i
KORELASI BODY MASS INDEX TERHADAP RASIO KADAR LDL/HDL PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KABUPATEN
TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Francisca Devi Permata NIM : 108114015
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang atas berkat dan penyertaan Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang dengan judul “Korelasi Body Mass Index (BMI)
terhadap Rasio Kadar LDL/HDL pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD
Kabupaten Temanggung” untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak atas bantuan yang telah diberikan, baik waktu maupun tenaga,
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. selaku dosen pembimbing utama skripsi, yang
telah mendampingi penulis dengan segala kesabaran, selalu mendukung,
menyediakan waktu, memotivasi, dan memberi masukan dari awal hingga
akhir proses penyusunan skripsi.
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
3. Phebe Hendra, M.Si, Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing akademik dan
vii
4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas saran dan
dukungan yang membangun dan berharga.
5. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
6. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung sebagai tempat
dilakukannya penelitian.
7. Semua dosen Fakultas Farmasi yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan kepada penulis.
8. Pak Narto yang telah membantu membuat surat perijinan dalam
berlangsungnya penelitian.
9. Papa (Wagiyono), Mama (Sukesi), kakak (Yulius Agung Christianto), adik
(Valentina Triarsi Wijayanti) yang selalu memberikan semangat, kasih
sayang dan dukungan baik moril maupun materiil. Doa dan motivasi
kalian selalu menjadi sumber semangat penulis.
10.Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2010 yang telah berjuang
bersama dalam suka dan duka masa perkuliahan dan praktikum, khususnya
teman-teman kelas A dan FKK A yang senantiasa memberikan dukungan.
11.Ambar, Padma, Della, Oswaldine, Ines yang senantiasa bertukar pikiran
dan saling membantu dalam mengolah data serta memberikan dukungan
dan semangat selama proses penyusunan skripsi.
12.Jonas, Ni Putu Padmaningsih, Rita Della Valentini, Francisca Devi
viii
Pramesthi, Ines Permata Putri, Reza Pahlevi Adisaputra, Liliany Inamtri
Ludji, Gabriel Indria Putri Sabatera K.W., Yeni Natalia Susanti, Isabela
Anjani, Gissela Haryuningtiyas, Djanuar Davidzob Pah yang telah
berjuang bersama untuk bertukar pikiran dalam mengolah data dan
memberikan dukungan.
13.CC 171 (Nicko, Suryo, Beni, Ino, Hesti, Ina, Bona, Patrick, Ari, Dilla) dan
Kost Wulandari (Lentin, Sesil, Ave) yang selalu menghibur dan
memberikan motivasi serta semangat dalam penyusunan skripsi.
14.Keluarga besar Paulina Ambarsari Mawar Ning Hadi di Temanggung yang
telah banyak mendukung dan membantu berjalannya penelitian.
15.Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu. Dukungan kalian berharga untuk penulis hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran
yang membangun menjadi pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan
untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap kesehatan.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
PRAKATA ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
INTISARI ... xxi
ABSTRACT ... xxii
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
xi
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 7
B. Tujuan Penelitian ... 8
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 9
A. Diabetes Melitus ... 9
B. Diabetes mellitus Tipe 2... 10
C. Sindrom Metabolik ... 11
D. Kolesterol ... 15
E. Rasio LDL/HDL ... 18
F. Metode Antropometri ... 19
G. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten temanggung ... 20
H. Landasan Teori ... 21
I. Hipotesis ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23
B. Variabel Penelitian ... 23
1. Variabel Bebas ... 23
2. Variabel Tergantung... 24
3. Variabel Pengacau ... 24
C. Definisi Operasional... 24
D. Responden Penelitian ... 25
xii
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 28
G. Teknik Pengambilan Sampel... 29
H. Instrumen Penelitian... 30
I. Tata Cara Penelitian ... 30
1. Observasi awal ... 30
2. Permohonan Izin dan kerjasama ... 31
3. Pembuatan informed consent dan leaflet... 31
4. Pencarian responden... 32
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ... 33
6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri ... 35
7. Pembagian hasil pemeriksaan ... 35
8. Pengolahan data ... 35
J. Teknik Analisis Data Statistik ... 35
K. Kesulitan Penelitian ... 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Karakteristik Responden ... 38
1. Usia ... 39
2. Berat Badan ... 40
3. Tinggi Badan ... 40
4. Body mass index ... 40
5. Kadar LDL ... 41
6. Kadar HDL ... 42
xiii
B. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, Rasio Kadar LDL/HDL
pada Responden Pria dan Wanita dengan BMI <23 kg/m2 dan
BMI ≥23 kg/m2 ... 45
a. Perbandingan Kadar LDL pada kelompok BMI <23 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2 pada Responden Pria dan Wanita... 46
b. Perbandingan Kadar HDL pada kelompok BMI <23 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2 pada Responden Pria dan Wanita ... 47
c. Perbandingan Rasio Kadar LDL/HDL pada kelompok BMI <23 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2 pada Responden Pria dan Wanita ... 48
C. Korelasi Body Mass Index terhadap Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar LDL/HDL pada Responden Pria dan Wanita ... 48
1. Korelasi Body Mass Index terhadap kadar LDL ... 49
2. Korelasi Body Mass Index terhadap kadar HDL... 52
3. Korelasi Body Mass Index terhadap rasio kadar LDL/HDL ... 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN ... 69
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Melitus ... 10
Tabel II. Klasifikasi Kadar LDL ... 17
Tabel III. Klasifikasi Kadar HDL ... 17
Tabel IV. Risk Categories dan Level Target Rasio Kadar LDL/HDL pada Primary and Secondary Prevention Berdasarkan Gender ... 18
Tabel V. Klasifikasi BMI pada Orang Dewasa Asia ... 20
Tabel VI. Klasifikasi Internasional BMI ... 20
Tabel VII. Klasifikasi Rasio Kadar LDL/HDL ... 25
Tabel VIII. Metode Distribusi Data Normal atau Tidak Normal ... 36
Tabel IX. Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah Korelasi ... 37
Tabel X. Profil Karakteristik Responden Pria dan Wanita ... 39
Tabel XI. Distribusi Kadar LDL Responden Pria ... 42
Tabel XII. Distribusi Kadar LDL Responden Wanita ... 42
Table XIII. Distribusi Kadar HDL Pria... 43
xv
Tabel XV. Distribusi Rasio Kadar LDL/HDL Responden Pria ... 44
Tabel XVI. Distribusi Rasio Kadar LDL/HDL Responden Wanita ... 44
Tabel XVII. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio Kadar
LDL/HDL Responden Pria pada BMI <23 kg/m2 dan
BMI ≥23 kg/m2 ... 45
Tabel XVIII. Perbandingan Rerata Kadar LDL, HDL, dan Rasio
Kadar LDL/HDL Responden Wanita pada BMI <23 kg/m2 dan BMI ≥23 kg/m2 ... 45
Tabel XIX. Korelasi Body Mass Index terhadap Kadar LDL, HDL, dan Rasio
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Definisi Sindrom Metabolik ... 13
Gambar 2. Skema Dislipidemia pada Obesitas ... 15
Gambar 3. Skema Responden Penelitian ... 27
Gambar 4. Diagram Sebaran BMI terhadap Kadar LDL Responden
Pria ... 50
Gambar 5. Diagram Sebaran BMI terhadap Kadar LDL Responden
Wanita ... 51
Gambar 6. Diagram Sebaran BMI terhadap Kadar HDL Responden
Pria ... 52
Gambar 7. Diagram Sebaran BMI terhadap Kadar HDL Responden
Wanita ... 53
Gambar 8. Diagram Sebaran BMI Terhadap Rasio Kadar LDL/HDL
Responden Pria ... 55
Gambar 9. Diagram Sebaran BMI Terhadap Rasio Kadar LDL/HDL
Responden Wanita... 56
Gambar 10. Pengukuran Tinggi Badan ... 76
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 70
Lampiran 2. Ethical Clearance ... 71
Lampiran 3. Informed Consent ... 72
Lampiran 4. Pedoman Wawancara ... 73
Lampiran 5. Leaflet ... 74
Lampiran 6. Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan ... 76
Lampiran 7. Hasil Tes Laboratorium ... 77
Lampiran 8. Uji reabilitas Instrumen Penelitian ... 78
Lampiran 9. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia pada Responden Pria ... 79
Lampiran 10. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia pada Responden Wanita... 80
Lampiran 11. Deskriptif dan Uji Normalitas Berat Badan pada Responden Pria ... 81
Lampiran 12. Deskriptif dan Uji Normalitas Berat Badan pada Responden Wanita ... 82
Lampiran 13. Deskriptif dan Uji Normalitas Tinggi Badan pada Responden Pria ... 83
Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Tinggi Badan pada Responden Wanita ... 84
Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas BMI pada Responden Pria ... 85
xviii
Wanita... 86
Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL pada
Responden Pria ... 87
Lampiran 18. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL pada
Responden Wanita ... 88
Lampiran 19. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL pada
Responden Pria ... 89
Lampiran 20. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL pada
Responden Wanita ... 90
Lampiran 21. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL
pada Responden Pria ... 91
Lampiran 22. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL
pada Responden Wanita ... 92
Lampiran 23. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden
Pria pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 93
Lampiran 24. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar LDL Responden
Wanita pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 95 Lampiran 25. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden
Pria pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 95 Lampiran 26. Deskriptif dan Uji Normalitas Kadar HDL Responden
Wanita pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 97
Lampiran 27. Deskriptif dan Uji Normalitas Rasio Kadar LDL/HDL
xix
Lampiran 28. Deskriptif dan Uji Normalitas RasioKadar LDL/HDL
Responden Wanita pada BMI <23 kg/m2
dan ≥23 kg/m2 ... 99
Lampiran 29. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Pria
pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 101 Lampiran 30. Uji Perbandingan Rerata Kadar LDL Responden Wanita
pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 102 Lampiran 31. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden Pria
pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 102 Lampiran 32. Uji Perbandingan Rerata Kadar HDL Responden
Wanita pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 103
Lampiran 33. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL
Responden Pria pada BMI <23 kg/m2 dan ≥23 kg/m2 ... 104
Lampiran 34. Uji Perbandingan Rerata Rasio Kadar LDL/HDL
Responden Wanita pada BMI <23 kg/m2
dan ≥23 kg/m2 ... 105
Lampiran 35. Uji Korelasi Spearman BMI Terhadap Kadar LDL
pada Responden Pria ... 105
Lampiran 36. Uji Korelasi Spearman BMI Terhadap Kadar LDL
pada Responden Wanita ... 106
Lampiran 37. Uji Korelasi Spearman BMI Terhadap Kadar HDL
pada Responden Pria ... 106
xx
Responden Wanita ... 107
Lampiran 39. Uji Korelasi Spearman BMI Terhadap Rasio Kadar
LDL/HDL pada Responden Pria ... 107
Lampiran 40. Uji Korelasi Spearman BMI Terhadap Rasio Kadar
LDL/HDL pada Responden Wanita ... 108
Lampiran 41. Daftar Obat yang Digunakan Responden ... 108
xxi
INTISARI
Diabetes melitus tipe 2 dapat terjadi karena adanya gangguan metabolisme lipid sehingga terjadi peningkatan berat badan sampai obesitas dan terjadi sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan faktor risiko terjadinya dislipidemia, dimana terjadi peningkatan kadar trigliserida, LDL dan disertai penurunan kadar HDL. Pengukuran antropometri digunakan sebagai indikator kesehatan untuk mengetahui tingkat obesitas seseorang. Body Mass Index (BMI) merupakan salah satu metode antropometri yang murah, mudah dan tidak memerlukan keahlian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi body mass index terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional (potong lintang). Responden penelitian adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten temanggung dengan jumlah responden 95 orang (37 pria, 58 wanita) dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan meliputi tinggi badan, berat badan dan rasio kadar LDL/HDL yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penelitian ini akan diolah secara stastistik dengan cara uji normalitas dengan uji Kolmogorov-smirnov untuk wanita dan Shapiro-Wilk untuk pria, kemudian dilakukan uji T tidak berpasangan maupun uji Mann-Whitney dan analisis korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa adanya korelasi positif tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah antara body mass index terhadap rasio kadar LDL/HDL pada responden pria dengan r=0,107 dan p=0,527. Terdapat korelasi positif tidak bermakna juga ditemukan pada responden wanita dengan r=0,114 dan p=0,395.
xxii ABSTRACT
Diabetes mellitus type 2 may occur due to disorders of lipid metabolism resulting in increased weight to obesity and metabolic syndrome. Metabolic syndrome is a risk factor causing dyslipidemia which is marked by an increase of triglyceride, LDL and a decrease of HDL measure. Anthropometric measurements are used as an indicator to determine the health of a person's level of obesity . Body Mass Index ( BMI ) is one method of anthropometry are cheap, easy and does not require any special skills . This study aimed to determine the correlation of body mass index on the ratio of LDL / HDL in patient with type 2 diabetes mellitus in RSUD Kabupaten Temanggung.
The study used an observational analytic cross-sectional study design (cross-sectional) . The respondents were people with type 2 diabetes mellitus in RSUD Kabupaten Temanggung by the number of respondents 95 people (37 men , 58 women) and sampling using purposive sampling was conducted on the height, weight and the ratio of LDL / HDL that met the inclusion criteria and exclusion . The research data processed by means of statistical test for normality with the Kolmogorov- Smirnov test for women and Shapiro - Wilk for men , then performed unpaired t test or Mann - Whitney test and Spearman correlation analysis with 95% confidence level .
The conclusion of this study are no significant positive correlation with the strength of a very weak correlation between body mass index of the ratio of LDL / HDL in male respondents with r = 0.107 and p = 0.527 . There is no significant positive correlation was also found in female respondents with r = 0.114 and p = 0.395 .
1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
American Diabetes Association (2013), menyatakan bahwa diabetes
melitus tipe 2 menyumbang 90% dari seluruh kasus diabetes. International
Diabetes Federation (2006), melaporkan bahwa Indonesia merupakan negara
terbesar keempat dengan prevalensi diabetes melitus tipe 2. Hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2007 di Indonesia menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian
akibat diabetes melitus tipe 2 pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan dengan
ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes RI, 2012). Diabetes melitus tipe 2 menempati
urutan kedua dari lima besar penyakit yang tidak menular di Jawa Tengah pada
tahun 2007-2009 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009).
Josten, Mutmainah, dan Hardjoeno (2006) menyatakan sekitar 80%
penyebab utama terjadi kematian diabetes melitus tipe 2 adalah komplikasi berupa
cardiovascular disease (CVD). Penyandang diabetes melitus tipe 2 rentan terkena
CVD 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dewasa tanpa diabetes melitus.
Komplikasi CVD akibat diabetes melitus tipe 2 diawali karena dislipidemia atau
hiperlipidemia. Menurut Indumati et al., (2011), diabetik dislipidemia adalah
abnormalitas jumlah lemak dalam tubuh seperti terjadinya peningkatan Low
Density Lipoprotein (LDL) dan trigliserida serta penurunan High Density
Lipoprotein (HDL). Kejadian dislipidemia pada diabetes melitus tipe 2 mengarah
dan HDL memiliki peranan yang penting dalam peningkatan risiko CVD (Grover,
Dorais, and Coupal, 2003). Peningkatan LDL dan penurunan HDL umumnya
terjadi pada orang obesitas. Rasio kadar LDL/HDL merupakan prediktor CVD
yang lebih kuat apabila dibandingkan dengan kadar LDL atau HDL saja. Rasio
kadar LDL/HDL merupakan rasio yang lebih spesifik apabila dibandingkan
dengan rasio kadar kolesterol/HDL karena kolesterol total merupakan jumlah dari
LDL, HDL, dan VLDL (Indumati, et al., 2011). Peningkatan body mass index
sebesar 12% akan menyebabkan penurunan HDL sebesar 2% pada wanita dan 4%
pada pria (Hu et al., 2000). Pengukuran body mass index berkorelasi secara
signifikan dengan rasio LDL/HDL (Sotoudeh, 2003).
Pengukuran antropometri digunakan sebagai indikator kesehatan dan
status nutrisi serta pengukurannya yang murah, mudah, dan sering diperlukan
untuk pemeriksaan klinik (Dioum, Gartner, Bernard, Delpeuch, and Wade, 2005).
Indikator antropometri tersebut cukup akurat untuk menggambarkan komposisi
lemak tubuh yang berkaitan dengan profil lipid. Parameter antropometri terdiri
dari tinggi badan, berat badan, dan body mass index (Supariasa, Fajar, and Bakri,
2002).
Body Mass Index (BMI) secara umum digunakan untuk mengidentifikasi
obesitas dan overweight pada seseorang penderita diabetes mellitus tipe 2.
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) melaporkan nilai
normal rata–rata BMI adalah 27,9 kg/m2 (NHANES, 2009). Ketika body mass
index meningkat, nilainya sama dengan atau lebih besar dari 3,0 risiko kesehatan
meningkatkan beberapa risiko antara lain diabetes, penyakit jantung, gagal ginjal,
dan stroke.
The International Obesity Task Force memperkirakan bahwa saat ini
setidaknya 1,1 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan, termasuk
312 juta yang mengalami obesitas. Obesitas berkaitan erat dengan terjadinya
gangguan jantung, ginjal, metabolisme, termasuk penyakit jantung koroner, gagal
jantung dan diabetes melitus tipe 2 (Francischetti and Genelhu, 2007).
Berdasarkan survey yang dilakukan National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES), obesitas sangat kuat berhubungan dengan kejadian
dislipidemia (Shah et al., 2010).
Data rekam medik RSUD Kabupaten Temanggung pada tahun 2010
sampai 2013 yang menderita diabetes melitus tipe 2 tercatat sebanyak 6319
pasien. Hal tersebut menunjukkan jumlah pasien penyandang diabetes melitus tipe
2 setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 2010, terdapat 1307 pasien yang
menderita diabetes melitus tipe 2, pada tahun 2011 terdapat 1918 pasien, pada
tahun 2012 terdapat 2704 pasien dan pada tahun 2013, di bulan Januari terdapat
95 pasien, di bulan Februari sebanyak 46 pasien dan di bulan Maret meningkat
menjadi 249 pasien. Prevalensi diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung pada tahun 2012 berada di peringkat ke-3 sebagai penyakit yang
sering terjadi setelah penyakit diare dan hipertensi. Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Temanggung sebagai model dalam penelitian ini dan merupakan jenis
rumah sakit umum kelas/tipe B pendidikan serta sebagai rumah sakit rujukan bagi
Penelitian yang sama belum pernah dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan oleh kelompok
penelitian yang bertema korelasi pengukuran antropometri terhadap profil lipid
dan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa-mahasiswi kampus III Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan dari dilakukannya pengukuran body mass index yaitu untuk
melihat pengaruh obesitas secara keseluruhan terhadap kadar LDL dan HDL pada
penyandang diabetes melitus tipe 2. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data
tinggi badan dan berat badan serta rasio kadar LDL/HDL pada penyandang
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui adanya korelasi antara body mass index terhadap rasio kadar
LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2.
1. Perumusan masalah
Apakah terdapat korelasi antara body mass index terhadap rasio
LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan korelasi body mass index
terhadap rasio LDL/HDL pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang telah
dipublikasikan antara lain sebagai berikut:
a. Correlations between Anthropometry and Lipid Profile in Type 2
Diabetics (Himabindu, Sriharibabu, Alekhya, Saisumanth, Lakshmanrao, and
Komali, 2013). Penelitian ini melibatkan 102 responden penyandang diabetes
antara BMI terhadap kadar LDL (r=0,021; p=0,874), dan hasil korelasi positif
tidak bermakna antara BMI terhadap HDL (r=0,150; p=0,132).
b. Korelasi antara Body Fat Percentage terhadap Rasio Kadar
LDL/HDL pada Mahasiswa dan Mahasiswi kampus III Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta (Raras, 2012). Pengambilan sampel dilakukan secara
non-random sampling. Jumlah responden yaitu 125 orang (67 wanita dan 58 pria)
Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan
terdapat korelasi positif bermakna (p=0,000) dengan kekuatan korelasi sedang
(r=0,481) terhadap rasio kadar LDL/HDL pada pria dan korelasi positif bermakna
(p=0,001) dengan kekuatan korelasi sedang (r=0,410) terhadap rasio kadar
LDL/HDL pada wanita.
c. Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap Rasio LDL/HDL pada
Mahasiswa dan Mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
(Silvia, 2012). Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi positif bermakna
(p<0,05) dengan kekuatan korelasi sedang antara BMI dengan rasio LDL/HDL
pada responden wanita (r=0,442 dan p=0,000) dan pada responden pria (r=0,410
dan p=0,001).
d. Waist Circumference, Body Mass Index, and Other Measures of
Adiposity in Predicting Cardiovascular Disesase Risk Factors among Peruvian
Adults (Knowles et al., 2011) tentang korelasi lingkar pinggang, indeks massa
tubuh, rasio pinggang-panggul, rasio pinggang-tinggi badan dan indeks adiposa
viseral terhadap komponen sindrom metabolik dan kenaikan protein reaktif C.
untuk pria dan 39.9 tahun untuk wanita. Dibandingkan dengan responden yang
memiliki indeks massa tubuh dan lingkar pinggang yang rendah, pria dan wanita
yang memiliki indeks massa tubuh dan lingkar pinggang yang lebih tinggi
memiliki trigliserida yang meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengukuran jaringan adiposa memiliki korelasi dengan risiko kardiovaskuler.
e. Non-HDL Cholesterol and LDL-C/HDL-C Ratio in Type II Diabetic
Patients (Indumati et al., 2011). Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak
200 orang, terdiri dari 100 orang sehat (50 pria dan 50 wanita) dan 100 orang
diabetes melitus tipe 2 (50 pria dan 50 wanita). Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan yang bermakna pada kadar kolesterol total, triglserida, HDL,
non-HDL (p<0.001), LDL (p<0.01), dan rasio LDL/non-HDL (p<0.05) pada diabetes
dibandingkan dengan kontrol.
f. Frequency of Dyslipidemia in Obese Versus Non-obese in
Relationship to Body Mass Index (BMI), Waist Hip Ratio (WHR), and Waist
Circumference (WC) (Shah et al., 2010). Penelitian dilakukan pada 200 subyek
penelitian pria dan wanita berusia 20-79 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok (obes,
n=100 dan non obes n=100). Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif
bermakna bahwa terdapat perbedaan (p<0,05) kadar HDL, LDL, dan trigliserida
antara kelompok obes dan non obes.
g. A Study of Correlation between Lipid Profile and Body Mass Index
(BMI) in Patients with Diabetes Mellitus (Sandhu, Koley, and Shandu, 2008).
Penelitian dilakukan di Punjab, India, dengan melibatkan 251 responden
responden wanita penderita diabetes melitus usia 31-95 tahun. Hasil menunjukkan
adanya korelasi positif dari BMI terhadap trigliserida pada kelompok usia 31-40
tahun (r = 0.41) dan kelompok usia 61+ tahun (r = 0.23).
h. Profil Lipid Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (Josten, Mutmainnah,
dan Hardjoeno, 2006). Penelitian ini dilakukan secara retrospektif pada 100 orang
penderita DM 2 (55 pria dan 45 wanita) berusia > 45 tahun di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar. Hasil penelitian ditemukan pada usia > 59 tahun
kejadian dislipidemia pada penderita DM 2 banyak ditemukan, dan sering terjadi
peningkatan kadar LDL (p=0,34) serta penurunan HDL (0,02).
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, belum terdapat
penelitian yang meneliti mengenai korelasi Body Mass Index terhadap rasio kadar
LDL/HDL pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai pengukuran body mass index terhadap rasio kadar LDL/HDL
pada diabetes melitus tipe 2.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan gambaran mengenai korelasi body mass index dalam kaitannya
dengan obesitas terhadap diabetes melitus tipe 2. Pengetahuan mengenai
pengukuran body mass index terhadap rasio kadar LDL/HDL dapat digunakan
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara Body Mass
Index (BMI) terhadap rasio kadar LDL/HDL pada penyandang diabetes melitus
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus 1. Definisi diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan oleh
ketidakmampuan sel-sel pankreas mensekresi insulin yang cukup atau insulin
yang tidak digunakan dengan efisien dengan gejala berupa kurangnya daya
kesanggupan (toleransi) karbohidrat, gangguan metabolisme lemak maupun
protein yang dikarenakan adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Salah satu manifestasi utama DM adalah kenaikan kadar glukosa darah
(ADA, 2011; Crowley, 2001).
Kadar normal glukosa darah sebesar 70-120 mg/dL. Diagnosis DM
dipastikan dengan adanya peningkatan glukosa darah yang memenuhi salah satu
dari kriteria berikut :
1. Pemeriksaan kadar glukosa plasma sewaktu lebih dari 200mg/dL (>200
mg/dL) dan terdapat keluhan klasik,
2. Pemeriksaan kadar glukosa plasma puasa lebih dari sama dengan 126 mg/dL
(>126 mg/dL) dengan adanya keluhan klasik,
3. Tes kolesterol glukosa oral (TTGO) menggunakan glukosa yang setara dengan
75 gram glukosa anhidrat yang dilarutkan dalam air. Hasil pemeriksaan
dinyatakan diabetes melitus, sehingga dapat digolongkan ke dalam kelompok
plasma 2 jam postprandial sekitar 140-199 mg/dL atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) yang ditunjukkan dengan kadar glukosa plasma puasa
sekitar 100-125 mg/dL (PERKENI, 2011).
2. Klasifikasi diabetes melitus
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan tipe yang
dialami, yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus tipe
lain, dan diabetes gestasional. Berdasarkan Depkes RI (2005), perbedaan
klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel I . Klasifikasi Diabetes Melitus (Depkes RI, 2005)
No. Klasifikasi Diabetes Melitus Keterangan
1. Diabetes melitus tipe 1 (T1DM)
Ditandai oleh defisiensi absolut insulin akibat detruksi sel beta. Terdapat sekitar 10% kasus DM dengan tipe ini.
2. Diabetes melitus tipe 2 (T2DM)
Disebabkan oleh kombinasi resistensi perifer terhadap kerja insulin dan kurangnya respon sekretorik sel beta pankreas. Terdapat sekitar 80-90% kasus DM tipe ini.
3. Diabetes melitus tipe lain Disebabkan oleh genetik, infeksi, dan obat-obatan atau zat kimia
4. Diabetes melitus gestasional Muncul pada masa kehamilan yang umunya bersifat sementara tetapi menjadi faktor risiko T2DM
B. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena adanya gangguan metabolisme
lipid sehingga dapat terjadi peningkatan berat badan sampai obesitas serta
terjadinya sindrom metabolik. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik
dan dapat menimbulkan komplikasi kronik, baik berupa komplikasi
makrovaskular maupun mikrovaskular (Kurniawan, 2010).
Prevalensi yang tinggi pada penyakit diabetes melitus tipe 2 disebabkan
lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko
diabetes melitus tipe 2 di antaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang
akan menyebabkan obesitas. Kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya
diabetes melitus tipe 2. Orang yang berusia ≥45 tahun lebih berisiko terkena
diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan orang yang berusia <45 tahun. Hal
tersebut sesuai dengan beberapa studi epidemiologi yang mengatakan bahwa
tingkat kerentanan terjangkitnya penyakit diabetes melitus tipe 2 sejalan dengan
bertambahnya usia (Wicaksono, Putra, dan Hakim, 2012).
C. Sindrom Metabolik 1. Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh
yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat
membahayakan kesehatan (Francischetti and Genelhu, 2007). Obesitas memiliki
kaitan erat dengan penyebab terjadinya sindrom metabolik. Obesitas akan
mengganggu homeostasis metabolik akibat distribusi lemak dan menyebabkan
timbulnya banyak faktor risiko terkait resistensi insulin dan hiperlipidemia.
Obesitas sendiri meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar
kolesterol HDL. Sindrom metabolik merupakan kumpulan dari penyakit
degeneratif, termasuk di dalamnya diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, tinggi trigliserida dan rendah HDL dalam darah (Sizer and
Whitney 2007). Resistensi insulin terjadi karena jumlah asam lemak bebas yang
berlebih di dalam tubuh. Pelepasan asam lemak bebas berlebih ini kemudian dapat
menyebabkan disfungsi reseptor insulin (resistensi insulin) yang mempengaruhi
kerja insulin dan penyimpanan glukosa pada jaringan. Keadaan ini menyebabkan
hiperglikemia dengan glukoneogenesis hepatik yang dikompensasi. Peningkatan
produksi glukosa hepatik memperparah hiperglikemia akibat resistensi insulin.
Asam lemak bebas juga menurunkan penggunaan glukosa otot yang distimulasi
insulin, menyebabkan hiperglikemia lebih lanjut (Yaturu, 2011; Redinger, 2007).
Resistensi insulin dapat menyebabkan terganggunya proses penyimpanan
lemak maupun sintesis lemak, yang berakibat tingginya kadar kolesterol,
trigliserida, LDL dan rendahnya kadar HDL. Dengan adanya peningkatan kadar
trigliserida dan Low Density Lipoprotein (LDL) diketahui sebagai faktor risiko
terjadinya aterosklerosis, sedangkan semakin tinggi kadar kolesterol HDL,
semakin rendah risiko terjadinya aterosklerosis dan penyakit jantung koroner
(Suryawanshi et al., 2006).
Sitokin tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan interleukin-6 (IL-6) yang
diekspresikan pada jaringan adiposa juga berperan dalam resistensi insulin.
Jaringan adiposa berkontribusi hingga 35% IL-6 yang bersirkulasi dalam tubuh
dan lemak viseral lebih banyak menghasilkan TNF-α dibandingkan lemak
subkutan. TNF-α menyebabkan resistensi insulin dengan mengganggu
pensinyalan insulin pada tahap protein substrat reseptor insulin. TNF-α
menghambat fosforilasi tirosin kinase pada reseptor insulin sehingga terjadi
penurunan pensinyalan insulin dan menyebabkan resistensi insulin serta
penurunan transpor glukosa (Yaturu, 2011). TNF-α juga mampu meningkatkan
ke hati dan memicu sintesis trigliserida dan very low density lipoprotein (VLDL)
(Gutierrez, Puglisi dan Hasty, 2009). Berikut merupakan tabel kriteria klinis
sindrom metabolik menurut International Diabetes Federation (2006):
Gambar 1. Definisi Sindrom Metabolik (IDF, 2006)
Penderita obesitas yang mengalami sindrom metabolik memiliki risiko
terkena penyakit kardiovaskular yang semakin tinggi (Arnlov et al., 2009).
Adanya asosiasi kuat antara obesitas dengan peningkatan faktor-faktor risiko
kardiovaskular. Hubungan antara obesitas dan penyakit kardiovaskuler sangat
erat, akibat hubungannya dengan peningkatan kolesterol darah dan hipertensi.
Semakin meningkatnya berat badan, semakin besar risiko terserang penyakit
kardiovaskuler. Faktor risiko penyakit kardiovaskular yang terkait dengan obesitas
sebagai berikut, yaitu: (1) kolesterol LDL yang tinggi, (2) kolesterol HDL rendah,
(3) tingginya tekanan darah (hipertensi), dan (4) diabetes (Whitney and Rolfes,
2. Dislipidemia
Dislipidemia pada diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan meningkatnya
kadar trigliserida dan menurunnya kadar HDL. Kadar LDL tidak banyak berbeda
dengan yang ditemukan pada individu non diabetes, namun lebih didominasi oleh
bentuk yang lebih kecil dan padat (small dense LDL). Partikel-partikel LDL kecil
padat ini secara intrinsik lebih bersifat aterogenik daripada partikel-partikel LDL
yang lebih besar (buoyant LDL particles). Ukuran yang lebih kecil, jumlah
kandungan plasma didalamnya lebih besar, sehingga lebih meningkatkan risiko
aterogenik. Trias dari abnormalitas profil lipid ini dikenal dengan
istilah “dislipidemia diabetik”.
Dislipidemia diabetik merupakan karakteristik dari sindrom resistensi
insulin. Ditandai dengan rendahnya kadar kolesterol HDL (kurang dari 30 mg/dl),
tingginya kadar trigliserida (300-400 mg/dl) dan perubahan kualitatif partikel
LDL sehingga pasien berisiko terjadi komplikasi makrovaskuler dan
mikrovaskular (Rai and Jeganthan, 2012).
Dislipidemia pada obesitas ditandai dengan hipertrigliseridemia. Adanya
peningkatan fluks asam lemak bebas ke dalam hati akan menimbulkan akumulasi
trigliserida hepatik (TG). Hal tersebut menyebabkan peningkatan sintesis VLDL,
dengan menghambat lipolisis kilomikron. Pada individu dengan obesitas akan
terganggu dengan adanya proses lipolisis, ditandai dengan berkurangnya tingkat
ekspresi mRNA dari lipoprotein lipase pada jaringan adiposa, serta berkurangnya
aktivitas lipoprotein lipase pada otot rangka. Kadar trigliserida yang tinggi akan
trigliserida pada VLDL dan LDL. Pertukaran tersebut diperantarai
cholesterylester-transfer protein (CETP). Hal tersebut akan menyebabkan
penurunan HDL dan reduksi kandungan trigliserida di dalam LDL. Adanya
hepatic lipase (HL) akan menghilangkan trigliserida dan fosfolipid dari LDL,
menyebabkan terbentuknya partikel small-dense LDL. Dislipidemia pada individu
dengan obesitas dapat dilihat pada Gambar 2. Garis berwarna hijau menunjukkan
peningkatan proses metabolisme yang diinduksi oleh terjadinya obesitas,
sedangkan garis panah berwarna merah menunjukkan proses yang direduksi.
Bagian warna kuning terang menunjukkan kolesterol, dan kuning muda
menunjukkan trigliserida (Klop, Elte, and Cabezas, 2013).
Gambar 2. Skema Dislipidemia pada obesitas (Klop, Elte, and Cabezas, 2013)
D. Kolesterol
Profil lipid terdiri dari kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida.
Konsumsi lemak jenuh dan lemak trans meningkatkan kolesterol darah lebih
merupakan bentuk lipid yang tidak larut dalam darah, kecuali terikat oleh protein
(Santoso and Setiawan 2005). Total kolesterol mencangkup kolesterol yang
berada dalam seluruh fraksi lipoprotein, yaitu 60-70% dibawa oleh LDL, 20-30%
dibawa oleh HDL dan 10-15% dibawa oleh VLDL (Mahan and Escott-Stump,
2008).
Kolesterol juga merupakan suatu substansi lemak yang terdapat di dalam
sel tubuh. Sumber kolesterol terdapat dua jenis yaitu sumber kolesterol dari dalam
tubuh dan kolesterol yang berasal dari asupan makanan sehari-hari. Apabila
jumlah kolesterol berlebih, maka akan disimpan di arteri dan dapat meningkatkan
kemungkinan pembentukan plak disebut aterosklerosis. Plak tersebut akan pecah
dan membentuk bekuan darah pada permukaan plak. Bekuan darah tersebut akan
menurunkan suplai oksigen melalui aliran darah ke jantung, otak, dan bagian
tubuh yang lain. Jenis lipoprotein yaitu Low-Density Lipoprotein (LDL),
High-Density Lipoprotein (HDL), dan Very Low-Density Lipoprotein (VLDL) (Birtcher
and Ballantyne, 2004).
1. Low-Density Lipoprotein (LDL)
Low-Density Lipoprotein atau LDL merupakan bagian dari kolesterol
yang dikenal dengan kolesterol ‘jahat’. Jika jumlah LDL dalam sirkulasi darah
banyak maka dapat membentuk plak di dinding bagian dalam arteri. Adanya plak
pada dinding arteri menyebabkan aliran darah melalui arteri menjadi sempit dan
tidak fleksibel. Pembentukan plak disebut juga atherosclerosis, lebih lanjut lagi
dapat mempersempit arteri dan menyebabkan terjadinya serangan jantung
Program (2002), kadar LDL diklasifikasikan menjadi 5 kategori yang dapat
dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Klasifikasi Kadar LDL (NCEP ATP III, 2002)
Kadar LDL (mg/dL) Kategori
< 100 Optimal
100-129 mendekati optimal
130-159 Batas atas/batas tinggi
160-189 Tinggi 2. High-Density Lipoprotein (HDL)
High-Density Lipoprotein atau HDL merupakan bagian dari kolesterol
yang dikenal dengan kolesterol ‘baik’. Kadar HDL tinggi di dalam darah dapat
memberikan perlindungan terhadap organ jantung dari serangan jantung atau
risiko terjadinya gangguan pada organ. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
HDL membawa kolesterol menjauhi arteri dan kembali ke liver dan ada juga yang
menyatakan bahwa HDL menghilangkan kelebihan kolesterol yang dapat
membentuk plak pada arteri, dan memperlambat pembentukan plak pada arteri
(American Heart Association, 2013). Menurut National Cholesterol Education
Program (2002), kriteria kadar HDL diklasifikasikan menjadi 2 kategori yang
dapat dilihat pada Tabel III.
Tabel III. Klasifikasi Kadar HDL (NCEP ATP III, 2002)
Kadar HDL (mg/dL) Kategori
E. Rasio kadar LDL/HDL
Rasio kadar LDL/HDL merupakan pengukuran yang lebih kuat dan
signifikan sebagai prediktor CVD jika hanya dibandingkan dengan pengukuran
LDL atau HDL. Pengukuran rasio kadar LDL/HDL lebih murni jika dibandingkan
dengan pengukuran kolesterol total/HDL. Hal tersebut dikarenakan kolesterol
total merupakan jumlah dari kadar LDL, HDL, dan VLDL (Indumati et al., 2011).
Menurut Fernandez and Webb (2008), terjadinya penyakit jantung koroner
apabila terjadi peningkatan rasio kadar LDL/HDL antara 3,6-4,2. Menurut Millán
et al. (2009), kriteria rasio kadar LDL/HDL diklasifikasikan menjadi 2 kategori,
yaitu kategori pencegahan primer dan kategori pencegahan sekunder yang dapat
dilihat pada Tabel IV. Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan
sebelum terjadinya suatu penyakit. Pencegahan sekunder merupakan pencegahan
yang dilakukan setelah terjadinya penyakit, sebelum mengetahui penyakitnya
tersebut (CDC, 2007). Level risiko adalah kriteria yang menyatakan bahwa
terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler, sedangkan target
menyatakan kriteria yang diharapkan dapat tercapai (dengan adanya
lipid-lowering therapy) sehingga meminimalkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Berikut ini tabel yang digunakan dalam penetapan untuk rasio
kadar LDL/HDL menurut Millán et al. (2009) :
Tabel IV. Risk Categories dan Level Target Rasio Kadar LDL/HDL pada Primary and Secondary Prevention berdasarkan Gender (Millán et al., 2009)
Profil Lipid
F. Metode Antropometri
Metode antropometri adalah pengukuran pada berbagai macam ukuran
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat gizi dan tingkat umur.
Pengukuran antropometri digunakan sebagai indikator kesehatan dan status nutrisi
serta pengukurannya yang murah, mudah, dan sering diperlukan untuk
pemeriksaan klinik dan epidemiologi secara rutin (Dioum, Gartner, Bernard,
Delpeuch, and Wade, 2005). Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat
badan, tinggi badan (berdiri), panjang badan (berbaring), skinfold thickness,
lingkar kepala dan lengan, panjang lengan, pergelangan tangan, lebar bahu, dan
lain-lain (NHANES, 2007). Indikator antropometri tersebut cukup akurat untuk
menggambarkan komposisi lemak tubuh yang berkaitan dengan profil lipid.
Parameter antropometri terdiri dari tinggi badan, berat badan, dan BMI
(Supariasa, Fajar, and Bakri, 2002).
1. Body Mass Index (BMI)
Pengukuran BMI merupakan pengukuran yang sederhana, murah dan
mudah dilakukan untuk mengetahui pengaruh berat badan dan tinggi badan
terhadap kejadian obesitas yang kemungkinan dapat terjadi dislipidemia. World
Health Organization (2011) menyatakan b d mass i de Tinggi Badan (mBerat Badan (kg)2)
World Health Organization (2000) menyatakan, klasifikasi berat badan kurang,
berat badan berlebih dan obesitas berdasarkan BMI pada individu dewasa Asia
Tabel V. Klasifikasi BMI pada Orang Dewasa Asia (WHO, 2000)
Menurut WHO (2013), klasifikasi internasional berat badan kurang, berat
badan berlebih dan obesitas berdasarkan BMI adalah sebagai berikut:
Tabel VI. Klasifikasi Internasional BMI (WHO, 2013) Klasifikasi BMI (kg/m2)
Berat badan kurang <18,50
Berat <16,00
G. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung terletak di Jalan
Dr. Sutomo No.67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. RSUD Kabupaten
Temanggung adalah rumah sakit umum kelas B, yang memiliki fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 spesialis dasar, 4 spesialis
penunjang medik, 8 spesialis lainnya dan 2 subspesialis dasar rumah sakit ini serta
dapat menjadi rumah sakit pendidikan apabila telah memenuhi standar dan
prasyaratan. Penyelenggara RSUD Kabupaten Temanggung adalah pemerintah
Kategori BMI (kg/m2) Risiko morbiditas Berat badan kurang <18.5 Rendah ( tetapi risiko
terhadap
kabupaten dengan jumlah tenaga medis sebanyak 362 orang serta sebagai rumah
sakit rujukan bagi masyarakat di daerah Temanggung. Rumah sakit umum kelas B
ini (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Diabetes melitus tipe 2
menempati peringkat ketiga setelah diare dan hipertensi sebagai penyakit yang
banyak terjadi di RSUD Kabupaten Temanggung. Pemerintah setempat belum
terdapat upaya-upaya untuk mensosialisasikan mengenai pencegahan atau
pengontrolan hidup sehat bagi pasien diabetes melitus tipe 2 tersebut (Pemerintah
Kabupaten Temanggung, 2012).
H. Landasan Teori
World Health Organization (WHO) menyatakan, diabetes melitus
merupakan suatu penyakit kronik dimana tubuh tidak lagi dapat memproduksi
insulin atau saat tubuh tidak dapat menggunakan insulinnya secara efektif.
Diabetes melitus sangat rentan berisiko terkena pada orang dewasa yang berusia
≥45 tahun dibandingkan dengan orang yang berusia <45 tahun. Diabetes melitus
tipe 2 disebabkan karena adanya gangguan metabolisme lipid sehingga dapat
terjadi peningkatan berat badan sampai obesitas serta terjadinya sindrom
metabolik.
Obesitas berhubungan dengan kejadian dislipidemia. Salah satu
abnormalitas yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2 yaitu dislipidemia.
Dislipidemia ditandai dengan adanya peningkatan kadar trigliserida dan kadar
LDL disertai penurunan kadar HDL. Obesitas juga sebagai prediksi penyakit
terhadap penyakit kardiovaskular dan dislipidemia daripada dengan kadar LDL
atau HDL itu sendiri, dan rasio kadar kolesterol total/HDL. Kriteria rasio kadar
LDL/HDL menurut Millán et al. (2009), rasio kadar LDL/HDL >3,0 untuk pria
dan >2,5 untuk wanita yang menunjukkan terjadinya peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular.
Metode antropometri yang dapat digunakan untuk skrining terjadinya
obesitas, dengan pengukuran body mass index. Pengukuran body mass index ini
merupakan peringatan bagi kesehatan kita sehingga dapat mendeteksi dini adanya
penyakit yang berhubungan dengan obesitas dan dapat dilakukan upaya
pencegahan yang lebih awal.
I. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat korelasi yang bermakna
antara body mass index terhadap rasio kadar LDL/HDL pada diabetes melitus tipe
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian secara cross-sectional (potong lintang). Metode penelitian
observasional merupakan penelitian yang dilaksanakan dengan pengamatan saja
tanpa melakukan intervensi. Penelitian analitik dimana peneliti mencoba mencari
hubungan antar variabel yang ada (Sastroasmoro and Ismael, 2008). Notoatmodjo
(2010) menyatakan, penelitian cross-sectional adalah suatu penelitian termasuk
pengukuran variabel-variabel dalam faktor risiko dan variabel-variabel yang
termasuk efek, diobservasi langsung pada waktu yang sama. Analisis korelasi
dilakukan antara faktor risiko dan faktor efek. Faktor risiko adalah suatu
fenomena yang menyebabkan terjadinya efek. Faktor efek adalah suatu akibat dari
adanya faktor risiko. Penelitian ini menganalisis korelasi antara Body Mass Index
(BMI) sebagai faktor risiko terhadap rasio LDL/HDL sebagai faktor efek pada
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Data penelitian yang
diperoleh diolah secara statistik untuk mengetahui korelasi antara faktor risiko
dengan faktor efek.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
2. Variabel tergantung
Rasio kadar LDL/HDL dalam darah.
3. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali: umur dan kondisi puasa sebelum
pengambilan data.
b. Variabel pengacau tak terkendali : aktivitas, gaya hidup responden,
pola makan, kondisi patologis, dan obat-obatan yang dikonsumsi.
C. Definisi Operasional
1. Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian.
2. Karakteristik penelitian meliputi demografi (usia), pengukuran antropometri
(body mass index) dan hasil pemeriksaan yang didapat dari Laboratorium RSUD
Kabupaten Temanggung (rasio kadar LDL/HDL).
3. Body mass index adalah sebuah ukuran massa tubuh dalam kilogram (kg)
dibagi dengan tinggi badan dalam m2 yang umum digunakan untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori underweight (kekurangan berat
badan), normal weight (berat badan normal), overweight (kelebihan berat badan)
dan obesitas (kegemukan). Pengukuran body mass index dilakukan dengan cara
menimbang berat badan responden, kemudian mengukur tinggi badan responden
menggunakan meteran tinggi badan. Nilai body mass index didapat dengan cara
hasil penimbangan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan
4. Pengukuran kadar LDL dan HDL dilakukan oleh Laboratorium RSUD
Kabupaten Temanggung. Kadar LDL yang diukur adalah LDL indirek: LDL
indirek diperoleh dengan persamaan Friedewald, yaitu: LDL=TC-HDL-(TG/5)
(Ahmadi, Boroumand, Moghaddam, Tajik, dan Dibaj, 2008).
5. Standar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Body Mass Index berdasarkan WHO (2000) yang telah disajikan
pada Tabel V.
b. Kriteria rasio kadar LDL/HDL menurut Millán et al. (2009)
Tabel VII. Klasifikasi rasio kadar LDL/HDL (Secondary Prevention) (Millán et al., 2009)
Profil Lipid Pria Wanita LDL/HDL >3,0 >2,5
D. Responden penelitian
Responden adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusi yaitu penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten
Temanggung pada pria dan wanita dengan usia lebih dari 40 tahun, bersedia
berpuasa 8-10 jam sebelum pengambilan data dan menandatangani informed
consent. Kriteria eksklusi yaitu penyandang diabetes mellitus tipe 2 di RSUD
Kabupaten Temanggung dengan penyakit penyerta seperti stroke, gangren, gagal
ginjal, dan penyakit jantung koroner pada saat pemeriksaan, serta tidak hadir saat
pengambilan data. Jumlah responden penelitian yang ditetapkan sebesar 95 orang
yang terdiri dari 37 pria dan 58 wanita. Jumlah minimum sampel yang digunakan
Pengambilan data dilakukan selama 6 minggu yang dilaksanakan pada
tanggal 18 Agustus 2013 sampai 28 September 2013 di RSUD Kabupaten
Temanggung. Dalam pengambilan data pada minggu pertama jumlah responden
terdapat 16 responden yang terdiri dari 8 responden pria dan 8 responden wanita.
Pada minggu kedua jumlah responden terdapat 10 responden yang terdiri dari 8
responden pria dan 2 responden wanita. Pada minggu ketiga terdapat 16
responden yang terdiri dari 8 responden pria dan 8 responden wanita. Pada
minggu keempat terdapat 14 responden yang terdiri dari 5 responden pria dan 9
responden wanita. Pada minggu kelima terdapat 15 responden yang terdiri dari 6
responden pria dan 9 responden wanita. Pada minggu keenam terdapat 35
responden yang terdiri dari 10 responden pria dan 25 responden wanita. Jumlah
keseluruhan responden adalah 106, dimana dari 106 responden, 1 responden di
eksklusi karena data responden pria menunjukkan usia ≤40 tahun, kemudian data
direduksi yaitu 1 data ganda responden pria, 1 data ganda responden wanita, 6
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung yang berlokasi di
Jalan Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Juni-September 2013.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri
terhadap Profil Lipid, Kadar Glukosa Darah Puasa, dan Tekanan Darah pada
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung” dan telah memperoleh
izin dari Komisi Etik Kedokteran. Penelitian payung bertujuan untuk mengkaji
korelasi antara pengukuran antropometri terhadap profil lipid, kadar glukosa darah
puasa, dan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan jumlah
anggota sebanyak 14 orang dengan kajian yang berbeda, namun penulis utama
mengkaji korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap rasio kadar LDL/HDL dalam
darah. Kajian yang diteliti dalam penelitian paying ini adalah :
a. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Kadar Trigliserida
b. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Rasio Kadar Kolesterol
Total/HDL
c. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Rasio Kadar LDL/HDL
d. Korelasi Pengukuran Body Mass Index (BMI) terhadap Tekanan Darah
e. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar
f. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar
Kolesterol Total/HDL
g. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Rasio Kadar
LDL/HDL
h. Korelasi Pengukuran Abdominal Skinfold Thickness terhadap Tekanan Darah
i. Korelasi Pengukuran Body Mass Index dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
j. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Kadar Trigliserida
k. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL
l. Korelasi Pengukuran Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadap Rasio LDL/HDL
m.Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul terhadap
Tekanan Darah
n. Korelasi Lingkar Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
terhadapKadar Glukosa Darah Puasa
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara
non-random dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara
non random karena setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama
tipe 2 dimana terdiri dari pria maupun wanita yang dijumpai di RSUD Kabupaten
Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden.
Purposive sampling ini, responden dipilih berdasarkan pertimbangan subyektif
peneliti bahwa responden dapat memberikan informasi yang sesuai terkait dengan
tujuan penelitian (Sastroasmoro and Ismael, 2010). Pertimbangan tersebut dibuat
oleh peneliti sendiri berdasarkan sifat atau ciri dari populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur
tinggi badan berupa meteran Butterfly® untuk mengukur tinggi badan responden
dan timbangan berupa Camry® berfungsi untuk mengukur berat badan responden
sehingga dapat digunakan untuk menghitung body mass index. Pemeriksaan kadar
LDL dan kadar HDL responden dilakukan oleh Laboratorium RSUD Kabupaten
Temanggung menggunakan Sysmex Chemix-180 (Jepang), seri 5830-0605.
I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi Awal
Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai
penyandang DM tipe 2 yang selalu kontrol di RSUD Kabupaten Temanggung
yang dapat digunakan sebagai tempat untuk wawancara, pengisian informed
2. Permohonan ijin dan kerjasama
Permohonan ijin ditujukan kepada Bagian Penelitian dan Pengembangan
(Litbang) RSUD Kabupaten Temanggung. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan
kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearence.
Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan
sampel darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan. Permohonan
kerja sama di ajukan kepada Laboratorium RSUD Kabupaten Temanggung selaku
laboratorium yang mengambil dan mengolah darah responden. Selanjutnya
melakukan penawaran kerja sama penelitian kepada calon responden yang
bersedia mengikuti penelitian ini dengan mengisi informed consent.
3. Pembuatan informed consent dan leaflet
a. Informed consent. Penggunaan informed consent sebagai bukti tertulis
tentang pernyataan kesediaan responden dalam mengikuti penelitian.
Informed consent yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi standar
yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden
yang menyatakan diri bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian diminta
untuk mengisi data nama, usia, dan alamat pada informed consent serta
menandatangani informed consent setelah mendapatkan kejelasan penuh
dari peneliti terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
b. Leaflet. Penggunaan leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang
penelitian. Judul leaflet yang digunakan adalah “Type 2 Diabetes”. Leaflet
ini berisi mengenai: penjelasan singkat tentang pentingnya pengukuran
antropometri (BMI, Skinfold Thickness, Lingkar pinggang dan lingkar
panggul) dan pemeriksaan laboratorium yaitu profil lipid, kadar glukosa
darah puasa dan tekanan darah sebagai metode deteksi dini mengenai
berbagai masalah kesehatan khususnya mengenai komplikasi DM tipe 2
seperti dislipidemia.
4. Pencarian calon responden dan penawaran kerjasama kepada calon responden penelitian
Pencarian responden dilakukan setelah mendapat ijin dari Litbang RSUD
Kabupaten Temanggung. Dalam pencarian responden dilakukan secara langsung
(tatap muka) dengan menunggu penyandang DM tipe 2 yang kontrol di RSUD
Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Jika
responden yang datang tidak berpuasa, maka peneliti memohon responden untuk
datang kembali ke RSUD Kabupaten temanggung dalam kondisi sudah berpuasa
selama 8-10 jam dan meminta nomor telepon responden yang dapat digunakan
untuk mengingatkan responden untuk berpuasa dan memberikan konfirmasi ulang
mengenai waktu dan tempat pelaksanaan dalam pengukuran antropometri. Peneliti
membuat surat undangan permohonan untuk mengundang para penyandang DM
tipe 2 untuk mengikuti penelitian ini dengan datang ke RSUD Kabupaten
temanggung. Peneliti menyebarkan undangan ke penyandang DM tipe 2 di
puskesmas dan dinas kesehatan di daerah Temanggung. Kemudian peneliti akan
responden. Informasi yang disampaikan meliputi pengenalan tentang pengukuran
antropometri dan manfaatnya, serta pentingnya dalam mengetahui korelasi
terhadap profil lipid, kadar glukosa darah puasa, dan tekanan darah. Hal ini
diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi dini bagi para penyandang DM tipe
2 di RSUD Kabupaten Temanggung untuk terjadinya komplikasi seperti
dislipidemia dan agar calon responden terdorong untuk terlibat dalam penelitian
ini. Media sosialisasi yang digunakan peneliti dalam bentuk leaflet yang berjudul
“Type 2 Diabetes”. Leaflet ini mencakup informasi mengenai antropometri dan
perannya dalam mengetahui distribusi dan akumulasi lemak di tubuh, serta
pemeriksaan penunjang di laboratorium untuk mengetahui profil kesehatan.
Informasi dalam leaflet tersebut disusun secara singkat, padat dan jelas serta
dilengkapi ilustrasi sehingga mudah dipahami oleh calon responden. Calon
responden yang bersedia ikut dalam penelitian ini diminta untuk mengisi dan
menandatangani informed consent.
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
Suatu instrumen perlu melakukan pengujian validitas dan reabilitas.
Tujuannya untuk mendapatkan data yang akurat. Pada instrumen dikatakan valid
jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Reliabilitas
berhubungan dengan konsistensi. Penelitian disebut reliable apabila instrumen
tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang di ukur. Presisi
merupakan parameter yang harus dipenuhi dalam validitas dan reabilitas (Ronny,
2013). Reliabilitas instrumen merupakan suatu indeks yang menunjukkan sejauh
hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan sebanyak 2 kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan menggunakan instrumen yang sama
(Notoadmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah timbangan berat
badan dan meteran tinggi badan yang telah tervalidasi. Instrumen yang telah
tervalidasi dan reliabilitas dalam penelitian digunakan untuk mengukur body mass
index satu individu sebanyak lima kali berturut-turut menggunakan instrumen
yang sama. Nilai CV (coefficient of variation) yang diperoleh untuk pengukuran
body mass index pada pria yang terdiri dari pengukuran tinggi badan dan berat
badan. Nilai CV untuk pengukuran tinggi badan sebesar 0,06% dan pengukuran
berat badan sebesar 0,37%. Pengukuran body mass index pada wanita yang terdiri
dari pengukuran tinggi badan dan berat badan. Nilai CV untuk pengukuran tinggi
badan sebesar 0,34% dan pengukuran berat badan sebesar 0,54%. Pengukuran
kadar LDL dan kadar HDL dilakukan oleh Laboratorium RSUD Kabupaten
Temanggung, dimana validasi alat sudah dilakukan oleh pihak laboratorium,
sehingga peneliti tidak melakukan validitas. Instrumen penelitian ini dikatakan
reliable dan memiliki presisi yang baik bila nilai CV ≤ 5% (Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik, 2011).
6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri
Pengambilan darah responden yang telah menandatangani informed
consent dapat berpuasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan darah serta tidak
sakit pada hari yang bersangkutan, dilakukan oleh Laboratorium RSUD
meliputi body mass index. Pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk
menentukan body mass index. Pada pengukuran berat badan, responden diminta
untuk melepas alas kaki kemudian berdiri di atas timbangan dengan posisi badan
tegak lurus. Pada pengukuran tinggi badan, responden juga diminta untuk melepas
alas kaki kemudian berdiri menempel pada tembok dengan posisi badan tegak
lurus sehingga ujung kepala dapat menyentuh garis meteran.
7. Pembagian hasil pemeriksaan laboratorium
Peneliti akan membagikan hasil pemeriksaan kepada responden secara
langsung. Hasil pemeriksaan akan dimasukkan dalam amplop dan peneliti akan
memberikan penjelasan langsung kepada responden mengenai data hasil
laboratorium dan pengukuran antropometri tersebut.
8. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu
menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori–kategori setelah itu
dilakukan interpretasi data. Cara pengolahan data dilakukan secara statistik
dengan komputerisasi.
J. Teknik Analisis Data Statistik
Data diolah secara statistik dengan taraf kepercayaan 95%. Hal pertama
yang dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk melihat
distribusi normal atau tidak suatu data. Suatu data dikatakan normal apabila nilai
Asymp. Sig lebih besar dari 0,05. Dalam mengetahui suatu data terdistribusi