• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Meningkatkan Minat Belajar Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas 4 SD Darul Ulum

Kebonsari Surabaya

 

Abstrak: Minat siswa terhadap pelajaran pendidikan agama terutama SKI di SD darul Ulum Kebonsari Surabaya diketahui rendah yaitu sekitar 65% siswa memiliki minat belajar sedang. Hal ini terjadi karena salah satu kelemahan yaitu masih menerapkan cara lama (tradisional) dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini menjadi penting untuk diperbaiki karena akibat suasana kelas selama pembelajaran cenderung pasif, aktivitas siswa rendah, siswa cepat bosan dalam mengikuti pelajaran dapat mengakibatkan kurangnya minat belajar siswa pada pelajaran SKI. Hal tersebut membuat peneliti melakukan penelitian untuk membantu meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran SKI, karena dengan adanya minat atau perhatian siswa pada pelajaran yang diberikan maka isi dari materi pelajaran akan terserap dengan baik. Pada penelitian ini siswa melakukan diskusi kemudian menjawab pertanyaan dari guru melalui metode Talking Stick. Peneliti memilih menggunakan metode Talking Stick karena metode ini dapat melatih kerjasama, komunikasi, menyenangkan dan dapat menguji kesiapan siswa dalam situasi apapun. Setelah penelitian dilaksanakan diperoleh hasil bahwa penelitian menggunakan metode Talking Stick mengalami peningkatan minat belajar yang signifikan yaitu pra siklus sekitar 35% dari 34 siswa mempunyai minat belajar tinggi dan meningkat pada siklus 1 menjadi 70% dari 34 siswa memiliki minat belajar tinggi.

Kata Kunci: Minat Belajar, Sejarah Kebudayaan Islam, Talking Stick.

PENDAHULUAN

Minat siswa terhadap pelajaran pendidikan agama terutama SKI diakui sangat minim, mereka lebih suka dengan pelajaran berbasis tekhnologi dan informasi. Hal

(2)

ini terjadi karena salah satu kelemahan pendidikan agama Islam yaitu masih menerapkan cara-cara lama (tradisional) dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered). Akibatnya suasana kelas selama pembelajaran cenderung pasif, aktivitas siswa rendah, siswa cepat bosan dalam mengikuti pelajaran. Sikap anak didik yang pasif inilah yang mengakibatkan kurangnya minat belajar mereka pada pelajaran Agama Islam terutama SKI.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Bapak Nafiul Huda sebagai guru pelajaran PAI di SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya, khususnya pada pembelajaran SKI siswa kelas IV, proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Dalam proses belajar mengajar, guru menjelaskan materi dengan metode ceramah. Dari proses pembelajaran tersebut, diketahui siswa memiliki minat yang rendah dengan pembelajaran SKI. Dari 34 siswa sekitar 65% siswa memiliki minat belajar sedang terhadap pelajaran SKI, hal ini dibuktikan saat akan dimulainya pembelajaran SKI terlihat ekspresi yang murung dan tidak mood.

Pentingnya minat belajar siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Minat atau perhatian siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh guru. Dengan adanya minat atau perhatian siswa kapada mata pelajaran yang kita berikan maka isi dari materi pelajaran akan terserap dengan baik. Sebaliknya tanpa adanya perhatian terhadap apa yang kita berikan dengan susah payah tidak akan didengar, apalagi disukai oleh siswa.

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah. Aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Pentingnya mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam salah satunya adalah dapat membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan siswa dapat mengetahui Sejarah Kebudayaan Islam sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Untuk itu hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah menjadikan bahan pelajaran yang dapat menarik perhatian siswa serta keadaan atau situasi yang dapat menarik minat siswa.

Untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada pelajaran SKI di SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya, peneliti memilih menggunakan metode Talking Stcik karena metode ini adalah salah satu model cooperative learning, dimana siswa berkelompok sehingga dapat melatih kerjasama dan komunikasi, metode ini mampu menguji kesiapan siswa, melatih keterampilan dalam membaca dan memahami

(3)

materi pelajaran dengan cepat, selain itu metode ini juga menyenangkan karena dengan bantuan tongkat siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapatnya dan mengajak siswa untuk terus siap dalam situasi apapun.

Rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya: (1) Bagaimana penerapan metode Talking Stick dalam pembelajaran SKI kelas IV di SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya? (2) Bagaimana peningkatan minat belajar kelas IV SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya dalam pembelajaran SKI dengan metode Talking Stick?

Setelah adanya latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui penerapan metode Talking Stick dalam pembelajaran SKI kelas IV di SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya; (2) Mengetahui peningkatan minat belajar kelas IV SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya dalam pembelajaran SKI dengan metode Talking Stick.

Dengan adanya penelitian ini, diaharapkan hasilnya nanti akan memberikan konstribusi atau manfaat bagi beberapa pihak diantaranya: untuk guru, dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang pendidikan dengan memperoleh metode pembelajaran yang sesuai untuk materi SKI. Untuk siswa, dapat membantu meningkatkan minat belajar dalam pelajaran SKI, sehingga siswa tidak merasa bosan dan bersifat aktif dalam menerima pelajaran. Untuk sekolah, memberikan kontribusi, khususnya dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.

KERANGKA KONSEPTUAL Minat Belajar

Winkel. W menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa senang dan tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel. W, 1983: 87).

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003: 57).

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatang-kan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minatpun berkurang (Hurlock, 1989: 76).

Muhibbin Syah menyatakan Belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetapkan sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 1999: 102).

Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseleruhan, sebagai hasil pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Surya, 2004: 48).

(4)

Dari pendapat ahli tersebut peneliti menyimpulkan minat belajar adalah kecenderungan hati atau keinginan terhadap sesuatu yang di sukai untuk sebuah perubahan yang lebih baik sebagai hasil dari sebuah proses pengalaman interaksi terhadap lingkungannya.

Minat belajar memiliki arti aspek psikologis seorang (siswa) yang menampak-kan diri dalam gejala untuk melakumenampak-kan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan belajar yang berkaitan dengan mata pelajaran dalam berbagai aspeknya. Minat atau perhatian siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui oleh guru (Arikunto, 1990: 103-106).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Seseorang akan berminat dalam belajar manakala ia dapat merasakan manfaat terhadap apa yang dipelajari, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang dan dirasakan ada kesesuaian dengan kebutuhan yang sedang dihadapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh berkembangnya minat maupun sebaliknya mematikan minat belajar adalah sebagai berikut: (1) Faktor inernal, yaitu faktor yang berada dalam diri siswa antara lain: (a) Kematangan, kematangan dalam diri siswa dipengaruhi oleh pertumbuhan mentalnya. Mengajar-kan sesuatu pada siswa dapat dikataMengajar-kan berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan dan potensi-potensi jasmani serta rohaninya telah matang untuk menerima hal yang baru; (b) Latihan dan ulangan, Oleh karena telah terlatih dan sering mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki siswa dapat menjadi semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki dapat hilang atau berkurang. Oleh karena latihan dan seringkali mengalami sesuatu, maka seseorang dapat timbul minatnya pada sesuatu; (c) Motivasi, motivasi merupakan pendorong bagi siswa untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat mendorong seseorang, sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya bagi dirinya (Ngalim, 2006: 103-104). (2) Faktor Eksternal, Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara lain: (a) Faktor guru, Seorang guru mestinya mampu menumbuh-kan dan mengembangmenumbuh-kan minat diri siswa. Segala penampilan seseorang guru yang tersurat dalam kompetensi guru sangat mempengaruhi sikap guru sendiri dan siswa. Kompetensi itu terdiri dari kompetensi personal yaitu kompetensi yang berhubungan dengan kepribadian guru dan kompetensi professional yaitu kemampuan dalam penguasaan segala seluk beluk materi yang menyangkut materi pelajaran, materi pengajaran maupun yang berkaitan dengan metode pengajaran. Hal demikian ini dapat menarik minat siswa untuk belajar, sehingga mengembangkan minat belajar siswa; (b) Faktor Metode, Minat belajar siswa sangat dipengaruhi metode pengajaran yang digunakan oleh guru. Menarik tidaknya suatu materi pelajaran tergantung pada

(5)

kelihaian guru dalam menggunakan metode yang tepat sehingga siswa akan timbul minat untuk memperhatikan dan tertarik untuk belajar; (c) Faktor materi pelajaran, Materi pelajaran yang diberikan atau dipelajari bila bermakna bagi diri siswa, baik untuk kehidupan masa kini maupun masa yang akan dating menumbuhkan minat yang besar dalam belajar (Hamalik, 2006: 30-32).

Indikator Minat Belajar

Menurut Safari, definisi konsep minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar. Definisi operasional: minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes minat belajar yang mengukur aspek: (a) kesukaan, gairah siswa saat mengikuti pelajaran, dan respon siswa saat mengikuti pelajaran; (b) ketertarikan, respon terhadap guru, dan respon terhadap materi; (c) perhatian, rasa ingin tahu terhadap materi, perhatian siswa terhadap materi, dan konsentrasi belajar; (d) keterlibatan, berusaha memahami materi yang disampaikan, kesadaran untuk mempelajari materi, memiliki keinginan bersaing, dan kemauan belajar (Safari, 2005: 111).

Metode Talking Stick (Stik Berbicara)

Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat atau media untuk mencapai suatutujuan (Surakhmad, 1984: 96).

Menurut Miftahul Huda, metode Talking Stick merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Adapun langkah-langkah metode Talking Stick yaitu: (1) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 atau 6 orang, (2) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm; (3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran; (4) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana; (5) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan; (6) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru; (7) Guru memberikan kesimpulan; (8) Guru melakukan evaluasi/penilaian, 9) Guru menutup pembelajaran (Huda, 2014: 224-225).

Menurut Agus Suprijono metode Talking Stick memiliki kelebihan dan kekurangan, diantara kelebihannya yaitu: (1) Menguji kesiapan siswa; (2) Melatih

(6)

siswa membaca dan memahami materi dengan cepat; (3) Memacu siswa agar lebih giat belajar; (4) Siswa berani mengemukakan pendapat; dan (5) Mengajak siswa untuk terus siap dalam situasi apapun.

Kekurangan metode Talking Stick diantaranya yaitu: (1) Membuat siswa senam jantung; (2) Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru; dan (3) Tidak semua siswa siap menerima pertanyaan (Suprijono, 2009: 110).

Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam Permenag No: 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah, Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah. Aspek Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

MenurutM. Hanafi SKI adalah singkatan dari Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan sebuah mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan (Hanafi, 2009: 76).

Dari definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah pelajaran PAI yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, seperti peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, yang kemudian dapat dijadikan sebagai dasar pandangan hidup.

Tujuan Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Dalam Permenag No: 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah, Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan diantaranya yaitu, 1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam, 2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, 3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah, 4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau, 5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari

(7)

peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan-nya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah

Dalam Permenag No: 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah, ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: (1) Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW; (2) Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW; (3) Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW peristiwa Fatkhul Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW; (4) Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaur Rasyidin; (5) Sejarah perjuangan Walisongo.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan: “Dengan menngunakan metode Talking Stick maka minat belajar siswa terhadap pelajaran SKI akan meningkat.”

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi suatu proses pembelajaran.

Menurut Seharsini, Suhardjono dan Supardi menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas: (1) Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang diminati; (2) Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik; (3) Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Kurniyanto, 2009: 9).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki beberapa karakteristik tertentu yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain. Adapun karakteristik yang dimaksud antara lain meliputi: (1) Didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru; (2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan

(8)

kualitas pengajaran; (5) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus (Aqib, 2008: 16).

Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran menggunakan metode Talking Stick pada pelajaran SKI kelas IV untuk meningkatkan minat belajar peserta didik yang telah direncanakan.

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya pada tanggal 4 Mei pada tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya Tahun Ajaran 2014-2015, dengan jumlah dalam satu kelas 34 peserta didik yaitu 14 siswa laki-laki dan 20 siswi perempuan.

Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) model Kurt Lewin. Model kurt lewin ini memiliki 4 langkah pokok, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) aksi atau tindakan (Acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting) (Purwati, dkk, 2009: 12-13). Keempat langkah tersebut dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1: Alur PTK Model Kurt Lewin

Perencanaaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Refleksi Pelaksanaan Pengamatan ? Identifikasi Masalah

(9)

Pra Siklus

Sebelum melakukan PTK, peneliti melakukan observasi awal (wawancara) yaitu untuk menemukan masalah, melakukan identifikasi masalah, menentukan “batasan masalah”, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah, merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan “hipotesis tindakan” sebagai pemecahan, menentukan “pilihan hipotesis tindakan” pemecahan masalah, dan merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran Berbasis PTK.

Setelah merumuskan judul, pada tahap pra siklus peneliti membagikan angket minat belajar siswa sebagai pre tes kepada jumlah seluruh siswa untuk mengetahui hasil minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI sebelum ada tindakan.

Siklus I

Setelah pra siklus langkah selanjutnya pada siklus I yaitu: 1) Perencanaan (Planning), pada tahap ini, peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. 2) Tindakan (Acting), pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan dalam RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada tahap ini, setelah kegiatan penutup peneliti memberikan post tes melalui angket minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI. 3) Pengamatan (Observing), pada tahap ini peneliti mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, memantau kegiatan diskusi antar siswa, mengamati pemahaman siswa terhadap penguasaan materi yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK. 4) Refleksi (Reflecting), pada tahap ini, peneliti mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK tercapai.

Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara, observasi, dan angket. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menanyakan kesulitan yang dihadapi saat mengajar dan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan minat belajar siswa dalam pembelajaran SKI, wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran, instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara. Obeservasi digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data mengenai aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick, instrumen yang digunakan yaitu tabel pengamatan. Dan angket digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data mengenai minat belajar siswa sebelum dan sesudah adanya tindakan perbaikan yang menggunakan metode Talking Stick, instrumen yang digunakan yaitu butir soal angket.

(10)

Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data tentang minat belajar siswa atau prosentase keberhasilan minat belajar siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa angket post tes pada setiap akhir putaran. Adapun Jumlah variabel dan indikator dalam penelitian ini dapat diketahui pada kisi-kisi instrumen sebagai berikut:

Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Angket Minat Belajar

Indikator Nomer Item

Perasaan Senang (Kesukaan)

a. Gairah siswa saat mengikuti pelajaran respon b. Respon siswa saat mengikuti palajaran

1, 14 2, 15

Ketertarikan Siswa

a. Respon terhadap guru b. Respon terhadap materi

3, 4 5

Perhatian Siswa

a. Rasa ingin tahu terhadap materi b. Perhatian siswa terhadap materi c. Konsentrasi belajar

6 7, 8

9

Keterlibatan Siswa

a. Berusaha memahami materi yang disampaikan b. Kesadaran untuk mempelajari materi

c. Memiliki keinginan bersaing d. Kemauan belajar

10 11 12 13

Analisis ini dihitung dnegan menggunakan statistik sederhana yaitu:

a. Untuk menghitung skor angket dari masing-masing siswa digunakan rumus, Σx = Jumlah skor

jumlah item angket

b. Rumus yang digunakan untuk menghitung skor rata-rata minat siswa adalah Skor rata-rata = Σ x

N

Σ x : jumlah skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa N : jumlah seluruh siswa

c. Prosentase minat belajar

P = Jumlah siswa yang memiliki minat belajar tinggi

(11)

Kriteria:

a. 1 ≤ skor rata – rata < 1,80 minat belajar sangat rendah. b. 1,80 ≤ skor rata – rata < 2,6 minat belajar rendah. c. 2,6 ≤ skor rata – rata < 3,4 minat belajar sedang. d. 3, 4 ≤ skor rata – rata < 4,2 minat belajar tinggi. e. 4,2 ≤ skor rata-rata ≤ 5 minat belajar sangat tinggi.

Kriteria Keberhasilan Tindakan

Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya minat belajar siswa kategori tinggi yaitu 4,2 ≤ skor rata-rata ≤ 5 yang artinya minat belajar sangat tinggi sekurang-kurangnya 65% - 70% atau sekitar 22-24 siswa dari 34 siswa memiliki minat belajar tinggi, diukur dari minat belajar siswa sebelum ada tindakan perbaikan menggunakan metode Talking Stick dan sesudah adanya tindakan perbaikan menggunakan metode Talking Stick. Hasilnya dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada siswa mengenai minat belajar siswa dalam proses pembelajaran setelah adanya tindakan perbaikan menggunakan metode Talking Stick.

HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Pra Siklus

Sebelum melakukan PTK, peneliti melakukan observasi awal (wawancara) pada tanggal 10 April 2015 kepada guru pelajaran untuk menemukan masalah, dari hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa siswa kelas IV SD Darul Ulum memiliki minat belajar yang kurang terhadap pembelajaran SKI. Setalah itu, peneliti membagikan pre tes berupa angket minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI kepada 34 siswa kelas IV untuk mengetahui hasil minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI sebelum adanya tindakan, berikut tabel hasil angket minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI sebelum ada tindakan:

Tabel 2: Hasil Angket Siswa sebelum Tindakan

No Kriteria Skor Kategori Jumlah Siswa Prosentase

1 1 - 1,7 Minat belajar sangat rendah - - 2 1,8 - 2,5 Minat belajar rendah - -

3 2,6 - 3,3 Minat belajar sedang 22 22 x 100% = 65% 34 4 3, 4 - 4,1 Minat belajar tinggi 12 12 x 100% = 35% 34 5 4,2 - 5 Minat belajar sangat tinggi - -

Jumlah Siswa Keseluruhan 34

(12)

Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa:

Jumlah siswa yang memiliki minat sedang : 22 siswa Jumlah siswa yang memiliki minat tinggi : 12 siswa

Prosentase siswa yang memliki minat tinggi : 12 x 100% = 35% 34

Dapat diamati pada tabel pre-test angket minat belajar siswa sebelum adanya tindakan bahwa rata-rata minat belajar siswa 3,2 yang mengindikasikan bahwa siswa memiliki minat belajar sedang dalam pembelajaran SKI dengan prosentase siswa yang memiliki minat belajar tinggi 35% yaitu 12 dari 34 siswa, sehingga peneliti memilih tindakan berupa metode pembelajaran Talking Stick agar siswa dapat mempelajari materi dengan mudah dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat belajarnya pada pembelajaran SKI.

Siklus I

Penelitian tindakan kelas siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015, jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran sebanyak 34 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 10 siswi perempuan. Materi pembelajaran dengan Standar Kompetensi SKI “Menceritakan kisah Nabi” dan Kompetensi Dasar “Menceritakan Kisah Nabi Ibrahim AS” pada semester genap tahun ajaran 2014-2015. Kegiatan dalam penelitian siklus I menggunakan alur sebagai berikut:

Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan RPP, mempersiapkan tongkat sepanjang kurang lebih 20 cm yang digunakan untuk menerapkan metode Talking

Stick, mempersiapkan instrumen untuk menganalis data mengenai proses

pembelajaran berlangsung yaitu : lembar kerja yang berupa pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara, lembar observasi guru dan siswa, angket minat belajar.

Tahap Pelaksanaan (Acting)

Tahap ini peneliti bertindak sebagai guru, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan materi Kisah Nabi Ibrahim AS dengan menerapkan metode Talking Stick. Adapun kegiatannya yaitu, 1) Peneliti melaksanakan kegiatan yang telah disusun sesuai dengan RPP yang telah dibuat mencakup kegiatan pendahuluan, inti dan penutup, 2) peneliti memberikan post tes berupa angket minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI setelah menggunakan metode Talking Stick dalam pembelajaran SKI.

Adapun hasil post test siswa mengenai minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI adalah sebagai berikut:

(13)

Tabel 3: Hasil Angket Siswa sesudah Tindakan

No Kriteria Skor Kategori Jumlah Siswa Prosentase

1 1 - 1,7 Minat belajar sangat rendah - - 2 1,8 - 2,5 Minat belajar rendah - -

3 2,6 - 3,3 Minat belajar sedang 10 10 x 100% = 30% 34 4 3, 4 - 4,1 Minat belajar tinggi 24 24 x 100% = 70% 34 5 4,2 – 5 Minat belajar sangat tinggi - -

Jumlah Siswa Keseluruhan 34

Rata-rata Kelas 3,4 (minat belajar tinggi)

Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa:

Jumlah siswa yang memiliki minat sedang : 10 siswa Jumlah siswa yang memiliki minat tinggi : 24 siswa

Prosentase siswa yang memliki minat tinggi : 24 x 100% = 70% 34

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode Talking Stick diperoleh peningkatan rata-rata minat belajar SKI menjadi 3,4 yang mengindikasikan minat belajar siswa tinggi dengan prosentase 70% yaitu 24 dari 34 siswa. Hal ini menunjukkan keberhasilan indikator kinerja pada siklus I setelah melakukan tindakan melalui metode Talking Stick dalam meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran SKI.

Tahap Observasi (Observing)

Tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses perbaikan minat belajar siswa pada pembelajaran SKI dengan menggunakan metode Talking stick. Dalam hal ini peneliti menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa, dimana untuk guru digunakan untuk melihat kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, untuk siswa digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil lembar observasi terhadap guru dan siswa adalah sebagai berikut:

(14)

Tabel 4: Lembar Obesrvasi untuk Guru

No. Hal – Hal yang diamati Ya Tidak

1 Guru membuka pembelajaran dengan salam. √ 2 Guru mengabsen siswa, dengan menanyakan kehadiran siswa dan

mengecek kehadiran dengan absensi.

√ 3 Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. √ 4 Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dibahas. √ 5 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. √ 6 Guru membentuk siswa menjadi 6 kelompok √ 7 Guru memfasilitasi siswa untuk membaca dan berdiskusi tentang

materi kisah Nabi Ibrahim AS

√ 8 Guru menyuruh siswa untuk menutup semua buku dan bersiap

untuk menerima pertanyaan guru melalui metode Talking Stick.

√ 9 Guru mengambil Stick dan diberikan kepada siswa yang

dikehendaki, kemudian memberikan pertanyaan kepada siswa yang sudah dikehendaki.

√ 10 Guru memberikan penjelasan kembali mengenai kisah Nabi Ibrahim

AS.

√ 11 Guru menanyakan kembali kepahaman siswa terhadap materi yang

sudah disampaikan, meluruskan kesalahan pemahanan, memberikan penguatan dan penyimpulan.

√ 12 Guru mengevaluasi seluruh kegiatan pembelajaran, menyimpulkan

dan memberikan penguatan. √

13 Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya dengan menyuruh siswa untuk membaca materi yang akan di bahas pada pertemuan selanjutnya.

√ 14 Guru menutup pembelajaran dengan berdo’a dan salam √

Tabel 5: Lembar Obesrvasi untuk Siswa

No Hal – Hal yang diamati Pertemuan 1 Ya Tidak

1 Siswa merespon apersepsi/motivasi yang diberikan oleh guru. √ 2 Siswa mendengarkan saat tujuan pembelajaran disampaikan. √ 3 Siswa melaksanakan perintah guru untuk berkelompok. √ 4 Siswa berkelompok untuk membaca materi dan berdikusi dengan

kelompoknya.

√ 5 Siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

melalui metode Talking Stick.

(15)

6 Siswa memusatkan perhatian pada saat guru menjelaskan materi kembali.

√ 7 Siswa memberi tanggapan saat guru mengecek pemahaman. √ 8 Siswa merespon kesimpulan materi pembelajaran yang

disampaikan guru.

Tahap Refleksi (Reflecting)

Pada pertemuan awal peneliti memberikan angket minat belajar siswa kepada 34 siswa kelas IV, dari hasil angket pre tes menunjukkan bahwa hanya 35% dari 34 siswa memiliki minat belajar tinggi terhadap pembelajaran SKI, sehingga peneliti mengambil tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode Talking Stick dimana peneliti bertindak sebagai guru dan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang bertindak sebagai observer.

PEMBAHASAN

Penerapan Pembelajaran

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode Talking Stick dikatakan cukup berhasil, dan membawa dampak positif bagi peserta didik. Hal ini dibuktikan dari hasil angket setelah menggunakan metode Talking Stick yang membuktikan bahwa responden setuju dengan adanya metode Talking Stick ini sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran SKI, hal ini disebabkan karena dengan metode Talking Stick menjadikan siswa sebagai subyek sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Hasil Minat Belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stick memiliki dampak positif dalam meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran SKI. Hal ini dibuktikan sebelum menggunakan metode Talking Stick, minat belajar siswa tinggi memiliki prosentase 35% yaitu 12 dari 34 siswa dan setelah ada tindakan dengan menggunakan metode Talking Stick minat belajar siswa meningkat menjadi 70% yaitu 24 dari 34 siswa.

(16)

PENUTUP Kesimpulan

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Darul Ulum Kebonsari Surabaya yang telah dilaksanakan dengan 1 Siklus dan pembahasan seluruh proses analisis peneliti dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Talking Stick dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan minat belajar siswa terhadap pembelajaran SKI, yaitu dengan dibuktikan naiknya nilai rata-rata kelas sebelum tindakan (pra siklus) yaitu 3,2 minat belajar sedang, dimana siswa yang memiliki minat belajar tinggi memiliki prosentase 35% yaitu 12 dari 34 siswa, kemudian setelah adanya tindakan (siklus I) meningkat menjadi 3,4 minat belajar tinggi dengan prosentase 70% yaitu 24 dari 34 siswa.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, pada dasarnya bertujuan agar proses belajar mengajar SKI lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa melalui peningkatan minat belajar, maka disampaikan saran antara lain: (1) Untuk melakukan metode Talking Stick memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode Talking Stick dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal; (2) Pembelajaran SKI hendaknya dilakukan dengan metode yang bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan, dan siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

B. Hurlock, dan Elizabeth. 1989. Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga. Eni Purwati, dkk. Penelitian Tindakan Kelas Paket 5. Surabaya: LAPIS PGMI, 2009. Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara.

M. Hanafi. 2009. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.

Miftahul Huda. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad Surya. 2004. Psokologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Muhibbin Syah. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Purwanto Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rido Kurniyanto. Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: LAPIS PGMI. Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Safari. 2005. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta: Puspendik. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. 1990. Manajemen Pengajaran secara Manusiawi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Uay Zoharudin, dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Winarno Surakhmad. 1984. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Winkel W. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Zainal Aqib. 2008. Penelitian Tindakan kelas. Bandung: Yrama Widia.

Gambar

Gambar 1: Alur PTK Model Kurt Lewin Perencanaaan
Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Angket Minat Belajar
Tabel 2: Hasil Angket Siswa sebelum Tindakan
Tabel 3: Hasil Angket Siswa sesudah Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran efisiensi sel surya dilakukan dengan memberi cahaya pada sambungan P-I-N dengan cahaya lampu dengan daya 100 mW/cm 2 Diukur tegangan maksimum dan arus maksimum,

(Davis, 1984, p.45), hal itu bukan kerangka yang menimbulkan pertanyaan; (iii) pembaca menggabungkan kata-kata untuk skemanya, dengan demikian memahami arti dari

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap

Sahening Dyah Astuti, Endang Tri Widyarti (2011) Analisis Pengaruh Npm, Roa, Ukuran Perusahaan Dan Financial Leverage Terhadap Praktik Perataan Laba Menggunakan

keputusan diambil dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah yang hadir,

dengan meter transaksi, lalu dari titik curah ini didistribusikan lagi ke penghuni atau pemanfaat listrik lainnya di apartemen, atau.. o PLN langsung menyambung ke setiap penghuni

*** Biaya penyalinan (fotokopi atau disket) dan/atau biaya pengiriman (khusus kurir dan pos) sesuai dengan standar biaya yang telah ditetapkan. **** Jika ada penghitaman

pembimbing berkaitan dengan validitas konstruk, yaitu seberapa jauh butir-butir instrumen tersebut telah mengukur indikator dan sub indikator dari variabel minat belajar