• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mansyur Usman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mansyur Usman"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Assalamualaikum Wr.Wb.

Al-Quran adalah Kalamullah (firman Allah -Subhanahu Wa Ta'ala-),

merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

-Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam- dengan perantara Malaikat Jibril. Di dalam

surah Muzzammil ayat 5, Allah berfirman:

"... dan bacalah olehmu Al-Quran ini dengan pelan/tartil (bertajwid)."

Hukum orang yang mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardhu Kifayah. Dan

hukum mengamalkannya adalah Fardhu Ain. Dan umat Islam yang dapat

membaca Al-Quran, wajib hukumnya

belajar Tajwid

, supaya terpelihara

huruf, makhraj, ghunnah, dan Mad-nya.

Mari kita belajar dan tidak bosan membaca dan menggali isi Al-Quran,

serta mengamalkannya.

"... dan katakanlah: 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu

pengetahuan'." (QS. Thaahaa: 114).

(3)

Hukum Idgham Bighunnah (Ma’al ghunnah)

Hukum Idgham Bighunnah atau sering disebut Idgham Ma’al Ghunnah adalah hukum tajwid yang berlaku apabila Nun Sukun (

ْن

) atau tanwin (

ــٌــ ,ــٍــ ,ــًــ

) bertemu dengan huruf Mim, Nun, Waw, Ya (

ـ ن ـ و ـ ي

م

), secara terpisah atau tidak dalam satu kata/kalimat. Maksud dari kata “terpisah” di sini akan dibahas di bagian bawah.

Bi artinya dengan.

Ghunnah artinya dengung.

 Sementara Idgham artinya meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya, atau bahasa lainnya

di-tasydid-kan.

Cara membaca Idgham Bighunnah adalah dengan meleburkan

ْن

atau

ــٌــ ,ــٍــ ,ــًــ

menjadi suara huruf di depannya

م ـ ن ـ و ـ ي

, atau keempat huruf tersebut seolah diberi tanda tasydid, diiring dengan menggunakan suara dengung 1 Alif – 1 1/2 Alif atau sekitar 2 – 3 harakat.

Perlu digarisbawahi, tanda tasydid yang dimaksud adalah TASYDID HUKUM bukan TASYDID ASHLI. Untuk mushaf standar Indonesia biasanya hukum Idgham Bighunnah sudah diberi tanda Tasydid. Namun, ada sebagian buku-buku doa, wirid, termasuk juga buku-buku Yaasiin, tidak memberikan tanda Tasydid Hukum tersebut. Sehingga, seringkali terjadi kesalahan dalam membaca. Di sinilah pentingnya belajar tajwid.

(4)
(5)

Hukum Idgham Bighunnah tetap berlaku sekalipun saat ingin mewashal (menyambungkan bacaan antar ayat).

Mushaf standar Indonesia dan Arab Saudi, dapat dilihat pada tanda baca surah Asy-Syams dibawah ini. Perhatikan pada tanda Tasydid Hukum-nya

(6)

Perbedaan antara Hukum Idgham Bighunnah dan Izhar Wajib

Kunci Hukum Idgham Bighunnah adalah Nun Sukun (

ْن

) atau tanwin (

ــٌــ ,ــٍــ ,ــًــ

) bertemu dengan huruf

م ـ ن ـ و ـ ي

secara TERPISAH.

اَو ْن

َو ٍر

َي ْن

Banyak yang terjebak ketika huruf Nun Sukun (

ْن

) MENYAMBUNG atau berada dalam satu kata dengan huruf

م ـ ن ـ و ـ ي

.

Sekadar contoh:

َﻢْﻧ– َﻦْﻧ- َﻮْـﻧ- َﻲْﻧ

Maka, apabila Nun Sukun (

ْن

) bertemu dengan huruf

م ـ ن ـ و ـ ي

dalam keadaan SAMBUNG atau DALAM SATU KATA / KALIMAT, maka yang berlaku adalah hukum Izhar Wajib. Cara membacanya harus jelas, tegas, dan tidak berdengung.

(7)

Hukum Idgham Bilaghunnah

Hukum Idgham Bilaghunnah adalah hukum tajwid yang berlaku apabila Nun Sukun ( ْن ) atau tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ) bertemu dengan huruf lam ( ل ) atau Ro ( ر ), tanpa menggunakan suara dengung

Bila artinya tidak.

Ghunnah artinya dengung.

Sementara Idgham artinya meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya, atau bahasa lainnya di-tasydid-kan.

Cara membacanya adalah dengan meleburkan ْن atau ــًــ, ــٍــ, ــٌــ menjadi suara huruf ل atau ر, atau lafaz kedua huruf tersebut seolah diberi tanda tasydid, tanpa dikuti suara dengung (ghunnah).

Dengan adanya perbedaan dengung ini, dapat dikatakan bahwa Idgham Bilaghunnah adalah kebalikan dari Idgham Bighunnah.

Mengenai tanda baca Tasydid yang dimaksud di dalam hukum Idgham Bilaghunnah adalah TASYDID HUKUM bukan

TASYDID ASLI . Sama seperti yang dijelaskan di dalam hukum Idgham Bighunnah.

Contoh Hukum Idgham Bilaghunnah

(8)

(9)

WASHAL

Hukum Idgham Bilaghunnah juga berlaku sekalipun saat ingin mewashal (menyambungkan bacaan antar ayat).

Huruf O, seperti walloohu pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu Wallaahu.

Contoh bacaan Al-Quran standar Indonesia dan Arab Saudi, dapat dilihat pada tanda baca surah Al-Balad di bawah ini.

(10)

Hukum Iqlab

Iqlab adalah salah satu hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Nun Sukun ( ْن ) atau tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ) bertemu dengan huruf Ba ( ب ) . Menurut bahasa, Iqlab artinya mengubah atau menggantikan sesuatu dari bentuknya. Cara membacanya adalah dengan menggantikan huruf ْن atau ــًــ, ــٍــ, ــٌــ menjadi suara huruf mim sukun ( ْم ) sehingga pada saat akan bertemu dengan huruf ب bibir atas dan bawah dalam posisi tertutup, diiringi dengan suara dengung sekitar 2 harakat.

Hukum Iqlab di dalam Al-Quran, sudah ditandai dengan huruf mim kecil ( م ) – dan diletakkan di atas – antara ْن atau ــًــ, ــٍــ, ــٌــ dengan huruf ب .

Contoh Hukum Iqlab :

Huruf O, seperti bashiiroo pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu bashiiraa.

(11)

Contoh bacaan Al-Quran standar Indonesia dan Arab Saudi, dapat dilihat pada tanda baca surah At-Takwiir di bawah ini.

Perhatikan pada huruf Nun.

(12)

Hukum Izhar Halqi

Izhar Halqi adalah salah satu cabang dari Hukum Izhar yang ada di dalam Ilmu Tajwid. Izhar artinya jelas atau terang. Dinamakan Izhar Halqi karena makhraj dari huruf-hurufnya keluar dari tenggorakan (halq).

Hukum Izhar Halqi berlaku apabila Nun Sukun ( ْن ) atau tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ) bertemu dengan huruf Alif, ‘Ain, Ghain, Ha, Kha, Ha’ ( ا – ع – غ – ح – خ – ﮬ ) dan Hamzah ( ء ) , namun ْن atau ــًــ, ــٍــ, ــٌــ jarang bertemu dengan huruf Hamzah ( ء ), akan tetapi huruf Hamzah tetap salah satu huruf Izhar Halqi.

Cara membaca Izhar Halqi harus jelas/terang, dan tidak berdengung.

Contoh Hukum Izhar Halqi :

(13)

Hukum Izhar Halqi berlaku sekalipun saat ingin mewashal (menyambungkan ayat).

(14)

Hukum Izhar Wajib (Mutlaq)

Hukum Izhar Wajib atau disebut juga Izhar Mutlaq adalah salah satu cabang dari Hukum Izhar, cara membacanya jelas/terang dan tidak berdengung.

Sebelumnya di Hukum Idgham Bighunnah telah dijelaskan sedikit tentang Izhar Wajib, yaitu apabila Nun Sukun ( ْن ) bertemu dengan huruf ( ي ـ و ـ ن ـ م ) dalam keadaan SAMBUNG atau DALAM SATU KATA/KALIMAT.

Perlu digarisbawahi, bahwa bacaan Hukum Izhar Wajib terletak di beberapa surah di dalam Al-Quran, di antaranya ada beberapa di surah Al-Baqarah dan surah Ali Imran.

Huruf yang sering bertemu dalam satu kata/kalimat (dalam keadaan sambung) adalah Nun Sukun dengan huruf Waw dan Ya.

َوْﻧ- َﻲْﻧ

Dan tidak akan terjadi huruf Nun dan Mim bertemu dengan Nun Sukun dalam keadaan satu kata/kalimat atau dalam keadaan sambung : َمْﻧ – َنْﻧ.

Ada 4 kata Hukum Izhar Wajib di dalam Al-Quran, yaitu: 1. Dunya,

2. Shinwanun, 3. Bunyanun, 4. dan Qinwanun.

Di dalam Al-Quran, ciri-cirinya tidak terdapat tanda tasydid di atas huruf Waw dan Ya apabila bertemu dengan Nun Sukun.

(15)

KATA KUNCI

 Jika Nun Sukun terpisah dengan huruf Waw atau Ya ( ي ـ و ), maka yang berlaku hukum Idgham Bighunnah, harus dibaca dengung.

 Jika huruf Nun Sukun menyambung atau dalam salah satu kata dengan huruf Waw atau Ya ( ي ـ و ), maka yang berlaku adalah hukum Izhar Wajib, yaitu dibaca jelas dan tidak berdengung

Contoh Ayat yang mengandung hukum Izhar Wajib (Mutlaq): * Dunya artinya “dunia“

huruf dicetak biru adalah hukum Mad Muttashil.

Hukum Izhar Wajib mushaf standar Indonesia dan Arab Saudi * Bunyanun artinya “bangunan”

Huruf O, seperti innalloh dan yuqootiluun pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan. Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya ditulis huruf A, bukan O, misalnya yuqaatiluun.

(16)
(17)

Hukum Ikhfa Haqiqi

Ikhfa’ secara harfiah berarti menyamarkan atau menyembunyikan.

Di dalam ilmu tajwid, Ikhfa Haqiqi adalah menyamarkan huruf Nun Sukun ( ْن ) atau tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ) ke dalam huruf sesudahnya – ada 15 huruf – yaitu: ت – ث – د – ذ – ز – س – ش – ص – ض – ط – ظ – ف – ق – ك. Ke-15 huruf tersebut tidak bertasydid dan harus dibaca dengung (ghunnah).

Cara membacanya adalah dengan mengeluarkan suara ْن atau ــًــ, ــٍــ, ــٌــ dari rongga hidung sehingga terlihat samar atau menjadi suara “N” atau “NG” , kemudian disambut dengan dengung 1 – 1 1/2 Alif atau sekitar 2 – 3 harakat, setelah itu baru masuk ke huruf sesudahnya.

Misalnya: ِﻣ ْمُﻛْﻧ

Minnnn . . kum atau Minnnngkum. Bukan Mingkum

Kunci menghapal 15 huruf Ikhfa Haqiqi

Untuk mengingat 15 huruf Ikhfa Haqiqi kuncinya adalah cukup dengan menghapal huruf-huruf di Hukum Idgham Biggunnal (Ma’al Ghunnah), Idgham Bilaghunnah, Iqlab, dan Izhar Halqi, jika tidak ada di hukum-hukum tersebut, maka sisanya adalah hukum ikhfa Haqiqi. Silahkan lihat gambar di bawah:

(18)

Contoh Hukum Ikhfa Haqiqi

********************* WASHAL

(19)

Hukum Mad

Menurut bahasa, Mad artinya tambahan atau melebihkan. Di dalam istilah ilmu tajwid, Mad adalah memanjangkan bacaan ketika bertemu dengan huruf-huruf yang mengandung hukum Mad. Dapat dikatakan bahwa Hukum Mad adalah hukum yang mengatur panjang bacaan di dalam Al-Qur’an.

Sebelum membahas lebih jauh tentang Hukum Mad, ada baiknya mengenal sedikit tentang “ketukan” dalam membaca Al-Qur’an:

 Panjang suara atau bacaan yang dipakai harus rata, tetap, dan teratur.

 Huruf berharakat fathah dan fathatan ( ـــًــ ); dhammah dan dhammatain ( ــٌــ ) ; kasrah dan kasratain ( ـــٍـــ ) dibaca 1/2 alif atau 1 harakat (ketukan)

 Huruf yang mengandung Hukum Izhar harus dibaca 1 harakat

 Huruf yang mengandung dengung (ghunnah) seperti Idgham Bighunnah, Iqlab, Ikhfa dibaca antara 1 alif hingga 1 1/2 alif atau sekitar 2 hingga 3 harakat

 Huruf ber-tasydid dibaca 2 harakat.

Di dalam hukum-hukum Mad, jika aturannya harus dua harakat, maka harus dibaca 2 harakat secara rata, tetap dan teratur. Jika 6 harakat harus dibaca 6 harakat.

Apabila aturannya harus 6 harakat, namun dibaca 2 harakat sehingga menyebabkan terjadinya perubahan makna pada kata/kalimat, maka hukum bacaan tersebut adalah haram.

Hukum MAD terdiri dari 2 cabang, yaitu Mad Thobi’i (Mad Ashli) dan Mad Far’i. Mad Far’i terbagi lagi menjadi 11 cabang:

1. Mad Jaiz Munfashil

2. Mad Wajib Mutthashil

3. Mad Arid Lissukun

4. Mad Badal

5. Mad Tamkin

6. Mad Lin / Mad Layin

7. Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal

8. Mad Lazim Kilmi Mukhaffat 9. Mad Iwadh Anit Tanwin

10. Mad Lazim Harfi Mutsaqqal 11. Mad Lazim Harfi Mukhaffat

(20)

Hukum Mad Thobi’i (Ashli)

Mad Thobi’i adalah salah satu cabang dari Hukum Mad. Mad Thobi’i artinya biasa atau alami, yaitu tidak kurang dan tidak lebih. Dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat.

Di dalam ilmu tajwid, Mad Thobi’i sering disebut juga dengan Mad Ashli, artinya asal-muasal atau asal mula kejadian, dan merupakan kunci dasar dalam mempelajari hukum-hukum Mad Far’i.

Mad Thobi’i berlaku apabila:

huruf berharakat Fathah ( ــَــــ ) bertemu dengan huruf Alif ( ا );  huruf berharakat Kasrah ( ـــِـــــ ) bertemu huruf Ya Sukun ( ْي );

dan Dhammah ( ــــــُـــــــ ) bertemu Waw sukun ( ْو )  maka huruf-huruf tersebut dibaca panjang dua harakat.

(21)
(22)

Huruf Hijaiya yang menggunakan tanda baca Superscript Alif/Alif Kecil di atas ( ٰ◌ ), Subscript Alif/Alif Kecil di bawah ( ٖ◌ ), Inverted Dhummah/Waw Kecil Terbalik di atas ( ٗ◌ ), juga merupakan tanda baca Mad Thobi’i dan wajib dibaca

panjang 2 harokat.

Akan tetapi yang perlu diingat, Hukum Mad Thobi’i tidak berlaku untuk huruf Alif. Apabila terjadi pertemuan antara:

huruf Alif berharakat Fathah ( ــَــــ ) bertemu dengan huruf Alif ( ا ), Alif berharakat Kasrah ( ـــِـــــ ) bertemu huruf Ya Sukun ( ْي );

dan Alif berharakat Dhammah ( ــــــُـــــــ ) bertemu Waw sukun ( ْو ),  maka yang berlaku adalah Hukum Mad Badal <—- silahkan klik !

Hukum Mad Badal seringkali dianggap sebagai Mad Thobi’i, karena pertemuan hurufnya yang sama, yaitu Alif. Dan huruf Alif sendiri – untuk mushaf standar Indonesia – memiliki beragam nama.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda, “Jibril membacakan (Al-Quran) kepadaku dengan satu huruf (dialek) dan aku terus saja meminta tambahan hingga akhirnya berhenti sampai pada tujuh huruf.” (HR Bukhari dan Muslim)

(23)

Hukum Mad Jaiz Munfashil

Mad Jaiz Munfashil adalah salah satu cabang dari Hukum Mad Far’i.

 Jaiz artinya boleh.

 Munfashil artinya di luar kata atau terpisah

Mad Jaiz Munfashil berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ــــــَــــــ ا ; ْي ــــــِـــــــ ; ْو ـــــــُـــــــ ) bertemu dengan huruf Alif

berharakat Fathah, Kasrah, atau Dhammah ( َا – ِا – ُا )

Cara membacanya boleh panjang 2 harakat, 4 harakat, atau 6 harakat.

Di dalam pengertian hukum Mad, sudah dijelaskan bahwa panjang setiap harakat harus rata, tetap dan teratur. Jika dari awal membaca Al-Quran telah memilih untuk Mad Jaiz Munfashil dengan panjang 2 harakat, maka seluruh kalimat/kata Mad Jaiz Munfashil selanjutnya harus dibaca 2 harakat. Jika dari awal bacaan Mad Jaiz Munfashil 4 harakat, maka bacaan Mad Jaiz Munfashil berikutnya harus 4 harakat.

Kalimat/kata yang mengandung Hukum Mad Jaiz Munfashil, umumnya dibaca 4 atau 6 harakat, untuk membedakan antara bacaan Mad Thobi’i dengan bacaan Mad Jaiz Munfashil. Namun, untuk amalan-amalan yang membutuhkan tempo (ketukan) yang cepat atau bacaan murottal, seringkali Mad Jaiz Munfashil dibaca hanya 2 harakat, misalnya pembacaan Surah Yaasiin atau doa-doa sesudah sholat.

Di dalam Al-Quran, Mad Jaiz Munfashil diberi tanda garis tipis melengkung di bagian atas huruf Mad Thobi’i atau

(24)

Ada sejumlah buku-buku agama Islam seperti buku doa-doa, wirid, dan amalan-amalan lainnya, tidak memberikan tanda garis melengkung pada hukum Mad Jaiz Munfhasil.

(25)

Contoh Hukum Mad Jaiz Munfashil

****************************** WASHAL

Hukum Mad Jaiz Munfashil tetap berlaku sekalipun saat ingin me-washal-kan (menyambungkan) kalimat. LIHAT GAMBAR DI BAWAH

Huruf HA’ Mad Thobi’i ( ﺎَﮭﯨ ) ketika bertemu dengan huruf Alif (pada saat washal) yang berlaku adalah hukum Mad Jaiz Munfashil bukan Hukum Mad Thobi’i

(26)

Penting !!!

Mesti hati-hati apabila ingin mewashalkan kalimat (menyambungkan antara ayat yang satu dengan ayat berikutnya), khususnya untuk huruf Alif.

Huruf Alif untuk mushaf standar Indonesia memiliki banyak nama, dan terikat dengan hukum-hukum.

Jadi, sebelum mewashalkan kalimat di dalam Al-Quran, apabila bertemu dengan huruf Alif, lihat apakah ada tanda GARIS LENGKUNG di atas huruf Mad Thobi’inya atau tidak. Jika tidak ada, maka sebaiknya berhati-hati dalam mewashal, kecuali Anda sudah mengetahui perbedaan antara Hukum Hamzah Qatha dan Hamzah Washal. Pada contoh surah Ash-shams ayat 11- 12 untuk huruf Alif berwarna merah di atas – di dalam Ilmu Tajwid – diberi nama dengan HAMZAH QATHA,

Hamzah Qatha dan Hamzah Washal untuk mushaf standar Indonesia bentuknya adalah Huruf Alif. Insya Allah, ini juga akan dibahas secara detil di IlmuTajwid.com.

Berhenti karena kehabisan nafas di tengah kalimat (Waqof Idhthirari)

Perlu digarisbawahi bahwa Mad Jaiz Munfashil hanya berlaku apabila kalimat atau kata yang dibaca masih dalam satu nafas antara Mad Thobi’i dan Huruf Alif. Jika bacaan berhenti sebelum huruf Alif bertemu dengan Mad Thobi, maka yang berlaku adalah Hukum Mad Thobi’i, yaitu harus dibaca panjang 2 harakat. Biasanya ini terjadi pada ayat-ayat yang panjang. Pembaca Al-Quran sudah kehabisan nafas sebelum sampai diujung ayat-ayat atau di tempat tanda berhenti (wakof).

Terpaksa berhenti di tengah ayat ini disebut dengan Waqof Idhthirari ( ف ﻗو يرارﻁ ﺿا ), akan dibahas di dalam pembagian Waqof.

PENTING !!!

Apabila ingin berhenti di tengah ayat, diusahakan jangan berhenti di hukum Mad Jaiz Munfashil, karena ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna – akan menjadi sebuah kekeliruan – ketika huruf Mad Thobi’i belum bertemu dengan huruf Alif, lalu dibaca panjang 6 harakat. Cara berhenti seperti Ini disebut

(27)

dengan Wakof Qabiih atau Waqof Jelek ( ف ﻗو ﺢ ﯾﺑﻗ ), yaitu memberhentikan bacaan secara tidak sempurna.

 Pada Surah Ash-Shams di atas, apabila ingin berhenti di Tanda Wakof, maka Huruf HA’ ( ﺎَﮭﯨ ) hanya dibaca 2 harakat. Namun dapat dibaca panjang hingga 6 harakat, apabila diwashalkan dengan ayat selanjutnya, karena terjadinya pertemuan Mad Thobi’i dengan huruf Alif.

 Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Munfashil artinya di luar kata, atau terpisah. Maksudnya huruf Alif pada Mad Jaiz Munfashil memiliki kaitan erat dengan huruf berikutnya, dan huruf Mad Thobi’i pada Hukum Mad Jaiz Munfashil berkaitan erat dengan huruf sebelumnya. Mad Jaiz Munfashil adalah kebalikan dari Mad Muttashil.

Maka, sebaiknya dihindari berhenti di Mad Jaiz Munfashil, atau jika memang terpaksa lebih baik berhenti di huruf Mad Thobi’i (jangan ditemukan dengan huruf Alif / sekalipun ada tanda garis lengkung di atas huruf Mad Thobi’i-nya), sehingga cukup dibaca panjang 2 harakat.

(28)

Hukum Mad Wajib Muttashil

Mad Muttashil atau Mad Wajib, sering disebut juga dengan Mad Wajib Muttashil merupakan salah satu cabang dari Hukum Mad Far’i

 Mad merupakan panjang bacaan

 Wajib adalah harus

 Mutthashil artinya bersambung.

Hukum Mad Wajib Muttashil adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ــــــَــــــ ا ; ْي ــــــِـــــــ ; ْو

ـــــــُـــــــ ) bertemu dengan huruf Hamzah berharakat Fathah / Fathatain, Kasrah / Kasratain, atau Dhammah / Dhammatain ( َء / ًء – ِء / ٍء – ُء / ٌء ). Kuncinya adalah Huruf Mad Thobi’i dan Hamzah dalam keadaan bersambung atau dalam satu kata .

Panjang bacaan Hukum Mad Wajib Muttashil adalah harus 6 harakat (tidak dapat ditawar).

Di dalam Al-Quran, Hukum Mad Muttashil diberi tanda (simbol) garis lengkung tebal yang mirip dengan gambar pedang, yang diletakkan di atas huruf Mad Thobi’i atau berada di antara Huruf Mad Thobi’i dan Hamzah.

Perbedaan antara Mad Mutthashil dan Mad Jaiz Munfashil

Simbol Mad Muttashil adalah garis lengkung tebal mirip dengan gambar pedang,

 Sedangkan Mad Jaiz Munfashil adalah garis lengkung yang lebih tipis mirip seperti gambar cacing

 Mad Muttashil harus dibaca 6 harakat, sedangkan Mad Jaiz Munfashil boleh 2, 4, atau 6 harakat.

 Mad Muttashil adalah pertemuan Mad Thobi’i dengan Hamzah, sedangkan Mad Jaiz Munfashil adalah pertemuan Mad Thobi’i dengan huruf Alif.

(29)

Contoh Hukum Mad Muttashil:

*** Jika belum mengetahui kenapa di dalam tulisan latin pada contoh di atas ditulis mayya bukan man ya,

silahkan baca Hukum Idgham Bighunnah.

******************

Contoh bacaan Mad Wajib Muttashil di dalam Al-Quran:

Huruf O, seperti thoriiqoti pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya huruf Latin tersebut ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu thariiqati.

(30)

Hukum Mad Arid Lissukun

Hukum Mad Arid Lissukun adalah salah satu cabang dari hukum Mad Far’i, sebagaimana Hukum Mad Jaiz Munfashil dan Mad Mutthashil, kunci untuk mengingat Mad Arid Lissukun adalah Hukum Mad Thobi’i.

Mad Arid Lissukun adalah cara memanjangkan bacaan pada saat berhenti (wakof) – baik di akhir maupun di tengah ayat. Memutuskan bacaan di tengah ayat karena terpaksa disebut WAQOF IDHTHIRARI – dan memutuskan bacaan di tengah ayat pada saat pertemuan huruf Mad Arid Lissukun, bukan termasuk wakof jelek yang dapat merusak makna ( Waqof Qobih / ف ﻗو ﺢ ﯾﺑﻗ ). Insya Allah, nanti akan kami bahas secara detil di dalam pembagian wakof ( ف ﻗو ).

 Mad adalah panjang bacaan

 Arid artinya yang bertemu

 Lis artinya karena

 Sukun artinya mati

Hukum Mad Arid Lissukun berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ــــــَــــــ ا ; ْي ــــــِـــــــ ; ْو ـــــــُـــــــ ) bertemu dengan huruf (hidup) berbaris Fathah, Fathatain, Kasra, Kasratain, Dhammah dan Dhammatain (

ـــــٌـــــــــــٍــــــــــــًـــــــــــــُــــــــِـــــــــَــــــ ) yang berada di dalam satu kata/kalimat.

Panjang bacaan Mad Arid Lissukun boleh 2, 4, atau 6 harakat.

Cara membacanya yaitu dipanjangkan terlebih dahulu huruf Mad Thobi’i , kemudian huruf yang terakhir mengunci bacaan (dimatikan) atau jangan didengungkan.

Contoh :

INGAT!

Huruf yang terakhir mengunci bacaan (dimatikan), dan jangan dihidupkan atau didengungkan.

Kecuali, huruf terakhir tersebut di atasnya ada tanda Tasydid, maka yang berlaku adalah Hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal.

(31)

Contoh bacaan Mad Arid Lissukun di dalam Al-Quran

Huruf O, seperti taro atau robbuka pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu tara atau rabbuka .

Huruf diwarnai orange adalah letak-letak dimana pembaca boleh meneruskan bacaan, ketika berhenti di kata

Thoyyibaat.

(32)

Pada saat membaca suatu ayat, terus ingin berhenti di tengah karena terpaksa , misal karena kehabisan nafas , ada beberapa hal yang perlu diketahui:

Mad Arid Lissukun tidak berlaku untuk pertemuan Mad Thobi’i dengan huruf Alif dan Hamzah.

o Apabila bertemu dengan huruf Alif, maka yang berlaku adalah Hukum Mad Jaiz Munfashil. Sebelumnya sudah dibahas, bahwa mesti berhati-hati ketika ingin berhenti di hukum Mad Jaiz Munfashil, sekalipun dalam keadaan terpaksa, karena ini dapat mengubah makna bacaan.

o Apabila bertemu dengan huruf Hamzah, maka yang berlaku adalah waqof dengan cara Mad Wajib Muttashil. Sekalipun sama-sama 6 harakat, yang membedakan adalah hukum Mad yang digunakan. Mad Arid Lissukun boleh 2, 4, atau 6 harakat, sementara Mad Wajib Mutthashil harus 6 harakat.

(33)

Hukum Mad Lin / Mad Layyin

Mad Lin atau sering disebut juga Mad Layyin merupakan salah satu cabang dari hukum Mad Far’i. Kunci mengingat Hukum Mad Lin adalah huruf Waw dan Ya, hampir sama dengan Hukum Mad Thobi’i, tapi yang membedakan adalah tanda baris (harakat), dan Hukum Mad Lin tidak berlaku untuk huruf Alif.

 Lin artinya lembut atau lunak

Mad Lin berfungsi pada saat bacaan berhenti di tanda wakof di ujung ayat ( usul-ayah / سوا ﺔ ﯾﻻا ) dan juga berlaku sekalipun saat ingin berhenti di tengah ayat karena terpaksa ( Waqof Idhthirari / ف ﻗو ىرارﻁ ﺿا ) . Sama seperti

Hukum Mad Arid Lissukun, memutuskan bacaan di tengah ayat pada saat pertemuan huruf Mad Lin, bukan

termasuk wakof jelek yang dapat merusak makna ( Waqof Qobih / ف ﻗو ﺢ ﯾﺑﻗ ). Insya Allah kelak akan dijelaskan di dalam pembagian Wakof.

Hukum Mad Lin berlaku apabila huruf berbaris Fathah ( ــــــــــــَــــــــــــــــــ ) bertemu dengan huruf Waw Sukun ( ْو ) dan Ya Sukun ( ْي ), dan berada dalam satu kata/kalimat dengan satu huruf setelahnya. Artinya, jika terdapat lebih dari satu huruf setelahnya, maka tidak terjadi hukum Mad Lin.

Cara membacanya adalah dengan membaca huruf berbaris Fathah terlebih dahulu, lalu langsung disambung dengan Waw sukun atau Ya sukun (dibaca panjang), setelah itu dikunci dengan huruf sesudahnya.

Panjang bacaan Mad Lin boleh 2 harakat, 4 harakat, atau 6 harakat (pilih salah satu), sebagaimana sudah dijelaskan di dalam pengertian hukum Mad, bahwa panjang bacaan harus konsisten (rata, tetap, dan teratur).

(34)

Contoh Bacaan Mad Lin / Mad layyin dalam Al-Quran

Huruf O, seperti robbul pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya huruf Latif tersebut ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu rabbul

(35)

SEKALI LAGI PERLU DIINGAT !!

Hukum Mad Lin terjadi karena berada dalam satu kata/kalimat dengan SATU HURUF setelahnya.

Jika LEBIH DARI SATU HURUF setelah Fathah bertemu Waw Sukun atau Ya Sukun, maka hukum Mad Lin tidak berlaku

(36)

Ghunnah Musyaddadah

Ghunnah Musyaddadah ( ُﺔﱠﻧُﻏ ٌة َد ﱠدَﺷُﻣ ) adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim dan Nun dalam keadaan bertasydid ( ّن / ّم ) .

 Ghunnah artinya dengung; suara yang terdengar jelas dan nyaring yang keluar dari pangkal hidung (khaisyum)

 Musyaddadah artinya bertasydid

Tasydid yang ada di dalam Ghunnah Musyaddadah adalah Tasydid Ashli , bukan Tasydid Hukum sebagaimana yang ada di dalam Hukum Idgham Bighunnah atau Bilaghunnah. Silahkan baca mengenai Tanda Tasydid <—- KLIK DI SINI ! Cara membaca Ghunnah Musyaddadah adalah membaca terlebih dahulu HURUF sebelum MIM/NUN bertasydid ( ّن / ّم ) , kemudian HURUF tersebut masuk ke tanda tasydid ( ّن / ّم ) – lalu huruf ّن / ّم langsung didengungkan secara jelas ke pangkal hidung (khaisyum), sekitar 1 1/2 Alif atau sekitar 2 – 3 harakat.

sehingga ada alunan innn.. / unnn… / annn… atau immm.. / ummm.. / ammm..

Di dalam Al-Quran, Ghunnah Musyaddadah dapat berada di awal ayat, di tengah ayat, maupun di ujung ayat.

(37)

Contoh Ghunnah Musyaddadah di awal ayat di dalam Al-Quran :

***********************************

Ghunnah Musyaddadah di Samping Tanda Waqof / di Ujung Ayat

Ghunnah Musyaddadah juga dapat terjadi di ujung ayat atau di tengah ayat yang letaknya berada disamping tanda Wakof.

Cara mengunci bacaan ketika huruf terakhirnya mengandung Hukum Ghunnah Musyaddadah adalah tetap didengungkan, karena jika langsung dikunci maka Tanda Tasydid dari huruf tersebut akan hilang.

Jadi, cara mengunci bacaannya adalah cukup didengungkan = nnn… atau mmm…… 1 1/2 Alif atau sekitar 2 – 3 harakat

Lihat contoh surah Al-Anbiyaa Ayat 88 dibawah ini.

Di tengah ayat terdapat Ghunnah Musyaddadah, yaitu huruf Mim Bertasydid disamping tanda Waqof Tho ( ﻁ ). Waqof Tho adalah Wakof Mutlaq, yaitu wajib berhenti, Insya Allah akan dibahas di dalam pembagian waqof.

(38)

Huruf O, seperti ro-aa atau qomiishohuu pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

(39)

Tasydid Hukum dan Tasydid Ashli

TASYDID ( دﯾد ﺷﺗ )

Tasydid adalah tanda baca (harakat) berbentuk kepala dari huruf sin ( س ) atau mirip seperti huruf w. Tasydid adalah

simbol penekanan pada suatu konsonan ganda, atau sebuah tanda baca yang terjadi karena pertemuan (pengulangan) dari sebuah huruf yang sama.

Panjang bacaan untuk huruf bertasydid umumnya adalah 1 alif atau sekitar 2 harakat. Namun dapat dibaca lebih panjang lagi, seperti Tasydid yang ada di dalam Hukum Ghunnah Musyaddadah. Dan akan lebih tebal (panjang) pantulannya ketika masuk ke dalam Hukum Qolqolah Kubro ( qolqolah yang berhenti karena tanda waqof).

Surah AL-Lahab : pada Ayat 1 di ujung ayat – huruf Ba bertasydid ( ﱠب ) dan pada ayat 2 tidak memakai tasydid ( َب ).

Cara membaca ayat 1 : watab.. (jeda/space) baru qolqalah-nya masuk b’. watab..b’

(40)

Pada Surah Al-Lahab ayat 2, karena huruf Ba tidak memiliki tasydid, maka langsung saja dibaca kasab’ Pantulan huruf qolqolah-nya lebih cepat dibanding ayat 1.

********************

Tasydid terdiri dari 2 macam, yaitu: 1. Tasydid Hukum

2. Tasydid Ashli

Tasydid Hukum adalah tasydid yang diberikan karena adanya HUKUM PERTEMUAN atau PELEBURAN antara huruf/kata yang satu dengan huruf/kata berikutnya – berada di tengah ayat atau pada saat washal – seperti tasydid yang ada di dalam hukum-hukum Idgham:

1. Idgham Bighunnah, 2. Idgham Bilaghunnah, 3. Idgham Mutajanisain, 4. Idgham Mutaqaribain, 5. Idgham Mutamatsilain, 6. Idgham Mitslain.

Di dalam suatu ayat di Al-Quran – Tasydid Hukum dapat terjadi dalam suatu kata/kalimat dan dapat pula terjadi pada kata/kalimat yang terpisah.

Tasydid Hukum seringkali dianggap sebagai simbol atau penandaan yang tidak mesti ada di dalam Al-Quran. Beberapa mushaf bahkan tidak menuliskan tanda Tasydid Hukum. Tapi untuk Al-Quran standar Indonesia umumnya sudah ditulis.

Namun perlu diketahui, perkembangan saat ini, sudah bermunculan penerbit-penerbit di Indonesia yang mencetak Al-Quran yang berbeda dari umumnya, seperti berbeda bentuk tanda harakat, tanda wakaf, dan tanda baca. Salah satunya adalah tidak dituliskannya tanda Tasydid Hukum di dalam hukum-hukum Idgham.

(41)

CONTOH TASYID HUKUM : Nun Sukun bertemu huruf Ya – pada Hukum Idgham Bighunnah

Sementara Tasydid Ashli adalah tasydid yang diberikan sesuai dengan asal-muasalnya, atau bukan karena Hukum Pertemuan/Peleburan Huruf/Kata. Berada di dalam satu kata/kalimat.

Tasydid Ashli mesti ada di dalam Al-Quran, berbeda dengan Tasydid Hukum, karena apabila Tasydid Ashli tidak ditulis dapat menyebabkan kekeliruan yang sangat fatal.

Tasydid Ashli dapat berarti DUA HURUF yang sama sifat dan mahrajnya yang berada dalam satu kata/kalimat, dan DIJADIKAN SATU HURUF BERTASYDID; asal muasalnya adalah satu huruf dalam keadaan sukun, dan satu lagi memiliki baris/harakat (dapat berupa Fathah, Fathatain, Kasrah, Kasratain, Dhammah dan Dhammatain).

CONTOH TASYDID ASHLI: Huruf Nun Bertasydid dan Mim Bertasydid – pada Hukum Ghunnah Musyaddadah Perlu diketahui juga, bahwa huruf-huruf yang memiliki Tasydid Ashli dapat mempengaruhi huruf di belakang dan di depannya, sehingga terjadilah pertemuan hukum-hukum yang beragam. Misalnya, pertemuan Mad Thobi’i dengan

Ghunnah Musyaddadah yang terjadi di dalam hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal.

LIHAT GAMBAR DI BAWAH INI !

DUA HURUF yang sama sifat dan mahrajnya yang DIJADIKAN SATU HURUF BERTASYDID satu sukun dan satu lagi memiliki baris/harakat

(42)

Dzar…roh wakadz…dzab’ wahush…shila tab…bat

Contoh gambar di atas, apabila sudah mengerti akan memudahkan dalam mempelajari Hukum Hamzah Washal dan Hamzah Qatha (Insya Allah akan dibahas secara detil di IlmuTajwid.com ).

(43)

Hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal (Muthawwal)

Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal atau sering disebut Mad Lazim Muthawwal adalah salah satu cabang dari 11 Hukum Mad Far’i. Sebagaimana hukum-hukum Mad Far’i lainnya, kunci untuk mengingat Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal adalah

hukum Mad Thobi’i.

 Lazim artinya pasti / wajib

 Kilmi / kalimi artinya perkataan; mad terjadi karena berada di dalam suatu perkataan (kata)

 Mutsaqqal artinya diberatkan; berat cara mengucapkannya

 Sedangkan Muthawwal artinya dipanjangkan

Hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal berlaku apabila huruf Mad Thobi’i ( ــــــَــــــ ا ; ْي ــــــِـــــــ ; ْو ـــــــُـــــــ ) bertemu dengan huruf bertasydid ( ــــــــّــــــــــــ ).

Tasydid yang dimaksud di dalam hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal adalah Tasydid Ashli, bukan Tasydid Hukum. Jika masih bingung dengan pengertian Tasydid Hukum dan Tasydid Ashli, silahkan baca tentang pengertian Tanda Tasydid

<— (Silahkan klik)

Panjang bacaan Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal adalah wajib 6 harakat (tidak dapat ditawar), sama seperti hukum Mad Wajib Muttashil. Kedua hukum ini memiliki tanda (simbol) garis lengkung tebal seperti gambar pedang.

Tanda “Pedang” di dalam Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal diletakkan di atas – antara Huruf Mad Thobi’i dan berhuruf bertasydid.

Cara membacanya – terlebih dahulu memanjangkan huruf Mad Thobi’i sekitar 6 harakat, kemudian masuk ke huruf bertasydid.

(44)

********

Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal bertemu dengan Ghunnah Musyaddadah

Silahkan lihat perbedaan hukum pada contoh di bawah ini:

 Huruf Jim Mad Thobi’i bertemu hamzah = Mad Wajib Muttashil

 Huruf Tho Mad Thobi’i bertemu huruf Mim bertasydid = Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal

(45)

Huruf O, seperti huruf tho atau kubroo pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya huruf Latin tersebut ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu thaaaaaa atau kubraa.

******************

Contoh Mad Lazim Kilmi Musaqqal di dalam Al-Quran

(46)
(47)

Hukum Mad Badal

Mad Badal adalah salah satu cabang dari hukum Mad Far’i yang pertemuan huruf-nya sama dengan hukum Mad Thobi’i, dan seringkali dianggap sebagai hukum Mad Thobi’i.

Sempat disinggung di hukum Mad Jaiz Munfashil bahwa huruf ALIF pada mushaf standar Indonesia memiliki banyak nama. Salah satunya adalah Alif sebagai hukum Mad Badal.

Untuk mengingat hukum Mad Badal adalah dengan memahami hukum Mad Thobi’i. Jika sudah paham, maka dikecualikan adalah huruf Alif.

Mengenai panjang bacaan, terdapat perbedaan sedikit antara Qira’at Imam Hafhs dan Imam Warsyih, yang akan dibahas di bagian bawah.

Alif sebagai Hukum Mad Badal untuk mushaf standar Indonesia

Pada Mushaf Timur Tengah (Arab Saudi) tidak ada huruf seperti gambar di atas.

Bandingkan dengan gambar di bawah yang merupakan huruf Mad Badal pada mushaf Timur Tengah.

Dilihat dari bentuk huruf pada mushaf Timur Tengah, maka Mad Badal sebenarnya adalah huruf Hamzah atau Hamzah-Alif atau pergantian dua huruf hamzah yang bertemu / berada dalam satu kata.

Mulanya, mushaf standar Indonesia masih menggunakan huruf Hamzah-Alif ( إ ), namun saat ini sudah

distandarisasikan menjadi huruf Alif. Sehingga terjadi kesamaan antara huruf Alif sebagai huruf berharakat (fathah, kasrah, dhammah), Alif sebagai hukum Mad Badal, Alif sebagai pembentuk hukum Mad (panjang bacaan), Alif sebagai washal (penghubung kata/kalimat).

(48)

Dari dua perbedaan ini, bukanlah sesuatu yang mengherankan jika ada yang mengatakan bahwa huruf Alif pada hukum Mad Badal di Indonesia sama dengan huruf Hamzah di Arab Saudi.

ء = ا

************ Pengertian Mad Badal

 Badal artinya ganti

Makna “ganti” disini merujuk pada rumusan tajwid mushaf Timur Tengah.

Mad Badal adalah perpanjangan suara pada huruf Hamzah, sebagai pengganti huruf Hamzah yang dihilangkan, yaitu :

Panjang bacaan huruf Hamzah berbaris Fatha apabila bertemu dengan Hamzah Sukun ( ا َء ) asal mulanya أ َء ;

Panjang bacaan huruf Hamzah berbaris Kasrah apabila bertemu dengan huruf Ya Sukun ( يِإ ) asal mulanya

ئِإ ;

Panjang bacaan huruf Hamzah berbaris Dhammah apabila bertemu dengan huruf Waw Sukun ( وُأ ) asal mulanya ؤُأ

Sekadar mengenal huruf Mad Badal pada mushaf Timur Tengah

Mad Badal berbaris Fatha = ا َء

Mad Badal berbaris Kasrah = يِإ Mad Badal berbaris Dhammah = وُأ UNTUK MUSHAF STANDAR INDONESIA

kunci untuk mengingat hukum Mad Badal adalah dengan memahami hukum Mad Thobi’i. Jika sudah paham, maka dikecualikan adalah huruf Alif.

huruf Alif berharakat Fat’ha ( ــَــــ ) bertemu dengan huruf Alif ( ا ) atau Alif kecil di atas huruf Alif;  huruf Alif berharakat Kasrah ( ـــِـــــ ) bertemu huruf Ya Sukun ( ْي ) atau Alif kecil di bawah huruf Alif;

dan Alif berharakat Dhammah ( ــــــُـــــــ ) bertemu Waw sukun ( ْو ) / Waw kecil terbalik (mirip angka 6) di atas

(49)

Contoh Mad Badal di dalam Al-Quran

(50)

***************

Bagaimana jika pada mushaf standar Indonesia terdapat huruf Alif tanpa harakat di belakang huruf Hamzah atau bentuk yang sama dengan Mad Badal pada mushaf Timur Tengah –> [ ا َء ] … ?

PENTING !!!

Mushaf standar Indonesia tidak lagi menggunakan huruf Hamzah-Alif untuk hukum Mad Badal.

Apabila terdapat pertemuan huruf Hamzah berharakat Fathah dengan Alif tanpa baris – yang sama bentuknya dengan hukum Mad Badal pada mushaf Timur Tengah –> [ ا َء ] ) , maka Alif tersebut bukan Alif sebagai hukum Mad (tidak dibaca panjang), akan tetapi Alif sebagai Hamzah Washal (Insya Allah akan dibahas di ilmutajwid.com ). Contoh:

Pada mushaf standar Indonesia, huruf Hamzah adalah salah satu huruf Mad Thobi’i, bukan huruf Mad Badal. Baik mushaf standar Indonesia maupun Timur Tengah, huruf Hamzah Mad Thobi’i berbaris Fathah, ditandai dengan huruf alif kecil di atasnya untuk menghindari kekeliruan

(51)

*****************

Persamaan Mad Badal dan Mad Thobi’i

Di atas sudah dijelaskan bahwa hukum Mad Badal seringkali dianggap sebagai hukum Mad Thobi’i, karena pertemuan hurufnya yang sama.

 Dan Mad Badal apabila bertemu dengan huruf bertasydid akan menjadi hukum Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal,

sama seperti ketika Mad Thobi’i bertemu dengan huruf bertasydid, silahkan baca –> Mad Lazim Kilmi Mutsaqqal.

 Mad Badal juga seringkali dianggap sebagai hukum Mad Thobi’i, karena ketika bertemu dengan huruf Lam sukun , akan menjadi hukum Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf (akan dibahas).

Panjang Bacaan dan Imam Qira’at

Ada 2 pilihan untuk panjang bacaan Mad Badal, yaitu 2 harakat dan 6 harakat.

Indonesia umumnya menggunakan qira’at imam Hafhs, yaitu cukup dibaca panjang 2 harakat. Perlu diketahui bahwa IlmuTajwid.com berpegang pada Imam Hafhs.

Sedangkan Imam Warsyih untuk hukum Mad Badal, boleh dibaca panjang hingga 6 harakat.

(52)

Dalam suatu riwayat, Umar bin Khattab ra berkata, “Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surah Al-Furqan dengan cara berbeda dari yang aku baca sebagaimana Rasulullah membacakannya kepadaku. Hampir saja aku mau bertindak terhadapnya, namun aku biarkan sejenak hingga ia selesai membaca.

Setelah itu, aku ikat dia dengan kainku lalu aku giring ia menghadap Rasulullah. Aku sampaikan kepada beliau, ‘Aku mendengar ia membaca Al-Qur’an tidak sama dengan aku, sebagaimana Anda membacakannya kepadaku.’ Maka beliau berkata kepadaku, ‘Bawalah ia kemari.’ Kemudian beliau berkata kepadanya, “Bacalah.’ Maka ia membaca. Beliau kemudian bersabda, ‘Begitulah memang yang diturunkan.’

Kemudian beliau berkata kepadaku, ‘Bacalah!’ Maka aku membaca. Beliau bersabda, ‘Begitulah memang yang diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah oleh kalian mana yang mudah.’ ” ( HR Bukhari dan Muslim )

QIRA’AT

Qira’at merupakan bentuk pengucapan kalimat/kata di dalam Al Qur’an, termasuk perbedaan dialek yang bersumber dari Rasulullah SAW.

Tiap-tiap Qiraat yang dikenalkan oleh seorang Imam memiliki kaidah-kaidah dialektika tertentu dan juga memiliki rumusan-rumusan tajwid yang berbeda untuk tujuan membaguskan bacaan.

Qira’at dan tajwid merupakan dua ilmu yang berbeda tetapi sangat berkaitan erat. Ilmu Qira’at mengenai bentuk pengucapan dan dialektika, sedangkan ilmu tajwid bagaimana mengucapkan dengan baik dan benar.

(53)

Imam Hafhs adalah perawi dari Imam Ashim (Abu Bakar bin Najub Al Asadi).

Imam Ashim belajar dari Abi Abdirrahman Abdullah bin Ubaid As Sulami, Abdurrahman menerima dari Abdullah bin Mas’ud, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit, dan para sahabatnya tersebut menerima dari Rasulullah SAW. Selain Hafhs , Imam Ashim juga memiliki seorang perawi yaitu Syu’bah.

Imam Warsyih adalah perawi Imam Nafi’ (Naji bin Abu Na’im).

Imam Nafi’ belajar dari tujuh orang guru dari tabi’in, di antaranya ialah Zaid bin Al Qa’qa Syaibah bin Nashah, dan Abdurrahman bin Turmuz. Guru-guru Imam Nafi tersebut belajar kepada Abdullah bin Abbas, Ubay bin Ka’ab dan sampai kepada Rasulullah SAW. Imam Nafi’ juga memiliki seorang perawi bernama Walun (Abu Musa bin Mina). **********************************

(54)

Hukum Mad Iwadh

Mad Iwadh Anit Tanwin atau sering disebut Mad Iwadh adalah salah satu cabang dari Hukum Mad Far’i yang berlaku untuk huruf Mad Thobi’i berbaris Fathatain.

 Iwadh artinya ganti ; waqof pada huruf Alif pengganti dari fathatain

Sama seperti hukum Mad Lin dan Mad Arid Lis Sukun — Mad Iwadh merupakan hukum mad yang berlaku pada saat bacaan berhenti (wakof) — baik di ujung maupun di tengah ayat. Bacaan yang berhenti (terputus) di tengah ayat karena terpaksa disebut WAKOF IDHTHIRARI – dan memutuskan bacaan di tengah ayat di hukum Mad Iwadh , bukan termasuk wakof jelek yang dapat merusak makna ( Waqof Qobih / ف ﻗو ﺢ ﯾﺑﻗ ). Insya Allah, nanti akan kami bahas secara detil di dalam pembagian wakof ( ف ﻗو ).

Panjang bacaan Mad Iwadh adalah 1 alif atau 2 harakat. Dan cara membacanya adalah dengan menghilangkan tanwin menjadi huruf ashli, seperti cara membaca hukum Mad Thobi’i.

Contoh Mad Iwad di dalam Al-Quran :

Huruf O, seperti Ghor atau Qoo pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya huruf Latin tersebut ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu ghar qaa.

(55)

Mad Iwadh hanya berlaku hanya ketika bacaan berhenti atau wakof. Apabila bacaan dalam keadaan sambung (washal), maka hukum Mad Iwadh tidak berlaku.

Sebagaimana hukum Tanwin, Mad Iwadh tidak berlaku apabila:

Bertemu dengan huruf Mim, Nun, Waw dan Ya ( ي ـ و ـ ن ـ م ), maka akan berlaku hukum Idgham Bighunnah;

Bertemu dengan huruf Lam dan Ro ( ر – ل ), maka akan berlaku hukum Idgham Bilaghunnah ;

Bertemu dengan huruf Ba ( ب ), maka akan berlaku hukum Iqlab ;

Bertemu dengan huruf Alif, ‘Ain, Ghain, Ha, Kha, Ha + Hamzah ( ا – ع – غ – ح – خ – ﮬ – ء ), maka akan berlaku hukum Izhar Halqi ;

 Dan akan dibaca dengung apabila bertemu dengan 15 huruf Ikhfa Haqiqi ;

Huruf berwarna Ungu pada gambar di atas, adalah pertemuan Tanwin dengan huruf Ya, maka berlaku hukum Idgham Bighunnah, yaitu dibaca bayya.

(56)

Hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf

Mad Lazim Harfi Mukhaffaf adalah bagian dari hukum Mad Far’i yang terjadi pada huruf-huruf tunggal pada permulaan surah-surah di dalam Al-Qur’an. Dan hanya dibaca nama huruf-nya saja.

 Lazim artinya harus / wajib

 Harfi artinya huruf; mad terjadi karena huruf ( bukan pada kata/kalimat)

 Mukhaffaf artinya ringan; cara mengucapkannya

Hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf merupakan hukum tajwid yang ditujukan untuk kombinasi 14 huruf yang terletak di 13 ‘Ayat pembuka’, di 29 Surah di dalam Al-Qur’an.

1 huruf Alif ( ا ), cukup dibaca 1 harakat

5 Huruf ‘haya thahara‘, yaitu Ha ( ح ), Ya ( ي ), Tha ( ط ), Ha’ ( ه ), & Ra ( ر ) dibaca panjang 2 harakat

8 Huruf ‘shadqafnun sama lam kaf ‘ain ‘, yaitu shad ( ص ), qaf ( ق ) , nun ( ن ), sin ( س ), mim ( م ), lam ( ل ), kaf ( ك ), ‘ain ( ع ), dibaca 6 harakat. Tidak dibaca dengung (Idgham), kecuali huruf ‘Ain pada surah Maryam dan huruf Mim bertasydid ( Ghunnah Musyaddadah ).

Lebih dikenal dengan sebutan Muqatta’at ( تﺎ ﻌﻁﻘﻣ ), yang berarti disingkat atau diperpendek. Dan juga lebih dikenal dengan sebutan fawatih ( ﺢﺗاو ﻓ ) atau pembuka, karena menjadi ayat pembuka di beberapa surah.

Arti atau makna sebenarnya dari “ayat pembuka” tersebut – bagi sebagian besar umat Islam – dianggap sebagai rahasia Allah SWT.

(57)

2

3

(58)

5

6

7

8

(59)

10

11

12

(60)

Hukum Ikhfa Syafawi

Ikhfa Syafawi adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim Sukun ( ْم ) bertemu dengan huruf Ba ( ب ) .

 Ikhfa’ artinya menyamarkan atau menyembunyikan

 Syafawi artinya bibir

Dinamakan Ikhfa Syafawi karena makhraj dari huruf Mim dan Ba merupakan pertemuan antara bibir atas dan bibir bawah.

Berbeda dengan hukum Iqlab, Idgham Bighunnah, atau Ghunnah Musyaddadah pada huruf Mim – di dalam Al-Quran – untuk hukum Ikhfa Syafawi tidak diberi tanda tasydid atau apapun, sama seperti hukum Ikhfa Haqiqi. Namun, hukum Ikhfa Syafawi tetap harus dibaca dengung 1 1/2 alif atau sekitar 2 – 3 harakat, karena apabila hukum Ikhfa Syafawi tidak didengungkan, maka akan berubah menjadi hukum Izhar.

Cara membaca Ikhfa Syafawi adalah dengan membaca terlebih dahulu HURUF SEBELUM MIM SUKUN, kemudian masuk ke huruf Mim Sukun dengan mengeluarkan irama dengung ikhfa Syafawi (menahan huruf mim samar-samar); “immng.. / ummmng.. / ammmng… ” sehingga pada saat akan bertemu dengan huruf ب bibir atas dan bawah dalam posisi tertutup.

(61)

Perhatikan huruf Mim dan Ba untuk mushaf standar Timur Tengah yang dibold warna hijau di bawah.

Tidak ada tanda (harakat) SUKUN pada huruf Mim ketika bertemu huruf Ba (Ikhfa Syafawi), sama seperti huruf Nun Sukun bertemu huruf Sin (hukum Ikhfa Haqiqi )

Huruf O, seperti rotim pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

(62)

Hukum Idgham Mitslain (Idgham Mimi)

Idgham Mitslain atau sering disebut dengan Idgham Mimi adalah hukum tajwid yang berlaku untuk huruf Mim Sukun ( ْم ) bertemu dengan huruf Mim Berharakat ( َم , ِم , ُم ) . Dinamakan Mitslain karena terjadinya pertemuan dua huruf yang makhraj dan sifatnya sama persis (identik), tapi “dikhususkan” hanya untuk huruf Mim Sukun bertemu Mim Berharakat. Selain dari huruf Mim tersebut, maka yang berlaku untuk pertemuan 2 huruf yang sama (Sukun dan Berharakat) adalah Hukum Idgham Mutamasilain dan Hukum Mad Tamkin.

Dinamakan Idgham karena cara membacanya adalah dengan meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya, atau bahasa lainnya di-tasydid-kan.

Hukum Idgham Mitslain dibaca dengung (makhraj huruf mim-nya mengalun dan jelas) sekitar 1 Alif hingga 1 1/2 alif atau sekitar 2 – 3 harakat.

Di dalam Al-Quran Idgham Mitslain sudah diberi tanda tasydid. Tasydid Idgham Mitslain adalah Tasydid Hukum, yaitu tanda tasydid yang diberikan karena terjadinya hukum pertemuan atau peleburan.

(63)

Hukum Idgham Mitslain hanya berlaku pada saat huruf Mim Sukun bertemu huruf Mim Berharakat. Apabila huruf Mim Sukun belum bertemu dengan Mim Berharakat, maka harus dibaca Izhar, atau tidak didengungkan.

Dari Contoh Surah Al Qadr ayat 4 di atas, yang perlu digarisbawahi adalah

huruf Mim Sukun dan huruf Mim Berharakat adalah dua huruf yang bertemu, namun dalam keadaan kata/kalimat yang terpisah.

Robbihim ( ْمِﮭّﺑ َر ) artinya Tuhannya, sedangkan Min ( ْنِﻣ ) artinya Dari

Persamaan Idgham Mitslain dan Idgham Bighunnah

Idgham Mitslain dan Idgham Bighunnah adalah dua hukum yang berbeda, namun sama-sama men-tasydid-kan huruf Mim.

 Idgham Bighunnah: Apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Mim berharakat.

 Idgham Mitslain; Apabila Mim Sukun bertemu dengan huruf Mim berharakat. Silahkan lihat contoh Surah Al Qalam ayat 46 di bawah.

(64)

Huruf berwarna UNGU adalah Idgham bighunnah, dan warna MERAH adalah Idgham Mitslain.

Huruf O, seperti ajronn atau musqoluun pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu ajrann atau musqaluun.

Perbedaan Hukum Idgham Mitslain dan Idgham Mutamatsilain

Penyebutan Idgham Mitslain juga sering ditambahkan dengan sebutan Shaghir – ; Idgham Mitslain Shaghir.

Shaghir artinya dua huruf yang makhrajnya sama/berdekatan tetapi sifatnya berbeda; huruf yang pertama sukun, huruf ke dua berharakat.

Kebalikannya adalah Kabir, artinya dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya, dan keduanya sama-sama berharakat.

Dengan adanya penambahan istilah Shaghir ini menjadikan Hukum Idgham Mitslain sering dianggap sama dengan Hukum Idgham Mutamasilain. Padahal, dari cara membaca kedua hukum ini berbeda.

 Idgham Mitslain dibaca dengung

(65)

Hukum Izhar Syafawi

Hukum Izhar Syafawi adalah hukum tajwid yang berlaku apabila huruf Mim Sukun ( ْم ) bertemu dengan semua huruf hijaiyah, kecuali huruf Mim dan Ba.

 Izhar artinya jelas/ terang atau tidak berdengung

 Syafawi artinya bibir; karena huruf Mim makhrajnya adalah pertemuan bibir bagian atas dan bibir bagian bawah.

Di dalam istilah ilmu tajwid, Izhar Syafawi adalah melafalkan huruf-huruf yang bertemu dengan Mim Sukun secara jelas dan terang, tanpa disertai dengung (ghunnah). Dan Izhar Syafawi dapat terjadi di dalam satu kata/kalimat, maupun di luar kata/kalimat yang terpisah.

Kunci mengingat huruf-huruf pada Hukum Izhar Syafawi adalah cukup mengetahui hukum Ikhfa Syafawi dan Idgham Mitslain.

(66)
(67)

Hukum Idgham Mutamatsilain

Idgham Mutamatsilain adalah hukum tajwid yang berlaku untuk pertemuan dua huruf yang sama sifat dan mahrajnya; satu dalam keadaan sukun dan satu lagi berharakat. Dua huruf tersebut berada di dalam kata/kalimat yang terpisah.

 Mutamatsilain artinya sama/serupa

 Idgham artinya meleburkan satu huruf ke dalam huruf setelahnya (di-tasydid-kan).

Cara membacanya adalah dengan memasukkan (meleburkan) huruf yang bersukun ke dalam huruf berharakat secara jelas/terang dan tidak didengungkan.

Di dalam Al-Quran, hukum Idgham Mutamatsilain sudah diberi tanda tasydid, yaitu tasydid yang diberikan karena hukum pertemuan atau perleburan ( Silahkan baca–> Tasydid Hukum dan Tasydid Ashli ) .

Fungsi Tasydid disini sebagai penanda bahwa terjadi pertemuan dua huruf yang identik, dan lafadz tasydid tersebut harus terdengar jelas, dan tidak terjadi dengung (ghunnah). Sebagaimana telah dijelaskan di dalam pengertian hukum Mad, huruf bertasydid kadar panjang bacaannya adalah 2 harakat. Fungsi tasydid pada hukum Idgham Mutamatsilain sama seperti fungsi tasydid pada hukum Idgham Bilaghunnah, yaitu tidak disertai dengung. Hukum Idgham Mutamatsilain berlaku untuk semua huruf, kecuali:

1. Huruf Mim Sukun ( ْم ) bertemu huruf Mim Berharakat ( َم , ِم , ُم ), yang berlaku adalah hukum Idgham Mitslain.

2. Huruf Nun Sukun ( ْن ) bertemu huruf Nun Berharakat ( َن , ِن , ُن ), yang berlaku adalah hukum Idgham Bighunnah.

(68)

Contoh Idgham Mutamatsilain di dalam Al-Quran :

(69)

Huruf O, seperti washodda pada tulisan Latin di atas untuk menunjukkan suara bacaan.

Mengikuti Hukum Tajwid, harusnya huruf Latin tersebut ditulis dengan menggunakan huruf A, bukan O, yaitu washadda.

Idgham Mutamatsilain Pada Huruf Ya ( ي ) dan huruf Waw ( و ):

Perlu diketahui, apabila terjadi pertemuan huruf Ya Sukun ( ْي ) dan Ya Berharakat, dan Waw Sukun ( ْو ) bertemu Waw Berharakat, maka terjadi dua hukum yang berlaku, yaitu Idgham Mutamatsilain dan Hukum Mad Tamkin. Di dalam hukum Mad Tamkin, tidak terdapat tanda Tasydid Hukum.

Hukum Mad Tamkin adalah hukum yang mengatur panjang bacaan, apabila terjadi pertemuan Hukum Mad Thobi dengan huruf identik (sama makhraj dan sifatnya), yaitu:

Huruf berharakat Kasrah ( ـــِـــــ ) bertemu Ya Sukun ( ْي ), dan huruf setelahnya adalah huruf Ya Berharakat ( َي , ِي , ُي )

(70)

Huruf berharakat Dhammah ( ــــــُـــــــ ) bertemu Waw sukun ( ْو ), dan setelahnya adalah huruf Waw

Berharakat ( َو, ِو, ُو )

Silahkan baca —> Hukum Mad Tamkin.

Namun, apabila terjadi pertemuan huruf Waw Sukun ( ْو ) yang tidak mengandung hukum Mad Thobi’i, bertemu dengan huruf Waw berharakat ( َو, ِو, ُو ), maka yang berlaku adalah Hukum Mutamatsilain, yaitu ditandai dengan tanda Tasydid Hukum.

Misalnya, huruf berharakat Fathah ( ــــــــــــَــــــــــــــــــ ) bertemu dengan huruf Waw Sukun dan Waw Berharakat:

Di dalam Surah Shaad ayat 3 di atas, silahkan perhatikan di depan huruf Waw Sukun terdapat huruf Alif. Alif disamping huruf Waw Sukun ini sebagai bentuk kata JAMAK

( ا ْو َدﺎَﻧَﻓ artinya ‘lalu mereka menyeru/meminta’ ).

Tanpa huruf Alif tersebut maknanya akan berbeda. Penjelasan ini lebih kepada Tafsir (red).

Di dalam Ilmu Tajwid, huruf Alif ini tidak berfungsi atau dianggap tidak ada. Pada mushaf Timur Tengah, diberi bulatan kecil di atas huruf Alif. Karena ALIF DIANGGAP TIDAK ADA , maka – pada Surah Shaad ayat 3 di atas – yang berlaku adalah cara membaca sesuai dengan hukum Idgham Mutamatsilain. Dan ditandai dengan tanda Tasydid Hukum pada huruf Waw Berharakat.

(71)

Hukum Mad Tamkin

Mad Tamkin adalah salah satu cabang dari hukum Mad Far’i yang berlaku untuk huruf Waw Sukun bertemu Waw Berharakat, dan Ya Sukun bertemu Ya Berharakat. Kunci hukum Mad Tamkin sama seperti hukum-hukum Mad Far’i lainnya, yaitu terletak pada Hukum Mad Thobi’i.

Secara bahasa, Mad Tamkin adalah cara memanjangkan bacaan (Mad) pada huruf Waw dan Ya apabila bertemu dengan huruf yang identik, sama persis baik sifat dan mahrajnya; satu sukun dan satu lagi berharakat. Dan kedua huruf yang sama persis ini bentuknya terpisah atau tidak berada di dalam satu kata/kalimat.

Namun, ada pernyataan lain yang mendefinikasikan Hukum Mad Tamkin, dan akan dibahas di bagian bawah.

 Tamkin artinya penetapan Penetapan ini berlaku;

Apabila huruf berharakat Kasrah ( ـــِـــــ ) bertemu huruf Ya Sukun ( ْي ), dan huruf setelahnya adalah huruf Ya Berharakat ( َي , ِي , ُي )

Dan apabila huruf berharakat Dhammah ( ـــــُــــــــ ) bertemu Waw sukun ( ْو ), dan setelahnya adalah huruf

Waw Berharakat ( َو, ِو, ُو )

 Maka cara membacanya sama seperti membaca hukum Mad Thobi’i, serta panjang bacaanya adalah 2 harakat.

 Dan pada pertemuan huruf yang kedua dan ketiga yang sifat dan makhraj-nya sama, cukup dibaca 1 harakat. Dan tidak dibaca sebagaimana hukum Idgham (peleburan dua huruf yang dibaca seperti huruf yang

bertasydid).

Perlu digarisbawahi, apabila terjadi pertemuan dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya di dalam kata/kalimat yang terpisah – satu sukun dan satu lagi huruf berharakat-, maka yang berlaku adalah hukum Idgham

Mutamatsilain dan Hukum Idgham Mitslain. Sebagaimana hukum-hukum Idgham, yaitu memiliki ciri-ciri Tanda Tasydid Hukum , yaitu tasydid yang diberikan karena adanya hukum pertemuan atau peleburan pada kata/kalimat. Akan tetapi, hukum pertemuan dua huruf (Idgham) yang identik dan disimbolkan dengan Tanda Tasydid tersebut tidak berlaku pada hukum Mad Tamkin.

(72)

Di dalam Surah Al-Insyiqaq ayat 25 di atas, silahkan perhatikan di depan huruf Waw Sukun terdapat huruf Alif. Sebelumnya di hukum Idgham Mutamatsilain sudah dijelaskan soal huruf Alif ini.

Alif disamping huruf Waw Sukun ini sebagai bentuk kata JAMAK

( ا ْوُﻧَﻣ ٰا artinya ‘beriman’ menunjukkan kata jamak atau banyak yaitu orang-orang yang beriman ).

Tanpa huruf Alif di samping huruf Waw Sukun tersebut maknanya akan berbeda. Penjelasan ini lebih kepada Tafsir (red)

Di dalam Ilmu Tajwid, huruf Alif ini tidak berfungsi atau dianggap tidak ada. Pada mushaf Timur Tengah, diberi bulatan kecil di atas huruf Alif.

Karena ALIF DIANGGAP TIDAK ADA , maka – pada Surah Al-Insyiqaq ayat 25 di atas – yang berlaku adalah cara membaca sesuai dengan hukum Mad Tamkin.

(73)

Silahkan Lihat Gambar di bawah ini!

Dan bedakan antara hukum Idgham Mutamatsilain dengan hukum Mad Tamkin.

Apabila terjadi dua huruf yang sama sifat dan mahrajnya – satu sukun dan satu lagi berharakat -, maka yang berlaku adalah hukum Idgham Mutamatsilain, yaitu ditandai dengan Tasydid Hukum di atas huruf berharakat.

Sekali lagi, Kunci Mad Tamkin adalah mengingat hukum Mad Thobi berbaris Kasrah dan Dhammah

Namun, apabila sebelum huruf Waw Berharakat atau Ya Berharakat tidak terjadi hukum Mad Thobi’i, maka yang berlaku adalah

PENGERTIAN LAIN DARI HUKUM MAD TAMKIN

Di atas sempat disinggung bahwa ada pernyataan lain yang mendefinisikan mengenai hukum Mad Tamkin. Di sini tidak akan membahas siapa yang keliru atau tidak, inilah yang paling benar dan inilah yang salah, karena dari perbedaan-perbedaan ini secara garis besar, membaca Hukum Mad Tamkin adalah sama seperti membaca hukum Mad Thobi’i, yaitu panjang bacaannya adalah 1 alif atau 2 harakat. Dan huruf bertasydid kadar/panjang

bacaannya adalah 2 harakat, sebagaimana sudah dijelaskan di dalam pengertian Hukum Mad. Ada 2 Pernyataan lain mendefinisikan hukum Mad Tamkin, tetapi disini disebut dengan PERAWI:

PERAWI 1: hukum Mad Tamkin adalah cara memanjangkan bacaan (Mad) apabila berhimpun dua huruf Ya dalam satu kata/kalimat.

 huruf Pertama: Ya Sukun

 huruf Kedua: Ya Berharakat Kasrah

 Mad Tamkin yang dimaksud di sini hanya berlaku apabila terjadi pertemuan huruf Ya Sukun dan Ya berharakat Kasrah di dalam satu kata/kalimat, atau tidak terpisah.

 Penetapan hukum ini terjadi karena menjadi satu huruf “Ya berharakat Kasrah dan Bertasydid” dan terdapat huruf alif kecil di bawah huruf Ya tersebut.

Alif kecil dibawah huruf Ya Kasrah Bertasydid ini, sebagai simbol harus dibaca dua harakat. Simbol atau Penandaan Harakat yang sama bentuknya dengan hukum Mad Thobi’i

(74)

Gambar “Ya” dibawah ini adalah huruf yang dimaksud Perawi 1:

salah satu contohnya:

PERAWI 2: hukum Mad Tamkin adalah cara memanjangkan bacaan (Mad) apabila terdapat huruf Ya Bertasydid bertemu dengan Huruf Ya Sukun dalam satu kata/kalimat.

Gambar “Ya” dibawah ini adalah huruf yang dimaksud Perawi 2: salah satu contohnya

Dari bentuk huruf pada hukum Mad Tamkin yang dimaksud Perawi 1 maupun Perawi 2, sebenarnya tidak ada perbedaan. Perbedaan hanya terletak pada cara mendefinisikan hukum tersebut.

Dan Kami (IlmuTajwid.com) menganggap ini adalah hukum Mad Thobi’i berharakat Kasrah, sekalipun di atasnya terdapat Tanda tasydid.

Tanda Tasydid yang diberikan untuk huruf Ya tersebut adalah Tasydid Ashli (asal muasalnya dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya, satu sukun dan satu lagi berharakat, dan berada dalam satu kata/kalimat). Dan penjelasan ini sudah dibahas di dalam pengertian Tanda Tasydid Hukum dan Tasydid Ashli.

(75)

Gambar A

Gambar B

Apabila terjadi dua huruf yang identik (sama sifat dan Makhraj-nya) yang berada dalam satu kata/kalimat, maka akan dijadikan satu huruf bertasydid. Inilah yang disebut dengan Tasydid Ashli.

Lihat Gambar C, dan bandingkan antara maksud Perawi 1 dan Perawi 2. Dari jumlah panjang bacaan atau Mad-nya adalah sama.

(76)

Gambar C

Dari Contoh Gambar A, B, dan C di atas, rumusan Tajwid antara Perawi 1 dan Perawi 2, tidak ada perbedaan. Yang membedakan hanya pada cara mendefinisikan.

Kenapa terjadi perbedaan bentuk huruf, karena ini sudah mengarah ke Tafsir, sekalipun panjang bacaannya sama. 5 Poin di bawah ini adalah alasan Kami menggangap hukum Mad Tamkin yang dimaksud – baik Perawi 1 dan 2 – adalah hukum Mad Thobi’i berharakat Kasrah, sekalipun di atasnya terdapat Tanda Tasydid.

1. Apabila terdapat huruf berharakat Kasrah ( ـــِـــــ ) bertemu huruf Ya Sukun ( ْي ), maka yang berlaku adalah hukum Mad Thobi’i, dan disimbolkan dengan huruf alif kecil di bawah huruf tersebut. Panjang bacaanya adalah 2 harakat.

2. Panjang Bacaan Huruf Bertasydid dibaca 1 alif atau 2 harakat, kecuali huruf Mim dan Nun, dapat dibaca lebih panjang lagi, karena mengandung hukum Ghunnah Musyaddadah.

3. Jika panjang bacaan pada hukum Mad Tamkin yang dimaksud oleh Perawi 1 dan Perawi 2, sama seperti panjang bacaan Mad Thobi’i dan Huruf Bertasydid. Pertanyaannya, KENAPA MESTI ADA HUKUM YANG BARU?

4. Baik Perawi 1 dan 2, menyatakan bahwa hukum Mad Tamkin hanya dikhususkan untuk Huruf Ya berharakat Kasrah dan Bertasydid saja. Maka yang perlu digarisbawahi, bahwa di dalam Al-Quran juga terdapat huruf Ya Bertasydid Fathah dan Ya Bertasydid Dhammah. Dan ukuran panjang bacaan, sama dengan Mad Tamkin yang dimaksud oleh Perawi 1 dan 2.

5. Ukuran panjang bacaan (MAD) seperti ini juga berlaku untuk semua huruf Mad Thobi bertasydid, baik Fathah, Dhammah,dan Kasrah.

(77)

***************************************

(78)
(79)

*********************************

IlmuTajwid.com berpegangan pada penjelasan hukum Mad Tamkin sebelumnya, yaitu cara memanjangkan bacaan (Mad) pada huruf Waw dan Ya apabila bertemu dengan huruf yang sama sifat dan makhrajnya. Rumusan Tajwid ini juga untuk menjawab pengecualian huruf Waw dan Ya pada hukum Idgham Mutamatsilain, yaitu kenapa tidak ada Tanda Taydid pada huruf Ya dan Waw apabila bertemu dengan hukum Mad Thobi’i.

Mengenai pernyataan, baik Perawi 1 dan Perawi 2, Kami menganggap hanya sekedar huruf Mad Thobi’i biasa, sekalipun memiliki Tanda Tasydid. Cara membaca seperti itu juga berlaku untuk semua huruf, bukan saja huruf Ya Bertasydid Berharakat Kasrah.

(80)

Pengertian dan Pengelompokan Makharijul Huruf

Makhraj artinya tempat keluar. Makharijul Huruf adalah tempat keluarnya huruf-huruf pada saat dilafalkan.

Pembaca Al-Quran yang baik, bukan saja harus mengetahui hukum-hukum tajwid, tetapi juga harus memperhatikan dan memahami makhraj dan sifat dari huruf-huruf yang dibacakan.

Sejumlah ulama dan ahli-ahli qiraat memiliki perbedaan dalam pengelompokan (pengklasifikasian) Makharijul Huruf, namun secara garis besar intinya adalah sama.

Terdapat 17 Makhraj yang diklasifikasikan menjadi 5 tempat, yaitu: 1. Al-Halqi / Tenggorakan ( ق ﻠﺣﻟا ) , terdapat 3 Makhraj :

Tenggorakan Dalam (Pangkal Tenggorakan): huruf ٔا dan ه .

o Ingat, di dalam hukum Mad Badal sudah dijelaskan bahwa huruf Hamzah ( ء ) dan Alif ( ا ) adalah sama. Dapat dikatakan sebagai saudara kembar yang sama dalam pengucapannya, namun berbeda fungsi dan tugasnya apabila masuk ke Hukum Mad, misalnya Hukum Mad Munfashil dan Mad Muttashil.

o Hamzah dapat dijadikan sukun (berharakat Sukun), sementara Alif tidak ada harakat sukun. Di sini kami tulis Hamzah-Alif ( ٔا ) untuk memudahkan mengingat

Tenggorakan Tengah: huruf ح , ع

(81)

2. Al-Lisani / Lidah ( نﺎ ﺳﻠﻟا ), terdapat 10 Makhraj:

Pangkal lidah dekat tenggorakan menyentuh sekitaran ‘anak tekak’ atau berada di atas pita suara: ق

Pangkal lidah menyentuh langit-langit belakang: ك

Lidah bagian tengah menekan langit-langit atas: ش , ج ,ي

Ujung lidah dirapatkan pada Gigi Geraham atas, dan Tepi Lidah (kiri dan kanan) ditekan ke Gigi Geraham: ض

Ujung permukaan lidah ditekan ke Gusi di atas Gigi Seri atau Gigi Atas Bagian Tengah: ل

Ujung lidah ditekan sedikit lebih ke atas dari makhraj Lam: ن

Ujung lidah dinaikkan ke langit-langit atas sedikit melengkung, sehingga terlihat lidah bagian belakang : ر

Ujung lidah ditekan ke Pangkal Gigi Seri bagian atas (Gigi Seri adalah Gigi Tengah): ت , ط , د

Ujung lidah ditekan ke belakang Gigi Seri bagian bawah : ص , ز ,س

(82)

3. Asy-Syafawi /bibir ( يوﻔ ﺷﻟا ), terdapat 2 Makhraj:

Bibir Bawah ditekan ke Gigi Seri bagian atas : ف

Bibir Bawah dan Atas posisi tertutup atau merapat, yaitu و , م , ب 1. Menutup bibir lebih ringan: huruf م

2. Menutup bibir sedikit lebih kuat: huruf ب 3. Membulatkan bibir atas dan bawah : و

4. Al-Jaufi / Rongga Mulut ( فو ﺟﻟا ), terdapat 1 Makhraj:

Merupakan makraj untuk huruf-huruf Mad yang dilepaskan ke dalam Rongga Mulut : ــــــــــــَـــــــــــــ ا ,

(83)

5. Al-Khaisyhumi / Pangkal Hidung ( مو ﺷﯾﺧﻟا ), terdapat 1 Makhraj:

 Pangkal Hidung bagian dalam, yaitu huruf-huruf yang dibaca dengung (ghunnah):

o pada hukum Nun Sukun ( ْن ) dan tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ), yaitu Ikhfa Haqiqi, Iqlab, dan Idgham Bighunnah.

o pada hukum Mim Sukun ( ْم ), yaitu Ikhfa Syafawi dan Idgham Mitslain,

o hukum Ghunnah Musyaddadah, yaitu huruf Mim Bertasydid ( ّم ) dan Nun Bertasydid ( ّن ).

o hukum Idgham Mutajanisain hanya untuk Ba Sukun ( ْب ) bertemu dengan huruf Mim Berharakat ( م ).

o hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf hanya dikhususkan untuk huruf ‘Ain tanpa harakat ( ع ).

*********************************************************************

Dari pengelompokan Makharijul Huruf ini perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa huruf yang memiliki Makhraj yang sama. Namun, ketika dilapalkan – bunyi atau suara dari huruf-huruf tersebut tidaklah sama. Maka yang

membedakannya terletak pada sifat huruf.

Referensi

Dokumen terkait

mengajar yang mutlak harus dimiliki oleh guru yang mengajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah Ubudiyah Bati-Bati agar dapat membantu

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pedagoogik genre, saintifik, dan CLIL dengan model saintifik, peserta didik dapat mengidentifikasi tujuan komunikasi teks

(4) Selain jumlah surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang di TPS disediakan surat suara yang diberi tanda khusus sebanyak

Untuk memantau derajat kesehatan masyarakat ditingkat yang paling mendasar berkaitan dengan semakin tingginya tingkat penggunaan pestisida terhadap pengaruh

dalam pembangunan projek projek yang tidak tertakluk kepada Perintah Penilaian Kesan. kepada Alam

Hasil penelitian yang diperoleh masih jauh dari spesifikasi pasar, dimana derajat kemerlangan rendah, bulk density masih cukup tinggi dan pengotor unsur besi

mengenai program ”Jika Aku Menjadi”. Beliau juga bersedia untuk membantu penulis jika sewaktu-waktu penulis ingin mewawancarai lebih lanjut. yang telah membantu menjelaskan kepada

Hipotesa penelitian ini adalah, kemampuan siswa dalam kemahiran Menulis meningkat setelah menggunakan media pembelajaran yang berbasis Memory Game, dan penggunaan Memory Game