• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Danang Wisanggeni BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Danang Wisanggeni BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word Health Organization (WHO) merekomendasikan agar Air Susu Ibu (ASI) eksklusif diberikan pada bayi yang baru lahir minimal selama 6 bulan. Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) seharusnya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk lanjutkan hingga bayi berumur 2 tahun (Daniel, 2013).

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI eksklusif bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI eksklusif memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya (Wahyuni, 2011).

Menurut WHO (Word Health Organization) dan UNICEF (United Nations Emergency Chhildren’s Fund) tahun 2012, laporan anak dunia

(2)

(27,0%). Sementara di negara berkembang hanya 39% ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif (Siallagan, 2013).

Hasil penelitian Ulak et al (2012) di Bhaktapur Nepal tentang faktor penghambat pemberian ASI eksklusif menunjukan kurang mendapatkan informasi pada saat kunjungan antenatal dan kunjungan klinik rutin, merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orang tua di dalam memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Aprilia (2009), Engebretsen et al (2010), Petit (2008) di Uganda, Mahmood et al (2009) di India, alasan dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya antara lain ibu merasa produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam mengisap, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI. Survey yang dilakukan WHO tahun 2013, menyatakan baru sekitar 35% bayi usia 0-6 bulan di dunia yang diberikan ASI secara eksklusif (Intan, 2013). Wowor (2013) mengutip dari Agus (2012) data lain juga didapatkan bahwa persentase ibu di negara ASEAN seperti India sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27% dan Myanmar 24%.

Berdasarkan data dari Direktorat Bina Gizi menunjukkan bahwa capaian cakupan ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia

(3)

pada tahun 2013 kembali menurun menjadi 54,3% (Susenas, 2013). Pemerintah Indonesia telah menetapkan target cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% (Sriwati, 2014).

Masih rendahnya cakupan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi, baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan dipengaruhi banyak hal. Menurut Roesli (2007), faktor yang menghambat pemberian ASI eksklusif adalah ASI tidak cukup, pekerjaan ibu, takut ditinggal suami, tidak diberi ASI tetap jadi orang, bayi akan tumbuh manja, promosi susu formula, dan takut badan gemuk. Astutik (2014), menambahkan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah faktor sosial budaya, meniru teman, psikologis, fisik ibu, bayi, tenaga kesehatan dan promosi susu formula.

(4)

menunjukkan 16 perusahaan makanan bayi dan 15 perusahaan botol serta dot melanggar ketentuan (Februhartanty, 2007).

Menurut The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA), untuk keberhasilan menyusui seorang ibu perlu dukungan dari berbagai pihak, yaitu dari keluarga, teman, masyarakat dan pemerintah. Adanya dukungan dari berbagai pihak tersebut diharapkan dapat mengurangi berbagai tantangan yang dihadapi ibu menyusui, seperti mengatasi kurangnya informasi, bermacam-macam situasi emergency, dan yang paling penting adalah mengatasi keraguan akan kemampuannya untuk dapat menyusui bayinya (WABA, 2008).

(5)

Di Jawa Tengah sendiri tahun 2012 dari 6.833 bayi yang diberi ASI ekslusif hanya 1.656 bayi (24,2%) meningkat pada tahun 2012 dari 14.107 bayi yang diberi ASI eksklusif sebanyak 9.547 bayi (64,0%), dan tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 13.056 bayi yang diberi ASI eksklusfi hanya 7.986 bayi (61,2%). Sedangkan untuk laporan bulan Agustus 2014 dari 28.715 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 18.643 bayi (64,9%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014).

Di Kota Purbalingga, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga bulan Februari sampai bulan Agustus tahun 2014, cakupan ASI eksklusif untuk umur 0-6 bulan 4.269 bayi (65,05%) dari 6.563 bayi di 22 Puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Purbalingga. Dari 22 Puskesmas yang ada di Kabupaten Purbalingga, puskesmas Bojong merupakan puskesmas yang memiliki cakupan ASI eksklusif terendah yaitu sebanyak 29 bayi (20,0%) dari 145 bayi. Pada bulan Agustus 2013 sampai bulan Februari 2014 pun cakupan ASI eksklusif untuk umur 0-6 bulan sebanyak 29 bayi (23,20%) dari 125 bayi (Profil Dinkes Kabupaten Purbalingga, 2014).

(6)

Puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Purbalingga diharapkan mencapai 80% (Puskesmas Bojong, 2014). Dari data tersebut jelas memperlihatkan ketidakberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif.

Dari hasil survey kepada 8 orang ibu yang datang ke posyandu balita di wilayah kerja puskesmas Bojong bahwa dari 8 orang terdapat 4 orang yang tidak tahu tentang pengertian ASI eksklusif dan 4 orang ibu yang mengetahui pengertian ASI eksklusif. Terdapat 6 orang ibu yang terdiri tadi 3 orang tahu dan 3 orang tidak tahu tentang ASI eksklusif tidak memberikan ASI eksklusif dengan alasan ibu harus kembali bekerja dan sisanya 2 orang ibu mengatakan ASI tidak tidak keluar, sehingga mereka memberikan susu formula kepada bayinya sebagai pengganti ASI.

Berdasarkan data tersebut di atas, menunjukkan tingkat pencapaian ASI eksklusif di Kabupaten Purbalingga, puskesmas Bojong khususnya belum sesuai target yang diharapkan. Maka dianggap perlu dilakukan penelitian tentang “ Hubungan pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, dan promosi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif pada balita usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong”.

B. Rumusan Masalah

(7)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui “ Hubungan pengetahuan ibu, pekerjaan ibu dan

promosi susu formula dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif pada balita usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bojong”.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran tentang distribusi karakteristik responden. b. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif.

c. Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

d. Mengetahui hubungan promosi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif.

D. Manfaat Penelitian

1. BagiPeneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman, ilmu dan pengetauan yang lebih mendalam tentang ASI eksklusif. 2. Bagi Masyarakat

(8)

3. Bagi Petugas Kesehatan dan pemerintahan

Sebagai bahan referensi bagi para petugas kesehatan dan pemerintah sehingga mereka dapat memberikan informasi, arahan kepada masyarakat khususnya ASI eksklusif.

4. Untuk Institusi

Manfaat penelitian bagi institusi diharapkan agar dapat menambah kepustakaan dan wawasan dalam bidang kesehatan untuk ASI eksklusif khususnya sehingga dapat dijadikan sumber informasi bagi mahasiswa lain.

E. Penelitian Terkait

a. Penelitian yang dilakukan oleh Yesica Siallagan, Erna Mutiara, dan Yusniwarti Yusad (2013), dengan judul penelitian “Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi (0-6 bulan) di kelurahan bantan kecamatan medan tembung tahun 2013”, dengan

(9)

b. Penelitian yang dilakukan oleh Grace Solely Houghty, Renata Komalasari, dan Sarah Lia Kartika (2013), dengan judul penelitian “Dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu

bekerja”, menggunakan jenis kuantitatif korelasi dengan desain

penelitian cross-sectional pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, dengan jumlah responden adalah 38 responden, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Nabila Suleman, Rahma, dan A.Ummu Salmah (2013), dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang

menghambat praktik ASI eksklusif pada bayi usia sampai 6 bulan”,

dengan desain penelitian cross sectional study, analisis data menggunakan uji chi-square, pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung mengggunakan kuesioner, pengambilan sampel menggunakan teknik systematic random sampling dengan sampel 107 bayi dari 160 responden, menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan dengan faktor yang menghambat praktik ASI Eksklusif.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Perbedaan pengaturan hak kesehatan buruh yang diselenggarakan oleh Jamsostek dan BPJS Kesehatan adalah dari segi asas dan prinsip penyelenggaraan; sifat kepesertaan; subjek

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI