• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BANYUMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BANYUMAS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEBIJAKAN PELAYANAN

KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DI KABUPATEN BANYUMAS

Sri Hartini, Tedi Sudraj at , dan Rahadi Wasi Bint oro Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman

E-mail: sri.hart ini@unsoed.ac.id

Abst r act

The l egal pr ot ect ion t o heal t h car e, especi al l y f or t he poor di r ect ed t o appl y t he pr i nci pl es of hol i st i c, uni t y, evenl y, accept abl e and achi evabl e. Ther ef or e, t hi s ar t i cl e i s usef ul t o expl ai n t he r ul es, pol i ci es and bar r ier s t hat occur i n i t s i mplement at i on. Based on t he cl assi f i cat ion, t her e ar e 3 par t i n i mpl ement i ng legal pr ot ect ion and healt h ser vi ces i ncl ude ar r angement of t he essence of heal t h devel opment , f undi ng and heal t h ser vi ce deli ver y. Pol i cies t hat have been i mpl ement ed i n Banyumas incl udes a heal t h car d namel l y j amkesmas, j amkesda, and j amper sal . In f act , t her e ar e r esi st ance f r om t he aspect of subst ance, st r uct ur e and l egal cul t ur e t hat af f ect s al l t hr ee model s of i t s i mpl ement at i on.

Key wor ds: l egal pr ot ect ion, heal t h car e, t he poor

Abst rak

Perlindungan hukum t erhadap pelayanan kesehat an, khususnya bagi masyarakat miskin diarahkan unt uk dapat menerapkan prinsip yang menyeluruh, t erpadu, merat a, dapat dit erima dan t erj angkau. Oleh karena it u, art ikel ini hadir guna menj elaskan pengat uran, kebij akan dan hambat an yang t erj adi dalam penerapannya. Mencermat i pemilahan dalam pengat urannya, t erdapat 3 (t iga) klasif ikasi dalam menerapkan perlindungan hukum dan pelayanan kesehat an meliput i pengat uran t erhadap esensi pembangunan kesehat an, pendanaan dan penyelenggaraan pelayanan kesehat an. Adapun kebij akan yang t elah dit erapkan di Kabupat en Banyumas meliput i j amkesmas, j amkesda dan j ampersal. Dalam pelaksanaannya t erdapat hambat an dari aspek subst ansi, st rukt ur dan budaya hukum yang ket iganya mempengaruhi model pelaksanaannya.

Kat a Kunci : perlindungan hukum, pelayanan kesehat an, masyarakat miskin

Pendahuluan

Pembangunan nasional merupakan sarana st rat egis guna meningkat kan kesej aht eraan ma-syarakat , yang pada hakekat nya diarahkan un-t uk membenun-t uk manusia seuun-t uhnya yaiun-t u unun-t uk membangun kesej aht eraan masyarakat Indone-sia seluruhnya. Dalam kait an ini, ruang lingkup pembangunan nasional sangat luas, maka pe-laksanaannya harus secara t erencana, menyelu-ruh, bert ahap dan berlanj ut . Pada t iap-t iap t a-hap diharapkan dicapai keselarasan dalam ke-maj uan lahiriah dan bat iniah yang merat a men-cakup seluruh rakyat , dengan kadar keadilan sosial yang meningkat , dengan demikian pem-

Art ikel ini merupakan ar t ikel hasil penel i t i an dengan skim Hibah Penel it i an Unggul an yang di bi ayai ol eh DIPA UNSOED pada Tahun 2012

bangunan adalah suat u proses yang berj alan t e-rus menee-rus.

Hakikat nya, pembangunan kesehat an me-rupakan kewaj iban bersama dari masyarakat dan pemerint ah. Masyarakat adalah pelaksana ut ama pembangunan sedangkan pemerint ah berkewaj iban unt uk mengarahkan, membim-bing dan mencipt akan suasana yang menun-j ang, saling mengisi dan saling melengkapi da-lam sat u kesat uan langkah menuj u t ercapainya t uj uan.

(2)

kehi-dupan sosial bermasyarakat . Di Propinsi Jawa Tengah, perubahan yang dicipt akan oleh pem-bangunan di daerah t ernyat a membawa impli-kasi yang mengkhawat irkan dan sif at nya kom-pleks, karena t ernyat a t elah melahirkan ket er-belakangan dan kemiskinan dalam masyarakat .1 Salah sat u bent uk kemiskinan yang dihadapi masyarakat adalah kemiskinan t erhadap akses kesehat an.

Secara umum, menurunnya posisi Indone-sia dalam Mi l l eni um Devel opment Goal s (MDGs) t ahun 2011 memberikan gambaran t ent ang le-mahnya kebij akan daerah dan kurang sinergis-nya hubungan ant ara pusat dan daerah.2 Bukt i-nya di Banyumas, angka kemat ian ibu di t ahun 2010 belum memenuhi t arget capaian ideal ya-it u masih 123, 9/ 100. 000 kelahiran hidup.3

Mengingat kesehat an merupakan aspek pent ing dalam kehidupan masyarakat , maka pemerint ah seharusnya mencipt akan suat u pembangunan kesehat an yang memadai sebagai upaya perbaikan t erhadap buruknya t ingkat kesehat an selama ini. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) pada Pasal 28H, menet apkan bahwa kesehat an adalah hak dasar set iap individu dan semua warga negara berhak mendapat kan pela-yanan kesehat an t ermasuk masyarakat miskin, dalam implement asinya dilaksanakan secara bert ahap sesuai kemampuan keuangan peme-rint ah dan pemepeme-rint ah daerah. Dalam UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 t ent ang Kesehat -an menyebut k-an bahwa kesehat -an merupak-an hak asasi manusia dan salah sat u unsur

1 Berdasarkan dat a BPS (Badan Pusat St at ist ik) t ahun

2008, t ingkat kemiski nan Jawa Tengah masi h mendu-duki per ingkat ke 22 dar i 33 Provinsi di Indonesi a dan j uga mempunyai t ingkat kemiski nan pal ing be-sar di banding Provinsi l ainnya di pul au Jawa. Li hat Sr i Hart ini dan Tedi Sudraj at , “ Fenomena Kemi skinan da-l am Kebi j akan Pubda-l ik” , Maj al ah Di nami ka Hukum, Vol . 6 No. 1 Januar i 2006, Purwokert o: FH UNSOED, hl m. 88-99

2

Pada t ahun 2011, Indonesia ber ada di per ingkat 124 dar i 187 negara

3

Dat a dari t ahun 2009 menunj ukkan bahw a Indonesi a masih mengal ami 307 kemat ian unt uk set i ap 100. 000 kel ahir an hi dup. sement ara MDG ber t uj uan unt uk me-nurunkannya menj adi 105 kemat i an pada t ahun 2015. Lihat Tedi Sudr aj at dan Agus Mardiant o, “ Hak at as Pe-l ayanan dan PerPe-l indungan Kesehat an Ibu dan Anak (Impl ement asi Kebij akan di Kabupat en Banyumas)” , Jur nal Di nami ka Hukum Vol . 11 No. 2 Mei 2011, Purwo-kert o: FH UNSOED, hl m. 266

j aht eraan yang harus diwuj udkan sesuai dengan cit a-cit a bangsa Indonesia sebagaimana dimak-sud dalam Pancasila dan UUD 1945, set iap hal yang menyebabkan t erj adinya gangguan kese-hat an pada masyarakat Indonesia akan menim-bulkan kerugian ekonomi yang besar bagi ne-gara, dan set iap upaya peningkat an deraj at kesehat an masyarakat j uga berart i invest asi ba-gi pembangunan negara, dan upaya pembangu-nan harus dilandasi dengan wawasan kesehat an dalam art i pembangunan nasional harus mem-perhat ikan kesehat an masyarakat dan merupa-kan t anggung j awab semua pihak baik Pemerin-t ah maupun masyarakaPemerin-t .

Berdasarkan UUD 1945 Pasal 28H dan Un-dang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 t ent ang Ke-sehat an t ersebut mengisyarat kan bahwa set iap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan t erhadap kesehat an-nya, dan negara bert anggung j awab mengat ur agar t erpenuhi hak hidup sehat bagi penduduk-nya t ermasuk bagi masyarakat miskin dan t idak mampu. Upaya mewuj udkan hak t ersebut pe-merint ah harus menyelenggarakan pelayanan kesehat an yang merat a, adil dan t erj angkau ba-gi seluruh lapisan masyarakat . Unt uk it u peme-rint ah perlu melakukan upaya-upaya unt uk menj amin akses penduduk miskin t erhadap pe-layanan kesehat an. Mencermat i hal t ersebut , maka upaya penj aminan pelayanan dan perlin-dungan kesehat an bagi masyarakat miskin me-rupakan harapan dan luaran dari negara kese-j aht eraan dan sepat ut nya dilaksanakan dengan mengacu pada norma yang ada.

Permasalahan

Ada dua permasalahan yang dibahas pada art ikel ini. Per t ama, mengenai bent uk penga-t uran dan kebij akan yang berkaipenga-t an dengan perlindungan hukum t erhadap pelayanan kese-hat an bagi masyarakat misikin di Kabupat en Banyumas; dan kedua mengenai hambat an yang t imbul dalam pengat uran dan kebij akan yang berkait an dengan perlindungan hukum t erhadap pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin di Kabupat en Banyumas.

(3)

Tipe penelit ian ini adalah socio l egal r e-sear ch dengan pendekat an kualit at if . Inf orman-nya adalah Ket ua Komisi D DPRD Banyumas, Ke-t ua Bidang Pembinaan dan Pengabdian KemiKe-t ra-an dra-an Promosi Kesehat ra-an (P2KPK) di Dinas Kesehat an Kabupat en Banyumas. Met ode pemi-lihan inf orman dilakukan dengan menggunakan model pur posi ve sampl i ng dengan cara melaku-kan wawancara dan hasil wawancara t ersebut dikomparasikan dengan observasi dan didukung oleh kepust akaan dan dokument asi.

Met ode pengolahan dat a dilakukan de-ngan met ode analisis int erakt if dan disaj ikan secara narat if . Unt uk mempert anggungj awab-kan subst ansi dilakuawab-kan uj i dat a dan keabsahan dat a dengan model t riagulasi sumber. Adapun subst ansi dianalisis dengan cont ent dan compa-r at ive anal ysi s dengan menggunakan beberapa model penaf siran meliput i penaf sisar gramat i-kal, sist emat is dan t eleologis.

Pembahasan

Bentuk Pengaturan dan Kebij akan Perlindung-an Hukum t erhadap PelayPerlindung-anPerlindung-an Kesehat Perlindung-an ba-gi Masyarakat Miskin di Kabupat en Banyumas

Pada dasarnya, sej ak konf erensi di Alma-At a t ahun 1978 WHO (Wor l d Heal t h Or gani za-t i on) t elah mencet uskan “ Deklarasi Alma-At a” yang pada dasarnya menyepakat i bahwa pr i -mar y healt h car e adalah kunci unt uk mencapai t uj uan “Heal t h f or al l t he wor l d’ s peopl e” Ada-pun lima konsep dasarnya adalah: per t ama,

at as dasar pemerat aan, pelayanan kesehat an harus dapat mencakup seluruh masyarakat ; ke-dua, pelayanan kesehat an harus ef ekt if , ef i-sien, dapat t erj angkau dan dit erima masyara-kat ; ket iga, pelayanan kesehat an harus menca-kup pelayanan prevent if , promot if , kurat if dan rehabilit at if ; keempat , masyarakat dan perse-orangan harus berpart isipasi dalam kegiat an pelayanan kesehat an dan harus dapat swasem-bada; kel i ma, upaya pelayanan kesehat an harus menca-kup j uga dan berkait an dengan f akt or-f akt or sosial lainnya sepert i lingkungan, ekonomi dan lain-lain.4

4 Lo Siauw Gi ng, 1995, Anal i si s Kebi j akan Tent ang Fungsi

Sosi al Rumah Saki t Swast a, Tesis, Jakar t a: Pancasarj a-na UI, hl m. 1.

Hal ini berart i bahwa kebij akan pemba-ngunan kesehat an akan selalu t erkait dengan kebut uhan masyarakat berupa program-prog-ram peningkat an kesehat an masyarakat miskin sebagai bagian int egral dari rencana pembangu-nan kesehat an nasional dalam j angka panj ang. Dalam kait an ini, pembangunan kesehat an ma-syarakat miskin merupakan suat u program na-sional yang harus diwuj udkan dan diaplikasikan dalam rangka mencipt akan kesej aht eraan ma-syarakat sebagaimana t ermakt ub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Pembangunan kesehat an pada era ot ono-mi daerah, didist ribusikan kewenangannya (de-sent ralisasi) ke t ingkat daerah, yang berdam-pak pada perubahan t at anan dasar pemerint ah-an dah-an kewenah-angah-an dari pemerint ah. Hal ini bermakna bahwa pembangunan kesehat an di t ingkat daerah didasarkan pada kebij akan yang secara hierarkis mengacu pada perat uran per-undang-undangan dan diimplement asikan da-lam bent uk program kerj a. Di t ingkat daerah, bidang kesehat an merupakan salah sat u urusan waj ib yang harus dilaksanakan. Penyelenggara-an urusPenyelenggara-an waj ib merupakPenyelenggara-an perwuj udPenyelenggara-an ot ono-mi yang pada int inya adalah pengakuan/ pem-berian hak dan kewenangan.5

Mencermat i problemat ika perlindungan hukum t erhadap pelayanan kesehat an bagi ma-syarakat miskin di Kabupat en Banyumas, maka penelit i akan mengkaj i sat u persat u kat a kunci didalam penelit ian ini meliput i: kemiskinan, pelayanan dan perlindungan kesehat an bagi masyarakat miskin. Hal ini dimaksudkan unt uk menj elaskan hubungan ant ara kemiskinan, pe-layanan dan perlindungan kesehat an sehingga nant inya diket ahui mengenai bent uk pengat ur-an dur-an kebij akur-an yur-ang sesuai dit erapkur-an di Ka-bupat en Banyumas.

Kemiskinan

5 Rat ih Ariningrum, NK Ar yast at mi, “ St udi Kual it at i f

(4)

Persoalan kemiskinan menj adi t ant angan garda depan dunia, t idak hanya di Indonesia, t et api ia menj adi permasalahan t erbesar abad 21. Hal t ersebut dimuat , salah sat unya di MDGs yang disepakat i oleh PBB, berupa t arget ber-sama dari 180 negara unt uk mengurangi sepa-ruh j umlah penduduk miskin dunia dalam perio-de 2000-2015.6 Realit asnya, di Indonesia, ke-miskinan merupakan permasalahan sosial yang hadir di t engah-t engah kehidupan masyarakat Indonesia. Hal inilah yang mencipt akan kewa-j iban pemerint ah sebagaimana diamanat kan UUD 1945 unt uk memberikan hak dasar guna mewuj udkan masyarakat yang sej aht era.

Tingginya j umlah penduduk miskin t erse-but disebabkan beberapa hal. Per t ama, penye-baran pembangunan yang belum merat a t erut a-ma di perdesaan; kedua, t erbat asnya akses t er-hadap layanan dasar (kesehat an, pendidikan, perumahan, permukiman, inf rast rukt ur, permo-dalan/ kredit , dan inf ormasi) dan bant uan sosial bagi masyarakat miskin; dan ket i ga, rendahnya kapasit as dan produkt ivit as usaha sert a ket er-bat asan akses t erhadap sumber-sumber penda-naan.

Unt uk mengukur kemiskinan, BPS meng-gunakan konsep kemampuan memenuhi kebu-t uhan dasar (basi c needs appr oach). Adapun krit eria masyarakat miskin meliput i: luas lant ai bangunan t empat t inggal kurang dari 8 m2 per orang; j enis lant ai bangunan t empat t inggal t erbuat dari t anah/ bambu/ kayu murahan; j enis dinding t empat t inggal t erbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualit as rendah/ t embok t anpa diplest er; t idak memiliki f asilit as buang air be-sar/ bersama dengan rumah t angga lain; sumber penerangan rumah t angga t idak menggunakan list rik; sumber air minum berasal dari sumur/ mat a air t idak t erlindung/ sungai/ air huj an; ba-han bakar unt uk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak t anah; hanya meng-konsumsi daging/ susu/ ayam sat u kali dalam se-minggu; hanya membeli sat u st el pakaian baru

6

Syari f Iman Hi dayat , “ St udi Kemiski nan Dal am Per

spek-t if Masyar akaspek-t Mi skin Desa Terspek-t inggal Di Kabupaspek-t en Sampang” , Jur nal Teknol ogi Dan Manaj emen Inf or ma-t i ka, 6 Edisi Khusus Sepma-t ember 2008, Mal ang: Univer-sit as Mer deka Mal ang, hl m. 78

dalam set ahun; hanya sanggup makan sebanyak sat u/ dua kali dalam sehari; t idak sanggup membayar biaya pengobat an di puskesmas/ po-liklinik; sumber penghasilan kepala rumah t ang-ga adalah: pet ani denang-gan luas lahan 0, 5 ha, buruh t ani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, at au pekerj aan lainnya dengan pendapat an di bawah Rp. 600. 000 per bulan; pendidikan t ert inggi kepala kepala rumah t ang-ga: t idak sekolah/ t idak t amat SD/ hanya SD; dan t idak memiliki t abungan/ barang yang mu-dah dij ual dengan nilai Rp. 500. 000, sepert i: sepeda mot or (kredit / non kredit ), emas, t er-nak, kapal mot or, at au barang modal lainnya.

Berdasarkan krit eria t ersebut , maka ru-mah t angga yang t idak memenuhi syarat unt uk mendapat kan bant uan/ subsidi pemerint ah ada-lah rumah t angga yang t idak memenuhi krit eria t ersebut di at as, PNS, TNI, Polri/ pensiunan, pe-ngungsi yang diurus oleh pemerint ah, dan pen-duduk yang t idak mempunyai t empat t inggal. Kemiskinan dapat pula dikat akan sebagai ren-dahnya kualit as hidup masyarakat karena t idak t erpenuhinya kebut uhan sosial, art inya kesem-pat an mereka unt uk mendakesem-pat kan barang-ba-rang dan pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh pemerint ah sangat kecil, t ermasuk akses unt uk mendapat kan pelayanan kesehat an. Pa-dahal kesehat an adalah salah sat u aspek pen-t ing dalam kehidupan masyarakapen-t yang harus mendapat kan perhat ian lebih dari pemerint ah. Biaya kesehat an yang mahal menj adi kendala bagi masyarakat miskin unt uk mendapat kan pelayanan kesehat an yang memadai.

Desent ralisasi Kesehat an dalam Rangka Pela-yanan dan Perlindungan Hukum Bagi Masya-rakat Miskin

(5)

Masyara-kat Miskin diharapkan dapat menurunkan angka kemat ian ibu melahirkan, menurunkan angka kemat ian bayi dan balit a sert a penurunan ang-ka kelahiran disamping dapat t erlayaninya ang- ka-sus-kasus kesehat an masyarakat miskin umum-nya.

Bergulirnya era ot onomi daerah dit andai oleh adanya pengalihan kewenangan pemerin-t ahan pusapemerin-t menj adi pemerin-t erdispemerin-t ribusi ke daerah-daerah melalui proses desent ralisasi. Desen-t ralisasi diharapkan membawa angin segar bagi t umbuhnya demokrasi dan part isipasi warga da-lam segenap akt ivit as pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkat kan keset araan an-t ar golongan, memperluas keadilan sosial dan memperbaiki kualit as kehidupan rakyat ba-nyak.7 Namun demikian, pengalaman desent ra-lisasi selama sebelas t ahun t erakhir pasca Orde Baru memperlihat kan dua pet a diamet ral. Pet a pert ama menunj ukkan bahwa sebagian besar daerah (kabupat en/ kot a) t idak melakukan at au gagal meningkat kan kesej aht eraan warganya. Pet a kedua, menunj ukkan beberapa daerah yang melakukan t erobosan melalui penerapan kebij akan publik yang bernuansa perlindungan sosial, sepert i pemberian pelayanan grat is di bidang pendidikan, kesehat an, perumahan dan administ rasi.

Sedikit nya ada 3 (t iga) f akt or kunci yang mendorong sebuah daerah mempromosikan perlindungan sosial sebagai salah sat u j alan at au rut e peningkat an kesej aht eraan warganya.

Per t ama, komit men elit e lokal (pemerint ah, DPRD) yang kuat , ref ormis dan pro kesej aht era-an; kedua, good gover nance: ref ormasi birokra-si dan anggaran daerah; ket i ga, part isipasi ma-syarakat memberi kont ribusi pent ing bagi upa-ya-upaya promosi kebij akan kesej aht eraan: de-sakan, ket erlibat an dalam perencanaan kebi-j akan, dukungan at as kebikebi-j akan, aksi-aksi suka-rela dalam implement asi di lapangan.

Mencermat i hal diat as, penyelenggaraan pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin sebagai salah sat u bent uk perlindungan sosial,

7 Lihat dan bandingkan dengan Kania Damayant i, “ Kebi

-j akan asur ansi kesehat an unt uk rakyat miskin (Askes-kin): har apan dan kenyat aan impl ement asi” , Jur nal Il mu Admi ni st r asi , Vol . 5 No. 1 Maret 2008, Bandung: Sekol ah Ti nggi Il mu Administ r asi LAN, hl m. 62-84

mempunyai art i pent ing karena beberapa ala-san pokok. Per t ama, menj amin t erpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehing-ga pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin mut lak mengingat kemat ian bayi dan kemat ian balit a 3 kali dan 5 kali lebih t inggi dibanding pada keluarga t idak miskin; kedua, unt uk pent ingan polit ik nasional yakni menj aga ke-ut uhan int egrasi bangsa dengan meningkat kan upaya pembangunan (t ermasuk kesehat an) di daerah miskin dan kepent ingan polit is int erna-sional unt uk menggalang kebersamaan dalam memenuhi komit men global guna menurunkan kemiskinan melalui upaya kesehat an bagi ke-luarga miskin; ket i ga, upaya-upaya pelayanan kesehat an penduduk miskin, memerlukan pe-nyelesaian menyeluruh dan perlu disusun st ra-t egi serra-t a ra-t indak pelaksanaan pelayanan ke-sehat an yang peduli t erhadap penduduk miskin.

Perlindungan masyarakat miskin melalui peningkat an akses t erhadap pelayanan kesehat -an menj adi salah sat u st rat egi y-ang s-angat pen-t ing dalam lingkup kebij akan penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Sehubungan dengan it u, st udi ini akan dif okuskan pada pemahaman t ent ang bagaimana upaya perluasan akses pela-yanan kesehat an sebagai salah sat u implemen-t asi kebij akan perlindungan masyarakaimplemen-t miskin di daerah dalam kont eks desent ralisasi.

Konsep Kebij akan Perlindungan Kesehat an bagi Warga Miskin

Pada dasarnya, pemant apan program j a-minan kesehat an dimaksudkan unt uk menj amin akses t erhadap int ervensi yang cost ef f ect ive

berdasarkan bukt i ilmiah yang berkualit as, memberdayakan wanit a, keluarga dan masyara-kat . Hal ini bermakna bahwa dalam mempro-mosikan kesehat an diperlukan pemahaman dan analisis kebut uhan yang t epat sasaran, sehingga nant inya akan mempengaruhi kebij akan sosial dan kebij akan kesehat an.8

Upaya-upaya pelayanan kesehat an pendu-duk miskin, memerlukan penyelesaian

8 Oedoj o Soedirham, “ Promosi Kesehat an Sebagai Kebij

(6)

luruh dan perlu disusun st rat egi sert a t indak pelaksanaan pelayanan kesehat an yang peduli t erhadap penduduk miskin. Peluang kebij akan daerah dalam rangka peningkat an pelayanan kesehat an dalam kont eks ot onomi daerah dapat diopt imalkan dengan adanya desent ralisasi f iskal.9

Pelayanan kesehat an peduli penduduk miskin meliput i upaya-upaya sebagai berikut .

Per t ama, membebaskan biaya kesehat an dan mengut amakan masalah-masalah kesehat an yang banyak diderit a masyarakat miskin sepert i TB, malaria, kurang gizi, PMS dan pelbagai pe-nyakit inf eksi lain dan kesehat an lingkungan;

kedua, mengut amakan penanggulangan

penya-kit penduduk t idak mampu; ket i ga, meningkat -kan penyediaan sert a ef ekt if it as pelbagai pela-yanan kesehat an masyarakat yang bersif at non personal sepert i penyuluhan kesehat an, regu-lasi pelayanan kesehat an t ermasuk penyediaan obat , keamanan dan f ort if ikasi makanan, pengawasan kesehat an lingkungan sert a kesehat -an d-an keselamat -an kerj a; keempat, mening-kat kan akses dan mut u pelayanan kesehat an penduduk t idak mampu; kel ima, realokasi pel-bagai sumber daya yang t ersedia dengan mem-priorit askan pada daerah miskin; dan keenam, meningkat kan part isipasi dan konsult asi dengan masyarakat miskin. Masalah kesehat an masya-rakat bukan masalah pemerint ah saj a melain-kan masalah masyarakat it u sendiri karena per-lu dilakukan peningkat an pemberdayaan masya-rakat miskin.

Perlindungan Hukum t erhadap Pelayanan Ke-sehat an

Bat asan/ pengert ian perlindungan sebagai segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bant uan unt uk memberikan rasa aman sese-orang. Ruang lingkup “ perlindungan hukum” yang akan dibahas dalam penelit ian ini adalah perlindungan yang diberikan oleh Pemerint ah melalui perangkat hukumnya sepert i kebij akan dan perat uran Perundang-undangan.

9

Ria Masniar i Lubis, “ Si st em Inf or masi Kesehat an Nasio-nal , Perl ukah?” , Jur nal Inf o Kesehat an, Vol . 7 No. 1 Tahun 2003, Medan: Fakul t as Kesehat an Masyar akat Uni -versi t as Sumat era Ut ar a hl m. 78

Perlindungan hukum dimaksudkan unt uk memberikan kepast ian, keadilan dan keman-f aat an hukum bagi masyarakat . Salah sat u ben-t uk perlindungan hukum bagi masyarakaben-t adlah dengan diwuj udkannya at uran sert a kebij a-kan yang sesuai dengan kebut uhan, didasara-kan pada hak dasar yang diamanat kan UUD 1945. Secara umum at uran yang menaungi perlindu-ngan hukum t erhadap pelayanan kesehat an adalah sebagai berikut . Per t ama, UUD 1945;

(7)

Ta-hun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne-gara Nomor 5063), UU No. 44 Tahun 2009 t en-t ang Rumah Sakien-t (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072), UU No. 29 Tahun 2004 t ent ang Prakt ik Kedokt eran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431) dan PP No. 32 Tahun 1996 t ent ang Tenaga Kesehat -an (Lembar-an Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637), UU No. 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Dae-rah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), se-bagaimana t elah diubah beberapa kali t erakhir dengan UU No. 12 t ahun 2008 t ent ang perubah-an kedua at as UU No. 32 Tahun 2004 (lembarperubah-an Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Indonesia No-mor 4844), PP No. 38 Tahun 2007 t ent ang Pem-bagian Urusan Pemerint ahan Ant ar Pemerint ah, Pemerint ahan Daerah Propinsi, dan Pemerin-t ahan Daerah KabupaPemerin-t en/ KoPemerin-t a (Lembaran Nega-ra Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan LembaNega-ran Negara Nomor 4737), PP No. 41 Tahun 2007 t ent ang Organisasi Perangkat Daerah (Lemba-ran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741), Perpres No. 9 Tahun 2005 t ent ang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tat a Kerj a Kement erian Negara Republik Indonesia, sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran Presiden Nomor 94 Tahun 2006, PerMen Kesehat an No. 1575/ Men-kes/ Per/ XI/ 2005 t ent ang Organisasi dan Tat a Kerj a Depart emen Kesehat an sebagaimana t e-lah diubah dengan Perat uran Ment eri Kesehat an Nomor 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010, Perat uran Ment eri Kesehat an Republik Indonesia No. 903/ Menkes/ Per/ V/ 2011 t ent ang Pedoman Pelaksa-naan Program Jaminan Kesehat an Masyarakat Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kese-hat an Masyarakat dij adikan sebagai acuan bagi Pemerint ah Pusat , Pemerint ah Provinsi, Peme-rint ah Kabupat en/ Kot a, Rumah Sakit dan Pus-kesmas sert a pihak lain yang t erkait dalam pe-nyelenggaraan dan pengelolaan Program Jamin-an Kesehat Jamin-an Masyarakat .

Adapun kebij akan yang memberikan per-lidungan hukum bagi masyarakat miskin di Ka-bupat en Banyumas berupa j amkesmas, j amkes-da Propinsi Jawa Tengah, j ampersal, amkes-dan j am-kesmas non kuot a. Jamam-kesmas adalah bant uan sosial unt uk pelayanan kesehat an bagi masya-rakat miskin dan t idak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerint ah, diselenggarakan oleh Kement erian Kesehat an sej ak t ahun 2008 dan merupakan perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehat an bagi Masyarakat Mis-kin/ JPKMM at au lebih dikenal dengan program Askeskin yang diselenggarakan pada t ahun 2005 s. d. 2007. Program Jamkesmas diselenggarakan unt uk memberikan kemudahan dan akses pelyanan kesehat an kepada pesert a di seluruh j a-ringan f asilit as kesehat an yang melaksanakan program Jamkesmas, mendorong peningkat an pelayanan kesehat an yang t erst andar dan t er-kendali mut u dan biayanya, dan t erselenggara-nya pengelolaan keuangan negara yang t rans-paran dan akunt abel.

Program j aminan bant uan pembayaran biaya pelayanan kesehat an yang diberikan Pe-merint ah Propinsi Jawa Tengah kepada masya-rakat Kab. Banyumas. Adapun j aminan pembia-yaannya meliput i: Pelayanan Rawat Jalan Ting-kat Pert ama (RJTP) dilakukan pada Puskesmas dan j aringannya; Pelayanan Rawat Jalan Ting-kat Lanj ut an (RJTL) pada RSUD Margono Soe-karj o; dan Pelayanan Rawat Inap Tingkat Per-t ama (RITP) dilaksanakan pada Puskesmas ra-wat inap dan pelayanan rara-wat inap kelas III RSUD Margono Soekarj o dan Rumah Sakit luar daerah yang t elah menj alin kerj asama dengan Pemerint ah Kab. Banyumas.

(8)

nif as, pelayanan kb pasca persalinan, pelayan-an bayi baru lahir. Pesert a program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki j aminan persalinan (t idak t ert anggung di dalam kepesert aan ASKES, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsost ek dan asuransi lainnya).

Program j aminan bant uan pembayaran bia-ya pelabia-yanan kesehat an bia-yang diberikan Peme-rint ah Daerah Kab. Banyumas kepada masya-rakat Kab. Banyumas. Sasaran Program Jamkes-da aJamkes-dalah masyarakat Kab. Banyumas yang be-lum memiliki j aminan kesehat an berupa Jam-kesmas, ASKES dan asuransi kesehat an lainnya.

Hambat an Pengat uran dan Kebij akan dalam Perlindungan Hukum t erhadap Pelayanan Ke-sehat an bagi Masyarakat Misikin di Kabupat en Banyumas

Pembangunan di bidang kesehat an seba-gai salah sat u upaya pembangunan nasional di-arahkan guna t ercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi set iap penduduk agar dapat mewuj udkan deraj at kesehat -an y-ang opt imal. Dalam perkemb-ang-annya, t e-lah t erj adi perubahan orient asi, baik t at a nilai maupun pemikiran t erut ama mengenai upaya pemecahan masalah dibidang kesehat an. Peru-bahan orient asi t ersebut kemudian mempenga-ruhi sist em kesehat an nasional melalui pene-rapan prinsip yang menyeluruh ”hol i st i c” , t er-padu ”uni t y” , merat a ”evenl y” , dapat dit erima ”accept abl e” dan t erj angkau ”achievable” oleh masyarakat .10

Sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang menyebut kan bahwa ne-gara mengembangkan Sist em Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasuk-kannya Sist em Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, dan t erbit nya UU Nomor 40 Tahun 2004 t ent ang Sist em Jaminan Sosial Nasional (SJSN), menj adi suat u bukt i yang kuat bahwa pemerint ah dan pemangku kepent ingan t erkait harus memiliki komit men yang besar unt uk me-wuj udkan kesej aht eraan sosial bagi seluruh

10 Rusmin Tumanggor, “ Masal ah-Masal ah Sosi al Budaya

Dal am Pembangunan Kesehat an di Indonesi a” , Jur nal Masyar akat dan Budaya Vol . 12 No. 2 2010, Jakart a: Lembaga Il mu Penget ahuan Indonesia, Pusat Pene-l it i an Kemasyarakat an dan Kebudayaan, hPene-l m. 223

yat nya. Karena melalui SJSN sebagai salah sat u bent uk perlindungan sosial pada hakekat nya bert uj uan unt uk menj amin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebut uhan dasar hidupnya yang layak.

Berdasarkan konst it usi, pemerint ah mela-kukan upaya-upaya unt uk menj amin akses pen-duduk miskin t erhadap pelayanan kesehat an, diant aranya adalah Program Jaringan Pengaman Sosial Kesehat an (JPS-BK) t ahun 1998-2000, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDSE) t ahun 2001, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) t ahun 2002-2004. Pada awal t ahun 2005, melalui Keput usan Ment eri Kesehat an 1241/ Menkes/ XI/ 04 pemerint ah menet apkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehat an Masyarakat Miskin (JPKMM) melalui pihak ket iga, yait u, PT Askes (persero) Program ini lebih dikenal seba-gai program Asuransi Kesehat an Masyarakat Miskin (Askeskin). Program Askeskin merupakan kelanj ut an dari PKPS-BBM yang t elah dilaksana-kan sebelumnya, dimana pembiayaannya dida-nai dari subsidi BBM yang t elah dikurangi pe-merint ah unt uk dialihkan menj adi subsidi di bidang kesehat an. Program Askeskin (2005-2007) kemudian berubah nama menj adi prog-ram Jaminan Kesehat an Masyarakat (Jamkes-mas) sej ak t ahun 2008 sampai dengan seka-rang. JPKMM/ Askeskin, maupun Jamkesmas ke-semuanya memiliki t uj uan yang sama yait u me-laksanakan penj aminan pelayanan kesehat an t erhadap masyarakat miskin dan t idak mampu dengan menggunakan prinsip asuransi kesehat -an sosial.

(9)

suat u proses sosial yang melibat kan lingkungan-nya, dalam pengert ian bahwa penegakan hu-kum sebagai kegiat an yang menarik lingkungan ke dalam proses t ersebut , maupun yang harus menerima pembat asan-pembat asan dalam be-kerj anya disebabkan oleh f akt or lingkungan. Penegakan hukum dilihat sebagai kegiat an un-t uk mewuj udkan keinginan-keinginan hukum menj adi kenyat aan. Art inya, sebagai usaha un-t uk mewuj udkan nilai-nilai dasar di dalam hu-kum sepert i keadilan, kepast ian huhu-kum dan kemanf aat an. Namun permasalahannya adalah sekalipun ket iga-ket iganya merupakan nilai da-sar dari hukum, namun diant ara ket iganya t er-dapat spannungsver hal t ni s, suat u ket egangan sat u sama lain.

Berbicara t ent ang hambat an pelaksanaan perlindungan hukum dalam pelayanan kesehat -an, maka didalamnya t erdapat j uga spannungs-ver hal t nis ant ara unsur kepast ian, keadilan dan kemanf aat an hukum. Karenanya, hambat an hu-kum t ersebut akan dilihat dan dianalisis melalui aspek st rukt ur hukum, subst ansi hukum, dan budaya hukum. Khusus unt uk permasalahan ke-sehat an di wilayah Banyumas, hal yang perlu dihubungkan dengan st rukt ur, subst ansi dan bu-daya hukum adalah permasalahan konsep dan sist em pelayanan kesehat an, penerapan pela-yanan kesehat an dan bent uk perlindungan hu-kum t erhadap pelayanan kesehat an yang t elah diberikan.

Komponen pert ama yang dianalisis adalah st rukt ur hukum. Menurut Lawrence M. Fried-man, yang dimaksud dengan suat u st rukt ur sist em hukum adalah:

. . . i t s skelet on or f r amewor k, t he dur a-bl e par t , whi ch gi ves a ki nd of shape and def i nit ion t o t he whol e. . . . The st r uct ur e of a l egal syst em consist s of element s of t hi s ki nd: t he number and si ze of cour t s; t heir j ur i sdi ct ion (t hat i s, what ki nd of cases t hey hear , and how and why); and modes of appeal f r om one cour t t o ano-t her . Sano-t r ucano-t ur e al so means how ano-t he l egi s-l at ur e i s or gani zed, how many mem-ber s. . . , what a pr esi dent can (l egal l y) do or not do, what pr ocedur es t he pol i ce depar t ment f ol l ows, and so on. St r uc-t ur e, i n a way, i s a ki nd of cr oss secuc-t i on

of t he l egal syst em? a ki nd of st i l l pho-t ogr aph, whi ch f r eezes pho-t he acpho-t ion.11

Permasalahan yang berkait an dengan st rukt ur hukum dalam pelayanan kesehat an ba-gi masyarakat miskin meliput i: per t ama, pada dasarnya, akses masyarakat t erhadap pelayan-an kesehat pelayan-an dasar sudah meningkat ypelayan-ang di-t andai dengan meningkadi-t nya j umlah Puskes-mas, dibent uknya Pos Kesehat an Desa (PKD) di t iap desa, dan dij aminnya pelayanan kesehat an dasar bagi masyarakat miskin di Puskesmas dan rumah sakit oleh Pemerint ah Daerah. Namun akses t erhadap pelayanan kesehat an masih be-lum merat a, masih t erbat asnya sarana pelayan-an kesehat pelayan-an dpelayan-an t enaga kesehat pelayan-an di daerah pinggiran Banyumas. Ket erbat asan akses j uga disebabkan karena kondisi geograf is yang sulit dan masih t erbat asnya t ransport asi dan inf ra-st rukt ur sepert i di wilayah Lumbir dan Gumilir;

kedua, j umlah dan j enis t enaga kesehat an t e-rus meningkat namun kebut uhan dan pemera-t aan dispemera-t ribusinya belum pemera-t erpenuhi, upemera-t amanya di desa. Masalah kurangnya t enaga kesehat an, baik j umlah, j enis dan dist ribusinya menimbul-kan dampak t erhadap rendahnya akses masya-rakat t erhadap pelayanan kesehat an berkuali-t as, di samping iberkuali-t u j uga menimbulkan permasa-lahan pada ruj ukan dan penanganan pasien un-t uk kasus un-t erun-t enun-t u; ket i ga, pengembangan ka-rier belum berj alan, sist em penghargaan, dan sanksi belum sebagaimana mest inya; keempat ,

permasalahan obat , pemerint ah t elah berusaha unt uk menurunkan harga obat namun masih banyak kendala yang dihadapi, salah sat unya dalam hal produksi obat . Indonesia masih ber-gant ung pada bahan baku impor yang menye-babkan harga obat masih sulit dij angkau masya-rakat ; kel ima, sist em inf ormasi kesehat an men-j adi lemah set elah dit erapkan kebimen-j akan desen-t ralisasi. Kedesen-t erbadesen-t asan dadesen-t a menj adi kendala dalam pemet aan masalah dan penyusunan ke-bij akan. Pemanf aat an dat a belum opt imal dan surveilans belum dilaksanakan secara menyelu-ruh dan berkesinambungan. Mencermat i perma-salahan diat as, proses desent ralisasi yang

11 Lawrence M. Fr iedman, 1984, Amer i can Law: An Int r

(10)

lum opt imal berpot ensi menimbulkan masalah pada buruknya pelayanan kesehat an yang dibe-rikan bagi masyarakat .

Komponen kedua dari sist em hukum ada-lah subst ansi, yait u “ . . . t he act ual r ul es, nor ms, and behavior pat t er ns of peopl e insi de t he syst em. ”12 Def inisi ini menunj ukkan pemaknaan subst ansi hukum yang lebih luas daripada seka-dar st elsel norma f ormal (f or mel e nor menst el -sel). Friedman memasukkan pula pola-pola pe-rilaku sosial dan norma-norma sosial selain hukum, sehingga t ermasuk j uga et ika sosial sepert i asas-asas kebenaran dan keadilan. Jadi, yang disebut komponen subst ansi hukum di sini adalah semua asas dan norma yang dij adikan acuan oleh masyarakat dan pemerint ah. Berda-sar hal di at as, maka t erdapat permasalahan mendasar dalam pengat urannya, meliput i per-masalahan alokasi dana, det ail pelaksanaan ke-giat an dan lemahnya perlindungan hukum t er-hadap pelayanan kesehat an bagi masyarakat miskin.

Hal ini mengandung art i bahwa perat ur-an t ersebut t idak memenuhi syarat hukum yur-ang ef ekt if karena beberapa hal. Per t ama, kaidah hukumnya t idak j elas, karena t idak mencan-t umkan demencan-t ail pelaksanaan kegiamencan-t an, ukuran keberhasilan sert a keberkalaan evaluasi. Hal ini mengakibat kan kurang adanya perlindungan hu-kum bagi masyarakat miskin; kedua, dalam ka-it annya dengan j aminan kesehat an masyarakat dapat diident if ikasi bahwa akses masyarakat t erhadap pelayanan kesehat an ruj ukan di ru-mah sakit meningkat , salah sat u f akt or pendo-rongnya adalah adanya j aminan pembiayaan kesehat an di rumah sakit bagi masyarakat mis-kin. Namun dalam implement asinya, pemerin-t ah memiliki kepemerin-t erbapemerin-t asan pada j umlah Bed Oc-cupat i on Rat e (BOR) kelas III yang dikhususkan bagi masyarakat t ak mampu. Selain it u sist em ruj ukan belum berj alan dengan baik sehingga pelayanan kesehat an t idak ef isien. Kebij akan sert a pembinaan dan pengawasan belum men-cakup klinik dan rumah sakit swast a, sert a dira-sakan belum t erkoordinasinya pelayanan kese-hat an secara int egral; ket i ga, sanksi yang

12 Ibi d, hl m. 6

lum t egas t erhadap pelaksanaan kebij akan yang lalai/ salah dalam melaksanakan kegiat an se-hingga menimbulkan ket idakpast ian hukum da-lam penj at uhan hukuman.

Khusus unt uk anggaran pembiayaan kese-hat an, berdasarkan UU No 36 Tahun 2009 t en-t ang Kesehaen-t an (UU Kesehaen-t an), pemerinen-t ah harus mengalokasikan dana minimal 5% dari APBN unt uk pelayanan kesehat an. Perint ah t er-sebut t ert uang j elas dalam Pasal 171 ayat (1) yang menent ukan bahwa besar anggaran kese-hat an pemerint ah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapat an dan belanj a negara, di luar gaj i. Pada kenyat aan-nya, anggaran kesehat an di Indonesia belum mencapai angka sebagaimana diamanat kan UU t ersebut . Bahkan sej ak Indonesia merdeka, angka yang dialokasikan unt uk anggaran kese-hat an selalu di bawah 5%. Ini menunj ukkan ko-mit men Indonesia sangat rendah dalam mem-biayai pelayanan kesehat an masyarakat

Permasalahan subst ansial adalah at uran t ent ang kesehat an t elah mencant umkan mini-mal anggaran, namun hal t ersebut t idak dit e-gaskan t erhadap kondisi dimana alokasi dana t ersebut t idak dilaksanakan sepenuhnya oleh penarik kebij akan. Hal t ersebut kemudian ber-dampak pada t idak adanya perlindungan hukum bagi masyarakat t erhadap kurangnya anggaran kesehat an.

Komponen ket iga dari sist em hukum ada-lah budaya hukum, yang diart ikan oleh Fried-mann sebagai:

. . . peopl e’ s at t i t udes t owar d l aw and l egal syst em/ t heir bel ief s, val ues, i deas, and expect at ions… The l egal cul t ur e, i n ot her wor ds, i s t he cl i mat e of soci al t hought and soci al f or ce whi ch det er -mi nes how l aw i s used, avoi ded, or abu-sed. Wi t hout legal cul t ur e, t he legal syst em i s i ner t ? a dead f i sh l ying i n a basket , not a l i vi ng f ish swimmi ng i n i t s sea. 13

Budaya hukum dapat diberikan bat asan yang sama dengan kesadaran hukum. Kesadaran hukum adalah abst raksi (para ahli) mengenai perasaan hukum dari para subj ek hukum.

(11)

lam kont eks pembicaraan t ent ang sist em hu-kum ini, t ent u saj a yang dimaksud dengan bu-daya hukum adalah kesadaran hukum dari sub-j ek-subsub-j ek hukum suat u komunit as secara ke-seluruhan. Jadi, sekalipun st rukt ur hukum (pe-j abat yang berwenang) dan subst ansi hukum (bekerj a dan berlaku pelaksana pelayanan ke-sehat an, t et ap saj a t erbuka kemungkinan ada-nya perbedaan t ent ang pola kerj a dan penerap-an dalam pelaypenerap-anpenerap-annya. Hal ini t erj adi karena ada int eraksi ant ara st rukt ur, hukum yang ber-laku, dan budaya kerj a yang t erbangun. Dalam hal ini, f akt or budaya kerj a bagi pelayan ke-sehat an dapat dikat egorikan sebagai permasa-lahan yang harus diberikan perhat ian khusus dalam sist em j aminan kesehat an bagi masya-rakat miskin. Hal ini dapat diident if ikasi dengan kurang responnya pelayan kesehat an t erhadap pasien dari masyarakat miskin.

Adapun permasalahan yang berkait an dengan budaya hukum dalam pelayanan kesehat -an bagi masyarakat miskin adalah masyarakat masih dit empat kan sebagai obyek dalam pem-bangunan kesehat an, promosi kesehat an belum banyak merubah perilaku masyarakat menj adi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pe-manf aat an dan kualit as Upaya Kesehat an Ber-sumberdaya Masyarakat (UKBM), sepert i Pos-yandu dan Poskesdes masih rendah. Upaya ke-sehat an j uga belum sepenuhnya mendorong pe-ningkat an at au perubahan pada perilaku hidup bersih dan sehat , yang mengakibat kan t ingginya angka kesakit an yang diderit a oleh masyarakat .

Penut up Simpulan

Pada dasarnya, pemerint ah t elah mela-kukan upaya unt uk memberikan perlindungan hukum dan pelayanan kesehat an bagi masya-rakat miskin dengan beragam perat uran dan kebij akan ref ormasi kesehat an. Adapun prog-ram kesehat an yang dit erapkan unt uk daerah Banyumas meliput i Jamkesmas, Jamkesda Pro-pinsi Jawa Tengah, Jampersal dan Jaminan Ke-sehat an Masyarakat Non Kuot a, Pada saat ini pemerint ah daerah Kabupat en Banyumas se-dang merancang perat uran daerah t ent ang Ja-minan Kesehat an Masyarakat Daerah

(Jamke-masda) namun subst ansinya masih dalam pro-ses pemat angan.

Fakt or yang menghambat berupa f akt or subst ansi, st rukt ur dan budaya hukum. Aspek st rukt ur hukum yang menghambat berupa ak-ses t erhadap pelayanan kesehat an masih belum merat a, j umlah dan j enis t enaga kesehat an be-lum merat a, kurangnya pengembangan karier bagi pelayan kesehat an, permasalahan dist ribu-si obat dan ribu-sist em inf ormaribu-si. Aspek subst anribu-si berupa kaidah hukumnya t idak j elas, karena t idak mencant umkan det ail pelaksanaan kegiat -an, ukuran keberhasilan sert a keberkalaan eva-luasi, pengat uran t ent ang sist em ruj ukan belum berj alan dengan baik sehingga pelayanan kese-hat an t idak ef isien, kebij akan sert a pembinaan dan pengawasan belum mencakup klinik dan rumah sakit swast a, dan sanksi yang belum t e-gas t erhadap pelaksanaan kebij akan yang lalai/ salah dalam melaksanakan kegiat an sehingga menimbulkan ket idakpast ian hukum dalam pen-j at uhan hukuman. Aspek budaya hukum meli-put i masyarakat masih dit empat kan sebagai ob-j ek dalam pembangunan kesehat an, promosi kesehat an belum banyak merubah perilaku ma-syarakat menj adi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pemanf aat an dan kualit as Upaya Kesehat an Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), sepert i Posyandu dan Poskesdes masih rendah.

Saran

(12)

Daft ar Pust aka

Ariningrum, Rat ih, NK Aryast at mi. “ St udi Kua-lit at if Penyelenggaraan Pelayanan Kese-hat an Ibu dan Bayi Set elah Penerapan KW-SPM Di Kabupat en Badung, Tanah Da-t ar, dan KoDa-t a Kupang” . Bul et i n Penel i t i an

Si st em Kesehat an Pusat Humanior a

Kebi j akan Kesehat an dan Pember dayaan Masyar akat Jakar t a. Vol. 11 No. 1 Januari 2008;

Damayant i, Kania, “ Kebij akan Asuransi Kese-hat an unt uk Rakyat Miskin (Askeskin): Harapan dan Kenyat aan Implement asi” ,

Jur nal Il mu Admi nist r asi Vol . 5 No. 1 Ma-ret 2008 Bandung: Lembaga Pengem-bangan Admi nist r asi STIA LAN;

Friedman, Lawrence M. 1984. Amer i can Law: An Int r oduct i on. New York: W.W. Nort on & Co;

Ging, Lo Siauw. 1995. Anal i si s Kebi j akan t en-t ang Fungsi Sosi al Rumah Sakien-t Swasen-t a.

Tesis. Jakart a: Pancasarj ana UI;

Hart ini, Sri dan Tedi Sudraj at , “ Fenomena Ke- miskinan dalam Kebij akan Publik” , Maj a-l ah Di nami ka Hukum, Vol. 6 No. 1 Januari 2006.Purwokert o: FH UNSOED;

Hidayat , Syarif Iman. “ St udi Kemiskinan Dalam Perspekt if Masyarakat Miskin Desa Ter-t inggal Di KabupaTer-t en Sampang” . Jur nal Teknologi Dan Manaj emen Inf or mat i ka,

Vol. 6 Edisi Khusus Sept ember 2008. Malang: Universit as Merdeka Malang; Lubis, Ria Masniari. “ Sist em inf ormasi Kesehat

-an Nasional, Perlukah?” . Jur nal Inf o Kese-hat an, Vol. 7 No. 1 Tahun 2003. Medan: Fakult as Kesehat an Masyarakat Universi-t as SumaUniversi-t era UUniversi-t ara;

Rahardj o, Sat j ipt o. 2006. Ilmu Hukum. Ban-dung: Cit ra Adit ya Bakt i

Soedirham, Oedoj o. “ Promosi Kesehat an seba-gai Kebij akan Sosial” . Bulet in Penel i t i an Si st em Kesehat an Vol. 10 No. 3 Juli 2007 Jakart a: Pusat Humaniora Kebij akan Kesehat an dan Pemberdayaan Masyara-kat ;

Sudraj at , Tedi dan Agus Mardiant o, “ Hak at as Pelayanan dan Perlindungan Kesehat an Ibu dan Anak (Implement asi Kebij akan di Kabupat en Banyumas)” . Jur nal Di nami ka Hukum UNSOED Pur woker t o

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

This review summarizes recent understanding of mitochondrial function in muscle relating to mitochondrial quality control, mitochondrial biogenesis mediated by both

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Game Tournament Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Pada Peserta Didik Kelas II MI

II. RUMUSAN MASALAH Dari dasar latar belakang masalah yang muncul, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain: metode fuzzy tahani adalah salah satu

o Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya. o Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan

[r]

[r]

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya evaluasi terhadap dokumen penawaran yang masuk pada paket pekerjaan Pembangunan Jembatan Usaha Tani So Laminggi Desa Runggu, Pokja Bidang