PERHITUNGAN DAN ADMINISTRASI PAJAK
PENGHASILAN (PPh) PASAL 25 PADA PT NIAGA
LESTARI
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III
Oleh:
FAZDARIA EKA PUSPITA SARI 3111001032
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JURUSAN MANAJEMEN BISNIS
POLITEKNIK NEGERI BATAM
iv
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini
setelah melaksanakan praktek kerja lapangan selama 3 bulan di CV Agustri
Sukses Konsultindo.
Penulisan tugas akhir ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar Ahli Madya pada program studi Akuntansi di Politeknik Negeri
Batam.
Penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tentunya mendapat
bimbingan serta bantuan dari dosen pembimbing dan pembimbing praktek kerja
lapangan yang telah bersedia memberikan ilmunya dan waktunya kepada penulis,
penulis menyadari tanpa adanya bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai
pihak tidak akan mampu menyelesaikan penulisan tugas akhir ini, maka dari itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang penulis sayangi dan cintai, terima kasih untuk dukungan dan do’a yang tiada henti kepada penulis.
2. Bapak Priyono Eko Sanyoto selaku Direktur Politeknik Negeri Batam
3. Ibu Arniati selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis. Terima kasih ibu
atas bimbingan serta arahan yang telah diberikan dalam penyelesaian tugas
akhir ini.
4. Ibu Sinarti selaku dosen wali yang selalu memberikan penulis arahan dari
vii
ABSTRAK
Nama : Fazdaria Eka Puspita Sari
Program Studi : Akuntansi
Judul : Perhitungan dan Administrasi Pajak PPh Pasal 25 pada
PT Niaga Lestari
Penelitian ini dilakukan di CV Agustri Sukses Konsultindo dengan metode penelitian yaitu dengan metode deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan. Perhitungan PPh pasal 25 ini dapat memberikan informasi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan, pembayaran, dan pencatatan PPh pasal 25 pada PT Niaga Lestari penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Kesimpulan yang diperoleh adalah perhitungan angsuran PPh pasal 25 PT Niaga Lestari tahun 2012 berdasarkan PPh pasal 25 terutang tahun 2011 yang dihitung dari laporan keuangan setelah koreksi fiskal dilakukan. Dalam penggunaan tarif PPh pasal 25 perusahaan menggunakan tarif 28% seharusnya 25%. PT Niaga Lestari belum pernah melakukan pembayaran PPh pasal 25 sama sekali sehingga tidak ada pencatatan. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk perusahaan agar dapat berkembang dengan lebih baik lagi dan seharusnya melakukan pembayaran pajak secara teratur apabila ada kesalahan sebaiknya melakukan pembetulan.
Kata kunci:
viii
Halaman Judul ... i
Lembar Pernyataan Orisinalitas ... ii
Lembar Pengesahaan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... vi
Abstrak ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Gambar ... ixi
Daftar Grafik ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Batasan Masalah ... 3 1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 3
1.6 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.2 Pengertian Pajak ... 6
2.2 Fungsi Pajak ... 6
2.3 Pajak Penghasilan ... 7
2.4 Koreksi Fiskal ... 8
2.5 Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 10
2.5.1 Perhitungan PPh Badan ... 11
2.5.2 Perhitungan PPh Pasal 25 Secara Umum ... 11
2.5.3 Hal-hal tertentu untuk perhitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25...12
2.6 Pembayaran dan Pencatatan Akuntansi PPh Pasal 25 ... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 14
3.1 Metodologi Penelitian ... 14
3.1.1 Objek Penelitian... 14
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data ... 14
3.1.3 Metode Analisis Data ... 14
3.2 Gambaran Umum Perusahaan ... 14
viiii
3.2.2 Visi dan Misi ... 15
3.2.3 Volume Penjualan Perusahaan Dua Tahun Terakhir ... 16
3.2.4 Struktur Organisasi ... 17
3.2.5 Job Deskripsi ... 17
BAB IV PEMBAHASAN ... 19
4.1 Laporan Laba Rugi PT Niaga Lestari ... 19
4.2 Rekonsiliasi Fiskal ... 20
4.3 Perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 25... 26
4.4 Pembayaran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 ... 30
4.5 Pencatatan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 ... 36
BAB V PENUTUP ... 37
5.1 Kesimpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ……….. ... 38 LAMPIRAN
ixi
Gambar 4.1 Laporan laba rugi ... 19
Gambar 4.2 Laporan laba rugi fiskal ... 21
Gambar 4.3 Laporan biaya operasional ... 22
Gambar 4.4 Laporan biaya operasional setelah di analisis ... 25
Gambar 4.5 Laba rugi fiskal setelah dilakukan koreksi ... 26
Gambar 4.6 Perhitungan angsuran PPh pasal 25 badan ... 27
Gambar 4.7 Perhitungan PPh badan yang seharusnya ... 28
Gambar 4.8 Perhitungan angsuran PPh pasal 25 ... 29
Gambar 4.9 SSP PT Niaga Lestari ... 31
Gambar 4.10 Kolom NPWP, Nama WP, dan Alamat WP ... 32
Gambar 4.11 Kode akun pajak dan kode jenis setoran ... 32
Gambar 4.12 Uraian pembayaran untuk SSP ... 33
Gambar 4.13 Masa pajak ... 33
Gambar 4.14 Tahun pajak... 33
Gambar 4.15 Nomor ketetapan ... 34
Gambar 4.16 Jumlah pembayaran ... 34
Gambar 4.17 Diterima oleh kantor penerima pembayaran ... 35
Gambar 4.18 Wajib pajak/penyetor ... 35
xi
DAFTAR GRAFIK
1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bisnis dengan melibatkan valuta asing sudah semakin marak di dalam negeri,
seperti salah satunya yaitu money changer. Money changer adalah perdagangan
mata uang tradisional dengan membeli sejumlah mata uang asing di bank devisa
lalu membuka toko di wilayah strategis seperti daerah wisata, daerah perbelanjaan
yang banyak dikunjungi orang asing, atau bandar udara. Pedagang mata uang
asing ini mengambil keuntungan dari kegiatan jual beli valuta asingnya dengan
menyesuaikan nilai tukar. Seperti yang kita ketahui, nilai tukar atau kurs ada dua
jenis yakni kurs jual dan kurs beli. Pada kedua jenis ini selalu terdapat perbedaan
tipis. Perbedaan inilah yang dimanfaatkan oleh para pedagang mata uang asing.
PT Niaga Lestari adalah perusahaan yang bertempat di Batam pada bulan
Februari tahun 2009, dan bergerak di bidang perdagangan valuta asing bukan
Bank atau yang kita kenal selama ini dengan perusahaan money changer.
Perusahaan ini melaksanakan jual beli mata uang kertas asing (bank notes),
pembelian traveller’s cheques (TC), dan penyampaian tentang informasi mata uang.
Dalam kegiatannya PT Niaga Lestari juga memiliki kewajiban membayar
pajak penghasilan sebagaimana mestinya yaitu pemotongan, pembayaran dan
pelaporan dalam satu periode tertentu biasanya setelah satu tahun takwim, yang
dikenal dengan SPT Tahunan. Penghitungan PPh tahunan badan ini dilakukan
2
tersebut berakhir, hal ini agar semua data penghasilan perusahaan dalam satu
tahun tersebut dapat diketahui. PT Niaga Lestari tentu saja harus menunggu
laporan keuangan selesai dibuat untuk data penghasilan ini. Setelah itu barulah
PPh terutang yang wajib dibayar baru dapat diketahui ketika suatu tahun pajak
telah berakhir. Apabila pembayaran pajak dilakukan secara sekaligus tentunya
akan memberatkan, maka dari itu sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku, PT Niaga Lestari melakukan pembayaran pajak secara dicicil setiap
bulannya. Pembayaran angsuran pajak atau cicilan ini dinamakan dengan PPh
Pasal 25.
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan, maka Penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Perhitungan dan Administrasi Pajak PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut, masalah dari
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana perhitungan PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari tahun 2012
b. Bagaimana pembayaran PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari tahun 2012
3. Batasan Masalah
Penulis membatasi laporan tugas akhir ini dengan tiga batasan masalah, yaitu:
a. Batasan Data
Data yang digunakan oleh penulis adalah laporan laba/rugi komersil dan fiskal
PT Niaga Lestari tahun 2011, pelaporan PPh Pasal 25 (SSP) tahun 2012.
b. Batasan Lapangan
Penelitian ini dilakukan di CV Agustri Sukses Konsultindo dengan
menggunakan data aktifitas keuangan PT Niaga Lestari yang merupakan salah
satu klien dari CV Agustri Sukses Konsultindo.
c. Batasan Aspek
Batasan aspek yang akan digunakan oleh penulis adalah PPh Pasal 25 pada PT
Niaga Lestari.
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui perhitungan PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari pada tahun
2012
b. Mengetahui pembayaran PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari tahun 2012
c. Mengetahui pencatatan Akuntansi PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari
tahun 2012
5. Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua
4
a. Manfaat bagi penulis
Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan dan administrasi PPh Pasal 25
pada PT Niaga Lestari yang bergerak di bidang perdagangan valuta asing
bukan Bank.
b. Manfaat bagi masyarakat
Agar penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat dijadikan referensi untuk
penelitian di masa yang akan datang.
6. Sistematika Penulisan
Rencana sistematika penulisan laporan akhir per bab. Setiap Bab dituliskan judul
dan diuraikan sub-sub judul yang ada pada setiap bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Sesuai dengan judul penelitian yang akan dibahas maka landasan
penelitian berisi tentang pengertian pajak, fungsi pajak, pajak
penghasilan, koreksi fiskal, dan perhitungan pajak penghasilan 25.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi tentang objek penelitian, teknik pengumpulan data, metode
yang digunakan, gambaran umum perusahaan, dan stuktur
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil analisis data atau uraian hasil penelitian yang
dilakukan penulis tentang perhitungan, pembayaran, dan
pencatatan PPh Pasal 25 tahun 2012.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang hasil kesimpulan yang didasarkan pada analisis
penelitian mengenai laporan penelitian yang penulis lakukan serta
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 28 Tahun 2007
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa. Dalam hal ini pajak yang dibayarkan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Djajadiningrat dalam buku Resmi (2011) pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada Negara disebabkan
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Negara satu-satunya yang berhak memungut atas iuran pajak. Iuran tersebut
tentunya berupa uang dan bukan barang, dan pajak dipungut harus berdasarkan
undang-undang serta aturan pelaksanaannya. Pajak digunakan untuk membiayai
rumah tangga negara, yang bermanfaat bagi masyarakat luas di negara itu sendiri.
2.2 Fungsi Pajak
Menurut Resmi (2011) sebagaimana telah diketahui dari ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Disini dijelaskan bahwasannya pajak itu berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan
pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai
penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
menurut fungsi ini pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: untuk minuman
keras pajaknya dikenakan lebih tinggi, dan dapat ditekan. Demikian pula
terhadap barang-barang yang mewah.
2.3 Pajak Penghasilan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang pajak penghasilan (PPh) berlaku sejak
1 Januari 1984. Undang-Undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan
terakhir kali diubah dengan Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap
subjek pajak yang berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut akan dikenai pajak apabila menerima
atau memperoleh penghasilannya, dalam Undang-Undang PPh hal ini disebut
dengan wajib pajak.
Wajib pajak akan dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
8
Undang-Undang PPh menganut asas materiil, artinya penentuan mengenai pajak
yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak.
2.4 Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal dilakukan oleh wajib pajak karena adanya perbedaan penghitungan
laba menurut akuntansi komersial (Berdasarkan SAK) dengan akuntansi fiskal
(Menurut UU PPh). Maka dari itu sebelum melakukan penghitungan pajak
penghasilan yang terutang kita harus terlebih dahulu melakukan koreksi-koreksi
fiskal sesuai dengan UU PPh. Dengan demikian wajib pajak tidak perlu lagi
membuat pembukuan ganda, cukup dengan membuat satu saja pembukuan
berdasarkan Standard Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT
Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal.
Jenis koreksi fiskal menurut Gunadi (2010) disini merupakan jenis-jenis
perbedaan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal (UU PPh), yaitu
terdiri atas:
a. Beda Tetap
1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut
ketentuan PPh bukan penghasilan.
2. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut
ketentuan PPh telah dikenakan PPh telah dikenakan PPh bersifat final.
3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan
menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
b. Beda Waktu
Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi
penilaian persediaan, penyisihan piutang tak tertagih, rugi-laba selisih kurs,
dan sebagainya.
Kertas kerja koreksi fiskal dapat dibuat sesuai format pada gambar.2.1
Gambar 2.1 Rekonsiliasi fiskal Sumber: Resmi (2011)
Koreksi positif dilakukan apabila pendapatannya menurut fiskal itu lebih besar
dari pada menurut akuntansi dan biaya/pengeluarannya menurut fiskal lebih kecil
daripada menurut akuntansi. Koreksi negatif apabila pendapatan menurut fiskal
lebih kecil dari pada menurut akuntansi dan biaya/pengeluarannya menurut fiskal
lebih besar daripada menurut akuntansi. Serta suatu pendapatan telah dikenakan
pajak penghasilan bersifat final. Kertas kerja koreksi fiskal dapat dibuat sesuai
10
Gambar 2.2 Rekonsiliasi Fiskal Sumber: Resmi (2011) 2.5 Pajak Penghasilan Pasal 25
Menurut Resmi (2011) Pajak penghasilan yang kita ketahui dikenakan kepada
wajib pajak dalam satu periode tertentu yang dinamakan dengan tahun pajak, dari
hal ini maka perhitungan PPh dilakukan setahun sekali yang dituangkan dalam
SPT tahunan. Untuk melakukan perhitungan ini harus dilakukan setelah tahun
tersebut berakhir, agar semua data penghasilan dalam satu tahun dapat diketahui.
Bagi suatu perusahaan dalam memperoleh data penghasilan tentunya harus
menunggu laporan keuangan selesai dibuat, dengan cara seperti itu jumlah PPh
terutangnya baru dapat dketahui ketika suatu tahun pajak berakhir, agar
pembayaran pajak tidak dilakukan sekaligus yang tentunya akan memberatkan,
maka dibuatlah tata cara pembayaran pajak dimuka atau pembayaran cicilan pajak
setiap bulan. Pembayaran angsuran atau cicilan pajak ini dinamakan dengan pajak
2.5.1 Perhitungan PPh Badan
Sesuai Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) huruf (b) disini
dijelaskan bahwa Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak. Selanjutnya berdasarkan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (1) huruf (b) dijelaskan bahwa
wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%, lalu
ada tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b) menjadi 25%
yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 31E ayat (1)
bahwa wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000,- mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari
tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang
dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,-
2.5.2 Perhitungan PPh Pasal 25 Secara Umum
Menurut Gunadi (2010) besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus
dibayarkan sendiri oleh wajib pajak seperti dimaksud dalam Pasal 25 UU PPh.
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan sama dengan PPh yang
terutang menurut SPT tahunan PPh tahub pajak lalu dikurangi dengan PPh yang
telah dipotong/dipungut pihak lain (PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, dan PPh Pasal
23) dan PPh terutang atau dibayar di Luar Negeri yang boleh dikreditkan (PPh
12
Pajak Penghasilan terutang berdasarkan berdasarkan SPT
Tahunan PPh tahun 2009 Rp 50.000.000,00
Dikurangi dengan:
PPh yang dipotong pemberi kerja (PPh Pasal 21) Rp 15.000.000,00
PPh Pasal 22 Rp 10.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp 2.500.000,00
Kredit pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24) Rp 7.500.000,00
Jumlah Rp 35.000.000,00
Dasar perhitungan PPh pasal 25 Rp 15.000.000,00
besarnya angsuran PPh yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2010 adalah: Rp 15.000.000,00 : 12 = Rp 1.250.000,00
2.5.3 Hal-hal Tertentu Untuk Penghitungan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25
Direktur Jenderal Pajak (Waluyo, 2011) diberi wewenang untuk menyesuaikan
besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun
berjalan apabila:
a. Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian.
b. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur.
c. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu
yang ditentukan.
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan
2.6 Pembayaran dan Pencatatan Akuntansi PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 harus dibayarkan dan disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal
15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Selanjutnya wajib pajak
diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah
masa pajak tersebut berakhir. Bagi wajib pajak pengusaha tertentu, berlaku juga
ketentuan sebagai berikut:
a. Jika wajib pajak memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah kerja
kantor pelayanan pajak, mereka harus mendaftarkan masing-masing tempat
usahanya di kantor pelayanan pajak yang bersangkutan.
b. Jika wajib pajak memiliki tempat usaha lebih dari satu tempat kantor
pelayanan pajak, mereka harus mendaftarkan setiap tempat usahanya di kantor
pelayanan pajak masing-masing tempat usaha wajib pajak berkedudukan.
c. SPT tahunan PPh harus disampaikan di kantor pelayanan pajak tempat
domisili wajib pajak terdaftar dengan batas waktu seperti yang ada pada
ketentuan butir 2.
Berikut contoh pencatatan jurnal pembayaran PPh 25 adalah sebagai berikut:
Piutang PPh Pasal 25 Rp 1.250.000,00
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM
PERUSAHAAN
3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pajak penghasilan
(PPh) pasal 25 di PT Niaga Lestari pada tahun 2012.
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi berupa bukti
pembelian dan penjualan uang kertas asing (UKA), rekening koran tahun 2011,
laporan Laba/rugi PT Niaga Lestari tahun 2011.
3.1.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan
cara menggambarkan kegiatan yang dilakukan peneliti sehubungan dalam
memecahkan masalah yang diteliti.
3.2 Gambaran Umum Perusahaan 3.2.1 Sejarah Umum Perusahaan
Seiring dengan perkembangan pariwisata dan perdagangan di kota batam dengan
ditandai semakin banyaknya wisatawan asing serta semakin tumbuh kembang
sebagai badan usaha di bidang perdagangan valuta asing untuk menangkap
peluang dalam perkembangannya dunia wisata dan perdagangan di batam. PT
Niaga Lestari didirikan dengan Akta tertanggal 19 Mei 2007 Nomor: 42 (empat
puluh dua), kemudian dirubah lagi dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas tertanggal 6 Desember 2007 Nomor: 9 (sembilan) Dan
terakhir pada rapat umum pemegang saham luar biasa perseroan terbatas PT
Niaga Lestari yaitu tanggal 16 Februari 2009 dengan Nomor.34 (tiga puluh
empat).
Anggaran dasar dan perubahan telah mendapat pengesahan dari menteri
hukum dan hak asasi manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan
tertanggal 3 Januari 2008 Nomor: AHU-00434.AH.01.01.Tahun 2008, yang
dibuat oleh Notaris Anly Cenggana. SH. PT Niaga Lestari beralamat di Gedung
Harbour Bay Mall Lower Ground No. Unit 14 kel. sungai jodoh, Batam.
3.2.2 Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi Money Changer pilihan terbaik yang unggul dalam layanan
menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar
korporasi, komersial, dan konsumen.
b. Misi
Memberikan pelayanan terbaik dalam bertransaksi valuta asing dengan harga
16
3.2.3 Volume Penjualan Perusahaan Dua Tahun Terakhir
Dapat dilihat dua tahun terakhir PT Niaga Lestari yang bergerak di bidang usaha
money changer untuk penjualan UKA (uang kertas asing) pada tahun 2010 senilai
Rp2.897.158.820,00 dan di tahun 2011 mengalami peningkatan penjualan UKA
menjadi Rp46.875.382.377. Grafik penjualan perusahaan untuk dua tahun terakhir
dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Grafik Penjualan dua tahun terakhir PT Niaga Lestari Sumber: PT Niaga Lestari
2010 2011 Volume penjualan Rp2,987,158,820 Rp46,875,382,377 Rp- Rp5,000,000,000 Rp10,000,000,000 Rp15,000,000,000 Rp20,000,000,000 Rp25,000,000,000 Rp30,000,000,000 Rp35,000,000,000 Rp40,000,000,000 Rp45,000,000,000 Rp50,000,000,000
Volume penjualan
3.2.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT Niaga Lestari dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Niaga Lestari Sumber: PT Niaga Lestari
3.2.5 Deskripsi Tugas
Deskripsi tugas menggambarkan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing
bagian. Berikut penulis jelaskan:
a. Komisaris
- komisaris setiap waktu dalam jam kerja kantor berhak memasuki
bangunan dan halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau yang
dikuasai oleh Perseroan.
- Berhak memeriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya.
- Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain.
KOMISARIS
DIREKTUR
18
b. Direktur
- Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata
tertib, menjelaskan dan menyimpulkan tindakan dan kebijakan.
- Mengendalikan uang pendapatan.
- Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di perusahaan.
c. Keuangan
- Meminta bukti penjualan dan pembelian UKA per hari pada kasir.
- Merekap dan menyimpan bukti-bukti dari hasil penjualan dan pembelian.
- Membuat laporan atau jurnal keuangan (neraca dan laporan rugi laba)
setiap bulan.
d. Kasir
Adapun tugas dan wewenang dari Kasir pada PT.Niaga Lestari adalah
melayani konsumen yang akan melakukan transaksi jual beli valuta asing
serta mencatat penjualan dan pembelian UKA per hari dalam bentuk bukti
pembelian dan penjualan, kemudian menyerahkan bukti tersebut kepada
19
PEMBAHASAN
4.1 Laporan Laba Rugi PT Niaga Lestari Tahun 2011
Setiap perusahaan tentunya memiliki laporan laba rugi karena dari laporan laba
rugi kita dapat melihat perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun. Berikut
penulis paparkan bagaimana kondisi laporan laba rugi PT Niaga Lestari untuk
periode tahun 2011 dapat dilihat pada gambar 4.1.
LAPORAN LABA/RUGI PT NIAGA LESTARI PERIODE DESEMBER 2011
Komersial
Pendapatan
Penjualan UKA & TC 46,875,382,377 Pendapatan Bersih 46,875,382,377
Harga Pokok Produksi
Saldo Awal UKA & TC 294,316,519 Pembelian UKA & TC 47,877,573,124 Saldo Akhir UKA & TC 1,515,106,870 Jumlah Harga Pokok Produksi 46,656,782,773 Laba Kotor 218,599,604
Beban Operasional 208.730.562
Laba Operasional 9.869.042
Pendapatan (Beban) lain-lain
Pendapatan lain-lain - Laba Selisih Kurs 21,218,865 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain 21,218,865
Laba Bersih Sebelum Pajak 31.087.907
Gambar 4.1 Laporan Laba Rugi Sumber: PT Niaga Lestari
20
Dari hasil laporan laba/rugi PT Niaga Lestari Tahun 2011 dapat diketahui
bahwa pendapatan PT Niaga Lestari tahun 2011 adalah sebesar Rp46.875.382.377
dan berdasarkan laporan laba/rugi telah diketahui laba bersih sebelum pajak
penghasilan adalah sebesar Rp31.087.907.
4.2 Rekonsiliasi Fiskal
Pada akhir tahun 2011 PT Niaga Lestari dilakukan koreksi fiskal sesuai ketentuan
perundang-undangan yang ada dan penulis juga menguraikan beberapa penjelasan
mengenai pos yang membedakan laba usaha kena pajak menurut konsep akuntansi
dan fiskal. Rekonsiliasi dilakukan dengan cara koreksi positif dan negatif.
Laporan laba rugi beserta koreksi fiskal pendapatan dan biaya pada PT Niaga
PT NIAGA LESTARI LAPORAN KOREKSI FISKAL
PER 31 DESEMBER 2011
Komersial Koreksi Fiskal
Pendapatan
Penjualan UKA & TC
46,875,382,377 - 46,875,382,377 Pendapatan Bersih 46,875,382,377 - 46,875,382,377
Harga Pokok Produksi
Saldo Awal UKA & TC
294,316,519
294,316,519 Pembelian UKA & TC
47,877,573,124 -
47,877,573,124 Saldo Akhir UKA & TC
1,515,106,870 -
1,515,106,870
Jumlah Harga Pokok Produksi 46,656,782,773 - 46,656,782,773 Laba Kotor 218,599,604 - 218,599,604 Beban Operasional 208.730.562 208,730,562 Laba Operasional 9.869.042 - 9,869,042
Pendapatan (Beban) lain-lain
Laba Selisih Kurs
21,218,865 -
21,218,865 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain
21,218,865 - 21,218,865 Laba Bersih Sebelum Pajak 31.087.907 - 31,087,907
Gambar 4.1 Laporan Laba Rugi Sumber: PT Niaga Lestari
Dari tabel 4.2 laporan laba rugi fiskal, penulis akan menguraikan beberapa
penjelasan tentang akun-akun koreksi fiskal:
a. Pendapatan Penjualan UKA & TC
Penjualan UKA & TC tidak dikenakan koreksi fiskal karena merupakan hasil
kegiatan usaha PT Niaga Lestari yang merupakan penghasilan dan bukan
merupakan objek PPh final sehingga secara fiskal tidak dilakukan koreksi
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 4 ayat
(1) huruf (d) poin 5 bahwa keuntungan karena penjualan merupakan objek
22
b. Harga Pokok Penjualan
Pada harga pokok penjualan pada PT Niaga Lestari terdiri dari saldo awal,
pembelian, serta saldo akhir UKA & TC telah sesuai dengan laporan BI
sehingga tidak dikoreksi.
Selanjutnya penulis akan menjelaskan mengenai pos beban operasional,
berikut laporan biaya operasional dapat dilihat pada gambar 4.3.
PT NIAGA LESTARI
LAPORA BIAYA OPERASIONAL PERIODE 31 DESEMBER 2011
Dalam Rupiah
Komersil Koreksi Fiskal
Gaji, Upah, dan Tunjangan 82,700,000 - 82,700,000
Sewa Gedung 32,166,933 - 32,166,933
Iklan dan Promosi 5,131,496 - 5,131,496
Air, Listrik, dan Telephone 42,072,000 - 42,072,000
Penyusutan Aktiva Tetap 11,245,000 - 11,245,000
Keamanan 6,136,667 - 6,136,667
TV Kabel 5,785,000 - 5,785,000
Kebersihan 5,866,666 - 5,866,666
Koran 5,106,667 - 5,106,667
ATK & Percetakan 7,343,467 - 7,343,467
TOTAL 208,730,562 - 208,730,562
Gambar 4.3 Laporan Biaya Operasional Sumber: PT Niaga Lestari
Beban Operasional
a. Gaji, Upah dan Tunjangan
Sesuai dengan Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1)
huruf (a) poin 2 menjelaskan bahwa gaji diakui sebagai biaya yang diakui
menurut fiskal sehingga dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha untuk mendapatkan,
b. Sewa Gedung
Dijelaskan dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1)
huruf (a) poin 3 bahwa sewa merupakan biaya yang secara langsung
berkaitan dengan kegiatan usaha dan dapat menjadi pengurang
penghasilan bruto. Biaya sewa ini tidak dikurangi karena pembayarannya
tidak ada unsur biaya dibayar dimuka.
c. Iklan dan promosi
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a)
poin 7 iklan dan promosi merupakan biaya yang berhubungan dengan
kegiatan usaha, sehingga biaya tersebut diakui secara fiskal dan tidak
dikoreksi serta terdapat bukti-bukti pendukung yang valid.
d. Air, listrik, dan telepon
Biaya air, listrik, dan telepon merupakan biaya yang dapat menjadi
pengurang dari penghasilan bruto, artinya biaya tersebut diakui menurut
fiskal. Sebagaimana dijelaskan didalam Undang-Undang No. 36 Tahun
2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a) poin (2) bahwa biaya yang berkenaan
dengan pekerjaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dan
biaya-biaya ini murni biaya-biaya usaha atau tidak digabung dengan tempat tinggal
direktur.
e. Penyusutan aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap tidak dilakukan koreksi karena metode penyusutan
aktiva menurut kebijakan perusahaan sama dengan metode penyusutan
24
kedalam kelompok I dengan tarif sesuai dengan Undang-Undang No. 36
pasal 11 ayat (6) yaitu 25%.
f. Keamanan
Keamanan tidak dikoreksi karena keamanan termasuk biaya yang
merupakan iuran yang dikenakan demi menjaga asset perusahaan serta
terdapat bukti yang valid, dan dijelaskan dalam Undang-Undang PPh No.
36 Pasal 6 untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
sehingga tidak dikoreksi.
g. TV Kabel
TV Kabel tidak dikoreksi karena termasuk pada biaya yang berkenaan
dengan kegiatan usaha karena di PT Niaga Lestari membutuhkan info
untuk mengakses informasi mata uang dan tidak termasuk fasilitas
sehingga tidak dikoreksi hal ini merupakan kebijakan dari perusahaan,
sedangkan setelah diteliti sesuai peraturan perpajakan seharusnya ini
dikoreksi.
h. kebersihan
Kebersihan tidak dikoreksi karena kebersihan termasuk biaya yang
berkenaan dengan pekerjaan dan dijelaskan dalam Undang-Undang PPh
No. 36 Pasal 6 untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
i. Koran
Koran menurut kebijakan perusahaan adalah biaya yang berhubungan
fiskal sehingga tidak dikoreksi, sementara setelah di teliti sesuai peraturan
perpajakan seharusnya ini merupakan fasilitas dan semestinya dikoreksi.
j. ATK & Percetakan
ATK dan percetakan merupakan biaya yang berhubungan dengan kegiatan
usaha sehingga biaya tersebut diakui menurut fiskal dan tidak dikoreksi,
karena biaya tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha, sesuai dalam
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1) huruf (a) poin 1.
Setelah dianalisis maka seharusnya koreksi fiskal menjadi seperti pada
gambar 4.4.
PT NIAGA LESTARI
LAPORA BIAYA OPERASIONAL PERIODE 31 DESEMBER 2011
Dalam Rupiah
Komersil Koreksi Fiskal
Gaji, Upah, dan Tunjangan 82,700,000 - 82,700,000
Sewa Gedung 32,166,933 - 32,166,933
Iklan dan Promosi 5,131,496 - 5,131,496
Air, Listrik, dan Telephone 42,072,000 - 42,072,000
Penyusutan Aktiva Tetap 11,245,000 - 11,245,000
Keamanan 6,136,667 - 6,136,667
TV Kabel 5,785,000 5,785,000 -
Kebersihan 5,866,666 - 5,866,666
Koran 5,106,667 5,106,667 -
ATK & Percetakan 7,343,467 - 7,343,467
TOTAL 208,730,562 10,891,667 197,838,895
Gambar 4.4 Laporan Biaya Operasional setelah dianalisis Sumber: Data diolah sendiri
Setelah dilakukan koreksi dan ada biaya yang seharusnya dilakukan
koreksi seperti biaya koran dan biaya TV kabel sehingga total laba bersih sebelum
pajak berubah dari Rp 31.087.865 menjadi Rp 41.979.667, dan dapat dilihat pada
26
PT NIAGA LESTARI LAPORAN KOREKSI FISKAL
PER 31 DESEMBER 2011
Komersial Koreksi Fiskal
Pendapatan
Penjualan UKA & TC
46,875,382,377 - 46,875,382,377 Pendapatan Bersih 46,875,382,377 - 46,875,382,377
Harga Pokok Produksi
Saldo Awal UKA & TC
294,316,519
294,316,519 Pembelian UKA & TC
47,877,573,124 -
47,877,573,124 Saldo Akhir UKA & TC
1,515,106,870 -
1,515,106,870
Jumlah Harga Pokok Produksi 46,656,782,773 - 46,656,782,773 Laba Kotor 218,599,604 - 218,599,604 Beban Operasional 208.730.562 10,891,667 197,838,895 Laba Operasional 9.869.042 - 9,869,042
Pendapatan (Beban) lain-lain
Laba Selisih Kurs
21,218,865 -
21,218,865 Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain
21,218,865 - 21,218,865 Laba Bersih Sebelum Pajak 31.087.907 10,891,667 41,979,574
Gambar 4.5 laba rugi fiskal setelah dilakukan koreksi Sumber: data diolah sendiri
4.3 Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25
Dalam perhitungan perpajakan PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari dituntut mengikuti
peraturan Undang-Undang yang berlaku, dan data yang digunakan oleh PT Niaga
Lestari yaitu laporan laba/rugi tahun 2011, sedangkan untuk tarif yang digunakan
dalam perhitungan PPh pasal 25 adalah tarif 28% dengan mendapat fasilitas
pemotongan tarif 50% dikarenakan peredaran brutonya lebih dari 4.800.000.000.
melakukan perhitungan angsuran PPh 25 badan, untuk perhitungan angsuran PPh
pasal 25 badan dapat dilihat pada gambar 4.6.
perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Badan terutang
Peredaran Bruto 46.875.382.377
Penghasilan neto fiskal 31.087.907
Kompensasi rugi tahun sebelumnya ---
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 31.087.907 Penghasilan Kena Pajak dari bagian yang mempunyai fasilitas
4.800.000.000 X 31.087.907 = 3.183.376 46.875.382.377
Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak mempunyai fasilitas
31.087.907 - 3.183.376 = 27.904.531
Tarif PPh pasal 17 (Fasilitas menurut pasal 31 E UU PPh No.36 Th 2008
3.183.376 50% X 28% = 445.673 27.904.531 X 28% = 7.813.269
PPh Terutang 8.258.941
Gambar 4.6 Perhitungan angsuran PPh pasal 25 badan Sumber: PT Niaga Lestari
Perhitungan di atas merupakan perhitungan yang dilakukan oleh
perusahaan dan tarif yang digunakan ternyata tidak sesuai dengan yang
seharusnya, sedangkan sesuai UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (1) huruf b
tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan
persen). Pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai
berlaku sejak tahun pajak 2010. Perhitungan dengan tarif 25% dan untuk
penghasilan neto fiskal mengalami perubahan karena adanya koreksi menjadi
28
perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Badan
Peredaran Bruto 46.875.382.377
Penghasilan neto fiskal 41.979.574
Kompensasi rugi tahun sebelumnya ---
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 41.979.574 Penghasilan Kena Pajak dari bagian yang mempunyai fasilitas
4.800.000.000 X 41.979.574 = 4.298.673 46.875.382.377
Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak mempunyai fasilitas
41.979.574 - 4.298.673 = 37.680.901
Tarif PPh pasal 17 (Fasilitas menurut pasal 31 E UU PPh No.36 Th 2008
4.298.673 50% X 25% = 537.334 37.680.901 X 25% = 9.420.225
PPh 25 9.957.559
Gambar 4.7 perhitungan PPh badan yang seharusnya Sumber: data diolah sendiri
Perhitungan pajak penghasilan adalah peredaran bruto PT Niaga Lestari
tahun pajak 2011 sebesar Rp46.875.382.377 dengan penghasilan kena pajak
sebesar Rp41.979.574:
a. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
(Rp4.800.000.000 : Rp46.875.382.377) x Rp41.979.574 = Rp4.298.673
b. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas: Rp41.979.574 – Rp4.298.673 = Rp37.680.901 Pajak penghasilan:
(50% x 25%) x Rp4.298.673 = Rp537.334
25% x Rp37.680.901 = Rp9.420.225 +
Jadi total PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan dengan tarif 25% untuk tahun
2012 adalah Rp 9.957.559. Sehingga terdapat selisih untuk besar PPh 25 dalam
tahun berjalan oleh perusahaan dan perhitungan yang seharusnya Rp 8.258.941 – Rp 9.957.559 = Rp 1.698.618 merupakan kurang bayar dengan kondisi ini
sehingga perusahaan melakukan pembetulan ke kantor pajak.
Setelah mengetahui jumlah PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan maka
penulis akan melanjutkan untuk menghitung angsuran pajak penghasilan PPh
pasal 25 dalam hal ini penulis menghitung PPh pasal 25 menurut PT Niaga Lestari
dengan ketentuan perpajakan dengan tarif yang berlaku dapat dilihat pada gambar
4.8. PPh Terutang Rp 9.957.559 Kredit Pajak PPh Pasal 22 Rp - PPh Pasal 23 Rp -
Jumlah Kredit Pajak -
PPh Pasal 25 Dibayar Sendiri Rp 9.957.559
Uang Muka PPh Pasal 25 Rp 7,172,943
PPh Pasal 29 Kurang Bayar 2.784.616
Angsuran PPh Pasal 25 Badan Tahun 2012
Rp
9.957.559 Rp 829.796
12
Gambar 4.8 Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 Sumber: PT Niaga Lestari
Dari keterangan gambar di atas maka penulis akan menjelaskan bagaimana
perincian perhitungan angsuran PPh pasal 25 tersebut tentang penjelasan
perhitungan pajak penghasilan PPh 25 badan telah diketahui berapa jumlah PPh
pasal 25 dalam tahun berjalan yaitu sebesar Rp9.957.559, hasil tersebut
dikurangkan dengan besar total kredit pajak yaitu Rp0, kredit pajak PT Niaga
30
sehingga dapat diketahui bahwa besarnya angsuran pajak PPh pasal 25 yang harus
dibayar sendiri oleh PT Niaga Lestari perbulan dalam setahun Rp9.957.559 : 12
bulan = Rp829.796.
4.4 Pembayaran Pajak Penghasilan PPh Pasal 25
PT Niaga Lestari untuk tahun 2012 belum melakukan pembayaran pajak
penghasilan PPh pasal 25, seharusnya PT Niaga Lestari melakukan pembayaran
PPh pasal 25 ke kantor pajak dapat melalui kantor pos, dengan mengisi SSP dan
PT Niaga Lestari tidak wajib melaporkan pasal 25 setelah melakukan pembayaran
tersebut, karena sesuai peraturan dirjen pajak nomor PER-22/PJ/2008 yang
menegaskan bahwa wajib pajak yang telah melakukan pembayaran PPh pasal 25
melalui bank persepsi atau bank devisa persepsi atau kantor pos persepsi dengan
sistem pembayaran secara online dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP)
dan secara otomatis telah terlapor.
Pembayaran PPh pasal 25 penulis membuatkan SSP untuk tahun 2012 dan
ini merupakan contoh pengisian SSP apabila perusahaan secara rutin membayar
Gambar 4.9 SSP PT Niaga Lestari Sumber : diolah sendiri
LEMBAR
Untuk Arsip Wajib Pungut atau pihak lain
NPWP : 0 2 . 6 5 0 . 5 7 4 . 3 - 2 1 5 . 0
Diisi sesuai dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki NAMA WP : PT NIAGA LESTARI ALAMAT : KOMP. LUCKY PLAZA BLOK D
BATAM
NOP :
Diisi sesuai dengan Nomor Objek Pajak Alamat OP :
Kode Akun Pajak Kode Jenis Setoran Uraian Pembayaran : Masa PPh pasal 25 badan
4 1 0 0
Masa Pajak Tahun Pajak
Beri tanda silang ( X ) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan Diisi Tahun terutangnya Pajak
Nomor Ketetapan :
Diisi sesuai Nomor Ketetapan : STP, SKPKB atau SKPKBT
h Jumlah Pembayaran : Diisi dengan rupiah penuh
Terbilang :
Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran Wajib Pajak / Penyetor
Tanggal ……… Batam , Tanggal
Cap dan tanda tangan Cap dan tanda tangan
Nama Jelas : Nama Jelas :
"Terima Kasih Telah Membayar Pajak - Pajak Untuk Pembangunan Bangsa" Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran
F.2.0.32.01
5
SURAT SETORAN PAJAK
(SSP)
02 mei 2012
Joko Muliyoto # delapan ratus dua puluh sembilan ribu tujuh ratus sembilan puluh enam rupiah #
Rp. 2 0 1 2 829.796 0 0 Nop Okt
Mar Apr Mei Jun Des
X Jul Ags 6 Jan Feb 1 1 1 2 Sep
DEPARTEMEN KEUANGAN R.I DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
32
Berikut penulis berikan penjelasan cara pengisian SSP dari masing-masing
gambar di bawah ini:
Untuk kolom NPWP, Nama dan Alamat diisi dengan NPWP, nama, dan
alamat PT Niaga Lestari, dapat dilihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Kolom NPWP, Nama WP, dan Alamat WP Sumber: data diolah sendiri
Kode akun pajak dan kode jenis setoran diisi dengan 411126 yaitu untuk
jenis pajak PPh pasal 25/29 badan sesuai dengan peraturan direktur jenderal pajak
nomor per- 38/PJ/2009, tentang bentuk formulir surat setoran pajak. 100 yaitu
jenis setoran masa PPh pasal 25 badan untuk pembayaran masa PPh pasal 25
badan yang terutang sesuai dengan peraturan direktur jenderal pajak nomor per-
38/PJ/2009, tentang bentuk formulir surat setoran pajak, dapat dilihat pada
gambar 4.11.
Gambar 4.11 Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran Sumber: data diolah sendiri
Kolom uraian pembayaran diisi sesuai dengan uraian dalam kolom “Jenis Setoran” yang berkenaan dengan Kode MAP dan Kode Jenis Setoran. Pada PT Niaga Lestari diisi dengan uraian pembayaran Masa PPh Pasal 25 badan untuk
setoran bulan April, dapat dilihat pada gambar 4.12.
Gambar 4.12 Uraian Pembayaran untuk SSP Standard Sumber: data diolah sendiri
Pada kolom masa pajak diisi dengan memberi tanda silang pada salah satu
kolom bulan untuk masa pajak yang dibayar atau disetor. Pembayaran atau
setoran untuk lebih dari satu masa pajak dilakukan dengan menggunakan satu SSP
untuk setiap masa pajak, dapat dilihat pada gambar 4.13.
Gambar 4.13 Masa Pajak Sumber: data diolah sendiri
Pada kolom tahun pajak diisi dengan tahun terutangnya pajak PT Niaga
Lestari pada saat itu, dapat dilihat pada gambar 4.14.
Gambar 4.14 Tahun Pajak Sumber: data diolah sendiri
Masa Pajak
Beri tanda silang ( X ) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan
x
34
Pada kolom ketetapan diisi nomor ketetapan yang tercantum pada surat
ketetapan pajak (SKPKB, SKPKBT) atau Surat Tagihan Pajak (STP) hanya
apabila SSP digunakan untuk membayar atau menyetor pajak yang kurang
dibayar/disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau STP, dapat dilihat pada
gambar 4.15.
Gambar 4.15 Nomor Ketetapan Sumber: data diolah sendiri
Pada kolom jumlah pembayaran diisi dengan angka jumlah pajak yang
dibayar atau disetor PT NIaga Lestari dalam rupiah penuh, dapat dilihat pada
gambar 4.16.
Gambar 4.16 Jumlah pembayaran Sumber: data diolah sendiri
Kolom paling bawah pada SSP yaitu penerimaan pembayaran diisi dengan
tanggal penerimaan pembayaran atau setoran oleh Kantor Penerima Pembayaran
(Bank Persepsi/Devisa Persepsi atau PT. Pos Indonesia), tanda tangan, dan nama
jelas petugas penerima pembayaran atau setoran, serta cap/stempel Kantor
Gambar 4.17 Diterima oleh kantor penerima pembayaran Sumber: data diolah sendiri
Pada kolom cap dan tanda tangan berikut diisi tempat dan tanggal
pembayaran atau penyetoran, tanda tangan, dan nama jelas direktur serta stempel
perusahaan yaitu PT Niaga Lestari, dapat dilihat pada gambar 4.18.
Gambar 4.18 Wajib pajak/Penyetor Sumber: data diolah sendiri
Pada kolom ruang validasi diisi Nomor Transaksi Pembayaran Pajak
(NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP)
hanya oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama
Modul Penerimaan Negara (MPN) dengan Direktorat Jenderal Pajak, dapat dilhat
36
Gambar 4.19 Ruang Validasi kantor Penerima pembayaran Sumber: data diolah sendiri
4.5 Pencatatan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 merupakan uang muka PPh yang akan diperhitungkan atas PPh 25
dalam tahun berjalan di akhir tahun. Besarnya PPh pasal 25 yang akan dibayar
oleh PT Niaga Lestari setiap bulannya akan diketahui sebagai piutang PPh pasal
25 karena perusahaan tidak melakukan pembayaran PPh pasal 25 untuk tahun
2012 sehingga tidak ada pencatatan seharusnya jika perusahaan membayar PPh
pasal 25 maka jurnalnya adalah:
Piutang PPh Pasal 25 Rp829.796,00
Kas/Bank Rp829.796,00
PPh pasal 25 diakui sebagai uang muka/piutang PPh karena akan diperhitungkan
37
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab IV
serta dikaitkan dengan tujuan penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Perhitungan PPh pasal 25 pada PT Niaga Lestari menggunakan tarif lama
yaitu 28%, seharusnya menggunakan tarif 25% dan terdapat biaya yang
seharusnya dikoreksi tapi tidak dikoreksi yaitu biaya koran dan TV kabel.
b. Untuk pembayaran PPh Pasal 25 PT Niaga Lestari belum melakukan
pembayaran sama sekali.
c. Pencatatan PPh Pasal 25 pada PT Niaga Lestari tidak pernah dilakukan
karena PPh pasal 25 tahun 2012 belum pernah dibayar, seharusnya jika
perusahaan membayar PPh pasal 25 maka jurnalnya adalah piutang PPh
pasal 25 pada debit dan Kas/Bank pada kredit.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran terkait
dengan perhitungan, pembayaran dan pencatatan Pajak Penghasilan Pasal 25 pada
PT Niaga Lestari yaitu sebagai berikut:
a. Seharusnya perusahaan melakukan pembayaran PPh pasal 25 secara teratur.
b. Untuk tarif pajak seharusnya sesuai dengan peraturan terbaru dan jika
38
DAFTAR PUSTAKA
BPUSKP. 2010. Rangkuman Undang-Undang Perpajakan. Jakarta: IKPI.
Gunadi. 2010. Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Jakarta: Multi Utama Consultindo.
Muljono, Djoko. dan Wicaksono, Baruni. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Panduan Lengkap Tata Cara & Perhitungan Pajak Penghasilan + Petunjuk Pengisian SPT. Yogyakarta: Laksana.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
---, Undang-Undang Nomor 7 tentang Pajak Penghasilan.
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Suprianto, Edy. 2011. Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
NAMA WAJIB PAJAK : PT. NIAGA LESTARI NPWP : 02.650.574.3.215.000
ALAMAT : LUBUK BAJA
BATAM
Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 Badan Tahun 2011 ( PB < 4,8 M,PB<50 M )
Peredaran Bruto 46,875,382,377
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tahun 2011 41,979,574
1 Penghasilan Kena Pajak dari bagian yang mempunyai fasilitas
4,800,000,000
46,875,382,377
2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian Peredaran Bruto yg tidak mempunyai Fasilitas
Rp 41,979,574 - Rp 4,298,673 37,680,901
Tarif PPh Pasal 17 (Fasilitas Menurut Pasal 31 E UU PPh No.36 Th 2008)
Rp 4,298,673 50% x 25% = Rp 537,334 Rp 37,680,901 x 25% = Rp 9,420,225 PPh Terutang 9,957,559 Kredit Pajak PPh Pasal 21 Rp -PPh Pasal 22 Rp -PPh Pasal 23 Rp
-Jumlah Kredit Pajak
-PPh Pasal 25 Dibayar Sendiri Rp 9,957,559
Uang Muka PPh Pasal 25 Rp 7,172,943
PPh Pasal 29 Kurang Bayar 2,784,616
Angsuran PPH Pasal 25 Badan Tahun 2012
Rp 9,957,559 = Rp 829,797 12
h
h BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI SPT PEMBETULAN
KE-N P W P : 0 2 6 5 0 5 7 4 3 2 1 5 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : P T . N I A G A L E S T A R I
JENIS USAHA : J A S A P E N U K A R A N U A N G KLU :
NO. TELEPON : 0 7 7 8 5 1 5 6 2 1 4 NO. FAKS :
PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 1 1 2 1 1
NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :
PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN X TIDAK DIAUDIT
NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
N P W P KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NAMA AKUNTAN PUBLIK :
N P W P AKUNTAN PUBLIK :
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :
N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK :
NAMA KONSULTAN PAJAK :
N P W P KONSULTAN PAJAK :
*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 4)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) ………..
2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) ………
3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1 - 2) ………
4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) a. Tarif PPh Ps 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 ………
b. Tarif PPh Ps 17 ayat (2b) X Angka 3 ………
c. x Tarif PPh Ps 31E ayat (1)
5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEBERI
(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ………
6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) ………
7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……… 8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI
(Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 6) ………..
b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) ………
c. JUMLAH (8a + 8b) ………. 9. a. X PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT 10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI
a. PPh Ps. 25 BULANAN ……… b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) ………
c. JUMLAH (10a + 10b) ……….. 11. a. X PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A)
12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ……… 0 4 2
13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON :
a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK
Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu : Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP) F.1.1.32.14 BLN THN 10c 7,172,943 D . PPh K U R A N G /L EB IH B A YA R (9 - 10c) 11 2,784,616 0 1 2 TGL (6 - 7 - 8c) 9 9,957,559 10a 7,172,943 10b -C . K R ED IT PA J A K 7 -8a -8b 8c -31,087,718 B . PPh T ER U T A N G 4 9,957,559 5 6 9,957,559 RUPIAH *) (1) (2) (3) A . PENG H A SI L A N K EN A PA J A K 1 31,087,718 2 3 6 7 1 9 1 s.d.
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
ID E N T IT A S F
FORMULIR 1771 Halaman 2
14. a. PENGHASILAN YANG MENJADI DASAR
PENGHITUNGAN ANGSURAN ………..
b. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 9) ………..
c. PENGHASILAN KENA PAJAK (14a - 14b) ……… d. PPh YANG TERUTANG
(Tarif PPh dari Bagian B Nomor 4 X 14c) ………..
e. KREDIT PAJAK TAHUN PAJAK YANG LALU ATAS PENGHASILAN YANG TERMASUK DALAM ANGKA 14a
YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN ……….
f. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI (14d - 14e) ………. g. PPh PASAL 25 : (1/12 x 14f) ……….
15. a. PPh FINAL :
(Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian A Kolom 5) ………
b. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK : PENGHASILAN BRUTO
(Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian B Kolom 3) ……….
16. a. Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimewa dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country
(Wajib melampirkan Lampiran Khusus 3A, 3A-1, dan 3A-2 Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
b. x TidakAda Transaksi Dalam Hubungan Istimewa dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara
Tax Haven Country
17. SELAIN LAMPIRAN-LAMPIRAN 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, DAN 1771-VI BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :
a. X SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 b. X LAPORAN KEUANGAN
c. X TRANSKRIP KUTIPAN ELEMEN-ELEMEN DARI LAPORAN KEUANGAN (Lampiran Khusus 8A-1 / 8A-2 / 8A-3 / 8A-4 / 8A-5 / 8A-6 / 8A-7 / 8A-8) d. x DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Lampiran Khusus 1A pada Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
e. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* f. DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* g. DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* h. SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus bagi BUT)
i. PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)* j. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
k. SURAT KUASA KHUSUS (Bila dikuasakan)
l. ……….. m. ………
n. ………
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
a. x WAJIB PAJAK b. KUASA c. d. 3 0 0 4
TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN :
NAMA LENGKAP PENGURUS / KUASA : e. J O K O M U L I Y O T O N P W P : f. 0 8 2 0 9 0 6 0 6 2 1 5 0 0 0 F.1.1.32.14 (tempat) tgl bln thn BATAM 2 0 1 2 14f 9,957,559 G. P E RN Y AT AA N T RA NS AK S I DA L AM HU BU NGAN I S T IM E W A H. L AM P IRAN PERNYATAAN 14g 829,797 F . P P h F INAL DAN P E NGHA S IL AN BUK AN OBJ E K P AJAK 15a -15b -RUPIAH (1) (2) (3) E . AN GS UR AN P P h P AS AL 2 5 T AH UN BE RJAL AN 14a 31,087,718 14b 14c 31,087,718 14d 9,957,559 14e
-N P W P : 0 2 6 5 0 5 7 4 3 2 1 5 0 0 0 NAMA WAJIB PAJAK : P T . N I A G A L E S T A R I
PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 1 1 2 1 1
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI :
a. PEREDARAN USAHA ……….. 1a
b. HARGA POKOK PENJUALAN ………. 1b
c. BIAYA USAHA LAINNYA ………... 1c
d. PENGHASILAN NETO DARI USAHA (1a - 1b - 1c) ………... 1d
e. PENGHASILAN DARI LUAR USAHA ………. 1e
f. BIAYA DARI LUAR USAHA ……….. 1f
g. PENGHASILAN NETO DARI LUAR USAHA (1e - 1f) ………. 1g
h. JUMLAH (1d + 1g) ………... 1h
PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Kolom 5) ……….
JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL (1h + 2) ………. 3
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL
DAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK ……….
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF :
a. BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN
PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA... ………...
b. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN ………... 5b
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU
JASA DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN ……….
d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ………...
e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN, ATAU SUMBANGAN ………. 5e
f. PAJAK PENGHASILAN ………. 5f
g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA
ATAU CV YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM ………...
h. SANKSI ADMINISTRASI ……….. 5h
i. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL ………... 5i
j. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL ………... 5j
k. BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ………... 5k
l. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA ………... 5l
m. JUMLAH 5a s.d. 5l ………. 5m
PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF :
a. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN FISKAL ……….. 6a
b. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL ………... 6b
c. PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ………... 6c
d. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA ………... 6d
e. JUMLAH 6a s.d. 6d ………. 6e
FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETO : TAHUN KE- 7a (Diisi dari Lampiran Khusus 4A Angka 5b) ………...
PENGHASILAN NETO FISKAL (3 - 4 + 5m - 6e - 7b) ……….. 8
CATATAN : Pindahkan jumlah Angka 8 ke Formulir 1771 Huruf A Angka 1. D.1.1.32.31 6. 8. 31,087,907 7. 7b 5g 5d 3. 31,087,907 4. 4 -5. 5a 5c 21,218,865 31,087,907 2. 2 -21,218,865 NO URAIAN RUPIAH (1) (2) (3) ID E N TI TA S 1. 46,875,382,377 46,656,782,773 208,730,562 9,869,042 s.d.
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL
N P W P : 0 2 6 5 0 5 7 4 3 2 1 5 0 0 0 NAMA WAJIB PAJAK : P T . N I A G A L E S T A R I PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 1 1 2 1 1 NO (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Catatan :
Nomor 1 untuk Perusahaan Dagang diisi pembelian barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi pembelian bahan baku, bahan penolong dan barang jadi. Nomor 7 termasuk management fee, technical assistance fee, dan jasa lainnya.
Nomor 11 diisi dengan total biaya yang tidak tertampung dalam perincian 1 s.d. 10.
Nomor 12 dan 13 untuk perusahaan dagang diisi total persediaan awal dan akhir barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi total persediaan awal/akhir bahan baku/bahan penolong ditambah barang setengah jadi ditambah barang jadi.
D.1.1.32.54 PERSEDIAAN AWAL 294,316,519 - - 294,316,519 h h h h PERSEDIAAN AKHIR (-/-) 1,515,106,870 - - 1,515,106,870 JUMLAH 1 S.D. 12 DIKURANGI 13 46,656,782,773 208,730,562 - 46,865,513,335 BIAYA PEMASARAN/PROMOSI - 5,131,496 - 5,131,496 BIAYA LAINNYA - 77,487,133 - 77,487,133 BIAYA PIUTANG TAK TERTAGIH - - - -BIAYA ROYALTI - - - -BIAYA BUNGA PINJAMAN - - - -BIAYA SEHUBUNGAN DENGAN JASA - - - -BIAYA PENYUSUTAN DAN AMORTISASI - 11,245,000 - 11,245,000 BIAYA SEWA - 32,166,933 - 32,166,933 GAJI, UPAH, BONUS, GRATIFIKASI,
HONORARIUM, THR, DSB 82,700,000 - 82,700,000 BIAYA TRANSPORTASI - - -
-(2) (3) (4) (5) (6) = (3) + (4) + (5)
PEMBELIAN BAHAN/BARANG DAGANGAN 47,877,573,124 - - 47,877,573,124 PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN
(Rupiah)
BIAYA USAHA LAINNYA (Rupiah)
BIAYA DARI LUAR USAHA (Rupiah) JUMLAH (Rupiah) ID EN T IT A S
0 1 1
KEMENTERIAN KEUANGAN RIPERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA DAN BIAYA DARI LUAR USAHA SECARA KOMERSIAL DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
F O R MU L IR
1771 - II
LAMPIRAN - II T A H U N PA J A KSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN