• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN DENGAN PESAWAT TELEPON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS III SDN 2 BIONTONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN DENGAN PESAWAT TELEPON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS III SDN 2 BIONTONG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN DENGAN PESAWAT TELEPON MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS III SDN 2 BIONTONG

Fikdal, Salma Halidu, Yusuf Jafar1

Abstrak

Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk mengatasi kesulitan belajar Bahasa Indonesia materi menyimak cerita. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui model pembelajaran langsung dapat meningkaatkan keterampilan siswa kelas III SDN 2 Biontong dalam berkomunikasi lisan dengan menggunakan peswat telepon?”. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas III SDN 2 Biontong dalam berkomunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon melalui model pembelajaran langsung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Dengan teknik pengumpulan data observasi, tes dan dokumentasi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap awal, tahap pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari kegiatan observasi awal hanya sebanyak 3 siswa (15 %) dari 20 siswa kelas III SDN 2 Biontong yang mampu dalam berkomunikasi lisan dengan pesawat telepon. Pada pelaksanaan kegiatan siklus I hal tersebut meningkatan menjadi 13 siswa (65 %). Pada siklus II hal tersebut mengalami peningkatan yang signifikan yakni menjadi 18 siswa yang mampu atau 90 %. Realitas ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa di kelas III SDN 2 Biontong telah memiliki keterampilan berkomunikasi lisan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa kelas III SDN 2 Biontong dalam berkomunikasi lisan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung

Kata Kunci : Berkomunikasi Lisan, Pembelajaran Langsung

1Fikdal Selaku Guru di SDN 2 Biontong Kabupaten Bolaang Mongondow Utara; Dra. Hj. Salma Halidu,

S.Pd, M.Pd Selaku Dosen Tetap Universitas Negeri Gorontalo; Dr. Yusuf Jafar, M.Pd Selaku Dosen Tetap Universitas Negeri Gorontalo

(3)

3 Komunikasi lisan merupakan suatu hubungan yang efektif yang dilakukan oleh dua orang atau lebih guna mencapai suatu tujuan yang diinginkan bersama, baik dari pihak komunikator maupun komunikan. Komunikasi yang baik, dapat dilihat bagaiman cara ataupun etika bahasa yang diperagakan oleh komunikan dan komunikator baik secara langsung maupun dengan menggunakan alat komunikasi, misalnya telepon dan sebagainya. Menurut Harold D. Laswell (2000) Komunikasi lisan melalui telepon adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sedangkan menurut Mulyana (2001) Komunikasi melalui telepon adalah penciptaan makna antara dua orang lewat penggunaan simbol-simbol atau tanda-tanda, komunikasi disebut efektif apabila makna yang tercipta relative sesuai dengan yang diinginkan komunikator. Kesimpulan dari pengertian di atas, komunikasi lisan dengan pesawat telepon adalah suatu pertukaran informasi antara dua orang melalui suatu sistem yang biasa baik dengan simbol-simbol, sinyal maupun perilaku maupun tindakan.

Dari hal - hal yang dikemukakan di atas, guru kelas mendapat masalah pada kegiatan membaca terutama membaca petunjuk telepon. Membaca ditekankan pada membaca teknik, namun bahan bacaan berupa petunjuk penggunaan pesawat telepon. Kegiatan tersebut butuh keberanian siswa sehingga mampu memahami dan mempraktikkan dalam bertelepon.

Tetapi siswa-siswi di kelas III SDN 2 Biontong Kecamatan Bolangitang Timur Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada saat guru mengadakan evaluasi akhir belum mampu melaksanakan kegiatan penggunaan pesawat telepon dengan benar. Terbukti dari 20 siswa yang mampu baru 3 anak sedangkan 17 yang lainnya dalam berkomunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon belum lancar, bahkan ada yang hanya diam saja.

Dengan memperhatikan hasil evaluasi pada akhir pembelajaran Bahasa Indonesia tentang petunjuk berkomunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon ternyata yang dapat menguasai pelajaran hanya 15 % siswa. Sehingga masih banyak siswa yang memperoleh nilai kurang dari yang ditentukan dalam KKM. Hal ini disebabkan oleh kurangnya beberapa kriteria atau teknik yang dinilai dalam berbicara dalam meningkatkan keterampilan komunikasi lisan. Hal-hal tersebut antara lain : (1). Kurangnya dialog/percakapan, belajar dalam teori penggunaan pesawat telepon, dan etika dalam bertelepon; (2). Kurangnya pemahaman siswa tentang tujuan pelajaran, kurang termotifasi dalam belajar, serta tidak dapat melakukan umpan balik tentang cara berkomunikasi lisan dengan menggunaan telepon serta etika dalam bertelepon

Dari kondisi kemampuan serta nilai siswa yang tersebut di atas, khususnya pada materi komunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon, peneliti mulai mencari upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi lisan dengan pesawat telepon. Peneliti juga merefleksi keadaan diri siswa ataupun guru pada saat belajar mengajar. ternyata strategi yang digunakan guru masih kurang. Hal ini bisa dilihat pada penggunaan model pembelajaran dalam mengajar. seorang guru harus

(4)

4 memiliki keahlian di dalam memilih model pengajaran yang dipakai sehari-hari di kelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan kepada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah model pengajaran langsung.

Menurut Nur (2000), model pengajaran langsung adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai lima langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran,demonstrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik dan latihan lanjutan. Sedangkan menurut Trianto (2011), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang berstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola selangka demi selangka. Menurut saya, model pengajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat berpusat pada guru; artinya guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa dengan cara selangkah demi selangkah.

Dari keadaan tersebut di atas, peneliti merasa terinspirasi sekaligus termotivasi untuk melakukan tindakan dalam meningkatkan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Lisan dengan Pesawat Telepon Melalui Model Pembelajaran Langsung di kelas III SDN 2 Biontong”.

Masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu :

1. Kurangnya keterampilan siswa dalam berkomunikasi lisan (dialog, cara penggunaan pesawat telepon, serta kurangnya etika bertelepon.

2. Kurangnya pemahaman siswa tentang tujuan pelajaran, siswa kurang termotifasi dalam belajar, serta tidak dapat melakukan umpan balik.

Sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas III SDN 2 Biontong dalam berkomunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon melalui model pembelajaran langsung.

Hipotesis tindakan ini adalah melalui model pembelajaran langsung pada materi berkomunikasi lisan pada siswa kelas III SDN 2 Biontong dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi lisan dengan pesawat telepon sesuai yang diinginkan. Sedangkan indikator yang digunakan dalam penelitian ini diukur dari kemampuan siswa secara individu dalam berpasangan menyelesaikan tugas dengan cara mendemonstrasikan tugas yang diberikan oleh guru minimal 80%.

(5)

5

Metode Penelitian

Subjek yang diteliti adalah siswa SDN 2 Biontong Kecamatan Bolangitang Timur Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Tahun Pelajaran 2013/2014, sejumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Pada penelitian tindakan kelas prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap perencanaan : Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah menyusun program pembelajaran dengan menerapkan metode siklus

2. Tahap Pelaksanaan : pada tahap pelaksanaan tindakan ini berbentuk proses interaksi antara guru dengan siswa. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan desain pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi melalui pendekatan secara langsung.

3. Tahap pengamatan : pada tahap ini dilaksanakan tahap observasi terhadap pelaksanaan tindakan. Alat observer yang digunakan adalah lembar observasi yang telah disusun. Sebagai observator pada kegiatan ini adalah kepala sekolah dan seorang guru yang ditugasi.

4. Tahap refleksi : Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari proses analisa terhadap observasi, guru dapat merefleksi diri apakah tindakan yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia tentang berkomunikasi lisan dengan pesawat telepon. Selain lembar observasi, guru dapat juga menggunakan jurnal yang dibuat saat guru selesai melaksanakan proses pembelajaran. Analisis hasil belajar siswa dilakukan untuk memperoleh kesimpulan tentang tingkat kemampuan siswa berkomunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon. Hasil analisis data pada tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan pada siklus berikutnya.

Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik penelitian tindakan kelas yakni dengan cara mengolah data yang diperoleh pada hasil pengamatan dan hasil pada proses pembelajaran dengan didasarkan pada hasil belajar siswa. Untuk maksud tersebut peneliti menetapkan tolak ukur yang dijadikan acuan penelitian siswa sebagai berikut. Nilai individu siswa, dibawah 75 dinyatakan tidak tuntas, nilai 75 dinyatakan mencapai ketuntasan, dan di atas 75 dinyatakan melampaui.

Berdasarkan tolak ukur penilaian yang ditetapkan maka indikator keberhasilan ini ialah dari setiap akhir siklus minimal 80% mencapai kriteria ketuntasan dan atau melampaui. Apabila pada akhir siklus ternyata secara rata-rata keseluruhan siswa tidak mencapai 80% maka perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Tetapi jika hasil siswa telah mencapai standar minimum yang ditetapkan atau lebih maka penelitian dinyatakan selesai.

(6)

6

Hasil Penelitian

1. Hasil Belajar Siswa Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I, pertemuan diawali dengan materi yang sudah tertera pada tahap persiapan. Alokasi waktu pada kegiatan awal ini selama 10 menit. Saat guru dan peneliti masuk ke kelas siswa sudah menyiapkan buku pembelajaran masing-masing, sebagian juga ada yang masih sibuk bicara dengan teman sebangkunya dan menyapu kelas. Sebelum memulai pelajaran siswa berdoa dan memberi salam kepada guru. Guru mengenalkan peneliti sebagai orang yang akan melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya peneliti memulai pelajaran dengan diawali mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa, keadaan siswa tanpak tenang dan bersemangat.

Pada siklus I hasil belajar siswa yang dicapai masih belum memenuhi 80% dari hasil yang diinginkan bahkan masih belum membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pembelajaran diakibatkan karena guru masih monoton dalam mengajar. adapun hasil tes tentang berkomunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Persentase Hasil Belajar Siswa pada Tindakan Siklus I

No Aspek yang Dinilai Kriteria/Nilai Jumlah

Siswa

Ketuntasan (%)

1.

Keterampilan komunikasi lisan (dialog, saling belajar dalam penggunaan telepon, etika bertelepon)

Mampu 10 50 %

Kurang Mampu 9 45 %

Tidak Mampu 1 5 %

2.

Model pembelajaran langsung

(memahami tujuan

pembelajaran, termotivasi, melakukan umpan balik, dan mendemonstrasikan

Mampu 9 45 %

Kurang Mampu 8 40 %

Tidak Mampu 3 15 %

Sumber : Data Olahan, 2014.

Hasil pengamatan dan hasil tes tindakan siklus I apabila dilihat dari indikator kinerja belum mencapai tujuan yang ingin diharapkan dalam pembelajaran berkomunikasi lisan dengan pesawat telepon untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan yang ditetapkan. Maka

(7)

7 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung perlu dilanjutkan pada tindakan siklus berikutnya yaitu siklus II.

Berdasarkan hasil tersebut dilakukan refleksi siklus I yaitu bahwa masih ada siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menindaklanjuti pembelajaran siklus II perlu ditekankan kepada siswa mengenai perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Kurangnya keberanian siswa mengeluarkan pendapat serta kurangnya aspek kebahasaan dalam kegiatan pembelajaran karena kegiatan masih didominasi oleh siswa yang pandai. Oleh sebab itu pada kegiatan pembelajaran siklus II perlu ditekankan kepada siswa yang kurang pandai untuk mengeluarkan pendapatnya. Pada kegiatan pelaporan atau hasil presentase masih ada beberapa siswa kurang berani mengeluarkan pendapat sehingga untuk mengatasi hal ini guru harus selalu memberi semangat serta membimbing secara terarah agar dapat membangkitkan keberanian siswa.

2. Hasil Belajar Siswa Siklus 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus II yang didasarkan atas refleksi pada siklus I yang dilaksanakan 1 kali pertemuan selam 70 menit. Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun pada siklus II ini masih mempelajari tentang materi berkomunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon melalui model pembelajaran langsung dengan dua aspek penilaian yang akan dicapai dan dituangkan dalam bentuk penugasan. Kegiatan siklus 2 ini dilengkapi persiapan, kegiatan inti yang terdiri dari pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung dan diakhiri dengan penuutup atau evaluasi belajar siswa.

Suasana dinilai tampak kondusif, siswa tampak serius berdiskusi untuk melaksanakan tugas yang diberikan guru. Siswa berusaha untuk saling berdekat dan merapatkan tempat duduknya bersama pasangannya. Kegiatan berpasangan pada tindakan siklus II ini siswa yang acuh tak acuh dan tidak berani mengemukakan pendapatnya sudah tidak terlihat lagi. Setelah kegiatan diskusi dan tugas selesai, siswa yang berpasangan melaporkan hasil kerjanya didepan kelas yang dilakukan secara

(8)

8 bergantian dari setiap siswa yang berpasangan. Setelah semua siswa yang berpasangan melaporkan hasil percakapan dilanjutkan dengan melakukan pembahasan dan membuat kesimpulan secara bersama-sama. Selanjutnya kegiatan penutup dengan alokasi waktu selama 15 menit, peneliti melakukan evaluasi serta memberikan tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Dari hasil observasi tindakan siklus II di atas, aktivitas siswa dalam mengikut pembelajaran yang berkategori baik atau dengan persentase sebesar 90%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun hasil tes siswa pada materi komunikasi lisan dengan menggunakan pesawat telepon melalui model pembelajaran langsung pada tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2. Persentase Hasil Belajar Siswa pada Tindakan Siklus II

No Aspek yang Dinilai Kriteria/Nilai Jumlah

Siswa

Ketuntasan (%)

1.

Keterampilan komunikasi lisan (dialog, saling belajar dalam penggunaan telepon, etika bertelepon)

Mampu 12 60 %

Kurang Mampu 8 40 %

Tidak Mampu - -

2.

Model pembelajaran langsung

(memahami tujuan

pembelajaran, termotivasi, melakukan umpan balik, dan mendemonstrasikan

Mampu 14 70 %

Kurang Mampu 5 25 %

Tidak Mampu 1 5 %

Sumber : Data Olahan, 2014

Berdasarkan hasil penjelasn tabel tersebut, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah ketuntasan sebanyak 18 orang siswa atau 90%, dan sebanyak 2 siswa berada dalam kategori kurang mampu sebesar 10%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai yang dicapai pada siklus II lebih meningkat dari kondisi awal dan siklus I. pencapaian nilai pada tindakan siklus II melebihi indikator kinerja yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi pada pelaksanaan tindakan siklus II dapat diketahui bahwa ada peningkatan pada hasil belajar siswa dalam mempelajari

(9)

9 materi berkomunikasi lisan. Hal ini dapat diamati dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun indikator keberhasilan penggunaan model pembelajaran langsung adalah :

a. Pada saat pembelajran berlangsung, siswa terlihat lebih bersemangat, lebih aktif dan tidak ragu-ragu lagi dalam mengemukakan pendapatnya.

b. Melalui model pembelajaran langsung siswa dapat lebih bersosialisasi dengan temannya dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi berkomunikasi lisan.

c. Adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari lembar observasi dan evaluasi yang mengalami kenaikan pada setiap siklus yang dilaksanakan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sudah cukup dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya, hal ini atas pertimbangan bahwa pada siklus II sudah mengalami peningkatan yang cukup besar dan melebihi standar ketuntasan yang telah ditetapkan.

c. Perbandingan Siklus I dan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus II sudah mencapai peningkatan hasil belajar. Hal ini dikarenakan ada beberapa perbaikan yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil refleksi tindakan. Selain itu juga penelitian yang dilakukan dilengkapi dengan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa. Perbandingan hasil tindakan siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan Siklus II

Siklus Indikator

Kinerja

Ketuntasan Belajar

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I 75 65 % 35 %

(10)

10

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan tentang peningkatan hasil belajar siswa pada materi komunikasi lisan dengan pesawat telepon di kelas III SDN 2 Biontong Kecamatan Bolangitang Timur Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan menggunakan model pembelajaran langsung dapat dikatakan meningkat. Dilaksanakannya tindakan kelas ini sampai mencapai dua siklus karena siklus I kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung belum mencapai indikator kinerja penelitian. Setelah diadakan refleksi, dimana proses pembelajaran telah diadakan proses pembaharuan pelaksanaan tindakan pada siklus II, maka hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, sehingga penetapan hipotesis tindakan penelitian terbukti dan dapat diterima.

Saran

Bagi teman-teman guru agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pedoman penelitian atau penulisan laporan dan dijadikan motivasi agar dapat melakukan penelitian tindakan kelas. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk membina dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Guru juga harus selalu membuka diri dari pembaharuan-pembaharuan pembelajaran dan tidak segan untuk bertukar pikiran serta pengalaman untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam tugas mengajar sehari-hari.

Daftar Pustaka

Purnawan kristanto, 2006, Memahami Proses Komunikasi,

http://www.sabdaspace.org/memahami proses komunikasi

Wardani, IGAK, 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka. Sanjaya Wina, 2007, Keunggulan dan Kelemahan Model Pengajaran Langsung

http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/keunggulan-dan-kelemahan-model.html

Subagyo,dkk, 2006, Terampil Bahasa Indonesia Untuk SD Kelas IV, Jakarta, Bengawan Ilmu.

Gambar

Tabel 1. Persentase Hasil Belajar Siswa pada Tindakan Siklus I
Tabel 2. Persentase Hasil Belajar Siswa pada Tindakan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh rata-rata skor kemampuan komunikasi lisan matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Missouri Mathematics Project

Pembelajaran Learning Cycle 5e Pada Materi Pesawat Sederhana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas V : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V

Berdasarkan hasil penilaian pengamat baik kelas unggulan maupun kelas reguler mengalami peningkatan rerata nilai komunikasi lisan siswa dari pertemuan pertama

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi pesawat sederhanamelalui penerapkan model pembelajaran tipe Jigsaw di SDN No 1

Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 011 Bukit Kapur dengan menerapkan model

Pada siklus II juga mengalami peningkatan dari pertemuan pertama dengan jumlah skor 14 dengan persentase 70% dikategorikan baik, meningkat pada pertemuan kedua dengan

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data mengenai hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 26 Ampenan pada materi pesawat sederhana dan data

Dapat juga dilihat pada peningkatan aktivitas guru yaitu pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 12 dengan persentase 60% meningkat sebesar sebesar