• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

 Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat Januari 2017 sebesar 106,58; turun 1,03 persen dibandingkan NTP Desember 2016 yang sebesar 107,70. Selain itu, NTP menurut subsektor tercatat untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 101,61; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 105,59; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 112,77; Subsektor Peternakan (NTP-T) 103,88; dan Subsektor Perikanan (NTN) 100,87. NTP Subsektor Perikanan terbentuk dari gabungan perikanan tangkap dan budidaya perikanan yang memiliki NTP masing-masing sebesar 104,71 dan 94,14.

 Hasil pemantauan harga konsumen perdesaan menunjukkan terjadinya inflasi perdesaan di Sulawesi Barat pada Januari 2017 sebesar 0,61 persen, yang secara umum dipicu oleh meningkatnya indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,82 persen, indeks harga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,54 persen, indeks harga kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,58 persen, indeks harga kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,32 persen, indeks harga kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,19 persen, indeks harga kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,26 persen, dan indeks harga kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 0,32 persen.

 Inflasi di daerah perdesaan terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, tertinggi di Kalimantan Barat sebesar 1,45 persen dan terendah di Sumatera Barat sebesar 0,26 persen. Sulawesi Barat menempati urutan ke-23 dari 33 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan.

 Untuk skala nasional, NTP bulan Januari 2017 sebesar 100,91; turun sebesar 0,56 persen dibandingkan bulan Desember 2016, dan mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,79 persen.

No. 07/02/76/Th. XI, 1 Februari 2017

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

JANUARI 2017 NTP SULAWESI BARAT 106,58

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di perdesaan,

(2)

serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Sulawesi Barat Menurut Subsektor Desember 2016 – Januari 2017 serta Perubahannya (2012=100)

Subsektor Desember 2016 Januari 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Gabungan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 107,70 106,58 -1,03

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130,01 129,42 -0,45

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,72 121,43 0,58

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,98 124,75 0,61

- Indeks BPPBM 109,41 109,90 0,44

Gabungan tanpa Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 108,00 106,87 -1,05

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130,42 129,79 -0,48

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,76 121,45 0,58

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,94 124,68 0,60

- Indeks BPPBM 109,35 109,85 0,46

1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 100,94 101,61 0,66

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 122,33 123,84 1,23

- Padi 121,77 122,73 0,79

- Palawija 123,78 126,69 2,35

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 121,19 121,87 0,56

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,36 124,13 0,62

- Indeks BPPBM 109,94 110,17 0,20

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 107,25 105,59 -1,56

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 129,13 128,01 -0,87

- Sayur-sayuran 131,73 133,67 1,48

- Buah-buahan 128,74 127,16 -1,23

- Tanaman Obat 128,00 124,81 -2,49

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,40 121,23 0,69

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,63 123,51 0,72

(3)

Hasil pemantauan harga produsen berbagai komoditi barang dan jasa di daerah perdesaan menunjukkan bahwa NTP Sulawesi Barat Januari 2017 sebesar 106,58 atau turun sebesar 1,03 persen dibandingkan dengan NTP Desember 2016 yang sebesar 107,70. Hal ini disebabkan perubahan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,45 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,58 persen. Berarti secara umum kenaikan harga komoditi hasil pertanian dari bulan sebelumnya lebih lambat dibandingkan dengan kenaikan harga barang-barang keperluan konsumsi dan produksi. Akibatnya, perbandingan antara indeks harga yang diterima dengan indeks harga yang dibayar petani cenderung lebih rendah.

Apabila diamati NTP menurut subsektor bulan Januari 2017, dibandingkan dengan NTP subsektor yang sama bulan sebelumnya, subsektor hortikultura turun sebesar 1,56 persen, subsektor tanaman Subsektor Desember 2016 Januari 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 115,00 112,77 -1,94

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 140,61 138,66 -1,39

- Tanaman Perkebunan Rakyat 140,61 138,66 -1,39 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 122,27 122,95 0,56

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,99 125,69 0,56

- Indeks BPPBM 109,56 110,17 0,56

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 104,74 103,88 -0,83

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 123,77 123,39 -0,30

- Ternak Besar 120,23 119,50 -0,61

- Ternak Kecil 137,67 137,83 0,11

- Unggas 111,45 111,00 -0,40

- Hasil Ternak 130,03 129,88 -0,12

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,16 118,79 0,53

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,97 124,63 0,53

- Indeks BPPBM 108,69 109,26 0,53

5. Perikanan

a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 101,41 100,87 -0,52

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 121,70 121,90 0,17

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 120,02 120,85 0,69

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,80 126,00 0,96

- Indeks BPPBM 110,73 110,86 0,12

5.1. Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 105,03 104,71 -0,30

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 126,55 127,01 0,37

- Penangkapan 126,55 127,01 0,37

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 120,49 121,29 0,67

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,73 125,92 0,96

- Indeks BPPBM 112,85 112,94 0,08

5.2. Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 95,05 94,14 -0,96

b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 113,30 113,05 -0,22

- Budidaya 113,30 113,05 -0,22

c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 119,20 120,08 0,74

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,93 126,14 0,96

(4)

perkebunan rakyat turun 1,94 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,83 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,52 persen. Sementara itu, hanya subsektor tanaman pangan yang mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,66 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menggambarkan perkembangan harga beragam komoditi pertanian yang dihasilkan petani. Januari 2017, indeks harga yang diterima petani (It) gabungan dari lima subsektor adalah sebesar 129,42 atau turun sebesar 0,45 persen dibandingkan dengan indeks harga yang sama pada Desember 2016 sebesar 130,01. Perubahan negatif It terjadi pada tiga subsektor, yaitu subsektor hortikultura turun sebesar 0,87 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,39 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar 0,30 persen. Sementara itu, It subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 1,22 persen dan It subsektor perikanan meningkat sebesar 0,17 persen.

Grafik 1

Perkembangan NTP Sulawesi Barat (2012 =100), Februari 2016 – Januari 2017

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat diamati fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar penduduk Sulawesi Barat, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk proses produksi hasil pertanian.

Pada bulan Januari 2017, indeks harga yang dibayar petani (Ib) gabungan lima subsektor sebesar 121,43, meningkat sebesar 0,58 persen bila dibandingkan Ib Desember 2016 yang sebesar 120,72. Perubahan positif Ib terjadi pada semua subsektor, dimana subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 0,56 persen, subsektor hortikultura meningkat sebesar 0,69 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat meningkat sebesar 0,56 persen, subsektor peternakan meningkat sebesar 0,53 persen, dan subsektor perikanan meningkat sebesar 0,69 persen.

95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 120.00 125.00

Feb '16 Mar '16 Apr '16 Mei '16 Juni '16 Juli '16 Agt 16 Sept 16 Okt 16 Nov '16 Des '16 Jan '17

(5)

3. NTP Menurut Subsektor

Mengamati NTP menurut subsektor, terlihat bahwa NTP semua subsektor lebih besar dari 100. NTP Januari 2017 tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 112,77 sedangkan yang terendah adalah subsektor perikanan dengan NTP sebesar 100,87.

a) Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P)

Pada bulan Januari 2017, indeks harga yang diterima petani sebesar 123,84 atau meningkat sebesar 1,23 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan indeks yang dibayar petani sebesar 121,87 atau meningkat sebesar 0,56 persen, sehingga menyebabkan Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) meningkat sebesar 0,66 persen.

Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan dikarenakan indeks harga pada subkelompok padi meningkat sebesar 0,79 persen dan subkelompok palawija meningkat sebesar 2,35 persen. Sementara itu, meningkatnya indeks yang dibayar petani (Ib) diakibatkan oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,62 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen.

b) Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTP-H) Januari 2017 turun sebesar 1,56 persen dikarenakan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,87 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,69 persen.

Indeks yang diterima petani (It) mengalami perubahan yang negatif dikarenakan adanya perubahan negatif pada indeks harga subkelompok buah-buahan sebesar 1,23 persen dan indeks harga subkelompok tanaman obat turun sebesar 2,49 persen meskipun indeks harga subkelompok sayur-sayuran meningkat sebesar 1,48 persen. Sementara itu, meningkatnya indeks yang dibayar petani disebabkan indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) meningkat sebesar 0,69 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,52 persen.

c) Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada bulan Januari 2017, Nilai Tukar Petani pada Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) turun sebesar 1,94 persen, disebabkan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 1,39 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,56 persen.

Perubahan negatif yang terjadi pada indeks yang diterima petani (It) dikarenakan turunnya indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,39 persen yaitu dari 140,61 menjadi 138,66. Di sisi lain perubahan positif pada indeks yang dibayar petani (Ib) dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 0,56 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,56 persen.

d) Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada Januari 2017, Nilai Tukar Petani pada Subsektor Peternakan (NTP-T) mengalami perkembangan negatif sebesar 0,83 persen, dikarenakan indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,30 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,53 persen.

Perubahan negatif indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh indeks harga subkelompok ternak besar turun sebesar 0,61 persen, indeks harga subkelompok unggas turun sebesar 0,40 persen, dan indeks harga subkelompok hasil ternak turun sebesar 0,12 persen meskipun indeks harga

(6)

subkelompok ternak kecil meningkat sebesar 0,11 persen. Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami perubahan positif dikarenakan indeks kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 0,53 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,53 persen.

e) Subsektor Perikanan (NTNP)

Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan atau Nilai Tukar Nelayan (NTNP) mengalami perubahan negatif sebesar 0,52 persen pada Januari 2017 disebabkan perubahan indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 0,17 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani meningkat sebesar 0,69 persen.

Perubahan positif yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani (It) subsektor ini dikarenakan oleh indeks subkelompok perikanan tangkap meningkat sebesar 0,37 persen meskipun indeks harga subkelompok budidaya perikanan turun sebesar 0,22 persen. Sementara itu, perubahan positif yang terjadi pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) diakibatkan oleh meningkatnya indeks harga kelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,96 persen dan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,12 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Januari 2017, Nilai Tukar Nelayan (NTN) turun sebesar 0,30 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) meningkat sebesar 0,37 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,67 persen. Perubahan positif yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 0,96 persen dan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,08 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Januari 2017, Nilai Tukar Pembudidayaan Ikan (NTPi) turun sebesar 0,96 persen. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,22 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,74 persen. Perubahan positif yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks harga kelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) meningkat sebesar 0,96 persen dan indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,20 persen.

4. NTUP Subsektor

Pada Januari 2017, NTUP Sulawesi Barat turun sebesar 0,89 persen. Hal ini karena perubahan negatif It sebesar 0,45 persen lebih rendah dibandingkan indeks BPBBM yang mengalami perubahan positif sebesar 0,44 persen. Perubahan negatif NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP tiga subsektor, yaitu subsektor hortikultura turun sebesar 1,39 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,93 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar 0,83 persen. Sementara itu, NTUP dua subsektor lainnya mengalami perubahan positif, yaitu subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 1,02 persen dan subsektor perikanan meningkat sebesar 0,05 persen.

(7)

Tabel 2

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Sulawei Barat per Subsektor, dan Persentase Perubahannya, Desember 2016 - Januari 2017 (2012=100)

Subsektor Desember 2016 Januari 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 111,27 112,41 1,02 2. Hortikultura 118,50 116,85 -1,39 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 128,34 125,86 -1,93 4. Peternakan 113,88 112,93 -0,83 5. Perikanan 109,91 109,96 0,05 a. Tangkap 112,13 112,46 0,29 b. Budidaya 105,84 105,40 -0,42

Nilai Tukar Usaha Pertanian 118,83 117,76 -0,89

5. Perkembangan Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks harga Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Pada Januari 2017, Sulawesi Barat mengalami inflasi perdesaan 0,61 persen. Inflasi ini dipicu oleh meningkatnya indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 0,82 persen, indeks harga kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,54 persen, indeks harga kelompok pengeluaran perumahan sebesar 0,58 persen, indeks harga kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,32 persen, indeks harga kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,19 persen, indeks harga kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,26 persen, dan indeks harga kelompok pengeluaran transportasi dan komunikasi sebesar 0,32 persen.

Tabel 3

Inflasi Perdesaan Menurut Kelompok, Februari 2016 - Januari 2017 (2012=100)

KELOMPOK 2016 FEB MAR 2016 APR 2016 2016 MEI 2016 JUN 2016 JUL AGS 2016 2016 SEP 2016 OKT 2016 NOV 2016 DES 2017 JAN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Bahan Makanan 0,24 -0,03 -0,81 0,24 0,76 1,61 -1,44 0,94 -1,04 1,79 1,44 1,44 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 0,35 0,20 0,56 0,35 0,75 0,49 0,15 0,73 0,67 0,63 0,45 0,45 Perumahan 0,12 0,05 0,08 0,30 0,13 0,17 0,46 0,03 0,11 0,08 0,50 0,50 Sandang -0,01 0,12 0,25 0,07 0,48 0,91 0,10 0,13 0,04 0,29 0,10 0,10 Kesehatan 0,58 0,04 0,51 0,42 0,07 0,34 0,25 0,12 0,15 0,12 0,02 0,02 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0,06 -0,22 0,29 0,32 -0,10 0,63 0,38 0,01 0,002 0,07 -0,11 -0,11 Transportasi & Komunikasi -0,13 0,19 -1,71 -0,31 0,42 -0,04 0,00 0,33 0,05 0,23 0,25 0,25

(8)

6. Perbandingan Antarprovinsi di Pulau Sulawesi

Bila dibandingkan NTP antar provinsi di Pulau Sulawesi, pada Bulan Januari 2017 terlihat bahwa semua provinsi mengalami perubahan negatif. Perubahan negatif tertinggi terjadi pada Provinsi Sulawesi Selatan yang turun sebesar 1,70 persen, diikuti Sulawesi Utara yang turun sebesar 1,15 persen. Sulawesi Barat mengalami penurunan sebesar 1,03 persen sedangkan Sulawesi Tengah turun sebesar 0,86 persen. Sementara itu, Sulawesi Tenggara mengalami perubahan negatif sebesar 0,65 persen dan Gorontalo mengalami perubahan negatif terkecil sebesar 0,34 persen.

Jika dibandingkan perubahan indeks harga konsumen perdesaan (inflasi/deflasi) antarprovinsi di Pulau Sulawesi, semua provinsi di Pulau Sulawesi mengalami inflasi perdesaan. Inflasi tertinggi terjadi di Sulawesi Utara yaitu sebesar 1,03 persen dan terendah di Sulawesi Tengah sebesar 0,60 persen. Inflasi tertinggi kedua terjadi di Sulawesi Selatan yang mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,84 persen. Sementara itu, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat mengalami inflasi perdesaan masing-masing sebesar 0,77 persen, sebesar 0,62 persen, dan sebesar 0,61 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya Januari 2017 2016 (2012=100)

PROVINSI IT JANUARI 2017 2016 IB JANUARI 2017 2016 NTP JANUARI 2017 2016

INDEKS % PERB INDEKS INDEKS INDEKS % PERB

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sulawesi Utara 116,27 -0,30 125,22 0,86 92,86 -1,15 Sulawesi Tengah 121,70 -0,36 125,42 0,50 97,03 -0,86 Sulawesi Selatan 128,88 -1,03 126,16 0,69 102,16 -1,70 Sulawesi Tenggara 121,17 -0,15 124,00 0,50 97,72 -0,65 Gorontalo 132,19 0,22 125,19 0,57 105,59 -0,34 Sulawesi Barat 129,42 -0,45 121,43 0,58 106,58 -1,03 Tabel 5

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi se-Sulawesi, Januari 2017 2016 (2012=100)

Provinsi Makanan Bahan

Makanan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau

Perumahan Sandang Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga Transportasi dan Komunikasi Konsumsi Rumah Tangga (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sulawesi Utara 1,57 1,01 0,20 0,38 1,16 0,28 0,33 1,03 Sulawesi Tengah 0,83 0,54 0,30 0,59 0,53 0,12 0,33 0,60 Sulawesi Selatan 0,97 0,60 1,47 0,73 1,34 0,49 0,19 0,84 Sulawesi Tenggara 0,46 0,98 0,59 0,48 0,59 0,35 0,80 0,62 Gorontalo 1,04 0,95 0,13 0,17 0,47 0,09 0,28 0,77 Sulawesi Barat 0,82 0,54 0,58 0,32 0,19 0,26 0,32 0,61

(9)

Grafik 2

Laju Inflasi Perdesaan Indonesia dan

Provinsi se-Sulawesi, Januari 2017 (2012=100)

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Indonesia Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar

0.79

1.03

0.60

0.84

(10)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Suntono, SE, M.Si

Kepala BPS Provinsi Sulawesi Barat

Telepon: (62-426) 21265 Faks: (62-426) 22103 E-mail: [email protected]

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI SULAWESI BARAT

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

1) Hasil wawancara penulis dengan (Kiai Abdur Rahman) selaku Pengasuh Pondok Pesantren di Sukorejo Situbondo yang menyatakan bahwa pencatatan perkawinan poligami penting

Berdasarkan fenomena gap yang telah diuraikan melalui Gambar 1.1 dan Tabel 1.1 serta research gap yang dijabarkan dari penelitian-penelitian terdahulu, maka skripsi

Latar belakang yang mendasari prosesing benih sistem kering yaitu kondisi cuaca yang tidak menentu dalam melaksanakan prosesing benih sistem basah, seperti hujan,

4) Perubahan paradigma dan prinsip dasar untuk yang melayani: a) Mendengar suara Tuhan langsung mengenai masalah dll. b) Menolong orang lain untuk mendengar suara Tuhan

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Fasilitas terminal LPG berfungsi menerima, menimbun dan memindahkan produk LPG yang berasal dari pengapalan impor dengan kapal tanker dan/atau dari kilang-kilang

Dalam sistem Frequency Division Multiple Access (FDMA), frekuensi dibedakan menjadi beberapa kanal yang lebih sempit, tiap kanal pengguna akan mendapatkan kanal frekuensi yang