• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai perbedaan komunikasi tatap muka dan komunikasi melalui telepon. Sub bab ketiga membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas komunikasi, faktor-faktor yang memengaruhi kualitas komunikasi dan aspek-aspek kualitas komunikasi. Selanjutnya, sub bab keempat menjabarkan mengenai hubungan berpacaran yang meliputi pengertian berpacaran dan tipe-tipe berpacaran. Sub bab terakhir membahas mengenai definisi dewasa awal.

A. Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita menggunakan dan melibatkan komunikasi, baik komunikasi verbal maupun nonverbal, dimana komunikasi disini merupakan proses pemindahan informasi dan pengertian atau pemahaman dari satu individu ke individu lainnya. Komunikasi adalah suatu seni untuk menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan (Maulana & Gumelar, 2013).

Komunikasi juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang

(2)

berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan (Maulana & Gumelar, 2013).

Menurut Devito (1997), komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan, dimana ini terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Komunikasi juga adalah suatu bentuk interaksi yang dapat berfungsi dengan optimal apabila di dalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, adanya sikap positif, sikap mendukung, empati, rasa aman dan nyaman antara kedua belah pihak.

Peneliti memilih untuk menggunakan pengertian komunikasi menurut Devito (1997), karena dalam pengertiannya menjelaskan komunikasi secara lebih rinci dan juga lebih menggambarkan pengertian komunikasi dalam membangun hubungan terhadap pasangan.

Berdasarkan beberapa definisi komunikasi yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi antara dua belah pihak yang saling berbagi ide dan informasi yang dimiliki.

B. Perbedaan Komunikasi Tatap Muka dengan Komunikasi Melalui Telepon Menurut Maulana dan Gumelar (2013), komunikasi tatap muka adalah suatu bentuk komunikasi yang mempertemukan secara tatap muka pihak komunikator dan komunikan. Pesan disampaikan secara langsung dari komunikator dan secara langsung mendapatkan feedback dari komunikan. Keuntungan dari menggunakan komunikasi secara tatap muka adalah individu dapat melihat respon balik atau umpan balik dari lawan bicara dan juga komunikasi akan lebih efektif dalam hal membujuk lawan bicara karena dapat langsung melihat reaksi dari lawan bicara, namun terdapat pula kelemahan dari menggunakan komunikasi secara tatap muka. Kelemahan

(3)

dari komunikasi secara tatap muka adalah ketidak efektifan waktu karena komunikator dan komunikan harus bertemu dalam proses komunikasi dan menghabiskan waktu bersama di sebuah tempat.

Menurut Gayle dan Nugraheni (2012), komunikasi merupakan salah satu interaksi yang memiliki peran penting dalam membangun suatu hubungan. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, maka hubungan antara dua orang atau lebih yang terpisah jarak semakin dimudahkan. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan telepon, apalagi dengan adanya fitur yang mendukung seperti videocall, skype dan internet yang dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan telepon sebagai alat komunikasi utama. Komunikasi melalui telepon juga jauh lebih mudah dibandingkan harus melakukan komunikasi secara tatap muka, karena biaya yang diperlukan juga cukup murah dan terjangkau (Gayle & Nugraheni, 2012).

Menurut Maulana dan Gumelar (2013), keuntungan dari menggunakan komunikasi melalui telepon adalah lebih efisien karena melalui media, maka komunikasi dapat dilakukan kapan saja dengan waktu yang tidak terbatas, selain itu juga menghemat waktu dan biaya bagi komunikan. Kelemahan dari komunikasi melalui telepon adalah komunikan harus memiliki keahlian untuk menggunakan media yang akan digunakan berkomunikasi dan komunikator tidak dapat menerima feedback dengan segera karena proses pengiriman pesan keduanya berbeda dan membutuhkan proses.

C. Kualitas Komunikasi

Kualitas komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam setiap hubungan berpacaran. Pada sub bab ini pembahasan akan dimulai dengan pengertian kualitas komunikasi, dilanjutkan

(4)

dengan aspek-aspek kualitas komunikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas komunikasi.

1. Pengertian Kualitas Komunikasi

Kualitas komunikasi menurut Devito (1997), diartikan sebagai tingkat kemampuan untuk menjalin dan memelihara hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain melalui komunikasi yang dilakukan. Berdasarkan kualitas komunikasi disinilah dapat dilihat bahwa, keberhasilan dari suatu komunikasi bukan hanya sekedar dari kepandaian seseorang dalam berbicara, melainkan dari komunikasi itu sendiri yang bersifat efektif dan berkualitas dan yang menjadi permasalahan bukanlah berapa kali komunikasi itu dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan (Rakhmat, 1999).

Laswell dan Laswell (1987) mengemukakan bahwa, kualitas komunikasi secara harfiah merupakan suatu derajat baik buruknya interaksi sosial, kontak sosial antara kedua belah pihak, baik pihak pengirim maupun penerima. Kualitas yang baik dari komunikasi diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam sebuah interaksi dan dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif sedangkan kualitas yang buruk menandakan ketidakefektifan dari komunikasi.

Berdasarkan paparan diatas, peneliti memilih untuk menggunakan pengertian kualitas komunikasi menurut Devito (1997), karena dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan aspek-aspek kualitas komunikasi menurut Devito (1997) sebagai pembuatan angket untuk penyebaran data yang akan diteliti.

Jadi, dari definisi-definisi kualitas komunikasi yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas komunikasi merupakan kemampuan dari setiap individu untuk

(5)

menjalani hubungan interpersonal yang baik serta menyenangkan dan dapat mempertahankan suatu hubungan melalui komunikasi yang dilakukan.

2. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kualitas Komunikasi

Menurut Rakhmat (2002), terdapat enam faktor yang memengaruhi kualitas komunikasi seseorang, yakni :

a. Citra Diri

Setiap manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya.

b. Citra Pihak Lain

Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang dalam berkomunikasi. Setiap individu mempunyai penilaian dan pandangan terhadap lawan bicaranya, yang nantinya memengaruhi bagaimana cara kita berkomunikasi dengan orang tersebut.

c. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat memiliki norma sendiri yang harus ditaati, seperti penyesuaian dalam berkomunikasi yang harus disesuaikan dengan lingkungan tempat tinggal (Rakhmat, 2002).

(6)

d. Lingkungan Sosial

Sebagaimana lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi. Hubungan yang dibangun dengan orang-orang di lingkungan sosial juga akan memengaruhi kualitas komunikasi yang dihasilkan.

e. Kondisi

Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan, seperti misalnya kondisi yang sedang sakit sehingga kurang cermat dalam memilih kata-kata, kondisi emosional yang kurang stabil yang mengakibatkan komunikasinya juga kurang stabil. Kondisi tersebut bukan hanya memengaruhi pengiriman komunikasi namun juga penerimaan komunikasi (Rakhmat, 2002).

f. Bahasa Tubuh

Komunikasi tidak hanya terkirim atau dikirim melalui kata-kata yang diucapkan, tubuh juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif. Bahasa tubuh dalam hubungan komunikasi di sebuah lingkungan dapat ditafsirkan sebagai pernyataan. 3. Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi

Menurut Laswell dan Laswell (1987), terdapat lima aspek dalam kualitas komunikasi, yakni keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, empati dan mendengarkan, namun pada penelitian ini, peneliti lebih memilih untuk menggunakan aspek-aspek kualitas komunikasi yang dikemukakan oleh Devito (1997). Hal ini karena dalam Laswell dan Laswell (1987) terdapat aspek kejujuran yang sulit untuk diukur, sedangkan dalam Devito (1997), kejujuran menjadi indikator atau bagian dari aspek keterbukaan, sehingga akan lebih mudah

(7)

menjadikannya sebagai alat ukur dan lebih sesuai dalam pengukuran kualitas komunikasi dalam status berpacaran.

Menurut Devito (1997), terdapat aspek-aspek dalam kualitas komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas yaitu sebagai berikut:

a. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi antar pribadi. Pertama, keterbukaan kepada orang yang diajak berbicara. Kedua, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa pikiran dan perasaan merupakan tanggung jawab pribadi.

b. Empati

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memahami apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu serta mampu menempatkan diri pada keadaan dan pengalaman orang lain.

c. Sikap Mendukung

Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung. Sikap mendukung disini ditunjukkan dengan bersikap (1) deskriptif, bukan

evaluative, (2) spontan (terus terang) bukan strategik dan (3) provisional, bukan sangat

yakin.

d. Sikap Positif

Sikap positif mengacu pada dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antar pribadi terbina apabila setiap individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. Kedua, secara positif untuk mendorong orang yang menjadi teman berinteraksi.

(8)

e. Kesetaraan

Harus adanya pengakuan bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga dan masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

D. Hubungan Berpacaran

Hubungan berpacaran merupakan hubungan intim yang dijadikan landasan sebelum individu menjalani pernikahan. Pada sub bab ini pembahasan akan dimulai dengan pengertian berpacaran dan dilanjutkan dengan tipe-tipe berpacaran yang dibagi ke dalam dua tipe, yakni berpacaran jarak jauh dan berpacaran jarak dekat.

1. Pengertian Berpacaran

Berpacaran dapat dikatakan sebagai masa persiapan individu sebelum memilih dan menetapkan calon pasangan hidupnya. Menurut Papalia, dkk (2008), pacaran adalah sebuah hubungan percintaan yang mengarah pada tahap awal hubungan romantis yang berfungsi sebagai dasar atau landasan dalam membangun hubungan yang berpotensi sebagai sebuah komitmen dan juga merupakan proses penyesuaian antara dua pribadi yang berbeda yang membutuhkan usaha keras untuk bisa sampai kearah pernikahan.

Menurut Santrock (2007), berpacaran adalah suatu hubungan dekat yang melibatkan penerimaan, kepercayaan dan pengertian dengan melibatkan jalinan yang rumit dari emosi-emosi yang berbeda seperti kemarahan, gairah, seksual, kesenangan dan kecemburuan.

Jadi, dari berbagai definisi hubungan berpacaran yang telah disampaikan di atas peneliti menyimpulkan bahwa, hubungan berpacaran merupakan hubungan percintaan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan, dengan adanya saling keterbukaan dan pengertian satu sama lain yang mengarah pada komitmen terhadap hubungan yang lebih serius.

(9)

2. Definisi Berpacaran Jarak Jauh

Pacaran jarak jauh sebenarnya memiliki arti yang sama dengan hubungan pacaran lainnya, hanya saja pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh memiliki jarak yang cukup jauh yang memisahkan keduanya. Pacaran jarak jauh merupakan status pacaran dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik dan batasan geografis (tempat, kota, daerah, pulau, negara) yang tidak memungkinkan adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu (Hampton, 2004). Pacaran jarak jauh juga diartikan sebagai hubungan pasangan yang terjadi pada dua kota yang berbeda, sehingga intensitas waktu untuk bertemu semakin sedikit (Lydon, Pierce, & O’Regan, dalam Khoman & Meilona, 2009).

Menurut Aylor (2014), untuk mendefinisikan hubungan berpacaran jarak jauh dapat menggunakan beberapa pendekatan yakni, separated dan geographic boundary. Pendekatan yang pertama menggunakan ukuran mil untuk membedakan anatara hubungan berpacaran jarak jauh dan jarak dekat, dimana individu yang termasuk ke dalam hubungan berpacaran jarak jauh tinggal terpisah lebih dari 100 mil dengan pasangannya. Pendekatan yang kedua terkait dengan batasan geografis, peneliti memfokuskan pada pasangan yang menjalin hubungan berpacaran beda pulau atau negara sebagai hubungan berpacaran jarak jauh yang akan diteliti.

Berdasarkan beberapa definisi hubungan berpacaran jarak jauh yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa berpacaran jarak jauh merupakan suatu ikatan atau hubungan yang dijalani oleh setiap pasangan, dimana pasangannya berada pada kota yang berbeda, sehingga adanya jarak yang memisahkan mereka untuk bertemu langsung setiap waktu.

(10)

3. Definisi Berpacaran Jarak Dekat

Pada hubungan berpacaran jarak dekat, pasangan tidak dipisahkan oleh jarak fisik sehingga masih memungkinkan untuk adanya kedekatan fisik. Pacaran jarak dekat disini juga merupakan hubungan yang dijalani oleh pasangan yang berada pada kota atau daerah yang sama dengan pasangannya dan ditandai dengan adanya kedekatan fisik, seperti kehadiran pasangan didekatnya, waktu yang banyak untuk bertemu dan banyak kesempatan untuk pergi jalan-jalan bersama setiap waktu (Hampton, 2004).

Menurut Lydon, Pierce, dan O’Regan (dalam Khoman & Meilona, 2009) bahwa pacaran jarak dekat adalah suatu bentuk jalinan antara pasangan yang tinggal pada kota yang sama dan tinggal pada daerah yang berdekatan sehingga memiliki intensitas waktu bertemu yang banyak, selain itu menghasilkan kedekatan fisik karena berada dalam suatu daerah yang sama. Pada hubungan berpacaran jarak dekat, biasanya ditandai dengan adanya tahap keintiman yaitu kedekatan secara fisik dengan pasangan seperti kehadiran pasangan di dekatnya, memegang tangan, membelai rambut pasangannya, berpelukan setiap saat tanpa adanya jarak yang menghalangi, yang dimana hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh pasangan yang tinggal dalam satu daerah yang sama, sehingga dapat bertemu lebih mudah dengan pasangan.

Berdasarkan beberapa definisi hubungan berpacaran jarak dekat yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa berpacaran jarak dekat merupakan suatu ikatan atau hubungan yang di jalani oleh setiap pasangan, dimana pasangan tersebut berada pada kota atau daerah yang sama, sehingga memungkinkan untuk terjalinnya kedekatan fisik dan juga intensitas waktu untuk bertemu lebih banyak dibandingkan pasangan yang berpacaran jarak jauh.

(11)

E. Definisi Dewasa Awal

Masa dewasa awal dimulai pada usia 18 sampai 40 tahun yang merupakan permulaan dari tahap baru dalam kehidupan. Masa ini merupakan tanda bahwa telah tiba saatnya bagi individu untuk dapat mengambil bagian dalam tujuan hidup yang telah dipilih dan menemukan kedudukan dirinya dalam kehidupan (Hurlock, 1983). Masa dewasa awal diawali dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang melibatkan eksperimentasi dan eksplorasi. Individu dewasa awal diidentikkan sebagai masa puncak dari kesehatan, kekuatan, energi dan daya tahan, juga fungsi sensorik dan motorik. Pada tahap ini, fungsi tubuh sudah berkembang sepenuhnya dankemampuan kognitif terbentuk dengan lebih kompleks (Hurlock, 1983).

Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Tugas terpenting dalam usia dewasa awal disini adalah untuk membentuk hubungan intim yang dekat dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Erickson (dalam Papalia, dkk, 2008), dimana permasalahan utama individu yang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk membuat komitmen pribadi maupun dengan orang lain, jika tidak berhasil maka individu disini akan mengalami isolasi dan tenggelam dalam dirinya sendiri.

Menurut teori cinta triangular Sternberg (dalam Papalia, dkk, 2008) individu yang memasuki usia dewasa awal telah memasuki kisah cinta yang romantis dan tahap pemenuhan ketiga elemen cinta, yakni intimasi, hasrat dan komitmen. Intimasi merupakan elemen emosional yang mencakup pengungkapan diri yang mengarah kepada keterhubungan, kehangatan dan kepercayaan. Hasrat merupakan elemen motivasional yang didasarkan kepada dorongan batin yang menerjemahkan gejolak fisiologis ke dalam hasrat seksual. Komitmen merupakan elemen

(12)

kognitif terkait dengan keputusan untuk mencintai dan untuk terus dicintai. Tingkatan tiap elemen tersebut nantinya yang akan menetukan jenis cinta apa yang dimiliki oleh seseorang.

Pada penelitian ini, peneliti menentukan dewasa awal yang berada di Denpasar dengan rentang usia 18 – 40 tahun untuk dilibatkan dalam penelitian ini, karena pada usia dewasa awal merupakan usia di mana individu mengalami transisi yang penting dalam kehidupannya. Selain kondisi fisik yang berada pada masa puncaknya, individu dewasa awal juga dianggap telah memiliki kepribadian yang relatif stabil, dengan kestabilan ini individu dianggap siap untuk menjalani tugas perkembangan berikutnya, yaitu menjalin hubungan intim dengan orang lain atau lawan jenis melalui berpacaran.

F. Dinamika Antara Kualitas Komunikasi dalam Berpacaran Jarak Jauh dan Jarak Dekat di Denpasar

Masa dewasa awal adalah permulaan dari tahap baru dalam kehidupan. Pada tahap ini, untuk pertama kalinya individu menghadapi tujuan dan tugas-tugas baru yang melibatkan orang lain secara langsung. Pada periode ini pula individu diharapkan agar tidak hanya mengembangkan dan mencapai tujuan-tujuan kariernya, namun juga memulai proses perkembangan baru berupa pembentukan hubungan dekat dengan orang lain (Jahja, 2001). Sesuai yang diungkapkan Papalia, dkk., (2008), karakteristik yang dibangun pada usia dewasa awal digambarkan melalui adanya hubungan dekat sebagai sebuah komitmen terhadap lawan jenis yang dimulai dalam hubungan berpacaran.

Hubungan berpacaran merupakan hubungan intim yang dijadikan landasan sebelum individu menjalani pernikahan. Pada individu dewasa awal, pacaran merupakan suatau tahap

(13)

pertemanan yang akrab. Untuk menggambarkan hubungan berpacaran, biasanya diwujudkan dalam bentuk kasih sayang dan perhatian (Papalia,dkk., 2008). Pacaran biasanya ditandai dengan kedekatan fisik, pada individu yang menjalani hubungan berpacaran jarak dekat, hal ini menjadi mudah untuk dilakukan karena intensitas waktu untuk mereka bertemu semakin banyak, apalagi mereka tinggal pada satu daerah yang sama. Berbeda dengan individu yang menjalani hubungan berpacaran jarak jauh. Berpacaran jarak jauh adalah hubungan yang dijalani oleh individu yang berada pada dua kota atau wilayah yang berbeda, ini biasanya dikarenakan pasangan memutuskan untuk bersekolah ataupun bekerja di luar kota atau luar negeri karena tuntutan pendidikan ataupun profesi (Hampton, 2004).

Hubungan berpacaran jarak jauh memang sulit untuk dijalani dibandingkan dengan berpacaran jarak dekat. Masalah akan semakin mudah muncul karena frekuensi pertemuan dengan pasangan yang berkurang. Adanya masalah atau konflik yang muncul biasanya terkait dengan masalah komunukasi antar pasangan, ini disebabkan karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh pasangan karena kesibukan masing-masing, sehingga memunculkan kecurigaan dan pertengkaran, konflik juga dapat terjadi karena kepercayaan yang diberikan oleh pasangan menurun (Yudistriana, dkk., 2010).

Pada hubungan berpacaran jarak jauh, komunikasi dibantu oleh perkembangan teknologi komunikasi yang semakin modern, seperti telepon, skype, videocall dan internet yang memudahkan dalam melakukan komunikasi jarak jauh. Perkembangan teknologi inilah yang membantu pasangan yang menjalani hubungan berpacaran jarak jauh untuk saling berbagi dan bertukar informasi. Berbeda dengan pasangan yang menjalani hubungan berpacaran jarak dekat, komunikasi yang terjalin dapat lebih mudah, ini disebabkan karena intensitas waktu untuk

(14)

bertemu dan berkomunikasi secara tatap muka lebih banyak, sehingga dapat mengurangi kemunculan konflik yang terjadi (Maulana & Gumelar, 2013).

Setiap pasangan yang menjalani hubungan berpacaran jarak jauh maupun jarak dekat harus tetap menjaga kualitas komunikasi yang dimiliki agar terhindar dari konflik (Maulana & Gumelar, 2013). Kualitas komunikasi dalam suatu hubungan berpacaran memiliki peranan yang sangat penting untuk saling memberikan dan menerima informasi atau pesan yang dibutuhkan bagi setiap pasangan. Pada hubungan berpacaran jarak jauh dibutuhkan proses komunikasi yang lebih efektif dan berkualitas antara kedua belah pihak, dimana dalam pemeliharaan hubungannya lebih sulit dibandingkan dengan pacaran jarak dekat. Hal ini disebabkan karena tidak adanya komunikasi tatap muka yang dapat dilakukan selama pasangan berada pada dua kota yang berbeda (Hampton, 2004).

Berdasarkan paparan diatas dalam penelitian ini, maka peneliti mengasumsikan bahwa adanya perbedaan kualitas komunikasi antara dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat di Denpasar.

(15)

Gambar 1. Diagram Dinamika Kualitas Komunikasi dalam Berpacaran

Keterangan Bagan :

: Jalur yang diteliti. : Jalur yang tidak diteliti. Karakteristik Dewasa Awal :

-Membina hubungan dengan lawan jenis -Membangun komitmen dalam hubungan

BERPACARAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi :

1. Citra diri 2. Citra pihak lain 3. Lingkungan fisik 4. Lingkungan sosial 5. Kondisi 6. Bahasa tubuh BERPACARAN JARAK DEKAT BERPACARAN JARAK JAUH

KUALITAS

KOMUNIKASI

(16)

A. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha : Ada perbedaan kualitas komunikasi antara individu dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat di Denpasar.

H0 : Tidak ada perbedaan kualitas komunikasi antara individu dewasa awal yang

Gambar

Gambar 1. Diagram Dinamika Kualitas Komunikasi dalam Berpacaran

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, pendapat penulis terhadap pembuktian Hukum Acara Pidana Islam dalam putusan Nomor 354/Pid.sus/2014/Pn.Lht tidak sesuai dengan syarat pembuktian

Hasil yang diperoleh dari pendekatan spasial berkaitan dengan pemetaan data gerakan tanah di Kabupaten Garut adalah (1) sistem proyeksi geografis (LL/ Latitude-Longitude)

Jika cinta yang hadir bukan sebab dari aura kemenarikan jiwa, maka bagi pecinta yang mencari cinta sesungguhnya akan pergi meninggalkan diri sang pujaan hatinya.. Tak

Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa data rekam medik dari riwayat penggunaan antibiotik pasien ISK, data kultur bakteri, dan data hasil uji sensitivitas bakteri

Jadi pada penelitian ini diketahui bahwa minimal terdapat satu variabel independen yang terdiri atas variabel pengetahuan kewirausahaan, ekspektasi pendapatan dan

Penelitian pada skripsi ini berjudul “Pengaruh Profitabilitas dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Keuangan di Indeks Papan Utama yang Tedaftar di

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam kajian tesis ini, penulis akan mencoba mengkaji pandangan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, seorang ulama Banjar