• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Siswa Kelas IV SDN 153 Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Siswa Kelas IV SDN 153 Pekanbaru"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Benda Konstruksi Siswa Kelas IV SDN 153

Pekanbaru

Septi Wulandari1, Zariul Antosa2, Erlisnawati3 Abstrak

The direction study is any approach special stake for student learning process and that relation with knowledge, declarative, and procedure. Knowledge with the good structure and learned with the activities model step by step. The goal research is to step up skill making construction object in art knowledge, cultural, skill. The research is student class of fifth SDN 153 Pekanbaru. The student total is 32 student with 14 boy student and 18 girl student. The research result show the rises skill making construction object with the average 57,81 in beginning file. To get up I cyclus is 12,50 so got the average value 70,31 in II cyclus to be rises is 14,48 so got the average value 85,15. The matter show that the direction learning model application get up skill making construction object.

Keyword : The direction learning model, Skill making construction objectStudy I. PENDAHULUAN

Pendidikan di sekolah dasar merupakan pondasi bagi peserta didik dalam mengikuti pendidikan formal. Sekolah wajib mengajarkan seluruh mata pelajaran yang ada kurikulum, termasuk mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Namun aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri melainkan terintegrasi dengan seni, karena itu mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya atau dengan kata lain pendidikan seni dengan pendekatan budaya.

Pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan tidak diharapkan karya siswa harus selalu sama dengan karya gurunya, tetapi siswa diharapkan untuk dapat menampilkan kreativitas dan kemampuannya sehingga dapat menghasilkan berbagai karya seni yang kreatif pula. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai upaya terarah yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat penting agar terciptanya siswa yang mampu dalam membuat kerajinan dibidang tertentu.

Menurut hasil wawancara peneliti kepada Ibu Roza Warmaningsih selaku guru Seni Budaya dan Keterampilan kelas IV di SDN 153 Pekanbaru, ternyata pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di sekolah ini hanya mempelajari materi saja tidak pernah praktek langsung yaitu terlihat pada materi pelajaran kerajinan benda konstruksi. Mereka hanya belajar materinya saja tidak praktek secara langsung untuk membuat kerajinan benda konstruksi. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan guru mengenai kerajinan benda konstruksi. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru menggunakan metode ceramah atau

1

Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0805135161, e-mail septi.wulandari96@gmail.com

2

Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail

antosazariul@gmail.com

3

Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail

(2)

menerangkan materi saja. Pembelajaran seni kerajinan benda konstruksi yang dilakukan dengan metode ceramah atau menerangkan materi saja membuat anak menjadi pasif dalam belajar dan kurang paham atau tidak mengusai bagaimana membuat kerajinan benda konstruksi.

Selain itu, berdasarkan pengamatan peneliti, keterampilan membuat benda konstruksi pada siswa kelas IV SD Negeri 153 Pekanbaru dengan jumlah siswa 32 orang masih tergolong rendah. Sesuai data awal pada aspek karya kerajinan benda konstruksi dengan rata-rata nilai 57,81. Hanya 10 orang siswa yang dikategorikan terampil, 19 orang siswa dikategorikan cukup terampil dan 3 orang siswa dikategorikan kurang terampil.

Menurut Arends dalam Trianto (2009:41), model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

Keterampilan membuat benda konstruksi adalah keterampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability).

Hubungan model pembelajaran langsung dan keterampilan membuat benda konstruksi dengan diterapkannya model pembelajaran langsung, maka dapat meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi karna model ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang sangat mudah dan cepat dimengerti oleh siswa.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 153 Pekanbaru, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012. Subjek penelitian siswa kelas IV SDN sebanyak 32 orang siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali test keterampilan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 153 Pekanbaru jalan Amilin, kampung tengah. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari silabus, RPP, lembar pengamatan (observasi), rubrik penilaian produk/hasil, rubrik penilaian proses . Pada tahap ini dilakukan penerapan pembelajaran langsung untuk meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi siswa kelas IV SDN 153 Pekanbaru semester genap dengan menggunakan penerapan model pembelajaran langsung yang menghubungkan pembuatan benda konstruksi, yang sebelumnya telah diambil pada data awal sampai penilaian keterampilan siklus II.

Penelitian ini dilaksanakan dua tahap kegiatan yaitu tahap pertama pada data awal pada tanggal 19 April 2012 kemudian, pelaksanaan proses pembelajaran tentang benda konstruksi dan membuat benda konstruksi dengan menggunakan model pembelajaran langsung dilaksanakan 4 kali pertemuan dan 2 kali penilaian

(3)

keterampilan, yaitu pada tanggal 21 April 2012 sampai tanggal 12 Mei 2012. Kemudian untuk mengetahui keterampilan membuat benda konstruksi yang telah didemonstrasikan sesuai dengan model pembelajaran langsung digunakan lembar penilaian proses dan hasil keterampilan membuat benda konstruksi yang dilakukan setiap pada pertemuan siklus I dan siklus II yaitu pada tanggal 3 Mei 2012 dan 17 Mei 2012.

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses belajar mengajar. Pembelajaran dikatakan berhasil jika aktivitas guru dan siswa berlangsung sesuai dengan skenario pembelajaran.

1. Analisis Pengamatan Aktivitas Guru

Aktivitas guru dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penilaian tertinggi 4 dan penilaian terendah 1. Data aktivitas guru yang diamati digunakan rumus:

P = X 100 % Arikunto (dalam julia, 2011:23 ) Keterangan :

P = Nilai aktivitas guru

F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan guru N = Skor maksimal yang di dapat dari aktivitas guru Kriteria aktivitas guru disajikan dibawah ini :

a. Jumlah kategori ada 4 yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang

b. Untuk melihat kategori aktivitas guru dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

I = Iraini (dalam julia 2011:24 ) Sehingga dapat dihitung dengan cara :

NA = Jumlah indikator x Skor tertinggi = 5 X 4

= 20

NB = Jumlah indikator x Skor terendah = 5 X 1

= 5

Konversikan ke 100 sehingga dapat dihitung dengan cara: NA =

X 100 = 100 NB =

X 100 = 25 Jadi, I =

=

= Keterangan : I = interval

(4)

NA= nilai atas NB= nilai bawah K = kategori

jadi kriteria aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel.1

Interval dan Kategori Aktivitas Guru

Interval Kategori

≥81,25 - 100 Sangat Baik

≥62,5 < 81,25 Baik

≥43,75 < 62,5 Cukup

≥25 < 43,75 Kurang

2. Analisis Pengamatan Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Untuk penilaian tertinggi 4 dan penilaian terendah 1. Data aktivitas siswa yang diamati digunakan rumus:

P = X 100% Arikunto (dalam julia, 2011:23 ) Keterangan :

P = Persentase aktivitas siswa

F = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan siswa N = Skor maksimal yang di dapat dari aktivitas siswa Kriteria aktivitas siswa disajikan dibawah ini :

a. Jumlah kategori ada 4 yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang

b. Untuk melihat kategori aktivitas siswa dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

I = Iraini (dalam julia 2011:24 ) Sehingga dapat dihitung dengan cara :

NA = Jumlah indikator x Skor tertinggi = 5 X 4

= 20

NB = Jumlah indikator x Skor terendah = 5 X 1

= 5

Konversikan ke 100 sehingga dapat dihitung dengan cara: NA =

X 100 = 100

NB =

X 100 = 25 Jadi,

I =

=

(5)

Keterangan : I = interval NA= nilai atas NB= nilai bawah K = kategori

Untuk kriteria aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel.2

Interval dan Kategori Aktivitas Siswa

Interval Kategori

≥ 81,25% - 100% Sangat Baik

≥ 62,5% < 81,25% Baik

≥ 43,75% < 62,5% Cukup

≥ 25% < 43,75% Kurang

2.Analisis Keterampilan Siswa

Tujuan dari analisis ini ialah untuk mengetahui peningkatan keterampilan membuat benda konstruksi yang dicapai siswa setelah pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung. Penentuan ketuntasan siswa dalam membuat benda konstruksi diambil dari penilaian hasil benda konstruksi sebanyak 40% dan penilaian proses sebanyak 60%. Rumus yang digunakan dalam penilaian ini ( Per Siklus) adalah :

1. Penilaian Proses

Nilai Proses =

x 60

2. Penilaian Hasil

Nilai hasil =

x 40

(KTSP, 2006:226) 3. Nilai Akhir(nilai keterampilan membuat benda konstruksi)

Nilai Akhir = Nilai proses + Nilai hasil

Kriteria dalam keterampilan membuat benda konstruksi siswa disajikan dibawah ini:

a. Jumlah kategori ada empat yaitu sangat terampil, terampil, cukup terampil dan kurang terampil

b. Untuk melihat interval penilaian keterampilan membuat benda konstruksi dapat digunakan rumus sebagai berikut:

I = Iraini (dalam Julia 2011:24 ) Sehingga dapat dihitung dengan cara:

I =

=

= Keterangan: I = interval NA = nilai atas NB = nilai bawah K = kategori

(6)

jadi kriteria aktivitas guru dapat dilihat pada table berikut : Tabel.3

Kategori Penilaian Keterampilan Membuat Benda Konstruksi

Interval Kategori

≥ 81,25 < 100 Sangat terampil

≥ 62,5 < 81,25 Terampil

≥ 43,75 < 62,5 Cukup Terampil

≥ 25 < 43,75 Kurang Terampil III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dengan waktu 2 x 35 menit. Setiap kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran langsung dan didukung oleh lembar aktivitas guru/ siswa dan lembar penilaian keterampilan. Dan pada setiap siklus diberikan penugasan dibuat benda konstruksi, yang hasilnya digunakan sebagai landasan untuk melakukan siklus berikutnya.

Siklus I

Pada siklus I materi yang disajikan dalam pembelajaran adalah merancang dan membuat benda konstruksi. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah silabus, RPP, lembar aktivitas guru dan siswa. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 21 April 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) pada jam pelajaran ke tiga dan keempat, dengan materi merancang dan membuat benda konstruksi. Jumlah siswa yang hadir adalah 32 orang siswa. Kegiatan pembelajaran dilakukan guru berpedoman pada RPP yang dibuat. Pada awal pelajaran guru membuka pembelajaran dengan mngucapkan salam, menyiapkan siswa dan mengabsen kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menyampaikan materi pelajaran yaitu tentang pengertian benda konstruksi dan langkah-langkah yang dibuat kerajinan benda konstruksi, kemudian guru menunjukkan contoh benda konstruksi serta dibantu dengan media gambar benda konstruksi. Kemudian guru mendemonstrasikan langkah-langkah membuat benda konstruksi yang terbuat dari kertas koran, mulai dari menggulung kertas, memberi lem pada kertas dan menyusun gulungan kertas satu ke gulungan kertas yang lain. Kemudian guru memberikan umpan balik kepada siswa tentang materi yang dipelajari. Sebelum guru menutup pelajaran guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu membuat benda kerajinan dengan teknik konstruksi dan merancang benda dengan teknik konstruksi.

Pada saat pembelajaran berlangsung, pada pertemuan pertama ini nilai aktivitas siswa masih rendah, karena siswa belum dapat mengikuti langkah-langkah yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran dengan baik. Siswa masih pasif dalam melakukan kegiatan yang diberikan guru dan masih ada siswa yang belum mampu dan malu dalam mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari. Siswa juga tidak mencatat tujuan pembelajaran yang telah disampaikan

(7)

oleh guru pada buku catatan, pada saat guru mendemonstrasikan langkah-langkah pembuatan benda konstruksi siswa tidak memperhatikan bagaimana cara membuat, bahan utama dalam membuat benda konstruksi.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 28 April 2012 selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) pada jam pelajaran ke tiga dan keempat, dengan materi merancang dan membuat benda konstruksi. Pada pertemuan kedua ini materi yang diberikan adalah membuat benda kerajinan dengan teknik konstruksi dan merancang dengan teknik konstruksi. Sebelum guru memulai kegiatan belajar, guru memeriksa kelengkapan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat benda konstruksi dari kertas koran. Sebelum siswa membuat benda konstruksi terlebih dahulu siswa diminta untuk merancang benda yang akan dibuat, setelah merancang benda konstruksi guru menyuruh siswa untuk membuat benda konstruksi dari kertas koran dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat benda konstruksi, setelah selesai membuat benda konstruksi guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 Mei 2012. Pada pertemuan ketiga ini, seperti biasa guru mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat benda konstruksi. Untuk penilaian akhir siklus I ini, guru menyuruh masing-masing siswa untuk melanjutkan membuat benda konstruksi yang telah dirancang pada pertemuan sebelumnya, yaitu tempat pensil mulai dari kerapian dan variasi. Setelah itu guru mengambil nilai akhir keterampilan dari siklus I.

Refleksi Siklus I

Pada siklus pertama untuk aktivitas guru dan siswa sudah berjalan dengan baik tapi masih ada beberapa kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung baik dari cara guru menyampaikan materi pembelajaran maupun pada saat aktivitas siswa. Keterampilan dalam membuat benda konstruksi pada siklus I sudah mengalami peningkatan dari data awal, namun masih banyak siswa yang belum mendapat atau yang mencapai nilai yang ditetapkan dari sekolah. Dari aktivitas siswa, siswa kurang aktif bertanya tentang materi yang diberikan maupun teknik atau cara untuk membuat benda konstruksi yang benar, sehingga pada saat penilaian keterampilan masih banyak nilai siswa yang masih kurang dari ketuntasan yang ditetapkan walaupun siswa sudah banyak yang terampil. Kekurangan dan kelemahan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II terutama pada aktivitas siswa dan guru juga pada keterampilan berikutnya.

Siklus II

Pada pertemuan pertama siklus ke II dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 5 Mei 2012 dengan materi merancang benda dengan teknik konstruksi dan membuat benda konstruksi sederhana. Jumlah siswa yang hadir 32 siswa. Pada siklus ke II ini siswa sudah banyak yang paham bagaimana cara membuat benda konstruksi yang baik. Pada pertemuan ini siswa membuat benda konstruksi dengan ide dan kreasinya masing-masing. Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 12 Mei 2012, dengan materi membuat benda dengan teknik konstruksi, melanjutkan pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini siswa sudah banyak yang

(8)

mengikuti langkah-langkah model pembelajaran langsung. Siswa sudah mencatat tujuan pembelajaran pada buku catatan khusus mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk melanjutkan tugas yang telah diberikan. Dan guru menunjukkan beberapa hasil karya kerajinan benda konstruksi terbaik buatan siswa untuk maju kedepan kelas untuk menunjukkan bagaimana cara membuat benda konstruksi yang baik sebagai motivasi untuk siswa yang lain dalam membuat benda konstruksi untuk keterampilannya.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari kamis tanggal 17 Mei 2012. Pada pertemuan ketiga ini, seperti biasa guru mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat benda konstruksi. Untuk penilaian akhir siklus II ini, guru menyuruh masing-masing siswa untuk melanjutkan membuat benda konstruksi yang telah dirancang pada pertemuan sebelumnya, hanya menjadi perbadaannya adalah pada penilaian akhir siklus II ini benda konstruksi yang dibuat bukan tempat pensil tetapi sesuai dengan kreasi masing-masing siswa, yang bertujuan agar siswa lebih kreatif membuat keterampilan benda konstruksi. Setelah itu guru mengambil nilai akhir keterampilan dari siklus II.

Refleksi siklus II

Pada siklus II proses pembelajaran sudah menunjukkan hasil yang meningkat dari hasil proses pembelajaran pada siklus I. Pada aktivitas guru dan siswa meningkat dengan kategori sangat baik. Namun masih ada kelemahan-kelemahan dari masing-masing aktivitas, pada aktivitas guru dalam hal mengecek pemahaman dan memberi umpan balik guru masih menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari. Sedangkan pada aktivitas siswa tentang memberi tanggapan tentang materi pembelajaran siswa sudah berani memberikan tanggapan atau pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari namun kadang siswa masih memperhatikan kegiatan lain pada saat pembelajaran.

Analisis Deskriptif Hasil Keterampilan

Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran

Data hasil observasi siklus I dan siklus II tentang aktivitas guru, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.4

Persentase aktivitas guru pada siklus I dan II

No Aktivitas Guru yang Diamati Siklus I Siklus II Pertemuan Pertemuan

1 2 1 2

1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2 3 3 3 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan 2 3 4 4 3 Membimbing pelatihan 2 2 3 4

4 Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik

3 3 3 3

(9)

pelatihan lanjutan dan penerapan

Jumlah Skor 12 14 17 18

Skor Maksimum 20 20 20 20

Persentase 60 70 85 90

Kategori Cukup Baik Sangat

baik

Sangat baik Dari tabel.4 di atas dapat dilihat bahwa secara umum aktivitas guru selama empat kali pertemuan mengalami peningkatan. Pada aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dengan persentase 60 meningkat sebesar 10 sehingga pada pertemuan kedua diperoleh jumlah persentase 70. Kemudian aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama atau pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua pada siklus I yaitu mengalami peningkatan sebesar 15 sehingga pada diperoleh jumlah persentase 85.

Pada siklus II pertemuan kedua atau pertemuan keempat juga mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 5 diperoleh jumlah dengan persentase 90. Secara keseluruhan aktivitas guru mengalami peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat yaitu dari jumlah dengan persentase 60 meningkat sebesar 30 sehingga diperoleh jumlah persentase 90. Jadi secara kesuluruhan aktivitas guru dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan.

Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Data hasil observasi siklus I dan siklus II tentang aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.5

Peningkatan aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No Aktivitas Siswa yang Diamati

Siklus I Siklus II

Pertemuan Pertemuan

1 2 1 2

1 Mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian benda konstruksi dan mencatat hal-hal penting

2 3 3 4

2 Mengikuti langkah pembuatan benda konstruksi yang diberikan guru secara teratur dan benar

2 2 3 3

3 Berlatih membuat benda konstruksi dengan benar

2 3 4 4

4 Dapat merancang bentuk benda konstruksi

2 2 3 4

5 Mengerjakan tugas lanjutan di rumah yang diberikan oleh guru secara teratur

2 3 3 3

Jumlah Skor 10 13 16 18

Skor Maksimum 20 20 20 20

Persentase 50% 65% 80% 90%

Kategori Cukup Baik Baik Sangat

(10)

Dari tabel.5 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa di setiap pertemuan pertama hingga pertemuan keempat. Pada pertemuan pertama aktivitas siswa masih kurang, ini terlihat dari jumlah dengan persentase 50%. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa meningkat dari pertemuan pertama sebesar sebesar 15% sehingga diperoleh jumlah persentase 65%, pada pertemuan ketiga aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 15% sehingga diperoleh jumlah dengan persentase 80% dan pada pertemuan keempat aktivitas siswa sudah sangat baik dan mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 10% diperoleh jumlah dengan persentase 90%. Secara keseluruhan aktivitas siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat mengalami peningkatan yaitu dari jumlah persentase 50% meningkat sebesar 40% diperoleh jumlah persentase 90%.

Hasil Keterampilan Membuat Benda Konstruksi

Dari hasil keterampilan siklus I dan siklus II, pada siklus I dari jumlah keseluruhan 32 orang siswa yang mendapat kategori terampil 23 orang siswa dan yang mendapatkan kategori cukup terampil ada 9 orang siswa. Sedangkan pada siklus II siswa yang emndapat kategori sangat terampil 25 orang dan kategori terampil 7 orang siswa.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data siklus I dan siklus II maka penerapan model pembelajaran langsung dalam meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi dapat meningkatkan beberapa hal seperti:

Peningkatan Aktivitas Guru

Pada lembar pengamatan aktivitas guru, pada siklus I rata-rata aktivitas guru adalah 70 (baik) mengalami kenaikan pada siklus II dengan rata-rata 90 (sangat baik).

Peningkatan Aktivitas Siswa

Pada lembar pengamatan aktivitas siswa, pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 65 (baik) mengalami kenaikan pada siklus II dengan rata-rata 90 (sangat baik).

Peningkatan Hasil Keterampilan Membuat Benda Konstruksi

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan membuat benda konstruksi dari kertas pada siklus I dan siklus II melalui penerapan model pembelajaran langsung siswa kelas IV SDN 153 Pekanbaru pada tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel.6

Peningkatan Nilai Keterampilan Benda Konstruksi Siswa Dalam Membuat Kerajinan Benda konstruksi Pada Data Awal, Siklus I dan Siklus II

Interval Kategori

Keterampilan Membuat Benda Konstruksi

Data

Awal Siklus I Siklus II

≥ 81,25% - 100 % Sangat Terampil - - 25

≥ 62,5 % < 81,25 % Terampil 10 23 7

≥ 43,75 % < 62,5 % Cukup Terampil 19 9 -

(11)

Jumlah Nilai Siswa 1850 2250 2725

Rata- Rata nilai Siswa 57,81 70,31 85,15

Kategori Cukup

Terampil

Terampil Sangat Terampil Pada tabel.6 di atas dapat dilihat adanya peningkatan antara data awal siklus I dan siklus II. Dari rata-rata nilai data awal 57,81 meningkta di siklus I menjadi 70,31 atau meningkat sebesar 12,50 poin, dari siklus I meningkat menjadi 85,15 atau meningkat sebesar 14,84 poin. Untuk lebih jelasnya peningkatan keterampilan membuat benda konstruksi dari koran dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik.7

Peningkatan Keterampilan Siswa Membuat benda konstruksi Dari Data Awal, Siklus I dan Siklus II

Sebagaimana terlihat pada grafik diatas, bahwa sebelum diterapkan model pembelajaran langsung nilai rata-rata pada skor dasar hanya 57,81 dengan kategori cukup terampil. Kemudian setelah diterapkan model pembelajaran langsung siklus I, nilai rata-rata keterampilan siswa meningkat menjadi 70,31 dengan kategori terampil. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rat mencapai 85,15 dengan kategori sangat terampil. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran langsung yang dilakukan oleh guru dapat meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi dari kertas koran dengan demikian hipotesis dapat diterima. IV. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan dan saran sebagai berikut:

Simpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran langsung dapat meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi siswa kelas IV SD Negeri 153 Pekanbaru. Hal

57.81 70.31 85.15 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

(12)

ini dapat dilihat dari hasil perbandingan data awal, hasil penilaian benda konstruksi siklus I dan hasil penilaian benda konstruksi siklus II siswa yang semakin meningkat. Pada data awal nilai rata-rata siswa 57,81, pada hasil penilaian benda konstruksi di siklus I nilai rata-rata siswa 70,31 mengalami peningkatan sebesar 12,50 dari hasil data awal. Sementara pada hasil penilaian benda konstruksi siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 85,15 dan mengalami peningkatan sebesar 14,84 dari hasil penilaian benda konstruksi siklus I.

2. Dapat juga dilihat pada peningkatan aktivitas guru yaitu pada siklus I pertemuan pertama diperoleh jumlah skor 12 dengan persentase 60% meningkat sebesar sebesar 2 point atau sebesar 10% sehingga pada pertemuan kedua diperoleh jumlah skor 14 dengan persentase 70%, kemudian pada pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 3 poin atau sebesar 15% sehingga diperoleh jumlah skor 17 dengan persentase 85%. Pada pertemuan keempat juga mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 1 point atau sebesar 5% sehingga diperoleh jumlah skor 18 dengan persentase 90%. 3. Dapat juga kita lihat peningkatan pada aktivitas siswa yaitu pada pertemuan

pertama diperoleh jumlah skor 10 dengan persentase 50% kemudian meningkat pada pertemuan kedua sebesar 3 point atau sebesar 15% sehingga diperoleh jumlah skor 13 dengan persentase 65%, Kemudian pertemuan ketiga juga mengalami peningkatan dari pertemuan kedua yaitu sebesar 3 point atau sebesar 15% sehingga diperoleh jumlah skor 16 dengan persentase 80% dan pada pertemuan keempat juga mengalami peningkatan dari pertemuan ketiga yaitu sebesar 2 poin atau 10% sehingga diperoleh jumlah skor 18 dengan persentase 90%.

Saran

Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Sekolah, model pembelajaran langsung dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif memperbaiki kualitas proses pembelajaran terutama untuk meningkatkan keterampilan membuat benda konstruksi di sekolah dasar. 2. Kepada guru bidang studi SBK hendaknya membiasakan siswa untuk lebih

mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya dan hendaknya guru memahami langkah-langkah pembelajaran dengan baik agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif.

3. Kepada peneliti yang berminat menindak lanjuti penelitian ini diharapkan untuk lebih mengembangkan model pembelajaran langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharjono, Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Palembang: Depdiknas.

(13)

Julia. (2011). Penerapan Tehnik Menempel Untuk Meningkatkan Keterampilan Kolase Siswa Kelas 1 Seni Budaya dan Keterampilan SDN 013 Bukit Raya.

Mohammad Jauhar. (2011). Implementasi PAIKEM. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Nurhadiat, dedi. (2008). Seni Budaya dan Keterampilan untuk SD/MI kelas IV. Jakarta : PT. Grasindo.

Pengertian Model Pembelajaran.[online]. Tersedia www.belajarpsikologi.com

Diakses tanggal 11 Maret 2012.

Robert E. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Indeks.

Sanjaya W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Satria.(2008).Pengertian Keterampilan dan jenisnya.[online]. www.Shvoong.com Diakses tanggal 11 Maret 2012.

Sri Murtono,M.Pd.dkk. (2011). SBK (Seni Budaya dan Keterampilan kelas IV

SD). Bogor: Yudhistira.

Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Tim Bina Karya Guru. (2007). Seni Budaya dan Keterampilan (untuk Sekolah

Dasar Kelas IV). Jakarta: Erlangga.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Pubhlisher.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Siklus Rankine pada gambar.4 menunjukkan perbedaan tekanan dan suhu dari waktu ke waktu pada saat berlangsungnya sistem Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), dimana

Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan adanya Taman Pendidikan Al-Qur’an Masjid Al-Fattah dalam penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an ini dapat membantu santri

Samsubar Saleh, M.Soc.Sc., Dr/ Sutjijana, M.Sc., Dr Kamis 10.00-12.30 Satyajaya Lt.2 Workshop Analisis Statistika (WAS) Team Teaching.. Akuntansi Keperilakuan

Pada ruang kelas, untuk totally blind , numbering system berupa tekstur tiga dimensi yang dapat dihitung sebagai penanda area yang akan dituju oleh

Metode analisa data yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut menggunakan metode transportasi, untuk solusi awal menggunakan metode pojok kiri atas pojok

Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengunakan variabel lain yang mempengaruhi program pendidikan lebih kompleks dan bervariasi, dalam hal waktu penelitian, disarankan

tidak mengikuti pola tertentu, oleh karena itu metode yang sesuai untuk pemodelan Unmet Need KB di Provinsi Jawa Timur adalah regresi nonparametrik

Kemampuan Menulis Teks Puisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Panai Hulu tahun pembelajaran 2016/2017 setelah menggunakan media audio “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”,