hinterlandnya. Berdasarkan hal tersebut, maka Kota Enrekang diarahkan sebagai salah satu kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Enrekang.

c) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kota Baraka

Kota Baraka merupakan memiliki potensi yang tinggi untuk tumbuh dan berkembang, namun pada saat ini belum mampu untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, Kota Baraka dipromosikan sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKLp). PKLp

(10)

VII - 10 Baraka yang merupakan kawasan potensi tumbuh tumbuh cepat sehingga memerlukan pengelolaan yang bersifat menerus tidak hanya ditujukan pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja pertumbuhan sektor-sektor produktif di kawasan, namun juga pada upaya pengendalian perkembangan fisik kawasan agar tidak melampaui daya dukung lingkungan.

Kota Baraka merupakan kota kecil di Kabupaten Enrekang akan dibangun dan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu.

Berdasarkan pertimbangan di atas serta bagian dari upaya untuk mendorong percepatan pembangunan PKLp Baraka, maka Kota Baraka akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang.

d) Kawasan Industri Maiwa (KIWA)

Rencana Kawasan Industri Maiwa (KIWA) yang berlokasi di Kecamatan Maiwa akan memberikan nilai strategis khususnya di sektor perekonomian bagi masyarakat Kota Maiwa dan masyarakat Kabupaten Enrekang pada umunya di masa mendatang. Disamping itu, rencana KIWA nantinya akan mendorong percepatan pembangunan ruang di daerah sekitarnya, sehingga perlu diantisifasi penataan ruang kawasan sekitarnya yang sinkron dengan rencana KIWA tersebut. Pada kawasan tersebut juga akan berkembang kegiatan transportasi khususnya terminal yang akan mendukung aktifitas KIWA di masa mendatang.

Berdasarkan hal tersebut di atas, serta kemungkinan berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor ekonomi, maka rencana pengembangan KIWA di Kecamatan Maiwa akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang, yang pada akhirnya KIWA dan daerah sekitarnya akan berkembangan sebagai suatu kawasan perkotaan yang dapat memenuhi kriteria suatu PKL.

e) Kawasan Perkotaan Maiwa

Pengembangan Kota Maiwa merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan dan mengatasi masalah perkotaan di Kabupaten Enrekang, Kota Maiwa yang direncanakan dibangun dan dikembangkan sebagai kota penyangga ibukota Kabupaten Enrekang khususnya dari arah selatan merupakan kota kecil di Kabupaten Enrekang, akan

(11)

VII - 11 dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu.

Kota penyangga Maiwa dalam tipologinya merupakan kota baru penunjang (supporting new town) yaitu kota penyangga yang merupakan penunjang pertumbuhan Kota Enrekang sebagai kota induk, sehingga secara fungsional dan identitasnya masih tetap besar tergantung kepada kota induknya.

Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Maiwa sebagai kota panyangga Ibukota Kabupaten Enrekang serta prospek berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor ekonomi, maka Kota Maiwa akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang, yang pada akhirnya Kota Maiwa akan berkembangan sebagai suatu kawasan perkotaan yang dapat memenuhi kriteria suatu PKL.

f) Kawasan Perkotaan Cakke

Pengembangan Kota Cakke merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan dan mengatasi masalah perkotaan di Kabupaten Enrekang. Kota Cakke yang direncanakan dibangun dan dikembangkan sebagai kota penyangga ibukota Kabupaten Enrekang khususnya dari arah timur merupakan kota kecil di Kabupaten Enrekang, akan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya serta berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional tertentu. Dengan demikian, pada akhirnya nanti Kota Cakke akan berkembangan sebagai suatu kawasan perkotaan yang dapat memenuhi kriteria suatu PKL.

Kota penyangga Cakke dalam tipologinya merupakan kota baru penunjang (supporting new town) yaitu kota penyangga yang merupakan penunjang pertumbuhan Kota Enrekang sebagai kota induk, sehingga secara fungsional dan identitasnya masih tetap besar tergantung kepada kota induknya.

Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Cakke sebagai kota panyangga Ibukota Kabupaten Enrekang serta kemungkinan berkembang fasilitas fungsional perkotaan di sektor ekonomi, maka Kota Cakke akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di Kabupaten Enrekang.

Kawasan strategis kepentingan sosial budaya dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan:

(12)

VII - 12  Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

 Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;  Tempat perlindungan peninggalan budaya;

 Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau  Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan Sosial dan Budaya merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan social dan budaya, yang meliputi:

 Kawasan Desa Wisata "NO SMOKING VILLAGE (Kawasan Bebas Rokok)” di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka;

 Kawasan pekuburan batu (Mandu) di Tontonan Kecamatan Anggeraja;  Kawasan Goa Bubau di Kadingeh Kecamatan Baraka;

 Kawasan Desa Wisata Limbuang di Kecamatan Maiwa;  Kawasan Goa Nippon di Lura Kecamatan Anggeraja;

 Kawasan Kuburan Tua Nenek Lintik/makam Tandi Jalling Mandante di Kecamatan Anggeraja;

 Kawasan Loko Malillin di Pana Kecamatan Alla; dan  Kawasan Pendidikan di Kecamatan Maiwa.

Keberadaan berbagai peninggalan-peninggalan budaya di Kabupaten Enrekang akan tetap dijaga kelestariannya melalui upaya revitalisasi objek-objek peninggalan serta melestarikan budaya lokal masyarakat Kabupaten Enrekang. Kawasan objek-objek peninggalan serta kearifan lokal sebagaimana dimaksud di atas, akan diarahkan sebagai kawasan strategis Sosial Budaya di Kabupaten Enrekang.

Kawasan strategis kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:

 tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

 kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

 kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

 kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;  kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

(13)

VII - 13  kawasan rawan bencana alam; atau

 kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka kawasan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kabupaten Enrekang, akan diarahkan sebagai berikut :

 Kawasan rawan bencana alam zona patahan di Kecamatan Bungin, Kecamatan Maiwa, Kecamatan Enrekang, Kecamatan Anggeraja, Kecamatan Masalle, Kecamatan Baroko, Kecamatan Alla dan Kecamatan Malua;

 Kawasan DAS Saddang, DAS Bila, DAS Mata Allo dan DAS Malua;

 Kawasan, mata air Bongso di Pasui Kecamatan Buntu Batu, kawasan mata air Mata Allo di Kalosi Kecamatan Alla, dan kawasan mata air Malauwe di Kecamatan Enrekang;

 Kawasan Wisata Pemandian Lewaja di Kecamatan Enrekang;  Kawasan wisata pemandian alam Kaluppang di Kecamatan Maiwa;

 Kawasan wisata alam terpadu Gunung Bambapuang dan Gunung Nona di Kecamatan Anggeraja;

 Kawasan rawan longsor di Kecamatan Masalle, Kecamatan Baroko, Kecamatan Bungin dan Kecamatan Enrekang; dan

 Kawasan rawan banjir di Kecamatan Cendana dan Kecamatan Enrekang. 2. Kriteria-kriteria Sistem Perkotaan

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan/atau

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;

 Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.

b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa kecamatan; dan/atau

(14)

VII - 14

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kawasan yang meliputi beberapa kecamatan;

 Diusulkan oleh pemerintah kabupaten. c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

 Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan sosial yang melayani skala kecamatan dan/atau beberapa desa

 Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kecamatan dan atau bebebrapa desa;

Diusulkan oleh pemerintah kabupaten.

7.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD)

Ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu, dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 Ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Selain itu, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bab VII Pasal 150 bahwa daerah wajib memiliki dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Dengan melihat perkembangan lingkungan strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), maka issu-issu yang sangat mendasar untuk dijadikan landasan dalam perumusan program untuk mendukung keberadaan agenda utama pembangunan lima tahun yang akan datang adalah :

- Program pembangunan jalan dan jembatan;

- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker; - Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan; - Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan; - Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air; - Program normalisasi saluran;

(15)

VII - 15 - Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi

saluran;

- Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun; - Program pemberdayaan petani pemakai air;

- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang; - Program pembangunan sumur-sumur air tanah;

- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;

- Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah; - Program pengembangan sistem distribusi air minum;

- Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah; - Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah; - Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

- Program pengembangan perumahan; - Program lingkungan sehat perumahan;

- Program pemberdayaan komunitas perumahan;

- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial; - Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah; - Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

(16)

VII - 16 Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut :

- Program perencanaan tata ruang; - Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang; - Program kerjasama pemanfaatan ruang;

Pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada pembangunan dan peningkatan kualitas serta kuantitas infrastruktur jalan dan jembatan, perumahan dan pemukiman serta sumberdaya air.

Adapun program yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : - Program pembangunan jalan dan jembatan;

- Program pembangunan saluran drainase/plat duicker; - Program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan; - Program tanggap darurat jalan dan jembatan;

- Program pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan; - Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan;

- Program perencanaan pembangunan jaringan irigasi dan pintu-pintu air; - Program normalisasi saluran;

- Program rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi, pintu-pintu air dan normalisasi saluran;

- Program optimalisasi fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun; - Program pemberdyaan petani pemakai air;

- Program pembangunan prasarana pengambilan dan saluran pembuang; - Program pembangunan sumur-sumur air tanah;

- Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan distribusi air baku;

(17)

VII - 17 - Program penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan

rendah;

- Program penyediaan sarana dan prasarana air limbah;

- Program pengembangan teknologi pengelolaan air minum dan air limbah; - Program pengembangan sistem distribusi air minum;

- Program rehabilitasi sarana dan prasarana pengelolaan air minum dan air limbah; - Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong;

- Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah; - Program pembangunan infrastruktur pedesaan;

- Program pengembangan perumahan; - Program lingkungan sehat perumahan;

- Program pemberdayaan komunitas perumahan;

- Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial; - Program perencanaan tata ruang;

- Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang;

- Program peningkatan kinerja pengelolaan sampah; - Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH).

Peningkatan kualitas pembangunan yang dilakukan berdasarkan rencana tata ruang agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan dengan program-program sebagai berikut:

- Program perencanaan tata ruang; - Program pemanfaatan ruang;

- Program pengendalian pemanfaatan ruang; - Program kerjasama pemanfaatan ruang.

7.3 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

(18)

VII - 18 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwapengaturan dilakukan oleh pemerintah daerah dengan

penyusunanPeraturan Daerah tentang Bangunan Gedung berdasarkan

padaperaturanperundang-undanganyanglebihtinggidenganmemperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta penyebarluasanperaturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknisbangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasidan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratankeandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dankemudahan.Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikanperlindungan rasa amanbagi pengguna bangunan gedung dalammelakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasipenyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerahrawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagaipayung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatanbagi pengguna.Ketersediaan Perda BG bagikabupaten/kotamerupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidangCipta Karya di kabupaten/kota.

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)Kabupaten Enrekang

Sejalan dengan peran Pemerintah Pusat sebagai fasilitator dalam era otonomi daerah dan dalam kaitan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pemerintah telah menerbitkan produk pengaturan setingkat peraturan pemerintah yang memberikan pedoman, baik kepada pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan air minum maupun kepada masyarakat sebagai pengguna layanan air minum, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Adapun wewenang dan tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan SPAM adalah meliputi: (i) menetapkan kebijakan dan strategi nasional; (ii) menetapkan norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM); (iii) memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku.

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang hares dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang masih diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh

(19)

VII - 19 karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Menilik dari permasalahan tumpang tindihnya program pengembangan sarana dan prasarana air minum yang terjadi di masa lampau, memberi suatu pemikiran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistemik. Di sisi lain, kondisi geografis,topografis dan geologis dan juga aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia, menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di daerah tersebut. Rencana Induk Air Minum merupakan jawaban bagi dasar pengembangan air minum suatu wilayah. Diharapkan, dengan adanya Rencana Induk Air Minum, dapat menjadi dasar tersusunnya suatu program pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum wilayah yang berkelanjutan (sustainable) dan terarah.

Tahapan perencanaan dilakukan terkait dengan tahap yang menyertai perencanaan sistem penyediaan air minum. Tahapan kegiatan Pembangunan jangka pendek, Jangka menengah, dan Jangka Panjang dilakukan seoptimal mungkin untuk pengembangan PDAM dan Non PDAM dengan sistem produksi IPA / Reservoar yang sistem distribusinya secara Gravitasi. Adapun tahap pengembangan SPAM di Kabupaten Enrekang di bagi kedalam 3 tahapan, antara lain:

Tahap Pembangunan Jangka Pendek : Tahun 2013– 2018

Pada tahap pembangunan jangka pendek ini dilakukan optimalisasi sistem SPAM yang sudah terbangun sebelumnya. Diantara optimalisasi itu akan dibangun sistem pelayanan dengan penambahan kapasitas produksi di IKK Malua, IKK Cendana, IKK Buntu Batu dengan sumber air baku yang ada walaupun belum terlayani.Sumber dana yang digunakan untuk pengembangan PDAM menggunakan sumber dana APBD dan ada pula APBN, sedangkan Pengembangan non PDAM atau SAB Perdesaan menggunakan APBD Murni.

Tahap Pembangunan Jangka Menengah : Tahun 2019– 2023

Pada tahap pembangunan jangka menengah program-program peningkatan cakupan layanan dari Unit SPAM PDAM, Perpipaan Non-PDAM dan BJP Terlindungi akan semakin ditingkatkan guna mengurangi akses terhadap BJP Tidak Terlindungidisetiap kecamatan yang jumlahnya masih ± 23,82 % pada tahun 2013.

(20)

VII - 20

Tahap Pembangunan Jangka Panjang : Tahun 2024– 2033

Pada tahap pembangunan jangka panjang ini sama halnya dengan tahap pembangunan jangka menengah akan tetap fokus dengan penambahan cakupan pelayanan yang mengurangi akses terhadap BJP tidak terlindungi dengan mengoptimalkan program-program dari SPAM PDAM, Perpipaan Non-PDAM dan Pembangunan BJP Terlindungi.

7.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Enrekang

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup sehat, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan “sekunder”, sehingga sering terpinggirkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.

Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “grand design” yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan real masyarakat.

Selanjutnya program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), kabupaten/kota wajib menyiapkan dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS). Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi kondisi (existing) sanitasi saat ini. Dokumen Buku Putih Sanitasi berfungsi sebagai data dasar (baseline data) kondisi sanitasi kabupaten/kota dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK), monitoring dan evaluasi sanitasi.

Kegiatan Buku Putih Sanitasi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari semangat kegiatan nasional seiring saat sekarang bangsa Indonesia sedang berpacu dengan waktu untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002, dengan salah satu

(21)

VII - 21 kesepakatannya adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak mendapatkan akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar.

Ruang lingkup sanitasi dapat dilihat dalam beberapa tinjauan sebagai berikut :  Air limbah domestik, dibagi dalam 2 jenis :

 Black water : air buangan jamban (urin, tinja, dan air gelontoran)

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja (kotoran) manusia yang tediri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (jamban cemplung) yang dilengkapi dengan unti penompang kotoran dan air untuk membersihkannya. Kementerian kesehatan telah menetapkan syarat dalam bentuk jamban sehat, yaitu : Tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga, tidak menimbulkan baud an nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya, mudah dibersihkan dan menimbulkan pandangan kurang sopan. Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Sebenarnya masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai jamban, namun nilai kesadaran masih rendah dalam hal penerapan pola hidup sehat (PHBS).

 Grey Water : air buangan mandi dan cuci

Jadi, cakupan air limbah domestik (rumah tangga) juga mencakup pembuangan air mandi dan cuci. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah menurut tingkat perlakuan dan karakteristik limbah.

 Pengelolaan persampahan yaitu kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Termasuk dalam sanitasi berupa sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.

 Drainase lingkungan/tersier merupakan sistem saluran awal yang melayani kawasan kota tertentu, seperti kompleks perumahan, area pasar, areal industry, dan perkantoran. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air

(22)

VII - 22 hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima.

 PHBS adalah aspek non-teknis dari sanitasi yang meliputi promosi kesehatan, perubahan, perilaku, dan sanitasi rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajaratau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui Pendampingan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan. Pembangunan sektor sanitasi di beberapa daerah di Indonesia, seringkali kurang menjadi prioritas dibanding sektor lainnya. Tidak memadainya pembangunan sektor sanitasi akan berdampak pada penurunan kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan pada umumnya.

Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan (TTPS, 2010). Pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003).

Wilayah kajian penyusunan buku putih (BPS) dan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) mencakup wilayah yang termasuk kategori kawasan perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah (RTRW). Kebijakan ini telah dicermati dan diskusikan dengan mensejajarkan sejumlah kebijakan daerah RPJPD, RP4D, RPJMD, RTBL dan RPIJM Bidang Keciptakaryaan

Berikut adalah data pengembangan Air Limbah di Kabupaten Enrekang:

Tabel 7.1 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Enrekang No Sistem Cakupan Target cakupan layanan (%)

(23)

VII - 23 layanan eksisting(%) Jangka pendek (s/d 2014) Jangka menengah (s/d 2018) Jangka panjang (s/d 2027) A Sistem On-site 68,8% 70% 95% 100%

1 Leher Angsa dengan Tangki

Septik* 41,7% 45% 60% 90%

2 Komunal (MCK /MCK ++)* 5% 10% 15% 25%

3 Cubluk dan Sejenisnya 33,5% 30% 20% 5%

B Sistem Off-site

1 Skala Kota Skala Komunal

(IPAL Komunal)* 0 0 5 8

2 IPAL Skala Wilayah 0 0 0 0

3 IPLT Kota 0 0 1 2

IPLT Wilayah 0 0 0 0

C Buang Air Besar

Sembarangan (BABS)** 31,2% 30% 5% 0%

Sumber : Hasil kajian Pokja Sanitasi Kab.Enrekang tahun 2013

Tabel 7.1 memberikan gambaran bahwa di tahun 2014 yang belum memiliki sanitasi sebesar 30% dan yang telah terlayani akses sanitasi ada 70% dibagi atas penggunaan individual 45% dan komunal (MCK) 10%.

Tabel 7.2 Pengembangan Persampahan Kabupaten Enrekang

(24)

VII - 24 eksisting* (%) Jangka pendek (s/d 2014) Jangka menengah (s/d 2017) Jangka panjang (s/d 2023) A AKSES PELAYANAN 2% 20% 50% 80%

1 Penanganan Langsung (direct)

Kawasan Komersil 2 3 5 7

2 Penanganan Tidak Langsung

Kawasan Permukiman 25 37 45 60

Kawasan Komersil 13 13 25 35

3 Pengangan Berbasis Masyarakat

Kawasan Permukiman 10 20 30 55

B NON AKSES

1 Buang Sampah Sembarangan,

Membakar, ditimbun, dll) 98% 80% 50% 20%

Sumber : Hasil kajian Pokja Sanitasi Kab.Enrekang tahun 2013

Tabel 7.2 memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah di Kabupaten Enrekang dengan penanganan langsung sebesar 20%, Penanganan tidak langsung sebesar 37%, penanganan berbasis masyarakat 20% sehingga untuk mencapai pelayanan yang maksimal perlu adanya peningkatan prasarana dan sarana persampahan.

7.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Yang menjadi tolok ukur dalam pembangunan dan pengembangan perkotaan yang di dalamnya adalah peningkatan kualitas kawasan permukiman, maka strategi yang dibutuhkan adalah :

a. Terwujudnya harmonisasi dan sinkronisasi kawasan perkantoran dengan lingkungan sekitarnya yang merupakan kawasan dengan kegiatan perdagangan dan permukiman. Tujuannya agar pelayanan terhadapmasyarakat lebih efisien dan efektif

Dalam rangka perwujudan strategi tersebut, maka program kegiatan terkait pembangunan kawasan dan permukiman yang dimaksud dapat diwujudkan melalui :

(25)

VII - 25 b. Pemasangan sheet pile dan bronjong pada tepian

c. Pembuatan pertamanan dan pedestrian

d. Pembuatan ruang terbuka non-hijau dan elemen pelengkapnya e. Pembangunan kawasan kuliner

Perkembangan ruang kota di Kota Enrekangtidak akan terlepas dari permasalahan perkotaan pada umumnya. Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu diantisipasi dan ditata dalam sebuah Rencana Ketataruangan.

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi yang telah mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan berkembangnya potensi-potensi yang dimilikinya. Potensi sumber daya alam yang melimpah dan didukung oleh posisi yang strategis mengakibatkan kegiatan perekonomian diprovinsi ini semakin berkembang. Kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang berkembang pesat hendaknya diimbangi dengan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, pelayanan kepada masyarakat yang lebih profesional, dan pelaksanaan pembangunan yang transparan dan merata dengan tujuan terciptanya kesejahteraan masyarakat yang seutuhnya dan menyeluruh. Sehingga potensi-potensi daerah baik potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan sebagainya, bisa lebih dioptimalkan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Berbagai permasalahan yang mungkin timbul perlu diantisipasi dan ditata dalam sebuah Rencana Ketataruangan. Apabila berbagai kegiatan ini dibiarkan tanpa kendali akan memberikan dampak pembangunan yang kurang terarah, termasuk juga faktor kelestarian dan kenyamanan lingkungan. Kerangka pengembangan (urban guidelines) amatlah diperlukan di Kota Enrekanguntuk mengantisipasi pembangunan yang kurang tertib, munculnya ketidakselarasan lingkungan, serta perangkat pengendali perkembangan kota. Diharapkan melalui melalui upaya penataan dengan disiapkannya kerangka pengembangan dalam bentuk dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dapat mencapai kualitas lingkungun yang lebih baik, serta memberi arahan terhadap pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku. RTBL tersebut juga merupakan arahan arsitektur lingkungan setempat yang melengkapi peraturan bangunan yang ada.

Mengingat potensi serta kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat sering terjadi diruang yang dialokasikan sebagai kawasan pengembangan pembangunan, maka prioritas penanganan penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat, kawasan tumbuh cepat, daerah pusat perdagangan, kawasan dengan fungsi campuran, atau pada kawasan dengan

(26)

VII - 26 kondisi geografis memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta keserasian terhadap lokasi setempat misal daerah tepian air atau waterfront, perbukitan dan sebagainya.

Gagasan ideal ruang perkotaan merupakan satu kesatuan sistem organisasi yang mampu mengakomodasi kegiatan sosial ekonomi, budaya, memiliki citra fisik maupun non fisik yang kuat, keindahan visual serta terencana dan terancang secara terpadu seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota disatu sisi dan sekaligus sebagai pengendalian, tata ruang kota harus dilengkapi dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Hal tersebut sebagai bagian dari pemenuhan terhadap persyaratan Tata Bangunan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/N/2007.

Dalam peraturan tersebut tercantum pengertian RTBL yaitu panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan.

RTBL diperlukan sebagai kerangka pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL disusun setelah suatu produk perencanaan tata ruang kota di sah kan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagai Peraturan Daerah (Perda). Dalam lingkup kawasan yang lebih terinci Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan merupakan hasil dari proses identifikasi, perencanaan dan perancangan suatu lingkungan/kawasan. Termasuk didalamnya adalah identifikasi dan apresiasi kontek lingkungan, program peran masyarakat dan pengelolaan serta pemanfaatan aset properti kawasan.

Dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota yang berlaku, selanjutnya disusun RTBL yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana Detil atau Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Dengan demikian RTBL akan memberikan arahan terhadap wujud pemanfaatan lahan, langgam arsitektural pada bangunanbangunan sebagai hasil rencana teknis rancang bangunan (buildingdesign), terutama pada kawasan tertentu yang memiliki karater khas seperti dimaksud di atas.

Dengan arahan tersebut, perencana kawasan dan bangunan yaitu urban designer dan arsitek akan mempunyai kejelasan menyangkut kebijaksanaan pembangunan fisik dari

(27)

VII - 27 Pemerintah Daerah setempat, termasuk di dalamnya yang menyangkut kepentingan umum, citra, dan jati diri lokasi yang perlu dikemukakan. Pada gilirannya seluruh tatanan bangunan dan lingkungan yang dirancang akan memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.

Di dalam proses penyusunan RTBL harus memperhatikan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kepentingan umum atau aspirasi masyarakat 2. Pemanfaatan sumber daya setempat

3. Kemampuan daya dukung lahan yang optimal

Memperhatikan kriteria diatas, maka RTBL harus memuat hal sebagai berikut: 1. Pedoman Rencana Teknik dalam bentuk arahan desain tiga dimensional 2. Program Tata Bangunan dan Lingkungan

3. Pedoman-pedoman untuk mengendalikan perwujudan bangunan (Urban/environmelital building design and development guidelines)

Sebagai arahan rinci maka RTBL dilengkapi dengan paket investasi yang menunjukkan prioritas pengembangan kawasan, fungsi kawasan serta perkiraan investasi untuk menata kawasan tersebut sesuai dengan arahan pengembangan.

Maksud penyusunan RTBL sebagai wilayah perencanaan pada bagian tertentu di dalam KabupatenEnrekangadalah menghasilkan panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan tersebut sesuai dengan arahan pengembangan dan fungsi kawasan yang diemban. Tujuan dari kegiatan Penyusunan RTBL Kabupaten Enrekangadalah untuk memberikan :

a. Pengendalian dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan atau kawasan agar memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan;

b. Kriteria pemenuhan bagi persyaratan tata bangunan dan lingkungan;

c. Arahan peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat di dalam KawasanDesa Baruga melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik;

d. Perwujudan perlindungan terhadap lingkungan hidup; e. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

(28)

VII - 28 1. Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan untuk mengarahkan

jalannya pembangunan sejak dini di kawasan tersebut;

2. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;

3. Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung;

4. Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan;

5. Mengendalikan pertumbuhan fisik lingkungan/kawasan;

6. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/kawasan yang berkelanjutan;Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan karena dukungan dan rasa memiliki dari masyarakat sebagai efek positif pelibatan masyarakat dalam proses

penyusunanRTBL.

Sehingga diharapkan Kegiatan Kawasan Enrekang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:

1. Perwujudan kualitas lingkungan yang layak huni (liveable); sangat berkaitan dengan kualitas ruang-ruang fungsional (functional quality).

2. Perwujudan kualitas lingkungan yang berjatidiri (imageable); sangat berkaitan dengan kualitas visual dari suatu ruang (visual quality).

3. Perwujudan kualitas lingkungan yang produktif (enduring); sangat berkaitan terutama dengan kualitas lingkungan dari suatu ruang (environmental quality).

Sesuai dengan kandungan materinya maka kedudukan RTBL bisa diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

1. Rencana kegiatan komunitas atau community action plan.

2. Rencana penataan lingkungan atau neighbourhood development plan. 3. Panduan rancangan kota atau urban design guidelines.

Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan dokumen RTBL harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan dalam gambar berikut.

(29)

VII - 29

Gambar 7.1. Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan Gedung dan Lingkungan

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana dijelaskan dalam bagian berikut ini.

Secara umum Dokumen RTBL berisi Program Bangunan dan Lingkungan. Program bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Program tersebut memuat jenis, jumlah, besaran dan luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun yang baru. Penyusunan program bangunan dan lingkungan dilakukan melalui analisis kawasan dan wilayah perencanaan termasuk mengenai pengendalian dampak lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan. Secara konseptual disajikan dalam gambar berikut ini.

(30)

VII - 30

Gambar 7.2. Struktur dan Sistematika Dokumen RTBL

Analisis kawasan dan wilayah perencanaan merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis, memetakan dan mengapresiasikan kontekslingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya. Manfaat analisis kawasan dan wilayah perencanaan adalah:

1. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan lingkungan serta kegiatan sosial ekonomi dan kependudukan yang tengah berlangsung.

2. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat rencana pengembangan program bangunan dan lingkungan, serta dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter khas lokal sesuai dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.

(31)

VII - 31 1. Perkembangan Sosial-Kependudukan. Merupakan gambaran kegiatan sosial kependudukan dengan memahami beberapa aspek antara lain: tingkat pertumbuhan penduduk, Jumlah keluarga, Kegiatan sosial penduduk, Tradisi-budaya lokal, dan perkembangan yang ditentukan secara kultur-tradisional.

2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi. Merupakan gambaran sektor pendorong perkembangan ekonomi, kegiatan usaha, prospek investasi pembangunan dan perkembangan penggunaan tanah, produktivitas kawasan, dan kemampuan pendanaan pemerintah daerah.

3. Daya Dukung Fisik dan Lingkungan. Merupakan analisis kemampuan fisik, lingkungan dan lahan potensial bagi pengembangan kawasan selanjutnya. Beberapa aspek yang harus dipahami antara lain: kondisi tata guna lahan, kondisi bentang alam kawasan, lokasi geografis, sumberdaya air, status-nilai tanah, ijin lokasi, dan kerawanan kawasan terhadap bencana alam.

4. Aspek LegalKonsolidasi Lahan Perencanaan. Menunjukkan kesiapan administrasi dari lahan yang direncanakan dari segi legalitas hukum.

5. Daya Dukung Prasarana dan Fasilitas Lingkungan. Menganalisis kemampuan pelayanan infrastruktur, jenis infrastruktur, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk yang terlayani, dan kapasitas pelayanan.

6. Kajian Aspek Signifikansi Historis Kawasan. Berkaitan dengan kedudukan nilai historis kawasan pada konteks yang lebih besar, misalnya sebagai aset pelestarian pada skala regional bahkan skala Nasional.

Prinsip analisis kawasan dan wilayah perencanaan salah satunya dengan metode SWOT, dijelaskan sebagai berikut:

1. Kekuatan atau Potensi (Strength) yang dimiliki wilayah perencanaan, yang selama ini tidak atau belum diolah secara maksimal, atau pun terabaikan keberadaannya.

2. Kelemahan atau Permasalahan (Weakness) internal yang selama ini dihadapi dalam kawasan perencanaan.

3. Prospek atau Kesempatan (Opportunity) pengembangan yang lebih luas (pada skala perkotaan atau perdesaan pada masa mendatang.

4. Kendala atau Hambatan (Threat) yang dihadapi wilayah perencanaan, terutama yang berasal dari faktor eksternal.

(32)

VII - 32 Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan mencakup indikasi program bangunan dan lingkungan yang dapat dikembangkan pada kawasan perencanaan, termasuk pertimbangan dan rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan pembangunan kawasan atau lingkungan yang memiliki dampak besar dan penting serta yang memerlukan penyusunan AMDAL sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain hal tersebut, Pembangunan berbasis peran masyarakat community-based development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan.

Manfaat analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:

1. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban dan peranannya di dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggungjawab yang kuat terhadap hasil pembangunan.

2. Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan, serta terbangunnya suatu ikatan di masyarakat.

3. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan efektif jika sesuai dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan, maupun sumberdaya di masyarakat.

4. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk dan membangun kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan bekerjasama.

Prinsip utama analisis pembangunan berbasis peran masyarakat sebagai berikut:

1. Berdasarkan kesepakatan dan hasil kerjasama. Kesepakatan yang dicapai adalah hasil dialog dan negosiasi berbagai pihak yang terlibat atau pun pihak yang terkena dampak perencanaan.

2. Sesuai dengan aspirasi publik. Perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan kondisi yang ada di masyarakat.

3. Kejelasan Tanggungjawab. Adanya sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan yang transparan dan terbuka bagi publik. Terbuka kemungkinan untuk mengajukan keberatan dan gugatan melalui instansi yang berwenang menangani gugatan kepada pemilik, pengelola, dan atau pengguna atas penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya.

(33)

VII - 33 4. Kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam proses pembangunan. Setiap anggota masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders), terutama yang akan terkena dampak langsung dari suatu kegiatan pembangunan, memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk berkiprah.

Dalam Tahapan Perencanaan Partisipatif, Peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan rencana dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1.Persiapan. Berisi pengenalan program yang akan dilakukan kepada masyarakat, pembentukan kelompok, pendefinisian pihak terkait, penentuan pendekatan pihak terkait, dan penyusunan strategi pengumpulan informasi.

2. Identifikasi aspirasi dan analisis permasalahan. Berisi penyusunan tujuan, kebutuhan, dan kepentingan semua pihak, pelibatan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), penciptaan dan sosialisasi mekanisme, serta analisis kebutuhan dan sumberdaya pengembangan kawasan.

3. Analisis perilaku lingkungan. Terutama berisi interaksi kawasan perkotaan yang sudah memiliki struktur kota yang solid pada kawasan perencanaan.

4. Rencana pengembangan. Pedoman utama, arahan pengembangan, kepentingan prioritas, identifikasi hambatan, identifikasi sumberdaya, dan visi pengembangan kawasan.

5. Strategi pengembangan dan publikasi. Berisi perencanaan tahapan, monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerjasama dengan wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program.

6. Penerapan rencana. Berisi publikasi rencana pelaksanaan, adaptasi perubahan, peninjauan dan kaji ulang (review) berkala bersama dengan komunitas dan seluruh masyarakat.

Rencana umum dan panduan rancangan merupakan ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan atau kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan dan ruang terbuka hijau. Panduan rancangan bersifat melengkapi dan menjelaskan secara lebih rinci tentang rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi ketntuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan rancangan kawasan.

(34)

VII - 34 Rencana umum merupakan ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan atau kawasan perencanaan yang layak huni, berjatidiri, produktif dan berkelanjutan. Manfaat Rencana Umum adalah sebagai berikut:

1. Memberi arahan lugas dan sistematis bagi implementasi ketentuan dasar dari perancangan tata bangunan dan lingkungan.

2. Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan atau tiga dimensional sebagai model penerapan seluruh arahan materi pokok rencana tata bangunan dan lingkungan.

3. Memudahkan pengembangan desain sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.

4. Memudahkan pengelolaan, pengendalian pelaksanaan dan pengoperasian kawasan sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.

5. Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak baik, terarah dan terukur pada suatu kawasan yang direncanakan.

6. Mencapai integrasi elemen desain yang berpengaruh pada perancangan kawasan. Materi rencana umum mempertimbangkan potensi serta mengakomodasi komponen rancangan kawasan sebagai berikut: 1) Struktur Peruntukan Lahan; 2) Intensitas Pemanfaatan Lahan; 3) Tata Bangunan; 4) Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung; 5) Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau; 6) Tata Kualitas Lingkungan; dan 7) Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan.

Struktur Peruntukan Lahan adalah komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan atau tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Komponen Struktur Peruntukan Lahan terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Peruntukan Lahan Makro. Merupakan rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan pada suatu wilayah. Peruntukan lahan makro disebut juga dengan tata guna lahan. Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.

b. Peruntukan Lahan Mikro. Merupakan peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci termasuk secara vertikal berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Hal yang diatur adalah peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai basement serta peruntukan lahan tertentu.

Gambar

Tabel  7.1  memberikan  gambaran  bahwa  di  tahun  2014  yang  belum  memiliki  sanitasi  sebesar 30% dan yang telah terlayani akses sanitasi ada 70% dibagi atas penggunaan individual  45% dan komunal (MCK) 10%
Tabel 7.2 memberikan gambaran tentang pengelolaan sampah di Kabupaten  Enrekang   dengan    penanganan  langsung  sebesar  20%,  Penanganan  tidak  langsung  sebesar  37%,  penanganan  berbasis  masyarakat  20%  sehingga  untuk  mencapai  pelayanan  yang
Tabel 7.3.Arahan Kegiatan Berdasarkan RP2KP

Referensi

Dokumen terkait

Virulensi Enterococcus faecalis disebabkan kemampuannya dalam pembentukan kolonisasi pada host, dapat bersaing dengan bakteri lain, resisten terhadap mekanisme pertahanan

kebutuhan turis akan fasilitas penginapan yang nyaman dan penuh dengan.. fasilitas hiburan

Günlük Yaşamın Psikopatolojisi'ndoysor temel açıklamaların ve kuramların hemen hemen tamamı, ilk basımlarda zaten yeralmıştı;2 sonradan eklenenlerin büyük çoğunluğu,

Penelitian yang mendukung bahwa pengalaman kerja memberi pengaruh positif terhadap kualitas audit salah satunya adalah Syarif (2015) dengan hasil penelitian bahwa kualitas

Hasil penelitian dan pengembangan: secara keseluruhan media Puzzle dan Coloring Book pencak silat dengan pokok bahasan materi (kuda-kuda , tangkisan, pukulan, sikutan,

Perancangan alat “Tongkat Pemandu Tuna Netra Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Arduino”, ini dimulai dengan membangun ide awal yang dilanjutkan

Tujuan pengolahan data adalah untuk memberikan keterangan yang berguna, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian,

Predisposing factors:  Faktor Demografi : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan  Pengetahuan  Sikap Reinforcing factors:  Dukungan petugas kesehatan  Dukungan Keluarga