• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend Tata Hijau, Kualitas Rumput Dan Pohon Pada Area Permainan Lapangan Golf Sedana Golf And Country Club Karawang Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Trend Tata Hijau, Kualitas Rumput Dan Pohon Pada Area Permainan Lapangan Golf Sedana Golf And Country Club Karawang Jawa Barat"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TREND

TATA HIJAU, KUALITAS RUMPUT DAN POHON

PADA AREA PERMAINAN LAPANGAN GOLF SEDANA

GOLF AND COUNTRY CLUB KARAWANG

JAWA BARAT

SRI RENGGANIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Trend Tata Hijau, Kualitas Rumput dan Pohon pada Area Permainan Lapangan Golf Sedana Golf and Country Club Karawang Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 21 Oktober 2015

(3)

ABSTRAK

SRI RENGGANIS. Trend Tata Hijau, Kualitas Rumput dan Pohon pada Area Permainan Lapangan Golf Sedana Golf and Country Club Karawang Jawa Barat. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Sedana Golf and Country Club merupakan salah satu lapangan golf terkenal di Karawang, Jawa Barat yang dirancang oleh Mark Rathert di atas tanah seluas 75 hektar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend tata hijau pada area permainan lapangan golf, untuk mengevaluasi kualitas fungsional dan visual rumput, untuk mengevaluasi kualitas visual pohon, dan untuk menyusun rekomendasi tata hijau pada lapangan golf SGCC. Trend tata hijau dapat diketahui dari jenis tanaman dan penataan tanaman yang digunakan. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan pada tiap hole, tanaman-tanaman tersebut dihitung nilai dominansi, frekuensi, kelimpahan, dan indeks keragaman menggunakan metode Shannon-Wiener. Aspek fungsi dan estetika dari masing-masing area juga dinilai dengan cara membandingkan kondisi lapang dengan kriteria ideal yang didapat dari studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman dengan nilai kelimpahan, frekuensi, dan dominansi tertinggi adalah rumput bermuda (Cynodon dactylon). Indeks keragaman pohon pada sebagian besar lokasi studi tergolong sedang. Demikian pula indeks keragaman jenis semak dan tanaman penutup tanah tergolong rendah. Penilaian aspek fungsi tanaman pada lokasi studi tergolong baik, sedangkan aspek estetika tanaman pada lokasi studi tergolong buruk. Hal tersebut dikarenakan pemilihan jenis tanaman yang monoton dan tiap hole tidak mempunyai pohon penciri yang khas. Secara umum, pola penanaman di SGCC pada bagian tee box dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu tipe berkelompok, tipe menerus, dan kombinasi tipe berkelompok dan menerus. Pola penanaman pada bagian fairway dapat dibedakan menjadi dua tipe penanaman, yaitu tipe menerus, dan kombinasi tipe menerus dan berkelompok. Tipe penanaman pada bagian green dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe menerus dan berkelompok. Kualitas fungsional dan visual rumput lapangan golf SGCC tergolong baik pada area permainan karena telah memenuhi 80% dan 61% dari indikator standar kualitas baik. Sedangkan kualitas visual pohon pada lokasi studi tergolong sangat baik. Trend tata hijau pada lapangan golf SGCC secara keseluruhan menggunakan tanaman jenis palem (Arecaceae) dengan setiap hole ditambahkan vegetasi penyemarak seperti kayu putih (Melaleuca cajuputi), dadap merah (Erythrina crista-galli), nusa indah (Mussaenda philippica), dan tabebuya bunga kuning (Tabebuia rosea). Penataan tanaman pada sebagian besar lokasi studi menggunakan pola linear mengikuti bentukan hole.

(4)

ABSTRACT

SRI RENGGANIS. Trend of Planting Design, Quality of Turfgrass and Trees at Golf Course in Sedana Golf and Country Club Karawang West Java. Supervised by NIZAR NASRULLAH

Sedana Golf and Country Club is one of the famous golf course in Karawang, West Java. 18 hole golf course designed by Mark Rathert on a land area of 75 hectares. This research aims to determine the trend of planting design on golf courses, to evaluate the functional and visual quality of turfgrass, to evaluate the visual quality of trees, and to develop recommendations of planting design on a golf course SGCC. Trend of planting design can be known from the type of plant and the arrangement of the plants used. To determine the types of plants that are used on each hole, it was calculated values of dominance, frequency, abundance and diversity using the Shannon-Wiener. Function and aesthetic aspects of each area was also assessed by comparing the ideal field conditions with the criteria derived from literature. The study results showed that the plants with an abundance, frequency, and dominance with the highest value is bermuda grass (Cynodon dactylon). Tree diversity index in most of the study area was moderate. Index diversity of shrubs and ground cover plants in most of the study area is low. Assessment functional aspect of plants in the study area relatively well. For aesthetic aspect on the location of the study was bad. That is because the selection of plants monotonous and each hole has no identify or a distinctive tree. In general, planting patterns in SGCC on the tee box can be divided into three types, such as group planting type, line planting type, and combination both line and group planting type. Planting patterns on fairway can be divided into two types, such as line planting type, and combination both line and group planting type. Whereas the type of planting on green can be divided into two types, such as line planting type, and group planting type. Functional and visual quality of turfgrass golf course quite well because it has met the 80% and 61% of the standard indicators of good quality. Visual quality of the trees in the study area was in excellent. Trend of planting design on golf course SGCC overall use tropical plant species of palm (Arecaceae). Each hole was added attractive plant like eucalyptus, cockspur coral tree, dona aurora, and tabebuia rosea. Placing the plant in most study locations using linear pattern following the formation hole.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

TREND

TATA HIJAU, KUALITAS RUMPUT DAN POHON

PADA AREA PERMAINAN LAPANGAN GOLF SEDANA

GOLF AND COUNTRY CLUB KARAWANG JAWA BARAT

SRI RENGGANIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Trend Tata Hijau, Kualitas Rumput dan Pohon pada Area Permainan Lapangan Golf Sedana Golf and Country Club Karawang Jawa Barat”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Penelitian yang berlangsung selama tiga bulan ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi tata hijau lapangan golf dengan aspek fungsi dan estetika yang dipenuhi. Dalam penyelesaian penelitian ini penulis banyak mendapatkan dukungan, motivasi, dan kerjasama dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr selaku dosen pembimbing atas bimbingannya selama mengerjakan skripsi, juga kepada manager dan pegawai Sedana Golf and Country Club atas izin dan bantuannya. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada kedua orangtua dan teman-teman atas do’a, dukungan, dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang terkait baik peneliti maupun pembaca.

Bogor, 21 Oktober 2015

(8)
(9)

DAFTAR TABEL

15.Tiga spesies dengan nilai kelimpahan relatif tertinggi di setiap lokasi studi 23

16.Tiga spesies dengan nilai frekuensi relatif tertinggi di setiap lokasi studi 24

17.Tiga spesies dengan nilai dominansi relatif tertinggi di setiap lokasi studi 25

18.Indeks keragaman spesies pada masing-masing lokasi studi 26

19.Pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman pembatas visual (screen) 27

20.Pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman sebagai kontrol kesilauan 28

(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir penelitian 3

2. Area permainan Hole 1 lapangan golf SGCC 7

3. Lima susunan prototype dasar untuk lapangan golf 18 lubang 7

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu aktivitas jasmani atau rohani seseorang yang memiliki manfaat untuk menjaga, meningkatkan, dan menyeimbangkan kualitas kesehatan sekaligus meningkatkan kebersamaan serta daya saing antar individu atau kelompok. Sejalan dengan Program Pemerintah dalam

“memasyarakatkan olahraga dan meng-olahragakan masyarakat” dan melestarikan lingkungan hidup, maka di era 90-an olahraga golf telah menjadi primadona bagi olahragawan dikalangan menengah keatas.

Golf merupakan salah satu permainan yang unik jika dibandingkan dengan permainan lainnya baik dari sisi keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan, menyiapkan, dan memelihara lapangan permainan maupun dari segi-segi yang lain (Campbell dalam Beard, 1982). Permainan golf merupakan salah satu permainan olahraga yang rekreatif, karena pemain dapat menikmati pemandangan alam disekitar lapangan golf saat melakukan permainan. Klemme (1995) menyatakan bahwa golf merupakan olahraga yang meningkatkan interaksi antara manusia dengan alamnya. Lingkungan di sekitar padang golf sangat menentukan keseluruhan karakter dari padang golf tersebut, oleh karena itu antara keduanya harus harmonis.

Menurut Lily (1999) lapangan golf merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang dibuat sebagai area untuk melakukan olahraga yang rekreatif dengan tanaman yang mendominasi berupa rumput yang keberadaannya dapat mencegah timbulnya erosi dan memperbaiki sirkulasi udara. Namun disamping tanaman rumput ada juga jenis tanaman lain seperti pohon, perdu, semak, dan groundcover yang ditata dengan baik untuk memperbaiki iklim mikro dan memperbaiki estetika serta digunakan sebagai rintangan alami dalam permainan golf. Menurut Merinda (2002) keberadaan tanaman di lapangan golf harus tetap memperhatikan persyaratan fungsional dan estetik yang terkait dengan olahraga golf sehingga keberadaannya tidak mengganggu permainan.

Setiap lapangan golf memiliki gaya atau trend sendiri dalam penataan tanaman yang dapat membedakan dengan lapangan golf lainnya. Hal yang perlu diperhatikan pada lapangan golf salah satunya adalah kualitas rumput karena dapat mempengaruhi permainan dari pemain golf. Menurut Beard (1973) kriteria kualitas rumput dibagi menjadi kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual meliputi aspek-aspek kerapatan, tekstur, keragaman, warna, sifat pertumbuhan, dan kehalusan. Sedangkan kualitas fungsional meliputi ketegaran, elastisitas, ketahanan, hasil pemangkasan, kedalaman perakaran, dan kapasitas pemulihan. Jika melihat lapangan golf yang ada di Indonesia kualitas rumput lapangannya tidak bisa disamakan dengan kualitas rumput pada lapangan golf di Eropa maupun Amerika karena perbedaan iklim.

(12)

2

golf, lapangan sepak bola, halaman rumah, dan dapat memperindah lanskap (Turgeon, 2002).

Kualitas pohon juga perlu diperhatikan selain kualitas rumputnya. Menurut Booth (1990), pohon dapat meningkatkan kualitas udara, mencegah erosi, meningkatkan kualitas air, dan memodifikasi iklim. Selain itu keberadaan pohon juga mampu menghadirkan kenyamanan pengguna. Manfaat-manfaat tersebut dapat dihadirkan ketika suatu tanaman berada pada kondisi fisik yang baik. Didalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/MENHUT-V/2004 Bagian Kelima tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, tanaman dinyatakan sehat apabila tanaman tersebut memiliki pertumbuhan baik (daun dan batang segar), batang lurus, tajuk lebar dan tidak terserang hama dan penyakit.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. mengetahui trend tata hijau pada lanskap area permainan lapangan golf Sedana Golf and Country Club yang ditunjukkan oleh jenis tanaman dan penataan tanaman yang digunakan untuk estetika dan fungsi penanaman pada area permainan golf dan pelayanan dalam lapangan golf;

2. mengevaluasi kualitas fungsional dan visual rumput lapangan golf Sedana Golf and Country Club;

3. mengevalusi kualitas visual pohon pada lapangan golf Sedana Golf and Country Club;

4. menyusun rekomendasi tata hijau pada lanskap lapangan golf Sedana Golf and Country Club.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. menambah pengetahuan mengenai kualitas rumput yang digunakan di lapangan golf;

2. menambah pengetahuan mengenai kualitas visual pohon;

3. memberikan rekomendasi tata hijau yang dapat diaplikasikan di lapangan golf Sedana Golf and Country Club Karawang.

Kerangka Pikir Penelitian

(13)
(14)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Trend

Secara etimologi, trend memiliki padanan kata sebagai gaya, model atau kecenderungan (Echols dan Shadily 1996). Trend juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan gaya atau fenomena populer yang digunakan dalam beberapa waktu tertentu. Trend penanaman dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi lingkungan, preferensi dan faktor ekonomi pemilik properti. Dalam penelitian ini, trend diartikan sebagai kecenderungan gaya dalam penataan dan penggunaan jenis tanaman pada lapangan golf. Pola desain yang sering digunakan dalam penataan tanaman dapat dikategorikan menjadi kelompok besar, yaitu pola geometric (formal) dan organik (informal).

Tata Hijau

Tata hijau merupakan penataan dan perancangan tanaman yang mencakup habitus tanaman, karakter tanaman, fungsi tanaman dan peletakan tanaman. Tata hijau yang baik dapat memberikan manfaat dan visual yang baik. Penataan tata hijau harus dapat menciptakan iklim mikro berskala lingkungan, sebagai pelindung, pengaman, dan pembatas lingkungan. Menurut Laurie (1994) perencanaan tata hijau merupakan aspek penting dalam perencanaan suatu lahan yang mencakup fungsi tanaman, peletakan tanaman, tujuan perencanaan, habitat tanaman, dan prinsip desain penanaman.

Menurut Marsh (1991) vegetasi merupakan bagian yang paling terlihat pada suatu lanskap. Vegetasi juga merupakan sebuah tolak ukur yang sensitive terhadap kondisi suatu lanskap yang tidak terlihat, kecuali oleh pengukuran dan observasi yang cermat.

Laurie (1994) menyatakan bahwa sebaiknya vegetasi asli dipertahankan, karena pada umumnya jenis tersebut memiliki daya penyesuaian yang paling erat dengan daerahnya sendiri. Keanekaragaman jenis vegetasi dan distribusinya pada sebuah kawasan dipengaruhi oleh berbagai variable iklim, kondisi air, jenis dan keadaan tanah, serta topografi dan kemiringan. Sementara itu banyak satwa yang bergantung kepada kuantitas dan distribusi vegetasi pada sebuah kawasan.

Menurut Stevens et al (1994) penyusunan komposisi tanaman perlu memperhatikan bentuk, tinggi, tekstur, dan warna dari bagian tanaman sehingga menciptakan keserasian secara menyeluruh. Komposisi merupakan susunan unsur-unsur rupa yang menciptakan kesan, kesatuan, paduan irama, dan keseimbangan (Reid, 1993). Penyusunan komposisi tanaman harus serasi diantara unsur lain disekitarnya, juga diperlukan adanya kontras sehingga tercipta fokus, irama, dan keseimbangan. Merancang lanskap dapat menciptakan pandangan yang menyenangkan (Carpenter et al, 1975).

Menurut Booth (1990) fungsi yang dihadirkan vegetasi secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut.

1. Fungsi struktural

(15)

Vegetasi sebagai fungsi lingkungan dapat berperan sebagai pembersih, penjaga kelembaban tanah, pencegah erosi, pengatur suhu, dan sebagai habitat satwa 3. Fungsi visual

Vegetasi sebagai elemen visual dapat berperan sebagai focal point dan penghubung visual terhadap karakter vegetasi yang berupa ukuran, bentuk, warna, dan tekstur.

Kualitas Rumput

Menurut Turgeon (2002), rumput termasuk dalam family Poaceae, yang biasanya disebut Graminae. Rumput merupakan tanaman monokotil yang lambat pertumbuhannya, memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Hal ini disebabkan titik tumbuhnya terdapat di atas stem yang memanjang yang disebut crown yang berada tepat diatas permukaan tanah. Menurut Emmos (2000), rumput merupakan tanaman penutup tanah yang sangat baik untuk lapangan olahraga dan tempat rekreasi. Terdapat beberapa jenis rumput yang dapat digunakan di lapangan golf diantaranya adalah St. Augustine grass (Stenotaphrum secundatum), Zoysia grass (Zoysia japonica), Bahia grass (Paspalum notatum), Centipede grass (Eremochloa ophiuroides), Carpet grass (Axonopus compressus), dan Bermuda grass (Cynodon dactylon) (Turgeon, 1980).

Kualitas visual dari rumput dapat dilihat dari fungsinya, penampilannya, dan pada rumput untuk lapangan olahraga yang utama adalah kualitas permainannya. Kualitas visual rumput dapat diukur melalui empat karakter yaitu warna, tekstur, densitas, dan keseragaman. Menurut Turgeon (2002), kualitas rumput ditentukan melalui dua hal, yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual dibagi atas densitas, tekstur, keseragaman, warna, tipe pertumbuhan, dan kehalusan. Kualitas fungsional terdiri dari rigiditas, elastisitas, kemampuan menahan beban, yield, verdure, perakaran, dan kemampuan memulihkan diri. Untuk mencapai kualitas rumput yang baik, kedua aspek diatas harus diperhatikan karena apabila diabaikan dapat mempengaruhi penampilan dan pertumbuhan rumput dan juga dapat mempengaruhi kualitas permainan.

Menurut Beard (1982), terdapat enam komponen pokok yang sangat menentukan kualitas tee box yaitu kehalusan, keteguhan/kekuatan, kerapatan, keseragaman, kepegasan, dan pemotongan yang pendek. Sedangkan untuk fairway yaitu kerapatan, keseragaman, kehalusan, keteguhan, dan kepegasan. Komponen untuk mempengaruhi kualitas green yaitu keseragaman, kehalusan, kekuatan/keteguhan, kepegasan, kependekan pemotongan, dan tidak adanya grain.

Kualitas Pohon

Menurut International society of Arboriculture (2003), sebuah pohon memiliki kualitas dan arti penting bagi kehidupan manusia, yaitu

a. pohon adalah organisme yang paling lama hidup di muka bumi ini b. pohon dapat menurunkan suhu udara sebanyak 20ºC pada musim panas c. dua pohon yang sudah dewasa dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk

(16)

6

d. pohon di area metropolitan hanya dapat bertahan sampai umur 8 tahun

e. pohon yang mati pada usia 70 tahun dapat mengembalikan karbon ke atmosfir sebanyak 3 ton

f. satu hektar dapat mengambil 2.6 ton karbondioksida setiap tahunnya.

Sesuai dengan uraian diatas, pohon juga memiliki peranan sebagai pelindung. Syarat-syarat pohon pelindung yang memiliki kualitas yang baik yaitu berbatang besar, tinggi, dan menarik.

Lapangan Golf

Menurut Hurdzan (1996), lapangan golf mengatur ruang dari lubang-lubang pada suatu luasan lahan dengan arahan yang jelas antara titik awal yang disebut tees dan titik akhir berupa potongan lubang sebesar satu dan satu seperempat inchi pada tanah. Sedangkan menurut Lily (1999), lapangan golf merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang dibuat sebagai sarana olahraga yang bersifat rekreatif, dimana tanaman yang mendominasi adalah rumput. Selain rumput, terdapat juga jenis tanaman lain seperti pohon, perdu, semak, dan tanaman penutup tanah lainnya yang berfungsi sebagai pengendali iklim mikro dan memberikan pemandangan yang baik serta digunakan sebagai rintangan dalam permainan golf.

Menurut Emmons (2000), area permainan suatu lapangan golf terdiri dari beberapa zona, yaitu tee box, fairway, green, rough, dan hazard (Gambar 2). Rintangan pada lapangan golf terdiri dari bunker, rumput yang tinggi, vegetasi selain rumput, kemiringan lereng, gundukan tanah, bebatuan, kolam dan air. Tee box adalah tempat memulai permainan golf atau suatu area permainan golf yang khusus disiapkan untuk pemukulan pertama pada setiap hole. Bentuk tee box dapat berbentuk bulat persegi maupun lonjong dan dibuat mengarah ke fairway, mempunyai posisi agak tinggi, dan mempunyai kemiringan sebesar 1-2%. Jenis rumput yang biasa digunakan adalah rumput Bermuda Tifway 419.

Menurut Chiara dan Koppleman (1990) terdapat lima rancangan dasar untuk lapangan golf yang dapat menampung kebutuhan-kebutuhan khusus melalui penentuan lokasi dengan cara penelaahan topografi dan sifat khas alamiah tapak. Lima susunan dasar prototip dari lapangan golf tersebut dapat dilihat pada gambar 2.

(17)
(18)
(19)

Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan dengan penentuan tujuan penelitian, penetapan lokasi penelitian, dan membuat proposal penelitian, kemudian pengumpulan data-data sekunder mengenai lokasi penelitian serta pembuatan surat izin untuk melakukan penelitian.

Tahap Inventarisasi Data

Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara pengukuran, pemotretan, dan penghitungan. Dilakukan juga pengumpulan data sekunder dari sumber-sumber yang berhubungan dengan lokasi penelitian ini seperti kantor pengelola setempat, pemerintah, dan studi pustaka. Data yang diambil terbagi menjadi data kondisi umum (Tabel 2), data tata hijau (Tabel 3), parameter karakter fungsional dan parameter karakter visual, serta data kualitas visual pohon (Tabel 4).

Tabel 2 Jenis, bentuk, dan sumber data kondisi umum

No Jenis Data Parameter Bentuk Data Sumber Data 1 Letak geografis Batas wilayah, luas

wilayah, ketinggian tempat

3 Iklim Suhu udara, kelembaban udara, curah hujan

Sekunder Pemerintah Daerah, pustaka

4 Tata guna lahan Pola penggunaan lahan Primer-sekunder

Pengelola, lapang

5 Aktivitas Pemakaian lapangan Primer Survey dan wawancara

Data tata hijau diambil dengan cara membuat plot berbentuk persegi dengan ukuran 20mx20m dengan jumlah 9 plot pada tiap hole yang dipilih, yaitu Hole 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, dan 17 (Lampiran 1). Data kualitas fungsional rumput diamati dengan cara mengambil sampel rumput menggunakan plug sampler sedalam 8 cm kemudian diuji laboratorium. Data kualitas visual rumput diamati secara langsung dengan dipotret, setelah itu pada foto dibuat grid dengan menggunakan software Adobe Photoshop. Pola penanaman dan kualitas visual pohon diamati secara langsung di lapang. Kualitas visual pohon diamati pada empat hole karena jenis pohon yang digunakan sama, dengan menggunakan parameter yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 3 Jenis, bentuk, dan sumber data tata hijau

No Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

(20)

10

b) berat kering akar,

c) banjang akar (akar terpanjang), d) blastisitas rumput.

Parameter karakter visual yang diamati adalah a) kepadatan (densitas),

b) warna hamparan rumput, c) keseragaman warna rumput, d) tekstur rumput,

e) keberadaan partikel dipermukaan, f) kemurnian jenis rumput.

Tabel 4 Parameter, bentuk, dan sumber data kualitas visual pohon

No. Parameter Bentuk Data Sumber Data

1 Tajuk Primer Lapang

2 Daun Primer Lapang

3 Percabangan Primer Lapang

4 Batang Primer Lapang

5 Akar Primer Lapang

Tahap Analisis

Tahap analisis merupakan tahap penilaian kondisi tapak dengan cara pengukuran, pemotretan, dan studi literatur. Analisis vegetasi memerlukan data kuantitatif untuk mendapatkan nilai diversitas vegetasi. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mendapatkan nilai fungsi dan estetika vegetasi, pola penanaman, kualitas fungsional rumput, kualitas visual rumput, dan kualitas visual pohon pada lapangan golf Sedana Golf and Country Club Karawang.

a. Diversitas vegetasi

Menurut Indriyanto (2006), parameter kuantitatif yang digunakan untuk analisis vegetasi adalah sebagai berikut:

1. Kelimpahan Vegetasi

Kelimpahan vegetasi adalah jumlah individu suatu spesies dalam suatu luasan tertentu. Nilai kelimpahan dapat dihitung dengan rumus berikut:

elimpahan umlah atang tiap spesies uas plot

elimpahan elatif elimpahan total spesies elimpahan spesies x

2. Frekuensi Vegetasi

Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis dalam suatu area. Nilai frekuensi dapat dihitung dengan rumus berikut:

(21)

rekuensi elatif rekuensi total spesies rekuensi spesies x

3. Dominansi Vegetasi

Dominansi merupakan nilai yang menunjukan penguasaan suatu jenis terhadap komunitas. Dominansi dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk. Nilai dominansi dapat dihitung dengan rumus berikut:

Dominansi uas tajuk spesies tertentu uas plot

Dominansi elatif Dominansi total spesiesDominansi spesies x

4. Keragaman

Nilai keragaman dapat dihitung dengan metode Shanon-Wiener dalam Vitasari (2004), yaitu:

H = -∑Pi ln Pi dengan Pi = Ni/N total

Keterangan

H = Indeks keragaman Shannon-Wiener;

Pi = Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies; Ni = Jumlah individu spesies i;

N total = Jumlah total individu.

Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut dapat menunjukkan bahwa jika

H<1, keragaman spesies rendah; 1<H<3, keragaman spesies sedang; H>3, keragaman spesies tinggi.

b. Aspek fungsi dan estetika

Penilaian aspek fungsi dan estetika pada tiap area dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan data yang akan diambil di beberapa bagian pada tapak, sebelumnya ditentukan terlebih dahulu fungsi apa yang perlu pada tiap lintasan. Area yang dinilai adalah area permainan pada lapangan golf Sedana Golf and Country Club Karawang (Tabel 5). Area permainan terdiri dari 18 hole permainan yang akan dinilai 9 hole aspek fungsi dan estetika dari tata hijaunya. Penilaian dilakukan dengan metode skoring, dengan cara membandingkan kondisi lapang dengan standar penilaian ideal, yaitu:

a) 4 (empat) bila volume pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati adalah > 81%;

b) 3 (tiga) bila volume pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati adalah 61-80%;

c) 2 (dua) bila volume pemenuhan kriteria dari luas area yang diamati adalah 41-60%;

(22)
(23)
(24)

14

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2008)

c. Pola Penanaman

Pola penanaman yang ada pada area studi diamati dan dibuat gambar spasialnya dengan bantuan software AutoCAD. Kemudian pola penanaman dikelompokkan sesuai dengan kemiripan yang didapatkan dari masing-masing area permainan.

d. Kualitas Fungsional Rumput

Aspek karakter fungsional yang diamati dalam menentukan kualitas rumput lapangan golf adalah sebagai berikut.

a)Ketinggian pangkas

Ketinggian pangkas dari masing-masing area dibandingkan untuk mendapatkan tinggi rumput yang paling baik untuk permainan golf. Tinggi rumput diukur mulai dari permukaan tanah. Ketinggian pangkas diambil pada 9 titik yang tersebar di daerah tee box, fairway, dan green. Pengukuran dapat menggunakan jangka sorong atau mistar besi.

b)Berat kering pucuk

Diukur dengan mengambil sampel rumput pada lapangan. Sampel rumput diambil dengan cara menggunting permukaan rumput pada luasan sampel kemudian dikeringkan dengan oven selama 24 jam dengan suhu ˚c dan kemudian ditimbang. Terdapat 9 titik yang telah ditentukan secara acak. c)Berat kering akar

Akar diambil dengan menggunakan plug sampler dengan diameter 2,5 cm dengan kedalaman 8 cm. Akar dipisahkan dari stolon dengan cara

pengguntingan. Akar kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu ˚c

selama 24 jam, kemudian ditimbang berat keringnya. d)Panjang akar

Sampel panjang akar diambil dengan plug sampler. Sampel akar diambil tiga kali dan diukur panjang akar yang terpanjang dengan menggunakan penggaris.

e)Elastisitas rumput

Elastisitas rumput didapatkan dengan mengukur jarak luncuran bola dari titik jatuh bola dengan stimpmeter sepanjang 3 feet tegak lurus permukaan rumput. Pengukuran jarak luncuran dilakukan pada 9 hole pada bagian terpenting d lapangan golf yang merupakan landing area bola yaitu area green. Pengujian penggelindingan ini diuji hingga tiga kali pengulangan. Setelah itu, dibandingkan dengan pengkategorian kecepatan bola pada lapangan (Tabel 8).

(25)

Tabel 8 Kategori kecepatan bola pada area green menurut Beard (1982)

Relative Green Speed Average Length of Roll

Regular Play (inch) Tournament Play (inch)

Fast 97 121

Medium fast 85 109

Medium 73 97

Medium slow 61 85

Slow 49 73

e. Kualitas Visual Rumput

Aspek karakter visual yang diamati dalam menentukan kualitas rumput lapangan golf adalah:

a) Kepadatan (densitas)

Didapatkan dengan menghitung jumlah pucuk dalam luasan sampel 10 cm x 10 cm dengan menggunakan stik es krim. Terdapat tiga titik pada masing-masing area (tee box, fairway, dan green).

Tabel 9 Kriteria kelas kepadatan pucuk menurut Beard (1982)

Kelas Kepadatan Pucuk Jumlah Pucuk per 100cm2

Rendah <100

Sedang 100 – 200

Tinggi >200

b) Warna

Kualitas penampakan warna dinilai dari warna rumput sesuai dengan warna-warna pada Munsell Color Chart for Marketing and Merchandising dengan berbagai tingkatan skor dan notasinya (Tabel 10). Terdapat tiga titik pada masing-masing area.

Tabel 10 Skor warna rumput berdasarkan munsell colour chart for plant

c) Keseragaman

Keseragaman dinilai dengan menggunakan metode grid, yaitu melakukan pemotretan pada 9 titik untuk green, fairway, dan tee box yang kemudian dilakukan penggunaan grid pada Adobe Photoshop. Setelah dilakukan metode tersebut, dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

(26)

16

d) Tekstur rumput

Didapatkan dengan menghitung lebar rata-rata daun rumput. Sampel yang diambil dengan jumah jenis rumput yang digunakan. Untuk setiap jenis rumput diambil 3 sampel secara acak. Pengukuran menggunakan jangka sorong.

e) Keberadaan partikel di permukaan

Didapatkan dengan melihat apakah terdapat sampah ataupun partikel lain selain rumput yang ada di lapangan tersebut.

ersen ke eradaan partikel grid terdapat partikel keseluruhan grid x %

f) Kemurnian jenis rumput

Didapatkan dengan melihat apakah rumput yang digunakan dalam lapangan tersebut memiliki jenis yang sama. Penilaian dilakukan dengan metode sisir, yaitu setiap 10 cm dilakukan pemakuan terhadap rumput kemudian dicatat jenis rumput yang dilakukan pemakuan tersebut.

f. Kualitas Visual Pohon

Tabel 11 menunjukkan kriteria penilaian kualitas visual pohon. Penilaian aspek kualitas visual pohon pada tiap lokasi studi dilakukan dengan penilaian sendiri berdasarkan data yang akan diambil di beberapa bagian pada tapak. Area yang dinilai adalah empat area permainan pada lapangan golf Sedana Golf and Country Club. Penilaian dilakukan dengan metode skoring, dengan cara membandingkan kondisi lapang dengan standar penilaian ideal, yaitu

a) 4 (empat) bila volume pemenuhan kriteria yang diamati adalah > 81%; b) 3 (tiga) bila volume pemenuhan kriteria yang diamati adalah 61-80%; c) 2 (dua) bila volume pemenuhan kriteria yang diamati adalah 41-60%; d) 1 (satu) bila volume pemenuhan kriteria yang diamati adalah < 40%.

Tabel 11 Kriteria penilaian aspek kualitas visual pohon

No. Komponen aspek

(27)

Tabel 11 Kriteria penilaian aspek kualitas visual pohon (lanjutan)

Nilai yang telah didapatkan dihitung sesuai bobot masing-masing kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dari masing-masing kriteria tersebut dijumlahkan sehingga didapatkan nilai total untuk setiap komponen aspek. Nilai total yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai ideal atau total maksimum yang dapat diperoleh dari masing-masing komponen lalu diubah ke dalam bentuk persen sehingga total bobot penilaian dapat dikelompokkan kembali menjadi empat kategori penilaian akhir untuk setiap aspek. Persyaratan pemenuhan kriteria adalah sebagai berikut:

a) Sangat baik bila pemenuhan kriteria >81%; b) Baik bila pemenuhan kriteria 61-80%; c) Buruk bila pemenuhan kriteria 41-60%; d) Sangat buruk bila pemenuhan kriteria <40%.

Sintesis

Tahap akhir dari penelitian ini merupakan tahap menyusun rekomendasi pemilihan dan penataan vegetasi untuk perbaikan aspek fungsi dan estetika tanaman serta perbaikan kualitas tanaman pada lokasi penelitian. Rekomendasi disusun dalam bentuk deskriptif. Rekomendasi ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas vegetasi terutama rumput pada lokasi penelitian berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh sebagai bahan masukan kepada pengelola lokasi penelitian tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM

Letak Geografis

(28)

18

Kabupaten Karawang 1,753.3 km² atau 175.3 ha, luas tersebut merupakan 4.72% dari luas Provinsi Jawa Barat (37,116.54 km²), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Laut Jawa di sebelah utara;

b. Kabupaten Subang di sebelah timur;

c. Kabupaten Bogor dan Cianjur di sebelah selatan; d. Kabupaten Bekasi di sebelah barat;

e. Kabupaten Purwakarta di sebelah tenggara.

Aksesibilitas

Lapangan golf SGCC terletak di sebelah barat Kabupaten Karawang. Posisinya yang terlihat dari jalan tol Jakarta-Cikampek memudahkan para pengunjung untuk mencapai lokasi. Berikut adalah jalur-jalur kendaraan utuk menuju lokasi SGCC:

1. dari arah Jakarta dan Bandung melalui jalan tol Jakarta-Cikampek keluar pintu tol Karawang Barat;

2. dari arah Jakarta dan Bandung melalui jalan Karawang sebelum pintu tol Karawang Barat.

Iklim

Sesuai dengan bentuk morfologinya, Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai suhu udara rata-rata 27ºC dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66%, dan kelembaban nisbi 80%. Curah hujan tahunan berkisar 1,100 – 3,200 mm/tahun. Kecepatan angin antara 30-35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 - 7 jam.

Sumber: BMKG Stasiun Dramaga 2014

Geologi dan Tanah

Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas, yang terhampar di bagian pantai utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan alluvium vulkanik. Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen, sedang di bagian selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.292 meter di atas permukaan laut.

Jenis tanah di daerah ini bermacam-macam, diantaranya, Alluvial dan Gleihumus terdapat di wilayah utara seperti Batujaya, Telagasari, Rawamerta, Cilamaya, Jatisari, Karawang, dan di sepanjang sungai Citarum. Glumusol terdapat di wilayah selatan seperti Pangkalan dan Telukjambe.

Sumber: BMKG Stasiun Dramaga 2014

Hidrologi

(29)
(30)

20

Lapangan golf Sedana Golf and Country Club memiliki sistem pembuangan air (drainase) di bawah tanah sedalam 50 cm menggunakan gravel pasir dengan pipa berukuran 3 inch yang sudah dilubangi. Untuk penyiraman tanaman digunakan sprinkler yang sudah diatur otomatis. Sumber air sprinkler ini berasal dari irigasi dan sebagian dari danau. Gambar 5 menunjukkan peta tata guna lahan di lapangan golf SGCC. Peta tata guna lahan lapangan golf SGCC dapat dilihat pada Gambar 6.

(31)
(32)
(33)

Jenis pohon yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi di sebagian besar 37.45%. Sedangkan jenis tanaman semak yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi adalah nusa indah (Mussaenda philippica) yang digunakan pada tee box hole 1. Tabel 15 menunjukkan tiga spesies tanaman dengan nilai kelimpahan tertinggi di setiap area studi. Nilai kelimpahan keseluruhan tanaman terdapat pada lampiran 2.

Tabel 15 Tiga spesies dengan nilai kelimpahan relatif tertinggi di setiap lokasi studi

Lokasi Pohon Semak Penutup Tanah

Nama % Nama % Nama %

Hole 1 Plumeria rubra 30.54 Mussaenda

philippica 100 C. dactylon 76.62

Cocos nucifera 21.81 - - C. dactylon 23.37

Wodyetia bifurcate 21.81 - - - -

Hole 3 Wodyetia bifurcate 37.45 Ixora

speciosa 100 C. dactylon 62.10

Cocos nucifera 32.77 - - C. dactylon 37.89

Hole 13 Cocos nucifera 24.39 Bougainvillea

sp. 100 C. dactylon 77.19

(34)

24

evergreen memiliki frekuensi yang tinggi karena pada bagian green lapangan golf membutuhkan rumput yang memiliki tekstur lebih halus.

Jenis pohon dengan nilai frekuensi tertinggi pada sebagian besar area studi adalah pohon kelapa (Cocos nucifera) dengan nilai 55.55%. Pohon kelapa digunakan sebagai pengarah pada 8 buah tee box, yaitu tee box hole 1, tee box hole 3, tee box hole 5, tee box hole 7, tee box hole 11, tee box hole 13, tee box hole 15, dan tee box hole 17. Selain itu pohon kelapa juga digunakan sebagai pengarahpada 3 buah green, yaitu green hole 1, green hole 5, dan green hole 7.

Jenis tanaman semak yang memiliki nilai frekuensi tertinggi pada sebagian besar lokasi studi adalah jenis tanaman soka (Ixora speciosa) dengan nilai 100% yang digunakan pada fairway hole 3. Nilai frekuensi relatif tertinggi pada lokasi studi ditunjukkan di tabel 16. Sedangkan nilai frekuensi keseluruhan tanaman terdapat pada lampiran 2.

Tabel 16 Tiga spesies dengan nilai frekuensi relatif tertinggi di setiap lokasi studi

(35)

Dominansi Vegetasi

Dominansi adalah luas tajuk spesies tertentu dibagi dengan luas plot. Berbagai jenis tumbuhan yang dominan dapat diketahui dengan dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, dan indeks nilai penting. Tetapi untuk pengamatan kali ini menggunakan parameter penutupan tajuk. Dari hasil perhitungan dominansi pada lokasi studi didapatkan nilai dominansi tertinggi pada sebagian besar lokasi studi adalah Cynodon dactylon atau rumput Bermuda dari varietas evergreen dan tifway. Jenis pohon dengan nilai dominansi tertinggi adalah angsana (Pterocarpus indicus), pohon kelapa (Cocos nucifera), dan mahoni (Swietenia mahagoni). Penggunaan rumput menjadi dominan dibandingkan dengan spesies tanaman lainnya karena fungsi rumput sebagai alas pada lapangan golf. Nilai dominansi relatif tertinggi di setiap lokasi studi dapat dilihat pada tabel 17. Nilai dominansi keseluruhan tanaman terdapat pada lampiran 2.

Tabel 17 Spesies dengan nilai dominansi relatif tertinggi di setiap lokasi studi

Hole Pohon Semak Groundcover

7 Cocos nucifera 48.41 Bougainvillea sp. 100

13 Ficus benjamina 28.39 Bougainvillea sp. 100

(36)

26

memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas tersebut sangat tinggi. Suatu komunitas dinyatakan memiliki keragaman spesies yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies. Tabel 18 menunjukkan indeks keragaman spesies pada lokasi studi.

Tabel 18 Indeks keragaman spesies pada masing-masing lokasi studi

Lokasi Tipe Tanaman H Kategori

Hole 1 Pohon/Perdu 2.07 Sedang

Semak 0 Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.7 Rendah

Hole 3 Pohon/Perdu 1.84 Sedang

Semak 0 Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.49 Rendah

Hole 5 Pohon/Perdu 2.01 Sedang

Semak 0 Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.18 Rendah

Hole 7 Pohon/Perdu 1.87 Sedang

Semak 0 Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.17 Rendah

Hole 9 Pohon/Perdu 1.86 Sedang

Semak - Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.17 Rendah

Hole 11 Pohon/Perdu 1.75 Sedang

Semak 0.67 Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.2 Rendah

Hole 13 Pohon/Perdu 1.95 Sedang

Semak 0 Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.31 Rendah

Hole 15 Pohon/Perdu 2.18 Sedang

Semak - Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.17 Rendah

Hole 17 Pohon/Perdu 2.03 Sedang

Semak 0 Rendah

Tanaman Penutup Tanah 0.44 Rendah

Keterangan: H=Indeks keragaman, tinggi jika H>3, sedang jika 1<H<3, rendah jika H<1

Hasil inventarisasi tanaman dan perhitungan keragaman spesies pada lokasi studi menunjukkan bahwa indeks keragaman spesies pohon pada sebagian besar lokasi studi tergolong sedang. Indeks keragaman spesies pohon/perdu tertinggi terdapat pada hole 15 sebesar 2.18 yang tergolong keragaman sedang. Keragaman spesies semak tertinggi terdapat pada hole 11 sebesar 0.67 yang tergolong keragaman rendah. Keragaman spesies tanaman penutup tanah tertinggi terdapat pada hole 1 sebesar 0.7 yang tergolong keragaman rendah.

Aspek fungsi dan Estetika

(37)

ketepatan dalam penataan lanskap lapangan golf. Estetika tanaman dapat meningkatkan kualitas visual lingkungan dengan penampilan warna (daun, batang, bunga) bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Meskipun kualitas visual dari elemen tanaman adalah hal yang penting, namun dibutuhkan juga pengetahuan mengenai nilai fungsional tanaman sehingga elemen tanaman dapat digunakan seoptimal mungkin pada lingkungan luar (Booth 1983).

Penilaian Aspek Fungsi

A. Pembatas visual

Tanaman pembatas adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pandangan yang kurang baik. Fungsi tanaman sebagai pembatas visual (screen) dibutuhkan pada lapangan golf karena untuk membatasi pandangan pemain ke arah pemandangan yang buruk (bad view), seperti kavling yang masih kosong, atau semak belukar di luar kawasan SGCC yang tidak terawat. Selain itu fungsi tanaman sebagai pembatas visual juga dapat menghalau cahaya matahari yang mengganggu penglihatan pemain saat akan memukul bola (Beard 1982).

Pemenuhan kriteria fungsi tanaman sebagai pembatas visual pada lokasi studi tergolong baik pada 7 hole, yaitu hole 1 dengan pemenuhan kriteria 65%. pemenuhan kriteria sebesar 75%, pembatas visual dibutuhkan pada hole ini karena pada area ini berdampingan dengan jalan tol. Pada area permainan hole 7, pemenuhan kriteria fungsi tanaman sebagai pembatas visual sebesar 67.5%. Fungsi tanaman sebagai pembatas visual dibutuhkan pada area ini karena di samping hole merupakan area PERTAMINA.

Hole 9 sebesar 65%, fungsi tanaman sebagai pembatas visual dibutuhkan pada area ini karena letak area berdekatan dengan driving range area. Hole 11 sebesar 75%, pada area ini dibutuhkan pembatas visual karena sebelah kiri area merupakan jalan tol dan sebelah kanan area permukiman. Untuk hole 13 sebesar 75%, pada area ini diperlukan pembatas visual karena area berdampingan dengan hutan dan area permukiman. Pada hole 15 dan 17 pemenuhan kriteria tergolong sangat baik dengan nilai masing-masing sebesar 90%, hole 15 dan hole 17 saling berdampingan sehingga dibutuhkan pembatas visual untuk menghalangi pandangan pemain agar tidak terganggu dengan pemain lain yang ada pada hole yang ada di sebelahnya. Tabel 19 menunjukkan pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman pembatas visual (screen) pada masing-masing lokasi studi.

Tabel 19 Pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman pembatas visual (screen) pada masing-masing lokasi studi

Lokasi Pemenuhan kriteria (%) Kategori

Hole 1 65 Baik

Hole 3 75 Baik

(38)

28

Tabel 19 Pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman pembatas visual (screen) pada masing-masing lokasi studi (lanjutan)

Lokasi Pemenuhan kriteria (%) Kategori

Hole 7 67 Baik

Fungsi tanaman untuk mengurangi cahaya yang menyilaukan dengan menempatkan tanaman pada ketinggian dan kepadatan yang tepat. Menurut Departemen PU (1996) penanaman semak atau perdu sebagai penahan kesilauan ditanam rapat dengan ketinggian rata-rata 1.5 m dan memiliki massa daun yang padat. Secara umum, pemenuhan kriteria fungsi tanaman sebagai kontrol kesilauan pada lokasi studi tergolong baik. Terdapat tujuh area yang memenuhi kriteria kategori baik, yaitu hole 1, 3, 5, 9, 11, 13, dan 17. Pada area tersebut fungsi tanaman sebagai kontrol kesilauan sangat baik karena untuk mengahalangi pemain secara langsung dari pancaran sinar matahari. Tabel 20 menunjukkan pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman sebagai kontrol kesiluan pada masing-masing lokasi studi.

Tabel 20 Pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman sebagai kontrol kesilauan pada masing-masing lokasi studi

Lokasi Pemenuhan kriteria (%) Kategori

Hole 1 63 Baik

(39)

Tabel 21 Pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman sebagai peneduh pada masing- masing lokasi studi

Lokasi Pemenuhan kriteria (%) Kategori

Hole 1 79 Baik

Secara umum, pemenuhan kriteria fungsi tanaman sebagai peneduh pada keseluruhan lokasi studi tergolong dalam kategori baik. Lokasi studi yang tergolong dalam kategori baik adalah hole 1, 3, 5, 7, 9, dan hole 13. Sedangkan pada hole 17 tergolong sangat baik.

D. Pembatas Hole Permainan (Barrier)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1996), Tanaman pembatas adalah tanaman yang membentuk kesan dinding, dibagi menjadi :

1. Tanaman yang membentuk dinding rendah, yaitu tanaman setinggi mata kaki sampai setinggi lutut seperti semak yang masih pendek dan tanaman border (pembatas);

2. Tanaman yang membentuk dinding sedang, yaitu tanaman yang setinggi lutut sampai setinggi badan seperti semak yang sudah besar dan perdu;

3. Tanaman yang membentuk dinding tinggi, yaitu tanaman yang setinggi badan sampai beberapa meter seperti tanaman perdu dan beberapa jenis cemara dan bambu.

Fungsi tanaman sebagai pembatas pada lapangan golf adalah untuk memberikan batas yang jelas antar hole, terutama untuk letak hole yang berdampingan agar bola tidak masuk hole disampingnya, juga untuk membatasi pandangan pemain dari pemain lainnya pada hole yang berbeda.

(40)

30

Tabel 22 Pemenuhan nilai kriteria fungsi tanaman sebagai pembatas hole permainan pada masing-masing lokasi studi

Lokasi Pemenuhan kriteria (%) Kategori

Hole 1 81 Sangat baik

Pemilihan jenis tanaman merupakan suatu seni karena menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang berubah karena

tanaman dipengaruhi iklim, usia, dan faktor yang mempengaruhi

pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada fungsi tapak yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan, peletakan tanaman juga disesuaikan dengan fungsi tanaman. Menurut Hakim (1993), tanaman memiliki nilai estetika dan juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan. Pemenuhan kriteria estetika dalam pemilihan tanaman pada masing-masing lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 23.

Secara keseluruhan pemilihan tanaman pada lokasi studi tergolong buruk dengan nilai rata-rata sebesar 51.6 %. Hal tersebut dikarenakan bentuk tajuk dan percabangan, variasi warna pada batang, daun, bunga, dan buah, juga tekstur tanaman kurang menarik.

Tabel 23 Pemenuhan kriteria estetika pemilihan tanaman pada masing-masing lokasi studi

Lokasi Pemenuhan kriteria (%) Kategori

Hole 1 50 Buruk

(41)

memiliki nilai rata-rata sebesar 42.4% yang tergolong buruk, untuk nilai tertinggi ada pada hole 3 sebesar 60%. Pemenuhan kriteria estetika pengaturan tanaman untuk aspek kesatuan tema memiliki nilai rata-rata sebesar 53% yang tergolong buruk, untuk nilai tertinggi berada pada hole 1 yaitu sebesar 70% yang tergolong baik, hal tersebut karena pengaturan tanaman pada hole 1 memiliki kesatuan tema garis, bentuk, warna dengan lingkungan sekitar yang cukup baik. Pemenuhan kriteria estetika pengaturan tanaman untuk aspek aksentuasi pada lokasi studi memiliki nilai rata-rata sebesar 52.8% yang tergolong buruk, untuk nilai tertinggi ada pada hole 1 dan hole 3 dengan nilai 63% yang tergolong baik, hal tersebut karena pada hole 1 dan 3 memiliki aksen dari segi pengelompokan tanaman secara massal/individu dengan struktur yang unik/khas dan memiliki aksen dari pengelompokan warna/bentuk/tekstur tertentu dari tanaman dengan baik. Pemenuhan kriteria estetika pengaturan tanaman untuk aspek keseimbangan tergolong buruk dengan nilai rata-rata sebesar 52.8%, nilai tertinggi ada pada hole 1 sebesar 75% yang tergolong baik, hal tersebut dikarenakan terciptanya keseimbangan dari komposisi tanaman secara visual baik yang bersifat formal (geometrik/simetris) maupun yang informal (organik/asimetris) pada hole 1 dengan baik. Tabel 24 memperlihatkan pemenuhan kriteria pengaturan tanaman pada masing-masing lokasi studi.

Tabel 24 Pemenuhan kriteria estetika pengaturan tanaman pada masing-masing lokasi studi

Lokasi Pemenuhan kriteria pengaturan tanaman

Gradasi/repetisi Kesatuan tema Aksentuasi Keseimbangan ...%...

(42)
(43)
(44)
(45)

Tabel 28 Ketinggian pangkas rumput pada masing-masing lokasi studi

Menurut Emmons (2000), pemain golf menilai kualitas lapangan golf dari kondisi green nya. Untuk area green biasanya dipangkas setiap hari kecuali hujan, dengan ketinggian antara 2.5-6.4 mm. Untuk area fairway ketinggian pangkas berkisar dari 1.0 cm sampai 3.2 cm. Kualitas bermain terbaik adalah ketika rumput dipotong menjadi 1.0 cm sampai 1.9 cm. Pada musim hangat, ketinggian pangkas untuk fairway dapat ditolelir menjadi 1.3 cm atau kurang. Pada bagian tee box ketinggian pangkas adalah 1.3 cm.

Untuk ketinggian pangkas pada green dan fairway di lokasi studi sudah tergolong sesuai karena memiliki ketinggian pangkas diantaranya. Sedangkan untuk tee box ketinggian pangkas rumputnya belum sesuai karena kurang dari 1,3 cm.

Berat Kering Pucuk

Setelah dilakukan pengambilan sampel pada sembilan hole dengan tiga kali ulangan pada masing-masing area, diketahui bahwa berat kering pucuk berbeda-beda. Pada area fairway memiliki nilai rata-rata sebesar 1.56 gram, area green memiliki nilai rata-rata sebesar 0.69 gram, dan tee box memiliki nilai rata-rata sebesar 0.84 gram. Data berat kering pucuk pada masing-masing lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Berat Kering Pucuk pada masing-masing lokasi studi

Hole Tee Box Fairway Green Rata-rata

(46)

36

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berat kering pucuk dipengaruhi oleh pemupukan, penyiraman, dan jenis pemeliharaan lainnya, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Berat kering pucuk yang baik adalah berat kering pucuk yang memiliki nilai rendah (Turgeon, 1991). Berat kering pucuk memiliki korelasi positif dengan berat kering akar. Berat kering pucuk pada area green memiliki nilai paling rendah karena pemangkasan rumput dilakukan setiap hari agar elastisitas rumput tinggi.

Berat Kering Akar

Setelah dilakukan pengambilan sampel pada sembilan hole dengan tiga kali ulangan pada masing-masing area, diketahui bahwa berat kering akar berbeda nyata pada teebox dan green. Didapatkan nilai rata-rata pada masing-masing area, yaitu tee box 3.5 gram, fairway 4.7, dan green 4.9. Data berat kering akar pada masing-masing lokasi studi dapat dilihat pada tabel 30.

Tabel 30 Berat Kering Akar pada masing-masing lokasi studi

Hole Tee Box Fairway Green Rata-rata

...gram...

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

(47)

Panjang Akar

Setelah dilakukan pengambilan sampel pada 9 hole dengan tiga kali ulangan pada masing-masing area, diketahui bahwa panjang akar pada lokasi studi berbeda nyata diantara hole. Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar hingga ujung akar. Data lengkap mengenai panjang akar dapat dilihat pada tabel 31.

Tabel 31 Panjang Akar pada masing-masing lokasi studi

Hole Tee Box Fairway Green Rata-rata

...cm...

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pada area fairway akar terpendek terdapat pada hole 1, sedangkan area green terdapat pada hole 9. Panjang akar yang panjang dan mampu menembus jauh ke dalam tanah mampu menjadikan kesuburan dan kekuatan dari rumput itu sendiri. Akar rumput bermuda dapat tumbuh hingga kedalaman 6 feet (1.8 m) atau lebih tergantung pada karakteristik profil tanah. Namun, sebagian besar sistem akar memiliki panjang di atas 6 inch dari tanah (Turgeon, 2002). Penyiraman yang terlalu sering seperti pada area green menghasilkan rumput yang berakar dangkal.

Elastisitas Rumput

Setelah dilakukan pengambilan sampel pada 9 hole dengan tiga kali ulangan pada area green, diketahui bahwa jarak gelinding bola pada lokasi studi tidak berbeda nyata. Rata-rata gelinding bola pada lokasi studi adalah 86 inch. Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada hole 11 yaitu 89.2 inch, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada hole 13 yaitu 81.3 inch. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 32.

Tabel 32 Jarak gelinding bola pada masing-masing lokasi studi

Hole Panjang (feet) Panjang (inch)

(48)
(49)
(50)
(51)

Dari tabel di atas terlihat nilai keseragaman warna rumput tertinggi terdapat pada area green sebesar 88%. Hal tersebut dikarenakan perawatan rumput pada green sangat intensif, diantaranya weed control, top dressing, edging, dll.

Tekstur Rumput

Tekstur berhubungan dengan ukuran lebar helai daun. Semakin rapat daun maka semakin halus tekstur daunnya. Rumput yang memilki ukuran lebar daun yang lebih kecil dianggap lebih menarik (Turgeon 2002). Tekstur rumput yang berada pada lokasi studi dapat dilihat pada tabel 36.

Tabel 36 Tekstur Rumput pada lokasi studi

Jenis Rumput Lebar (mm) Pertumbuhannya padat, menyebar dengan cepat, pemulihan cepat ketika cidera, membuatnya menjadi salah satu rumput bermuda yang paling tahan lama. Tifway 419 tahan terhadap penyakit. Cocok untuk digunakan pada fairway, rough, lapangan olahraga, dan rumput komersial dan residensial. Sedangkan untuk rumput bermuda jenis evergreen, pertumbuhannya lambat pada musim dingin. Pada musim panas jenis rumput ini akan berjuang untuk bertahan hidup dan memerlukan perawatan yang cukup untuk menangani cuaca ekstreem pada musim panas.

Kemurnian Jenis Rumput

Kemurnian jenis rumput adalah seberapa banyak suatu jenis rumput dalam luasan tertentu yang tidak terkena gulma atau jenis rumput lain. Apabila tanaman yang tidak diharapkan tumbuh, sebaiknya harus dihilangkan agar mendapatkan jenis rumput yang seragam dan mempengaruhi keseragaman warna dari lapangan itu sendiri. Perbedaan jenis rumput merupakan indikator pengelolaan gulma. Kemurnian jenis rumput dapat dilihat langsung pada lapangan, apakah rumput tersebut memiliki kesamaan jenis atau tidak. Kemurnian jenis rumput pada lokasi studi tidak berbeda nyata diantara hole (tabel 37).

Tabel 37 Kemurnian jenis rumput pada lokasi studi

(52)
(53)
(54)

44

semakin tinggi maka kepadatan pucuk semakin tinggi, begitupun sebaliknya. Korelasi juga berhubungan sangat kuat antara berat kering akar dan berat kering pucuk (0.97).

Kualitas Visual Pohon

Menurut American Forests, pohon membersihkan udara dengan menyerap gas dan polutan berbahaya, meningkatkan kualitas udara. Salah satu gas utama yang diserap adalah karbon dioksida, yang merupakan kontributor utama perubahan iklim. Pohon-pohon kemudian melepaskan oksigen yang hampir semua penduduk bumi butuhkan untuk bernapas. Satu pohon dewasa menyerap karbon dioksida pada tingkat 48 pound per tahun.

Kualitas didefinisikan oleh standar ISO 8402-1986 sebagai totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang dikenakan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kualitas tanaman dapat dinilai dengan beberapa jenis kriteria: toleransi terhadap tekanan biotik dan abiotik, potensi pengembangan dan estetika, kriteria khusus untuk tanaman hias (Habib et al, 1997, Dijkshoorn-Dekker 2002, Heuvelink et al, 2004 dan Giorgioni, 2007).

Menurut Kalin (2004), kualitas visual untuk lingkungan memiliki struktur persepsi dan tujuan yang luar biasa karena mencakup banyak variabel di dalamnya. Karena karakteristiknya, 'kualitas visual' ini mungkin salah satu fenomena yang paling sulit untuk dapat dianalisis dan diukur dalam lingkungan. Secara umum, kualitas visual adalah konsep yang menunjukkan derajat pendapat orang dan kekaguman estetika tentang makhluk hidup, benda dan pemandangan di sekitar mereka. Kualitas visual pohon pada lokasi studi dapat dilihat pada tabel 40.

Tabel 40 Kualitas visual pohon di lokasi studi

Hole Nama Pohon Komponen Aspek Kualitas Visual

(55)
(56)

46

variasi warna. Contohnya adalah pohon pelangi (Eucalyptus deglupta Blume.). Pada Hole 5, perlu penambahan pohon peneduh yang lebih berwarna seperti bungur (Lagerstroemia speciosa) dan penambahan semak seperti ravenia (Ravenia spectabilis). Pada Hole 7, ditambahkan pohon yang memiliki variasi warna, seperti buttercup (Cochlospermum religiosum) dan pohon yang memiliki tajuk yang menarik seperti glodogan tiang (Polyalthia longifolia). Selain itu dibutuhkan penambahan tanaman semak agar menambah estetika seperti pandan kuning (Pandanus pigmaenus) penutup tanah.

Pada Hole 9, penambahan pohon yang memiliki tajuk yang menarik diperlukan agar tidak monoton, seperti podocarpus (Podocarpus lohansang) dan penambahan tanaman penutup tanah untuk menambah estetika seperti never-never plant (Ctenanthe oppenheimiana E. Morr.) dan soka (Ixora javanica). Pada Hole 11, perlu ditambahkan pohon yang memiliki variasai warna dan tajuk seperti tabebuya bunga kuning (Tabebuia chrysotrica) dan pulai (Alstonia scholaris L. R. Br.). Juga penambahan semak agar lebih indah, yaitu siklok (Agave attenuata Salm-Dyck).

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

56

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa simpulan, yaitu.

1. Trend tata hijau pada lanskap lapangan golf Sedana Golf and Country Club secara keseluruhan menggunakan tanaman tropis jenis palem (Arecaceae), seperti kelapa (Cocos nucifera), palem raja (Roystonea regia), palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens), kelapa sawit (Elaeis guineensis), palem sadeng (Lavistonia rutondifolia), kurma (Phoenix dactylifera), palem putri (Veitchia merillii), dan palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata). Setiap hole ditambahkan vegetasi penyemarak seperti kayu putih (Melaleuca cajuputi), dadap merah (Erythrina crista-galli), nusa indah (Mussaenda philippica), dan tabebuya bunga kuning (Tabebuia rosea). Penataan tanaman pada sebagian besar lokasi studi menggunakan pola linear di sekitar hole mengikuti bentukan hole. 2. Kualitas fungsional pada rumput lapangan golf dilihat dari ketinggian

pangkas, berat kering pucuk, berat kering akar, panjang akar, dan elastisitas rumput. Ketinggian pangkas pada green dan fairway di lokasi studi sudah tergolong sesuai. Berat kering pucuk pada area green memiliki nilai paling rendah karena pemangkasan rumput dilakukan setiap hari agar elastisitas rumput tinggi. Nilai rata-rata tertinggi berat kering akar terdapat pada area green. Pada lokasi studi, rata-rata kecepatan bola untuk area green dapat dikategorikan medium fast untuk permainan regular karena memiliki jarak gelinding antara 85 inch dan 97 inch. Untuk kualitas visual pada rumput lapangan golf dilihat dari kepadatan pucuk, warna, keseragaman warna rumput, tekstur, kemurnian jenis rumput, dan keberadaan partikel di permukaan rumput. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kualitas visual tergolong baik.

3. Kualitas visual pohon dinilai dari bentuk tajuk, jumlah daun, keberadaan hama dan penyakit tanaman, bentuk percabangan, ketegakan batang, dan keberadaan akar. Pada lokasi studi, kualitas visual pohon tergolong sangat baik.

Saran

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Beard, Edwin. 1973. Turf Parks and Garden. London (UK): Association of Garden Trust

Beard, J. B. 1973. Turfgrass : Science and Culture. New York: Prentice-Hall Inc. Beard, J. B. 1982. Turf Management for Golf Course. New York: Macmillan

Publishing Company

[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Dramaga. Data Iklim. Bogor(ID): BMKG Dramaga.

Booth, NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. New York: Elsevier Science Publishing Co., Inc.

Booth, NK. 1990. Basic Elements of Landscape Architecture Design. Illnois (US): Waveland Press Inc.

Carpenter PL, Walker TD, and Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. San Francisco: W. H. Freeman and Co.

Chiara, J. D. dan L. E. Koppelmen. 1990. Standar Perencanaan Tapak (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Pekerjaan Umum. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan. Jakarta:Direktorat Jenderal Bina Marga.

Desyana RD. 2011. Trend Desain Penanaman pada Lanskap Pemukiman Bogor Nirwana Residence. (Skripsi). Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Dijkshoorn-Dekker, M.W.C., 2002. Crop quality control system: A tool to control the visual 454 quality of pot plants. Thesis, Wageningen University, The Netherlands.

Echols J, Shadily H. 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia

Emmons, R. D. 2000. Turfgrass Science and Management. Third Edition. New York: Delmar.

Giorgioni, M.E. 2007. Evaluation of Landscape Roses for Low-Maintenance Gardening. 457 Acta Horticulturae, 751, 323-330.

Habib, R., Triboï, E., Génard, M., and Le Bail, M., 1997. La nutrition azotée des cultures et la 459 qualité des produits. In: Maîtrise de l’azote dans les agro-systèmes. Paris: INRA (Les 460 colloques, no. 83). Reims (France), 19-20 novembre 1996.

Hakim, R. 1993. Unsur-unsur Dalam Perencanaan Arsitektur Lanskap. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Heuvelink, E., Tijskens, P., Kang, M.Z., 2004. Modelling Product Quality in Horticulture: an 462 Overview, Acta Hort., 654, 19-30.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara

International Society of Arboriculture. 2003. Fun Fact About Trees [internet].

Diunduh pada 13 Agustus 2015. Tersedia pada

http://www.treesaregood.com/treecare.html.

Klemme, M. 1995. A View from the Rough. Michigan: Sleeping Bear Press. Laurie. 1994. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung: PT. Intermata. Lily, S. 1999. Golf Course Tree Management. Michigan: Ann Arbor Press Inc. Marsh, W. M. 1991. Landscape Planing, Environtmental Aplication. Canada:

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Tabel 2 Jenis, bentuk, dan sumber data kondisi umum
Tabel 11 Kriteria penilaian aspek kualitas visual pohon
Gambar 6 Peta Tata Guna Lahan KBG
+7

Referensi

Dokumen terkait

price elasticity of demand The ratio of the percentage of change in quantity demanded to the percentage of change in price; measures the responsiveness of demand to changes

Menyelenggarakan pengkajian, penelitian dan pengembangan yang berhubungan dengan tehnologi Kepolisian untuk mendukung tugas kepolisian agar memenuhi standar peralatan utama

Maka penting bagi penulis untuk melihat hal ini lebih terperinci dan melihat apa yang terjadi dalam aktivitas tersebut untuk mengetahui bagaimana koordinasi yang dijalankan antara

Adapun pengertian organisasi menurut Armosudiro adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam

[r]

Faktor keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh pihak-pihak yang memiliki hubungan darah secara langsung serta kerabat dekat terhadap status anak

Penelitian ini membahas mengenai citra kecantikan wanita dewasa dalam iklan dengan menggunakan analisis teori semiotik.. Aspek yang dikaji adalah ekspresi- ekspresi lingual

Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura jarang sekali ada pedagang perantara, karena sifat barangnya yang sangat mudah rusak dan juga gampang layu, maka pada umumnya para