• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH MENGELOLA KONFLIK DI SDN 3 MOMALIA KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Maryam Djafar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH MENGELOLA KONFLIK DI SDN 3 MOMALIA KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Maryam Djafar"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH MENGELOLA KONFLIK

DI SDN 3 MOMALIA KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN

BOLAANG MONGONDOW SELATAN

OLEH :

Maryam Djafar

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menggambarkan Kemampuan Kepala sekolah Mengidentifikasi Konflik individual dan kelompok, memperoleh gambaran Kemampuan Kepala Sekolah mengelola konflik interpersonal, dan memperoleh gambaran Kemampuan Kepala Sekolah mengelola konflik kelompok.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus.

Penelitian ini menemukan dalam mengidentifikasi konflik individu dari perilaku setiap individu guru,cara berinterataksi guru, dan perbedaan pendapat dan latar belakang guru. Kepala sekolah mengenali konflik kelompok melalui cara kelompok berkomunikasi, melalui latar belakang kepentingan politik di luar sekolah, dan melalui perbedaan pendapat antara para guru. Kepala sekolah mengendalikan konflik dengan mediasi, dan meminta kedua belah pihak untuk bersabar dan mengabaikan konflik. Yang menjadi sumber konflik adalah adanya aspirasi yang tidak tersalurkan, Saling ketergantungan dalam melaksanakan tugas di sekolah. Kepala sekolah mengendalikan konflik kelompok dengan meminta kedua belah pihak untuk mengutarakan pendapat mereka masing-masing, perundingan, negosiasi, mediasi, kompromi, berdamai, dan meminta kedua kelompok untuk berkompetisi menyelesaikan masalah. Sumber konflik kelompok adalah masing-masing pihak ingin mengutamakan mata pelajarannya masing-masing, masalah politik di luar sekolah, saling ketergantungan dalam pekerjaan dan kesalahan dalam menyampaikan informasi pada saat rapat di sekolah.

Dinas pendidikan disarankan untuk: memperhatikan kinerja kepala sekolah dalam mengelola konflik di sekolah dan lebih meningkatkan pelatihan kepala sekolah dalam mengelola konflik. Kepala Sekolah disarankan agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengelola konflik di sekolah Untuk guru disarankan agar dapat meminimalisir konflik yang terjadi disekolah. Bagi peneliti disarankan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan konflik sehingga dapat menerapkannya dikemudian hari.

(2)

Pendahuluan

Konflik merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia, begitu pula dalam organisasi sekolah, karena konflik merupakan bagian dari dinamika manusia dan kehidupan sekolah, sekolah sebagi suatu sistem kerja sama di dalamnya terdapat interaksi antar berbagai manusia, baik secara individual maupun kelompok, maka terdapat banyak kemungkinan konflik yang terjadi. Orang-orang dalam kelompok organisasi sekolah mengembangkan kehalian dan pandangan berbeda tentang pekerjaannya/tugasnya dengan pekerjaan/tugas kelompok yang lain. Ketika Interaksi di antara mereka terjadi maka konflik menjadi potensial untuk muncul. Dalam Kehidupan berorganisasi di sekolah, setiap saat dapat terjadi konflik baik berbentuk konflik antar individu sebagai anggota organisasi, terjadi dalam diri individu masing-masing, maupun konflik antara anggota organisasi di sekolah dengan luar/masyarakat.

Kondisi konflik tidak menguntungkan bagi kepemimpinan karena akan menimbulkan berbagai kesulitan dalam menggerakan anggota agar bekerja sama, dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dalam kondisi seperti itu partisipasi anggota tidak saja menurun, tetapi juga menghindar dan menentang sebagai pertama kepemimpinan kurang atau tidak efektif. konflik/pertentangan akan mendorong individu mencari teman yang menunjukan solidaritas pada diri dan permasalahan, sehingga terjadi pengelompokkan anggota yang bertentangan antara satu dengan yang lain baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Dalam menghadapi konflik itu, pemimpin diharapkan berusaha untuk tidak ikut menjadi unsur yang mengobarkan

(3)

dan memperuncing pertentangan yang terjadi. Pimpinan diharapkan menghindari sikap dan perilaku memihak dan pilih kasih yang akan semakin merugikan organisasi. Demikian juga pemimpin diharapakan untuk tidak membiarkan konflik itu terus berlangsung sehingga tujuan organisasi akan sulit untuk dicapai. Kepemimpinan yang efektif diharapkan dapat menyelesaikan konflik yang berlangsung, dengan bersikap dan berperilaku untuk membantu setiap anggota, tanpa menimbulkan kesan memihak untuk menguntungkan/merugikan salah satu pihak, guna mewujudkan kepentingan organisasi atau kepentingan bersama. Kepemimpinan yang efektif dalam menyelesaikan konflik harus menunjukan sikap dan perilaku yang bertujuan menyelamatkan organisasi, yang jika mungkin terhindar dari akibat yang merugikan anggota organisasi. Akan tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan khususnya di SDN Momalia, konflik sering timbul adalah konflik emosional yang diakibatkan oleh adanya guru yang mengajar tidak sesuai dengan jam pelajarannya, sehingga menimbulkan konflik antar guru,. Menghadapi konflik ini kepala sekolah nampak menghindari konflik tersebut seakan tidak terjadi konflik di sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang diformulasikan dalam judul “Kemampuan Kepala sekolah Mengelola Konflik Guru di SDN 3 Momalia Kecamatan posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan”

Tinjauan Pustaka

Menurut Rivai (2012 : 274) Konflik dalam termologi Al-Qur’an sepadan kata “ ikhtilaf” yang berarti berselisih/berlainan ( to be at variance ); mencari sebab

(4)

perselisihan ( to seek cause of dispute ), dan sebagainya. Konflik juga dapat dikatakan merupakan suasana batin yang berisi kegelisahan karena pertentangan dua motif atau lebih, yang mendorong seseorang berbuat dua motif atau lebih kegiatan yang saling bertentangan pada waktu yang bersamaan.

Selain itu, konflik menurut Deddy (2012:279) sebagai suatu proses yang bila suatu pihak merasakan bahwa pihak yang lain telah memengaruhi secara negatif, atau segera memengaruhi secara negatif sesuatu yang diperhatikanpihak pertama. Pengertian ini mencakup rentang yang luas dari konflikyang dialami dalam organisasi, ketidak cocokan tujuan, perbedaan penafsiran kata,ketidak sepakatan yang didasarkan pada pengharapan perilaku, dan semacamnya. Konflik juga diasumsikan sebagai yang ditentukan, yang dapat timbul pada tingkat yang tersembunyi atau terbuka. Dengan demikian,konflik yang dapat didefenisikan sebagai suatu proses dimana A melakukan usaha yang sengaja dibuat untuk menghilangkan usaha-usaha B dengan sebentuk usaha untuk menghalangi atau dalam meneruskan kepentingan-kepentingannya. Selanjutnya pengertian konflik menurut Rivai (2012:279) dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu:

Konflik bukan merupakan tanda kelemahan organisasi atau bukti kegagalan pimpinannya, kaerna konflik merupakan tanda bahwa suatu organisasi sedang berada dalam atau sedang berdiri di ambang kesulitan seperti halnya rasa sakit. Suatu organisasi atau sistem sosial yang berusaha menekan adanya konflik, melarang pengungkapan perbedaan pendapat, kehilangan umpan balik untuk memperbaiki diri dan menciptaka stabilitas. Kendatipun demikian, para pemimpin memehami beberapa

(5)

hal yang dapat menimbulkan konflik, terutama mendapatkanmanfaan dalam menanganinya dan untuk menarik keuntungan dalam menciptakan perilaku orgaanisasi yang berguna bagi peningkatan efektivitas organisasi. Boulding dalam ( Rivai 2012; 282) mengemukakan ada empat unsur dalam konflik, yaitu (1) the parties; (2) the field of conflict; (3) the dynamics of the situation;and (4) the management, control, or resolution of conflict.”

Unsur pertama: “ the perties” yang berada dalam konflik pada umumnya tidak ada dua, misalnya seorang lawan seorang, perorangan lawan kelompok, perorangan lawan organisasi, perorangan lawan kelompok, kelompok lawan organisasi, atau organisasi lawan organisasi lain.

Unsur kedua adalah “ the field of conflict atau bidang konflik.” Dalam rumusan Boulding dikatakan sebagai berikut: “ the whole set of relevant possible statesof social system. ( Any state of the social system which either of the parties to a conflict consider relevant state).” Dengan demikian dalam unsur ini boulding memasukkan semua kemungkinan arah perkembangan konflik seperti konflik tertutup, konflik terbuka atau konflik konfrontasi.

Unsur ketiga adalah “ the dynamics of situaton” yaitu suatu situasi di mana masing-masing kelompok berusaha mendekati pihak ketiga yang dianggap mempunyai kedudukan setingkat atau lebih tinggi dari pihak yang yang menjadi lawannya. Unsur keempat: “ menagement, control, or resolution of conflict.” Dalam unsur ini terkandung pengrtian bahwa konflik bukanlah sesuatu yang dapat berdiri dan tidak dapat secara jelas dibedakankapan mulainya dan kapan pula terakhir.

(6)

Menurut Rivai (2012 : 283) Secara umum konflik itu terdiri atas tiga konponen, yaitu:

a. Interest (kepentingan), yakni sesuatu yang memotivasi orang yang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi ini tidak hanya dari bagian keinginan pribadi seseorang, tetapi juga dari peran dan statusnya.

b. Emotion (emosi), yang sering diwujudkan melalui perasaan yang menyertai sebagian besar interaksi manusia seperti marah, kebencian, takut, penolakan.

c. Values (nilai), yakni komponen konflik yang paling susah dipecahkan karena nilai itu merupakan hal yang tidak bisa diraba dan dirasakan secara nyata. Nilai berada kedalaman akar pemikiran dan perasaan tentang benar dan salah, baik dan buruk yang mengarahkan dan memelihara perilaku manusia.

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa konflik merupakan pertantangan hubungan kemanusiaan, baik secara intrapersonal ataupun interpersonal yang dapat diibaratkan seperti api yang dapat membakar dan menjalar kemana-mana dan memusnahkan jika tidak ditangani dengan baik.

Dalam aktivitas organisasi, dijumpai bermacam-macam konflik yang melibatkan individu-individu maupun kelompok-kelompok. Beberapa kejadian konflik telah diidentifikasi menurut jenis dan macamnya oleh sebagian penulis buku manajemen perilaku organisasi, psikologi maupun sosiologi. Polak (dalam Wahyudi 2011;30) membedakan konflik menjadi empat jenis yaitu : 1) konflik antar kelompok, 2) konflik intern dalam kelompok, 3) konflik antar individu untuk mempertahankan hak dan kekayaan, dan 4) konflik intern antar individu untuk mencapai cita-cita.

(7)

Konflik yang terjadi pada lingkungan masyarakat lebih bervariasi, tidak hannya melibatkan kepentingan individu dan kelompok. Dikemukakan oleh Soekamto, S (1981;76), jenis-jenis konflik meliputi : 1) konflik pribadi, 2) konflik rasial, 3) konflik antar kelas-kelas sosial, 4) konflik politik antar golongan-golongan dalam masyarakat, 5) konflik berskala internasional antar Negara.

Menurut Wahyudi konflik antar pribadi, disadari bahwa setiap individu mempunyai perbedaan dan keunikan, yang berarti tidak ada individu yang sama persis di dalam aspek-aspek jasmani maupun rohaninya. Timbulnya perbedaan individu dikarenakan berbagai faktor antara lain : faktor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama bagi terbentuknya kepribadian. Perbedaan individu dapat dijadikan kekuatan bagi organisasi karena keahlian dan keterampilan yang dimiliki masing-masing individu dapat saling menunjang dalam pencapaian tujuan organisasi. Konflik antar Kelas-kelas Sosial menurut Wahyudi (2011:31), masyarakat terdiri dari beberapa lapisan sosial yang hidup saling membutuhkan. ajenjang pendidikan dan tingkat kekayaan anggota masyarakat sangat bervariasi. Kelompok orang-orang kaya membantu kelompok miskin dalam bentuk santunan maupun memberikan kesempatan/peluang pekerjaan. Demikian halnya kelompok masyarakat yang berpendidikan menjalankan tugas sebagai pendidik masyarakat melalui lembaga yang bersifat formal (khusus, perkumpulan/pengajian). Konflik terjadi manakala sub-sub sistem di masyarakat tidak menjalankan fungsi secara adil dan proporsional sehingga kelompok masyarakat tertentu merasa terabaikan.

(8)

Handoko, (1992;43) membedakan Konflik menjadi 5 jenis yaitu : 1) konflik dalam diri individu, 2) konflik antar individu dalam organisasi, 3) konflik antar individu dengan kelompok, 4) konflik antar kelompok, dan 5) konflik antar organisasi. Konflik antar guru dengan siswa berkenaan dengan penegakan disiplin oleh guru, proses belajar yang kurang memuaskan siswa, atau guru kurang perhatian terhadap murid. Konflik antar guru dengan kepala sekolah manyangkut masalah pembagian tugas yang tidak merata, sistem ganjaran yang tidak berdasarkan prestasi kerja. Perbedaan pendapat antara orang tua dan guru karena orang tua terlalu banyak mencampuri kurikulum sekolah, orang tua memandang guru tidak mampu meningkatkan prestasi belajar anak.

Berbagai jenis konflik di atas merupakan gambaran umum kejadian konflik yang muncul pada setiap organisasi. Sedangkan intensitas konflik pada masing-masing berbedda bergantung pada bagaimana individu atau kelompok menanggapi, menafsirkan kejadian konflik. Sedangkan gaya manajemen konflik yang dilakukan oleh pimpinan dapat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan Organisasi.

Desain Penelitian

Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, di mana penelitian ini lebih menekankan kepada pengungkapan makna dan proses dengan latar belakang peneliti sebagai sumber data langsung atau disebut penelitian studi kasus (Moleong, 2002:34). Digunakan pendekatan-pendekatan kualitatif karena adanya kesesuaian antara karakteristik dan ciri-ciri yang cocok, di antaranya : (1)

(9)

instrument utamanya adalah manusia / peneliti, (2) bersifat deskriptif, (3) kerja lapangan, (4) holistik.

Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data penelitian kualitatif adalah data yang banyak menggunakan kata-kata subjek, baik lisan maupun tulisan. Dalam penelitian ini akan diambil data yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian yaitu : Kemampuan Kepala sekolah Mengelola Konflik.

Pada Penelitian ini yang menjadi Sumber data penelitian adalah Kepala Sekolah dan guru-guru sebagai subjek atau informan kunci (key informant). Sumber data yang diperlukan dalam penelitian adalah : Strategi Kepala sekolah Mengendalikan Konflik, Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengatasi Konflik, Kemampuan Kepala Sekolah Mengevaluasi Konflik dan Dampak yang ditimbulkan Konflik.

Hasil Dan Pembahasan

Kemampuan Kepala Sekolah Mengidentifikasi Konflik Individual dan Konflik Antar Kelompok

Dalam mengidentifikasi konflik interpersonal di sekolah kepala sekolah mengidentifikasinya dengan dari perilaku setiap individu guru, melihat cara berinteraksi antar individu guru, dan perbedaan pendapat dalam rapat di sekolah, dan melalui latar belakang setiap individu guru.

Dalam mengidentifikasi konflik antar kelompok kepala sekolah mengenalinya melalui cara antar kelompok berkomunikasi, melalui latar belakang kepentingan

(10)

politik diluar sekolah, dan melalui perbedaan pendapat antara para guru di stiap rapat-rapat yang diadakan di sekolah.

Kemampuan Kepala Sekolah Mengelola Konflik Interpersonal

Cara kepala sekolah mengendalikan konflik adalah dengan memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengemukakan pendapat, mediasi, dan meminta kedua belah pihak untuk bersabar dan mengabaikan konflik. Sumber konflik di SDN 3 Momalia adalah adanya aspirasi yang tidak tersalurkan sementara aspirasi pihak lain tersalurkan, sumber konflik berikutnya adalah adanya saling ketergantungan dalam melaksanakan tugas di sekolah sehingga tugas sering kali terbengkalai dan menimbulkan konflik interpersonal, sumber konflik yang terakhir adalah hasil belajar siswa yang kurang maksimal seirng menjadi bahan perdebatan di sekolah dan berdampak pada konflik interpersonal di sekolah.

Kemampuan Kepala sekolah Mengelola Konflik Kelompok

Dalam mengendalikan konflik antar kelompok di sekolah kepala sekolah sering meminta kedua belah pihak untuk mengutarakan pendapat mereka masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan perundingan, negosiasi, mediasi, kompromi, berdamai, dan meminta kedua kelompok untuk berkompetisi menyelesaikan maslah. Sumber konflik antar kelompok di SDN 3 Momalia adalah masing-masing pihak ingin mengutamakan matapelajaranya masing-masing, maslah politik di luar sekolah, saling ketergantungan dalam pekerjaan dan kesalahan dalam menyampaikan informasi pada saat rapat di sekolah.

(11)

Penutup

Melalui penelitian ini disarankan untuk Dinas Pendidikan Lebih memperhatikan kinerja kepala sekolah dalam mengelola konflik disekolah, dan lebih meningkatkan pelatihan kepala sekolah dalam mengelola konflik. Untuk kepala sekolah diharapkan Dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengelola konflik disekolah, dan dapat membantu membimbing guru yang mengalami konflik. Untuk guru diharapkan dapat meminimalisir konflik yang terjadi disekolah dan dapat memandang konflik sebagai hal yang positif.

Daftar Pustaka

Akdon, 2011. Manajemen Konflik dalam Organisasi. Bandung : Alfabeta Bogdan, R.C & Biklen, S.K. 1982. Methods of Social Research

Anoraga, P. Drs.. (1992). Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Deddy, M. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta. Rajawali Pers Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta:

Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Handoko. Hani. T. 2008. Manajemen. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE.

Kartono, 1998 Kepemimpinan. Yogyakarta : BPFE

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar 1 dapat dijelaskan bahwa variabel nilai fungsional, nilai sosial, nilai emosional, nilai kondisional, dan nilai epistemik dapat mempengaruhi niat pembelian kembali

atraksi, aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat setempat dapat ditingkatkan dan dikembangkan menjadi sumber daya wisata kawasan LKL berkelanjutan. Tujuan umum dari

Pengertian dan fungsi kurikulum pendidikan Konsep Teknologi Instruksional dan Teori Belajar Mengajar Ceramah, diskusi, tanya jawab 200 menit UTS Sikap Kehadiran Tugas Praktek

Salah satu kunci keberhasilan strategi peningkatan kinerja adalah pada sistem informasi yang handal memang tidak bisa dipungkiri,diharapkan dengan adanya informasi yang efektif

nangkapan mereka, kendatipun penahanan yang berulang menyebabkan penderitaan dan rasa malu. Orang kleptomania mungkin merasa bersalah dan cemas setela mencuri,

Bila seseorang baru pindah tempat tinggal dan pindah tempat kerja, kemudian merasa sedih, kesepian dan tidak punya teman yang bisa berlanjut menuju depresi, maka penyembuhannya

• Berdasarkan hasil uji kinerja dapat disimpulkan bahwa adanya sistem pengklasifikasian pada Laman Kantor Pertanahan Kota Surabaya I dapat mempermudah proses pengkategorian aduan

Novel Botchan karya Natsume Soseki menceritakan seorang guru yang mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari mulai tempat ia menginap sampai kepada murid-muridnya yang