• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan Pendamping ASI - Lita Ofinda Juliatin BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan Pendamping ASI - Lita Ofinda Juliatin BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Pendamping ASI

1. Pengertian Makanan Pendamping ASI

Menurut Eka, at all. (2013), Makanan pendamping (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makanan tambahan (PMT) diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Makanan pendamping yang baik adalah kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat), bersih dan aman, tidak terlalu pedas dan asin, mudah dimakan dan dicerna oleh bayi, harga terjangkau dan mudah disiapkan. Pengenalan dan pemberian makanan tambahan harus bertahap, baik bentuk atau pun jumlah seperti berikut :

Umur 0-6 bulan

a. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum)

b. Berikan hanya ASI (ASI eksklusif)

c. Jangan memberikan makanan atau minuman selain ASI d. Susui bayi sesering mungkin, minimal 8 kali sehari

e. Jika bayi tertidur lebih dari 3 jam, bangunkan dan susui bayi f. Susui bayi dengan payudara kanan dan kiri secara

(2)

Bayi menangis dan rewel merupakan hal yang sering membuat seorang ibu dan orang yang disekitarnya cemas. Mereka menganggap bahwa lapar adalah alasan bayi menangis, hal ini lah yang menyebabkan masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-24 bulan yaitu :

a. Pemberian makanan prelaktal ( makanan sebelum ASI keluar ) b. Kolostrum dibuang

c. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat d. MP-ASI yang diberkan tidak cukup

e. Pemberian MP-ASI sebelum ASI f. Frekuensi MP-ASI kurang g. Kebersihan yang kurang

h. Prioritas gizi yang salah pada keluarga

B. Nutrisi Untuk Bayi Usia 0-6 Bulan ASI Eksklusif

(3)

sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI.

C. Makanan Yang Tidak Dianjurkan Untuk Bayi Usia 0-6 Bulan

Menurut Marimbi, H. (2010) menyebutkan bahwa perlunya menunda pemberian makanan tambahan sampai usia 6 bulan, dan ada pun beberapa makan yang harus dihindari pada usia 0-6 bulan yaitu :

1. Semua jenis makanan yang mengandung jenis protein gluten, biasanya terdapat pada tepung terigu, barley, biji gandum, cookies dari havermut. Reaksi gluten intolerance yang menyebabkan perut kembung, mual dan diare.

2. Hindari pemberian gula, garam, bumbu buatan dan penyedap rasa pada makanan bayi

3. Makanan terlalu berlemak 4. Buah asam seperti sirsak

5. Makanan terlalu pedas atau bumbu berbau tajam seperti lada, cabe dan asam

6. Susu sapi dan produk olahan dari bahan susu sapi, khususnya bayi yang memiliki reaksi alergi pada susu sapi atau lactose intolerence 7. Buah yang mengandung gas, durian, cempedak memicu kembung dan

sembelit

(4)

9. Kacang tanah, karena memicu alergi atau anaphylactic shock atau pembengkakan pada tenggorokan sehingga sulit bernapas

10.Sering kali telur memicu alergi, berikan bertahap dalam porsi kecil dan lihat reaksinya. Jika tidak menimbulkan alergi telur bisa diberikan.

D. Kebutuhan Gizi Bayi

Menurut Marimbi, H. (2010) mengatakan usia bayi 0-6 bulan angka kecukupan gizi yang dianjurkan perharinya adalah :

(5)

E. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini juga dapat dipengaruhi karakter sosial baik internal atau pun eksternal yaitu :

1. Faktor Internal

a. Pengetahuan ibu

Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah beralih ke susu formula. Oleh itu perlu dukungan oleh berbagai pihak agar ibu mengetahui informasi yang jelas tentang pemberian ASI eksklusif dengan memberikan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI. Faktor internal ini yang mempengaruhi bayi kurang mendapatkan ASI yang cukup (Anton, B. 2008)

Ginting, dkk (2012) yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori “tidak baik” memiliki risiko sebesar 2,425 kali

untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan yang menyatakan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia <6 bulan.

b. Kondisi payudara ibu

Ibu yang terkadang merasakan puting susunya terasa nyeri apa bila sedang menyusui seperti :

1) Puting susu datar/terpendam

(6)

menonjol keluar sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Menyusui bayi sesering mungkin (misal 2 – 2 ½ jam) akan menghindarkan payudara terisi penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual akan membentuk puting susu tertarik kedalam (Depkes RI. 2007).

2) Puting susu lecet

Puting susu yang nyeri jika tidak segera ditangani dengan benar maka menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan bahkan akan mengeluarkan darah. Puting susu yang lecet akan menyebabkan posisi menyusui menjadi salah, apabila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada puting yang sakit, beri kesempatan untuk puting susu yang sakit menjadi sembuh. Jika dalam waktu satu minggu luka tidak kunjung sembuh, rujuk ke puskesmas. Posisi menyusui yang benar itu bayi diletakan menghadap ibu, perut bayi menempel keperut ibu, telinga bayi segaris dengan lengan, mulubayi terbuka lebar, bibir bayi lengkung keluar, dagu bayi menempel pada payudara sebagian besar aerolatidak kelihatan (Depkes RI. 2007). 3) Puting susu nyeri

(7)

sudah keluar. Bila posisi mulut dan puting susu dalam posisi yang tepat, perasaan nyeri itu akan menghilang. Cara menanganinya adalah dengan cara memastikan posisi menyusui sudah benar, jangan membersihkan puting susu dengan sabun, hindarkan puting susu menjadi lembab (Depkes RI.2004).

4) Payudara bengkak

(8)

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal memberi gambaran bahwa bukan hanya faktor internal yang mempengaruhi pemberian MP-ASI yang kurang tepat pada bayi. Faktor internal meliputi dukungan keluarga.

a. Dukungan keluarga

Dukungan adalah sebuah penyemangat atau support atau motivasi yang diberikan kepada seseorang, sedangkan keluarga adalah suatu perkumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak, at all. 2011). Dukungan keluarga terdiri dari dukungan orang tua, mertua dan suami. Dukungan tersebut berkaitan dengan keberhasilan ibu dalam menyusui. Bentuk dukungan yang diberikan seperti menemani ibu ketika sedang menyusui, ikut merawat bayi, memberi kata-kata pujian/memberi semangat sehingga istri merasa percaya diri,serta bangga dengan istri yang sedang dalam masa pemberian ASI eksklusif kepada sang buah hati (Amanda, T. 2008).

(9)

Dukungan suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran pengetahuan ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat, sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus untuk menyusui. Dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang ibu yang kurang mendapatkan dukungan oleh suami, ibu, adik atau bahkan ditakut-takuti, dipengaruhi untuk beralih ke susu formul.(Roesli & Utami. 2005).

Dukungan emosional adalah suatu dukungan yang berfungsi untuk menjaga keadaan emosi seseorang. Dukungan yang berupa ucapan empati, kepedulian dan perhatian kepada angota keluarga yang sedang mengalami masalah kesehatan. Aspek yang termasuk dalam dukunagn emosional yaitu dukungan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan (Darmayanti, 2012).

(10)

Dukungan instrumental adalah sebuah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau material. Dalam dukungan ini meliputi berbagai macam aktivitas seperti menyediakan benda-benda misalnya alat-alat kerja, buku, memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas praktis (Damayanti, 2012).

b. Pengaruh Iklan

Sumber informasi tak terduga berpengaruh dalam pemberian MP-ASI dini. Media masa khususnya televisi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemberian makanan pendamping ASI, karena dalam iklan dapa media tersebut produsen berusaha menampilkan atau menyatakan beberapa kelebihan produk yang sangat penting bagi pertumbuhan bayi hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Soelistyowati, 1996).

Pemasaran produk makanan pendamping ASI telah menimbulkan anggapan bahwa makanan pendamping ASI telah lebih unggul dari pada ASI eksklusif, sehingga ibu akan lebih tertarik dengan iklan MP-ASI dan memberikannya secara dini (Andry,H. Palupi, W, 2009).

(11)

bersalin. Sebanyak 98,75% menerima susu formula dan 1,25% menerima bubur sereal. Dan 95% makanan pendamping ASI adalah bidan, 2,5% dokter. Dan ada yang langsung menerima makanan pendamping ASI dari petugas perusahaan dan prakarya puskesmas. c. Peran petugas kesehatan

(12)

Pada umumnya ibu akan patuh pada nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan untuk memberikan informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif dan resiko tidak memberikan ASI (Roesli & Utami., 2005).

F. Dampak Pemberian MP-ASI Kurang dari 6 Bulan

Penelitian Murniningsih (2008) menunjukkan bahwa bayi yang diberi makanan pendamping sebelum usia 6 bulan, akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun, sehingga pemberian makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini akan mengakibatkan gangguan kesehatan dikemudian hari. Selain diare, panas, pilek, ISPA dan dermatitis mengakibatkan kunjungan layanan kesehatan yang sering. Dimana masa bayi pada usia yang sangat rentan terhadap penyakit yang menyebabkan kekebalan dan sistem imun menurun.

Banyak ibu yang memberikan makanan tambahan pengganti ASI (MP-ASI) kepada bayi yang berumur kurang dari empat bulan, padahal pemberian MP-ASI terlalu dini mempunyai dampak resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang disusui (Baharudin, dkk. 2013).

(13)

tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama dlingkungan yang kurang higienes dan sanitasi buruk (Murniningsih. 2008).

Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini sama saja membuka pintu gerbang masuknya kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Hasil riset terakhir penelitian di Indonesia menunjukan bahwa bayi yang mendapat makanan pendamping sebelum usia 6 bulan akan terserang diare, sembelit, pilek dan panas dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif (Lely. 2005).

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah 35/1000 kelahiran hidup (Depkes RI,2003), dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun menjadi 16/1000 kelahiran hidup. Sering kali ibu kurang mendapat informasi bahkan mendengar informasi yang salah tentang ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang diberikan pada usia kurang 6 bulan (Hastutik. 2011).

G. Bayi dengan Gizi Berlebih menjadi masalah kritis

(14)

periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Sedangkan menurut Soedibyo, S. & Winda, F. (2007) menyatakan pemberian MP-ASI terlalu dini, telah diketahui dapat menimbulkan beberapa masalah, perlunya menunda pemberian makanan tambahan sampai usia 6 bulan adalah untuk mencegah kemungkinan overfeeding karena bayi belum mampu memberi tanda bahwa ia sudah kenyang, alasan lain adalah bayi belum mampu menelan secara sempurna dan berpotensi untuk tersedak dan tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari.

Pemberian air susu ibu secara efekrif pada bayi selama 6 bulan pertama terbukti menurunkan angka kematian bayi, juga menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan terbukti dapat mencegah penyakit akut dan menahun (Hidayatul, N & Turlina, L. 2009).

Hasil penelitian Murniningsih (2008) bahwa bayi yang diberikan MP-ASI sebelum usuia 6 bulan, akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun, sehingga pemberian makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini akan mengalami gangguan kesehatan kemudian hari. Selain diare, panas pilek diketahui juga Ispa dan Dermatitis mengakibatkan kunjungan ke pelayanan kesehatan menjadi sering. Dimana bayi menjadi rentan terhadap penyakit dan sistem imun tubuh menjadi menurun.

(15)

tidak proporsional. Masyarakat memandang bahwa bayi yang gemuk memiliki image lucu dan menggemaskan, namun secara fisiologis mau pun psikologis ada beberapa dampak negatif bagi bayi. Obesitas pada bayi dapat menurunkan kekebalan imun, dan obesitas ini dapat berlanjut pada usia dewasa. Bayi yang obesitas banyak lipatan dikulit yang dapat menyebabkan iritasi kulit, gatal-gatal, lecet bahkan dilipatan tersebut dapat menimbulkan bau tak sedap. Obesitas pada bayi dapat menyebabkan kelainan pada tulang, karena tulang pada bayi masih rawan harus menopang berat badan yang berlebih. Bayi yang obesitas akan menjadi lambat karena berpengaruh pada pergerakan.

Sebuah studi yang dilakukan Eka, dkk. (2013) yang menunjukan rendahnya asupan protein anak pada konsumsi sehari-hari mereka dengan singkong sebagai makanan pokok. Ketidak cukupan protein ini mempengaruhi tingginya prevalensi gizi dalam populasi ini, dan sebagian besar pendidikan rendah sehingga pengetahuan jenis makanan yang dikonsumsi masih sangat kurang.

H. Resiko Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Terlalu Dini

(16)

bahwa organisme yang secara fisiologis belum berkembang secara sempurna, tetapi telah dipaksa beradaptasi terhadap cara pemberian makanan tambahan yang tidak benar, telah diketahui banyak tentang kerugian dan resiko jika bayi diberi makanan terlalu dini dan juga dampak jangka panjang yang tidak diinginkan seperti obesitas, hipertensi, erteriosklerosis dan alergi makanan yang dicurigai akan terjadi walau sukar dibuktikan (Akre, J. 1994).

Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan didalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan adalah salah satu faktor resiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit seperti diabetes, jantung koroner, hati dan kantung empedu (Almatsier & Sunita, 2009).

1. Resiko jangka pendek

Telah dibuktikan bahwa pengenalan makanan selain ASI eksklusif kepada diet bayi akan menurun frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan salah satu resiko menurunnya produksi ASI. Bila diingat makanan tambahan tersebut nilai gizinya lebih rendah dari ASI, resiko dari bayi yang mendapatkan makanan pendamping yang terlalu dini adalah penyakit diare (Akre, J. 1994). 2. Resiko jangka panjang

(17)

a. Obesitas

Ditemukan adanya korelasi yang baik antara peningkatan berat badan selama usia bayi dengan terjadinya kegemukan dikemudian hari, penambahan berat badan pada bayi yang diberikan makanan buatan lebih besar sedangkan bayi yang diberi ASI eksklusif tampak dapat mengatur masukan konsumsi mereka sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhannya (Akre, J. 1994). b. Hipertensi

Masukan natrium yang tinggi menjadi salah satu faktor terjadinya hipertensi esensial. Hubungan yang secara langsung memang sukar untuk dapat dibuktikan karena juga ada faktor genetik, diperkorakan selera atas rasa garam dapat terbentuk akibat adanya pengenalan makanan selain ASI yang memberikan dampak yang akan timbul beberapa tahun kemudian (Akre, J. 1994).

c. Arteriosklerosis

(18)

menghindari kelebihan diet yang sama yaitu hanya dari makanan-makanan yang terbukti akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan pada kehidupan selanjutnya (Akre, J. 1994).

d. Alergi makanan

(19)

I.

Kerangka Teori

k

Gambar 2.1 Kerangka teori faktor internal dan eksternal pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan

Sumber :: Notoatmodjo, S.(2003) faktor yang mempengaruhi MP-ASI

MP-ASI

Populasi balita gizi berlebih

eksternal internal

1. pengetahuan

2. kondisi

Payudara

Akibat gizi lebih

Resiko pemberian MP-ASI dini Jangka pendek

1. diare Jangka panjang

1. obesitas

2. hipertensi

3. arteriosklerosis

4. alergi makanan

1. dukungan keluarga

2. pengaruh iklan

3. peran petugas

(20)

J. Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka konsep

K. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan peneliti, yang harus diuji keasliannya secara empiris (Nursalam, 2003). Hipotesis yang dapat diajukan adalah “ada hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan di Desa Semingkir Kecamatan Randudongkal”.

Pemberian MP-ASI sebelum usia 6 bulan

Pengetahuan

Kondisi Payudara Ibu

Dukungan Keluarga

Pengaruh Iklan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka teori faktor internal dan eksternal pemberian MP-ASI
Gambar 2.2 Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Judul Penelitian : Hubungan antara Ketepatan Perilaku Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Perkembangan Motorik Halus pada Balita Usia 6-24

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1 - 4

Berdasarkan hasil uji statistik chi square hubungan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dini dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan didapatkan ρ value 0,046 lebih kecil

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari et al (2018) menjelaskan bahwa usia Ibu mempengaruhi pemberian MP-ASI dini karena pada usia dewasa, seseorang akan

Pendamping ASI (MP-ASI) Jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) dalam penelitian ini adalah makanan berdasarkan tahapan usia bayi yaitu makanan lumat, makanan lunak

a. Manajemen pemberian ASI yang kurang benar. Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini atau lambat. Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat.

Bayi dibawah usia 6 bulan yang mendapat asupan kalori lebih banyak dari MP-ASI yang diberikan terlalu dini akan terjadi obesitas karena pengeluaran energi tidak sebanding