• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Fathoni (2006), Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja.

Menurut Rivai (2004), Kepuasan kerja merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Apabila pegawai bergabung dalam suatu instansi mereka akan membawa seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman masa lalu yang menyatu membentuk harapan kerja. Kepuasan Kerja menunjukan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan menjadi negatif discrepancy maka makin besar pula ketidak puasan seseorang terhadap pekerjaan.

2. Teori Kepuasan Kerja

Menurut Veithza Rivai (2009:856-858), teori tentang kepuasan kerja yang cukup dikenal adalah :

1) Teori Ketidaksesuaian (discrepancy theory)

Teori ini megukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan, sehingga apabila kepuasannya melebihi yang puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja

(2)

seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan yang dicapai.

2) Teori Keadilan (equity theory)

Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa atau tidak puas, tergantung pada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini kompenen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan ketidakadilan.

Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio hasil input orang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Pada dasarnya ada tiga tingkatan karyawan yaitu :

- Memenuhi kebutuhan dasar karyawan

- Memenuhi harapan karyawan sedemikian rupa, sehingga mungkin tidak mau pindah kerja ketempat lain

- Memenuhi keinginan karyawan dengan mendapat lebih dari apa yang diharapkan

3) Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)

Teori merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok, yaitu satisfiers atau motivator. Satisfiers ialah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari : kesempatan pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi. Terpenuhi faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak terpenuhi faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Disatisfier

(3)

atau hygiene factors adalah faktpr-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri dari : gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Jika besarnya faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan tidak akan kecew, meskipun belum terpuaskan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pada dasarnya dapat menjadi dua bagian yaitu faktor instrinsik atau faktor yang berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri seperti harapan dan kebutuhan individu tersebut dan yang kedua adalah faktor ekstrinsik, faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri karyawan antara lain kebijakan perusahaa, kondisi fisik lingkungan kerja, interaksi dengan karyawan lain, sistem penggajian dan sebagainya.

Menurut Marihot Tua Efendi (2002) kepuasan kerja didefinisikan dengan hingga sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tuagas-tugas dalam pekerjaannya. Faktor-faktor apa yang terkait dengan atau menentukan kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja adalah suatu hal yang sangat luas.

Hal diatas menunjukkan bahwa kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya gaji, tetapi terkait dengan pekerjaan itu sendiri, dengan faktor lain seperti hubungan dengan atasan, rekan kerja, lingkungan kerja dan aturan-aturan. Berdasarkan ini para ahli mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yang berkaitan dengan beberapa aspek, yaitu :

(4)

1. Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil. 2. Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan seseorang

apakah memiliki elemen yang memuaskan.

3. Rekan sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.

4. Atasan yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan kerja.

5. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang besar untuk naik jabatan atau tidak, proses kenaiakn jabatan kurang terbuka atau terbuka. Ini juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang.

B. Lingkungan Kerja

1. Pengertian Lingkungan Kerja

Pengertian lingkungan kerja menurut Sunyoto (2013) adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik, penerangan dan lain-lain. Selanjutnya pengertian lingkungan kerja menurut Sedarmayanti (2009) adalah Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

(5)

Lingkungan pekerja adalah sistem yang terdiri dari perangkat variabel yang mempengaruhi kinerja dalam perusahan yaitu karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan karakteristik situasi kerja. Lingkungan dalam organisasi terdiri dari pimpinan, para pengikut pimpinan tersebut, rekan sejawat, organisasi dan tuntutan pekerjaan. Berkaitan dengan lingkungan kerja ini, maka dapat didefinisikan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerjaan dan dapat mempengaruhi seorang pegawai dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

2. Faktor-Faktor Lingkungan Kerja

Aspek yang menunjang manusia untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan masalah moral kerja pegawai dalam melaksanakan tugas.

Aspek lingkungan kerja menurut Nitisemito (2002) terdiri dari:

1. Hubungan dengan rekan kerja

2. Hubungan antara bawahan dengan pimpinan

3. Tersedianya fasilitas kerja untuk karyawan

Alex S Nitisemito dalam Rika (2002) faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi dan meningkatkan efesien kerja adalah sebagai berikut :

A. Lingkungan Kerja Fisik, meliputi : 1. Pengaturan Penerangan Kerja

Lingkungan kerja dengan pengaturan baik, pegawai dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan nyaman sehingga dapat meningkatkan kerja pegawai. Sumber penerangan ada dua yaitu :

(6)

alamiah dan buatan. Penerangan alamiah berupa sinar matahari. Untuk memperoleh sinar tersebut yang cukup, perlu perencanaan tempat kerja yang baik, antara lain : letak jendela, ventilasi, pintu warna kaca viber glass atau genting gaca dan sebagainya.

Pengaturan penerangan yang baik disesuaikan dengan keperluan karena sinar yang terang dengan lampu yang banyak belum menjamin efektivitas kerja pegawai. Akan tetapi justru sebaliknya, lingkungan kerja menjadi panas, silau dan situasi menjadi susah. Hal ini menyebabkan kerja pegawai menjadi tidak tenang. Jadi penerangan yang baik adalah penerangan dengan cahaya yang cukup dan warna yang sesuai dengan kebutuhan, tidak menyilaukan, tidak ada kontras yang tajam, serta distribusi cahaya yang merata.

2. Pengontrolan tehadap udara dan ruangan

Sirkulasi udara sangat diperlukan agar menyegarkan suasana dan menimbulkan rasa nyaman. Sebaliknya jika sirkulasi udara kurang, ruang menjadi pengap, sehingga menjadi kelelahan rasa kurang nyaman atau gelisah para pegawai.

Pengontrolan terhadap udara dengan memasang ventilasi yang cukup untuk mengukur sirkulasi udara agar suasana ruang menjadi sejuk dan menyehatkan pegawai.

3. Pengontrolan kebersihan tempat

Lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa senang dan rasa senang ini akan mempengaruhi seseorang untuk bekerja lebih bersemangat dan lebih bergairah.

(7)

Kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya petugas kebersihan saja. Untuk ini semua pihak ikut berpartisipasi menjaga kebersihan, misalnya membuang sampah pada tempatnya dan sebagainya.

4. Pengontrolan keamanan tempat kerja

Keamanan yang dimaksud adalah keamanan terhadap lingkungan kerja terutama adalah keamanan terhadap milik para pegawai. Keamanan pada keselamatan pada diri sendiri bagi setiap pegawai adalah sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menerapkan peraturan tentang keselamatan kerja aman dan rasa tenang dalam melaksanakan tugas kantor, sehingga akan meningkatkan kinerja pegawai.

B. Lingkungan kerja non-fisik, meliputi :

1. Hubungan antar pegawai dengan pimpinan

Seorang pimpinan atau manager yang baik akan berusaha mendapatkan hasil yang optimal dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di dalam perusahan. Untuk tujuan tersebut, maka seorang manager akan dihadapkan berbagai masalah khusunya masalah ketenagakerjaan.

2. Hubungan antara pegawai dengan pegawai

Sikap pegawai dengan melaksanakan tugas-tugas pekerjaan di bebankan oleh perusahaan di pengaruhi oleh faktor lain adalah lingkungan kerja yang baik. Lingkungan kerja yang baik sangat penting dan perlu sekali mendapatkan perhatian karena besar

(8)

pengaruhnya pada sikap pegawai pada saat melaksanakan tugas-tugasnya dalam suatu organisasi.

C. Hubungan Antar Variabel

Mangkunegara (2000) secara umum menyatakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari karyawan sendiri, meliputi kecakapan, ketrampilan, umur, jenis kelamin, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja. Faktor-faktor eksternal antara lain jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat, kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, interaksi sosial, hubungan kerja, dan kesempatan promosi jabatan. Menurut (Siswanto dalam Rika, 2003) mendefinisikan lingkungan kerja yang ergonamik sebagai ilmu terhadap yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tingkat kenyamanan, efisien, dan keamanan dalam mendesai tempat kerja demi memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis karyawan di tempat kerja. Karyawan adalah sumber daya manusia yang merupakan kompenen penting dalam organisasi atau perusahaan, karena keberhasilan organisasi tidak lepas dari peranan karyawan dalam menjalankan tugasnya. Organisasi yang baik akan selalu memahami dan memperhatikan kebutuhan dan keinginan anggotanya. Karena setiap diri individu memiliki rangkaian harapan yang unik dalam cara kerja yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Namun bagaimana komposisi rangkaian harapan pekerjaan adalah penting, harapan-harapan tersebut sebagian besar harus terpenuhi pula pihak manajemen mengharapkan seseorang karyawannya menjadi anggota organisasi atau dengan kata lain memiliki loyalitas

(9)

kepada organisasi. Oleh karena itu penting bagi manajemen untuk mengetahui dan memperhatikan kepuasan kerja yang diperoleh karyawan. Setiap pegawai selalu mengharapkan lingkungan kerja yang akrab, nyaman dan saling mendukung. Dengan kata lain lingkungan kerja diharapakan kondusif untuk menunjang kerja pegawai. Oleh karena itu, pegawai mengharapkan lingkungan kerja dimana sarana dan prasarana kerja lengkap dan baik.

D. Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas pelaksanaan penelitian dan sekaligus untuk mempermudah dalam pemahaman, maka perlu dijelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai landasan dalam pemahaman. Adapun kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan :

Variable X : Lingkungan Kerja Variabel Y : Kepuasan Kerja Lingkungan Kerja (variabel x) 1. Hubungan dengan rekan kerja 2. Hubungan antara bawahan dengan pimpinan 3. Fasilitas Kerja Alex S Nitisemito (2002) Kepuasan Kerja (Variabel y) 1. Gaji

2. Pekerjaan itu sendiri 3. Rekan Sekerja 4. Atasan

5. Promosi

Hariadja Marihot Tua Efendi

(10)

: Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja Pegawai

Lingkungan kerja yang nyaman dan aman akan membuat pegawai juga ikut merasa nyaman bekerja sehingga tugas yang dilakukan oleh para pegawai juga baik dan itu mempengaruhi kepuasan bekerja pegawai. Lingkungan kerja yang baik meliputi beberapa aspek yang harus diperhatikan misalnya ruangan kerja yang nyaman, kondisi lingkungan yang aman, suhu ruangan yang tetap, terdapat pencahayaan yang memadai, warna cat ruangan, hubungan dengan rekan kerja yang baik. Pegawai akan bekerja secara maksimal apabila lingkungan kerja nyaman dan mendukung karena pegawai merasa puas dengan lingkungan kerja yang ada.

Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang kondusif akan meningkatkan suasana pekerjaan yang baik sehingga memiliki tim kerja yang saling mendukung terhadap pekerjaan, akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai ditandai dengan penyelesaian tugas tepat pada waktunya.

E. Penelitian Terdahulu

No Referensi Variabel Metode Hasil

1 Hiskia Jonest Runtunuwu, Joyce Lapian, Lucky Dotulong September, 2015. Pengaruh Disiplin, Penempatan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado

Disiplin, Penempatan, Lingkungan Kerja dan Kinerja Penelitian Kuantitatif, menggunakan sampel jenuh di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado Disiplin kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado

(11)

Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja Pegawai Bidang Sekretariat Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja menggunakan total sampling di Bidang Sekretariat Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja pegawai Bidang Sekretariat Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat

3 Mega Arum Yunanda,

2012. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang Bagian Laboratorium Kualitas Air) Lingkungan kerja, Kepuasan kerja dan Kinerja karyawan Penelitian Kuantitatif, menggunakan penelitian sensus Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang Bagian Laboratorium Kualitas Air Terdapat pengaruh langsung antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin nyaman lingkungan kerja ditempat kerja mengakibatkan kepuasan kerja karyawan meningkat

4 Dwi Agung Nugroho

Arianto, 2013. Pengaruh Kedisiplinan,

Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Tenaga Pengajar Kedisplinan, Lingkungan Kerja, Budaya Kerja dan Kinerja Menggunakan penelitian explanatory Penelitian ini menemukan bahwa lingkungan kerja dan kedisiplinan kerja tidak berpengaruh pada kinerja tenaga pengajar. Sementara itu budaya kerja memiliki

berpengaruh positif terhadap kinerja

5 Anak Agung Ngurah

Bagus Dhermawan, I Gde Adnyana Sudibya, I Wayan Mudiartha Utama, 2012. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pegawai di

Lingkungan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali

Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi, Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Kinerja Menggunakan metode stratified proportional random sampling Motivasi dan Lingkungan Kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai di Dinas PU Provinsi Bali 6 Pegi Plangiten, 2013.

(12)

dan Lingkungan Kerja pengaruhnya terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT Pos Indonesia (PERSERO) Manado Lingkungan Kerja dan Kepuasan Kerja probabilitas / non acak dengan metode convenience sampling Lingkungan kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) Manado. 7 Widya Paramita,

Wendi Hadi Prayuda, Agung Wahyu Handaru, 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada Bank BTN (PERSERO) Cabang Bekasi Lingkungan Kerja, Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Menggunakan metode riset deskriptif dan riset eksplanatori Terbukti secara empiris lingkungan kerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan Bank BTN (PERSERO) Cabang Bekasi 8 Sentot Iskandar, Enceng Juhana, 2014. Pengaruh Kompetensi dan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja serta

Implikasinya pada Kinerja Guru di SDN Baros Mandiri Kota Cimahi Kompetensi, Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru Menggunakan metode media bantu SPSS Hasil penelitian diperoleh pengaruh secara stimulan dari kompetensi dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja pegawai di SDN Baros Mandiri Kota Cimahi 9 Hiskia Jonest Runtunuwun, Joyce Lapian, Lucky Dotulong, 2015. Pengaruh Disiplin, Penempatan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado

Disiplin, Penempatan, Lingkungan dan Kinerja Menggunakan penelitian asosiatif Disiplin kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai 10 Fitiana Rizal, 2015. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada PT. Statika Mitrasarana Padang Lingkungan Kerja, Kompensasi dan Kepuasan Kerja Menggunakan penelitian kuantitatif Lingkungan kerja dan kompensasi secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Mitrasarana Padang

(13)

F. Hipotesis

Hipotesis Alternatif : “Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja pegawai”.

Hipotesis Nol : “Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja pegawai”.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Pemikiran  Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

5.2 Gambaran Perilaku Siswa, Kepala Sekolah, Guru, dan Penajaga Sekolah di Sekolah Dasar Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Penyuluhan Cuci Tangan Pakai

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Algortima pencarian brute-force atau pencarian naif/uninformed menggunakan metode yang sederhana dan sangat intuitif pada ruang pencarian, sedangkan algoritma pencarian

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul pengaruh kelompok rujukan terhadap keputusan pembelain dengan minat beli sebagai variabel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dedak padi hasil fermentasi oleh kapang Aspergillus ficuum secara umum tidak berpengaruh terhadap kualitas ransum dan performans produksi