• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan #1. Pemantauan Persidangan Pelaku Penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Banten : Banyak Fakta, Minim Eksplorasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan #1. Pemantauan Persidangan Pelaku Penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Banten : Banyak Fakta, Minim Eksplorasi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan #1

Pemantauan Persidangan

Pelaku Penyerangan Ahmadiyah di Cikeusik, Banten : Banyak Fakta, Minim Eksplorasi

I.

Pendahuluan

Saat ini Pengadilan Negeri Serang sedang memeriksa dan mengadili kasus penyerangan terhadap Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik. Persidangan Cikeusik merupakan persidangan yang mengadili para pelaku dalam peristiwa yang terjadi pada Sabtu, 6 Februari 2011, yakni penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Kampung Peundeuy, Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang.

Peristiwa ini pun akhirnya menyeret 12 (dua belas) orang dari kelompok penyerang dan 1

(satu) orang dari anggota Ahmadiyah menjadi Tersangka dan harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Kepolisian mulai menahan para pelaku dua hari setelah peristiwa. Para pelaku ditahan dan baru dlimpahkan perkaranya ke Pengadilan Negeri Serang pada 13 April 2011. Berikut ini adalah para Tersangka dengan waktu penahanannya:

Tabel 1.

Penahanan Terdakwa

No Nama Waktu Keterangan

1. Ujang bin Sahari 8 s.d 27 Februari 2011 Ditahan oleh Penyidik 28 Februari s.d 8 April

2011

Perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum di Rutan

6 April 2011 s.d dilimpahkan ke PN. Serang

Ditahan oleh Penuntut Umum

2. Yusuf Abidin alias Asmat bin Kamsa

11 Februari s.d 2 Maret 2011

Ditahan oleh Penyidik 3 Maret s.d 13 April 2011 Diperpanjang oleh Kejaksaan 6 s.d 25 April 2011 Ditahan oleh Penuntut

Umum 3. Endang bin Sidik 13 Februari s.d 4 Maret

2011

Ditahan oleh Penyidik 5 Maret s.d 13 April 2011 Diperpanjang oleh Penuntut

Umum 6 April s.d dilimpahkan

ke Pengadilan

Ditahan oleh Penuntut Umum

4. Muhamad bin Syarif 16 Februari s.d 7 Maret 2011

Ditahan oleh Penyidik 8 Maret s.d 16 April 2011 Diperpanjang oleh Penuntut

Umum 6 April sampai dengan

dilimpahkan

Ditahan oleh Penuntut Umum

5. Ujang Muhammad Arif bin Abuya Surya

16 Februari s.d 7 Maret 2011

oleh Penyidik

8 Maret s.d 16 April 2011 Diperpanjan oleh Penuntut Umum

(2)

dilimpahkan ke PN. Serang

Umum 6. Muhamad Munir bin

Basri

14 Februari s.d 5 Maret 2011

Ditahan oleh Penyidik 6 Maret s.d 14 April 2011 Diperpanjang oleh Penuntut

Umum

6 April s.d 25 April 2011 Ditahan oleh Penuntut Umum

7. Idris alias Idis bin Mahdani

17 Februari s.d 8 Maret 2011

Ditahan oleh Penyidik 9 Maret s.d 17 April 2011 Diperpanjang oleh Penuntut

Umum

6 April s.d 25 April 2011 Ditahan oleh Penuntut Umum

8. Saad Baharudin bin Sapri

17 Februari s.d 8 Maret 2011

Ditahan oleh Penyidik 9 Maret s.d 17 April 2011 Diperpanjang oleh Penuntut

Umum

6 s.d 25 April Ditahan oleh Penuntut Umum

9. Adam Damini bin Armad

18 Februari s.d 9 Maret 2011

Diatahan oleh Penyidik 10 Maret s.d 18 April

2011

Diperpanjang oleh Kajati Banten

6 s.d 25 April 2011 Ditahan oleh Penuntut Umum

10. Yusri bin Bisri 25 Februari s.d 16 Maret 2011

Ditahan oleh penyidik 17 Maret s.d 25 April

2011

Diperpanjang oleh Penuntut Umum

6 April s.d 25 April 2011 Ditahan oleh Penuntut Umum

11 Muhamad Rohidin bin Eman

27 Februari s.d 18 Maret 2011

Ditahan oleh Penyidik 19 Maret s.d 27 April

2011

Diperpanjang oleh Penuntut Umum

6 April s.d 25 April 2011 Ditahan oleh Penuntut Umum

12. Dani bin Misra 28 Februari s.d 19 Maret 2011

Ditahan oleh Penyidik 20 s.d 29 Maret 2011 Diperpanjang oleh Penuntut

Umum

29 Maret s.d 7 April 2011 Ditahan oleh Penuntut Umum

8 s.d 22 April 2011 Diperpanjang oleh Ketua PN Pandeglang

Ke 12 orang Tersangka ini mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Serang pada 26 April 2011. Dalam persidangannya ke-12 (dua belas) Terdakwa tersebut kemudian dibagi ke dalam 11 (sebelas) berkas dakwaan. Adapun Pasal-pasal yang didakwakan terhadap ke-12 (dua belas) Terdakwa adalah Pasal Kekerasan terhadap orang/barang yang menyebabkan kematian, penganiayaan, kepemilikan senjata tajam sampai pada pasal tentang penghasutan.

(3)

Akhir Juni dan Juli 2011, proses persidangan akan memasuki pembacaan tuntutan terhadap para terdakwa, 4 berkas terdakwa akan menghadapi tuntutan pada 30 Juni 2011, sedangkan 7 berkas lainnya tuntutan akan dilakukan pada 7 Juli 2011.

Monitoring ini dilakukan untuk melihat sejauh mana komitmen aparat penegak hokum untuk mengadili pelaku-pelaku kekerasan berbasiskan agama. Sebagaimana terlihat pada persidangan-persidangan dalam kasus HKBP Ciketing, Kasus Cisalada, kasus Temanggung, dalam kasus-kasus tersebut terlihat lemahnya komitmen dan upaya Jaksa Penuntut Umum dalam membuktikan dakwaannya. Hal ini dapat dilihat dalam uraian dakwaan dan proses pembuktian. Terlihat juga dalam persidangan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) tidak maksimal dalam melakukan penuntutan dan menghadirkan saksi-saksi di persidangan. Sehingga berakibat pada kegagalan mengungkapkan latar belakang masalah, dan ringannya vonis bagi para pelaku.

Berkaitan dengan itulah, Tim Advokasi Jaringan Masyarakat Sipil Untuk Perlindungan Warga Negara menganggap perlu adanya laporan alternatif dalam melihat proses persidangan, sehingga dapat memberikan catatan kritis atas proses tersebut. Dalam laporan pertama ini akan fokus pada materi dakwaan, keberatan penasehat hukum para terdakwa (eksepsi), putusan sela dan pemeriksaan saksi-saksi khususnya pada persidangan Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya.

II.

Konstruksi Dakwaan

2.1 Dibuat Dengan Tidak Meyakinkan

Dalam Dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa “keberadaan Jemaat Ahmadiyah di kampung Peundeuy dianggap menjadi awal keresahan bagi warga sekitar, oleh karenanya timbul keinginan warga untuk membubarkan Ahmadiyah. Keinginan untuk membubarkan Ahmadiyah ini diserukan oleh Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya (seorang

Kyai) kepada Ulama, Kyai, Tokoh Agama, Santri dan Tokoh Masyarakat”.1

Seruan tersebut dikirim melalui layanan pesan singkat (sms) telepon genggamnya, dan sebagaimana pada persidangan perkara dengan Terdakwa Muhamad Munir bin Basri (Kyai), Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya menyatakan bahwa pesan singkat yang dikirimkan melalui telepon genggamnya tersebut merupakan inisiatif sendiri.2 Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya telah mengirim banyak pesan singkat (sms) kepada para tokoh masyarakat dalam rangka upayanya membubarkan Ahmadiyah di Cikeusik. Antara lain Kyai Amin, Kyai Siroj, Kyai Saepi, Kyai Bohid, Kyai Soleh, Kyai Arsali, Kyai Jarip, Kyai Jajuli, Kyai Rahedi, KH. Narsa, Kusnadi dan para santrinya dengan jumlah keseluruhan terkirim sebanyak 60 (enam puluh) pesan singkat (sms).

Mereka pun sepakat untuk ikut apa yang dipesankan Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya dan akan dilaksanakan setelah pengajian pada hari Minggu, 6 Februari 2011.3

1 Lihat Surat Dakwaan No. Reg. Perkara: PDM-21/SRG/04/2011, dengan Terdakwa KH. Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya, hal. 2

2 Keterangan saksi Ujang Muhamad Arif bin Abuya pada sidang perkara Nomor 317/PID/2011/PN.Serang dengan terdakwa Muhamad Munir bin Basri, 14 Juni 2011 di ruang IV Pengadilan Negeri Serang.

(4)

2.2 Peranan Masing-masing Terdakwa Berdasarkan Dakwaan

Jaksa Penuntut Umum membagi pelaku penyerangan Cikeusik dalam dua kategori. Pertama, penghasut. Kedua, pelaku lapangan.

Orang yang dianggap melakukan penghasutan dan berhasil dibawa ke proses hukum adalah

1. Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya;

2. Endang bin Sidik;

3. Muhamad bin Syarif, dan

4. Muhamad Munir bin Bisri

Perbuatan mereka yang diatur dan diancam Pasal 160 KUHPidana dengan ancaman maksimal pidana selama 6 (enam) tahun penjara. Selain pasal penghasutan, keempat orang ini juga didakwa melakukan kekerasan secara bersama yang mengakibatkan maut sebagaimana diatur

dan diancam Pasal Pasal 170 ayat (1) dan ayat (2) ke-3 KUHPidana dengan ancaman pidana

penjara maksimal 12 (dua belas) tahun. Dakwaan bagi keempat orang tersebut merupakan dakwaan alternatif, yang memungkinkan bagi Majelis Hakim menentukan Pasal mana yang

paling cocok dikenakan terhadap masing-masing terdakwa.4

Terhadap para terdakwa yang didakwa Pasal 160 KUHP, Jaksa Penuntut Umum coba menguraikan rangkaian peristiwa dan munculnya inisiatif tentang kedatangan ribuan massa ke Kampung Peundeuy, Cikeusik. Sambung-menyambung pesan singkat (sms) yang dimulai dari KH. Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya kepada para Kyai dan tokoh masyarakat dianggap pemicu dan asal mula peristiwa yang menarik ribuan massa.

Sementara sembilan pelaku lainnya, didakwa Jaksa Penuntut Umum dengan menggunakan Pasal 170 ayat (1) yang ancaman pidana penjara maksimal 5 tahun 6 bulan, dan ayat (2) ke-3 KUHP yang ancaman pidananya penjara 12 tahun tentang kekerasan bersama-sama yang mengakibatkan maut; selanjutnya Pasal 358 ayat (2) KUHP mengatur mengenai turut serta dalam penyerangan atau perkelahian yang berakibat kematian dengan ancaman pidana penjara maksimal selama 4 tahun; kemudian Pasal 351 ayat (1) KUHP tentang Penganiayaan dengan ancaman pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan; serta Pasal 2 ayat (1) UU Darurat No. 12 Tahun 1951 tentang tanpa hak menguasai, membawa, mempunyai atau menggunakan senjata pemukul, penikam atau penusuk yang ancaman pidananya maksimal penjara selama 10 tahun. (detail dakwaan lihat Tabel)

Para pelaku di lapangan semuanya digambarkan dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum dengan keterlibatan secara langsung dalam pengeroyokan terhadap 2 (dua) anggota Ahmadiyah yang meninggal, yaitu Warsono Kastolib dan Roni Pasaroni, selain itu digambarkan juga bagaimana perbuatan-perbuatan para terdakwa dalam menghancurkan dan merusak mobil, serta rumah milik Suparman.

4 Dakwaan dengan bentuk alternatif, antara dakwaan satu dan lainnya saling mengecualikan. Dalam bentuk dakwaan ini, sebagaimana juga seperti dakwaan subsidair disusun secara berurutan, namun tidak mesti diurutkan dimulai dengan tindak pidana dari yang terberat. Bisa saja urutan pertama merupakan dakwaan yang paling ringan jika jaksa penuntut umum berpendapat bahwa dakwaan itulah yang paling mengena ditinjau dari hasil fakta yang ditariknya dari pemeriksaan penyidikan. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan

(5)

III.

Kelemahan-kelemahan Dalam Surat Dakwaan

Secara kronologis mungkin Jaksa Penuntut Umum sudah dapat mengkonstruksi dakwaannya dengan cukup baik, tetapi secara substansi terdapat kelemahan-kelemahan substansial yang diperkirakan akan mempersulit langkah Jaksa Penuntut Umum untuk membuktikan dakwaannya, apalagi untuk menjerat para pelaku penyerangan. Kelemahan-kelemahan ini dapat dilihat dari :

3.1. Tidak Jelasnya Pelaku Pembunuhan TB. Candra Mubarak

Dalam dakwaannya Jaksa Penuntut Umum tidak dapat menguraikan dan mengungkapkan peranan dan keterlibatan Para Terdakwa dalam meninggalnya TB. Candra Mubarak. Karena dari semua pelaku lapangan yang secara langsung melakukan penganiayaan, melakukan kekerasan terhadap orang Ahmadiyah hanya menyasar dua orang, yakni Warsono Kastolib dan Roni Pasaroni, sehingga menjadi pertanyaan siapakah yang terlibat dalam tewasnya TB. Candra Mubarak?.

Begitu juga terhadap korban luka-luka dari pihak Ahmadiyah yang disebutkan Jaksa Penuntut Umum sebanyak 4 orang5, dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak satu pun menyebut atau memberikan gambaran siapa orang yang harus bertanggung jawab secara langsung atas luka-luka yang diderita keempat korban dari warga Ahmadiyah tersebut.

Rangkaian peristiwa yang di dalamnya terdapat suatu kekurangan untuk menentukan siapa saja pihak yang harus bertanggung jawab atas korban yang ditimbulkan tentu membuat dakwaan tersebut menjadi lemah, dan pada akhirnya menyulitkan pembuktian di persidangan. Akibat dari konstruksi dakwaan Jaksa Penuntut Umum ini, Pengadilan harus dapat menggali lebih jauh, sekaligus mencari dan menemukan orang-orang yang terlibat dan bertanggungjawab secara langsung atas meninggalnya TB. Candra Mubarak dan luka-luka yang diderita 4 (empat) orang Ahmadiyah. Apabila tidak, kita tidak dapat mengetahui siapa yang harus bertanggungjawab atas meninggalnya TB. Candra Mubarak.

3.2. Tidak Adanya Uraian Mengenai Konteks Kekerasan Berbasiskan Keagamaan Kelemahan lainnya adalah ketiadaan uraian yang lengkap atas konteks peristiwa terkait dengan tindakan-tindakan yang dilakukan berbasiskan kebencian kepada kelompok tertentu dan berdasarkan sentimen keagamaan. Suatu niat melakukan kekerasan yang mengancam ketertiban sosial dan dampaknya pada masyarakat luas. Meski disadari bahwa proses hukum mempunyai keterbatasan dalam memotret peristiwa yang terjadi secara utuh, namun setidaknya adanya uraian yang memadai tentang “niat” pada pelaku untuk melakukan kejahatan akan memberikan gambaran atau bobot kejahatan yang terjadi.

Konstruksi peristiwa yang demikian, semakin meneguhkan bahwa banyak diantara peristiwa kekerasan berbasiskan agama yang terjadi, juga sebelumnya disertai dengan serangkaian tindakan penghasutan. Dalam konteks ini, penghasutan karena kebencian, atau sering dikenal sebagai hate speech, seringkali luput dari perhatian sejumlah kasus yang terjadi. Peristiwa ini juga berhasil menjelaskan bahwa hate speech atau ujaran/pidato kebencian seringkali menjadi faktor penentu terjadi tindak kekerasan yang berbasiskan agama di Indonesia.

5 Lihat Surat Dakwaan No. Reg. Perkara: PDM-15/SRG/04/2011, dengan Terdakwa Muhamad Munir bin Basri, hal. 8-9.

(6)

3.3. Peranan Ustadz Ujang Tidak Diuraikan Dengan Baik

Peran Ujang dalam melakukan hasutan dikontruksikan Jaksa Penuntut Umum dengan mulai mengirimkan sms kepada Ulama, Kyai, Tokoh Agama, Santri dan Tokoh Masyarakat yang dengan sendirinya menyebar ke masyarakat luas. Kata-kata yang diucapkan Ujang Muhamad Arif pun menjadi pemicu dan membakar semangat massa sehingga datang ke depan rumah Suparman dan merusaknya. Namun, mengenai keterkaitan sebab akibat antara kalimat yang diucapkan Ujang dengan tindakan anarkis massa sangat minim dieksplorasi Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaan tersebut, sehingga dakwaan yang dibuat Jaksa Penuntut Umum menjadi sangat lemah.

Lebih lemah lagi berkaitan dengan perbuatan yang dikualifikasikan dalam dakwaan kedua. Hal ini karena Jaksa Penuntut Umum hanya bisa menyatakan bahwa kata-kata yang diucapkan Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya pada saat kejadian telah memicu massa mendatangi ramai-ramai ke rumah Suparman.

IV.

JPU Tidak Maksimal Dalam Pembuktian

4.1 Saksi-saksi yang dihadirkan : Menguntung Terdakwa, Menyulitkan Jaksa

Dalam persidangan Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya, Jaksa Penuntut Umum telah menghadirkan sebanyak 12 saksi, sedangkan dari Penasehat Hukum menghadirkan 2 (dua) orang Saksi, yaitu Rasna yang juga tetangga Suparman, dan Kyai Amir sebagai Ketua MUI Cikeusik.

Permasalahannya adalah, sebagian besar saksi yang dihadirkan adalah para Terdakwa lainnya, yang tentunya hal tersebut justru akan mempersulit pembuktian atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum, dan sebaliknya memperkuat pembelaan Ujang sebagai terdakwa. Dari pihak korban, dalam hal ini Jemaat Ahmadiyah tidak ada satupun yang diajukan di persidangan Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya. Hanya ada seorang Jemaat Ahmadiyah yang dijadikan Saksi di persidangan, Deden Sudjana, itu pun di pemeriksaan terdakwa lain, yaitu perkara dengan terdakwa Adam Damini pada 31 Mei 2011.

1. Saksi : Terdakwa Dalam Perkara Yang Lain

Pada persidangan Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya, saksi-saksi yang dihadirkan baik oleh Jaksa Penuntut Umum atau Penasehat Hukumnya didominasi keterangan-keterangan yang justru melemahkan dakwaan.

Saksi yang berhasil dihadapkan di persidangan adalah 12 Saksi oleh Jaksa Penuntut Umum, hanya ada seorang dari Kepolisian, sedangkan lainnya adalah Terdakwa di perkara lain serta masyarakat umum. Kemudian ada Saksi yang dihadirkan Penasehat hukum Terdakwa dari tetangga Suparman dan Ketua MUI Cikeusik. Sedangkan saksi dari pihak korban tidak ada yang dihadirkan dalam persidangan.

2. Penyerangan Dilakukan Lebih Dulu oleh Ahmadiyah

Hal ini terlihat pada keterangan beberapa Saksi di persidangan, diantaranya Saksi Muhamad Syarif yang menyatakan tidak melihat Terdakwa di lokasi kejadian dan

penyerangan dilakukan Ahmadiyah pertama kali dengan melempar batu ke arah massa.6

6 Persidangan ke-V Perkara Nomor: 308/PID/2011/PN.Serang, tanggal 19 Mei 2011 dengan terdakwa Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya

(7)

Begitu pula keterangan dari Idris alias Idis bin Mahdani yang menyatakan bahwa saat dia mendatangi rumah Suparman dengan tujuan untuk membentengi para kyai berdialog dengan ahmadiyah. Idris berada di barisan paling depan dan sesampai di depan rumah suparman Idris mengaku ditpukul oleh Deden Sudjana dan dilemparin batu, sekitar lebih dari 20 menyerang Idris. Akhirnya Idris mengeluarkan golok supaya jamaat Ahmadiyah tidak menyerang.7 Sedangkan di perkara lain dia mengatakan acungan golok itu untuk menghentikan lemparan batu.Idris mengaku membawa golok karena di daerah tersebut rawan banyak “penjegalan” motor.

Mengenai pihak Ahmadiyah yang menyerang lebih dahulu juga diterangkan Ujang dalam pemeriksaan dirinya sebagai Terdakwa. Hal tersebut juga diungkapkan Saksi yang dihadirkan Penasehat Hukum. Saksi Rasna yang juga tetangga dekat Suparman. Rasna mengatakan bahwa massa yang datang dihalau oleh orang Ahmadiyah dengan menggunakan batu, dan ketapel. Setidaknya arahan pemeriksaan di persidangan seluruh Terdakwa mengarah pada fakta bahwasanya Ahmadiyah-lah yang melakukan penyerangan terlebih dahulu.

3. Tiada Saksi Yang Menyatakan Ujang Muhamad Arif Melakukan Kekerasan atau

Menyuruh Melakukan Kekerasan

Fakta persidangan memang menunjukkan saksi-saksi dan Terdakwa Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya memang sengaja untuk datang ke kampung Peundeuy dengan membawa golok dan bersama massanya. Sementara dalam dakwaan, Ujang Muhamad Arif dianggap melakukan kekerasan secara bersama yang mengakibatkan luka dan kematian. Namun, hal ini tidak dapat terungkap di persidangan, baik melalui Saksi-saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum maupun saksi yang dihadirkan Penasehat Hukum. Dalam dakwaannya, Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya hanya digambarkan sebagai orang yang memberikan semangat dengan kata-kata “Maju” dan “Allahu Akbar” kepada massa kemudian hal ini dikaitkan oleh Penuntut Umum bahwa akibat perbuatannya tersebut mengakibatkan kematian 3 (tiga) orang dari Jemaat Ahmadiyah.

4. Pelaku-pelaku Lain Tidak Dieksplorasi Lebih Dalam

Ada fakta menarik yang terungkap dalam proses persidangan ini yang belum dieksplorasi lebih dalam oleh Majelis Hakim dan Jaksa Penuntut Umum. Hal ini terungkap pada persidangan 14 Juni 2011 pada pemeriksaan Saksi Muhamad Khamil Syafii.

Dalam keterangannya, saksi Muhamad Khamil Syafii menyatakan bahwa terdakwa Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya pernah mengirim sms dengan kalimat “tenang aja Habib Riziq yang bertanggung jawab”. Komunikasi saksi Muhamad Khamil Syafii dengan terdakwa Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya ini terjadi pada malam Jumat sebelum kejadian.

Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum juga menyatakan bahwa penghasutan sebenarnya tidak hanya dilakukan KH. Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya, Endang bin Sidik, Muhamad bin Syarif, dan Muhamad Munir bin Bisri, tetapi juga oleh beberapa orang lain, yaitu Kyai Hasim bin Jaelani bin Sardani dan Ustad Babay.8 Namun, sampai saat ini

7 Persidangan ke-VII Perkara Nomor: 308/PID/2011/PN.Serang, tanggal 26 Mei 2011 dengan terdakwa Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya

(8)

ternyata keduanya tak juga dimajukan ke persidangan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bahkan Ustad Babay dapat dengan bebas menonton persidangan yang berlangsung di Pengadilan Negeri Serang.

Keterangan saksi Ahmad Barghawi, seorang yang mengaku sebagai tukang parkir yang tinggal di Cikeusik menyatakan bahwa lama sebelum kejadian, salah seorang bernama Sofwan, seorang guru MTs, pernah meminta dirinya memberikan nomor kontak Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya.

Fakta-fakta yang terungkap di persidangan menunjukkan sedari awal siapakah sebenarnya yang ingin menghadirkan Ujang di Cikeusik, selain itu terdapat upaya atau usaha untuk memobilisir massa untuk mendatangi Suparman sebagai Ahmadiyah di Cikeusik.

4.2

Minimnya Upaya Jaksa Penuntut Umum Membuktikan Dakwaannya

Jika dilihat sejak dimulainya persidangan terhadap Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya terlihat jelas Jaksa Penuntut Umum tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan professional untuk menggali fakta-fakta di persidangan. Hal ini dapat dilihat dari :

1) Kurang memahami dan menguasai kasus secara menyeluruh, karena banyak pertanyaan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum salah bicara hingga ditertawakan oleh Penasehat Hukum terdakwa dan pengunjung;

2) Pertanyaan-pertanyaan Jaksa Penuntut Umum lebih bersifat normatif bukan subtansif dalam mencari kebenaran materiil, karena hanya menanyakan hal-hal yang sudah ada di berita acara pemeriksaan dari pihak Kepolisian saja, sedangkan upaya mengungkap fakta persidangan melalui keterangan saksi sangat kurang;

3) Jaksa Penuntut Umum kadang terkesan yang penting bicara saja dengan bertanya. Tidak

ada protes atau bertanya secara mendalam terhadap saksi. Padahal banyak keterangan saksi yang tidak konsisten dan tidak nyambung dalam ceritanya;

Padahal penelusuran fakta di persidangan merupakan tugas Jaksa Penuntut Umum demi membuktikan dakwaannya. Ketiadaan eksplorasi mendalam atas perbuatan terdakwa Ujang Muhamad Arif bin Abuya Surya dalam menyebarkan sms, mobilisasi massa sampai dengan peristiwanya akan mengakibatkan kesulitan pembuktian dan lemahnya argumen Jaksa dalam membuat tuntutan.

4) Dalam menghadirkan saksi, Jaksa Penuntut Umum tidak menggunakan prosedur yang benar, yaitu harus ada surat panggilan yang di sampaikan kepada saksi. Dalam satu persidangan, Hakim pernah menunda persidangan (perkara Endang bin Sidik) dengan emosi memukul palu sidang saat menutup sidang, akibat dari tindakan Jaksa yang tidak

memberikan panggilan kepada Saksi;9

5) Jaksa Penuntut Umum tidak menghadirkan Saksi dari pihak korban, yaitu Jemaat Ahmadiyah. Karena di persidangan tak satupun Jemaat Ahmadiyah yang hadir di persidangan, kecuali Deden Sudjana. Jaksa Penuntut Umum, Andri, SH., pada perkara Endang bin Sidik menyatakan bahwa dia tidak tahu harus menghubungi ke mana Saksi

9

Persidangan Perkara Nomor: 311/PID/2011/PN.Serang, tanggal 31 Mei 2011 dengan Terdakwa Endang bin Sidik ditunda karena Jaksa tidak memberikan surat panggilan kepada Saksi dan Hakimnya pun marah dengan mengetuk palu sidang sangat keras.

(9)

dari Jemaat Ahmadiyah, sehingga hal itu menyulitkan mereka menghadirkan Jemaat Ahmadiyah.

4.3. Keadaan di luar persidangan

Pada awal-awal persidangan kehadiran kelompok-kelompok yang patut diduga diorganisir secara rapi turut mengikuti jalannya sidang, salah satunya adalah Jemaat Ansharut Tauhid organiasi yang didirikan Abu Bakar Ba’asyir pada 2008.

Pada persidangan tanggal 26 April 2011, yakni persidangan pertama dengan agenda pembacaan dakwaan sebanyak 700 personel Kepolisian disiagakan untuk mengamankan jalannya persidangan, mereka terdiri dari personel Polda Banten, Polres Serang, Polres Cilegon, Polres Lebak, dan Polres Pandeglang. Bahkan diturunkan pula personel Satuan Brimob Banten. Mereka bejaga-jaga di dalam dan di luar PN Serang. Saat itu pengunjung memang sangat banyak dan tidak tertampung di ruang sidang, namun Pengadilan Negeri Serang tidak menyediakan speaker di luar ruang sidang, sehingga massa berjejal di dalam demi mendengarkan persidangan.

Selain saat pembacaan dakwaan, pengunjung juga terlihat banyak datang pada sidang tanggal 26 Mei 2011. Sesaat masuk ke dalam Pengadilan Negeri Serang terlihat banyak massa dari ormas tertentu memakai pakaian baju koko warna putih, kopiah putih dan bahkan sarung, mereka duduk menunggu di pinggir jalan untuk mendukung para Terdakwa di persidangan. Banyak dari mereka mengenakan atribut berupa emblem di saku baju sebelah kiri beruliskan “Front Pembela Islam Banten.” FPI Banten merupakan Ormas pimpinan Abuya Muhtadi dari kampung Cidahu, Kecamatan Cadasari. Dia adalah anak dari almarhum Abuya Dimyati, sejawat dekat almarhum Abdurrahman Wahid, tokoh sentral Nahdlatul Ulama. Abuya Muhtadi pun rutin mendatangi persidangan para Terdakwa.

Hampir setiap persidangan saat ini ada aparat yang berjaga mencapai 300 orang dengan pengaman ketat baik di dalam maupun diluar gedung pengadilan. Pengaman terlihat begitu ketat karena kawat duri melingkar, mobil baracuda hingga mobil water canon telah disiapkan. Para pengunjung sidang diharuskan menunjukan identitas yang jelas di meja pendaftaran dan barang bawaannya pun diperiksa, kemudian diberikan kartu tanda pengenal oleh Kepolisian. Namun pada pertengahan proses persidangan, massa dengan jumlah besar tak lagi terlihat dan hal itu berlanjut sampai pada persidangan ke-XIII pada 23 Juni 2011 lalu. Kemungkinan massa akan kembali mendatangi ramai-ramai persidangan pada saat pembacaan tuntutan, yaitu pada 30 Juni 2011 dan 7 Juli 2011.

Keseluruhan perkara Terdakwa peristiwa Cikeusik sebenarnya terdapat 3 (tiga) orang dari Jemaat Ahmadiyah yang dimintai keterangannya sebagai Saksi pada proses penyidikan, yaitu Ahmad Masihudin, Ismail Suparman dan Imron. Namun dalam persidangan di Pengadilan Negeri Serang tidak satupun Saksi tersebut berhasil dihadirkan Jaksa Penuntut Umum.

V.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan uraian di atas, kami memberikan beberapa rekomendasi:

1. Perlindungan hak asasi manusia sangat bergantung pada kualitas institusi judicial dan aparat penegak hukumnya. Oleh karena itu, aparat penegak hukum harus mampu menegakkan prinsip imparsialitas dalam menangani tuntutan pelanggaran Hak Asasi

(10)

Manusia yang diajukan ke pengadilan. Aparat penegak hukum juga tidak boleh tunduk pada tekanan massa yang selama ini berbuat anarkis;

2. Komitmen penegakan keadilan seperti tertuang dalam penerapan skema dakwaan

alternatif (subsidair) untuk dapat melakukan penuntutan secara maksimal terhadap para terdakwa akan diuji melalui konsistensi sikap yang sama dalam merumuskan dan memformulasi tuntutan pidana terhadap para terdakwa. Kegagalan merumuskan tuntutan pidana yang layak akan berisiko menghancurkan kredibilitas kejaksaan sebagai pilar penegakan hak asasi. Keterbatasan yang dimiliki oleh jaksa dalam proses pembuktian, tidak semestinya menjadi celah yang menghalangi Kejaksaan untuk dapat mempertahankan apa yang telah didakwakan;

3. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Serang yang memeriksa dan memutus perkara para Terdakwa kekerasan Cikeusik agar memeriksa perkara tersebut dengan netral, dengan tidak menunjukkan rasa suka atau tidak suka, keberpihakan, prasangka, atau pelecehan terhadap suatu ras, jenis kelamin, agama, asal kebangsaan, perbedaan kemampuan fisik atau mental, usia, atau status sosial ekonomi maupun atas dasar kedekatan hubungan dengan pencari keadilan atau pihak-pihak yang terlibat dalam proses peradilan baik melalui perkataan maupun tindakan;

4. Kepolisian harus segera menangkap para orang-orang yang diduga kuat terlibat dalam peristiwa Cikeusik dan memprosesnya secara hukum dengan melihat secara obyektif atas peran orang-orang tersebut dalam rangkaian kejadian (sebelum, saat dan pasca kejadian). Karena masih banyak orang-orang yang memiliki peran signifikan dalam kejadian Cikeusik namun tidak diproses secara hukum. Hal ini tentu akan memperlihatkan ketidakprofesionalan aparat Kepolisian;

5. Keberhasilan menjerat pertanggungjawaban dari para pelaku mensyaratkan pengetahuan yang memadai dari aparat penegak hukum dalam mengintegrasikan dimensi pelanggaran hak asasi pemeriksaan perkara. Berkaitan dengan hal ini Jaksa Penuntut Umum dan Hakim harus lebih mampu memahami kasus-kasus kekerasan yang didasarkan pada kebencian terhadap kelompok minoritas tertentu dengan dalih apapun, termasuk dalih agama bukan sebagai perkara pidana biasa namun merupakan bentuk pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia. Dengan demikian, perlu adanya pendidikan khusus bagi penegak hukum baik kepolisian, kejaksaan, dan para hakim, untuk dapat mengintegrasiakan standar-standar hak asasi manusia dalam fungsi institusi-institusi yudisial dalam penegakan hukum dan HAM;

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan analisis dan perbaikan atas proses bisnis administrasi Diklat di suatu instansi pemerintahan, dengan tujuan untuk mempermudah peserta dan pengelola

Usia lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik atau gangguan gerak, akan terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi kognitifnya,

Berdasarkan hasil penelitian ekstraksi zat warna alami dari kayu mahoni (Swietenia mahagoni) menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE), dapat diketahui

Jika pembiayaan telah disalurkan kepada nasabah maka perlu adanya upaya untuk mencegah agar tidak terjadi risiko pembiayaan. Upaya yang dilakukan oleh pihak BPRS

bahasa pemrograman PHP dengan database MySQL yang di dalamnya di hadirkan menu-menu berkaitan dengan akademik sekolah diataranya absensi siswa, nilai siswa, informasi

5 Kenyataan manakah yang berkaitan dengan dosa-dosa besar I Kesalahan yang mendapat balasan azab di akhirat II Kesalahan yang dikenakan hukuman tertentu di dunia III

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Citra Merek dengan Keputusan Pembelian adalah dua hal yang saling berhubungan, karena citra merek yang baik dimata pelanggan akan lebih meyakinkan untuk melakukan